Anda di halaman 1dari 71

TUGAS BESAR

PENGELOLAAN SAMPAH

Dosen Pengajar :

Ir. Kadek Diana Harmayani, ST, MT, PhD.

Oleh :

Yuyun Nailufar 2005561006


Luh Seri Budayanti 2005561013
Gede Arta Prabu Saskara 2005561017
Hosea Immanuel Ignatius Sihombing 2005561020
I Gusti Agung Wiranata Baskara 2005561023

PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS UDAYANA
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat asung
kerta wara nugraha-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas perencanaan pengelolaan sampah
ini dengan lancar dan tepat waktu. Tugas perencanaan pengelolaan sampah ini merupakan
syarat kelulusan dalam mata kuliah Pengelolaan Sampah semester genap 2021/2022.
Penulis tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada selaku dosen pengajar dan dosen
pembibing tugas yang telah memberikan pengajaran dan tuntunan dalam penyusunan tugas
ini. orang tua penulis dan teman-teman penulis serta semua pihak yang telah membantu demi
selesainya tugas ini.
Penulis menyadari perencanaan yang penulis kerjakan masih jauh dari kata sempurna,
untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak, demi
perbaikan tugas ini kedepannya.

Denpasar, 3 Juni 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................... i

DAFTAR ISI .................................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ..................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................... 2
1.3 Tujuan ................................................................................................................ 2
1.4 Manfaat .............................................................................................................. 2
1.5 Dasar Hukum ....................................................................................................... 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................... 4


2.1 Definisi Sampah .................................................................................................. 4
2.2 Jenis – Jenis Sampah ........................................................................................... 4
2.3 Sumber Sampah .................................................................................................. 5
2.4 Pengelolaan Sampah ........................................................................................... 6
2.5 Penyelenggaraan Pengelolaan Sampah ................................................................. 7
2.6 Sistem Pengelolaan Sampah ................................................................................ 8
2.7 Teknologi Pengolahan Sampah Untuk Pemanfaatan Sampah................................ 11
2.8 Strategi Pengelolaan Sampah .............................................................................. 15
2.9 Aspek Peran Serta Masyarakat ........................................................................... 15
2.10 Dampak Sampah ............................................................................................. 16
2.11 Proyeksi Jumlah .............................................................................................. 17
2.12 Timbulan Sampah ........................................................................................... 18
2.13 Berat Dan Volume Sampah .............................................................................. 20
2.14 Skala Pengolahan ............................................................................................ 21

BAB III DATA EKSISTNG


3.1 Rencana Daerah ................................................................................................ 23
3.2 Data Penduduk .................................................................................................. 23
3.3 Proyeksi Jumlah ................................................................................................ 23
3.4 Proyeksi Timbulan ............................................................................................ 45

BAB IV ANALISIS 47
4.1 Analisis Pewadahan .......................................................................................... 47
4.2 Analisis Pengumpulan ....................................................................................... 48
4.3 Pengangkutan Dan Tenaga Kerja ....................................................................... 52
4.4 Rancangan TPS3R ............................................................................................ 54

BAB V KESIMPULAN ............................................................................................... 58

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................. 59

LAMPIRAN ................................................................................................................ 60

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Masalah pembuangan sampah di pedesaan maupun perkotaan seringkali menjadi beban
karena menyangkut pembiayaan untuk angkutan sampah, lokasi pembuangan, kesehatan dan
kebersihan lingkungan. Beban pengelolaan sampah semakin meningkat dengan
bertambahnya volume sampah akibat pertambahan jumlah penduduk dan perilaku masyarakat
(Suryati, 2003). Sampah merupakan buangan padat (solid wastes) yang sebagian besar terdiri
dari sampah organik yang mudah terurai dan sisanya terdiri dari plastik, kertas, kain, karet,
tulang dan lain-lain.
Peningkatan timbulan sampah sehingga akan menambah beban di Tempat Pembuangan
Akhir (TPA). Salah satu faktor penyebab peningkatan timbunan sampah adalah Pertumbuhan
jumlah penduduk. Pertumbuhan jumlah penduduk yang semakin meningkat akan memicu
banyaknya pembangunan sehingga menyebabkan perubahan pola konsumsi masyarakat dan
gaya hidup masyarakat. Meningkatnya pola konsumsi masyarakat dapat meningkatkan
jumlah timbulan sampah dan keberagaman karakteristik sampah karena umumnya barang-
barang yang di beli masyarakat menghasilkan sampah. Meningkatnya daya beli masyarakat
terhadap berbagai jenis bahan pokok dan hasil teknologi serta meningkatnya usaha atau
kegiatan penunjang pertumbuhan ekonomi suatu daerah juga memberikan kontribusi yang
besar terhadap kuantitas dan kualitas sampah yang dihasilkan.
Menurut Undang-undang No.18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah, pengelolaan
sampah adalah keguatan yang sistematis, menyeluruh, dan berkesinambungan yang meliputi
pengurangan dan penanganan sampah. pengelolaan sampah dapat di definisikan sebagai suatu
bidang yang berhubungan dengan pengaturan terhadap timbulan sampah, prngumpulan,
peyimpanan sementara, pengangkutan atau pemindahan, dan pengelolaan serta pembuangan
sampah dengan suatu cara yang sesuai dengan prinsip-prinsip terbaik yang berhubungan
dengan kesehatan masyarakat, ekonomi, teknik, perlindungan alam, keindahan, dan
pertimbangan lainnya serta mempertimbangkan masyarakat luas. (Tchobanoglous, G., et
al.,1993). Tujuan pengelolaan sampah secara nasional mendukung tercapainya visi
pembangunan perkotaan dan pedesaan, yaitu meningkatnya kemandirian daerah dalam
pengelolaan dan pengembangan perkotaan yang layak huni, berkeadilan, berbudaya,
produktif, berkelanjutan, dan berwawasan lingkungan, khususnya dalam pengelolaan bidang
persampahan yang sudah menjadi tanggung jawabnya. (Moersyid, 2004)

1
Kecamatan Mengwi adalah sebuah kecamatan yang berada di Kabupaten Badung, Bali,
Indonesia. Kota Mangupura sebagai ibukota Kabupaten badung berada di Kecamatan ini.
Jumlah total penduduk Kecamatan Mengwi yang tercatat dalam Badan Pusat Statistik
Kabupaten badung adalah sejumlah 133.610 jiwa pada 2020. Komposisi sampah Kecamatan
Mengwi secara kualitatif yang dapat dilihat di lapangan terdiri dari organik, plastik, kertas,
logam/besi, kaca/gelas/botol, tekstil/karet, karet dan lain-lain. studi ini mencoba untuk
memecahkan permasalahan ini dengan fokus pada system pengelolaan sampah dengan
menerapkan sistem manajemen pelaksanaan yang baik dengan cara menganalisis sistem
pengelolaan sampah dan melakukan analis investasi pengelolaan sampah pada 5 desa di
kecamatan mengwi yaitu Desa Baha, Gulingan, Kekeran, Penarungan, dan Sobangan.

1.2. Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas, terdapat beberapa rumusan masalah yang muncul
sebagai berikut :
1. Bagaimanakah proyeksi penduduk pada kelima desa tersebut?
2. Bagaimanakah timbulan sampah yang dihasilkan per orang per harinya?
3. Bagaimanakah teknis operasional (pewadahan,pengumpulan, pengangkutan) yang
dibutuhkan untuk pengelolaan sampah?
4. Bagaimanakah Desain TPS 3R?

1.3 Tujuan
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam perencanaan Pengelolaan Sampah adalah
sebagai berikut:
1. Analisis proyeksi penduduk pada kelima desa tersebut.
2. Analisis timbulan sampah yang dihasilkan per orang per harinya.
3. Analisis teknis operasional (pewadahan,pengumpulan, pengangkutan) yang
dibutuhkan untuk pengelolaan sampah.
4. Membuat desain TPS 3R.

1.4 Manfaat
Adapun manfaat yang diharapkan dari perencanaan Pengelolaan Sampah adalah
sebagai berikut :
1. Sebagai acuan bagi peneliti tentang cara merencanakan pengelolaan sampah.
2. Sebagai pemenuhan syarat mata kuliah Pengelolaan Sampah.
3. Sebagai masukan kepada instansi/institusi terkait alternatif yang dapat dilakukan untuk
mengembangkan pelayanan pengelolaan sampah.

2
1.5 Dasar Hukum
Adapun dasar hukum yang mendasari penyusunan perencanaan Pengelolaan Sampah
ini adalah sebagai berikut :
1. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
2. Undang-Undang No. 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah
3. Undang-Undang No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup.
4. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 81 Tahun 2012 tentang Pengelolaan Sampah
Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Rumah Tangga.
5. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 13 Tahun 2010 tentang Upaya Pengelolaan
Lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup.
6. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan No. 38 Tahun 2019 tentang Jenis
Rencana dan/atau Kegiatan yang Wajib Memiliki Analisis Mengenai Dampak Lingkungan
Hidup.
7. Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 33 Tahun 2010 tentang Pedoman Pengelolaan
Sampah.
8. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 3 Tahun 2013 tentang Penyelenggaraan Prasarana
dan Sarana Persampahan dalam Penanganan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis
Sampah Rumah Tangga.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Sampah
Sampah adalah istilah umum yang sering digunakan untuk menyatakan limbah padat.
Sampah adalah sisa-sisa bahan yang mengalami perlakuan-perlakuan, baik karena telah
diambil bagian utamanya, atau karena pengolahan, atau karena sudah tidak ada manfaatnya
yang ditinjaun dari segi social ekonomis tidak ada harganya dan dari segi lingkungan dapat
menyebabkan pencemaran atau gangguan terhadap lingkungan hidup (Hadiwiyoto,1983).
Sampah adalah limbah yang berbentuk padat dan juga setengah padat, dari bahan organik
atau nonorganik, baik benda logam maupun benda bukan logam yang dapat terbakar dan
yang tidak dapat terbakar. Bentuk fisik benda-benda tersebut dapat berubah menurut cara
pengangkutannya atau cara pengolahannya (Direktorat Jenderal Cipta Karya, 1986).
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 18 Tahun 2008 yang dimaksud
dengan sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia dan proses alam yang berbentuk
padat. Menurut peraturan Mentri dalam Negeri Nomor 33 Tahun 2010 sampah adalah sisa
kegiatan sehari-hari manusia dan proses alam yang berbentuk padat yang terdiri atas sampah
rumah tangga. Para ahli kesehatan masyarakat Amerika membuat batasan sampah (waste)
adalah sesuatu yang tidak digunakan, tidak di pakai, tidak disenangai, atau sesuatu yang
dibuang yang bersalah dari kegiatan manusia, dan tidak terjadi dengan sendirinya.

