Anda di halaman 1dari 26

KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI

UNIVERSITAS HASANUDDIN
FAKULTAS TEKNIK
DEPARTEMEN TEKNIK GEOLOGI
PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI

MATA KULIAH METODE GEOLOGI LAPANGAN

LAPORAN

OLEH
MUHAMMAD JASMAN
D61116018

GOWA
2018
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Geologi adalah cabang ilmu pengetahuan kebumian yang mempelajari

bumi, komposisinya, struktur, sifat – sifat fisik, proses pembentukan planet bumi

beserta isinya yang pernah ada. Bumi telah terbentuk dan dihuni dari jutaan tahun

yang lalu.

Seiring berjalannya waktu, setiap masa pasti memiliki sejarah. Sejarah

merupakan waktu di masa lampau yang diceritakan kembali dengan penjelasan

yang lebih baik dan mudah di pahami. Dalam sejarah kehidupan di bumi, terdapat

suatu pembuktian yaitu fosil serta perlapisan batuan yang akan menjelasakan

bagaimana proses terbentuknya bumi.

Pemtaan geologi merupakan suatu kegiatan pendataan informasi-informasi

geologi permukaan dan menghasilkan suatu bentuk laporan berupa peta geologi

yang dapat memberikan gambaran mengenai penyebaran dan susunan batuan

(lapisan batuan), serta memuat informasi gejala-gejala struktur geologi yang

mungkin mempengaruhi pola penyebaran batuan pada daerah tersebut.

1.2 Maksud dan Tujuan

Manfaat dilaksankannya pemetaan ini yaitu untuk menambah wawasan

mahasiswa mengenai terapan ilmu geologi di lapangan.

Adapun tujuan dari pemetaan ini yaitu sebagai berikut:

1. Mengetahui penyebaran litologi yang terdapat pada daerah penelitian


2. Mengetahui satuan geomorfologi daerah penelitian

1.3 Lokasi dan Kesampaian Daerah

Penelitian ini dilakukan selama 2 kali dimulai pada tanggal 13 Mei 2018.

Adapun secara administrasi lokasi daerah penelitian terletak di daerah Bulu

Ganrang, Kecamatan Tanralili, Kabupaten Maros. Secara geografis terletak pada

koordinat 119o 34’ 00” – 119o 35’ 15” LS dan 50 6’ 00” – 50 7’ 15” BT. Lokasi

penelitian ditempuh selama 45 menit dari Kampus Fakultas Teknik Universitas

Hasanuddin, Gowa dengan menggunakan kendaraan roda dua.

1.4 Alat dan Bahan

Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu:

a. Palu

b. Kamera

c. Komprator

d. Peta topografi daerah penelitian

e. Alat tulis

f. Kantong sampel

g. Buku lapangan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penelitian Geologi

Penelitian geologi adalah suatu penelitian mengenai kebumian, penelitian

bersifat multiguna karena penerapannya untuk inventarisasi dan pengembangan

ilmu yang semuanya itu membutuhkan data-data geologi. Penelitian memerlukan

sumber daya manusia dengan kemampuan dan daya pikir yang berwawasan

geologi yang nantinya akan menghasilkan sintesa atau hasil penelitian mengenai

kondisi geologi suatu daerah meliputi morfologi, batuan penyusun, struktur

geologi, sejarah geologi dan proses geologi lainnya serta mencari lokasi bahan

galian yang ekonomis. Informasi geologi merupakan sumber data yang sangat

diperlukan dalam menganalisis kejadian geologi yang terjadi di suatu daerah.

Salah satu informasi yang dibutuhkan ialah lingkungan pengendapan.

Magma dapat membeku di bawah atau di atas permukaan bumi. Bila

membeku di bawah permukaan terbentuklah batuan beku dalam atau batuan beku

intrusif. Sering juga dikatakan sebagai batuan beku plutonik. Sedangkan bila

magma mencapai permukaan bumi dan membeku, terbentuklah batuan beku luar

atau batuan beku ekstrusif.

