Disusun Oleh :
Oktarina Nathania Putri
NIM I0217070
Dosen Pembimbing:
Ir Ahmad Farkhan, M.T.
Ir. Rachmadi Nugroho, M.T.
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat, karunia dan petunjuk-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah utilitas lanjut Sistem Pengelolaan Sampah TPA Troketon Kabupaten Klaten
dengan baik dan lancar.
Maksud dari penyusunan makalah utilitas lanjut Sistem Pengelolaan Sampah TPA
Troketon Kabupaten Klaten ini untuk melengkapi Tugas Akhir Semester VII. Mata
Kuliah Utilitas Lanjut Program Studi Arsitektur Universitas Sebelas Maret. Mata kuliah
Utilitas Lanjut merupakan mata kuliah pilihan yang dapat ditempuh oleh mahasiswa
Prodi Arsitektur Universitas Sebelas Maret pada semester tujuh untuk mendapatkan
pengetahuan dan gambaran mengenai utilitas lanjut setelah menerima mata kuliah
utilitas yang merupakan mata kuliah wajib di semester 7.
Adapun tujuan dan manfaat yang penulis dapat adalah untuk menyelaraskan teori
yang telah didapatkan selama perkuliahan dengan mengetahui preseden sistem distribusi
yang ada di lapangan beserta penyelesaian segala permasalahannya. Penulis berharap
agar makalah utilitas lanjut ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
DAFTAR GAMBAR
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2008 tentang
Pengelolaan Sampah, sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia dan atau
proses alam yang berbentuk padat. Sampah merupakan limbah padat yang terdiri dari
zat organik ataupun anorganik yang dianggap tidak berguna lagi dan harus dikelola
sepaya tidak membahayakan bagi lingkungan dan agar dapat melindungi investasi
pembangunan (Budi Utomo dan Sulastoro, 1999). Keberadaan sampah berdampak
buruk bagi manusia dan lingkungan dalam faktor kesehatan, kenyamanan, dan
keindahan.
Produksi Sampah di Kabupaten Klaten yang meliputi 26 kecamatan dengan luas
655,56 km2 , dan jumlah penduduk 1.174.986 orang (BPS, 2020) dan terus
meningkat setiap tahunnya. Produksi sampah di Kabupaten Klaten tahun 2020
mencapai sekitar 160 ton per hari. Hal itu dengan estimasi satu orang menghasilkan
3 ons sampah, dari 1,2 juta total penduduk di Klaten (DLHK,2020). Volume sampah
dipengaruhi oleh jumlah penduduk, aktifitas dan gaya hidup. Peningkatan jumlah
penduduk menimbulkan peningkatan jumlah atau volume sampah, dan
bertambahnya jenis aktifitas menimbulkan jenis sampah yang dihasilkan semakin
beragam. Untuk menjaga kebersihan kota, penanganan sampah harus dilakukan
dengan baik mulai dari pengumpulan sampah, pengangkutan ke tempat pembuangan
sampah sementara (TPS), dan pengangkutan dari TPS ke tempat pemrosesan akhir
sampah (TPA). Pengelolaan sampah di TPA pun juga perlu dilakukan sedemikian
rupa agar tidak menimbulkan pencemaran lingkungan. Kabupaten Klaten berusaha
mengatasi permasalahan sampah ini dengan membuat TPA di desa Jomboran, Klaten
Tengah, namun karena kondisi TPA Jomboran penuh akses ditutup warga maka
pembuangan dialihkan ke TPA Joho yang berada di kecamatan Prambanan. Namun
pembuangan sampah ke TPA Joho yang berlangsung dua minggu dihentikan, karena
warga tidak menghendaki lokasi tersebut digunakan untuk pembuangan sampah
seperti halnya warga di Jomboran. Penolakan warga dilatarbelakangi oleh
pengelolaan sampah di Kabupaten Klaten menggunakan system open dumping,
1
dimana sampah yang ada hanya ditempatkan ditempat tertentu hingga kapasitasnya
tidak lagi memenuhi. System ini sangat berpotensi untuk menimbulkan gangguan
terhadap lingkungan di sekitar Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) sampah. Untuk
mengatasi hal tersebut pada tahun 2016 Pemerintah Kabupaten Klaten mulai
membangun Tempat Pembuangan Sampah Akhir di lokasi yang baru yaitu di desa
Troketon, Pedan. TPA ini memiliki system pengelolaan sampah yang lebih baik dari
pada sebelumnya yang diharapkan dapat mengatasi permasalahan sampah di
Kabupaten Klaten
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas dapat di rumuskan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana karakteristik sampah masuk di TPA Troketon Klaten?
