2020
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur peneliti panjatkan kepada Allah SWT atas segala limpahan rahmatNYa sehingga
tugas Analisis Sistem Dinamik Lingkungan ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa juga peneliti
mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dan menyelesaikan tugas
makalah ini.
Tugas makalah Analisis Sistem Dinamik Lingkungan ini tentunya diharapkan bisa bermanfaat
dalam menambah ilmu pengetahuan bagi peneliti maupun pembaca. Karena keterbatasan pengetahuan
maupun pengalaman peneliti, oleh karena itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari pembaca demi kesempurnaan tugas makalah Analisis Sistem Dinamik Lingkungan
ini.
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................................................................5
2.1. Sampah..........................................................................................................................................................9
2.7. Pengomposan..............................................................................................................................................16
3
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
Gambar 4.4 Hasil Proyeksi timbunan sampah dengan skenario penambahan TPA............................................26
4
BAB I
PENDAHULUAN
Persoalan sampah adalah persoalan yang pasti dihadapi oleh semua manusia baik
sebagai individu, keluarga maupun masyarakat. Persoalan sampah juga menjadi
permasalahan yang dihadapi suatu wilayah, mulai dari skala kecil seperti pada tingkat dusun,
desa, kecamatan, kabupaten/kota bahkan pada sebuah negara. Saat ini, lebih dari 50 persen
populasi dunia tinggal di kota-kota, dan tingkat urbanisasi meningkat dengan cepat. Ini akan
menambah tantangan pengelolaan sampah (Hoornweg, 2012).
Pengelolaan sampah yang baik merupakan suatu rangkaian kegiatan yang mencakup
pengumpulan, pengangkutan, pengelolaan, dan pembuangannya. Setiap kegiatan tersebut
berkaitan antara satu dengan lainnya dan saling berhubungan timbal balik (Rizal, 2011).
Besarnya timbulan sampah setiap hari terus mengalami peningkatan yang cukup tajam,
sehingga memerlukan pengelolaan yang harus dilakukan secara efektif dan efisien.
Permasalahan sampah bukan hanya menjadi masalah jangka pendek, tetapi akan menjadi
masalah jangka panjang, sehingga perlu disentuh dengan kebijakan pemerintah daerah,
dengan demikian 4 penanganannya akan lebih terintegrasi dengan hasil yang maksimal
(Yudistriani dkk, 2015).
5
digunakan untuk mengambarkan perilaku 8 sistem yang rumit dan kompleks. Pengelolaan
dan manajemen persampahan merupakan persoalan kompleks karena berhubungan secara
keseluruhan. Pemodelan dinamis juga bertujuan untuk mengeksplorasi, menilai, dan
meramalkan dampak secara terpadu secara holistik (Kollikkathara et al., 2010)
Sistem pengelolaan sampah di Kota Sintang masih menggunakan pola kumpul, angkut,
buang. Hal ini akan menyebabkan tingginya timbulan sampah yang akan berakhir di TPA,
dan akan berpotensi mempengaruhi kualitas lingkungan termasuk kesehatan masyarakat di
sekitar lokasi TPA karena TPA di Kabupaten Sintang menggunakan sistem open dumping
dimana sampah hanya dibuang di Lokasi TPA secara terbuka.
Sejak beroperasinya TPA Nenak Sintang mulai tahun 1996 hingga tahun 2019 timbulan
sampah yang dihasilkan 42.587 m3/tahun, kapasitas TPA 59.495 m3tahun. Sistem pengolahan
sampah yang diterapkan pada TPA Nenak Sintang adalah Sistem Operasi Open Dumping,
sistem operasi Open Dumping ini dilakukan dengan cara sampah dibuang atau ditimbun
begitu saja pada lahan TPA.
Sistem pengolahan sampah yang diterapkan pada TPA Nenak Sintang adalah Sistem
Operasi Open Dumping, sistem operasi Open Dumping ini dilakukan dengan cara sampah
dibuang atau ditimbun begitu saja pada lahan TPA.
Dinas Kebersihan Selaku Pengelola TPA Nenak Sintang telah melakukan upaya pengolahan
sampah untuk mengurangi timbunan sampah yaitu Komposting efektifitas pengolahan 12%
dari total sampah yang masuk TPA, Selain itu timbunan sampah TPA Nenak Sintang
dipengaruhi oleh faktor dekomposisi sebesar 40%.
