Anda di halaman 1dari 20

Laporan Praktikum

Agrogeologi

BATUAN BEKU

NAMA : Aqiyah Nur Rizqy


NIM : G051211035
KELAS : Ilmu Tanah
KELOMPOK : 8
ASISTEN : Dinda Amalia Anandah

PROGRAM STUDI ILMU TANAH


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2021
1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

1.2 Tujuan dan Kegunaan

2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Batuan Beku

2.2 Proses Pembentukan Batuan Beku

2.3 Komposisi Mineral Batuan Beku (2019)

3. METODOLOGI

3.1 Waktu dan Tempat

3.2 Alat dan Bahan

3.3 Prosedur Kerja

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

4.2 Pembahasan

5. KESIMPULAN

DAFTAR PUSTAKA
1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Batu adalah benda alam yang tersusun atas kumpulan mineral penyusun kerak bumi
yang menyatu secara padat maupun yang berserakan. Pembentukan batu merupakan
hasil proses alam. Di dalam batu dapat terkandung satu atau beberapa jenis mineral.
Dalam Ilmu Geologi, pengertian batuan adalah semua bahan penyusun kerak bumi dan
merupakan kumpulan dari mineral-mineral yang telah mengkristal.

Secara umum, siklus batuan berawal dari magma, yakni batuan cair yang
terbentuk jauh di bawah permukaan bumi. Seiring berjalannya waktu, magma
mendingin dan membeku. Ini disebut sebagai proses kristalisasi. Proses kristalisasi
magma dapat terjadi pada dua jenis situasi: di bawah permukaan bumi, atau di atas
permukaan bumi setelah letusan gunung berapi.

Batuan beku adalah jenis batuan yang terbentuk dari magma yang mendingin dan
mengeras, dengan atau tanpa proses kristalisasi (Zuhdi, 2019).

Batuan beku (atau igneus rock, berasal dari kata latin ignis yang berarti api), atau
batuan magmatic, adalah satu dari tiga jenis batuan utama, yang lainnya bersifat
sedimen dan metamorf. Batuan beku terbentuk melalui pendinginan dan pemadatan
magma atau lava. Magma dapat berasal dari lelehan parsial batuan yang ada baik di
dalam mantel atau kerak bumi. Biasanya, peleburan disebabkan oleh satu atau lebih dari
tiga proses berikut: kenaikan suhu, penurunan tekanan, atau perubahan komposisi.
Pemadatan menjadi batuan dapat terjadi di bawah permukaan (intrusif) atau di
permukaan sebagai batuan ekstrusif. Batuan beku dapat terbentuk dengan kristalisasi
untuk membentuk granular, batuan kristal, atau tanpa kristalisasi (Islami, 2019)
1.2 Tujuan dan Kegunaan

Tujuan dari praktikum yaitu untuk memperkenalkan kepada mahasiswa bagaimana


model batuan beku dalam bentuk hhand specimen di laboratorium

Adapun kegunaan dari praktikum untuk mengetahui memberikan pemahaman kepada


mahasiswa tentang berbagai jenis dan kandungan mineral penyusun batuan beku.

2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Batuan Beku

Batuan beku atau batuan igneus adalah jenis batuan yang terbentuk dari magma yang
mendingin dan mengeras, dengan atau tanpa proses kristalisasi, baik di bawah
permukaan sebagai batuan intrusive (plutonik) maupun di atas permukaan sebagai
batuan ekstrusif (vulkanik), (Pengantar geologi,2014)

Batuan beku (atau igneus rock, berasal dari kata latin ignis yang berarti api), atau
batuan magmatic adalah satu dari tiga jenis batuan utama, yang lainnya bersifat
sedimen dan metamorf. Batuan beku terbentuk melalui pendinginan dan pemadatan
magma atau lava. Magma dapat berasal dari lelehan parsial batuan yang ada baik di
dalam mantel atau kerak bumi. Biasanya, peleburan disebabkan oleh satu atau lebih dari
tiga proses berikut: kenaikan suhu, penurunan tekanan, atau perubahan komposisi.
Pemadatan menjadi batuan dapat terjadi di bawah permukaan (intrusif) atau di
permukaan sebagai batuan ekstrusif. Batuan beku dapat terbentuk dengan kristalisasi
untuk membentuk granular, batuan kristal, atau tanpa kristalisasi. Batuan beku dan
metamorf membentuk 90-95% kerak bumi. Batuan beku membentuk sekitar 15%
permukaan tanah bumi saat ini. Sebagian besar kerak samudera bumi terbuat dari batuan
beku. Batuan beku juga penting secara geologis karena: mineral dan kimia globalnya
memberi informasi tentang komposisi mantel, dari mana beberapa batuan beku
diekstraksi, dan kondisi suhu dan tekanan yang memungkinkan ekstraksi ini, dan atau
batuan lain yang sudah ada yang meleleh. Usia absolut batuan beku dapat diperoleh dari
berbagai bentuk penanggalan radiometrik dan dengan demikian dapat dibandingkan
dengan strata geologi yang berdekatan, yang memungkinkan rangkaian kejadian waktu
(Islami, 2019)