2.2 Jenis- Jenis Sampah


Menurut Slamet (2009) sampah dibedakan atas sifat biologisnya sehingga memperoleh
pengelolaan yakni, sampah yang dapat membusuk, seperti (sisa makanan, daun, sampah
kebun, pertanian, dan lainnya), sampah yang berupa debu, sampah yang berbahaya terhadap
kesehatan, seperti sampah-sampah yang berasal dari industri yang mengandung zat-zat kimia
maupun zat fisik berbahaya. Adapun menurut Noelaka (2008) sampah dibagi atas tiga bagian,
yakni :
1. Sampah Organik Sampah organik merupakan barang yang di anggap sudah tidak
terpakai dan dibuang oleh pemilik sebelumnya, tetapi masih bias dipakai, dikelola dan
dimanfaatkan dengan prosedur yang benar. Sampah ini dengan mudah dapat diuraikan
melalui proses alami. Sampah organik merupakan sampah yang mudah membusuk
seperti, sisa daging, sisa sayuran, daun-daun, sampah kebun dan lainnya.
2. Sampah Nonorganik Sampah nonorganik adalah sampah yang dihasilkan dari bahan-
bahan nonhayati, baik berupa produk sintetik maupun hasil proses teknologi

4
pengolahan bahan tambang, sampah ini merupakan sampah yang tidak mudah
membusuk seperti, plstik , logam, karet, abu gelas, bahan bangunan bekas dan
lainnya.
3. Sampah B3 ( Bahan Berbahaya Beracun) Sampah Berbahaya atau Bahan Beracun
(B3), sampah ini terjadi dari zat kimia organik dan non organik serta logam-logam
berat, yang berasal dari buangan industri. Pengelolaan sampah B3 tidak dapat
dicampurkan dangan sampah organik dan nonorganik. Biasanya ada bahan khusus
yang dibentuk untuk mengelola sampah B3 sesuai peraturan yang berlaku.
Berdasarkan karakteristik sampah dibagi menjadi beberapa yaitu:
1) Garbage, yaitu jenis sampah hasil pengolahan atau pembuatan makanan, yang umumnya
mudah membusuk, dan bersal dari rumah tangga, restoran, rstoram, hotel, dan seterusnya
2) Rubbish, yaitu sampah yang berasal dari perkantoran perdagangan baik mudah terbakar,
seperti kertas, karton, plastik, maupun sampah mudah terbakar, seperti kaleng bekas, klip,
pecahan gelas, dan sebagainya.
3) Ashes (abu), yaitu sisa pembakaran dari bahan – bahan yang mudah terbakar, ter,asuk abu
rokok.5
4) Sampah jalanan (street sweeping), yaitu sampah yang berasal dari pembersihan jalanan,
yang terdiri dari campuran bermacam-macam sampah. Daun-daunan, kertas, plastik, pecahan
kaca, besi, debu, dan sebagainya.
5) Sampah industri, yaitu sampah yang berasal dari industri pabrik-pabrik
6) Bangkai binatang (dead animal), yaitu bangkai binatang yang mati karena alam, ditabrak
kendaraan, atau di buang oleh orang. 7) Bangkai kendaraan (abandoned vehicle), adalah
bangkai mobil, sepeda, sepeda motor, dan sebagaianya.
8) Sampah pembangunan (construction waste), yaitu sampah dari proses pembangunan
gedung, rumah, dan sebagianya, yang berupa puing-puing, potongan-potongan kayu, besi
beton, bambu, dan sebagainya (Notoatmodjo, 2007).

2.3 Sumber Sampah


Sumber Sampah Sampah dapat digolongkan ke dalam beberapa golongan yang
didasarkan pada asalnya yaitu : pasar, tempat-tempat komersil, pabrik-pabrik atau industri,
rumah tinggal, kantor, sekolah, institusi, gedung-gedung umum, serta pekarangannya (Rizal,
2011). Menurut Suwerda (2012) sumber sampah dapat diklasifikasikan :
a. Sampah Rumah Tangga

5
Terdapat beberapa jenis sampah yang dihasilkan oleh sampah rumah tangga yaitu sampah
organik, seperti sisa makanan, sampah dari kebun/halaman dan sampah organik seperti
bekas perlengkapan rumah tangga, gelas, kain, kardus, tas bekas, dan lain sebagainya.
Selain itu terdapat pula sampah rumah tangga yang mengandung bahan berbahaya dan
beraSampah Pertanian Kegiatan pertanian juga dapat menimbulkan sampah yang pada
umumnya berupa sampah yang mudah membusuk seperti sampah organik (rerumputan,
dan lainlain). Selain sampah organik, kegiatan pertanian juga menghasilkan sampah
berkatagori B3 seperti pestisida dan juga pupuk buatan. Kedua hal tersebut memerlukan
penanganan yang tepat agar pada saat dilakukan pengolahan tidak mencemari
lingkunganmaupun manusia.un (B3) seperti bahan komestik, batu baterai bekas yang
sudah tidak terpakai, dan lain-lain.
b. Sampah Pertanian
Kegiatan pertanian juga dapat menimbulkan sampah yang pada umumnya berupa sampah
yang mudah membusuk seperti sampah organik (rerumputan, dan lainlain). Selain sampah
organik, kegiatan pertanian juga menghasilkan sampah berkatagori B3 seperti pestisida
dan juga pupuk buatan. Kedua hal tersebut memerlukan penanganan yang tepat agar pada
saat dilakukan pengolahan tidak mencemari lingkunganmaupun manusia.
c. Sampah Sisa Bangunan
Dari kegiatan pembuatan gedung maupun sesudahnya juga menghasilkan sampah selama
ini seperti triplek, potongan kayu, dan bamboo. Selain itu, sampah yang dihasilakan juga
seperti kaleng bekas, potongan besi, potongan kaca, dan sebagainya.
d. Sampah Perdagangan Sampah dari perdagangan biasanya berasal dari beberapa tempat
yaitu pasar tradisional
e. Sampah Industri Segala hasil dari kegiatan di industri yang tidak digunakan kembali atau
tidak dapat dimanfaatkan. Sampah dari kegiatan industri menghasilkan jenis sampah yang
sesuai dengan bahan baku serta proses yang dilakukan. Sampah dapat diperoleh baik dari
proses input, produksi, maupun output.

2.4 Pegelolaan sampah


Pengelolaan sampah menurut Sejati (2009) adalah kegiatan yang dilakukan untuk
mengangani sampah sejak ditimbulkan sampai dengan pembuangan akhir. Pengelolaan
sampah adalah kegiatan yang sistematis, menyeluruh, dan berkesinambungan yang meliputi
pengurangan dan penanganan sampah (Undang –Undang Nomor 18 tahun 2008 Tentang
Pengelolaan Persampahan), selain itu pengelolaan sampah diselenggarakan berdasarkan asas

6
tanggung jawab, asas berkelanjutan, asas manfaat, asas keadilan, asas kesadaran, asas
kebersamaan, asas keselamatan, asas keamanan, dan asas nilai ekonomi. Pengelolaan sampah
juga bertujuan untuk meningkatkan kesehatan masyarakat dan meningkatkan kualitas
lingkungan dengan menjadikan sampah sebagai sumber daya.Pengelolaan sampah pada
dasarnya adalah proses kumpul, angkut, buang terhadap sampah akan tetapi pengelolaan
sampah seiring dengan semakin beragam jenis sampah dan volume sampah perlu dilakukan
optimalisasi. Haeruman (1983) mengemukaan bahwa optimasi pengelolaan sampah dapat
dilakukan dengan perencanaan pengelolaan yang komprehensif dengan memperhatikan
beberapa faktor yang berpengeruh seperti sumber timbulan sampah, lokasi, pergerakan atau
peredaran, dan interaksi dari peredaran sampah dalam suatu lingkungan urban, termasuk
didalamnya adalah penyimpanan sampah, pengumpulan sampah, dan pembuangan sampah.
2.5 Penyelengaraan Pengelolaan Sampah
Penyelenggaraan pengelolaan sampah rumah tangga dan sampah sejenis sampah rumah
tangga pada permukiman desa merupakan tugas semua pihak yang berkepentingan dengan
sampah, diantaranya pemerintah, pemerintah daerah, pelaku usaha dan masyarakat. Setiap
bagian memiliki tanggung jawab masing – masing.
Pengelolaan sampah rumah tangga dan sampah sejenis sampah rumah tangga terdiri dari 2
kegiatan pokok antara lain :
1. Pengurangan sampah dan Pengurangan sampah meliputi kegiatan pembatasan
timbulan sampah, pendauran ulang sampah dan/atau pemanfaatan kembali sampah.
Selain itu, dalam masalah kewajiban Pemerintah dan Pemerintah Daerah wajib
melakukan kegiatan : menetapkan target pengurangan sampah secara bertahap dalam
jangka waktu tertentu, misalkan setiap tiga hari sekali, kemudian memfasilitasi
penerapan teknologi yang ramah lingkungan, memfasilitasi penerapan label produk
yang ramah lingkungan, dan memfasilitasi mendaurulang serta memfasilitasi
pemasaran produk-produk daur ulang.
2. Penanganan sampah yang meliputi kegiatan (i) pemilahan dalam bentuk
pengelompokan dan pemisahan sampah sesuai dengan jenis, jumlah, dan/atau sifat
sampah, (ii) pengumpulan dalam bentuk pengambilan dan pemindahan sampah dari
sumber sampah ke tempat penampungan sementara atau tempat pengolahan sampah
terpadu, (iii) pengangkutan dalam bentuk membawa sampah dari sumber dan/atau
dari tempat penampungan sampah sementara atau dari tempat pengolahan sampah
terpadu menuju ke tempat pemrosesan akhir, (iv) pengolahan dalam bentuk mengubah
karakteristik, komposisi, dan jumlah sampah, (v) pemrosesan sampah dalam bentuk

7
pengembalian sampah dan/atau residu hasil pengelolaan sebelumnya ke media
lingkungan secara aman.

2.6 Sistem Pengelolaan Sampah


Sistem Pengelolaan sampah adalah kumpulan aspek yang saling terintegrasi antara
aspek pengelolaan sampah yang berhubungan erat . Secara umum terdapat 5 Aspek dalam
pengelolaan sampah yaitu : (a) peraturan; (b) institusi/kelembagaan; (c) teknis operasional;
(d) pembiayaan/dana; (e) peran serta masyarakat.
a. Aspek Peraturan hukum
Pengelolaan sampah merupakan tanggung jawab semua pihak akan tetapi dalam
pelaksanaanya harus diatur secara adil, untuk itu dibutuhkan peratura hukum yang mengatur
mengenai segala aspek yang berpengaruh dalam pengelolaan sampah. Sugiarto (2004)
kriteria penyusanan peraturan hukum yang baik harus memenuhi syarat (a) sesuai dan tidak
bertentangan dengan peraturan yang berlaku dan berderajat lebih tinggi, (b) harus sesuai
dengan sistem pengelolaan yang akan diterapkan, (c) jelas; tidak banyak mengandung
arti/terukur, (d) fleksibel; sehingga dapat memberikan pedoman yang luwes, (e) mempunyai
masa berlaku yang terbatas.

b. Aspek Kelembagaan
Lembaga adalah suatu tatanan dan pola hubungan antara anggota masyarakat atau
organisasi yang saling mengikat yang dapat menentukan bentuk hubungan antar manusia atau
antara organisasi yang diwadahi dalam suatu organisasi atau jaringan dan ditentukan oleh
faktor-faktor pembatas dan pengikat berupa norma, kode etik aturan formal maupun informal
untuk pengendalian prilaku sosial serta insentif untuk bekerjasama dan mencapai tujuan
bersama (Djogo dkk, 2003),

c. Aspek Teknis Operasional


Aspek teknis operasional merupakan salah satu upaya dalam mengontrol pertumbuhan
sampah, namun pelaksanaannya tetap harus disesuaikan dengan pertimbangan kesehatan,
ekonomi, teknik, konservasi, estetika dan pertimbangan lingkungan (Tchobanoglous, 1993).
Dalam teknik operasional, timbulan sampah dapat dikurangi karena hal ini berhubungan
langsung dengan teknis pelayanan dilapangan dari timbulan sampah hingga sampah tersebut
diolah dan menghasilkan residu yang akan dibuang ke TPA.