Dinas Kebersihan Selaku Pengelola TPA Nenak Sintang telah melakukan upaya
pengolahan sampah untuk mengurangi timbunan sampah yaitu Komposting efektifitas
pengolahan 45% dari total sampah yang masuk TPA, Selain itu timbunan sampah TPA Nenak
Sintang dipengaruhi oleh faktor dekomposisi sebesar 40%. Dengan adanya lokasi TPA yang
berada pada jarak ± 500 m dari permukiman penduduk dan sistem pengelolaan menggunakan
open dumping, maka hal ini yang menjadi faktor yang sangat potensial terhadap terjadinya
pencemaran air, tanah dan udara serta penurunan derajat kualitas lingkungan permukiman di
sekitar lokasi tempat TPA. Ketersediaan lahan TPA yang semakin lama semakin menyempit
dan bertambah jumlah sampah, maka hal tersebut akan berpengaruh terhadap masa pakai
TPA.
Melalui pemodelan dinamis dapat diketahui potensi tingkat timbulan sampah yang
bisa dilakukan dengan skenario pengomposan dan dekomposisi. Dari hasil simulasi kita bisa
6
mengestimasi jumlah sampah yang akan diangkut dan dibuang ke TPA. Dengan mengetahui
estimasi timbulan sampah selama beberapa tahun kedepan, perencanaan pengelolaan sampah
akan lebih efektif.
1.2 TUJUAN
Untuk mengetahui timbulan sampah rata-rata jiwa pertahun untuk 10 tahun kedepan serta
kebutuhan jumlah armada pengangkutan sampah untuk 10 tahun kedepan di TPA Nenak
Sintang.
1.3 MANFAAT
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu sumber informasi sekaligus
referensi yang dapat digunakan sebagai acuan sekaligus bahan pertimbangan dalam
menentukan kebijakan bagi penyelenggara program khususnya terkait masalah pengelolaan
sampah di Kota Sintang.
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Sampah
Sampah tidak bisa dipisahkan dari kehidupan manusia. Oleh karena itu persoalan
sampah perlu mendapat perhatian. Berbagai hal terkait sampah perlu diketahui. Karena sangat
erat keterkaitan antara sampah dengan kehidupan manusia sehari-hari. Semua orang tidak bisa
terlepas dari masalah sampah karena manusia sebagai salah satu pihak yang menimbulkan
sampah.
Sampah merupakan sisa kegiatan sehari-hari manusia dan/atau proses alam yang
berbentuk padat yang terdiri atas sampah rumah tangga maupun sampah sejenis sampah
rumah tangga. Sampah rumah 13 tangga merupakan sampah yang bersumber dari kegiatan
dan aktivitas sehari-hari dalam rumah tangga yang sebagian besar terdiri dari sampah organik,
tidak termasuk tinja dan sampah spesifik (Permendagri No 33 Tahun 2010).
Pada umumnya sumber sampah dihubungkan dengan aktivitas manusia dan penggunaan
(tata guna) lahan yaitu (Sudradjat, 2008) :
a. Sampah yang Berasal dari Pemukiman Sampah pemukiman terdiri dari bahan-bahan
padat yang merupakan sisa dari kegiatan rumah tangga yang sudah dipakai dan
dibuang, seperti sisa-sisa makanan baik yang sudah dimasak atau belum, sisa bahan
pembungkus baik berupa kertas, plastik, daun, pakaian-pakaian bekas, bahan-bahan
bacaan, perabot rumah tangga, daun-daunan dari kebun atau sampah dari taman.
b. Sampah yang Berasal dari Tempat-tempat Umum Merupakan sampah yang bersumber
dari lokasi tempat-tempat umum seperti stasiun, bandara, terminal, stasiun kereta api,
8
pusat perbelanjaan dan sebagainya. Sampah ini berupa kertas, plastik, botol dan
sebagainya.
c. Sampah yang Berasal dari Perkantoran Sampah yang berasal dari perkantoran baik
perkantoran pendidikan, perdagangan, departemen, perusahaan dan sebagainya.
Umumnya sampah ini bersifat kering dan mudah terbakar.
d. Sampah yang Berasal dari Industri (Industrial) Sampah yang bersumber dari kawasan
industri, termasuk sampah yang berasal dari pembangunan industri dan semua jenis
sampah yang berasal dari proses produksi.
e. Sampah yang Berasal dari Jalan Raya Sampah ini berasal dari pembersihan jalan yang
umumnya terdiri dari kertas-kertas, kardus, debu, batu-batuan, pasir, sobekan ban,
onderdil kendaraan yang jatuh, plastik dan sebagainya.
f. Sampah yang Berasal dari Pertambangan Sampah ini berasal dari daerah pertambangan
dan jenisnya bergantung dari jenis usaha pertambangan itu sendiri, misalnya
batubatuan, tanah pasir, sisa-sisa pembakaran (arang) dan sebagainya.
g. Sampah yang Berasal dari Pertanian Sampah ini sebagai hasil dari perkebunan atau
pertanian, misalnya jerami, sisa-sisa sayur, batang padi, batang jagung, ranting kayu
yang patah dan sebagainya.
h. Sampah yang Berasal dari Perikanan dan Peternakan Merupakan sampah yang
dihasilkan dari berbagai kegiatan dibidang perikanan dan kegiatan peternakan yang
berupa sisa-sisa makanan, kotoran-kotoran ternak, dan bangkai binatang dan
sebagainya.
