Anda di halaman 1dari 19

Laporan Praktikum

Agrogeologi dan Mineralogi Tanah

MINERAL TANAH

NAMA : ANDIKA DARMAWANGSA RIBAWA


NIM : G011191186
KELAS : AGROGEOLOGI DAN MINERALOGI TANAH
KELOMPOK : LIMA (5)
ASISTEN : JUARY PAMALING

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


DEPARTEMEN ILMU TANAH
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2021
1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tanah merupakan hasil dari proses pelapukan baik secara fisik, kimia maupun
biologi yang terjadi di alam. Tanah yang terbentuk di alam akan berbeda-beda
bergantung dari faktor pembentuknya, yaitu berupa iklim, organisme, bahan
induk, topografi dan waktu. Pada umumnya tanah dapat terbagi menjadi dua
jenis berdasarkan bahan pembentuknya yaitu tanah organik/gambut dan tanah
mineral. Di wilayah Indonesia sendiri, tanah mineral menjadi jenis tanah yang
banyak ditemui. Tanah mineral merupakan tanah yang terbentuk dari bahan
mineral melalui proses pelapukan. Batuan yang mengandung mineral akan
melapuk menjadi bahan induk tanah, kemudian terus berkembang dengan proses
pedogenesis hingga pada akhirnya menjadi tanah. Mineral yang terkandung
dalam batuan juga mengalami pelapukan dan menjadi sumber unsur hara bagi
tanaman.
Di alam mineral di jumpai bermacam-macam dengan bentuk yang
bervariasi, terkadang hanya terdiri dari sebuah kristal atau gugusan kristal-kristal
dalam rongga-rongga ataupun celah batuan, tetapi umumnya mineral di jumpai
sebagai butiran kristal yang tumbuh bersama membentuk batuan.Bentuk kristal
mineral merupakan suatu sistem tersendiri dimana setiap jenis mineral
mempunyai bentuk kristal tersendiri. Sistem ini dikelompokan menjadi enam
sistem, yaitu : Isometrik, Tetragonal, Hexagonal, Trigonal, Orthorombik,
Monoklin, dan Triklin. Kristalisasi dapat terjadi dari larutan hal ini merupakan
hal yang umum yaitu bila larutan telah jenuh, selain itu juga jika temperatur
larutan diturunkan. Benda padat akan meleleh karena tingginya temperatur yang
membeku, membentuk kristal-kristal bila mendingin.
Mineral tanah memiliki peranan yang sangat penting khususnya dalam
bidang pertanian. Identifikasi mineral tanah dapat membantu dalam mengetahui
tingkat kesuburan dari suatu lahan. Selain itu, identifikasi mineral tanah juga
dapat membantu dalam proses evaluasi lahan, sehingga penggunaan lahan dapat
lebih sesuai dengan fungsinya.
Berdasarkan uaraian diatas maka perlu dilakukan praktikum identifikasi
mineral fraksi tanah agar mahasiswa dapat mengidentifikasi jenis – jenis mineral
penyusun tanah serta dapat memahami perbedaannya

1.2 Tujuan dan Kegunaan


Tujuan dari percobaan ini yaitu untuk mengidentifikasi mineral penyusun tanah
serta dapat memahami perbedaannya.
Adapun kegunaan dari percobaan ini yaitu diharapkan mahasiswa mampu
mengidentifikasi jenis jenis mineral penyusun fraksi tanah (terutama fraksi pasir
dan debu), menjelaskan karakteristik tiap tiap mineral, membedakan jenis jenis
mineral, membedakan golongan golongan mineral, dan menjelaskan karakteristik
tiap tiap mineral.
2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Mineral