2. Bagaimana Alur dan Sistem Pengelolaan Sampah di TPA Troketon Klaten?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah yang telah di ungkapan di atas, maka tujuan
penelitian ini adalah: Mengetahui karakteristik sampah yang dihasilkan masyarakat
Klaten dan mengetahui alur beserta distem pengelolaan sampah akhir di Kabupaten
Klaten.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Sampah
Sampah pada dasarnya merupakan suatu bahan yang terbuang atau di buang
dari suatu sumber hasil aktivitas manusia maupun proses-proses alam yang tidak
mempunyai nilai ekonomis, bahkan dapat mempunyai nilai ekonomi yang negatif
karena dalam penanganannya baik untuk membuang atau membersihkannya
memerlukan biaya yang cukup besar.
Soewedo Hadi Wiyoto mendefinisikan sampah sebagai sisa-sisa bahan yang
mengalami perlakuan-perlakuan baik karena telah diambil bagian utamanya, atau
karena pengolahan, atau karena sudah tidak ada manfaatnya, yang ditinjau dari
segi ekonomis tidak ada harganya dan dari segi lingkungan dapat menyebabkan
pencemaran atau gangguan kelestarian.
UU No 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah, menyebutkan sampah
adalah sisa dari berbagai proses kegiatan setiap hari yang dilakukan oleh manusia
ataupun proses alam yang berbentuk padat atau semi padat berupa zat organik
atau anorganik bersifat dapat terurai atau tidak dapat terurai yang dianggap sudah
tidak bermanfaat dan dibuang ke lingkungan (Slamet, 2002).
Menurut Tchobanoglous, et al (1993), sampah adalah semua jenis bahan
padat termasuk cairan dalam kontainer yang dibuang atau diafkir sebagai bahan
buangan, tidak digunakan atau barang-barang yang dibuang karena berlebihan.
Berdasarkan beberapa pengertian tentang sampah maka dapat didefinisikan
sampah adalah sisa bahan, limbah atau buangan yang bersifat padat, setengah
padat termasuk juga cairan yang merupakan hasil sampingan dari aktifitas atau
siklus kehidupan manusia, hewan maupun tumbuh-tumbuhan yang dianggap
sudah tidak bermanfaat dan belum memiliki nilai ekonomis serta dibuang ke
lingkungan.
B. Jenis Sampah
Beberapa kriteria penggolongan sampah yaitu penggolongan sampah
berdasarkan sumber sampah tipe sampah dan berdasarkan sifat dan lokasinya.
3
1. Penggolongan Sampah Berdasarkan Sumbernya
Menurut Tchobanoglous, et al (1993), berdasarkan sumbernya
sampah dapat dibagi dalam beberapa golongan, yaitu sampah dari daerah
permukiman (rumah tangga), daerah komersial, daerah institusi, daerah
industri, tempat pembangunan termasuk pemugaran dan pembongkaran,
sarana pelayanan kesehatan, sarana umum, dan sampah dari kegiatan
pertanian.
a. Sampah rumah tangga / sampah domestic
Sampah rumah tangga / sampah domestik yaitu sampah yang dihasilkan
dari kegiatan-kegiatan rumah tangga. Dalam kategori ini termasuk juga
sampah dari asrama, rumah sakit, hotel, dan kantor.
b. Sampah industri / pabrik (industrial waste)
Sampah industri yaitu sampah yang dihasilkan dari kegiatan produksi atau
buangan industri baik dalam lingkup industri maupun industri kecil atau
industri kerajinan.