Menurut jenis bahan asalnya, sampah dibagi menjadi dua jenis yaitu sampah organik dan
sampah non organik. Pada Negara-negara yang sudah menerapkan pengelolaan sampah secara
terpadu, tiap jenis sampah ditempatkan sesuai dengan jenisnya. Hal ini dilakukan untuk
mempermudah pengangkutan sampah ke TPA (Tempat Pembuangan Akhir).
Sampah dibagi menjadi 3 yaitu : sampah organik, non organik dan sampah B3. Masing-
masing golongan sampah ini mempunyai tempat masing-masing. Sebagai contoh, tempat
sampah berwarna hijau untuk sampah organik, merah untuk sampah anorganik dan biru untuk
limbah B3. Jika proses klasifikasi ini diterapkan, diharapkan akan memudahkan proses
pengolahan sampai pada tahap selanjutnya (Cecep, 2012).
a. Sampah Organik
9
Sampah organik berasal dari makhluk hidup, baik manusia, hewan maupun tumbuhan.
Sampah organik dibedakan atas jenisnya yaitu sampah organik basah dan sampah
organik kering. Sampah organik basah adalah sampah yang mempunyai kandungan air
cukup tinggi, misalnya kulit buah dan sisa sayuran. Sedangkan bahan yang termasuk
sampah organik kering adalah sampah dari bahan organik lain yang kandungan airnya
kecil. Sampah organik kering misalnya kertas, kayu, atau ranting pohon dan dedaunan
kering.
b. Sampah Anorganik Sampah anorganik bukan berasal dari makhluk hidup. Jenis yang
termasuk kedalam kategori ini bisa didaur ulang (recycle), misalnya bahan yang terbuat
dari plastik dan logam (Chalik, 2011).
10
upaya reduksi sampah secara sungguh-sungguh sejak dari rumah tangga sebagai sumber
sampah.
Sumber Sampah Perkotaan Berdaraskan UU No. 18 Tahun 2008 tentang pengelolaan
sampah, sampah dapat bersumber dari :
a. Sampah Rumah Tangga Merupakan sampah yang dihasilkan dari berbagai kegiatan yang
dilakukan sehari-hari dalam rumah tangga, dan tidak termasuk tinja dan sampah spesifik.
b. Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga Sampah sejenis sampah rumah tangga
merupakan sampah yang dihasilkan dari kawasan komersial, kawasan industri,
kawasan khusus, fasilitas sosial, fasilitas umum dan/atau fasilitas lainnya. 21
c. Sampah Spesifik Sampah yang memiliki karakter khusus seperti sampah yang
mengandung bahan berbahaya dan beracun, sampah yang timbul akibat terjadinya
bencana, maupun sampah yang berasal dari sisa bongkaran bangunan.
11
Pengelolaan sampah disuatu wilayah adalah serangkaian proses mulai dari pengurangan
timbulan sampah sampai pada penanganan sampah itu sendiri sehingga tidak berdampak
terhadap lingkungan ataupun kesehatan. Pengelolaan sampah perkotaan merupakan bagian
terintegrasi dari perencanaan lingkungan perkotaan. Karakteristik dan kuantitas timbulan
sampah domestik, komersial dan aktivitas industri pada suatu negara dipengaruhi oleh
pertumbuhan penduduk, naiknya standart hidup dan perkembangan teknologi. Pengumpulan,
pengangkutan, pengolahan dan penimbunan sampah perkotaan menengah dan kota besar telah
menjadi masalah yang relatif sulit untuk dipecahkan (Zhang et al, 2010). Pengelolaan sampah
terdiri dari kegiatan pengurangan dan penanganan sampah.
Kegiatan pengurangan sampah dapat dilakukan dengan melakukan pengomposan dan 4R
(reduce, reuse, recycle, replace). Kegiatan penanganan sampah meliputi pemilahan,
pengumpulan, 25 pengangkutan, pengolahan dan pemrosesan akhir sampah (Kementerian
Pekerjaan Umum, 2013). Pengelolaan sampah kota merupakan pelayanan publik dan harus
ditangani dengan kerja sama berbagai disiplin ilmu. Pengelolaan sampah dilakukan minimal 3
tahap yaitu pengumpulan, transportasi dan pengolahan.
