MINERAL TANAH
Tanah merupakan hasil dari proses pelapukan baik secara fisik, kimia maupun
biologi yang terjadi di alam. Tanah yang terbentuk di alam akan berbeda-beda
bergantung dari faktor pembentuknya, yaitu berupa iklim, organisme, bahan
induk, topografi dan waktu. Pada umumnya tanah dapat terbagi menjadi dua
jenis berdasarkan bahan pembentuknya yaitu tanah organik/gambut dan tanah
mineral. Di wilayah Indonesia sendiri, tanah mineral menjadi jenis tanah yang
banyak ditemui. Tanah mineral merupakan tanah yang terbentuk dari bahan
mineral melalui proses pelapukan. Batuan yang mengandung mineral akan
melapuk menjadi bahan induk tanah, kemudian terus berkembang dengan proses
pedogenesis hingga pada akhirnya menjadi tanah. Mineral yang terkandung
dalam batuan juga mengalami pelapukan dan menjadi sumber unsur hara bagi
tanaman.
Di alam mineral di jumpai bermacam-macam dengan bentuk yang
bervariasi, terkadang hanya terdiri dari sebuah kristal atau gugusan kristal-kristal
dalam rongga-rongga ataupun celah batuan, tetapi umumnya mineral di jumpai
sebagai butiran kristal yang tumbuh bersama membentuk batuan.Bentuk kristal
mineral merupakan suatu sistem tersendiri dimana setiap jenis mineral
mempunyai bentuk kristal tersendiri. Sistem ini dikelompokan menjadi enam
sistem, yaitu : Isometrik, Tetragonal, Hexagonal, Trigonal, Orthorombik,
Monoklin, dan Triklin. Kristalisasi dapat terjadi dari larutan hal ini merupakan
hal yang umum yaitu bila larutan telah jenuh, selain itu juga jika temperatur
larutan diturunkan. Benda padat akan meleleh karena tingginya temperatur yang
membeku, membentuk kristal-kristal bila mendingin.
Mineral tanah memiliki peranan yang sangat penting khususnya dalam
bidang pertanian. Identifikasi mineral tanah dapat membantu dalam mengetahui
tingkat kesuburan dari suatu lahan. Selain itu, identifikasi mineral tanah juga
dapat membantu dalam proses evaluasi lahan, sehingga penggunaan lahan dapat
lebih sesuai dengan fungsinya.
Berdasarkan uaraian diatas maka perlu dilakukan praktikum identifikasi
mineral fraksi tanah agar mahasiswa dapat mengidentifikasi jenis – jenis mineral
penyusun tanah serta dapat memahami perbedaannya
2.1 Mineral
Mineral tanah adalah mineral yang terkandung di dalam tanah dan merupakan
salah satu bahan utama penyusun tanah. Mineral di dalam tanah berasal dari
pelapukan fisik dan kimia dari batuan yang merupakan bahan induk tanah. Proses
pembentukan mineral tanah berasal dari rekristalisasi dari senyawa-senyawa hasil
pelapukan lainnya atau pelapukan dari mineral primer dan sekunder yang ada.
Jenis tanah sangat erat kaitannya dengan kandungan mineral tanah didalamnya.
Mineral tanah sangat mempengaruhi proses infiltrasi dan perkolasi air tanah.
Infiltrasi dan perkolasi air akan lambat jika kadar mineral liat tanah meningkat
dan menjadi lebih cepat jika kadar mineral resisten tanah lebih banyak. (Ahmad,
dkk. 2018).
Mineral ini yang terbentuk dari alam disebut dengan kuarsa, tetapi yang
dibuat di laboratoriun disebut silium dioksida, sedang yang terdapat di dalam
tumbuhan Graminae, mineral ini disebut asam kersik. Sebagian besar mineral
terdapat dalam keadaan padat, tetapi ada juga yang dalam keadaan setengah padat,
gas ataupun cair. Jadi yang dinamakan mineral adalah bahan alam yang memiliki
susunan tertentu, bersifat homogen, anisotrop dan dapat berupa bahan padat, gas
maupun cair (Kusmiyarti, 2016).
Hefferan dan O’Brien (Mulyadi, 2008) menyebutkan bahwa mineral
didefinisikan oleh lima sifat berikut :
1. Mineral adalah padat, karena semua atom di dalamnya disatukan dalam posisi
tetap oleh kekuatan yang disebut ikatan kimia. sehingga tidak termasuk cairan
dan gas.
2. Mineral terjadi secara alami. Definisi ini tidak termasuk padatan sintetis yang
dihasilkan melalui teknologi.
3. Beberapa bahan padat Bumi terbentuk melalui proses anorganik dan organik.
Mineral biasanya terbentuk oleh proses anorganik.