Adapun golongan berdasarkan tempat pendinginannya atau pembekuannya, terdri


atas 4 kategori sebagai berikut menurut Krisnawati (2021) antara lain :

a. Batuan beku dalam/plutonik/intusif/tubir Batuan beku dalam adalah batuan yang


terbentuk dari magma. Adapun magma yang membeku jauh di dalam bumi hanya terdiri
dari kristal saja. Proses pendinginan batuan beku dalam sangat lambat, sehingga terjadi
pengkristalan yang sempurna. Kristal batuan beku dalam bentuknya besar dan kasar.
Contoh bantuan beku dalam: batu granit, batu gabbro, batu diorit, dan batu syenit.

b. Batuan beku gang/korok/celah Batuan beku gang merupakan batuan beku yang
terbentuk dari magma gang. Letak pembekuan batuan beku korok ini lebih dekat dengan
permukaan bumi dibandingkan batuan beku dalam. Hal ini menyebabkan proses
pendinginan magma terjadi lebih cepat. Proses ini membuat pengkristalan menjadi tidak
terlalu sempurna. Maka, batuan beku gang ada yang terdiri atas kristal besar, kristal
kecil, atau tidak mengkristal. Contoh: batu batu profir granit, batu profir gabbro, batu
profir syenit, dan batu granit fosfir.

c. Batuan beku luar/leleran/ekstrusi/vulkanis Batuan beku luar berasal dari lava. Di


permukaan bumi, proses pendinginan lava akan berlangsung sangat cepat. Maka,
kemungkinanya sangat kecil terjadi proses kristalisasi. Contoh: batu rhyolit, batu
andesit, batu trachit, batu basalt, batu obsidian, dan batu apung (purnice).

d. Batuan beku berdasarkan kandungan SiO2. Batuan beku ini dibagi menjadi 4, yaitu:
Batuan beku ultra basa (memiliki kandungan SiO2 kurang dari 45%). Contoh: batu
basalt. Batuan beku basa (memiliki kandungan SiO2 45%-52%). Contoh: batu andesit.
Batuan beku intermediate (memiliki kandungan SiO2 52%-66%. Contoh: batu dasit.
Batuan beku asam (memiliki kandungan SiO2 lebih dari 66%)
2.2 Proses Pembentukan Batuan Beku

Dalam website Ilmugeografi.com menjelaskan banhwa batuan beku ini terbentuk karena
adanya magma yang mengeras atau mengalami pembekuan. Magma ini berasal dari
batuan setengah cair ataupun oleh batuan yang sudah ada sebelumnya, baik yang berada
di mantel maupun di kerak bumi. Secara umum, proses pelelehan tersebut terjadi pada
salah satu proses dari kenaikan temperatur, penurunan tekanan, ataupun perubahan
komposisi. Selanjutnya untuk proses pembentukan batuan beku ini juga terkadang
tergantung pada jenis batuan bekunya masing- masing. Beberapa jenis batuan beku dan
proses pembentukannya antara lain:

1. Batuan beku dalam atau batuan plutonik terbentuk karena pembekuan yang terjadi di
dalam dapur magma secara perlahan- lahan sekali sehingga tubuh batuan terdiri dari
kristal- kristal besar. Contoh dari batuan ini adalah batuan granit, batuan peridotim, dan
juga batuan gabro.
2. Batuan beku gang atau korok, proses terjadi batuan ini pada celah- celah antar
lapisan di dalam kulit bumi. Proses pembekuan ini berjalan lebih cepat sehingga di
samping kristal besar terdapat pula banyak kristal kecil. Contoh dari batuan jenis ini
antara lain batu granit porfir
3. Batuan beku luar atau batuan lelehan, proses terbentuknya batuan ini adalah ketika
gunung api menyemburkan lava cair pijar. Pembekuan ini terjadi tidak hanya di sekitar
kawah gunung api saja, namun juga di udara. Proses pembekuan ini berlangsungsingkat
dan hampir tidak mengandung kristal (armorf).