Proses pengelolaan sampah dapat membantu melestarikan sumber daya dan menjaga
kelestarian lingkungan. Di sisi lain, pengelolaan sampah yang kurang baik dapat
menyebabkan dampak buruk yang tidak hanya terhadap lingkungan yang tetapi juga bagi
kesehatan. Untuk itu, strategi pengelolaan sampah yang akan diterapkan harus didasarkan dari
data timbulan sampah yang ada dan jumlah sampah yang yang dihasilkan dari sumber sampah
serta upaya yang bisa dilakukan dalam penanganan dan pengangkutan sampah. Ini merupakan
segmen yang saling terkait dalam upaya menghasilkan sistem pengelolaan sampah terpadu.
Menurut SNI 19-2454-2002 disebutkan bahwa timbulan sampah adalah banyaknya
sampah yang timbul dari masyarakat dalam satuan volume atau berat per kapita perhari, atau
perluasan bangunan, atau perpanjangan jalan.
Metode yang digunakan untuk menentukan jumlah timbulan sampah adalah pengukuran
berat dan volume. Volume merupakan ukuran yang penting dalam penentuan kendaraan
pengangkut sampah, karena jumlah muatan yang dapat dimuat oleh satu kendaraan dibatasi
oleh volume. 26 Standar atau spesifikasi timbulan sampah adalah standar hasil timbulan yang
diproduksi oleh sumber sampah. Standar ini disusun, oleh Badan Standar Nasional dengan
maksud untuk memberikan kriteria perencanaan persampahan di Indonesia. Masing-masing
wilayah kota (kecil, sedang, besar) diharuskan melakukan pengukuran serta pengambilan
contoh timbulan sampah.
12
Program pengurangan sampah harus diinisiasi dan dipromosikan karena merupakan salah
satu cara untuk mengatasi masalah persampahan. Pengurangan merupakan pengalihan sampah
dari aliran material sampah yang masuk ke TPA sehingga dapat berkontribusi untuk 27
pengelolaan sampah berkelanjutan. Pengurangan sampah dapat dilakukan melalui kegiatan
pengomposan dan 4R.
Pengomposan Kegiatan pengomposan merupakan salah satu metode pengelolaan sampah
yang bertujuan untuk mengurangi volume sampah dengan cara merubah komposisi dan
bentuk sampah menjadi produk yang bisa dimanfaatkan. Cara pengomposan merupakan cara
sederhana dan dapat menghasilkan pupuk yang mempunyai nilai ekonomi. Kegiatan
pengomposan dapat mengurangi sampah organik yang ada di perumahan. Pengomposan dapat
dilakukan pada setiap rumah maupun secara komunal. Kegiatan pengomposan pada skala
rumah tangga dapat juga menggunakan takakura home method (metode pengolahan sampah
skala rumah tangga). Setiap rumah tangga dapat secara mandiri mengelola sampah yang
dihasilkan setiap harinya dengan tidak mengeluarkan biaya yang cukup besar. Kegiatan 4R
(Reduce, Reuse, Recycle dan Replace) Pengurangan jumlah timbulan sampah dari sumbernya
dapat dilakukan dengan peningkatan implementasi prinsip 4R. Upaya 4R diarahkan terutama
kepada masyarakat sebagai sumber sampah, agar kesadaran, kepedulian, dan peran serta
masyarakat dalam 28 pengelolaan sampah lebih meningkat. Prinsip 4R sebagai upaya
pengurangan sampah pada sumbernya meliputi:
a. Reduksi (Reduce), yaitu upaya untuk mengurangi timbulan sampah di lingkungan
sumber dan dapat dilakukan sejak sebelum sampah dihasilkan. Rumah tangga sebagai
sumber sampah dapat melakukan upaya reduksi sampah dengan cara mengubah pola
hidup konsumtif. Perubahan dapat dilakukan dengan mengubah kebiasaan boros dan
menghasilkan banyak sampah menjadi hemat/efisien dan sedikit sampah.
b. Penggunaan kembali (Reuse) yang berarti menggunakan kembali bahan atau material
agar tidak menjadi sampah (tanpa melalui proses pengolahan). Implementasi kegiatan
dapat menggunakan kertas bolak balik dan menggunakan kembali botol bekas
minuman untuk tempat air. Dengan demikian reuse akan memperpanjang usia
penggunaan barang melalui perawatan dan pemanfaatan kembali barang secara
langsung.
c. Daur Ulang (Recycle) berarti mendaur ulang suatu bahan yang sudah tidak berguna
(sampah) menjadi bahan lain atau barang baru setelah melalui proses pengolahan.
Barang-barang seperti besi, kaca, ban dan bahan lainnya memerlukan teknologi yang
canggih, peralatan yang modern dan campur tangan pihak lain untuk didaur ulang.