8
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Republik Indonesia Nomor 03/PRT/M/2013
Tentang Penyelenggaraan Prasarana dan Sarana Persampahan Dalam Penanganan Sampah
Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga mengatur mengenai aspek
teknis meliputi kegiatan :
a) pembatasan timbulan sampah;
b) pendauran ulang sampah;
c) pemanfaatan kembali sampah;
d) pemilahan sampah;
e) pengumpulan sampah;
f) pengangkutan sampah;
g) pengolahan sampah;
h) pemrosesan akhir sampah.
Menurut (Rahmadi dalam Yudianto, 2007), teknik operasional pengelolaan sampah
dipengaruhi oleh karakteristik wilayah pelayanan, besarnya timbulan sampah, keserasian pola
operasi antara subsistem penanganan sampah, serta kondisi sosial ekonomi masyarakat.
Secara umum teknik operasional pengelolaan sampah meliputi pewadahan, pengumpulan,
pemindahan, pengolahan, pengangkutan, pembuangan akhir serta operasi dan pemeliharaan.
Pengumpulan sampah adalah kegiatan operasi pengumpulan sampah dari sumber
sampah, sebelum sampah tersebut diangkut ke tempat pengolahan atau pemrosesan akhir.
Secara teknis masalah pewadahan memegang peranan yang penting, sebab tempat sampah
menjadi tanggung jawab individu yang menghasilkan sampah tersebut, sedangkan volume
tempat pembuangan sampah tergantung dari jumlah sampah yang dihasilkan perhari oleh
setiap sumber timbulan.
1. Penampungan sampah/ pewadahan
Proses awal dalam penampungan sampah terkait langsung dengan sumber
sampah adalah penampungan. Penampungan sampah adalah suatu cara
penampungan sebelum dikumpulkan, dipindahkan, diangkut dan dibuang ke
TPA. Tujuannya adalah menghindari agar sampah tidak berserakan sehingga
tidak mengganggu lingkungan (SNI 19-2454-2002). Bahan wadah yang
dipersyaratkan sesuai Standart Nasional Indonesia adalah tidak mudah rusak,
ekonomis, mudah diperoleh dan dibuat oleh masyarakat dan mudah
dikosongkan.

9
Sedangkan menurut Syafrudin dan Priyambada (2001), persyaratan bahan
wadah adalah awet dan tahan air, mudah diperbaiki, ringan dan mudah diangkat
serta ekonomis, mudah diperoleh atau dibuat oleh masyarakat.
2. Pengumpulan sampah
Pengumpulan sampah yaitu cara atau proses pengambilan sampah mulaidari
tempat penampungan / pewadahan sampai ketempat pembuangan sementara.
Pola pengumpulan sampah pada dasarnya dikelompokkan dalam 2 (dua) yaitu:
pola individual dan pola komunal (SNI 19-2454-2002) sebagai berikut :
a) Pola Individual  Proses pengumpulan sampah dimulai dari sumber
sampah kemudian diangkut ketempat pembuangan sementara/TPS
sebelum dibuang ke TPA.
b) Pola Komunal  Pengumpulan sampah dilakukan oleh penghasil
sampah ketempat penampungan sampah komunal yang telah disediakan/
ke truk sampah yang menangani titik pengumpulan kemudian diangkut
ke TPA tanpa proses pemindahan.
3. Pemindahan sampah
Proses pemindahan sampah adalah memindahkan sampah hasil pengumpulan ke
dalam alat pengangkutan untuk dibawa ke tempat pembuangan akhir. Tempat
yang digunakan untuk pemindahan sampah adalah depo pemindahan sampah
yang dilengkapi dengan container pengangkut (SNI 19-2454-2002).
4. Pengangkutan sampah
Pengangkutan adalah kegiatan pengangkutan sampah yang telah dikumpulkan
di tempat penampungan sementara atau dari tempat sumber sampah ke tempat
pembuangan akhir. Berhasil tidaknya penanganan sampah juga tergantung pada
sistem pengangkutan yang diterapkan. Pengangkutan sampah yang ideal adalah
dengan truck container tertentu yang dilengkapi alat pengepres (SNI 19-2454-
2002).
5. Pembuangan akhir sampah
Tempat pembuangan sampah akhir (TPA) adalah sarana fisik untuk
berlangsungnya kegiatan pembuangan akhir sampah. Tempat menyingkirkan
sampah kota sehingga aman (SK SNI T-11-1991-03).
Pembuangan akhir merupakan tempat yang disediakan untuk membuang samph
dari semua hasil pengangkutan sampah untuk diolah lebih lanjut. Prinsip
pembuangan akhir adalah memusnahkan sampah domestik di suatu lokasi

10
pembuangan akhir. Jadi tempat pembuangan akhir merupakan tempat
pengolahan sampah. Menurut SNI 19-2454-2002 tentang teknik operasional
pengelolaan sampah perkotaan, secara umum teknologi pengolahan sampah
dibedakan menjadi 3 (tiga) metode yaitu Open Dumping, Sanitary Landfill,
Controlled Landfill.
a) Open dumping  Metode open dumping ini merupakan sistem pengolahan
sampah dengan hanya membuang / menimbun sampah disuatu tempat tanpa
ada perlakuan khusus atau sistem pengolahan yang benar, sehingga sistem
open dumping menimbulkan gangguan pencemaran lingkungan.
b) Sanitary landfill  Metode pembuangan akhir sampah yang dilakukan
dengan cara sampah ditimbun dan dipadatkan, kemudian ditutup dengan
tanah sebagai lapisan penutup. Pekerjaan pelapisan tanah penutup
dilakukan setiap hari pada akhir jam operasi.
c) Controlled landfill  Metode controlled landfill adalah sistem open
dumping yang diperbaiki yang merupakan sistem pengalihan open dumping
dan sanitary landfill yaitudengan penutupan sampah dengan lapisan tanah
dilakukan setelah TPA penuh yang di padatkan atau setelah mencapai
periode tertentu.

2.7 Teknologi Pengolahan Sampah untuk Pemanfaatan Sampah


Sampah sebelum dibuang ke TPA dapat diolah terlebih dahulu dengan menggunakan
teknologi. Beberapa teknologi pengolahan sampah yang dapat diterapkan untuk permukiman
antara lain, incinerator, Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) dan pengomposan
(komposting). Tempat Pemprosesan Akhir adalah tempat untuk memproses dan
mengembalikan sampah ke media lingkungan secara aman bagi manusia dan lingkungan (UU
Nomor 18 Tahun 2008). terdapat 2 teknik dalam pengelolaan TPA yakni Controlled landfill
dan Sanitary landfill. Pengelolaan TPA merupakan wewenang dari Pemerintah Daerah
sehingga penggunaan TPA untuk skala Kota. Metode pembakaran merupakan teknologi
pengolahan yang berbeda dengan daur ulang dan pengomposan yang hanya bisa dilakukan
untuk sampah anorganik atau organik , incinerasi dapat dilakukan pada kedua jenis sampah
tersebut, kecuali anorganik yang bersifat logam dan kaca (Surjandri., dkk., 2009)
Teknologi yang dapat diterapkan di permukiman harus memiliki kriteria yang terdapat
dalam SNI 3242:242008 di antaranya pengomposan dan recycle. Recycle untuk skala
permukiman dapat dilakukan langsung di sumber timbulan sedangkan untuk pengomposan

11
selain dapat dilakukan di sumber timbulan juga dapat dilakukan pengomposan di tempat
pengolahan Sampah 3R dan Tempat Penampungan Sampah Terpadu (TPST), adapu
penjelasan dari 3R yaitu :
a. Recycle
Recycle (daur ulang) merupakan salah satu strategi pengelolaan sampah padat yang terdiri
atas kegiatan pemilahan, pengumpulan, pemrosesan, pendistribusian dan pembuatan
produk/material bekas pakai (Surjandari.dkk.,2009). Untuk mewujudkan hal tersebut
pemerintah telah berupaya dengan menggerakan program 3R dengan sasaran utama adalah
sumber timbulan. Kebijakan pengurangan sampah semaksimal mungkin dilakukan dari
sumbernya karena hal ini merupakan aplikasi pengelolaan sampah paradigma baru yang tidak
lagi bertumpu pada end of pipe system. Aplikasi ini dimaksud untuk mengurangi volume
sampah yang harus diangkut dan dibuang ke TPA dan memanfaatkan semaksimal mungkin
material yang dapat didaur ulang. Pengurangan sampah tersebut selain dapat menghemat
lahan TPA selain itu dapat mengurangi jumlah angkutan sampah dan menghasilkan bahan
daur ulang yang cukup baik karena tidak bercampur dengan sampah lainnya. Potensi
pengurangan sampah di sumber dapat mencapai 50% dari total sampah yang dihasilkan
(Kementerian Pekerjaan Umum, 2006). Pelaksanaan manajeman pengelolaan sampah dengan
paradigma baru memaksimalkan pengurangan sampah disumber timbulan sampah.
Mekanisme pengurangan sampah dengan menggunakan 3R, yaitu Reduse (R 1), Reuse
(R 2) dan Recycle (R 3). Dimana R 1 adalah upaya yang lebih menitikberatkan pada
pengurangan pola konsumsi serta senantiasa menggunakan bahan “tidak sekali pakai” yang
ramah lingkungan. R 2 adalah upaya memanfaatkan bahan sampah melalui penggunaan
berulang agar tidak langsung menjadi sampah. R 3 adalah setelah sampah harus keluar dari
lingkungan rumah, perlu dilakukan pemilahan dan pemanfaatan/pengelolaan secara setempat.

b. Pengomposan ( komposting )
Kompos dikenal sebagai pupuk organik, dimana kandungan unsur N, P dan K yang tidak
terlalu tinggi, hal ini membedakan kompos dengan pupuk buatan. Kompos sangat banyak
mengandung unsur hara mikro yang berfungsi membantu memperbaiki struktur tanah dengan
meningkatkan porositas tanah sehingga tanah menjadi gembur dan lebih mampu menyimpan
air (Tchobanoglous et al.,1993). Metode pembuatan kompos adalah proses komposting,
proses komposting ini merupakan proses dengan memanfaatkan proses biologis yaitu
pengembangan massa mikroba yang dapat tumbuh selama proses terjadi. Metode ini adalah
proses biologi yang mendekomposisi sampah (terutama sampah organik yang basah) menjadi

12
kompos karena adanya interaksi kompleks dari organisme yang terdapat secara alami.
Berdasarkan prinsip proses biologis ini, maka karakteristik dari mikroba menjadi penting
untuk diperhatikan. Jenis mikroba yang dimaksud adalah jenis mikroba yang diklasifikasikan
dari cara hidupnya, yaitu: Mikroba anaerobik ( yaitu mikroba yang hidup tanpa oksigen );
Mikroba aerobik adalah mikroba yang hanya dapat hidup dengan adanya oksigen.
Proses komposting merupakan suatu proses yang relatif mudah dan murah, serta
menimbulkan dampak lingkungan yang paling rendah. Proses ini hampir sama dengan
pembusukan secara alamiah, dimana berbagai jenis mikroorganisme berperan secara serentak
dalam habitatnya masing-masing. Makanan untuk mikroorganisme adalah sampah,
sedangkan suplai udara dan air diatur dalam proses komposting ini. Jenis sampah sangat
mempengaruhi proses pengomposan. Sampah yang dapat dikomposkan adalah sampah
organik yang berasal dari jasad hidup sehingga mudah membusuk dan dapat hancur secara
alami. Contohnya adalah sayuran, daging, ikan, nasi, ampas perasan kelapa, dan potongan
rumput/daun/ranting dari kebun. Berdasarkan teknologi proses, pengolahan kompos dapat
dibedakan menjadi komposting aerobik dan anaerobik.
 Komposting aerobik
Komposting aerobik, adalah komposting yang menggunakan oksigen dan
memanfaatkan respiratory metabolism, dimana mikroorganisme yang menghasilkan
energi karena adanya aktivitas enzim yang membantu transport elektron dari elektron
donor menuju external electron acceptor adalah oksigen. Pelaksanaan metode
komposting secara aerobik memiliki keuntungan dan kerugian dibandingkan dengan
menggunakan metode aerobik.
Keuntungan metode ini:
(i) biaya relatif murah untuk windrow composting;
(ii) proses lebih sederana dan cepat (khususnya yang menggunakan aerasi
mekanis);
(iii) dapat dibuat dalam skala kecil dan mudah dipindahkan ( in-vessel composting)
sehingga dapat dibuat dalam bentuk modul-modul.

