Anda di halaman 1dari 6

Nama : Rahmiyati R Rahakbauw

Nim: 201830278

Materi 3

Pemerintahan daerah

A. Pemerintah pusat dan pemerintah daerah

Istilah desentralisasi dapat dipahami secara luas dan sempit. Pengertian desentralisasi dalam arti luas
mencakup konsep devolusi (atau desentralisasi dalam arti sempit), dekonsentrasi, delegasi, dan
privatisasi serta deregulasi (Muluk, 2006:12). Selain itu, Khusaini (2006:72 - 73) mengungkapkan defenisi
desentralisasi sebagai memberikan sebagian dari wewenang pemerintah pusat kepada daerah, untuk
melaksanakan dan menyelesaikan urusan yang menjadi tanggung jawab dan menyangkut kepentingan
daerah yang bersangkutan (otonomi). Urusan yang menyangkut kepentingan dan tanggung jawab suatu
daerah misalnya :
a. Urusan umum dan pemerintahan
b. Penyelesaian fasilitas pelayanan
c. Urusan sosial, budaya, agama dan kemasyarakatan
Terkait pemahaman sistem pemerintahan perlu dipahami perbedaan pengertian antara istilah
desentralisasi dan dekonsentrasi. Desentralisasi diartikan sebagai pengembangan otonomi daerah
sedangkan dekonsentrasi diartikan sebagai penyerahan wewenang pemerintahan oleh pemerintah
pusat kepada daerah otonom yaitu pelimpahan wewenang pusat kepada gubernur sebagai wakil
pemerintah pusat dan perangkat pusat di daerah.
Urusan yang menyangkut kepentingan dan tanggung jawab suatu daerah menurut Undang - Undang
Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah disebut dengan urusan pemerintahan konkuren.
Urusan tersebut terdiri atas Urusan Pemerintahan Wajib dan Urusan Pemerintahan Pilihan. Urusan
Pemerintahan Wajib terdiri atas Urusan Pemerintahan yang tidak berkaitan dengan Pelayana Dasar dan
Urusan Pemerintahan yang berkaitan dengan Pelayanan Dasar adalah Urusan Pemerintahan Wajib yang
sebagian substansinya merupakan Pelayanan Dasar.

Pemerintah pusat merupakan penyelenggara pemerintahan bangsa Indonesia. Di mana mereka adalah
presiden dan wakil presiden yang dibantu para menteri. Sementara pemerintah daerah adalah penguasa
yang memerintah pemerintahan di daerah lewat otonomi daerah.

Hubungan pemerintah pusat dan pemerintah daerah

Dalam menjalankan pemerintahannya, hubungan pemerintah pusat dan pemerintah daerah harus
terjalin dengan baik dan harmonis. Tujuan yang terjalin tersebut untuk kemakmuran rakyat.

Ada sejumlah hubungan antara pemerintah pusat dan daerah, yakni:


 Hubungan struktural

Hubungan struktural merupakan hubungan yang didasarkan pada tingkat dan jenjang di pemerintahan.
Pemerintah daerah dalam bertugas menyelanggarakan urusan daerah bersama Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah (DPRD) yang berdasarkan asas otonom dan tugas pembantuan. Presiden merupakan
penyelenggaran urusan pemerintahan di tingkat pusat. Presiden dibantu para menteri untuk
menjalankan pemerindah. Kepala daerah merupakan penyelenggara urusan daerah masing-masing.

 Hubungan fungsional

Hubungan fungsional merupakan hubungan yang didasarkan dengan fungsi yang dimiliki oleh masing-
masing pemerintah. Hubungan tersebut saling memengaruhi dan bergantung antara satu dengan yang
lain. Hubungan tersebut juga terletak pada visi, misi, tujuan hingga fungsi yang dimiliki masing-masing
pemerintah.

Pemerintah daerah hanya bagian atau subsistem dari sistem pemerintah nasional. Karena pemerintah
daerah merupakan bagian dari sistem pemerintah nasional, maka antara pemerintah pusat dan
pemerintah daerah terdapat hubungan antar pemerintah yang saling terjalin sehingga membentuk satu
kesatuan pemerintahan nasional.

Jika demikian, maka dalam suatu pemerintah nasional terdapat dua subsistem. Yakni subsistem
pemerintahan pusat dan subsistem pemerintahan daerah. Dalam subsistem pemerintahan daerah
terdapat subsistem pemerintahan daerah yang lebih kecil.

Seperti contoh, Indonesia terdapat subsistem pemerintahan pusat yang terdiri atas presiden dan para
menteri. Di daerah terdapat subsistem pemerintahan provinsi yang terdiri atas gubernur dan DPRD
Provinsi.

B. Sistem pemerintah daerah dan kewenangan pemerintah daerah dalam UU nomor 23 tahun 2004
tentang pemerintah daerah

Pemerintahan Daerah adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh pemerintah daerah dan
dewan perwakilan rakyat daerah menurut asas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi
seluas- luasnya dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud
dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Saat ini Pemerintahan daerah
diatur dengan Undang-Undang Nomor 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah.