Mineral tanah adalah mineral yang terkandung di dalam tanah dan merupakan
salah satu bahan utama penyusun tanah. Mineral di dalam tanah berasal dari
pelapukan fisik dan kimia dari batuan yang merupakan bahan induk tanah. Proses
pembentukan mineral tanah berasal dari rekristalisasi dari senyawa-senyawa hasil
pelapukan lainnya atau pelapukan dari mineral primer dan sekunder yang ada.
Jenis tanah sangat erat kaitannya dengan kandungan mineral tanah didalamnya.
Mineral tanah sangat mempengaruhi proses infiltrasi dan perkolasi air tanah.
Infiltrasi dan perkolasi air akan lambat jika kadar mineral liat tanah meningkat
dan menjadi lebih cepat jika kadar mineral resisten tanah lebih banyak. (Ahmad,
dkk. 2018).
Mineral ini yang terbentuk dari alam disebut dengan kuarsa, tetapi yang
dibuat di laboratoriun disebut silium dioksida, sedang yang terdapat di dalam
tumbuhan Graminae, mineral ini disebut asam kersik. Sebagian besar mineral
terdapat dalam keadaan padat, tetapi ada juga yang dalam keadaan setengah padat,
gas ataupun cair. Jadi yang dinamakan mineral adalah bahan alam yang memiliki
susunan tertentu, bersifat homogen, anisotrop dan dapat berupa bahan padat, gas
maupun cair (Kusmiyarti, 2016).
Hefferan dan O’Brien (Mulyadi, 2008) menyebutkan bahwa mineral
didefinisikan oleh lima sifat berikut :
1. Mineral adalah padat, karena semua atom di dalamnya disatukan dalam posisi
tetap oleh kekuatan yang disebut ikatan kimia. sehingga tidak termasuk cairan
dan gas.
2. Mineral terjadi secara alami. Definisi ini tidak termasuk padatan sintetis yang
dihasilkan melalui teknologi.
3. Beberapa bahan padat Bumi terbentuk melalui proses anorganik dan organik.
Mineral biasanya terbentuk oleh proses anorganik.
4. Setiap spesies mineral memiliki komposisi kimia tertentu yang dapat
diekspresikan dengan formula kimia.
5. Susunan atom dalam mineral tidak secara acak. Sebaliknya mineral
mengkristal dengan pola geometris sehingga pola yang sama akan diulangi di
seluruh mineral.
Jenis dan bentuk mineral yang akan terbentuk sangat bergantung pada susunan
kimia dari magma dan laju penurunan suhu. Apabila susunan kimia magma
cenderung basaltis (basa), yaitu magma yang kaya unsur Mg, Fe dan Ca serta
memiliki lebih sedikit unsur silika maka mineral yang lebih banyak terbentuk
yaitu mineral mafik, seperti Olivin, Piroksin dan Ca-Feldspar (Ca- Plagioklas).
Sebaliknya, apabila susunan kimia magma cenderung granitis (asam), yaitu
magma yang kaya unsur K dan Na serta memiliki lebih banyak unsur silika maka
mineral yang lebih banyak terbentuk yaitu mineral felsik, seperti Kuarsa,
Muskovit dan K,Na-Feldspat (Na-Plagioklas dan Ortoklas). Oleh karena itu,
susunan mineral dalam bahan batuan atau bahan induk dapat mencerminkan sifat
dari kimia dari batuan atau bahan induk tersebut (Winarso, dkk., 2016).