Kerugian dari metode ini:


(i) masih menimbulkan dampak negatif berupa bau, lalat, cacing dan rodent, serta
air leachate;
(ii) operasional kontrol temperatur dan kelembaban sulit, karena terjadi kontak
langsung dengan udara bebas sehingga sulit mencapai kondisi optimal;

13
(iii) membutuhkan lahan yang luas untuk sistem windrow composting, karena
proses pengomposan sampai pematangan membutuhkan waktu minimal 60
hari.
 Komposting anaerobik
Proses komposting tanpa menggunakan oksigen. Bakteri yang berperan adalah bakteri
obligate anaerobik. Proses komposting anaerob ini terdapat potensi hasil sampingan
yang cukup mempunyai arti secara ekonomis yaitu gas bio, yang merupakan sumber
energi alternatif yang sangat potensial. Berdasarkan pendekatan Waste to Energy
(WTE) diketahui bahwa 1 ton sampah organik dapat menghasilkan 403 Kwh listrik.
Selain menghasilkan energi listrik metode ini memiliki keuntungan antara lain:
(i) tidak membutuhkan energi, tetapi justru menghasilkan energi;
(ii) (ii) dalam tangki tertutup sehingga tidak menimbulkan dampak negatif
terhadap lingkungan.
Kerugian dari metode ini antara lain:
(i) untuk pemanfaatan biogas dibutuhkan kapasitas yang besar karena faktor
skala ekonomis sehingga kurang cocok diterapkan pada suatu kawasan kecil;
(ii) (ii) biaya lebih mahal, karena harus dalam reaktor yang tertutup.

Keberhasilan dalam proses komposting ditunjang oleh beberapa faktor yang perlu
diperhatikan dan sangat mempengaruhi berjalannya proses ini yaitu :
(i) kadar air, untuk menjaga aktivitas mikroorganisme. Kadar air berkisar antara
50-60%, optimum 55%;
(ii) (ii) rasio C/N, dimana karbon (C) merupakan sumber energi bagi
mikroorganisme, sedangkan nitrogen (N) berfungsi untuk membangun sel-sel
tubuh mikroorganisme. Perbandingan C dan N awal yang baik dalam bahan
yang dikomposkan adalah 25-30 (satuan berat kering), sedang C/N diakhir
proses adalah 12-15. Pada rasio yang lebih rendah, amonia akan dihasilkan
dan aktivias biologi akan terhambat, sedang pada ratio yang lebih tinggi,
nitrogen akan menjadi variabel pembatas.
Temperatur merupakan faktor penting dalam kehidupan mikroorganisme agar dapat
hidup dengan baik. Suhu pada hari-hari pertama pengomposan harus dipertahankan berkisar
antara 50-55oC, sedangkan pada hari-hari berikutnya 55-60oC. Tingkat keasaman (PH), juga
sebagai indikator kehidupan mikroorganisme.

14
2.8 Strategi Pengelolaan Sampah
Analisis strategi menurut Freddy (1997) merupakan salah satu bidang studi yang
banyak dipelajari secara serius dibidang akademis. Sedangkan perencanaan strategi
merupakan proses analisis, perumusan dan evaluasi strategi-strategi. Dalam membuat strategi
pengelolaan sampah digunakaan analisis SWOT. Adapun menurut Sumarto (2009) analisis
SWOT adalah teknik partisipatif yang sangat sederhana dan sistematis, yang dapat digunakan
diberbagai situasi untuk mengidentifikasi kekuatan dan peluang serta bagaimana
mengoptimakannya, selain mengidentifikasi kelemahan dan ancaman untuk mempermudah
merumuskan langkahlangkah untuk mengatasinya. Premi dasar SWOT bahwa suatu uji
realitas internal dan ekternal yang kritikal hendaknya dapat mengarahkan manajer untuk
memilih strategi yang tepat dalam mencapai tujuan organisasi mereka (Boone & Kurts,
2006). Untuk menentukan faktor internal dan ekternak digunakan teknik pengambilan data
melalui Forum Group Discusion (FGD). Menurut Sumarto (2009) FGD adalah kelompok
khusus yang dipandang dari segi tujuan, ukuran, komposisi dan prosedurnya.

2.9 Aspek peran serta masyarakat


Peran serta masyarakat dalam pengelolaan sampah permukiman berdasarkan SNI
3242:2008 terdiri atas:
a) melakukan pemilahan sampah disumber timbulan.
b) Melakukan pengolahan sampah dengan konsep 3R;
c) berkewajiban membayar iuran/retribusi sampah;
d) mematuhi aturan pembuangan sampah yang ditetapkan;
e) turut menjaga kebersihan lingkungan sekitarnya;
f) berperan aktif dalam sosialisasi pengelolaan sampah lingkungan.
Selain peran serta masyarakat serta dibutuhkan peran pengembang pengelolaan sampah
yang memiliki tanggung jawab antara lain:
a) penyediaan lahan dalam pembangunan pengolahan sampah organik berupa pengomposan
rumah tangga dan daur ulang sampah skala lingkungan serta TPS;
b) penyediaan peralatan pengumpulan sampah;
c) pengelolaan sampah selama masa kontruksi sampai dengan diserahkan ke pihak yang
berwenang;
Pengelolaan sampah ditentukan berdasarkan luasan rumah, untuk setiap luasan rumah
memiliki kegiatan pengelolaan sampah yang berbeda – beda. Secara garis besar pengelolaan
sampah bersekala desa (di kota kecil) dimulai dari timbulan sampai pada pengumpulan

15
sampah sebelum diangkut. Sedangkan dalam pengangkutan sampah merupakan tugas dari
lembaga yang membidangi persampahan.

2.10 Dampak Sampah


Pengelolaan sampah yang kurang baik dapat memberikan pengaruh negatif bagi kesehatan,
lingkungan, maupun bagi kehidupan sosial ekonomi dan budaya masyarakat, seperti berikut
ini :
a. Pengaruh terhadap kesehatan
1) Pengelolaan sampah yang kurang baik akan menjadikan sampah sebagai tempat
perkembang biakan vektor penyakit, seperti lalat dan tikus.
2) Insidensi penyakit demam berdarah dengue akan meningkat karena vektor penyakit dapat
hidup dan berkembang biak dalam ban bekas,kaleng yang berisi air hujan.
3) Gangguan psikosomatis, misalnya sesak nafas, insomnia, stres, dan sebagainya.
b. Pengaruh terhadap lingkungan
1) Estetika lingkungan menjadi kurang sedap dipandang mata.
2) Proses pembusukan sampah oleh mikroorganisme akan menghasilkan gas-gas tertentu
yang menimbulkan bau busuk.
3) Pembakaran sampah dapat menimbulkan pencemaran udara dan bahaya bakar yang lebih
luas.
4) Pembuangan sampah kedalam saluran pembuangan air akan menyebabkan aliran air
terganggu dan saluran air menjadi dangkal.
5) Apabila musim hujan datang, sampah yang menumpuk dapat menyebabkan banjir dan
mengakibatkan pencemaran pada sumber air permukaan dan sumur dangkal.
6) Air banjir dapat mengakibatkan kerusakan pada fasilitas masyarakat, seperti jalan, dan
saluran air.
c. Pengaruh terhadap sosial ekonomi dan budaya masyarakat
Pengelolaan sampah yang kurang baik menciptakan keadaan sosial budaya masyarakat
setempat.
d. Dampak sosial
Bau yang tidak sedap berpotensi menimbulkan sesuatu kiurang nyaman bagi warga yang
tinggal di sekitar pembuangan sampah, suasana kurang nyaman cenderung meningkatkan
rasa emosional yang tinggi bagi kehidupan bermasyarkat (Alex S, 2015). Dampak yang
ditimbulkan dari sampah yang tidak dikelola dengan baik menimbulkan dampak negatif
(Sukandarrumidin, 2009).

16
1) Nilai estetika
2) Polusi udara
3) Kontaminasi pada air
4) Sumber penyakit
5) Penyumbatan saluran air
6) Longsoran sampah

2.11 Proyeksi Jumlah


Penduduk Adapun metode dalam memperkirakan/memproyeksikan jumlah penduduk
adalah sebagai berikut:
1) Metode Aritmatik
Metode ini dianggap baik untuk kurun waktu yang pendek sama dengan kurun waktu
perolehan data. Persamaan yang digunakan adalah:
𝑃𝑛 = 𝑃𝑜 + (𝑟.𝑛)
Dimana:
Pn : jumlah penduduk pada tahun ke-n (jiwa)
Po : jumlah penduduk pada tahun awal (jiwa)
n : periode waktu proyeksi
r : rata-rata pertumbuhan penduduk per tahun (jiwa)
2) Metode Geometri
Metode ini menganggap bahwa perkembangan atau jumlah penduduk akan secara
otomatis bertambah dengan sendirinya dan tidak memperhatikan penurunan jumlah
penduduk. Persamaan yang digunakan adalah:
𝑃𝑛 = 𝑃𝑜 (1 + 𝑟)
Dimana:
Pn : jumlah penduduk tahun ke-n (jiwa)
Po : jumlah penduduk pada tahun awal (jiwa)
n : periode waktu proyeksi
r : rata-rata prosentase pertambahan penduduk per tahun (%)
3) Metode Least Square
Metode ini merupakan metode regresi untuk mendapatkan hubungan antara sumbu Y
dan sumbu X dimana Y adalah jumlah penduduk dan X adalah tahunnya dengan cara menarik
garis linier antara data-data tersebut dan meminimumkan jumlah pangkat dua dari masing-

17
masing penyimpangan jarak data-data dengan garis yang dibuat. Persamaan yang digunakan
adalah:
𝑃𝑛 = 𝑎 + (𝑏.𝑛)
Dimana :
Pn : jumlah penduduk pada tahun ke-
n : beda tahun yang dihitung terhadap tahun awal
a dan b : konstanta, dimana:
( 𝑃)( ) ( ( )( 𝑃 )
𝑎
𝑛( ) ( )

𝑛 ( 𝑃 ) (( )( 𝑃)
𝑏
𝑛( ) ( )

Untuk menentukan metode yang dipakai untuk proyeksi penduduk, terlebih dahulu
menguji nilai Standar Deviasi (SD) untuk tiap-tiap metode. Metode dengan nilai Standar
Deviasi paling kecil dipakai untuk memproyeksikan penduduk.
2.12 Timbulan Sampah
Menurut SNI_19-2454-2002, timbulan sampah adalah banyaknya sampah yang timbul di
masyarakat dalam satuan volume maupun berat per kapita perhari, atau perluas bangunan,
atau perpanjang jalan. Timbulan sampah merupakan volume sampah atau berat yang
dihasilkan dari jenis sumber sampah di wilayah tertentu per satuan waktu (Departemen PU,
2004) dalam Andriastuti, dkk, 2019. Lokasi pengambilan contoh timbulan sampah dibagi
menjadi dua kelompok utama, yaitu:
a. Perumahan yang terdiri dari:
1) Permanen pendapatan tinggi
2) Semi permanen pendapatan sedang
3) Non permanen pendapatan rendah
b. b. Non perumahan yang terdiri dari:
1) Toko
2) Kantor
3) Sekolah
4) Pasar
5) Jalan
6) Hotel