2.2 Batuan Beku Dalam

Magma yang. membeku di bawah permukaan, pendinginannya sangat

lambat (dapat sampai jutaan tahun), memungkinkan tumbuhnya kristal-kristal

yang besar dan sempurna, menjadi tubuh batuan beku intrusif. Tubuh batuan beku

dalam mempunyai bentuk dan ukuran yang beragam, karena magma dapat
menguak batuan di sekitarnya, atau menerobos melalui rekahan. Bentuk-bentuk

yang memotong struktur batuan sekitarnya (diskordan) adalah batolit, stock, dyke

(korok) dan jenjang volkanik (volcanic neck). Sedangkan bentuk yang sejajar

dengan struktur batuan sekitarnya (konkordan) adalah sill, lakolit dan lopolit.

Akibat proses geologi, baik gaya endogen maupun gaya eksogen, lapisan

batuan penutupnya tererosi, batuan beku dalam meskipun terbentuk jauh di bawah

permukaan bumi, dapat tersingkap di permukaan bumi.

2.3 Batuan Beku Luar

Magma yang mencapai permukaan bumi me1alui rekahan atau lubang


kepundan gunungapi, sebagai erupsi, mendingin dengan cepat dan membeku
menjadi batuan beku luar. Keluarnya magma di permukaan bumi melalui rekahan
dinamakan erupsi linier atau fissure eruption. Pada umumnya magma basaltik
yang viskositasnya rendah, sehingga dapat mengalir di sekitar rekahan, menjadi
hamparan lava basalt atau plateau basalt. Sedangkan yang keluar melalui lubang
kepundan dinamakan erupsi sentral. Magma dapat mengalir melalui lereng,
sebagai aliran lava atau tersembur ke atas bersama gas-gas sebagai piroklastik,
atau rempah gunungapi.

Lava terdapat dalam berbagai bentuk dan jenis, tergantung pada komposisi
magmanya dan tempat atau lingkungan dimana pembekuannya terjadi. Apabila
membeku di bawah permukaan air terbentuklah lava bantal (pillow lava), sesuai
dengan namanya, bentuknya mirip dengan bantal.

2.4 Tekstur (texture)

Berdasarkan hal di atas tekstur batuan beku dapat dibedakan berdasarkan:

A. Kristanilitas :
a) Holokristalin, yaitu batuan beku yang hampir seluruhnya disusun oleh

kristal

b) Hipokristalin, yaitu batuan beku yang tersusun oleh kristal dan gelas

c) Holohyalin, yaitu batuan beku yang hampir seluruhnya tersusun oleh

gelas

B. Granularitas

Gelas (glassy) - tidak berbutir atau tidak mempunyai kristal (amorf);

Afanitik (aphanitic) - (fine grain texture) berbutir sangat halus, hanya

dapat dilihat dengan mikroskop;

Faneritik (phanerific) - (coarse grain texture) berbutir cukup besar, dapat

dilihat tanpa mikroskop;

Porfiritik (porphyritic) -mempunyai dua ukuran kristal yang dominan;

Tekstur gelas terjadi akibat magma membeku dengan cepat, akibatnya tidak

sempat mengkristal atau amorf, seperti obsidian. Afanitik (dari bahasa Yunani

phaneros yang berarti terlihat, dan a berarti tidak) dapat diartikan tidak terlihat.

Batuan beku dengan tekstur ini memperlihatkan pembekuan yang cepat, terdiri

dari mineral-mineral dengan kristal yang sangat keci1. Di bawah mikroskop dapat

dikenali feldspar dan kuarsa. Misalnya bagian dalam aliran lava.

Faneritik berarti dapat dilihat. Batuan dengan tekstur ini memperlihatkan

besar kristal yang hampir seragam dan saling mengunci (interlock). Bentuk kristal

yang besar-besar ini menyatakan bahwa pembekuannya berlangsung sangat lama,

yang berarti terjadi jauh di bawah permukaan bumi. Porfiritik beberapa batuan

beku memperlihatkan dua ukuran kristal yang berbeda. Kristal yang besar,
bentuknya sempurna dinamakan fenokris (phenocrysts), sedangkan yang kecil-

kecil disebut matriks atau massa dasar (groundmass). Tekstur semacam ini

dinamakan tekstur porfiritik.

C. Bentuk kristal

Ketika pembekuan magma, mineral-mineral yang terbentuk pertama

kali biasanya berbentuk sempurna sedangkan yang terbentuk terakhir

biasanya mengisi ruang yang ada sehingga bentuknya tidak sempurna.

