Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN KULIAH KERJA LAPANGAN

EVALUASI PENGELOLAAN SAMPAH DI TEMPAT PEMBUANGAN SAMPAH


TERPADU (TPST) BANTARGEBANG

Disusun sebagai Salah Satu Syarat Kelulusan Ujian Akhir Semester (UAS) Mata
Kuliah Perencanaan Pengelolaan Sampah

Disusun Oleh :

Anggih Futri

(082001900006)

Dosen Pengampu :

Astari Minarti, ST ., M.Sc

Pramiati Purwaningrum, ST ., MT

JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN

FAKULTAS ARSITEKTUR LANSKAP DAN TEKNOLOGI LINGKUNGAN

UNIVERSITAS TRISAKTI

2022

i
D

DAFTAR ISI
DAFTAR ISI ................................................................................................................ ii
KATA PENGANTAR ................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ....................................................................... 2
1.3 Tujuan Kuliah Kerjan Lapangan ................................................ 2
BAB II Tinjauan Pustaka ............................................................................................. 3
2.1 Pengertian Sampah ...................................................................... 3
2.1 Pengelolaan Sampah .................................................................... 4
BAB III GAMBARAN UMUM .................................................................................... 6
3.1 Sejarah Perusahaan ..................................................................... 6
3.2 Klasifikasi Jenis dan Komposisi Sampah.................................... 6
3.3 Kondisi Eksisting TPST Bantargebang ............................................ 7
3.4 Instalasi Pengolahan Air Sampah .................................................. 8
3.5 Pengembangan TPST Bantargebang .............................................. 9

ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas
berkat, rahmat,taufik dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas
Laporan Kuliah Kerja Lapangan ini dengan baik. Laporan ini disusun sebagai salah
satu syarat kelulusan ujian tengah semester (UTS) mata kuliah Perencanaan
Pengelolaan Sampah.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Astari Minarti, ST ., M.Sc, Pramiati
Purwaningrum, ST ., MT selakudosen pembimbing yang telah membantu kami baik
secara moral maupun materil. Terima kasih juga kami ucapkan kepada teman-teman
seperjuangan yang telah mendukung kami sehingga bisa menyelesaikan tugas ini
tepat waktu.

Kami menyadari, bahwa laporan yang kami buat ini masih jauh dari kata
sempurna baik segi penyusunan, bahasa, maupun penulisannya. Oleh karena itu,
kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pembaca
guna menjadi acuan agar penulis bisa menjadi lebih baik lagi di masa
mendatang.Semoga laporan ini bisa menambah wawasan parapembaca dan bisa
bermanfaat untuk perkembangan dan peningkatan ilmu pengetahuan dan wawasan
sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni ini.

Jakarta, 14 Juli 2023

Anggih Futri

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sampah merupakan masalah terbesar di dunia yang belum dapat dikelola


dengan baik salah satunya di Indonesia. Sampah merupakan hasil dari kegiatan
manusia yang dapat mengakibatkan pencemaran lingkungan. Dikarenakan
jumlah penduduk di Indonesia yang semakin tahun bertambah, maka dapat
mempengaruhi kualiras dan kuantitas sampah yang dihasilkan. Perlu adanya
penanganan terkait dampak negative dari volume sampah yang meningkat.

TPST Bantargebang berdiri pada tahun 1989, dan pada tahun itu merupakan
salah satu Tempat Pembuangan Akhir (TPA) terbesar di Indonesia. TPST
Bantargebang terletak di daerah Bantargebang, Bekasi, Jawa Barat selama ini
digunakan menampung buangan sampah dari wilayah Jakarta. TPA tersebut
dikelola oleh Pemda DKI Jakarta dengan menerapkan konsep pengelolaan
Tempat Pembuangan Sampah Terpadu (TPST). Luas lahan TPA seluas 115 ha
yang sudah menjadi asset milik Pemerintah Provinsi. Volume sampah dari
Jakarta ke TPST rata-rata sekitar 7.000 sampai 8.000 ton/hari yang dilayani
oleh 1.200 truk sampah, dimana 60% diantaranya sampah domestic atau rumah
tangga. Kondisi saat ini, daya tampung sampah dari Bekasi maupun Jakarta
sudah mendekati maksimum dan beberapa tahun lagi sampah tidak dapat
dibuang di TPST Bantargebang.

Sistem pengelolaan sampah menggunakan open dumping berubah menjadi


sistem sanitary landfill. Keberadaan TPST masih dinilai tetap menimbulkan
dampak sosial bagi masyarakat dan lingkungan sekitarnya. Permasalahan
pengelolaan sampah tersebutmeliputi tidak adanya pemilahan sampah
disumber, selain itu juga pemanfaatan TPST yang masih belum optimal.
Berdasarkan permasalahan dari latar belakang di atas, maka dilakukan Kerja
Praktek tentang Evaluasi Pengelolaan Sampah di TPST Bantargebang.