18
7) Restoran, rumah makan
8) Fasilitas umum lainnya
Pengukuran dan perhitungan contoh timbulan sampah harus mengikuti ketentuan sebagai
berikut:
a. Satuan yang digunakan dalam pengukuran timbulsn sampah adalah:
1) Volume basah (asal): liter/unit/hari
2) Berat basah (asal): kilogram/unit/hari
b. Satuan yang digunakan dalam pengukuran komposisi sampah adalah dalam % berat
basah/asal.
c. Jumlah unit masing-masing lokasi pengambilan contoh timbulan sampah yaitu:
1) Perumahan: jumlah jiwa dalam keluarga
2) Toko: jumlah petugas atau luas areal
3) Sekolah: jumlah murid dan guru
4) Pasar: luas pasar atau jumlah pedagang
5) Kantor: jumlah pegawai
6) Jalan: panjang jalan dalam meter
7) Hotel: jumlah tempat tidur
8) Restoran: jumlah kursi atau luas areal
9) Hasilotas umum lainnya: luas areal
Cara pengerjaan pengambilan dan pengukuran contoh berdasarkan SNI-19- 39641994
tentang pengambilan dan pengukuran contoh timbulan dan kompos adalah sebagai berikut:
1) Tentukan lokasi pengambilan contoh
2) Tentukan jumlah tenaga pelaksana
3) Siapkan peralatan
4) Pelaksanaan pengambilan dan pengukuran contoh timbulan sampah sebagai berikut:
a. Bagikan kantong plastik yang sudah diberi tanda kepada sumber sampah 1
hari sebelum dikumpulkan
b. Catat jumlah unit masing-masing penghasil sampah
c. Kumpulkan kantong plastik yang sudah terisi sampah
d. Angkut seuruh kantong plastik ke tempat pengukur
e. Timbang bak pengukur
f. Tuang secara bergiliran contoh tersebut ke kotak pengukur
g. Hentak 3 kali bak contoh dengan mengangkat bak setinggi 20 cm, lalu
jatuhkan ke tanah h. Ukur dan catat volume sampah

19
h. Timbang dan catat berat sampah
i. Timbang bak pengukur
j. Campur seluruh contoh dari setiap lokasi pengambilan dalam bak sampah
k. Ukur dan catat berat sampah
l. Pilah contoh berdasarkan komponen komposisi sampah
m. Timbang dan catat berat sampah
n. Hitung komponen komposisi sampah
Setelah dilakukan persiapan dan dilakukan praktik penimbang, kemudian dilakukan
perhitungan timbulan sampah menurut SNI 19-3964:1994 tentang metode pengambilan dan
pengukuran sampel timbulan dan komposisi sampah di sekolah sebagai berikut:
Timbulan sampah = Berat sampah : Jumlah jiwa
2.13 Berat dan Volume Sampah
Untuk mengetahui jumlah sampah yang harus dikelola maka perlu diketahui perkiraan
timbulan sampah. Kajian terhadap data mengenai timbulan sampah merupakan langkah awal
yang dilakukan dalam pengelolaan (Tchobanoglous et al., 1993). Beberapa factor yang
berpengaruh pada timbulan sampah menurut beberapa ahli.
1) Menurut George Tchobanoglous et. al. (1993),
a. Penyebab : Alam
Faktor Timbulan :
• Musim : Musim Hujan dan Musim Kemarau
• Iklim daerah hujan (kandungan air tinggi)
• • Letak Geografis
b. Penyebab : Manusia
Faktor Timbulan :
• Perlakuan Terhadap Sampah :
- Frekuensi pengumpulan sampah
- Penggunaan alat pengolah sampah pada sumber
- Tingkat penyelamatan lingkungan
- Peraturan serta perilaku masyarakat terhadap sampah.
- Tingkat teknologi, teknologi maju (efisiensi bahan baku).
• Aktivitas sehari – hari
- Tingkat aktivitas tinggi, timbulan makin besar
- Kebiasaan
- Topografi, kepadatan dan jumlah penduduk

20
• Keadaan rumah
- Jenis bangunan, bangunan kantor, bangunan pasar, bangunan industri.
• Jenis sampah : Ada tidaknya proses daur ulang
• Kondisi ekonomi : Tingkat ekonomi
2.14 Skala Pengolahan
Sampah Berdasarkan metoda pengolahan dan tanggung jawab pengelolaan maka skala
pengolahan dapat dibedakan atas beberapa skala yaitu :
1. Skala individu; yaitu pengolahan yang dilakukan oleh penghasil sampah secara
langsung di sumbernya (rumah tangga). Contoh pengolahan pada skala individu ini
adalah pemilahan sampah atau komposting skala individu. Dalam pengolahan
sampah skala individu ini,masing-masing rumah atau keluarga wajib untuk
memilah sampah berdasarkan komposisinya (organik dan anorganik) dan wajib
untuk mengolah sampah organik sendiri dengan metode pengomposan.Hal ini
dilakukan supaya pihak TPS 3R hanya mengelolah sisa dari sampah organik yang
tidak dapat diolah dan sampah non-organik.
2. Skala Lingkungan (Desa) Skala lingkungan; yaitu pengolahan yang dilakukan
untuk melayani suatu lingkungan (Desa). Lokasi pengolahan skala Desa dilakukan
di TPS 3R. Proses yang dilakukan pada TPS 3R umumnya berupa : pemilahan,
pencacahan sampah organik, pengomposan, penyaringan kompos, pengepakan
kompos, dan pencacahan plastik untuk daur ulang.
Untuk pengolahan sampah di TPS 3R tenaganya akan dibuat perkelompok atau
divisi sesuai dengan tugasnya masing-masing.Divisi-divisinya terdiri dari :
1) Divisi Pemilah : bertugas utuk memilah sampah-sampah yang belum terpilah
2) Divisi daur ulang sampah : bertugas untuk Mengkoordinasi pengumpulan
sampah yang masih bisa didaur ulang, Melakukan daur ulang sampah kering,
seperti membuat tas dan tempat sepatu dari plastik kemasan sabun cuci atau
minyak goreng.
3) Divisi Sampah Basah
• Mengkoordinasi pembuatan pupuk kompos
• Memberikan pelatihan kepada warga tentang tata cara membuat
kompos
• Mengkoordinasi pelaksanaan pengomposan sampah rumah tangga.
4) Divisi sampah plastik

21
• Mengolah sampah plastik yang tidak bisa didaur ulang menjadi energi
alternatif seperti BBM.Teknologiyang digunakan adalah Thermo Cracking
by Plate atu alat dan satu bahan dapat menghasilkan 3 bahan bakar
alternaif pengganti solar, bensin, dan minyak tanah. Thermo Cracking by
Plate merupakan metode pemecahan rantai karbon dengan cara pemanasan
dengan menggunakan kondensator berbentuk piringan. Alat terdiri dari :
tungku, pipa penghubung, kondensor. Tungku terdiri dari beberapa bagian
yaitu pintu pemasukan dan pintu pembuangan lalu didalam tungku ada
reaktor yang nantinya akan diisi plastik. Lalu, pipa penghubung antara
tungku dan kondensor dihubungkan. Kondensor pertama, kedua, dan
ketiga diberi penyangga. Kondensor pertama, kedua, dan ketiga
didalamnya terdiri dari sejumlah plate yang nantinya akan membantu
pengembunannya.
5) Divisi Penjualan
• Mengkoordinasi pengumpulan hasil pemilahan,daur ulang sampah yang
layak untuk dijual dan energi alternatif hasil pengolahan sampah plastik.
• Memasarkan dan menjual hasil pemilahan dan daur ulang sampah.
• Mencatat hasil penjualan dari sampah yang telah dipilah dan didaur ulang

22
BAB III
DATA EKSISTING
3.1 Rencana Daerah
Pelayanan Rencana daerah pelayanan meliputi 5 desa di daerah Kecamatan Mengwi
yaitu Desa Baha, Desa Sobangan, Desa Kekeran, Desa Penarungan, dan Desa Gulingan.
Tingkat pelayanan direncanakan selama 10 tahun ke depan mulai dari awal tahun 2021
hingga akhir tahun 2041 (2021-2041).
3.2 Data Penduduk
Data pertumbuhan penduduk tiap desa direkayasa menggunakan perbandingan
pertumbuhan penduduk Kecamatan Denpasar Barat. Sehingga didapat data pertumbuhan
penduduk mulai dari tahun 2017-2021 sebagai berikut :
Tabel 3.1 Data Penduduk 5 Desa

Desa 2017 2018 2019 2020 2021


Desa Baha 3837 3874 3892 3907 3950
Desa Sobangan 3653 3707 3733 3800 3942
Desa Kekeran 3761 3790 3809 3833 3837
Desa Penarungan 6680 6814 6887 6908 7126
Desa Gulingan 7966 7977 7994 8284 8450

3.3. Proyeksi Jumlah


Penduduk Untuk menghitung proyeksi penduduk Desa Baha, Desa Sobangan, Desa
Kekeran, Desa Penarungan, dan Desa Gulingan. dari tahun 2017 sampai 2021 digunakan
beberapa metode antara lain metode aritmatik, metode geometrik, dan metode leat square.
Setelah itu dicari standar deviasi masing-masing metode dan diambil standar deviasi terkecil
untuk menghitung proyeksi jumlah penduduk 10 tahun ke depan.

a. Metode Aritmatik
Persamaannya yaitu :
𝑃𝑛 = 𝑃0 + (𝑇𝑏 − 𝑇0)

Dimana :
P n = Jumlah penduduk pada tahun ke-n
P 0 = Jumlah penduduk pada tahun dasar
Tn = Tahun ke-n
T0 = Tahun dasar
Ka = konstanta aritmatik

23
b. Metode Geometrik
Memiliki persamaan :
𝑃𝑛 = 𝑃0(1 + 𝑟) 𝑛
Dimana :
P n = Jumlah penduduk pada tahun ke-n
P 0 = Jumlah penduduk pada tahun dasar
r = laju pertumbuhan penduduk
n = jumlah interval

c. Metode Least Square


Memiliki persamaan :
𝑌 = 𝑎 + 𝑏𝑋
Dimana :
Y = nilai variabel berdasarkan garis regresi
x = variabel independent
a = konstanta
b = koefisien arah regresi liniear
Adapun persamaan a dan b adalah sebagai berikut :
𝑛
𝑎
𝑛 ( )
Bila koefisien b telah dihitung terlebih dahulu, maka konstanta a dapat ditentukan dengan
persamaan :
𝑎 = 𝑌′ − 𝑏.𝑋′

Dimana Y’ dan X’ masing-masing adalah rata-rata untuk variabel Y dan X.

d. Menghitung Standar Deviasi

Perhitungan standar deviasi dapat dihitung dengan menggunakan persamaan :

(𝑋 𝑋)
√ 𝑛 𝑛
𝑛

24
3.3.1 Menentukan Metode Perhitungan
Untuk menentukan metode perhitungan yang digunakan di masing-masing desa agar
mendapatkan pertumbuhan jumlah penduduk dilakukan dengan perhitungan mundur. Contoh
perhitungan hanya dilakukan pada Desa Baha, selanjutnya perhitungan ditampilkan dalam
bentuk tabel sebagai berikut:
1. Desa Baha

Tabel 3.2 Data Jumlah Penduduk Desa Baha (2017-2021)

Jumlah Penduduk (Jiwa)


Wilayah
2017 2018 2019 2020 2021
Desa Baha 3837 3874 3892 3907 3950

Tabel 3.3 Data Statistik Jumlah Penduduk Desa Baha (2017-2021)


Pertumbuhan Penduduk
Jumlah
Tahun penduduk
(jiwa) Persen
Jiwa
2017 3837 0 0.000%

2018 3874 37 0.964%

2019 3892 18 0.465%

2020 3907 15 0.385%

2021 3950 43 1.101%

Jumlah 113 2.915%

Rata-rata 22.6 0.583%

A. Metode Aritmatik
Pn = Po + Ka. (n)
Po = Pn – Ka.(n)
Dimana :
Pn = jumlah penduduk pada tahun ke-n (jiwa)
Po = jumlah penduduk pada tahun awal (jiwa)
n = periode waktu proyeksi
Ka = rata – rata pertumbuhan penduduk pertahun (jiwa)