2.3 Komposisi Mineral Batuan Beku


Untuk menentukan komposisi mineral pada batuan beku, cukup dengan menggunakan
indeks warna dari batuan kristal. Atas landasan warna mineral sebagai penyusun batuan
beku dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu:

Mineral felsik, yaitu mineral yang berwarna terang, terutama terdiri dari mineral
kwarsa, feldspar, feldspatoid dan muskovit.
Mineral mafik, yaitu mineral yang berwarna gelap, terutama biotit, piroksen,
amphibol dan olivin.

METODOLOGI

3.1 Waktu dan Tempat

Praktikum ini dilaksanakan Kamis, 16 September 2021 di Laboratorium Genesis dan


Klasifikasi Tanah, Program Studi Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas
Hasanuddin, Makassar.

3.2 Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam praktikum kali ini yaitu lap kasar, lap halus, LUP, serta
buku penuntun praktikum.

Adapun bahan yang digunakan yaitu sampel batuan beku yang sudah di sediakan di
dalam laboratorium.

3.3 Prosedur kerja

Adapun prosedur kerja dalam praktikum ini, yaitu :

1. Setiap mahasiswa diwajibkan untuk melakukan pengamatan batuan yang


mewakili setiap jenis batuan beku
2. Amati warna batuan, warna utama, warna yang menyertainya, serta warna
pelapukannya (jika ada. Warna batuan ini dapat merefleksikan komposisi mineral
yang dikandungnya, misalnya saja batuan yang berwarna terang, oleh adanya
kandungan mineral masam (felsic) yang dominan. Demikian pula 9 sebaliknya,
batuan yang berwarna gelap di dominasi oleh mineral basa (mafic).
3. Identifikasi kandungan mineral yang terdapat pada batuan beku
4. Lakukan pengamatan terhadap tekstur batuan dengan menggunakan LUP
Tekstur terbagi atas 3 bagian, yaitu:
a) Kristalinitas : tingkat kristalisasi mineral dalam suatu batuan, yang meliputi :
a. Holokristalin, apabila tersusun dari kristal-kristal yang nampak jelas.
b. Hipokristalin, apabila tersusun dari sebagian kristal dan sebagian gelas.
c. Holohialin, apabila seluruhnya tersusun oleh mineral gelas atau amorf.
b) Granularitas : derajat butir kristal dari penyusun batuan, yang meliputi :
a. Fanerik, kristal penyusunnya dapat diamati dengan mata biasa/Lup.
b. Afanitik, kristal penyusunnya tidak dapat dibedakan dengan mata biasa/Lup.
c. Porfiritik, kristal penyusunnya sebagian dapat diamati dengan mata biasa/Lup dan
sebagian lagi tidak.
c) Fabrik (kemas) : hubungan dan susunan antara kristal yang satu dengan yang
lainnya, meliputi :
a. Bentuk : kenampakan dua dimensi dari setiap individu mineral, terdiri dari :
1) Euhedral: bentuk bidang batas kristal teratur baik
2) Subhedral: bentuk bidang batas bervariasi.
3) Anhedral: bentuk bidang batas tidak teratur.
b. Relasi : hubungan antara butir kristal yang satu dengan yang lainnya, meliputi :
1) Equigranular : bila butir relatif sama
2) Inequigranular : bila butir tidak sama (porfiritik)

5. Lakukan pengamatan terhadap struktur batuan dengan menggunakan LUP.


Merupakan kenampakan bentuk dan susunan dari batuan beku yang meliputi:

a. Massive : Merupakan susunan kompak dari mineralmineral dalam batuan yang tidak
menunjukkan pori-pori atau bentuk aliran.

b. Vesiculasi : Struktur yang memperlihatkan adanya lubanglubang akibat pelepasan gas


sewaktu magma membeku, yang meliputi :
c. Vesicle : struktur berpori, dimana lubanglubangnya menyudut.

d. Scoria : struktur yang sangat berpori dan tidak teratur dalam massa gelas, lubang –
lubangnya relatif membulat

e. Amygdaloid : Sturktur vesiculasi dimana lubangnya telah terisi oleh mineral


sekunder.

6. Berikan nama batuan yang Anda amati berdasarkan kandungan mineral, tekstur dan
struktur batuan dengan table penamaan batuan beku

7. Jelaskan menurut pengetahuan Anda genesa pembentukan batuan beku yang Anda
amati.

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 HASIL

Batuan beku atau batuan igneus adalah jenis batuan yang terbentuk dari magma yang
mendingin dan mengeras, dengan atau tanpa proses kristalisasi, baik di bawah
permukaan sebagai batuan intrusive (plutonik) maupun di atas permukaan sebagai
batuan ekstrusif (vulkanik), (Pengantar geologi,2014)

Peleburan batu disebabkan oleh satu atau lebih dari tiga proses yaitu, kenaikan
suhu, penurunan tekanan, atau perubahan komposisi. Pemadatan menjadi batuan dapat
terjadi di bawah permukaan (intrusif) atau di permukaan sebagai batuan ekstrusif.