1
1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang uraian di atas, maka disusun rumusan masalah


yaitu :

1. Bagaimana klasifikasi jenis sampah di TPST Bantargebang ?


2. Bagaimana kondisi eksisting pada pengelolaan sampah di TPST
Bantargebang ?
3. Bagaimana strategi untuk mereduksi jumlah timbunan sampah di TPST
Bantargebang ?

1.3 Tujuan Kuliah Kerjan Lapangan

Adapun tujuan dari kuliah kerja lapangan ini adalah :

1. Mengetahui klasifikasi jenis sampah di TPST Bantargebang


2. Mengetahui kondisi eksisting pada pengelolaan sampah di TPST
Bantargebang
3. Mengetahui strategi untuk mereduksi jumlah timbunan sampah di TPST
Bantargebang

2
BAB II
Tinjauan Pustaka

2.1 Pengertian Sampah

Sampah berdasarkan UU No.18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah


adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia dan/atau proses alam yang berbentuk
padat (pasal 1 ayat 1 UU No.18 Tahun 2008). Sedangkan sampah spesifik
adalah sampah yang karena sifat, konsentrasi, dan/atau volumenya memerlukan
pengelolaan khusus (pasal 2 ayat 1 UU No.18 Tahun 2008). Sampah yang
dikelola berdasarkan undang-undang ini terdiri atas ;

a. Sampah rumah tangga


b. Sampah sejenis sampah rumah tangga
c. Sampah spesifik

Sampah rumah tangga sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a berasal
dari kegiatan sehari-hari dalam rumah tangga, tidak termasuk tinja dan sampah
spesifik. Sampah sejenis sampah rumah tangga sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf b berasal dari Kawasan komersial, Kawasan industri, Kawasan
khusus, fasilitas sosial, fasilitas umum, dan/atau fasilitas lainnya. Sampah
spesifik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c meliputi :

a. Sampah yang mengandung bahan berbahaya dan beracun


b. Sampah yang mengandung limbah bahan berbahaya dan beracun
c. Sampah yang timbul akibat bencana
d. Puing bongkaran bangunan
e. Sampah yang secara teknologi belum dapat diolah
f. Sampah yang timbul secara tidak periodic

Definisi sampah cukup bervariasi apabila didasarkan pada tidak adanya lagi
kegunaan atau nilai dari material yang ada di sampah tersebut. Sampah adalah produk
samping dari aktivitas manusia. Secara fisik sampah mengandung material/bahan-
bahan yang sama dengan produk yang digunakan sebelumnya, yang membedakannya
hanya kegunaan dan nilainya. Penurunan nilai, pada banyak kasus, tergantung pada
tercampurnya material-material tersebut dan seringkali karena ketidak-tahuan untuk

3
memanfaatkan kembali material itu. Upaya pemilahan umumnya dapat menaikkan
kembali nilai dari sampah. Dengan adanya pemilahan, maka akan ada upaya
pemanfaatan kembali material daur ulang yang ada di dalam sampah. Sebagaimana
terlihat pada (Gambar 2.1) hubungan terbalik antara tingkat pencampuran dan nilai
adalah hal yang penting pada sampah

2.1 Pengelolaan Sampah

Pengeloalaan sampah didefinisikan sebagai suatu disiplin yang berkaitan dengan


pengendalian atas timbulan, penyimpanan, pengumpulan, pemindahan dan
pengangkutan, pengolahan, dan pembuangan sampah sedemikian rupa sehingga
sesuai dengan prinsip prinsip dalam kesehatan masyarakat, ekonomi, keteknikan,
konservasi, estetika, dan pertimbangan-pertimbangan lingkungan lainnya termasuk
(responsive) terhadap sikap masyarakat umum (Beevi et al, 2015).

Lebih lanjut Beevi et al. (2015), menjelaskan bahwa ruang lingkup pengelolaan
sampah mencakup semua aspek yang terlibat dalam keseluruhanspektrum kehidupan
masyarakat. Berbagai aspek yang dimaksud adalah semua fungsi administratif,
keuangan, hukum, perencanaan, dan fungsi-fungsi keteknikan yang digunakan
untuk menyelesaikan masalah sampah. Penyelesaian masalah sampah juga
dapat melibatkan hubungan-hubungan lintas disiplin yang kompleks antar
bidang ilmu politik, bidang perencanaan kota dan regional, geografi, ekonomi,
kesehatan masyarakat, sosiologi, demografi, komunikasi, konservasi, serta
teknik dan ilmu bahan (material science).