2.2 Mineral Primer dan Sekunder


Jenis mineral tanah secara garis besar dapat dibedakan atas mineral primer dan
mineral sekunder. Mineral primer adalah mineral tanah yang umumnya
mempunyai ukuran butir fraksi pasirdengan ukuran butir 2 hingga 0,05
mm.Mineral sekunder atau mineral liat adalah mineral-mineral hasil pembentukan
baru atau hasil pelapukan mineral primer yang terjadi selama proses pembentukan
tanah yang komposisi maupun strukturnya sudah berbeda dengan mineral yang
terlapuk. Jenis mineral ini berukuran sangat halus yaitu dengan ukuran lebih kecil
dari 2 mikron (Setiawan & Siregar, 2020).
Susunan mineral primer dalam tanah sangat tergantung pada bahan
induknya. Tanah vulkanik terbentuk dari material gunung berapi yang dikeluarkan
ketika terjadi erupsi. Mineral primer pada tanah vulkanik umumnya dalam bentuk
fraksi pasir dan sebagian fraksi debu. Komposisi mineral primer mempunyai arti
yang penting dari segi pengelolaan tanah. Komposisi dan asosiasi dari beberapa
jenis mineral primer dapat digunakan sebagai indikator cadangan sumber hara
dalam tanah. Tanah dengan kandungan mineral mudah lapuk yang tinggi akan
mempunyai cadangan sumber hara yang tinggi pula, sebaliknya dominasi mineral
resisten pada tanah menunjukkan miskinnya cadangan sumber hara dalam tanah
tersebut. Beberapa contoh mineral primer seperti olivin, biotit, pirokse, amfibol,
plagioklas, ortoklas, muskovit dan kuarsa (Purwanto, dkk., 2018).
Mineral sekunder atau mineral liat adalah mineral berukuran halus (< 2 μ),
merupakan hasil pelapukan kimiawi dari mineral primer ataupun hasil
pembentukan baru dalam proses pembentukan tanah sehingga mempunyai
susunan kimia dan struktur berbeda dengan mineral sumbernya. Jenis mineral liat
yang terbentuk dalam proses pembentukan tanah umumnya tergantung pada jenis
dan konsentrasi dari susunan kation, Si, pH, dan kecepatan pencucian basabasa
dari hasil pelapukan. Beberapa contoh mineral sekunder diantaranya kaolinit,
haloisit, vermikulit, alofan dan geotit (Purwanto, dkk., 2018).

2.3 Mineral Tidak Resisten dan Mineral Resisten

Mineral memiliki sifat resisten terhadap proses pelapukan. Semakin tinggi tingkat
resistensi mineral, maka laju pelapukan mineral akan semakin lambat. Sifat
resisten mineral berkaitan dengan mudah atau tidaknya mineral mengalami
pelapukan di alam. Mineral tanah terdiri dari mineral mudah lapuk, seperti;
piroksen, biotit, dan plagioklas dan mineral resisten, seperti kuarsa, dan orthoklas,
sedangkan mineral sekunder didominasi oleh mineral liat dan mineral oksida
(Ahmad, A. Dkk., 2018). Mineral mudah lapuk adalah jenis mineral yang dapat
melapuk dan melepaskan unsur-unsur penyusunnya ke dalam tanah pada waktu
proses pembentukan tanah. Mineral tahan lapuk adalah mineral yang sulit
melapuk seiring dengan proses pembentukan tanah (Pramuji, 2009).
Mineral mudah lapuk yang banyak dijumpai di Indonesia adalah
plagioklas, amfibol, dan piroksin. Mineral mudah lapuk dapat mengalami proses
pelapukan secara cepat, dan hasil pelapukannya berupa unsur hara seperti Ca, Mg,
Na, K, dan Fe. Mineral tahan lapuk (opak, kuarsa) resisten terhadap pelapukan,
sehingga walaupun tanah telah mengalami tingkat pelapukan lanjut, mineral tahan
lapuk masih tetap ada (Pramuji, 2009).
Contoh tanah yang susunan mineralnya didominasi oleh mineral mudah
lapuk dapat diartikan bahwa contoh tanah tersebut mempunyai cadangan sumber
hara tanah yang tinggi. Bila yang dominan adalah mineral tahan lapuk, maka
contoh tanah tersebut miskin sumber hara tanah (Pramuji, 2009). Kuarsa adalah
mineral paling melimpah dan memiliki resistensi yang tinggi, sehingga dapat
ditemukan pada seluruh endapan baik asal laut maupun darat (Kusumastitu, Y.,
Dkk, 2020).
3. METODOLOGI

3.1 Waktu dan Tempat

Praktikum ini dilakukan pada hari Selasa, tanggal 14 September 2021. Praktikum
ini dilaksanakan di Fakultas Pertanian Universitas Hasanuddin Makassar.