c. Sampah Pembangunan
Sampah dari tempat pembangunan, pemugaran dan pembongkaran
sumbernya didominasi oleh sampah bangunan berupa puing-puing
bangunan, sisa-sisa kayu, besi, beton, pasir, dan lainnnya.
d. Sampah Rumah Sakit
Sampah yang dihasilkan dari aktivitas rumah sakit dan balai pengobatan,
pengelolaannya ditangani secara terpisah karena bersifat khusus dan
kemungkinan mengandung kuman penyakit
e. Sampah pertanian
Sampah pertanian yaitu sampah dari sisa pertanian, termasuk di dalamnya
perkebunan, kehutanan, peternakan maupun perikanan. Ada juga sampah
bahan berbahaya dan beracun (B 3) yang berasal dari bahan kimia yang
digunakan dalam kegiatan pertanian.
4
lembut (ashes dan residues).
a. Sampah Basah
Sampah basah terdiri dari bahan-bahan organik dan mempunyai sifat
mudah membusuk yang umumnya berasal dari sektor pertanian dan sisa
makanan seperti sisa dapur, sampah sayuran dan kulit buah-buahan.
b. Sampah Kering
Sampah kering yang sulit terurai mikroorganisme, sehingga sulit
membusuk. Sampah kering dapat dibagi menjadi dua golongan yaitu
sampah yang tidak mudah membusuk tapi mudah terbakar, seperti kayu,
bahan plastik, kain, bahan sintetis dan sampah yang tidak mudah
membusuk dan tidak mudah terbakar, seperti logam, kaca, dan keramik.
c. Sampah Lembut
Sampah lembut terdiri dari berbagai jenis abu (ashes) hasil pembakaran
kayu, batu bara dan bahan yang mudah terbakar lainnya, berbentuk kecil-
kecil, lembut, ringan dan dapat mengganggu saluran pernapasan. Sampah
bangunan berasal dari kegiatan pembangunan dan penghancuran
bangunan.
5
C. Dampak Keberadaan Sampah
Sampah padat yang tertumpuk banyak tidak dapat teruraikan dalam waktu
yang lama akan mencemarkan tanah. Yang dikategorikan sampah disini adalah
bahan yang tidak dipakai lagi karena telah diambil bagian-bagian utamanya
dengan pengolahan menjadi bagian yang tidak disukai dan secara ekonomi tidak
ada harganya. Menurut Gelbert dkk (1996) ada tiga dampak sampah terhadap
manusia dan lingkungan yaitu:
1. Dampak Terhadap Kesehatan
Lokasi dan pengelolaan sampah yang kurang memadai (pembuangan sampah
yang tidak terkontrol) merupakan tempat yang cocok bagi beberapa organism
dan menarik bagi berbagai binatang seperti lalat dan anjing yang dapat
menjangkitkan penyakit. Potensi bahaya kesehatan yang dapat ditimbulkan
adalah sebagai berikut:
a. Penyebaran penyakit diare, kolera, tifus karena virus yang berasal dari
sampah dengan pengelolaan tidak tepat dapat bercampur air minum.
b. Penyakit demam berdarah dapat juga meningkat dengan cepat di daerah
yang pengelolaan sampahnya kurang memadai.
c. Penyebaran penyakit melalui rantai makanan. Salah satu contohnya
adalah suatu penyakit yang dijangkitkan oleh cacing pita (taenia). Cacing
ini sebelum masuk kedalam pencernaan binatang ternak melalui
makanannya yang berupa sisa makanan/ sampah.
2. Dampak Terhadap Lingkungan
Cairan rembesan sampah yang masuk kedalam drainase atau sungai akan
mencemari air. Berbagai organism termasuk ikan dapat mati sehingga
beberapa spesies akan lenyap, hal ini mengakibatkan berubahnya ekosistem
perairan biologis. Penguraian sampah yang dibuang ke dalam air akan
menghasilkan asam organic dan gas cair organic, seperti metana. Selain
berbau kurang sedap, gas ini pada konsentrasi tinggi dapat meledak.