25
Diketahui :
Pn = P21 = 2893

Ka = = 187
Maka :
P17 = 3950 – 28,25 .(4) = 3837
P18 = 3950 – 28,25.(3) = 3865
P19 = 3950 – 28,25.(2) = 3894
P20 = 3950 – 28,25.(1) = 3922
P21 = 3950 – 28,25.(0) = 3950
Tabel 3.4 Jumlah Penduduk Desa Baha Dengan Metode Aritmatik
(Tn-
Tahun To) Po Ka Pn
2017 -4 3950 28.25 3837
2018 -3 3950 28.25 3865
2019 -2 3950 28.25 3894
2020 -1 3950 28.25 3922
2021 0 3950 28.25 3950

B. Metode Geometrik
Pn = Po (1 + r)𝑛
Pn = Pn/(1 + r)𝑛
Dimana :
Pn = jumlah penduduk pada tahun ke n (jiwa)
Po = jumlah penduduk pada tahun dasar (jiwa)
n = periode waktu proyeksi
r = laju pertumbuhan penduduk (%)
Diketahui :
Pn = P21 = 2719
r = 0.0611
Maka :
P17 = 3950 /(1 + 0.0611)4 = 3859
P18 = 3950 /(1 + 0.0611)3 = 3882
P19 = 3950 /(1 + 0.0611)2 = 3904
P20 = 3950 /(1 + 0.0611)1 = 3927
P21 = 3950 /(1 + 0.0611)0 = 3950

26
Tabel 3.5 Jumlah Penduduk Desa Baha Dengan Metode Geometrik

Tahun n Po r Pn
2017 -4 3950 0.0058 3859
2018 -3 3950 0.0058 3882
2019 -2 3950 0.0058 3904
2020 -1 3950 0.0058 3927
2021 0 3950 0.0058 3950
Jumlah 19750 19522

C. Metode Least Square


Pn = (a + b)n
Dimana
Pn = jumlah penduduk pada tahun ke n (jiwa)
n= beda tahun yang dihitung terhadap tahun awal

a dan b = Konstanta dengan persamaan


( )( ) (( )( )
a=
( ) ( )

( ) ( )( )
b= ( ) ( )

Diketahui :
( )( ) (( )( )
a=
( ) ( )
( )( ) ( )( )
a= = 3814,3
( ) ( )

( ) ( )( )
b= = 25,9
( ) ( )

Substitusi nilai a dan b ke persamaan awal menjadi :

Pn = a + b(n) = 3814,3 + = 25,9 (n)

P17 = 3814,3 + 25,9 (0) = 3840


P18 = 3814,3 + 25,9 (1) = 3866
P19 = 3814,3 + 25,9 (2) = 3892

27
P20 = 3814,3 + 25,9 (3) = 3918
P21 = 3814,3 + 25,9 (4) = 3944
Tabel 3.6 Jumlah Penduduk Desa Baha Dengan Metode Least Square

Jumlah
Penduduk
Jumlah (pn)
Tahun Penduduk t P.t t^2 Metode
(Jiwa) Least
Square
(jiwa)
2017 3837 1 3837 1 3840
2018 3874 2 7748 4 3866
2019 3892 3 11676 9 3892
2020 3907 4 15628 16 3918
2021 3950 5 19750 25 3944
Jumlah 19460 15 58639 55 8066

D. Standar Deviasi
Perhitungan Standar Deviasi dan Kofisiensi Korelasi untuk menentukan metode yang
digunakan untuk proyeksi penduduk.

Tabel 3.8 Standar Deviasi dan Koefisiensi Korelasi Desa Baha dengan Metode Aritmatik

Jumlah Hasil
Tahun
Penduduk perhitungan (Y - (Yi -
Tahun ke (Y - Yi)2
(jiwa) aritmatika Ymean)2 Ymean)2
(X)
(Y) (Yi)

2017 1 3837 3837 9278116 9278116 0


2018 2 3874 3865 9054081 9106815 76.5625
2019 3 3892 3894 8946081 8937110 2.25
2020 4 3907 3922 8856576 8769002 217.5625
2021 5 3950 3950 8602489 8602489 0
Jumlah 15 19460 19468 44737343 44693532 296.375
Rata-rata 3892
Standar
Deviasi 2989.767
Koefisien
korealasi 0.999997

28
Tabel 3.9 Standar Deviasi dan Koefisiensi Korelasi Desa Baha dengan Metode Geometrik

Jumlah Hasil
Tahun
Penduduk perhitungan (Y - (Yi -
Tahun ke (Y - Yi)2
(jiwa) geometrik Ymean)2 Ymean)2
(X)
(Y) (Yi)

2017 1 3837 3859 9278116 9143274 493.5216


2018 2 3874 3882 9054081 9007718 59.50577
2019 3 3892 3904 8946081 8872393 152.3697
2020 4 3907 3927 8856576 8737312 404.2335
2021 5 3950 3950 8602489 8602489 0
Jumlah 15 19460 19522 44737343 44363185 1109.631
Rata-rata 3892
Standar
Deviasi 2978.697
Koefisien
korealasi 0.999988

Tabel 3.10 Standar Deviasi dan Koefisiensi Korelasi Desa Baha dengan Metode Least Square

Jumlah Hasil
Tahun
Penduduk perhitungan (Y - (Yi -
Tahun ke (Y - Yi)2
(jiwa) aritmatika Ymean)2 Ymean)2
(X)
(Y) (Yi)

2017 1 3837 3840 9278116 9258632 10.24


2018 2 3874 3866 9054081 9101686 62.41
2019 3 3892 3892 8946081 8946081 0
2020 4 3907 3918 8856576 8791818 118.81
2021 5 3950 3944 8602489 8638897 38.44
Jumlah 15 19460 19460 44737343 44737113 229.9
Rata-rata 3892
Standar
Deviasi 2991.224
Koefisien
korealasi 0.999997

Berdasarkan perhitungan proyeksi penduduk Desa Baha, dengan menggunakan metode


aritmatik, geometric, dan least square, didaptkan nilai standar deviasi masing masing metode
sebesar 2989.767 ; 2978.697 ; 2991.224. Sedangkan untuk nilai koefisien korelasi (r) masing
Maing metode adalah 0,999 ; 0,999 ; 0,999.

29
Pemilihan metode proyeksi penduduk yang akan digunakan didasarkan pada nilai
standar deviasi yang paling kecil dan nilai koefisien korelasi yang paling mendekati satu.
Dalam hal ini metode geometrik menghasilkan standar deviasi paling kecil yaitu 2978.697
dan koefisien korelasi yang paling mendekati satu yaitu 0,999. Jadi proyeksi penduduk Desa
Baha menggunakan metode geometrik.
2. Desa Sobangan
Tabel 3.11 Data Jumlah Penduduk Desa Sobangan (2017-2021)

Jumlah Penduduk (Jiwa)


Wilayah
2017 2018 2019 2020 2021
Desa sobangan 3653 3707 3733 3800 3942

Tabel 3.12 Data Statistik Jumlah Penduduk Desa Sobangan (2017-2021)

Jumlah penduduk Pertumbuhan Penduduk


Tahun
(jiwa) Jiwa Persen
2017 3653 0 0.000%
2018 3707 54 1.478%
2019 3733 26 0.701%
2020 3800 67 1.795%
2021 3942 142 3.737%
Jumlah 289 7.711%
Rata-rata 57.8 1.542%

A. Metode Aritmatik
Tabel 3.13 Jumlah Penduduk Desa Sobangan Dengan Metode Aritmatik
(Tn-
Tahun To) Po Ka Pn
2017 -4 3942 72.25 3653
2018 -3 3942 72.25 3725
2019 -2 3942 72.25 3798
2020 -1 3942 72.25 3870
2021 0 7126 111.5 7126
B. Metode Geometrik
Tabel 3.14 Jumlah Penduduk Desa Sobangan Dengan Metode Geometrik
Tahun n Po r Pn
2017 -4 3942 0.0154 3708
2018 -3 3942 0.0154 3765
2019 -2 3942 0.0154 3823
2020 -1 3942 0.0154 3882
2021 0 3942 0.0154 3942

30
Jumlah 19710 19120

C. Metode Least Square


Tabel 3.15 Jumlah Penduduk Desa Sobangan Dengan Metode Least Square

Jumlah
Penduduk
Jumlah (pn)
Tahun Penduduk t P.t t^2 Metode
(Jiwa) Least
Square
(jiwa)
2017 3653 1 3653 1 3633
2018 3707 2 7414 4 3700
2019 3733 3 11199 9 3767
2020 3800 4 15200 16 3834
2021 3942 5 19710 25 3901
Jumlah 18835 15 57176 55 8066

D. Standar Deviasi
Tabel 3.16 Standar Deviasi dan Koefisiensi Korelasi Desa Sobangan dengan Metode Aritmatik

Jumlah Hasil
Tahun
Penduduk perhitungan (Y - (Yi -
Tahun ke (Y - Yi)2
(jiwa) aritmatika Ymean)2 Ymean)2
(X)
(Y) (Yi)

2017 1 3653 3653 10432900 10432900 0


2018 2 3707 3725 10086976 9971385 333.0625
2019 3 3733 3798 9922500 9520310 4160.25
2020 4 3800 3870 9504889 9079676 4865.063
2021 5 3942 7126 8649481 59049 10137856
Jumlah 15 18835 22172 48596746 39063320 10147214
Rata-rata 3767
Standar
Deviasi 2795.114
Koefisien
korealasi 0.889492

Tabel 3.17 Standar Deviasi dan Koefisiensi Korelasi Desa Sobangan dengan Metode Geometrik

31
Jumlah Hasil
Tahun
Penduduk perhitungan (Y - (Yi -
Tahun ke (Y - Yi)2
(jiwa) geometrik Ymean)2 Ymean)2
(X)
(Y) (Yi)

2017 1 3653 3708 10432900 10081181 3015.369


2018 2 3707 3765 10086976 9721315 3375.345
2019 3 3733 3823 9922500 9362590 8129.727
2020 4 3800 3882 9504889 9005234 6744.979
2021 5 3942 3942 8649481 8649481 0
Jumlah 15 18835 19120 48596746 46819801 21265.42
Rata-rata 3767
Standar
Deviasi 3060.059
Koefisien
korealasi 0.999781

Tabel 3.18 Standar Deviasi dan Koefisiensi Korelasi Desa sobangan dengan Metode Least Square

Jumlah Hasil
Tahun
Penduduk perhitungan (Y - (Yi -
Tahun ke (Y - Yi)2
(jiwa) aritmatika Ymean)2 Ymean)2
(X)
(Y) (Yi)

2017 1 3653 3633 10432900 10563800 408.04


2018 2 3707 3700 10086976 10132126 50.41
2019 3 3733 3767 9922500 9709456 1156
2020 4 3800 3834 9504889 9295791 1162.81
2021 5 3942 3901 8649481 8891131 1664.64
Jumlah 15 18835 18835 48596746 48592304 4441.9
Rata-rata 3767
Standar
Deviasi 3117.445
Koefisien
korealasi 0.999954

Berdasarkan perhitungan proyeksi penduduk Desa Sobangan, dengan


menggunakan metode aritmatik, geometric, dan least square, didapatkan nilai standar deviasi
dengan menggunakan metode aritmatika.