Bentuk mineral yang terlihat melalui pengamatan mikroskop yaitu:

a) Euhedral, yaitu bentuk kristal yang sempurna

b) Subhedral, yaitu bentuk kristal yang kurang sempurna

c) Anhedral, yaitu bentuk kristal yang tidak sempurna.

2.5 Klasifikasi Batuan Beku

Batuan beku sangat banyak jenisnya, pengelompokan atau klasifikasi

sederhana didasarkan atas tekstur dan komposisi mineralnya. Keragaman tekstur

batuan beku diakibatkan oleh sejarah pendinginan magma, sedangkan komposisi

mineral bergantung pada unsur kimia magma dan lingkungan kristalisasinya.

Klasifikasi sederhana batuan beku yang umum adalah seperti pada tabel 1.1.

Felsik Intermediet Mafik


Ultramafik
(Granitik) (Andesitik) (Basaltik)

Intrusif (faneritik) Granit Diorit Gabro Peridotit

Ekstrusif (afanitik) Ryolit Andesit Basalt -

Komposisi mineral Kuarsa Hornblende Ca-Feldspar Olivin

utama
K-feldspar Na-Feldspar
Piroksen Piroksen
Na-Feldspar Ca-Feldspar

Muskovit
Biotit Olivin
Mineral tambahan Biotit Ca-Feldspar
Piroksen Hornblende
Hornblende

Tabel 1.1 Klasifikasi sederhana batuan beku berdasarkan tekstur dan kom pos i si
mineral

Kadar SiO2 makin kecil dan warna batuan makin gelap ke arah kanan 

Batuan pada bagian kanan tabel, kaya akan mineral-mineral yang mengkristal

paling dulu, mengandung lebih banyak unsur Mg dan Fe, karena itu dinamakan

mineral mafik (Mg dan Fe). Kandungan SiO2-nya sangat kecil, sehingga

memberikan warna lebih gelap dibandingkan dengan batuan pada bagian kiri

tabel. Sedangkan batuan pada bagian kiri lebih banyak mineral-mineral feldspar

dan mika (kuarsa), dan dinamakan batuan felsik, berwarna lebih terang dan pada

batuan bagian kanan.

2.6 Struktur Batuan Beku

Meskipun batuan beku terbentuk dari pembekuan magma, namun

beberapa batuan beku memperlihatkan adanya struktur, seperti blok lava, ropy

lava, lava bantal (pillow lava), struktur aliran dan struktur rekahan, serta vesikular

dan amigdaloidal. Blok lava, di Hawaii dikatakan lava aa, adalah aliran lava yang

permukaannya sangat kasar, merupakan bongkahan-bongkahan.


Lava ropy, dikatakan lava Pahoehoe di Hawaii, merupakan aliran lava yang

permukaannya halus dan berbentuk seperti pilinan tali. Bagian depannya

membulat, bergaris tengah sampai beberapa meter.

Lava bantal, sesuai dengan namanya, aliran lava ini berbentuk menyerupai

bantal yang tumpang tindih. Sering dijumpai bersamaan dengan batuan sedimen

marin, sehingga disimpulkan terbentuk di bawah permukaan air.

Struktur aliran, terlihat sebagai kesejajaran bentuk lensa-lensa kecil garis-

garis dan goresan-goresan, yang diakibatkan oleh karena lava tidak homogen.

Struktur rekahan, merupakan rekahan-rekahan yang arahnya tegak lurus bidang

pendinginan, dan permukaannya segi enam berbentuk prisma, dinamakan kerak

kolom.

Struktur vesikular terjadi akibat keluanya gas-gas yang terlarut dalam

magma karena penurunan tekanan di sekitarnya, atau setelah mencapai permukaan

bumi. Struktur ini terlihat sebagai serat-serat dalam lava. Sedangkan struktur

amigdaloid terjadi apabila rongga-rongga pelepasan gas terisi oleh mineral

sekunder, kalsit misalnya.


BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Deskripsi Stasiun

3.1.1 Stasiun 1

3.1.1.1 Data Singkapan

Pada stasiun ini dijumpai singkapan batuan beku dengan dimensi

1x2 meter. Singkapan ini bersifat insitu.

Foto 3.1 Singkapan batuan stasiun 1 dengan arah foto N 21 0E

3.1.1.2 Data Litologi

Pada stasiun ini dijumpai litologi batuan beku dalam keadaan segar

berwarna abu-abu kehitaman dan dalam keadaan lapuk berwarna coklat.

