Komoditas tambang
1. Bahan galian golongan A, yaitu bahan galian strategis. Bahan galian strategis
digolongkan untuk kepentingan pertahanan, keamanan negara, dan perekonomian
negara. Contoh bahan galian strategis adalah minyak bumi, batubara, gas alam.
2. Bahan galian golongan B, yaitu bahan galian vital. Bahan galian vital
digolongkan untuk dapat menjamin hajat hidup orang banyak; Contoh bahan
galian vital adalah bauksit, tembaga, timbal, seng, emas, platina, perak.
3. Bahan galian C, yaitu bahan galian yang tidak termasuk golongan A dan B.
Contoh bahan galian C adalah Andesit pasir kwarsa dan pasir zirkon
Peraturan mengenai penggolongan bahan galian pada UU No. 4/2009 dijelaskan pada
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2010 Tentang Pelaksanaan
Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara di Pasal 2 ayat 2:
Pertambangan mineral dan batubara sebagaimana dimaksud dikelompokkan ke dalam
5 (lima) golongan komoditas tambang:
Mineral radioaktif meliputi: radium, thorium, uranium, monasit, dan bahan
galian radioaktif lainnya
Mineral logam meliputi: litium, berilium, magnesium, kalium, kalsium,
emas,tembaga, perak, timbal, seng, timah, nikel, mangaan, platina,
bismuth,molibdenum, bauksit, air raksa, wolfram, titanium, barit, vanadium,
kromit,antimoni, kobalt, tantalum, cadmium, galium, indium, yitrium,
magnetit, besi,galena, alumina, niobium, zirkonium, ilmenit, khrom, erbium,
ytterbium,dysprosium, thorium, cesium, lanthanum, niobium,neodymium,
hafnium,scandium, aluminium, palladium, rhodium, osmium, ruthenium,
iridium,selenium, telluride, stronium, germanium, dan zenotin.
Menurut Peraturan menteri energi dan sumber daya mineral di republik indonesia no 5
tahun 2017 tentang peningkatan nilai tambah mineral melalui kegiatan pengolahan dan
pemurnian mineral didalam negri TATA CARA PENINGKATAN NILAI TAMBAH MINERAL Pasal 2 (1)
Golongan komoditas tambang Mineral yang dapat ditingkatkan nilai tambahnya terdiri atas: a.
Mineral Logam; b. Mineral Bukan Logam; dan c. Batuan.
(1) Golongan komoditas tambang Mineral yang dapat ditingkatkan nilai tambahnya terdiri atas:
a. Mineral Logam;
seperti intan, korundum, grafit, arsen, pasir kuarsa, fluorspar, kriolit, yodiumdolomit, kalsit, rijang,
pirofilit, kuarsit, batu kuarsa, clay.
c. Batuan.
seperti pumice, tras, toseki, obsidian, marmer, perlit, tanah diatome, slate, granit, granodiorit,
andesit, gabro, peridotit, basalt
Bauksit pertama kali dikenalkan oleh pierre berthier pada sebuah desa yaitu Lex Baux
diperancis selatan pada perkembangannya bauksit bukan hanya sebagai endapan alumunium tetapi
menjadi sumber alumunium bijih bauksit secara ekonomis dapat ditambang pada kadar alumunium
al2o3 45%, fe2o3<20% dan sio2 <5 %
Secara genetik yang dikenal itu ada 2 jenis bauksit yaitu karst bauksit dan lateritic bauksit
Karst bauksit adalah bauksit yang berasosiasi dengan batu gamping. Mineralnya : Boehmit
dan Diaspore
Lateritic bauksit dia akibat proses wethering/pelapukan tapi dalam proses yang sangat lama.
Mineralnya Gippsite dan Boehmit.