3.2 Alat dan Bahan


Adapun alat yang digunakan pada praktikum Identifikasi Mineral Fraksi Tanah
yaitu penuntun praktikum, format praktikum, mikroskop binokuler, preparat, lup,
lap kasar dan lap halus. Bahan yang digunakan yaitu sampel tanah.
Adapun alat yang digunakan pada praktikum Mineral yaitu penuntun
praktikum, format praktikum, porselen, cutter/pisau baja, lup, lap kasar dan lap
halus. Bahan yang digunakan yaitu larutan HCl 0,1 % dan sampel/contoh
mineral.
3.3 Prosedur Kerja
3.3.1 Identifikasi Mineral Fraksi Tanah
Adapun prosedur kerja yang akan dilakukan pada praktikum Identifikasi Mineral
Fraksi Tanah sebagai berikut :
1. Mengambil sampel tanah sesuai dengan lokasi yang telah ditentukan
2. Membersihkan sampel tanah dari kotoran atau bahan organik
3. Mengeringkan sampel dan mengshaker
4. Mengidentifikasi kandungan mineral tanah untuk fraksi pasir dan debu
dengan mikroskop polarisasi.

3.3.2 Identifikasi Mineral


Adapun prosedur kerja yang akan dilakukan pada praktikum Mineral
sebagai berikut :
1. Melakukan pengamatan yang mewakili 8 golongan mineral
2. Mengamati warna mineral; warna utama (warna segar) dan warna yang
menyertai (warna lapuk)
3. Melakukan penceratan mineral dengan pecahan porselen untuk
mengetahui warna mineral dalam keadaan bubuk
4. Menentukan kilap mineral dengan cara melihat pantulan warna yang
dihasilkan suatu mineral ketika dilihat dibawah pencahayaan
5. Menggunakan kaca pembesar (lup) untuk melihat belahan dan pecahan
mineral
6. Melakukan tes pada mineral dengan kuku, cutter, pisau, pensil atau
minerl lainnya untuk mengetahui tingkat ketahanan mineral terhadap
tekanan goresan. Untuk penentuan tingkat kekerasan suatu mineral
menggunakan skala Mohs dan metode Lange sebagai standart kekerasan
suatu mineral
7. Menentukan berat jenis (density) mineral dengan cara menimbangnya di
udara
8. Menentukan system Kristal mineral melalui studi pustaka
9. Melakukan uji coba terhadap mineral untuk mengetahui tenacity
(ketahanan dari mineral), dengan cara pematahan, penggerusan,
pembengkokan atau pengirisan
10. Menentukan komposisi kimia mineral melalui studi pustaka
4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
4.1.1 Identifikasi Mineral Fraksi Tanah
Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan, maka didapatkan hasil seperti
berikut.
Tabel 1.1 Hasil Identifikasi Mineral Fraksi Tanah
Jenis Mineral yang
Sampel Gambar
Diidentifikasi

Kuarsa

Ortoklas

Sampel Mamuju

Galena

Muskovit

Sampel Barombong Kuarsa


Galena

Ortoklas

Muskovit
4.1.2 Identifikasi Mineral
Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan, maka didapatkan hasil seperti berikut.
Tabel 1.2 Hasil Identifikasi Mineral
No Nama Warna Sistem Komposisi
Mineral Segar Lapuk Cera Kila Belahan Pecah Kekera Berat Kristal Tenacity Kimia Gambar
t p an san Jenis

1 Plagioklas Putih - Putih 5 - 6,6 2,6 Heksagonal (CaNa)


AlSi3O8
Kaca Tidak Tidak Maleael
Piroksin Hijau - Hita Sempur Rata 5-6 2,9 – Monoklin
kehita m na 3,6 XY(Si,Al)2O6
man
2 Muscovite Putih - Putih Kaca Sempur Rata 2 – 2,5 2,76 – Monoklin Elastis K(Mg,Fe)3(Al
na 3,1 Si3O10)(OH)2