Adapun yang dimaksud dengan pengelolaan sampah terpadu (Integrated


Solid Waste Management) adalah suatu kerangka petunjuk untuk merencanakan
dan melaksanakan sistem pengelolaan sampah baru dan/atau menganalisis serta
mengoptimalkan sistem saat ini. Pengelolaan sampah terpadu didasarkan pada
suatu konsep yang mengarahkan kepada keterpaduan antar seluruh aspek dalam
pengelolaan sampah, baik aspek teknis maupun non-teknis, yang pada
kenyataannya seluruh aspek tersebut tidak pernah bisa dipisahkan (Alfons &
Padmi, 2015).

Pengelolaan sampah terpadu dapat dilakukan setelah melakukan evaluasi


terhadap seluruh elemen unit fungsional sistem persampahan, yaitu:

4
1) Timbulan sampah (waste generation).
2) Penanganan, pemilahan, pewadahan, dan pemrosesan sampah
disumbernya
3) Pengumpulan.
4) Pemilahan dan pemrosesan serta transformasi/perubahan bentuk dari
sampah.
5) Pemindahan dan pengangkutan.
6) Pembuangan.
(Alfons & Padmi, 2015).
Secara konseptual untuk dapat mencapai tujuan dalam pengelolaan sampah terpadu
maka terdapat hal yang paling diperlukan, yaitu: pengurangan sampah atau sering disebut
dengan waste minimization, waste reduction, atau source reduction ditempatkan pada
bagian paling atas dalam hirarki pengelolaan sampah (Gambar 2.2). Pengurangan sampah
akan mengurangi jumlah sampah dan secara alamiah akan merubah komposisi sampah,
namun demikian akan selalu adasampah yang masih harus dikelola (Kartika et al, 2017).

5
BAB III

GAMBARAN UMUM

3.1 Sejarah Perusahaan

TPST Bantargebang merupakan bentuk kerjasama antara Pemerintah DKI Jakarta


dengan Pemerintah Kota Bekasi. Pemerintah DKI Jakarta sebagai pemilik lahan dan
lokasi terletak dalam wilayah administratif Kota Bekasi. Pada tahun 2004, pengelolaan
TPST Bantargebang diserahkan pada pihak swasta yaitu PT PBB. Kerjasama tersebut
hanya berlangsung hingga tahun 2006. Selanjutnya, pada tahun 2008 tender
pengelolaan TPST Bantargebang dimenangkan oleh PT Godang Tua Jaya joint
operation PT Navigat Organic Energy Indonesia.

PT Godang Tua Jaya sebelumnya merupakan perusahaan yang mengelola sampah


di PD Pasar Jaya. Perusahaan tersebut menyewakan alat-alat berat seperti bekhoe dan
eskavator. PT Navigat Organic Energy Indonesia merupakan perusahaan yang
bergerak dibidang pembangkit listrik. Perusahaan tersebut memiliki pembangkit listrik
tenaga gas metan di Provinsi Bali.

Kontrak operasional pengelolaan TPST Bantargebang antara Pemprov DKI Jakarta


dengan PT Godang Tua Jaya joint operation PT NOEI yaitu selama 15 tahun hingga
2023. Setiap ton sampah DKI Jakarta yang masuk ke TPST Bantargebang dikenakan
biaya pengelolaan sebesar USD 10.

TPST Bantargebang mulai dioperasikan sejak tahun 1989 oleh BKLHProvinsi DKI
Jakarta dan BKLH Provinsi Jawa Barat dan masih berupa Tempat Pembuangan Akhir
(TPA). Kemudian direvisi dengan surat persetujuan kelayakanlingkungan AMDAL, RKL,
RPL No.660.1/ 206.BPLH.AMDAL/III/2010 tanggal 11 maret 2010.

3.2 Klasifikasi Jenis dan Komposisi Sampah

Klasifikasi jenis dan komposisi yang dilakukan dengan mengetahui data primer,
dengan dilakukannya penimbangan dan pemilahan menurut jenisnya agar
memperoleh komponen dan kuantitas sampah tiap komponen yang masuk. Jenis dan
komposisi sampah yang mendominasi TPST Bantargebang adalah sampah organik

6
yaitu dari sampah sisa makanan. Selanjutnyaterdapat sampah plastik,kain, kertas dan
sampah lain-lain yang mendominasi pada urutan kedua, ketiga, dan keempat. Sesuai
dengan data yang diperoleh dari penelitian terdahulu, yang dimana pada negara
berkembang seperti Indonesia, sampah organik merupakan jenis sampah yang
mendominasi dengan rata-rata persentase sekitar 42,16%. Berikut tabel 5.1 jenis dan
nilai persentase sampah di TPST Bantargebang.

3.3 Kondisi Eksisting TPST Bantargebang

Jenis landfill di TPST Bantargebang berdasarkan proses penutupan lahannya


adalah sanitary landfill. Sanitary landfill merupakan metode pembuangan sampah
yang paling bagus dimana pada metode ini sampah ditimbunpada satu lubang yang
telah dipersiapkan kemudian dilakukan pemadatan dan ditutup dengan tanah sebagai
lapisan penutup (Mahyudin, 2016).