Tetapi, beberapa jenis sampah dapat didaur 29 ulang secara langsung oleh masyarakat
13
dengan menggunakan teknologi dan alat yang sederhana. Masyarakat dapat mengolah
sisa kain perca menjadi selimut, kain lap, dan keset kaki. Pemilahan sampah rumah
tangga dan kegiatan daur ulang dapat dianggap sebagai bentuk lain dari praktek
informal yang bisa menghasilkan pendapatan tambahan bagi masyarakat golongan
ekonomi kurang mampu.
d. Mengganti (replace) merupakan cara untuk mengurangi timbulan sampah yang
dilakukan dengan cara mengganti barang-barang yang hanya bisa dipakai sekali
menjadi barang yang lebih tahan lama. Misalnya mengganti kantong plastik kresek
dengan dengan keranjang belanja. Pengepul berperan aktif dalam mendaur ulang
sampah meskipun bantuan dari sektor informal tidak terasa nyata. Pemerintah Kota
menganggap bahwa kegiatan pemulungan/pengepulan barang lapak merupakan hal
yang sudah semestinya terjadi (Damanhuri, 2010). Pengepul termasuk dalam sektor
informal yang mengumpulkan bahan yang dapat didaur ulang. Pengumpulan dapat
melalui perantara, jaringan dealer utama, industri daur ulang atau pihak lain yang
bergerak di sektor formal swasta/privat. Bahan direcovery di TPS oleh penarik gerobak
yang mengangkut sampah dari rumah-rumah ke TPS. Sampah yang dapat dijual,
dipilah dari 30 gerobak sendiri maupun dipilah oleh pemulung lain. Pemulung TPA
(Waste picking from dump) limbah diambil pemulung sebelum ditimbun di tempat
pembuangan akhir. Kegiatan ini banyak terjadi di TPA open dumping. Hal ini sering
dilakukan oleh masyarakat yang tinggal di atau dekat tempat pembuangan sampah.
Pengangkutan Sampah Pengangkutan sampah adalah subsistem yang bertujuan untuk
membawa sampah dari lokasi transfer/sumber sampah secara langsung menuju TPA.
Pengangkutan sampah merupakan tahap 33 intensif dalam manajemen pengelolaan sampah.
Sekitar 50-60% anggaran pengelolaan sampah digunakan pada sektor pengangkutan sampah.
Pengangkutan sampah adalah layanan kota yang membutuhkan pengeluaran besar dan
masalah operasional yang sulit. Pengangkutan sampah terkait biaya investasi operasi
(kendaraan armada), biaya operasional (bahan bakar, pemeliharaan) dan biaya lingkungan
(emisi, kebisingan dan kemacetan lalu lintas). Kesulitan yang paling umum ditemui dalam
pengelolaan pengangkutan sampah adalah optimalisasi sumber daya untuk sistem manajemen
yang efisien.
Pengangkutan sampah memiliki 2 jenis sistem pengangkutan yang berdasarkan pada pola
pengambilan dan tersedianya jenis kontainer pada TPS. Sistem yang banyak digunakan adalah
sistem kontainer angkat (Hauled Container System) dan sistem kontainer tetap (Stationary
Container System). Sarana pengangkutan sampah dapat berupa dump truck/tipper truck,
14
armroll truck, compactor truck, 34 street sweeper vehicle, dan trailer (Kementrian Pekerjaan
Umum, 2013).
Pemrosesan Akhir Sampah Sampah yang tidak dapat diproses, residu dan bahan lainnya
yang dibuang setelah pengolahan akan ditimbun di landfill. 35 Pemrosesan akhir sampah
dapat dilakukan dengan menerapkan metode lahan urug terkendali (control landfill), metode
lahan urug saniter (sanitary landfill). Pemrosesan akhir sampah yang dilakukan di TPA
meliputi kegiatan penimbunan/pemadatan sampah, penutupan sampah dengan tanah penutup,
pengolahan lindi dan penanganan gas. Beberapa sarana teknologi yang ada untuk
mengalihkan sampah yang menuju TPA yaitu insinerasi dengan produksi energi, kompos dari
sampah organik, dan pemulihan bahan melalui daur ulang.