3 Pasir Hitam - Hita Loga Tidak Tidak 1,5 2,6 - Brittle Sn


Timah m m Jelas Jelas

4 Cromit Hitam Coklat Abu- Loga Tidak Tidak 5,5 4,5-4,8 Heksagonal Maleabel (Fe,Mg)Cr2O4
abu m Sempur Rata
gelap na
5 Pyrit Kuning Coklat Hita Loga Tidak Tidak 5-7 4,95 – Isometrik Brittle FeS2
Keema m m Sempur Rata 5,10
san na
6 Kalsit Putih - Putih Kaca Sempur Rata 3 2,71 Isometrik Brittle CaCO3
Transp na
aran
7 Galena Abu - Abu- Loga Sempur Rata 2,5 7,4 – Isometrik Brittle PbS (timbal
Gelap abu m na 7,6 timah)

8 Kalkopirit Keema Coklat Hita Loga Tidak Tidak 3,5 - 4 4,1 – Tetragonal Brittle CuFeS2
san tua m m sempurn rata 4,3
a
9 Olivin Hijau Hijau Putih Dam Tidak Tidak 6,5 - 7 3,5 – Orthorhombi - (MgFe)2(SiO4)
kehita kekuni ar sempurn rata 4,3 k
man ngan a

10 Kuarsa Putih - Putih Kaca Sempur Rata 7 2,57 Heksagonal Maleabel SiO2
na
11 Serpentin Hijau - Putih Dam Tidak Tidak 3-4 2,5 – Monoklin Brittle Mg6(Si4O10)
kehita ar jelas jelas 2,8 (OH)8
man
12 Biotit Hijau - Putih Kaca Sempur Rata 2,5 - 3 2,7 – Monoklin Elastis K(Mg,Fe)3
kehita na 3,3 (Si3O10)
man (F,OH)2
13 Orthoklas Putih - Putih Dam Sempur Tidak 6 – 6,5 <3 Monoklin - KAISi3O8
ar na rata
14 Crysotil Hitam Hitam Hita Kaca Sempur Rata 2,5 – 2,5 Monoklin Brittle Mg3(SiO5)OH4
kehijau keabu m na 3,5
an an abu-
abu
15 Belerang Kuning - Putih Dam Tidak Tidak 2 2,05 – Orthorhombi Brittle S
ar Sempur rata 2,09 k
na

16 Malachite Hijau - - Tida Sempur Tidak 3,5 - 4 3,6 – 4 Monoklin Brittle Cu2CO3(OH)2
kebiru k na rata
an meng
kilap
17 Hematit Putih - Putih - Sempur Rata 5 – 6,5 4,9 – Tetragonal Maleabel Fe2O3
na 5,3

18 Magnetik Hitam Coklat Hita Loga Tidak Tidak 5,5 – 5,1 - Maleabel Fe3O4
m m jelas jelas 6,5

19 Zeolit Putih Putih Putih - Sempur Rata 3 2 – 2,4 Isometrik Brittle AIO4 dan SiO4
na
20 Sphalerite Hijau - Cokla Lem Sempur Rata 3,5 - 4 3,9 – Isometrik Maleabel (Zn, Fe) S
Kehita t ak na 4,2
man
21 Gypsum Putih - Putih Suter Sempur Rata 2 2,3 Monoklin Elastis CaSO4.2(H2O)
a na
4.1 Pembahasan