Setiap hari sampah yang di hasilkan oleh warga DKI Jakarta akan dikirimkan ke
TPST Bantargebang menggunakan truk sampah. Saat truk sudah sampai, truk akan
ditimbang menggunakan jembatan timbang untuk mendapatkan berat kotor dari truk
tersebut. Setelah itu sampah akan dikirimkan ke zona titik buang landfill untuk
dilakukan bongkar muatan sampah. Setelah sampah di bongkar, sampah akan di
angkut oleh excavator dengan cara estafet di setiap terapannya. Setelah truk selesai
unloading sampah, truk akan di cuci di bagian Car Washing. Sebelum truk kembai ke
daerah masing – masing, berat kosong daritruk akan ditimbang terlebih dahulu, agar
di dapatkan berat bersih dari sampah tersebut dengan cara mengurangkan berat truk
masuk dengan berat truk keluar. Berikut dokumentasi kegiatan dari proses
penimbangan, pembongkaran atau pengangkutan sampah dan estafet excavator.

Tumpukan sampah di titik buang ini mencapai 81,91 hektar pada lahan
108,3 hektar. Sampah diangkut menggunakan alat berat. Sebelum sampah
diletakkan, diawali dengan membuat konstruksi landfill yang terdiri dari lapisan
ground liner atau tanah di dasar landfill yang dipadatkan. Kemudian dilapisi
oleh geo membran, bahan mirip plastik berwarna hitam dengan ketebalan 2.5
mm yangterbuat dari High Density Polietilene (HDPE). Lapisan ini berfungsi
sebagai penahan lindi agar tidak masuk ke air tanah. Kemudian, di atas geo
membran dilapisi oleh geo tekstil, lapisan yang berguna untuk mencegah gas

7
metan menyebar. Gas metan dihasilkan akibat proses dekomposisi bahan
organik secara anaerob. Di timbunan sampah tersebut dibuat pipa perforasi yang
mempunyai fungsi untuk ventilasi sebagai sirkulasi udara untuk mencegah
kebakaran karena suhu yang terlalu tinggi dan ledakan akibat produksi gas
metan yang berlebih. Selain itu terdapat pipa yang mempunyai fungsi adalah
mengalirkan gas metan ke pembangkit listrik.

3.4 Instalasi Pengolahan Air Sampah

Masalah utama yang dijumpai dalam aplikasi penimbunan/pengurugan sampah


atau limbah padat lainnya ke dalam tanah adalah kemungkinanpencemaran air tanah
oleh lindi, terutama di daerah yang curah hujan dan muka air tanahnya tinggi.
Timbulan (debit) lindi serta kualitasnya yang keluar dari timbunan sampah sangat
berfluktuasi karena bergantung pada curah hujan serta karakter sampah yang
ditimbun. Kaitan antara banyaknya hujan dan timbulan lindi perlu ditentukan bila
hendak merancang kapasitas penanganan lindi, demikian juga beban cemaran lindi
yang akan digunakan dalam perancangan.

Lindi adalah limbah cair yang timbul akibat masuknya air eksternal ke dalam
timbunan sampah, melarutkan dan membilas materi-materi terlarut, termasuk juga
materi organik hasil proses dekomposisi biologis. Dari proses tersebut dapat dilihat
bahwa kuantitas dan kualitas lindi akan sangat bervariasi dan berfluktuasi. Dapat
dikatakan bahwa kuantitas lindi yang dihasilkan akan banyak tergantung pada
masuknya air dari luar, sebagian besar dari air hujan, disamping dipengaruhi oleh
aspek operasional yang diterapkan seperti aplikasi tanah penutup, kemiringan
permukaan, kondisi iklim, dan sebagainya. Kemampuan tanah dan sampah untuk
menahan uap air dan kemudian menguapkannya bila memungkinkan, menyebabkan
perhitungan timbulan lindi agak rumit untuk diperkirakan. Air lindi dari sanitary
landfill tertahan di atas lineryang terbuat dari geomembrane (karpet campuran plastik
HDPE yang konstruksi luarnya terbuat dari beton) kemudian dialirkan menggunakan
pipa ke IPAS Prosespengolahan air lindi.

8
3.5 Pengembangan TPST Bantargebang

Sejumlah sarana dan prasarana akan dikembangkan di Tempat Pembuangan


Sampah Terpadu (TPST) Bantargebang. Optimalisasi Bantargebang yang dilakukan
sejak DKI mengambil alih pengelolaan pada 2016, kini telahdiamanatkan dalam
Kegiatan Strategis Daerah (KSD).

9
10
11

Anda mungkin juga menyukai