4. Setiap spesies mineral memiliki komposisi kimia tertentu yang dapat
diekspresikan dengan formula kimia.
5. Susunan atom dalam mineral tidak secara acak. Sebaliknya mineral
mengkristal dengan pola geometris sehingga pola yang sama akan diulangi di
seluruh mineral.
Jenis dan bentuk mineral yang akan terbentuk sangat bergantung pada susunan
kimia dari magma dan laju penurunan suhu. Apabila susunan kimia magma
cenderung basaltis (basa), yaitu magma yang kaya unsur Mg, Fe dan Ca serta
memiliki lebih sedikit unsur silika maka mineral yang lebih banyak terbentuk
yaitu mineral mafik, seperti Olivin, Piroksin dan Ca-Feldspar (Ca- Plagioklas).
Sebaliknya, apabila susunan kimia magma cenderung granitis (asam), yaitu
magma yang kaya unsur K dan Na serta memiliki lebih banyak unsur silika maka
mineral yang lebih banyak terbentuk yaitu mineral felsik, seperti Kuarsa,
Muskovit dan K,Na-Feldspat (Na-Plagioklas dan Ortoklas). Oleh karena itu,
susunan mineral dalam bahan batuan atau bahan induk dapat mencerminkan sifat
dari kimia dari batuan atau bahan induk tersebut (Winarso, dkk., 2016).
Mineral memiliki sifat resisten terhadap proses pelapukan. Semakin tinggi tingkat
resistensi mineral, maka laju pelapukan mineral akan semakin lambat. Sifat
resisten mineral berkaitan dengan mudah atau tidaknya mineral mengalami
pelapukan di alam. Mineral tanah terdiri dari mineral mudah lapuk, seperti;
piroksen, biotit, dan plagioklas dan mineral resisten, seperti kuarsa, dan orthoklas,
sedangkan mineral sekunder didominasi oleh mineral liat dan mineral oksida
(Ahmad, A. Dkk., 2018). Mineral mudah lapuk adalah jenis mineral yang dapat
melapuk dan melepaskan unsur-unsur penyusunnya ke dalam tanah pada waktu
proses pembentukan tanah. Mineral tahan lapuk adalah mineral yang sulit
melapuk seiring dengan proses pembentukan tanah (Pramuji, 2009).
Mineral mudah lapuk yang banyak dijumpai di Indonesia adalah
plagioklas, amfibol, dan piroksin. Mineral mudah lapuk dapat mengalami proses
pelapukan secara cepat, dan hasil pelapukannya berupa unsur hara seperti Ca, Mg,
Na, K, dan Fe. Mineral tahan lapuk (opak, kuarsa) resisten terhadap pelapukan,
sehingga walaupun tanah telah mengalami tingkat pelapukan lanjut, mineral tahan
lapuk masih tetap ada (Pramuji, 2009).
Contoh tanah yang susunan mineralnya didominasi oleh mineral mudah
lapuk dapat diartikan bahwa contoh tanah tersebut mempunyai cadangan sumber
hara tanah yang tinggi. Bila yang dominan adalah mineral tahan lapuk, maka
contoh tanah tersebut miskin sumber hara tanah (Pramuji, 2009). Kuarsa adalah
mineral paling melimpah dan memiliki resistensi yang tinggi, sehingga dapat
ditemukan pada seluruh endapan baik asal laut maupun darat (Kusumastitu, Y.,
Dkk, 2020).
3. METODOLOGI
Praktikum ini dilakukan pada hari Selasa, tanggal 14 September 2021. Praktikum
ini dilaksanakan di Fakultas Pertanian Universitas Hasanuddin Makassar.
4.1 Hasil
4.1.1 Identifikasi Mineral Fraksi Tanah
Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan, maka didapatkan hasil seperti
berikut.
Tabel 1.1 Hasil Identifikasi Mineral Fraksi Tanah
Jenis Mineral yang
Sampel Gambar
Diidentifikasi
Kuarsa
Ortoklas
Sampel Mamuju
Galena
Muskovit
Ortoklas
Muskovit
4.1.2 Identifikasi Mineral
Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan, maka didapatkan hasil seperti berikut.