Undang-Undang Nomor 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah disahkan Presiden Dr. H. Susilo
Bambang Yudhoyono pada tanggal 30 September 2014. UU Pemerintahan Daerah 2014 mulai berlaku
setelah diundangkan pada tanggal 2 Oktober 2015 oleh Menkumham Amir Syamsudin. Undang-Undang
Nomor 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah ditempatkan dalam Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2014 Nomor 244. Penjelasan UU Pemda ditempatkan dalam Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5587.

Undang-Undang Nomor 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah Status, Mencabut, Diubah

UU 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah mencabut: Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1962
tentang Perusahaan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1962 Nomor 10, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2387);

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437)
sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008
tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4844);

Pasal 157, Pasal 158 ayat (2) sampai dengan ayat (9), dan Pasal 159 Undang-Undang Nomor 28 Tahun
2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009
Nomor 130, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5049); dan

Pasal 1 angka 4, Pasal 314 sampai dengan Pasal 412, Pasal 418 sampai dengan Pasal 421 Undang-
Undang Nomor 17 Tahun 2014 tentang Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat,
Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2014 Nomor 182, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5568).

UU 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah diubah dengan:

UU Nomor 2 Tahun 2015 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 2
Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan
Daerah Menjadi Undang-Undang. UU Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-
Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah Menjadi Undang-Undang

C. Struktur kelembagaan pemerintah daerah provinsi Maluku

Berdasarkan Peraturan Kepala Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan Nomor 1 Tahun 2016
tentang Organisasi dan Tata Kerja Perwakilan BPKP, Struktur Organisasi Perwakilan BPKP Provinsi
Maluku adalah sebagai berikut:

 Kepala Perwakilan
 Kepala Bagian Tata Usaha
 Koordinator Pengawasan Bidang Pengawasan Instansi Pemerintah Pusat
 Koordinator Pengawasan Bidang Pengawasan Akuntabilitas Pemerintah Daerah
 Koordinator Pengawasan Bidang Akuntan Negara
 Koordinator Pengawasan Bidang Investigasi
 Koordinator Pengawasan Bidang Program, Pelaporan, dan Pembinaan APIP (P3A)

Sedangkan Kepala Bagian Tata Usaha dibantu oleh tiga Kepala Sub Bagian yaitu Kepala Sub Bagian
Kepegawaian, Kepala Sub Bagian Keuangan, dan Kepala Sub Bagian Umum.

Struktur Organisasi Perwakilan BPKP Provinsi Maluku sebagai berikut:


D. Gambaran kebutuhan pemerintahan daerah Maluku

Gambaran Kebutuhan Pemerintah Daerah

Menurut Hanafi (2009: 166 – 169) terdapat beberapa potensi daerah yang bermanfaat untuk
menunjang pembangunan dan menjadi kebutuhan pemerintah daerah. Gambaran kebutuhan
pemerintah daerah terangkum dalam potensi daerah berikut ini:
1. Potensi sumber daya alam
Perlu diketahui bahwa setiap daerah selalu memiliki potensi masing – masing, salah satunya adalah
potensi sumber daya alam. Potensi sumber daya alam adalah kekakyaan alam yang dimiliki atau
ditemukan di daerah yang pengelolaannya dikuasai oleh daerah. Potensi sumber daya alam ini akan
membantu pemasukan pendapatan asli daerah jika pengelolaannya baik dan tidak ada eksploitasi
terhadap sumber daya yang ada.
Potensi sumber daya alam adalah potensi potensial yang perlu dijaga kelestariannya. Jika potensi ini
terus digali dan dieksploitasi tanpa memperhatikan kelestariannya, maka sumber daya alam tersebut
tidak akan berfungsi lagi. Selain itu, factor bencana alam yang terjadi sewaktu – waktu juga
menghambat penerimaan Pendapatan Asli Daerah suatu daerah.
2. Potensi sumber daya manusia
Potensi sumber daya manusia dapat dilihat dari kuantitas maupun kualitasnya. Kuantitas berkaitan
dengan jumlah dan kualitas berkaitan dengan skill yang dimilikinya. Potensi sumber daya manusia
terdapat di dalam dan diluar organisasi. Potensi di dalam organisasi antara lain pegawai pemerintah
daerah setempat, sedangkan potensi di luar organisasi antara lain kondisi masyarakat setempat.
3. Potensi sumber daya buatan

Potensi sumber daya buatan adalah seluruh hasil karya manusia dalam wujud fisik, seperti prasarana
dan sarana produksi, perhubungan (transportasi dan komunikasi) bangunan atau gedung dan lain – lain.
Prasarana dan sarana produksi, perhubungan (transportasi dan komunikasi), bangunan atau gedung dan
lain – lain jika kurang tepat dalam membayar pajak maka pendapatan dari pajaknya juga akan
mempengaruhi dalam potensi yang ada dalam penerimaan daerah. Jika jalan rusak maka akan
memperlambat transportasi yang ada baik kendaraan pribadi maupun umum. Jika kendaraan umum
terhambat oleh jalan yang rusak makan akan mengurangi penerimaan dari segi retribusi daerah

4. Potensi sumber daya kelembagaan

Sumberdaya kelembangaan adlah hasil karya manusia non fisik berupa organisasi pemerintahan,
organisasi kemasyarakatan, perusahaan, peraturan perundang – undangangan maupun nilai – nilai yang
menjadi pedoman masyarakat dalam berperilaku.

Anda mungkin juga menyukai