Anda di halaman 1dari 16

Laporan Praktikum

Agrogeologi

BATUAN BEKU

NAMA : HARDIANSYAH
NIM : G051211032
KELAS : ILMU TANAH A
KELOMPOK :7
ASISTEN : ARFAN CHANANDI

PROGRAM STUDI ILMU TANAH


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2021
1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Batuan adalah bahan kerak bumi. Seluruh batuan mengandung unsur kimia yang
disebut mineral yang saling terkait. Ketika mineral-mineral menggantikan
tulangtulang hewan yang mati dengan batu-batuan. Siklus batu-batuan adalah
proses perubahan satu jenis yang lain. Ketiga kelas batu-batuan dapat berubah dari
satu jenis ke jenis yang lain melalui berbagai proses seperti peleburan, pelapukan
karena cuaca dan tekanan (Hertanto dan Hasibuan, 2005).
Batuan secara geologi didefennisikan sebagai bahan padat yang membentuk
kerak bumi, batuan pada umumnya tersusun atas dua mineral atau lebih. Batuan
umumnya diklasifikasikan berdasarkan komposisi mineral dan kimia, dengan
tekstur partikel unsur dan oleh proses yang membentuk batuan tersebut. Beberapa
batuan dapat dimanfaatkan untuk kebutuhan bahan mentah semen, karbit, bahan
pemutih dalam pembuatan soda abu, penetral keasaman tanah,bahan pupuk,
industri keramik, industry karet dan ban, kertas, bahkan tambahan dalam proses
peleburan dan pemurnian baja, bahan penggosok, pembuatan alumina, floatasi,
pembuatan senyawa alkali, pembasmi hama, industri kaca, bata silica, bahan tahan
api dan penjernihan air (Hertanto dan Hasibuan, 2005).
Batuan beku merupakan batuan yang berasal dari hasil proses pembekuan
magma. Batuan beku (Igneuous Rock) berasal dari kata Ignis dan Rock, Ignis yang
berarti api atau pijar, karena magma merupakan material silikat yang panas dan
pijar yang terdapat di dalam bumi. Magma merupakan material silikat yang sangat
panas yang terdapat di dalam bumi dengan temperatur berkisar antara 600 °C
sampai 1500 °C dan Rock memiliki arti batuan (Taufik, 2005).
Berdasarkan uraian di atas maka perlunya diadakan praktikum mengenai
identifikasi batuan beku untuk mengetahui jenis batuan beku serta karakteristik
ganesanya.
1.2 Tujuan dan Kegunaan
Tujuan diadakannya praktikum batuan beku yakni untuk mampu membedakan
jenis-jenis batuan beku, dan menjelaskan karakteristik dan genesa dari jenis-jenis
batuan beku. Adapun kegunaan diadakannya praktikum ini adalah agar mahasiswa
mampu memahami mengenai batuan beku.
2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Batuan Beku