3. Dampak Terhadap Keadaan Sosial dan Ekonomi
a. Pengelolaan sampah yang tidak memadai menyebabkan rendahnya
tingkat kesehatan masyarakat. Hal penting disini adalah meningkatnya
pembiayaan (untuk mengobati ke rumah sakit) dan pembiayaan secara
6
tidak langsung (tidak masuk kerja, rendahnya produktivitas).
b. Infrastruktur lain dapat juga dipengaruhi oleh pengelolaan sampah yang
tidak memadai, seperti tingginya biaya yang diperlukan untuk pengolahan
air. Jika sarana penampungan sampah kurang atau tidak efisien, orang
akan cenderung membuang sampahnya dijalan. Hal ini mengakibatkan
jalan perlu lebih dibersihkn dan diperbaiki.
c. Pengelolaan sampah yang kurang baik akan membentuk lingkungan yang
kurang menyenangkan bagi masyarakat: bau yang tidak sedap dan
pemandangan yang buruk karena sampah bertebaran dimana-mana.
d. Memberikan dampak negatif terhadap kepariwisataan.
e. Pembuangan sampah padat ke badan air dapat menyebabkan banjir dan
akan memberikan
f. dampak bagi fasilitas pelayanan umum seperti jalan, jembatan, drainase,
dan lain-lain.
7
bekas pertambangan, atau lubang-lubang dalam. Sebuah lahan penimbunan
darat yang dirancang dan dikelola dengan baik akan menjadi tempat
penimbunan sampah yang higienis dan murah. Sedangkan penimbunan darat
yang tidak dirancang dan tidak dikelola dengan baik akan menyebabkan
berbagai masalah lingkungan, di antaranya angin berbau sampah, menarik
berkumpulnya hama, dan adanya genangan air sampah. Efek samping lain
dari sampah adalah gas methan dan karbon dioksida yang juga sangat
berbahaya.
2. Daur Ulang
Proses pengambilan barang yang masih memiliki nilai dari sampah untuk
digunakan kembali disebut sebagai daur ulang. Ada beberapa cara daur ulang,
pertama adalah mengambil bahan sampahnya untuk diproses lagi atau
mengambil kalori dari bahan yang bisa dibakar untuk membangkitkan listrik.
Metode-metode baru dari daur ulang terus ditemukan dan akan dijelaskan di
bawah.
3. Pengolahan Kembali Secara Fisik
Metode ini adalah aktivitas paling populer dari daur ulang, yaitu
mengumpulkan dan menggunakan kembali sampah yang dibuang, contohnya
botol bekas pakai yang dikumpulkan untuk digunakan kembali. Pengumpulan
bisa dilakukan dari sampah yang sudah dipisahkan dari awal (kotak
sampah/kendaraan sampah khusus), atau dari sampah yang sudah tercampur.
4. Pengolahan Biologis
Material sampah (organik), seperti zat tanaman, sisa makanan atau kertas,
bisa diolah dengan menggunakan proses biologis untuk kompos, atau dikenal
dengan istilah pengkomposan. Hasilnya adalah kompos yang bisa digunakan
sebagai pupuk dan gas methana yang bisa digunakan untuk membangkitkan
listrik.
5. Metode Pengurangan
Mengurangi segala sesuatu yang mengakibatkan sampah. Reduksi atau
disebut juga mengurangi sampah merupakan langkah pertama untuk
mencegah penimbulan sampah di TPA. Menghancurkan sampah menjadi
jumlah yang lebih kecil dan hasilnya diolah, hanya saja biayanya sangat
8
mahal tidak sebanding dengan hasilnya.
Reduksi (mengurangi sampah) dapat dilakukan beberapa proses yaitu:
a. Reduksi volume sampah secara mekanik.
Dilakukan pemadatan pada dump truck yang dilengkapi alat pemadat
sehingga volume sampah jauh berkurang dan volume yang diangkut
menjadi lebih banyak
b. Reduksi volume sampah secara pembakaran.
Proses ini dapat dilakukan oleh sekelompok masyarakat dengan catatan
memilki ruang atau area terbuka cukup luas. Pembakaran dilakukan
dengan menggunakan suatu unit instalasi incinerator sederhana.
Syaratnya sampah harus dipisah antara yang dapat terbakar dan tidak
dapat dibakar serta plastik. Plastik jangan ikut dalam proses pembakaran
karena zat yang dihasilkan akan membahayakan kesehatan.
c. Reduksi sampah secara kimiawi.