Mineral bauksit
1. TAl2O3 -> Gibbsite dan Boehmit
Umumnya yang ada diindonesia ialah gibbsite dan sedikit boehmit, gibbsite
dikenal sebagai Trihydrate alumina (THA) sedangkan boehmit dikenal sebagai
Monohydrate alumina (MAA) rumusnya juga berbeda untuk THA=Al 2O33H20
sementara untuk MAA=Al2O3H2O
2. TSiO2 -> Kuarsa( SiO2 ) dan Kaolinite (Al2O3 2SiO2 2H2O)
3. Fe2O3 -> Hematit (Fe2O3) dan Geothite (Fe,Al)2 O3H2O
4. TiO2 -> Rutile dan Anatase (TiO2) namun yang biasanya muncul ialah Anatase
Tahapan eksplorasi Bauksit
1. Pemetaan Geologi -> Tujuannya untuk menentukan batuan dasar atau sumber
batuannya. Yang jadi tantangan atau hambatannya dipemetaan bauksit ini gak
semuanya terada dalam gambar seperti batuannya yang tersingkap hampir 90% iu
berupa tanah
2. Diukur kemudian dilakukan tespit point
3. Tespit penggalian
4. Sample Bauksit
5. Tespit pengisian ulang
6. Preparasi sampel, ada yang basah dan ada yang kering
7. Preparasi sampel sampai pencucian bauksit
8. Analisi
9. Eksplorasi data analisis
Penambangan bijih bauksit dilakukan dengan cara penambangan terbuka (open pit).
Setelah pohon-pohon dan semak disingkirkan dengan bulldozer, maka dengan alat yang sama
diadakan pengupasan tanah penutup yang tebalnya antara 5 – 50 cm. Lapisan bijih bauksit yang
tebalnya berkisar antara 2-5 meter kemudian digali dengan shovel loader yang sekaligus memuat
bijih tersebut kedalam dump truck untuk diangkut ke instalasi pencucian. Proses pencucian bijih
bauksit dimaksudkan untuk menaikkan kualitasnya dengan cara mencuci dan memisahkan
(desiming) bijih bauksit tersebut dari komponen- kompoen yang tidak diinginkan seperti butir-butir
kuarsa, clay serta material-material pengotor lain yang pada umumnya berbutiran kurang dari 2 mm.
Partikel halus ini dapat terbebaskan dari yang kasar antara lain dengan pancaran air (screening),
kemudian sekaligus melakukan proses pemecahan (size reduction) dari butiran-butiran yang
berukuran lebih dari 3 inci dengan jaw crusher. Pencucian Instalasi pencucian yang ada pada saat ini
berjumlah 3 unit, masing-masing di Pulau Kelong, Pulau Dendang dan Daerah Galang, yaitu KM 9 di
sebelah timur Tanjung Pinang arah ke Kijang. Produksi pencucian 3.000 – 4.000 Wmt/hari. Bauksit
yang sudah dicuci diangkut ke Kijang dengan tongkang kemudian dari tongkang dengan alat grab
crane di bongkar dan diangkut ke bunker melalui suatu jaringan belt conveyor. Dari ban pengangkut
ini di ambil contoh (tiap 15 menit satu sekop) yang kemudian dianalisa dilaboratorium untuk
mengetahui kadar bauksit yang masuk kedalam bunker. Karena kualitas bauksit ini berbeda-beda ,
maka penimbunan ke bunker diatur sedemikian rupa dan setiap hari diadakan pencatatan tentang
letaknya. Melalui corong (chutes) dan ban-ban pengangkut yang berada di terowongan-terowongan
di bawah bunker, bauksit dapat disalurkan ke ban pengangkut stackers untuk diisikan ke kapal- kapal
yang berlabuh di dermaga di depan bunker. Dengan mengatur pengeluaran bauksit melalui chutes
dapatlah diperoleh kualitas yang diinginkan.
Rancangan Penambangan
A. Batas penambangan pada penelitian ini, ditentukan berdasarkan batasan Stripping ratio ekonomis
3,56 ton waste / ton ore dan Cut off grade perusahaan yaitu kadar Al2O3 ≥ 44 % dan SiO2 ≤ 5 %.
Berdasarkan batasan tersebut, bauksit dengan kadar Al2O3 ≥ 38 %, dianggap sebagai bijih yang akan
ditambang. Area bijih bauksit yang akan ditambang yaitu seluas 14,9 2 Ha.
B. Geometri Jenjang yang dikaji yaitu geometri untuk jenjang tunggal penambangan, jenjang tunggal
timbunan, dan jenjang keseluruhan timbunan. Dengan tinggi jenjang penambangan 6 meter dan
sudut 60o .