2.7. Pengomposan
Pengomposan adalah proses dekomposisi terkendali dari bahan biodegradable yang
dikelola pada kondisi aerobic. Pengomposan sering digunakan di negara berkembang untuk
mengurangi sampah yang masuk ke TPA karena investasi fasilitas pengelolaan yang lebih
murah dari pada pengolahan sampah lainnya. Pengomposan dapat membantu menyelesaikan
masalah penting yaitu dapat mengeliminasi produksi metana pada proses 36 pengolahan
sampah. Kompos juga dapat digunakan sebagai kondisioner tanah dan mengurangi beban
sampah organik TPA. Kompos merupakan bahan partikel padat, yang telah disterilkan dan
distabilkan sebagai hasil dari pengomposan. Kompos adalah hasil penguraian parsial/tidak
lengkap dari campuran bahan-bahan organik yang dapat dipercepat secara artifisial oleh
populasi berbagai macam mikroba dalam kondisi lingkungan yang hangat, lembab, dan
aerobik atau anaerobik. Kompos merupakan bentuk akhir dari bahan-bahan organik sampah
domestik setelah mengalami dekomposisi (SNI 19-7030-2004). Proses pengomposan adalah
proses dimana bahan organik mengalami penguraian secara biologis, khususnya oleh
mikroba-mikroba yang memanfaatkan bahan organik sebagai sumber energi. Pengomposan
dapat dilakukan dengan cara mengatur dan mengontrol proses alami tersebut sehingga
kompos dapat terbentuk lebih cepat. Proses ini meliputi membuat campuran bahan yang
seimbang, pemberian air yang cukup, pengaturan aerasi, dan penambahan aktivator
pengomposan. Pengomposan merupakan proses dekomposisi bahan organik (sampah organik)
secara biologis dalam kondisi aerobik dan termofilik terkendali menjadi produk stabil seperti
humus, yaitu kompos. Pengomposan sampah rumah tangga dalam kerangka pengelolaan
sampah secara makro sangat penting, karena rumah tangga berperan sebagai sumber sampah
(Sahwan, 2012).
Stock/Level Akumulasi
16
Simbol dari variabel
matematis dan konstanta
Auxillary & perhitungan dalam
Constant simulasi model.
17
BAB III
METODE
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari data sekunder
Statistik. Data sekunder tersebut terdiri dari Data jumlah penduduk yang bersumber
dari BPS Sintang Dalam Angka, Kapasitas TPA yang bersumber dari Data Dinas
Lingkungan Hidup Kabupaten Sintang. Alat yang digunakan yaitu alat tulis,
komputer, perangkat lunak Microsoft Excel, dan perangkat lunak Powersim Studio
10 Express.
Data dikumpulkan menggunakan teknik studi literatur melalui dokumen, artikel, dan situs
web dari instansi terkait. Variabel penelitian dapat dilihat pada tabel 3.1
18
tanaman.
Kapasitas TPA Tingkat kemampuan TPA menampung M3/Tahun
sampah
Kapasitas Angkutan Tingkat kemampuan angkutan dalam M3
mengangkut sampah
Armada kendaraan unit
Ritase Jumlah perjalanan kendaraan Perjalanan
Validasi model dilakukan dengan membandingkan tingkah laku model terhadap sistem
nyata (quantitive behavior pattern comparison), yaitu dengan uji Nilai Tengah Persentase
Kesalahan Absolut atau Mean Absolute Percentage Error (MAPE). Uji MAPE adalah salah
satu ukuran relatif yang menyangkut kesalahan persentase (Sa’adah, Fauzi, and Juanda 2018).
Uji ini dapat digunakan untuk mengetahui kesesuaian data hasil simulasi dengan data aktual.
Rumus MAPE sebagai berikut:
dengan Xm adalah data hasil simulasi; Xd adalah data aktual; dan n adalah
periode/banyaknya data.
Kriteria Nilai
19
5% < MAPE < 10% Tepat
Batas penyimpangan yang dapat diterima adalah 5% s/d 10% (Ekawati, 2018)
20
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kabupaten Sintang terletak di bagian timur Provinsi Kalimantan Barat atau di antara
1°05' Lintang Utara serta 0°46' Lintang Selatan dan 110°50' Bujur Timur serta 113°20' Bujur
Timur. Hal tersebut dapat disimpulkan bahwa wilayah Kabupaten Sintang dilalui oleh garis
Khatulistiwa.
Berdasarkan Berdasarkan letak geografis, Kecamatan Sintang memiliki batas-batas
sebagai berikut :
Utara : Kab. Kapuas Hulu dan Malaysia Timur (Serawak).
Selatan : Prov. Kalimantan Tengah, Kab. Melawi, dan Kab. Ketapang.
Timur : Prov. Kalimantan Tengah, Kab. Melawi, dan Kab. Kapuas Hulu.
Barat : Kab. Sanggau, Kab. Melawi, dan Kab. Sekadau.
Luas wilayah Kabupaten Sintang 21.635 Km2 . Dalam hal pengelolaan sampah kota, Dinas
Lingkungan Hidup baru mampu melayani di wilayah perkotaan saja yaitu Kecamatan Sintang.
Adapun Luas wilayah administrasi Kecamatan Sintang yaitu 277,05 Km2.