3. Desa Kekeran
Tabel 3.19 Data Jumlah Penduduk Desa Kekeran (2017-2021)

Jumlah Penduduk (Jiwa)


Wilayah

32
2017 2018 2019 2020 2021
Desa kekeran 3761 3790 3809 3833 3837

Tabel 3.20 Data Statistik Jumlah Penduduk Desa Kekeran (2017-2021)

Jumlah penduduk Pertumbuhan Penduduk


Tahun
(jiwa) Jiwa Persen
2017 3761 0 0.000%
2018 3790 29 0.771%
2019 3809 19 0.501%
2020 3833 24 0.630%
2021 3837 4 0.104%
Jumlah 76 2.007%
Rata-rata 15.2 0.401%

A. Metode Aritmatik
Tabel 3.21 Jumlah Penduduk Desa Kekeran Dengan Metode Aritmatik
(Tn-
Tahun To) Po Ka Pn
2017 -4 3837 19 3761
2018 -3 3837 19 3780
2019 -2 3837 19 3799
2020 -1 3837 19 3818
2021 0 3837 19 3837
B. Metode Geometrik
Tabel 3.22 Jumlah Penduduk Desa Kekeran Dengan Metode Geometrik
Tahun n Po r Pn
2017 -4 3837 0.0131 3643
2018 -3 3837 0.0131 3690
2019 -2 3837 0.0131 3739
2020 -1 3837 0.0131 3787
2021 0 3837 0.0131 3837
Jumlah 19185 18696
C. Metode Least Square
Tabel 3.23 Jumlah Penduduk Desa Kekeran Dengan Metode Least Square

Jumlah
Penduduk
Jumlah (pn)
Tahun Penduduk t P.t t^2 Metode
(Jiwa) Least
Square
(jiwa)

33
2017 3761 1 3761 1 3767
2018 3790 2 7580 4 3787
2019 3809 3 11427 9 3806
2020 3833 4 15332 16 3826
2021 3837 5 19185 25 3845
Jumlah 19030 15 57285 55 4040

D. Standar Deviasi
Tabel 3.24 Standar Deviasi dan Koefisiensi Korelasi Desa Kekeran dengan Metode Aritmatik

Jumlah Hasil
Tahun
Penduduk perhitungan (Y - (Yi -
Tahun ke (Y - Yi)2
(jiwa) aritmatika Ymean)2 Ymean)2
(X)
(Y) (Yi)

2017 1 3761 3761 9746884 9746884 0


2018 2 3790 3780 9566649 9628609 100
2019 3 3809 3799 9449476 9511056 100
2020 4 3833 3818 9302500 9394225 225
2021 5 3837 3837 9278116 9278116 0
Jumlah 15 19030 18995 47343625 47558890 425
Rata-rata 3806
Standar
Deviasi 3084.117
Koefisien
korealasi 0.999996

Tabel 3.25 Standar Deviasi dan Koefisiensi Korelasi Desa Kekeran dengan Metode Geometrik

Jumlah Hasil
Tahun
Penduduk perhitungan (Y - (Yi -
Tahun ke (Y - Yi)2
(jiwa) geometrik Ymean)2 Ymean)2
(X)
(Y) (Yi)

2017 1 3761 3643 9746884 10499528 13994.29


2018 2 3790 3690 9566649 10193113 9933.218
2019 3 3809 3739 9449476 9887319 4957.674
2020 4 3833 3787 9302500 9582275 2072.525
2021 5 3837 3837 9278116 9278116 0
Jumlah 15 19030 18696 47343625 49440351 30957.71
Rata-rata 3806
Standar 3144.53

34
Deviasi
Koefisien
korealasi 0.999673

Tabel 3.26 Standar Deviasi dan Koefisiensi Korelasi Desa Kekeran dengan Metode Least Square

Jumlah Hasil
Tahun
Penduduk perhitungan (Y - (Yi -
Tahun ke (Y - Yi)2
(jiwa) aritmatika Ymean)2 Ymean)2
(X)
(Y) (Yi)

2017 1 3761 3767 9746884 9709456 36


2018 2 3790 3787 9566649 9588312 12.25
2019 3 3809 3806 9449476 9467929 9
2020 4 3833 3826 9302500 9348306 56.25
2021 5 3837 3845 9278116 9229444 64
Jumlah 15 19030 19030 47343625 47343448 177.5
Rata-rata 3806
Standar
Deviasi 3077.124
Koefisien
korealasi 0.999998
Berdasarkan perhitungan proyeksi penduduk Desa C, dengan menggunakan
metode aritmatik, geometric, dan least square, didapatkan nilai standar deviasi dan koefisien
korelasi yang paling mendekati satu pada metode least square

4. Desa Penarungan
Tabel 3.27 Data Jumlah Penduduk Desa Penarungan (2017-2021)

Jumlah Penduduk (Jiwa)


Wilayah
2017 2018 2019 2020 2021
Desa Penarungan 6680 6814 6887 6908 7126

Tabel 3.28 Data Statistik Jumlah Penduduk Desa Penarungan (2017-2021)


Pertumbuhan Penduduk
Jumlah penduduk
Tahun
(jiwa)
Jiwa Persen
2017 6680 0 0.000%
2018 6814 134 2.006%
2019 6887 73 1.071%
2020 6908 21 0.305%
2021 7126 218 3.156%
Jumlah 446 6.538%

35
Rata-rata 89.2 1.308%

A. Metode Aritmatik
Tabel 3.29 Jumlah Penduduk Desa Penarungan Dengan Metode Aritmatik
Tahun (Tn-To) Po Ka Pn
2017 -4 7126 111.5 6680
2018 -3 7126 111.5 6792
2019 -2 7126 111.5 6903
2020 -1 7126 111.5 7015
2021 0 7126 111.5 7126

B. Metode Geometrik
Tabel 3.30 Jumlah Penduduk Desa Penarungan Dengan Metode Geometrik
Tahun n Po r Pn
2017 -4 7126 0.0131 6765
2018 -3 7126 0.0131 6854
2019 -2 7126 0.0131 6943
2020 -1 7126 0.0131 7034
2021 0 7126 0.0131 7126
Jumlah 35630 34722
C. Metode Least Square
Tabel 3.31 Jumlah Penduduk Desa Penarungan Dengan Metode Least Square

Jumlah
Penduduk
Jumlah (pn)
Tahun Penduduk t P.t t^2
(Jiwa) Metode
Least Square
(jiwa)

2017 6680 1 6680 1 6686


2018 6814 2 13628 4 6784
2019 6887 3 20661 9 6883
2020 6908 4 27632 16 6982
2021 7126 5 35630 25 7080
Jumlah 34415 15 104231 55 8066

D. Standar Deviasi
Tabel 3.32 Standar Deviasi dan Koefisiensi Korelasi Desa Penarungan dengan Metode Aritmatik

36
Jumlah Hasil
Tahun Penduduk perhitungan (Y - (Yi - (Y -
Tahun
ke (X) (jiwa) aritmatika Ymean)2 Ymean)2 Yi)2
(Y) (Yi)

2017 1 6680 6680 41209 41209 0


2018 2 6814 6792 4761 8372.25 506.25
2019 3 6887 6903 16 400 256
2020 4 6908 7015 625 17292.25 11342.3
2021 5 7126 7126 59049 59049 0
Jumlah 15 34415 34515 105660 126322.5 12104.5
Rata-rata 6883
Standar
Deviasi 158.948
Koefisien
korealasi 0.94098
Tabel 3.33 Standar Deviasi dan Koefisiensi Korelasi Desa Penarungan dengan Metode Geometrik

Jumlah Hasil
Tahun Penduduk perhitungan (Y - (Yi - (Y -
Tahun
ke (X) (jiwa) geometrik Ymean)2 Ymean)2 Yi)2
(Y) (Yi)

2017 1 6680 6765 41209 13887.53873 7251.31


2018 2 6814 6854 4761 863.4371369 1569.4
2019 3 6887 6943 16 3628.076528 3162.21
2020 4 6908 7034 625 22807.99967 15881.8
2021 5 7126 7126 59049 59049 0
Jumlah 15 34415 34722 105660 100236.0521 27864.8
Rata-rata 6883
Standar
Deviasi 141.588
Koefisien
korealasi 0.85807

Tabel 3.34 Standar Deviasi dan Koefisiensi Korelasi Desa Penarungan dengan Metode Least Square

Jumlah Hasil
Tahun Penduduk perhitungan (Y - (Yi - (Y -
Tahun
ke (X) (jiwa) aritmatika Ymean)2 Ymean)2 Yi)2
(Y) (Yi)

2017 1 6680 6686 41209 38887.84 33.64


2018 2 6814 6784 4761 9721.96 876.16
2019 3 6887 6883 16 0 16
2020 4 6908 6982 625 9721.96 5416.96

37
2021 5 7126 7080 59049 38887.84 2097.64
Jumlah 15 34415 34415 105660 97219.6 8440.4
Rata-rata 6883
Standar
Deviasi 139.441
Koefisien
korealasi 0.95923
Berdasarkan perhitungan proyeksi penduduk Desa Penarungan, dengan
menggunakan metode aritmatik, geometric, dan least square, didapatkan nilai standar deviasi
dan koefisien korelasi yang paling mendekati satu pada metode least square

5. Desa Gulingan
Tabel 3.35 Data Jumlah Penduduk Desa Gulingan (2017-2021)

Jumlah Penduduk (Jiwa)


Wilayah
2017 2018 2019 2020 2021
Desa Gulingan 7966 7977 7994 8284 8450

Tabel 3.36 Data Statistik Jumlah Penduduk Desa Gulingan (2017-2021)

Jumlah penduduk Pertumbuhan Penduduk


Tahun
(jiwa) Jiwa Persen
2017 7966 0 0.000%
2018 7977 11 0.138%
2019 7994 17 0.213%
2020 8284 290 3.628%
2021 8450 166 2.004%
Jumlah 484 5.983%
Rata-rata 96.8 1.197%

A. Metode Aritmatik
Tabel 3.37 Jumlah Penduduk Desa Gulingan Dengan Metode Aritmatik
(Tn-
Tahun To) Po Ka Pn
2017 -4 8450 121 7966
2018 -3 8450 121 8087
2019 -2 8450 121 8208
2020 -1 8450 121 8329
2021 0 8450 121 8450
B. Metode Geometrik
Tabel 3.38 Jumlah Penduduk Desa Gulingan Dengan Metode Geometrik
Tahun n Po r Pn

38
2017 -4 8450 0.0120 8057
2018 -3 8450 0.0120 8154
2019 -2 8450 0.0120 8251
2020 -1 8450 0.0120 8350
2021 0 8450 0.0120 8450
Jumlah 42250 41263
C. Metode Least Square
Tabel 3.39 Jumlah Penduduk Desa Gulingan Dengan Metode Least Square

Jumlah
Penduduk
Jumlah (pn)
Tahun Penduduk t P.t t^2 Metode
(Jiwa) Least
Square
(jiwa)
2017 7966 1 7966 1 7879
2018 7977 2 15954 4 8007
2019 7994 3 23982 9 8134
2020 8284 4 33136 16 8262
2021 8450 5 42250 25 8389
Jumlah 40671 15 123288 55 9664

D. Standar Deviasi
Tabel 3.40 Standar Deviasi dan Koefisiensi Korelasi Desa Gulingan Metode Aritmatik

Jumlah Hasil
Tahun
Penduduk perhitungan (Y - (Yi -
Tahun ke (Y - Yi)2
(jiwa) aritmatika Ymean)2 Ymean)2
(X)
(Y) (Yi)

2017 1 7966 7966 1172889 1172889 0


2018 2 7977 8087 1196836 1449616 12100
2019 3 7994 8208 1234321 1755625 45796
2020 4 8284 8329 1962801 2090916 2025
2021 5 8450 8450 2455489 2455489 0
Jumlah 15 40671 41040 8022336 8924535 59921
Rata-rata 8134.2
Standar
Deviasi 1336.004
Koefisien
korealasi 0.996258

Tabel 3.45 Standar Deviasi dan Koefisiensi Korelasi Desa Gulingan Metode Geometrik

39
Jumlah Hasil
Tahun
Penduduk perhitungan (Y - (Yi -
Tahun ke (Y - Yi)2
(jiwa) geometrik Ymean)2 Ymean)2
(X)
(Y) (Yi)

2017 1 7966 8057 1172889 1379165 8350.039


2018 2 7977 8154 1196836 1614906 31254.58
2019 3 7994 8251 1234321 1872394 66231.26
2020 4 8284 8350 1962801 2152343 4367.424
2021 5 8450 8450 2455489 2455489 0
Jumlah 15 40671 41263 8022336 9474297 110203.3
Rata-rata 8134.2
Standar
Deviasi 1376.539
Koefisien
korealasi 0.993108

Tabel 3.46 Standar Deviasi dan Koefisiensi Korelasi Desa Gulingan Metode Least Square

Jumlah Hasil
Tahun
Penduduk perhitungan (Y - (Yi -
Tahun ke (Y - Yi)2
(jiwa) geometrik Ymean)2 Ymean)2
(X)
(Y) (Yi)

2017 1 7966 8057 1172889 1379165 8350.039


2018 2 7977 8154 1196836 1614906 31254.58
2019 3 7994 8251 1234321 1872394 66231.26
2020 4 8284 8350 1962801 2152343 4367.424
2021 5 8450 8450 2455489 2455489 0
Jumlah 15 40671 41263 8022336 9474297 110203.3
Rata-rata 8134.2
Standar
Deviasi 1376.539
Koefisien
korealasi 0.993108
Berdasarkan perhitungan proyeksi penduduk Desa Gulingan, dengan menggunakan
metode aritmatik, geometric, dan least square, didapatkan nilai standar deviasi dan koefisien
korelasi yang paling mendekati satu pada metode Aritmatika.