Berdasarkan hasil pengamatan, pada praktikum identifikasi mineral


fraksi tanah didapatkan jenis mineral pada sampel Mamuju yaitu, kuarsa,
Ortoklas, Muskovit, dan Galena. Sedangkan pada sampel Barombong, jenis
mineral yang didapatkan adalah Muskovit, Kuarsa, Galena dan Ortoklas. Dari
hasil identifikasi ditemukan bahwa pada kedua sampel tersebut terdapat
mineral Kuarsa dan Ortoklas. Dimana hal itu mengindikasikan bahwa kedua
mineral itu memiliki sebaran yang lebih luas dibanding mineral lain karena
sifatnya yang resistensi terhadap pelapukan. Hal tersebut sesuai dengan
pernyataan Ahmad, A., dkk (2018) yang menyebutkan bahwa mineral
resisten contohnya seperti kuarsa, dan orthoklas. Kemudian juga didukung
oleh pernyataan Kusumastuti, Y., dkk, (2020) yang menyatakan bahwa kuarsa
adalah mineral paling melimpah dan memiliki resistensi yang tinggi.
Berdasarkan tabel pengamatan, pada hasil praktikum identifikasi mineral
tanah bahwa perbedaan mineral-mineral tanah dapat dilihat dari warna, cerat,
kilap, belahan, pecahan, kekerasa, berat jenis, sistem kristal, dan komposisinya.
Hal ini sejalan dengan pendapat Julinawati (2015) yang mengatakan bahwa
selama ini penentuan jenis mineral hanya berdasarkan sifat fisiknya. Sifat fisik
mineral yang sering digunakan antara lain bentuk kristal (form), kilap (luster),
warna (colour), cerat (streak), kekerasan (hardness), belahan (cleavage),
pecahan (fracture) dan berat jenis (specifik gravity).
Berdasarkan tabel pengamatan, setiap mineral memiliki kompisisi kimia
dan struktur kristalnya yang berbeda-beda, Hal tersebut dikarenakan
penggolongan dari setiap mineral yang terdapat pada pelapukan batuan, Hal ini
sesuai dengan Klein dan Hurlbut (1993) bahwa penggolongan mineral-mineral
terbagi menjadi delapan berdasarkan komposisi kimia dan struktur kristalnya,
yaitu 1. Unsur (native element), yang dicirikan oleh hanya memiliki satu unsur
kimia, sifat dalam umumnya mudah ditempa dan/atau dapat dipintal, seperti
emas, perak, tembaga, arsenik, bismuth, belerang, intan, dan grafit. 2. Mineral
sulfida atau sulfosalt, merupakan kombinasi antara logam atau semi-logam
dengan belerang (S), misalnya galena (PbS), pirit (FeS2), proustit (Ag3AsS3). 3.
Oksida dan hidroksida, merupakan kombinasi antara oksigen atau hidroksil/air
dengan satu atau lebih macam logam, misalnya magnetit (Fe 3O4), goethit
(FeOOH). 4. Haloid, dicirikan oleh adanya dominasi dari ion halogenida yang
elektronegatif, seperti Cl, Br, F, dan I. Contoh mineralnya: halit (NaCl), silvit
(KCl), dan Fluorit (CaF2). 5. Nitrat, karbonat dan borat, merupakan kombinasi
antara logam/semilogam dengan anion komplek, CO3 atau nitrat, NO3 atau
borat (BO3). Contohnya: kalsit (CaCO3), niter (NaNO3), dan borak
(Na2B4O5(OH)4 . 8H2O). 6. Sulfat, kromat, molibdat, dan tungstat, dicirikan
oleh kombinasi logam dengan anion sulfat, kromat, molibdat, dan tungstat.
Contohnya: barit (BaSO4), wolframit ((Fe,Mn)Wo4). 7. Fosfat, arsenat, dan
vanadat, contohnya apatit (CaF(PO4)3), vanadinit (Pb5Cl(PO4)3). 8. Silikat,
merupakan mineral yang jumlah meliputi 25% dari keseluruhan mineral yang
dikenal atau 40% dari mineral yang umum dijumpai. Kelompok mineral ini
mengandung ikatan antara Si dan O. Contohnya: kuarsa dan zeolit-Na.
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan, terdapat 2 jenis warna pada
mineral yang diamati yaitu gelap dan terang, terdpatnya perbedaan warna yang
terjadi dikarenakan mineral yang berwarna gelap mengindikasikan
mengandung besi, sedangkan pada mineral berwarna terang mengindikasikan
mengandung silika. Hal ini sesuai dengan penyataan Noor (2009) bahwa warna
mineral memang bukan merupakan penciri utama untuk dapat membedakan
antara mineral yang satu dengan lainnya. Namun paling tidak ada warna-warna
yang khas yang dapat digunakan untuk mengenali adanya unsur tertentu
didalamnya. Sebagai contoh warna gelap dipunyai mineral, mengindikasikan
terdapatnya unsur besi. Disisi lain mineral dengan warna terang, diindikasikan
banyak mengandung silika.
5.KESIMPULAN