Tekstur pada batuan ini terdiri dari kristanilitas hipokristalin, granularitas

faneroporfiritik, fabrik terdiri dari bentuk euhedral dan relasi equigranular.

Struktur batuan yaitu massif dengan komposisi mineral terdiri dari

hornblend, piroksin, biotit, dan glass. Berdasarkan ciri fisik diatas maka

disimpulkan nama batuan ini yaitu Basalt Porfiri.


3.1.1.3 Data Geomorfologi

Singkapan ini berada pada relief bergelombang dengan tipe

morfologi yaitu perbukitan. Soil dari singkapan ini berwarna coklat

kemerahan dengan tipe soil residual. Tingkat pelapukan pada singkapan ini

yaitu sedang dan tata guna lahan yaitu perkebunan.

3.1.2 Stasiun 2

3.1.2.1 Data Singkapan

Pada stasiun ini dijumpai singkapan batuan beku dengan dimensi

1x1 meter. Singkapan ini bersifat insitu.

Foto 3.2 Singkapan batuan pada stasiun 2 dengan arah foto N 240 E

3.1.2.2 Data Litologi

Pada stasiun ini dijumpai litologi batuan beku dalam keadaan segar

berwarna abu-abu kehitaman dan dalam keadaan lapuk berwarna coklat.

Tekstur pada batuan ini terdiri dari kristanilitas hipokristalin, granularitas

faneroporfiritik, fabrik terdiri dari bentuk euhedral dan relasi equigranular.


Struktur batuan yaitu massif dengan komposisi mineral terdiri dari

hornblend, piroksin, biotit, dan glass. Berdasarkan ciri fisik diatas maka

disimpulkan nama batuan ini yaitu Basalt Porfiri.

3.1.2.3 Data Geomorfologi

Singkapan ini berada pada relief bergelombang dengan tipe

morfologi yaitu perbukitan. Soil dari singkapan ini berwarna coklat

kemerahan dengan tipe soil residual. Tingkat pelapukan pada singkapan ini

yaitu sedang dan tata guna lahan yaitu perkebunan.

3.1.3 Stasiun 3

3.1.3.1 Data Singkapan

Pada stasiun ini dijumpai singkapan batuan beku dengan dimensi

3x5 meter. Singkapan ini bersifat insitu.

Foto 3.3 Singkapan batuan pada stasiun 3 dengan arah foto N 260 E

3.1.3.2 Data Litologi

Pada stasiun ini dijumpai litologi batuan beku dalam keadaan segar

berwarna abu-abu kehitaman dan dalam keadaan lapuk berwarna coklat.


Tekstur pada batuan ini terdiri dari kristanilitas hipokristalin, granularitas

faneroporfiritik, fabrik terdiri dari bentuk euhedral dan relasi equigranular.

Struktur batuan yaitu massif dengan komposisi mineral terdiri dari

hornblend, piroksin, biotit, dan glass. Berdasarkan ciri fisik diatas maka

disimpulkan nama batuan ini yaitu Basalt Porfiri.

3.1.3.3 Data Geomorfologi

Singkapan ini berada pada relief miring dengan tipe morfologi

yaitu perbukitan. Soil dari singkapan ini berwarna coklat kemerahan dengan

tipe soil residual. Tingkat pelapukan pada singkapan ini yaitu sedang dan

tata guna lahan yaitu perkebunan.

3.1.4 Stasiun 4

3.1.4.1 Data Singkapan

Pada stasiun ini dijumpai singkapan batuan beku dengan dimensi

2x5 meter. Singkapan ini bersifat insitu.

Foto 3.4 Singkapan batuan pada stasiun 4 dengan arah foto N 250 E
3.1.4.2 Data Litologi

Pada stasiun ini dijumpai litologi batuan beku dalam keadaan segar

berwarna abu-abu kehitaman dan dalam keadaan lapuk berwarna coklat.

Tekstur pada batuan ini terdiri dari kristanilitas hipokristalin, granularitas

faneroporfiritik, fabrik terdiri dari bentuk euhedral dan relasi equigranular.