Cara ini disebut pyrolysis yaitu pemanasan tanpa oksigen pada suatu
reaktor. Umumnya zat organik tidak tahan terhadap panas sehingga
dengan pemanasan tanpa oksigen ini akan memecah struktur zat organik
tersebut (kondensasi) menjadi gas, cair dan padat.
9
pewadahan individual maupun komunal sesuai dengan pengelompokkan
pengelolaan sampah (SNI 19-2454-2002 tentang tata cara teknik
operasional pengelolaan sampah perkotaan).
2. Pengumpulan Sampah
Pengumpulan sampah yaitu cara atau proses pengambilan sampah mulai dari
tempat penampungan/pewadahan sampai ke Tempat Pembuangan Sementara
(TPS). Pola pengumpulan sampah pada dasarnya dikelompokkan dalam 2
yaitu pola individual dan pola komunal (SNI 19-2454-2002 tentang tata cara
teknik operasional pengelolaan sampah perkotaan):
a. Pola Individual
Proses pengumpulan sampah dimulai dari sumber sampah (tong)
kemudian diangkut langsung maupun melalui gerobak/kontainer
sebelum dibuang ke TPA dengan dump truck.
Langsung
Tong
Dump Truck TPA
(sumber)
Tidak Langsung
b. Pola Komunal
Pengumpulan sampah dilakukan oleh penghasil sampah ke Tempat
Penampungan Sampah komunal (TPS) yang telah disediakan atau ke truk
sampah yang menangani titik pengumpulan kemudian diangkut ke
TPA dengan dump truck atau untuk pola tidak langsung dengan
ditampung dalam container melalui grobak sampah terlebih dahulu.
Langsung
Wadah Dump
Gerobak TPA
Komunal Truck
10
Tidak Langsung
Wadah Dump
Komunal Gerobak kontainer TPA
Truck
3. Pemindahan Sampah
11
a. Open Dumping
Metode ini merupakan sistem pengolahan sampah dengan hanya
membuang/menimbun sampah di suatu tempat tanpa ada perlakuan
khusus atau sistem pengolahan yang benar, sehingga system open
dumping menimbulkan gangguan pencemaran lingkungan seperti
perkembangan vektor penyakit, bau, pencemaran air permukaan dan air
tanah serta rentan terhadap bahaya kebakaran dan longsor.
12
anjing liar).
Merupakan sumber dan tempat perkembangbiakan organisme
penyebar penyakit.
Gas yang dihasilkan dalam proses penguraian akan terperangkap di
dalam tumpukan sampah dapat menimbulkan ledakan jika mencapai
kadar dan tekanan tertentu.
b. Controlled Landfill
Controlled landfill merupakan perbaikan atau peningkatan dari
system open dumping. Perbaikan atau peningkatan ini meliputi adanya
kegiatan penutupan sampah dengan lapisan tanah, fasilitas drainase
serta fasilitas pengumpulan dan pengolahan leachete. Penutupan
sampah dengan tanah yaitu: tanah penutup antara (pada periode-periode
tertentu) serta tanah penutp akhir (setelah kapasitas TPA penuh).
Dengan aplikasi system contolled landfill diharapkan agar dampak
negative terhadap lingkungan dapat diperkecil dibandingkan dengan
dampak dari system open dumping. Namun demikian, untuk lebih
menjamin sanitasi lingkungan, dikembangkan metode lahan urug
sanitaser. Control landfiil hanya bisa menangkap gas saja namun tidak
bisa diolah menjadi energi listrik.
13
c. Sanitary Landfill
Metode ini dilakukan dengan cara menimbun kemudian
diratakan, dipadatkan kemudian diberi cover tanah pada atasnya
sebagai laipsan penutup. Hal ini dilakukan sacara berlapis-lapis sesuai
dengan perencanaannya. Pelapisan sampah dengan menggunakan
tanah setiap hari pada akhir operasi.