C. Rancangan dimensi jalan angkut dibuat berdasarkan alat yang digunakan yaitu dump truck nissan
CWA 260mx. Geometri jalan dihitung menggunakan rumus rule of thumb dari AASHTO. Diperoleh
lebar jalan lurus 9 meter, lebar pada jalan tikungan 17 meter, cross slope 1,72o , dan kemiringan
jalan angkut maksimal 8 %.
Sumber ( Jurnal Rancangan Teknis Penambangan Bijih Bauksit pada Wilayah Bukit D PT Kalbar Bumi
Perkasa Kecamatan Tayan Hilir Kabupaten Sanggau Provinsi Kalimantan Barat.)
Pada tambang bauksit, sistem penambangan yang digunakan adalah open cast,
dimana sistem ini dilakukan dengan membuat pit dangkal yang disertai dengan proses direct backfill.
Proses direct backfill adalah proses pengembalian overburden (OB) secara langsung ke lokasi semula
setelah proses penambangan selesai dengan menggunakan bulldozer. Ketika masih berada di front,
ore dari bauksit biasa disebut dengan crude bauksit (CBx). Kemudian ore tersebut diangkut dan
disampling sebelum memasuki Exportable Transit Ore (ETO) Stockyard. ETO Stockyard merupakan
lokasi dumping sementara untuk merencanakan material ore yang akan menjadi feed washing plant
(WP). Di WP, ore dicuci dan mengalami proses konsentrasi. Produk WP (yang disebut washed
bauxite atau WBx) kemudian disampling dan ditumpuk di Exportable Fine Ore (EFO) Sedangkan dari
WP dihasilkan limbah berupa slurry yang nantinya dikelola lebih lanjut pada sedimen pond, sehingga
antara air dan padatan pada slurry tersebut dapat dipisahkan dan air limbah dapat dimanfaatkan
kembali untuk proses pencucian di WP (re-used). Stockyard untuk selanjutnya dipersiapkan untuk
suplai ke CGA Plant. Adapun bagan dari siklus penambangan dapat ditunjukkan sebagai berikut.
Sumber ( Jurnal PENGELOLAAN AIR DALAM MENUNJANG KEGIATAN PENCUCIAN PADA PROSES
PENAMBANGAN BAUKSIT)
Pertambangan bijih Bauksit di daerah Tayan merupakan salah satu proyek penambangan
bijih Bauksit milik PT._ANTAM, Tbk yang terletak di Kecamatan Tayan Hilir, Kabupaten Sanggau,
Provinsi Kalimantan Barat. Metode penambangan yang diterapkan yaitu tambang terbuka (open
cast) dengan sistem penambangan Side Hill. PT._ANTAM, Tbk sebagai pemegang Izin Usaha
Pertambangan (IUP) bijih Bauksit di Kecamatan Tayan Hilir merencanakan untuk melakukan
penambangan dan pencucian bijih Bauksit. Salah satu lokasi yang akan dilakukan penambangan
adalah tambang bijih Bauksit Bukit 15. PT. ANTAM, Tbk merencanakan sasaran produksi sebesar
515.000 ton wash bauxite/tahun. Berdasarkan pengolahan data yang didapat setelah melakukan
pengamatan di lapangan didapatkan Concretion Factor (CF) sebesar 64%, maka tailing yang
dihasilkan dari proses pencucian bauksit adalah 289.485_ton tailing/tahun. Salah satu faktor yang
harus diperhatikan dalam penambangan ini adalah masalah material tailing dari hasil pencucian.
Material tailing ini harus ditampung di suatu kolam. Hal ini dimaksudkan agar tailing dapat
diendapkan dan air yang ada tersebut dapat digunakan kembali sebagai cadangan air untuk
pencucian bauksit. Apabila tidak ditangani dengan baik maka akan menimbulkan dampak yang
kurang baik terhadap lingkungan sekitar terutama pada daerah pembuangan akhir dari kolam
pengendapan tersebut. Oleh karena itu, perlu dilakukan perancangan kolam pengendapan yang
sesuai.