Batuan beku terbentuk karena adanya magma yang mengeras atau mengalami
pembekuan. Magma ini berasal dari batuan setengah cair ataupun oleh batuan yang
sudah ada sebelumnya, baik yang berada di mantel maupun di kerak bumi. Secara
umum, proses pelelehan tersebut terjadi pada salah satu proses dari kenaikan
temperatur, penurunan tekanan, ataupun perubahan komposisi.
4.2 PEMBAHASAN
Pumice adalah jenis batuan beku masam dimana memiliki struktur pumis.
Menurut Geologinesia (2016) Pumice adalah batuan dengan cirri-ciri utama berwarna
terang serta sangat berpori. Batuan ini termasuk jenis batuan beku yang terbentuk dari
hasil letusan eksplosif gunung berapi.
Trakit adalah jenis batuan beku masam dan memiliki struktur vesicle.
Menurut Fatima (2014) Batuan trakit adalah batuan yang terbentuk pada daerah
vulkanik (karena merupakan batuan beku vulkanik), yaitu dengan pembekuan magma
yang cenderung cepat sehingga mineral penyusunnya terlihat lebih kecil.
Periditit adalah jenis batuan beku ultra basa dan memiliki struktur massive.
Menurut Geologinesia (2017) peridotit adalah jenis batuan yang mewakili mantel Bumi.
Mineral yang menyusun peridotit pada umumnya merupakan mineral bersuhu tinggi
yang tidak stabil di permukaan bumi.
Gabro adalah jenis batuan beku basa dan yang dimana memiliki struktur massive.
Gabro terbentuk dari pendinginan magma yang berasal dari basaltic magma. Gabro
memiliki tekstur halus yang disebabkan oleh pendinginan dibawah permukaan tanah
(intrusive) menurut Islami (2021)
Riolit adalah jenis batuan beku masam yang dimana riliot memiliki struktur
massive. Batu Riolit ini biasanya terbentuk dari magma granitik yang sebagian telah
didinginkan di bawah permukaan. Ketika magma tipe granitik ini meletus, ada beberapa
batuan ukuran butir yang bisa terbentuk. Butiran kristal besar yang terbentuk di bawah
permukaan disebut dengan fenokris, dan batuan kristal kecil yang terbentuk di
permukaan disebut dengan groundmass atau massa dasar. Letusan magma granitik dapat
menghasilkan batu riolit, batu apung, batu obsidian atau tuf. Batuan- batuan tersebut
memiliki komposisi sama namun berbeda pada kondisi pendinginannya (Ilmugeografi,
2017)
Granit adalah jenis batuan beku masam dimana memiliki struktur massive.
Batuan Granit merupakan batuan beku yang berasal dari dalam perut bumi (muntahan
magma) yang berstruktur granitik dan struktur holokristalin, yang terdiri dari elemen
kuarsa dan feldspar, sedangkan mineral lainnya dalam jumlah kecil seperti biotit,
muskovit, hornblende, dan piroksen (ESDM, 2015).
Scoria adalah batuan beku basa, dimana memiliki struktur scoria. Batu scoria
memiliki tekstur kristalinitas holohialin dan granularitasnya afanitik. Menurut Pandojo
(1994), Batuan Skoria yang berasal dari Gunung Kelud merupakan fragmen batuan
piroklastik dan diperkirakan berasal dari batuan lava bagian pinggir. Ciri-ciri
megaskopis batuan ini berwarna abu-abu kehitaman, struktur yang kompak berongga-
rongga yang cukup dominan dan tekstur porfiritik dengan massa dasar afanitik
sedangkan ciri-ciri mikroskopis mempunyai warna keruh kehijauan berbintik hitam,
struktur cukup kompak dengan rongga-rongga halus sampai sedang atau vesikuler
kurang lebih 20 % dan tekstur porfiritik dengan fenokris yang terdiri dari plagioklas dan
piroksen yang tertanam dalam massa dasar gelas isotropis.
Batu basal disebut juga dengan batu lava. Batu ini berwarna hijau sedikit keabu-
abuan dan tersusun dari butiran kecil.Batu basal juga berfungsi sebagai bahan
bangunan. Batu basal termasuk dalam jenis batuan beku ekstrusive atau batuan
bekuluar.
Batuan Adesit berwarna putih dengan sedikit campuran abu-abu. Struktur batuan
andesit adalah butiran kecil dan hamper sama dengan batuan basal. Fungsi dari batuan
desit adalah digunakan dalam pembuatan arca dan beberapa bangunan semacam
candi.Batu andesit termasukd alam batuan bekuluar atau ekstrusive.
Batuan dunite merupakan batuan beku jenis basa yang memiliki warna lapuk
coklat dan warna segar hitam. Batuan diabas memiliki kristalinitas berupa holokristalin,
granulanitas berupa fanerik sedang, bentuknya anhedral dan relasi berupa eqigranular
serta memiliki struktur massive.
Batuan basal porfiritik merupakan batuan beku jenis basa yang memiliki warna
hitam.Batuan basal porfiritik memiliki kristalinitas berupa hipokristialin, granulanitas
berupa porfiritik, bentuknya anhedral dan relasi berupa eqigranular serta memiliki
struktur massive.
Batuan diabas merupakan batuan beku jenis basa yang memiliki warna lapuk
coklat dan warna segarhitam. Batuan diabas memiliki kristalinitas berupa holokristalin,
granulanitas berupa fanerik sedang, bentuknya anhedral dan relasi berupa eqigranular
serta memiliki struktur massive.