Para ahli lingkungan merekomendasikan agar pengelolaan TPA
menggunakan sistem sanitary landfill, namun demikian dari sekian
banyak TPA yang ada, umumnya menggunakan sistem open dumping
atau controlled dumping. Baru sedikit kota yang telah menerapkan
sistem sanitary landfill.
Tempat pemrosesan akhir (TPA) sampah yang direkomendasikan
oleh para ahli dengan menggunakan sistem sanitary landfill dapat
dilengkapi dengan sarana pengomposan dan pemanfaatan sampah
menjadi bahan baku daur ulang. Sisa sampah yang tidak dapat didaur
ulang ataupun dibuat menjadi kompos kemudian dibakar dan
disimpan dalam kolam sanitary landfill. Proses ini dapat dinamakan
Instalasi pengolahan sampah terpadu (IPST). Proses daur ulang,
produksi kompos dan pembakaran tersebut bertujuan untuk
memperkecil volume sampah yang dihasilkan, sehingga pembuangan
sampah pada kolam sanitary landfill dapat diperkecil dan akhirnya
dapat menghemat penggunaan lahan TPA.
14
Perbedaan sanitary dan kontrol landfill terletak pada pemanfaatan
gas yang dihasilkan.Sistem sanitary landfill lebih lengkap karena
selain mendapat manfaat gas juga bisa diolah menjadi tenaga listrik.
Sehingga hasilnya bisa dinikmati oleh masyarakat.
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pembuangan
sampah system sanitary landfill yaitu:
Semua landfill adalah warisan bagi generasi mendatang.
Memerlukan lahan yang luas.
Penyediaan dan pemilihan lokasi pembuangan harus
memperhatikan dampak lingkungan.
Aspek sosial harus mendapat perhatian.
Harus dipersiapkan instalasi drainase dan sistem pengumpulan
gas.
Kebocoran ke dalam sumber air tidak dapat ditolerir
(kontaminasi dengan zat-zat beracun).
Memerlukan pemantauan yang terus menerus.
15
BAB III
PEMBAHASAN
16
di TPA Troketon. Dari penanganan sampah yang dilakukan oleh Sub Dinas
Kebersihan dan Pertamanan Kabupaten Klaten, sampah yang dapat terangkut ke
TPA oleh petugas sebanyak 70% dari total produksi sampah yang dihasilkan di
Kabupaten Klaten. Rata-rata volume sampah yang dapat terangkut ke TPA oleh
petugas sekitar 150 m3 per harinya. Sebanyak 70% sampah yang terangkut oleh
petugas ke TPA terdiri dari berbagai jenis sampah seperti kertas, kayu, kain,
plastik, organik dan jenis sampah lainnya. Sebanyak 65% dari total sampah yang
terangkut ke TPA berupa sampah organik dan sebanyak 10% berupa sampah
jenis plastik. Sedangkan untuk sampah kertas, kayu, kain serta kulit/ karet hanya
berkisar antara 5% hingga 6% dari total sampah terangkut. Sampah jenis kaca
dan logam hampir tidak dapat dijumpai. Sampah jenis ini hanya memiliki persentase
0,5% dari total sampah terangkut.
No Uraian Tahun
2012 2013
1 Kertas 9% 6%
2 Kayu 8% 6%
3 Kain 6% 6%
4 Kulit/ Karet 5% 5%
5 Plastik 10% 10%
6 Metal/ Logam 0,5% 0,5%
7 Gelas/ Kaca 0,5% 0,5%
8 Organik 60% 65%
9 Lainnya 1% 1%
17
pemilahan sampah mulai dari sumber akan memudahkan proses daur
ulan selanjutnya dan mereduksi biaya pengelolaan sampah selanjutnya.
Penghasil Sampah
TPA Troketon
18
Gambar 3. 3 Lokasi TPA Troketon
Sumber: Googlemap
Terdapat beberapa akses menuju TPA Troketon. Salah satu akses menuju
lahan ke TPA Troketon bagi truk sampah agar tidak melalui pemukiman warga
adalah melalui jalan di samping Gardu Induk milik PLN yang berada di Desa
Troketon. Jalan masih berupa tanah kosong dengan sekelilingnya lahan milik
warga ditanami palawija seperti cabai dan jagung. Tak ada permukiman warga di
sepanjang akses masuk tersebut. Akses jalan lain menuju lokasi lahan juga bisa
melalui wilayah Desa Kaligawe serta Kalangan juga masih berupa jalan setapak.