Batuan beku merupakan jenis batuan yang terbentuk dari magma. Magma ini
dapat berasal dari batuan setengah cair ataupun batuan yang sudah ada, baik di
mantel ataupun kerak bumi. Umumnya proses pelelehan terjadi oleh salah satu
dari proses-proses seperti kenaikan temperatur, penurunan tekanan, atau pada
perubahan suatu komposisi (Noor, 2009).
Berdasarkan teksturnya, batuan beku bisa dibedakan menjadi batuan beku
plutonik dan vulkanik. Perbedaan antara keduanya bisa dilihat dari besar mineral
penyusun batuannya. Batuan beku plutonik umumnya terbentuk dari pembekuan
magma yang relatif lebih lambat sehingga mineral mineral penyusunnya relatif
besar. Contoh batuan ini seperti Gabro, Diorite, dan Granit. Sedangkan batuan
beku vulkanik umumnya terbentuk dari pembekuan magma yang sangat cepat
misalnya akibat letusan gunung api (Taufik, 2005).
Batuan beku juga penting secara geologis karena mineral dan kimia
globalnya memberi informasi tentang komposisi mantel, dari mana beberapa
batuan beku diekstraksi, dan kondisi suhu dan tekanan yang memungkinkan
ekstraksi ini, dan atau batuan lain yang sudah ada yang meleleh. Usia absolut
batuan beku dapat diperoleh dari berbagai bentuk penanggalan radiometrik dan
dengan demikian dapat dibandingkan dengan strata geologi yang berdekatan, yang
memungkinkan rangkaian kejadian waktu (Taufik, 2005).
2.2 Proses Pembentukan Batuan Beku
Menurut Chaerul (2019), proses yang terjadi pada proses pembentukan batuan
beku sebagai berikut:
a. Diferensiasi Magma
Diferensiasi magma yaitu proses pemisahan magma homogen dalam
fraksifraksi dengan komposisi yang berbeda akibat pengaruh dari migrasi ion-ion
atau molekul-molekul di dalam magma, perpindahan gas-gas, pemindahan carian
magma dengan cairan magma lain dan filterpressing.
b. Asimilasi
Asimilasi adalah proses reaksi atau pelarutan antara magma dengan batuan
di sekitarnya (Wall Rock) yang umumnya terjadi pada intrusi magma basa
terhadap batuan asam. Misalnya proses asimilasi yang terjadi akibat adanya
intrusi magma Gabroik terhadap batuan samping granit akan menghasilkan batuan
beku diorit yang bersifat intermediat.
c. Proses pencampuran dari magma
Selama proses kristalisasi berlangsung selama ada kecenderungan untuk
mempertahankan keseimbangan antara fare padat dan cair. Dalam hal ini
kristalkristal yang awal terbentuk akan bereaksi dengan cairan magma sehingga
akan mengalami perubahan komposisi, dan reaksi ini akan terus terjadi pada
kristalisasi mineral-mineral plagioklas.
2.3 Komposisi Mineral Batuan Beku
Menurut Suseno (2013), atas dasar warna mineral sebagai penyusun batuan beku
dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu:
a. Mineral felsik, yaitu mineral yang berwarna terang, terutama terdiri dari
mineral kuarsa, feldspar, feldspatoid dan muskovit.
b. Mineral mafik, yaitu mineral yang berwarna gelap, terutama biotit, piroksin,
amfibol dan olivin.
Pembentukan komposisi mineral batuan beku dapat terjadi melalui diferensiasi
magma yang mendingin dan mengeras dengan atau tanpa kristalisasi, baik di
bawah permukaan sebagai batuan intrusi (plutonik) maupun di atas permukaan
sebagai batuan ekstrusif (vulkanik). Batu magma ini bisa saja berasal dari batuan
semi cair atau dari batuan yang sudah ada, baik di dalam mantel bumi maupun di
dalam kerak bumi. Secara umum, proses fusi ini terjadi melalui beberapa proses
seperti kenaikan suhu, penurunan tekanan atau karena perubahan pada suatu
komposisi mineral batuan (Noor, 2009).
3. METODOLOGI