Berdasarkan pembahasan dapat disimpulkan bahwa, mineral fraksi tanah


mudah diidetifikasi menggunakan Mikroskop dan banyaknya mineral kuarsa
yang terdapat pada setiap sampel. Sedangkan pada identifikasi mineral tanah
dapat dilakukan dengan meninjau sifat fisik dan kimia dari mineral tersebut.
Sifat-sifat tersebut seperti warna, cerat, kilap, belahan, pecahan, kekerasa, berat
jenis, sistem kristal, dan komposisinya.
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, A., Lopulisa, C., Imran, A. M., & Baja, S. (2018). Mineral Tanah
sebagai Indikator Stabilitas Tanah pada Daerah Berlereng: Studi Kasus
Tombolopao Kabupaten Gowa. Jurnal Ecosolum, 7(1), 33-37.

Firmansyah, M. A. (2017). Karakterisasi, kesesuaian lahan dan teknologi kelapa


sawit rakyat di rawa pasang surut Kalimantan Tengah. Jurnal Penelitian
Pertanian Terapan, 14(2).

Julinawati, J., Marlina, M., Nasution, R., dan Sheilatina, S. 2015. Applying Sem-
edx Techniques to Identifying the Types of Mineral of Jades (Giok)
Takengon, Aceh. Jurnal Natural Unsyiah, 15(2), 116128.

Klein, C., Hurlbut, C. S., Dana, J. D., and Mineraloge, G. 1993. Manual of


mineralogy (Vol. 394). New York: Wiley.

Kusumastuti, Y., Marin, J., Putra, P. S., Kurniasih, A., Setyawan, R., Nugroho, S.
H., & Yulianto, E. (2020). Karakteristik Sedimentologi dan Geokimia
Endapan Tsunami di Teluk Busong, Pulau Simeulue. Jurnal Geosains dan
Teknologi, 3(1), 12-20

Noor, D. 2009. Pengantar Geologi. Bogor: Program Studi Teknik Geologi


Fakultas Teknik Universitas Pakuan.

Pramuji, Bastaman, M., (2009). Teknik Analisis Mineral Tanah untuk Menduga
Cadangan Sumber Hara. Buletin Teknik Pertanian, 14(2): 80-82

Purwanto, S., Gani, R. A., & Sukarman, S. (2018). Karakteristik Mineral Tanah
Berbahan Vulkanik dan Potensi Kesuburannya di Pulau Jawa. Jurnal
Sumberdaya Lahan, 12(2), 83-98.

Setiawan, M. R., & Siregar, R. N. (2020). Kandungan Mineral dan Struktur


Kristal Batu Sekis. SPEJ (Science and Physic Education Journal), 4(1),
24-30.

Winarso, D., Sugeng, I., Bowo, D., & Cahyoadi, I. (2016) MINERAL-
MINERAL TANAH ABU VULKANIK GUNUNG RAUNG DI
KABUPATEN JEMBER SEBAGAI CADANGAN HARA DI DALAM
TANAH.Skripsi Universitas Jember.

Anda mungkin juga menyukai