Pembangunan TPA ini awalnya sempat ditolak warga setempat karena letaknya
yang berdekatan dengan pemukiman warga. Namun TPA Troketon menggunakan
motode sanitary landfill yang memiliki kelebihan daripada system open dumping
yang digunakan di TPA sebelumya.
TPA Troketon melayani pembuangan dan pengelolaan sampah kabupaten
Klaten sejak tahun 2017, dan merupakan TPA baru kabupaten Klaten. Awalnya
pembuangan akhir sampah kabupaten Klaten terletak di TPA desa Jomboran,
Klaten Tengah, namun karena kondisi TPA Jomboran penuh dan akses ditutup
warga maka pembuangan dialihkan ke TPA Joho yang berada di kecamatan
Prambanan. Namun pembuangan sampah ke TPA Joho yang berlangsung dua
19
minggu dihentikan, karena warga tidak menghendaki lokasi tersebut digunakan
untuk pembuangan sampah seperti halnya warga di Jomboran. TPA Troketon
baru mampu mengolah sampah sekitar 3 ton per hari dari jumlah total sampah
yang diangkut ke TPA sebanyak 40,5 ton per hari. Sampah-sampah diangkut dari
TPS menuju TPA Troketon menggunakan beberapa armada, yaitu truk sampah,
armroll, mobil pickup, dan juga kendaraan roda 3. Potensi sampah yang masuk ke
TPA Troketon disajikan dalam table berikut:
Sampah IPSD
Kering
20
1. Instalasi Pembakaran Sampah Domestik (IPSD)
Instalasi Pembakaran Sampah adalah motode pengelolaan sampah dengan
cara pembakaran sehingga dapat mengurangi volume sampah. Sampah-
sampah yang masuk ke TPA Troketon dipilih dan dibedakan antara sampah
basah dan kering. Sampah kering akah diolah dengan medote IPSD. Volume
sampah yang dapat diolah dengan system IPSD ini mencapai 3 ton dalam
sehari. Alat yang digunakan dalam system ini diantaranya adalah alat pemilah
sampah (rotary screen, conveyor pemilah, hoper penampungan, feeding
system) dan alat pemkaran yang menggunakan alat burner lathi geni 2.
Peralatan untuk mengolah sampah tersebut membutuhkan 12 orang sebagai
operator mesin-mesinnya.
Burner Lathi Geni 2 adalah sebuah inovasi teknologi pengolahan sampah yang
dikembangkan oleh Ir. Budi Rachmad Basuki. Alat ini merubah sampah tak
bernilai ekonomis menjadi energi panas dengan melakukan proses
pembakaran dengan tepat komposisi udaranya dan prosesnya dalam sebuah
wahana sehingga menghasilkan pembakaran yang sempurna dan ramah
lingkungan (tidak berasap). Untuk pengoperasian Burner Lati Geni, diawali
dengan penyalaan api menggunakan kayu atau kertas kering. Setelah api
terbentu, sampah plastik kering yang sudah dikumpulkan dimasukkan ke
reactor. Lalu Blower dinyalakan dan damper dibuka sedikit demi sedikit
sampai lidah api berbentuk sempurna.
21
Gambar 3. 6 Pemilahan Sampah TPA Troketon
Sumber: JIBIphoto
Energi panas yang dihasilkan oleh burner lathi geni dapat dimanfaatkan untuk
kepentingan yang lainnya, namun pada TPA Troketon ini belum
memanfaatkan energi panas tersebut, proses pengolahan sampah hanya selesai
pada tahap pembakaran tanpa asap dan merubah sampah menjadi abu saja.
22
tersedia tempat yang luas, tersedia tanah untuk menimbunnya, dan tersedia
alat-alat besar. Volume sampah yang dapat ditampung dengan metode sanitary
landfill ning sebesar 37,5 ton per hari. TPA Troketon memiliki 2 exavator dan
1 bakhoe loader serta 4 operator untuk menunjang system pembuangan
sampah ini.