3.1 Tempat dan Waktu


Praktikum yang di lakukan kali ini dilakukan di Labotatorium Genesis dan
Klasifikasi Tanah Fakultas Pertanian Universitas Hasanuddin. Dilaksanakan pada
hari Kamis 16 September 2021, pukul 11.00 – 12.00 WITA.
3.2 Alat dan Bahan:
Alat yang digunakan dalam praktikum identifikasi batuan beku ini yaitu lup.
Adapun bahan yang digunakan yaitu sampel/contoh batuan beku.
3.3 Prosedur Kerja
Prosedur kerja yang dilakukan pada saat praktikum identifikasi batuan beku
adalah sebagai berikut:
1. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan, seperti lup dan sampel
batuan beku.
2. Melakukan pengamatan batuan beku yang mewakili setiap jenis batuan
beku.
3. Melakukan pengamatan dengan mengamati warna utama (warna segar) serta
warna pelapukannya (jika terdapat).
4. Melakukan identifikasi kandungan mineral yang terdapat pada batuan beku.
5. Melakukan pengamatan terhadap tekstur pada batuan beku dengan
menggunakan lup. Seperti tingkat kristalinitas, granulitas, dan fabrik
(kemas), serta melakukan pengamatan terhadap struktur batuan
beku.kanmberikan nama batuan yang di amati berdasarkan tekstur dan
struktur batuan dengan tabel penamaan batuan beku.
4.2 Pembahasan
Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan, didapatkan hasil bahwa batuan
beku ada yang memiliki warna segar berwarna putih dengan kristalinitas
holohialin dengan bentuk yang kebanyakan equigranular. Contohnya terdapat
pada batu Apung dan batu Trakit. Hal ini sesuai dengan pendapat Katyagni
(2020), bahwa batuan beku jenis masam yaitu pada Apung, intermediet dan Trakit
memiliki warna lapuk yang telihat kuning kecoklatan sedangkan warna segar yang
telihat putih keabu-abuan. Tekstur kristalinitas pada Apung dan Trakit yaitu
holohialin yang tersusun dari kristal.
Kemudian pada batuan beku, umumnya memiliki struktur yang massive
dengan karakteristik warnanya ada yang berwarna hitam, hijau ataupun hitam
kehijauan dengan struktur yang beragam. Contohnya ada pada batuan Basal,
Gabro, Andesit , Diabas, dan juga Riolit serta batuan Periditit memiliki struktur
massive, dimana strukturnya memperlihatkan suatu masa batuan yang terlihat
seragam. Hal ini didukung oleh pendapat dari Maulana et al (2016), bahwa pada
batuan beku dengan strukturnya yang massive dengan ciri – ciri fisik warna hijau
sampai kehitaman, kristalinirtas holokristalin, granularitas faneritik dengan
struktur massive, komposisi mineral yang terkandung yaitu Olivin dan feldspar.
Batuan beku memiliki warna lapuk yang cenderung agak gelap seperti warna
hitam, coklat, abu-abu ataupun hitam kehijauan. Contoh batuannya yaitu Scoria,
Gabro Andesit serta batuan Diabas. Batuan tersebut berwarna agak gelap karena
warna Batuan beku tersebut dihasilkan dari sejumlah ion logam dalam zat kaca
yang relatif jernih. Hal tersebut juga sesuai dengan pendapat Maulana et al
(2016), bahwa batuan beku terbentuk dari proses pembekuan magma yang
kemudian mengalami proses pendinginan kemudian menjadi batuan dengan
warna lapuknya dominan gelap, ada yang berwarna putih keabu-abuan, coklat
hingga hijau kehitaman.
Batuan beku memiliki tekstur kristalinitas holokristalin dan granularitasnya
fanerik yang terdapat kristal kristal yang dapat dibedakan satu sama lain secara
megaskopis dengan mata biasa atau untuk lebih jelasnya dapat dilihat
menggunakan Lup. Contohnya batuan beku jenis Granit dan Diorit. Hal ini sesuai
pendapat para ahli Setiawan et al (2019) batuan beku dengan ukuran 1-12 mm,
tekstur fanerik, holokristalin, mempunyai kemiripan karakteristik dengan batuan
plutonik, yaitu mikrokristalin yang telah membeku di dekat permukaan.
Batuan beku selain memiliki tekstur kristalinitas holohialin juga mempunyai
granularitasnya afanitik. Besar kristal-kristal dari golongan ini tidak dapat
dibedakan dengan mata biasa sehingga diperlukan bantuan mikroskop. Batuan
dengan tekstur afanitik dapat tersusun oleh kristal. Contohnya pada batuan Scoria.
Hal ini sesuai pendapat Pandojo (1994), bahwa batuan Scoria merupakan jenis
batuan beku dengan fragmen batuan yang diperkirakan berasal dari batuan lava
bagian pinggir. Ciri-ciri megaskopis batuan ini berwarna abu-abu kehitaman,
struktur yang kompak berongga-rongga yang cukup dominan dan tekstur afanitik
dengan massa dasar afanitik sedangkan ciri-ciri mikroskopis mempunyai warna
keruh kehijauan berbintik hitam, struktur cukup kompak dengan rongga-rongga
halus sampai sedang atau vesikuler kurang lebih 20 % yang terdiri dari plagioklas
dan piroksin yang tertanam dalam massa dasar gelas isotropis.
5. KESIMPULAN
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa:
1. Batuan beku adalah jenis batuan yang terbentuk dari magma yang mendingin
dan mengeras, dengan atau tanpa proses kristalisasi.
2. Batuan beku terdiri atas beberapa jenis batuan yang terbentuk karena proses
dan komposisi mineral yang berbeda-beda.
DAFTAR PUSTAKA