Struktur batuan yaitu massif dengan komposisi mineral terdiri dari

hornblend, piroksin, biotit, dan glass. Berdasarkan ciri fisik diatas maka

disimpulkan nama batuan ini yaitu Basalt Porfiri.

3.1.4.3 Data Geomorfologi

Singkapan ini berada pada relief bergelombang dengan tipe

morfologi yaitu perbukitan. Soil dari singkapan ini berwarna coklat

kemerahan dengan tipe soil residual. Tingkat pelapukan pada singkapan ini

yaitu sedang dan tata guna lahan yaitu perkebunan.

3.1.5 Stasiun 5

3.1.5.1 Data Singkapan

Pada stasiun ini dijumpai singkapan batuan beku dengan dimensi

1x5 meter. Singkapan ini bersifat insitu.


Foto 3.5 Singkapan batuan pada stasiun 5 dengan arah foto N 220 E

3.1.5.2 Data Litologi

Pada stasiun ini dijumpai litologi batuan beku dalam keadaan segar

berwarna abu-abu kehitaman dan dalam keadaan lapuk berwarna coklat.

Tekstur pada batuan ini terdiri dari kristanilitas hipokristalin, granularitas

faneroporfiritik, fabrik terdiri dari bentuk euhedral dan relasi equigranular.

Struktur batuan yaitu massif dengan komposisi mineral terdiri dari

hornblend, piroksin, biotit, dan glass. Berdasarkan ciri fisik diatas maka

disimpulkan nama batuan ini yaitu Basalt Porfiri.

3.1.5.3 Data Geomorfologi

Singkapan ini berada pada relief bergelombang dengan tipe

morfologi yaitu perbukitan. Soil dari singkapan ini berwarna coklat

kemerahan dengan tipe soil residual. Tingkat pelapukan pada singkapan ini

yaitu sedang dan tata guna lahan yaitu perkebunan.


3.1.6 Stasiun 6

3.1.6.1 Data Singkapan

Pada stasiun ini dijumpai singkapan batuan beku dengan dimensi

4x3 meter. Singkapan ini bersifat insitu.

Foto 3.6 Singkapan pada stasiun 6 dengan arah foto N 120 E

3.1.6.2 Data Litologi

Pada stasiun ini dijumpai litologi batuan beku dalam keadaan segar

berwarna abu-abu kehitaman dan dalam keadaan lapuk berwarna coklat.

Tekstur pada batuan ini terdiri dari kristanilitas hipokristalin, granularitas

faneroporfiritik, fabrik terdiri dari bentuk euhedral dan relasi equigranular.

Struktur batuan yaitu massif dengan komposisi mineral terdiri dari

hornblend, piroksin, biotit, dan glass. Berdasarkan ciri fisik diatas maka

disimpulkan nama batuan ini yaitu Basalt Porfiri.

3.1.6.3 Data Geomorfologi


Singkapan ini berada pada relief miring dengan tipe morfologi

yaitu perbukitan. Soil dari singkapan ini berwarna coklat kemerahan dengan

tipe soil residual. Tingkat pelapukan pada singkapan ini yaitu sedang dan

tata guna lahan yaitu perkebunan.

3.1.7 Stasiun 7

3.1.7.1 Data Singkapan

Pada stasiun ini dijumpai singkapan batuan beku dengan dimensi

2x2 meter. Singkapan ini bersifat insitu.

Foto 3.7 Singkapan batuan pada stasiun 7 dengan arah foto N 220 E

3.1.7.2 Data Litologi

Pada stasiun ini dijumpai litologi batuan beku dalam keadaan segar

berwarna abu-abu kehitaman dan dalam keadaan lapuk berwarna coklat.

Tekstur pada batuan ini terdiri dari kristanilitas hipokristalin, granularitas

faneroporfiritik, fabrik terdiri dari bentuk euhedral dan relasi equigranular.

Struktur batuan yaitu massif dengan komposisi mineral terdiri dari


hornblend, piroksin, biotit, dan glass. Berdasarkan ciri fisik diatas maka

disimpulkan nama batuan ini yaitu Basalt Porfiri.

3.1.7.3 Data Geomorfologi

Singkapan ini berada pada relief miring dengan tipe morfologi

yaitu perbukitan. Soil dari singkapan ini berwarna coklat kemerahan dengan

tipe soil residual. Tingkat pelapukan pada singkapan ini yaitu sedang dan

tata guna lahan yaitu perkebunan.