Pembuangan sampah di sanitary landfill dilakukan dengan cara ditimbun.
Sebelum ditimbun, permukaan dasar sanitary landfill dilapisi terlebih dahulu
dengan tanah lempung dan geomembran. Tujuannya agar air sampah atau
yang biasa disebut dengan air lindi tidak merembes ke bawah tanah dan dapat
mencemari air tanah. Selain dilapisi tanah lempung dan geomembran,
permukaan dasar sanitary landfill dilengkapi dengan pipa pengumpul lindi
dan pipa gas metan.
Pipa pengumpul lindi dan pipa gas metan dipasang untuk mengumpulkan
lindi dan gas metan yang terbentuk akibat proses penguraian sampah di
dalam sanitary landfill. Lindi yang terkumpul akan diolah di Instalasi
Pengolahan Lindi (IPL). Kuantitas lindi yang dihasilkan TPA tergantung pada
masuknya air dari luar, sebagian besar air hujan, aspek operasional yang
diterapkan seperti aplikasi tanah penutup, kemiringan permukaan dan kondisi
23
iklim. Jumlah curah hujan rata-rata tahunan di wilayah Kabupaten Klaten
Tahun 2019 sebesar 1656 mm/tahun. Pengaplikasian tanah penutup
menggunakan tanah penutup yang kedap air. Kualitas dari lindi yang
dihasilkan dipengaruhi oleh banyaknya sampah organik sebesar 50,22% yang
masuk ke TPA Troketon. Proses pengolahan lindi ditentukan dengan
memperhatikan debit, karakteristik dan badan air penerima.
24
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Produksi sampah kabupaten Klaten paling banyak bersumber dari sampah
rumah tangga. Pemerintah Kabupaten Klaten sudah berusaha mengelola sampah
dengan baik melalui adanya TPA Troketon yang berada di Kecamatan Pedan.
Alur pembuangan sampah hingga sampai di Tempat Pemrosesan Akhir Troketon
adalah sampah dari sumber (rumah warga) diangkut menggunakan gerobak atau
kendaraan roda 3 menuju tempat pembuangan sementara (TPS) lalu sampah yang
terkumpul ke TPS akan diangkut menggunakan truk sampah menuju tempat
pemrosesan akhir sampah Troketon.
TPA Troketon menggunakan metode baru yang lebih baik dari TPA
sebelumnya yaitu menggunakan system Instalasi Pembakaran Sampah Domestik
(IPSD) untuk sampah kering dan system sanitary landfill untuk sampah basah.
Sampah yang masuk akan dipilah antara basah dan kering. Sampah kering akan
dikelola dengan Instalasi Pembakaran Sampah Domestik menggunakan burner
lathi geni yang tidak menimbulkan polutan sehingga ramah lingkungan dengan
mengubah sampah menjadi abu. Sampah basah akan dikelola dengan system
sanitary landfill dilengkapi dengan pipa pengumpul lindi.
B. Saran
Pembakaran sampah kering yang mengunakan burner lathi geni dengan
mengubahkan menjadi abu, energi panas yang ditimbulkan oleh lidah api dapat
dimanfaatkan untuk pembuatan briket dengan memanfaatkan daun atau ranting
pohon yang sudah tidak terpakai dengan membuatnya menjadi arang terlebih
dahulu atau dapat dimanfaatkan untuk kebutuhan lainnya yang menggunakan
energy panas.
Instalasi Pengolahan Lindi (IPL) TPA Troketon perlu dioptimalkan lagi
dengan menambahkan saluran drainase yang belum ada agar lindi terolah dengan
baik dan tidak mencemari lingkungan.
25
DAFTAR PUSTAKA
Klaten, D. (2019, September 5). Kebersihan dan Pertamanan. Retrieved Desember 18,
2020, from Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kabupaten Klaten:
https://dpupr.klatenkab.go.id/operasional-tpa-troketon-sudah-dimulai/
Putra, Alfa. 2017. Penerapan Metode P Median Dalam Penentuan Lokasi Optimal
Tempat Penampungan Sementara (TPS) Sampah di Kabupaten Klaten. UMS.
Surakarta
26