Chaerul M.S, Adi M.G, & Suripto M. 2019. Geologi Pertambangan. Medan:
PPTK MEDAN.

Hertanto dan G. Hasibuan. 2005. Karakteristik Geologi Teknik Tanah Residu


Batuan Beku. Jurnal Geologi Indonesia, Vol. 6 No. 3 September
2011:177-189. Harjdowigeno, S. Ilmu Tanah, Jakarta: Akademik
Presindo.

Katyagni, T. 2020. Agrogeologi dan Lingkungan, Denpasar: Universitas


Brawijaya

Maulana M A, Waayan W I, Lucas D S, & Egy M E. 2016. Studi Karakteristik


Dan Petrogenesis Batuan Beku. Jurnal Geomine, 219-229.

Noor. 2009. M F. Studi Karektristik Mineral Batuan Beku. :

Setiawan, N. I., Sariyanto, & Saputro, A. A. 2019. Teknik Pembuatan Sayatan


Tipis Batuan. Proceeding, Seminar Nasional Kebumian Ke-9, 378-388.

Suseno, H. 2013. Penggunaan Batuan Skoria Dari Gunung Kelud Blitar Sebagai
Agregat Kasar Pada Beton Ringan Struktural. Jurnal Rekayasa Sipil Vol.
7, No.2, 149-156.

Rahma, R., Hidayat, B., & Subandrio A. 1960. Identifikasi Mineralogi Untuk
Klasifikasi Batuan Beku Menggunakan Ekstraksi Ciri Gabor Wavelet Dan
Linier Discriminant Analysis (LDA) Pada Citra Digital, Bandung:
Universitas Padjadjaran.

Taufik, R. 2005 Dasar-Dasar Ilmu Tanah – Konsep dan Kenyataan. Kanisius:


Yogyakarta.
4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Apung
1 MasamWarna Putih Holohialin Afanitik
Tekstur Anhedral Inequigranularranular Vumice
Jenis Nama
NO Fabrik Struktur Gambar
Batuan Lapuk Segar Kristalinitas Granularitas Batuan

2 Basa Hitam Hipokristalin Porfiritikik Anhedral Equigranular Massive

Basal
Porphyryl
Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan, maka diperoleh hasil sebagai berikut.
Tabel 1. Hasil Identifikasi Batuan Beku
Bentuk Relasi
Hitam Holokristalin Fanerikk Anhedral Equigranular Equigranularl

3 Basa Diabas

Putih
4 Ultra Basa
Kehijauan
Hitam Holokristalin Faneritik Subhedral Equigranular Massive

Peridotit

5 Masam Putih Holokristalin Fanerik Anhedral Equiigranuar Vesicle

Trakit
6 Intermediet - Abu-abu Hipokristalin Porfiritik Anhedraldral Equigranuar Massive

Andesit
7 Basa - Hitam Holokristalin Fanerik Anhedral Equigranular Massive

Basal

Hitam
8 Basa Hitam
Kehijauan
Holokristalin Fanerik Subhedral Equigranular Massive

Gabro

8 Masam Pink Hipokristalin Afanatik Subhedral Equigranular Massive

Riolid
10 Basa Hitam Hipokristalin Porifirik Anhedral Inequigranular Scoria

Scoria

Putih
11 Masam
Tulang
Putih Holokristalin Fanerik Euhedral Equigranular Massive

Granit

Putih
12 Intermediet
Abu-abu
Putih Holokristalin Fanerik Subhedral Equigranular Massive

Diorit

Anda mungkin juga menyukai