3.1.8 Stasiun 8

3.1.8.1 Data Singkapan

Pada stasiun ini dijumpai singkapan batuan beku dengan dimensi

5x3 meter. Singkapan ini bersifat insitu.

Foto 3.8 Singkapan batuan pada stasiun 8 dengan arah foto N 200 E

3.1.8.2 Data Litologi

Pada stasiun ini dijumpai litologi batuan beku dalam keadaan segar

berwarna abu-abu kehitaman dan dalam keadaan lapuk berwarna coklat.

Tekstur pada batuan ini terdiri dari kristanilitas hipokristalin, granularitas


faneroporfiritik, fabrik terdiri dari bentuk euhedral dan relasi equigranular.

Struktur batuan yaitu massif dengan komposisi mineral terdiri dari

hornblend, piroksin, biotit, dan glass. Berdasarkan ciri fisik diatas maka

disimpulkan nama batuan ini yaitu Basalt Porfiri.

3.1.8.3 Data Geomorfologi

Singkapan ini berada pada relief miring dengan tipe morfologi

yaitu perbukitan. Soil dari singkapan ini berwarna coklat kemerahan dengan

tipe soil residual. Tingkat pelapukan pada singkapan ini yaitu sedang dan

tata guna lahan yaitu perkebunan.

3.1.9 Stasiun 9

Foto 3.9 Geomorfologi pada stasiun 9 dengan arah foto N 330 E

3.1.9.1 Data Geomorfologi

Stasiun ini dijadikan sebagai stasiun pengamatan dengan relief

datar dengan tipe morfologi yaitu pedatarn. Soil dari singkapan ini berwarna

coklat kemerahan dengan tipe soil residual. Tingkat pelapukan pada

singkapan ini yaitu tinggi dan tata guna lahan yaitu persawahan.
3.1.10 Stasiun 10

3.1.10.1 Data Singkapan

Pada stasiun ini dijumpai singkapan batuan beku dengan dimensi

1x1 meter. Singkapan ini bersifat insitu.

Foto 3.10 Singkapan batuan pada stasiun 10 dengan arah foto N 200 E

3.1.10.2 Data Litologi

Pada stasiun ini dijumpai litologi batuan beku dalam keadaan segar

berwarna abu-abu kehitaman dan dalam keadaan lapuk berwarna coklat.

Tekstur pada batuan ini terdiri dari kristanilitas hipokristalin, granularitas

faneroporfiritik, fabrik terdiri dari bentuk euhedral dan relasi equigranular.

Struktur batuan yaitu massif dengan komposisi mineral terdiri dari

hornblend, piroksin, biotit, dan glass. Berdasarkan ciri fisik diatas maka

disimpulkan nama batuan ini yaitu Basalt Porfiri.

3.1.10.3 Data Geomorfologi

Singkapan ini berada pada relief miring dengan tipe morfologi

yaitu perbukitan. Soil dari singkapan ini berwarna coklat kemerahan dengan
tipe soil residual. Tingkat pelapukan pada singkapan ini yaitu sedang dan

tata guna lahan yaitu perkebunan.

3.1.11 Stasiun 11

3.1.11.1 Data Singkapan

Pada stasiun ini dijumpai singkapan batuan beku dengan dimensi

1x1 meter. Singkapan ini bersifat insitu.

Foto 3.11 Singkapan batuan pada stasiun 11 dengan arah foto N 200 E

3.1.11.2 Data Litologi

Pada stasiun ini dijumpai litologi batuan beku dalam keadaan segar

berwarna abu-abu kehitaman dan dalam keadaan lapuk berwarna coklat.

Tekstur pada batuan ini terdiri dari kristanilitas hipokristalin, granularitas

faneroporfiritik, fabrik terdiri dari bentuk euhedral dan relasi equigranular.

Struktur batuan yaitu massif dengan komposisi mineral terdiri dari

hornblend, piroksin, biotit, dan glass. Berdasarkan ciri fisik diatas maka

disimpulkan nama batuan ini yaitu Basalt Porfiri.


3.1.11.3 Data Geomorfologi

Singkapan ini berada pada relief miring dengan tipe morfologi

yaitu perbukitan. Soil dari singkapan ini berwarna coklat kemerahan dengan

tipe soil residual. Tingkat pelapukan pada singkapan ini yaitu sedang dan

tata guna lahan yaitu perkebunan.