Batuan diorite merupakan batuan beku jenis intermediat yang memiliki warna
lapuk putih abu abu dan warna segar putih. Batuandioritememiliki kristalinitas berupa
holokristialin, granulanitas berupa fanerik, bentuknya subhedral dan relasi berupa
eqigranular serta memiliki struktur massive.
5. KESIMPULAN

Berdasarkan pengamatan dari kegiatan praktikum ini, dapat ditarik kesimpulan

bahwa batuan beku terbentuk karena adanya magma yang mengeras atau

mengalami pembekuan. Magma ini berasal dari batuan setengah cair ataupun oleh

batuan yang sudah ada sebelumnya, baik yang berada di mantel maupun di kerak

bumi. Secara umum, proses pelelehan tersebut terjadi pada salah satu proses dari

kenaikan temperatur, penurunan tekanan, ataupun perubahan komposisi.


DAFTAR PUSTAKA

Islami, 2019. BAB V Batuan Beku – Repository. University of Riau


Ronodirdjo, M. Z. 2019. Buku Ajar – Pengantar Geologi
Zuhdi, M. 2019. Buku Ajar Pengantar Geologi. Mataram : Duta Ilmu
Noor, Djauhari. 2014. Buku Pengantar Geologi
Geologinesia. 2014. Peridotit Dalam Gambar dan Penjelasan Geologi
Nauli, 2018. Identifikasi Tekstur Dan Warna Mineral Untuk Klasifikasi Batuan
Beku Dengan Menggunakan Metode Histogram Of Oriented
Gradient Dan Linear Discriminant Analysis. eProceedings of
Engineering.
4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan, maka diperoleh hasil sebagai berikut.
Tabel 2. Hasil Identifikasi Batuan Beku
Nama
Struktur Gambar
N Jenis Warna Tekstur Batuan
O Batuan Fabrik
Lapuk Segar Kristalinitas Granularitas
Bentuk Relasi

Inequigranula
1 Masam Cokelat Putih Holohialin Afanitik Anhedral Pumice Pumice
r

2 Masam - Putih Holokristalin Fanerik Anhedral Equigranular Vesicle Trakit


Putih Subhedra
3 Ultrabasa Hitam Holohialin Fanerik Equigranular Massive Perioditit
kehijauan l

Hitam
4 Basa - Holokristalin Fanerik Suhedral Equigranular Massive Gabro
kehijauan

Merah Subhedra
5 Masam - Hipokristalin Porfiritk Equigranular Massive Riolit
bata l
Putih
6 Masam Putih Holokristalin Fanerik Euhedral Equigranular Massive Granit
tulang

7 Basa - Hitam Holohialin Afanitik Anhedral Equigranular Scoria Scoria


8 Basa - Hitam Holokristalin Fanerik Anhedral Equigranular Massive Basal

9 Intermediet - Abu-abu Hipokristalin Porfiritik Anhedral Equigranular Massive Andesit


Hijau
Putih
10 Ultrabasa kehitama Holokristalin Fanerik Anhedral Equigranular Massive Dunit
kehijauan
n

Basal
11 Basa - Hitam Hipokristalin Porfiritik Anhedral Equigranular Massive
porifritik
12 Basa Cokelat Hitam Holokristalin Fanerik Anhedral Equigranular Massive Diabas

Putih Subhedra
13 Intermediet Putih Holokristalin Fanerik Equigranular Massive Diorit
abu-abu l

Anda mungkin juga menyukai