Tabel 1.2 Hasil Identifikasi Mineral
No Nama Warna Sistem Komposisi
Mineral Segar Lapuk Cera Kila Belahan Pecah Kekera Berat Kristal Tenacity Kimia Gambar
t p an san Jenis
4 Cromit Hitam Coklat Abu- Loga Tidak Tidak 5,5 4,5-4,8 Heksagonal Maleabel (Fe,Mg)Cr2O4
abu m Sempur Rata
gelap na
5 Pyrit Kuning Coklat Hita Loga Tidak Tidak 5-7 4,95 – Isometrik Brittle FeS2
Keema m m Sempur Rata 5,10
san na
6 Kalsit Putih - Putih Kaca Sempur Rata 3 2,71 Isometrik Brittle CaCO3
Transp na
aran
7 Galena Abu - Abu- Loga Sempur Rata 2,5 7,4 – Isometrik Brittle PbS (timbal
Gelap abu m na 7,6 timah)
8 Kalkopirit Keema Coklat Hita Loga Tidak Tidak 3,5 - 4 4,1 – Tetragonal Brittle CuFeS2
san tua m m sempurn rata 4,3
a
9 Olivin Hijau Hijau Putih Dam Tidak Tidak 6,5 - 7 3,5 – Orthorhombi - (MgFe)2(SiO4)
kehita kekuni ar sempurn rata 4,3 k
man ngan a
10 Kuarsa Putih - Putih Kaca Sempur Rata 7 2,57 Heksagonal Maleabel SiO2
na
11 Serpentin Hijau - Putih Dam Tidak Tidak 3-4 2,5 – Monoklin Brittle Mg6(Si4O10)
kehita ar jelas jelas 2,8 (OH)8
man
12 Biotit Hijau - Putih Kaca Sempur Rata 2,5 - 3 2,7 – Monoklin Elastis K(Mg,Fe)3
kehita na 3,3 (Si3O10)
man (F,OH)2
13 Orthoklas Putih - Putih Dam Sempur Tidak 6 – 6,5 <3 Monoklin - KAISi3O8
ar na rata
14 Crysotil Hitam Hitam Hita Kaca Sempur Rata 2,5 – 2,5 Monoklin Brittle Mg3(SiO5)OH4
kehijau keabu m na 3,5
an an abu-
abu
15 Belerang Kuning - Putih Dam Tidak Tidak 2 2,05 – Orthorhombi Brittle S
ar Sempur rata 2,09 k
na
16 Malachite Hijau - - Tida Sempur Tidak 3,5 - 4 3,6 – 4 Monoklin Brittle Cu2CO3(OH)2
kebiru k na rata
an meng
kilap
17 Hematit Putih - Putih - Sempur Rata 5 – 6,5 4,9 – Tetragonal Maleabel Fe2O3
na 5,3
18 Magnetik Hitam Coklat Hita Loga Tidak Tidak 5,5 – 5,1 - Maleabel Fe3O4
m m jelas jelas 6,5
19 Zeolit Putih Putih Putih - Sempur Rata 3 2 – 2,4 Isometrik Brittle AIO4 dan SiO4
na
20 Sphalerite Hijau - Cokla Lem Sempur Rata 3,5 - 4 3,9 – Isometrik Maleabel (Zn, Fe) S
Kehita t ak na 4,2
man
21 Gypsum Putih - Putih Suter Sempur Rata 2 2,3 Monoklin Elastis CaSO4.2(H2O)
a na
4.1 Pembahasan
Ahmad, A., Lopulisa, C., Imran, A. M., & Baja, S. (2018). Mineral Tanah
sebagai Indikator Stabilitas Tanah pada Daerah Berlereng: Studi Kasus
Tombolopao Kabupaten Gowa. Jurnal Ecosolum, 7(1), 33-37.
Julinawati, J., Marlina, M., Nasution, R., dan Sheilatina, S. 2015. Applying Sem-
edx Techniques to Identifying the Types of Mineral of Jades (Giok)
Takengon, Aceh. Jurnal Natural Unsyiah, 15(2), 116128.
Kusumastuti, Y., Marin, J., Putra, P. S., Kurniasih, A., Setyawan, R., Nugroho, S.
H., & Yulianto, E. (2020). Karakteristik Sedimentologi dan Geokimia
Endapan Tsunami di Teluk Busong, Pulau Simeulue. Jurnal Geosains dan
Teknologi, 3(1), 12-20
Pramuji, Bastaman, M., (2009). Teknik Analisis Mineral Tanah untuk Menduga
Cadangan Sumber Hara. Buletin Teknik Pertanian, 14(2): 80-82
Purwanto, S., Gani, R. A., & Sukarman, S. (2018). Karakteristik Mineral Tanah
Berbahan Vulkanik dan Potensi Kesuburannya di Pulau Jawa. Jurnal
Sumberdaya Lahan, 12(2), 83-98.
Winarso, D., Sugeng, I., Bowo, D., & Cahyoadi, I. (2016) MINERAL-
MINERAL TANAH ABU VULKANIK GUNUNG RAUNG DI
KABUPATEN JEMBER SEBAGAI CADANGAN HARA DI DALAM
TANAH.Skripsi Universitas Jember.