3.1.12 Stasiun 12

3.1.12.1 Data Singkapan

Pada stasiun ini dijumpai singkapan batuan beku dengan dimensi

2x5 meter. Singkapan ini bersifat insitu.

Foto 3.12 Singkapan batuan pada stasiun 12 dengan arah foto N 220 E

3.1.12.2 Data Litologi

Pada stasiun ini dijumpai litologi batuan beku dalam keadaan segar

berwarna abu-abu kehitaman dan dalam keadaan lapuk berwarna coklat.

Tekstur pada batuan ini terdiri dari kristanilitas hipokristalin, granularitas

faneroporfiritik, fabrik terdiri dari bentuk euhedral dan relasi equigranular.


Struktur batuan yaitu massif dengan komposisi mineral terdiri dari

hornblend, piroksin, biotit, dan glass. Berdasarkan ciri fisik diatas maka

disimpulkan nama batuan ini yaitu Basalt Porfiri.

3.1.12.3 Data Geomorfologi

Singkapan ini berada pada relief bergelombang dengan tipe

morfologi yaitu perbukitan. Soil dari singkapan ini berwarna coklat

kemerahan dengan tipe soil residual. Tingkat pelapukan pada singkapan ini

yaitu sedang dan tata guna lahan yaitu perkebunan.

3.1.13 Stasiun 13

3.1.13.1 Data Singkapan

Pada stasiun ini dijumpai singkapan batuan beku dengan dimensi

1x1 meter. Singkapan ini bersifat insitu.

Foto 3.13 Singkapan batuan pada stasiun 13 dengan arah foto N 180 E

3.1.13.2 Data Litologi

Pada stasiun ini dijumpai litologi batuan beku dalam keadaan segar

berwarna abu-abu kehitaman dan dalam keadaan lapuk berwarna coklat.


Tekstur pada batuan ini terdiri dari kristanilitas hipokristalin, granularitas

faneroporfiritik, fabrik terdiri dari bentuk euhedral dan relasi equigranular.

Struktur batuan yaitu massif dengan komposisi mineral terdiri dari

hornblend, piroksin, biotit, dan glass. Berdasarkan ciri fisik diatas maka

disimpulkan nama batuan ini yaitu Basalt Porfiri.

3.1.13.3 Data Geomorfologi

Singkapan ini berada pada relief miring dengan tipe morfologi

yaitu perbukitan. Soil dari singkapan ini berwarna coklat kemerahan dengan

tipe soil residual. Tingkat pelapukan pada singkapan ini yaitu sedang dan

tata guna lahan yaitu perkebunan.

3.2 Data Geomorfologi

Geomorfologi daerah penelitian terdiri dari dua satuan

geomorfologi yaitu satuan pedataran denudasional dan satuan perbukitan

denudasional. Pembagian satuan ini didasarkan pada klasifikasi van zuidam

dimana aspek yang digunakan yaitu berdasr pada ketinggian suatu daerah.
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Berdasarkan penelitian ini diperoleh beberapa kesimpulan yaitu sebagai

berikut:

1. Daerah penelitian ini terdiri dari litologi batuan Basalt Porfiri. Hal ini

didasarkan pada litologi yang dijumpai di setiap stasiun pengamatan.

2. Adapun satuan geomorfologi daerah penelitian yaitu satuan pedataran

denudasional dan satuan perbukitan denudasioanal.

4.2 Saran

Saran yang dapat diberikan yaitu dalam melakukan suatu penilitian di

suatu daerah sebaiknya data yang akan diambil merupakan data yang akurat, serta

prasarana pada daerah penelitian lebih diperhatikan seperti jalanan.


DAFTAR PUSTAKA

Caesar, Julious. 2016. Pengamatan Geologi. https://geologikita.com/20/09/2014/

pengamatan-geologi.html. Diakses pada tanggal 28 Mei 2018, pukul

1:33 WITA.

Septian, Kurnia. 2018. Jenis Batuan dan Klasifikasi. http://geologi.indonesia.com/

12/04/2018/jenis-batuan-beku-dan-klasifikasi.html. Diakses pada

tanggal 28 Mei 2018, pukul 1:40 WITA.

Anda mungkin juga menyukai