4.2. Kependudukan
Berdasarkan data yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik, pada tahun 2019 penduduk pada
wilayah pelayanan sampah Kecamatan Sintang sebanyak 408.841jiwa. Jika dibandingkan
dengan jumlah penduduk tahun 2017 sebesar 370.389 mengalami pertumbuhan sebesar 1,10
%.
4.3. Model Hubungan simulasi timbulan sampah pada tempat pembuangan akhir
(TPA) Nenak Kecamatan Sintang Kabupaten Sintang.
Dari hasil pengolahan data tersebut didapatkan output pertama adalah hasil
pembuatan causa loop diagram yang menjelaskan tentang hubungan sebab akibat.
Dimana di dalam causa loop diagram ini terdiri dari beberapa variable yang berkaitan
dengan penelitian. (Gambar 4.1)
21
Gambar . 4.1 Causal Loop Diagram
4.4. Model Stok flow Diagram simulasi timbulan sampah pada tempat pembuangan
akhir (TPA) Nenak Kecamatan Sintang Kabupaten Sintang.
Setelah dilakukannya pembuatan Causa Loop Diagram, dibuat lah stock flow
diagram untuk mengetahui proyeksi rata-rata timbulan sampah per jiwa/tahun dan
kapasitas TPA yang ada di Kabupaten Sintang ini.
22
Gambar 4.2. Stock Flow Diagram Diagram simulasi timbulan sampah pada tempat
pembuangan akhir (TPA) Tanpa Skenario
Pada stock flow diagram ini, dibuat 3 aliran stock flow dengan 3 level yaitu
penduduk, timbunan sampah TPA dan kapasitas angkut tahunan. Level penduduk di dapat
dari laju pertumbuhan dan rata-rata pertumbuhan/kelahiran penduduk. Level Penduduk ini
mempengaruhi laju penambahan sampah sehingga menyebabkan sampah di TPA
meningkat. Kemudian Kapasitas angkutan pertahun dipengaruhi oleh jumlah armada
kapasitas angkut tiap armada. Semakin banyak rate armada, semakin banyak pula kapasitas
angkutan tahunannya. Timbunan sampah di TPA akan bertambah seiring dengan laju
sampah terangkut, dimana laju sampah terangkut dipengaruhi oleh kapasitas tahunan dan
jumlh sampah. Jika jumlah sampah lebih besar dari kapasitas sampah pertahun maka
sampah yang terangkut sebesar kapasitas tahunan. Untuk Sampah TPA yang meningkat
tersebut dikontrol oleh laju pengolahan sampah TPA yang dipengaruhi oleh dekomposisi
dan kompos. Untuk Perbandingan di dapat dari timbunan sampah TPA dibagi kapasitas
TPA di mana hal ini untuk mengetahui apakah nilai tersebut melebihi dari satu artinya
kapasitas TPA sudah tidak bisa menampung timbunan sampah. Untuk If sendiri terjadi Jika
jumlah sampah lebih besar dari kapasitas sampah pertahun maka sampah yang terangkut
sebesar kapasitas tahunan.
Analisis model dengan menggunakan Powersim Waktu dan jumlah simulasi yang
dilakukan adalah selama 10 tahun (2011-2030) dengan jumlah simulasi sebanyak 2 (dua)
jenis simulasi yaitu sebagai berikut :
23
a. Simulasi I merupakan simulasi kondisi eksisting yang dilakukan untuk
mereduksi/mengurangi timbulan sampah di Kota Sintang selama 10 tahun (2017-
2030) dengan pendekatan model dinamis tanpa skenario.
b. Simulasi II merupakan simulasi yang dilakukan untuk reduksi/mengurangi
timbulan sampah di Kota Sintang selama 10 tahun (2017-2030) dengan
pendekatan model dengan skenario penambahan kapasitas TPA.
4.5.1. Simulasi I
Data hasil simulasi timbulan sampah rumah tangga yang diperoleh sampai 10 tahun yang
akan datang (2017-2030) seperti yang ditunjukkan pada tabel 4.2
Pada simulasi I (existing) didapatkan bahwa pada tahun pertama timbulan sampah ke
TPA sebesar 42.587,00 m3 , dengan laju pengurangan sampah 36.198,95 m3/tahun,
kemudian kapasitas angkut tahunannya sebesar 48.180 m3 dengan kapasitas TPA 59.495
m3/tahun artinya dengan kondisi tersebut kapasitas TPA masih bisa menampung timbulan
sampah. Tetapi pada tahun 2025 terjadi peningkatan pada timbunan sampah di TPA sebesar
64.063,53 m3 dengan laju pengurangan sampah sebesar 54.453,99 m3/tahun dan kapasitas
angkut pada tahun 2025 sebesar 58.692 m 3, artinya timbunan sampah di TPA sudah melebih
kapasitas TPA sebesar 59.495 m3.