Sumber ( Jurnal Rancangan Teknis Kolam Pengendapan Pada Unit Pencucian Bauksit “Bukit 15” PT.
Aneka Tambang (Persero) Tbk. Kecamatan Tayan Hilir)
Kegiatan pertambangan Bauksit di desa Marok Kecil di mulai pada bulan juni 2011. Sistem
penambangan bijih bauksit yang di lakukan oleh PT. Sanmas Mekar Abadi dengan cara penambangan
terbuka (surface mining system) yang berbentuk “ open fit” artinya bentuk areal penambangan yang
terjadi akan cekung ke bawah. Kegiatan pertambangan di Desa Marok Kecil akan di mulai dengan
land clearing. Land clering adalah kegiatan yang di lakukan dengan melakukan pembersihan
terhadap pohon-pohon dan semak belukar dengan menggunakan bulldozer, dengan alat yang sama
di bantu whell loader di lakukan pengupasan lapisan tanah penutup. Setelah pembukaan lahan maka
kegiatan selanjutnya adalah pembukaan front kerja awal agar manuver alat-alat mekanis dapat
leluasa bekerja, lalu yang selanjutnya akan di lakukan penggalian bijih bauksit dengan menggunakan
excavator (back hoe ) di bantu dengan whell loader yang sekaligus sebagai alat muat bijih bauksit
dalam dump truck yang selanjutnya di angkut ke tempat pencucian (washing plan). Kegiatan
pertambangan Bauksit di desa Marok Kecil sudah tidak beroperasi lagi sejak tahun 2014 tepatnya
sejak adanya larangan ekspor bahan mineral mentah yang di berlakukan pemerintah pusat mulai 12
Januari 2014. Tentu saja hal itu mempengaruhi banyak hal, baik dari perencanaan kegiatan
pertambangan secara umum,mata pencaharian masyarakat, keadaan ekonomi masyarakat serta
dampak lingkungan yang di hasilkan selama kegiatan pertambangan.
Landai berarti menurun sedikit demi sedikit; agak miring; tidak curam.
Topografi Provinsi Kalimantan Barat dianalisis dari aspek ketinggian lahan dan kemiringan lahan.
Secara umum,daratan Kalimantan Barat merupakan daratan rendah, sedikit berbukit yang
menghampar dari Barat ke Timur di sepanjang Lembah Sungai Kapuas serta Laut Natuna/Selat
Karimata, sepanjang daerah daratan berawa-rawa bercampur gambut dan hutan mangrove. Wilayah
daratan diapit oleh Pegunungan Kalingkang/Kapuas Hulu di bagian Utara dan Pegunungan Schwaner
di bagian Selatan sepanjang perbatasan dengan Provinsi Kalimantan Tengah. Dipengaruhi oleh
daratan rendah yang amat luas, maka ketinggian gunung-gunung di Kalimantan Barat relatif rendah
dan non aktif, adapun gunung yang paling tinggi adalah gunung Baturaya di Kec. Ambalau Kab.
Sintang dengan ketinggian 2.278 meter dari permukaan laut dan terendah adalah gunung Cabang
dengan ketinggian 103 meter di Kec. Pulau Maya Karimata Kab. Kayong Utara.
Sekitar 29,21 persen atau 4.287.880 Ha wilayah Provinsi Kalimantan Barat berada pada kelas lereng
< 2 persen atau cenderung landai. Sementara itu, sekitar 33,34 persen atau 4.894.333 Ha berada
pada kelas lereng 2-15 persen atau cenderung bergelombang. Sedangkan 21,31 persen atau
3.127.844 Ha wilayah Provinsi Kalimantan Barat berada pada kelas lereng 15-40 persen atau
cenderung curam dan sekitar 16,15 persen atau 2.370.643 Ha wilayah Provinsi Kalimantan Barat
berada pada kelas lereng >40 persen atau cenderung sangat curam.
Koreksi :
1. Biasakan untuk save as dengan format Word 97-2003 document, agar file tetap beraturan
jika di buka di tipe word yang lebih rendah.
2. Perbaiki tata cara penulisan lagi sesuai format yang tadi saya kirim
3. Materi sudah bagus, dipahami lagi.