Adapun hasil simulasi model selama 10 tahun ke depan pada kondisi existing
disajikan pada gambar Grafik Kondisi Existing
24
Gambar Grafik 4.3. Hasil Proyeksi Timbunan Sampah, Kapasitas Angkut Tahunan
dan Kapasitas TPA
4.5.2. Simulasi II
Gambar Grafik 4.4 Hasil Proyeksi Timbunan Sampah, Kapasitas Angkut Tahunan
dan Kapasitas TPA Dengan Skenario Penambahan Kapasitas TPA
Dari hasil perhitungan Validasi Powersim ini menghasilkan senilai 1.10. Dimana
sesuai dengan rumus baku dari validasi powersim, hasil proyeksi ini bisa dipakai jika
nilai MAPE kurang dari 10%.. Hasil validasi data hasil simulasi terhadap data nyata
terhadap beberapa variabel yang digunakan ditampilkan pada Tabel 4.3 Terlihat bahwa
hasil simulasi model menunjukkan hasil yang baik terhadap data nyata yang dapat dilihat
dari nilai MAPE.
Hasil dari perhitungan validasi dengan menggunakan MAPE dapat dilihat pada tabel
4.3.
26
Tabel 4.3 Hasil Perhitungan Validasi menggunakan MAPE
BAB IV
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Timbulan sampah dari masyarakat per jiwa/tahun pada tahun 2030 mencapai
74.455,37 m3, hal ini hampir mencapai 2x lipat dari data tahun 2017 sebesar
38.520,46 m3.
2. Estimasi timbunan sampah di TPA di Kota Sintang pada tahun 2017-2030
berdasarkan kondisi eksisting adalah sebesar 42.587 m3 pada tahun pertama
simulasi dan terus meningkat menjadi 74.959,44 m3 pada tahun ke 10 simulasi
dengan kapasitas TPA sebesar 59.495 m3/tahun.
3. Estimasi timbunan sampah di TPA di Kota Sintang pada tahun 2017-2030
berdasarkan hasil simulasi model dinamis selama 10 tahun (2017-2020) dengan
skenario penambahan kapasitas TPA adalah 74.959,44 m3 dengan kapasitas TPA
sebesar 59.495 m3/tahun artinya pada tahun ke 10 TPA masih bisa menampung
timbulan sampah yang ada.
4. Dapat di simpulkan juga bahwa setiap tahun akan mengalami pertumbuhan
jumlah penduduknya, hal ini akan berkaitan dengan jumlah sampah yang
ditimbulkan akan semakin banyak sehingga kondisi ini harus cukup dicermati
oleh pemerintah dalam melakukan pengelolaan sampahnya.
5.1 Saran
1. Bagi Pemerintah Daerah atau instansi terkait melakukan upaya pengendalian
untuk menekan laju peningkatan timbulan sampah di Kota Sintang dengan
pengelolaan yang tepat.
27
DAFTAR PUSTAKA
Model, D., City, O., Management, W., Household, O. F., Masamba, I. N., Utara, L., & Yahya,
M. I. (2018). Model dinamis pengelolaan sampah kota yang bersumber dari rumah
tangga di kota masamba kabupaten luwu utara.
Zalukhu, S. A., & Mirwan, M. (2018). Analisis Model Dinamik Dalam Pengangkutan Sampah
Di Kota Bangkalan. Jurnal Envirotek, 10(1).
https://doi.org/10.33005/envirotek.v10i1.1165
28
Hasil Diskusi :
1. Mas Fanny Aditya :
Agar dibuatkan perbandingan antara timbunan sampah di TPA dan Kapasitas TPA untuk
mengetahui kemampuan daya tampung TPA beberapa tahun kedepan
Jawaban :
Perbandingan antara timbunan sampah di TPA dan kapasitas TPA sudah di tambahkan
axualary hal ini untuk mengetahui timbunan sampah di TPA dan kapasitas TPA apakah
kapasitas TPA masih mampu menampung timbulan sampah yang masuk ke TPA. Jika
hasilnya lebih dari 1 maka kapasitas TPA sudah tidak dapat menampung timbulan sampah
yang ada.
2. Ibu Evi G.. :
Untuk timbunan sampah di TPA pada tahun ke 2019 sudah mendekati kapasitas TPA
sebaiknya dibuat pengelolaan untuk mengurangi timbunan sampah di TPA dengan
menambah variable di stockflow.
Jawaban :
Untuk variabel pengelolaan sudah ditambahkan dimana pengurangan timbunan sampah di
TPA dilakukan pengelolaan seperti komposting sebesar 45 % /tahun dari tiap timbulan
sampah yang dihasilkan serta dekomposisi sekitar 40% dari timbulan sampah yang
dihasilkan.
29