40
3.3.3 Proyeksi Jumlah Penduduk pada Tahun Perencanaan

Pada perencanaan sistem penyediaan air minum ini menggunakan 20 tahun perencanaan.
Berikut adalah proyeksi jumlah penduduk pada masing-masing desa pada tahun perencanaan
dengan metode yang dipakai dari hasil perhitungan:

1. Desa Baha Dengan Metode Geometrik


Tabel 3.47 Proyeksi Penduduk Desa Baha
Tahun n Po R Pn
2017 -4 3950 0.0058 3859
2018 -3 3950 0.0058 3882
2019 -2 3950 0.0058 3904
2020 -1 3950 0.0058 3927
2021 0 3950 0.0058 3950
2022 1 3950 0.0058 3973
2023 2 3950 0.0058 3996
2024 3 3950 0.0058 4019
2025 4 3950 0.0058 4043
2026 5 3950 0.0058 4066
2027 6 3950 0.0058 4090
2028 7 3950 0.0058 4114
2029 8 3950 0.0058 4138
2030 9 3950 0.0058 4162
2031 10 3950 0.0058 4186
2032 11 3950 0.0058 4211
2033 12 3950 0.0058 4235
2034 13 3950 0.0058 4260
2035 14 3950 0.0058 4285
2036 15 3950 0.0058 4310
2037 16 3950 0.0058 4335
2038 17 3950 0.0058 4360
2039 18 3950 0.0058 4386
2040 19 3950 0.0058 4411
2041 20 3950 0.0058 4437

2. Desa Sobangan Dengan Metode Aritmatik


Tabel 3.48 Proyeksi Penduduk Desa Sobangan
(Tn-
Tahun To) Po Ka Pn
2017 -4 3942 72.25 3653
2018 -3 3942 72.25 3725
2019 -2 3942 72.25 3798

41
2020 -1 3942 72.25 3870
2021 0 3942 72.25 3942
2022 1 3942 72.25 4014
2023 2 3942 72.25 4087
2024 3 3942 72.25 4159
2025 4 3942 72.25 4231
2026 5 3942 72.25 4303
2027 6 3942 72.25 4376
2028 7 3942 72.25 4448
2029 8 3942 72.25 4520
2030 9 3942 72.25 4592
2031 10 3942 72.25 4665
2032 11 3942 72.25 4737
2033 12 3942 72.25 4809
2034 13 3942 72.25 4881
2035 14 3942 72.25 4954
2036 15 3942 72.25 5026
2037 16 3942 72.25 5098
2038 17 3942 72.25 5170
2039 18 3942 72.25 5243
2040 19 3942 72.25 5315
2041 20 3942 72.25 5387

3. Desa Kekeran Dengan Metode Least Square


Tabel 3.49 Proyeksi Penduduk Desa Sobangan

Jumlah
Penduduk
Jumlah (pn)
Tahun Penduduk t P.t t^2 Metode
(Jiwa) Least
Square
(jiwa)
2017 3761 1 3761 1 3767
2018 3790 2 7580 4 3787
2019 3809 3 11427 9 3806
2020 3833 4 15332 16 3826
2021 3837 5 19185 25 3845
Jumlah 19030 15 57285 55 19030
Proyeksi penduuduk
2022 6 7179
2023 7 3884
2024 8 3904
2025 9 3923

42
2026 10 3943
2027 11 3962
2028 12 3982
2029 13 4001
2030 14 4021
2031 15 4040
2032 16 4060
2033 17 4079
2034 18 4099
2035 19 4118
2036 20 4138
2037 21 4157
2038 22 4177
2039 23 4196
2040 24 4216
2041 25 4235

4. Desa Penarungan Dengan Metode Least Square


Tabel 3.50 Proyeksi Penduduk Desa Penarungan

Jumlah
Penduduk
Jumlah (pn)
Tahun Penduduk t P.t t^2 Metode
(Jiwa) Least
Square
(jiwa)
2017 6680 1 6680 1 6686
2018 6814 2 13628 4 6784
2019 6887 3 20661 9 6883
2020 6908 4 27632 16 6982
2021 7126 5 35630 25 7080
Jumlah 34415 15 104231 55 34415
Proyeksi penduuduk
2022 6 7179
2023 7 7277
2024 8 7376
2025 9 7475
2026 10 7573
2027 11 7672
2028 12 7770
2029 13 7869
2030 14 7968
2031 15 8066

43
2032 16 8165
2033 17 8263
2034 18 8362
2035 19 8461
2036 20 8559
2037 21 8658
2038 22 8756
2039 23 8855
2040 24 8954
2041 25 9052

5. Desa Gulingan Dengan Metode Least Square


Tabel 3.51 Proyeksi Penduduk Desa Gulingan

Jumlah
Penduduk
Jumlah (pn)
Tahun Penduduk t P.t t^2 Metode
(Jiwa) Least
Square
(jiwa)
2017 7966 1 7966 1 7879
2018 7977 2 15954 4 8007
2019 7994 3 23982 9 8134
2020 8284 4 33136 16 8262
2021 8450 5 42250 25 8389
Jumlah 40671 15 123288 55 40671
Proyeksi penduuduk
2022 6 8517
2023 7 8644
2024 8 8772
2025 9 8899
2026 10 9027
2027 11 9154
2028 12 9282
2029 13 9409
2030 14 9537
2031 15 9664
2032 16 9792
2033 17 9919
2034 18 10047
2035 19 10174
2036 20 10302
2037 21 10429

44
2038 22 10557
2039 23 10684
2040 24 10812
2041 25 10939

3.4 Proyeksi Timbulan


Sampah Menurut SNI 19-3983-1995, Kota Denpasar Barat termasuk ke dalam kota
sedang. Maka dari itu ditentukan volume sampah 2,75 L/orang/hari dan berat sampah 0,70
kg/orang/hari. Berikut adalah proyeksi timbulan pada masing-masing desa tahun selama masa
perencanaan 20 tahun yaitu pada tahun 2041.
Tabel 3.52 Proyeksi Timbulan Sampah
Jumlah Penduduk Volume Sampah Berat Sampah
Desa
(2041) (L/hari) (kg/hari)
Baha 4437 12202 3106
Sobangan 6387 14814 3771
Kekeran 4235 11646 2964
Penarungan 9052 24893 6336
Gulingan 10939 30082 7657

Diagram Komposisi sampah

Tabel 3.53 Presentasi jenis sampah


Presentase (%)

Jenis Presentasi (%) Organic 61.00


sisa makanan 16
kayu/ranting 33.9 anorganik 34.67
kertas/karton 11.1
Residu 4.33
plastik 28.4
logam 2.6 Total 100.00
kain 2.1
karet/kulit 0.67
kaca 0.9
lainnya (residu) 4.33

45
Tabel 3.54 Komposisi Sampah

Volume Berat Organik Anorganik Residu


Desa Sampah Sampah
Volume Berat Volume Berat Volume Berat
(L/hari) (kg/hari)
(L/hari) (kg/hari) (L/hari) (kg/hari) (L/hari) (kg/hari)

Baha 12202 3106 7443 1894 4230 1076 528 134


Sobangan 14814 3771 9037 2300 5136 1307 641 163
Kekeran 11646 2964 7104 1808 4038 1027 504 128
Penarungan 24893 6336 15184 3865 8630 2197 1077 274
GuIingan 30082 7657 18350 4670 10429 2655 1302 331

46
BAB IV
ANALISIS
4.1 Analisa Pewadahan
Pewadahan merupakan cara atau metode untuk menampung sampah sampah dari
sumber. Sampah yang dihasilkan dari kegiatan rumah tangga umumnya diletakkan di suatu
wadah atau tempat sampah. Diperkirakan untuk setiap rumah terdapat 5 anggota keluarga.
Dari Kecamatan Mengwi dilakukan perhitungan dan penganalisaan terhadap 5 desa maka
data jumlah rumah yang didapat adalah :
 Baha = 887
 Sobangan = 1077
 Kekeran = 847
 Penarungan = 1810
 Gulingan = 2188
Maka dilakukan perhitungan untuk mencari banyak sampah yang dihasilkan tiap rumah :
• Berat per rumah = berat sampah/jumlah rumah
• Volume per rumah = volume sampah/jumlah rumah
Tabel 4. 1 Pewadahan

Volume (L/hari) Volume Wadah (L)


Penduduk
Desa (jiwa) KK Organik Anorganik residu Organik Anorganik residu
Baha 4437 887 7443 4230 528.34 8.39 4.77 0.595
Sobangan 5387 1077 9037 5136 641.46 8.39 4.77 0.595
Kekeran 4235 847 7104 4038 504.28 8.39 4.77 0.595
Penarungan 9052 1810 15185 8630 1077.87 8.39 4.77 0.595
GuIingan 10939 2188 18350 10429 1302.56 8.39 4.77 0.595

Sehingga dapat disimpulkan bahwa volume wadah tiap rumah yaitu 0,008 m3 untuk
organik dan 0,004 m3 untuk anorganik dan 0,0005 m3 untuk residu. Pewadah bisa berupa
kantong plastik, karung atau tempat sampah.
Kriteria wadah sampah diuraikan dalam SNI No 19-2454-2002 tentang Tata Cara
Teknik Operasional Pengelolaan Sampah Perkotaan adalah sebagai berikut:
1. Tidak mudah rusak dan kedap air;
2. Ekonomis dan mudah diperoleh/dibuat oleh masyarakat; dan
3. Mudah dikosongkan.

47
Karakteristik wadah sampah yaitu bentuk, sifat, bahan, volume, dan pengadaan wadah
sampah untuk masing-masing pola pewadahan sampah dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 4.3 Karakteristik Wadah Sampah Menurut SNI 19-2454-2002

Karakteristik
No. Wadah Pola Pewadahan Individual Pola Pewadahan Komunal

Kotak, silinder, kontainer,


1 Bentuk Kotak, silinder,
bin (tong) yang bertutup,
kontainer, bin (tong) yang
kantong
bertutup
plastik
Ringan, mudah
2 Sifat Ringan, mudah
dipindahkan dan
dipindahkan dan
dikosongkan
dikosongkan
Logam, plastik, fiberglass, Logam, plastik, fiberglass,
3 Bahan
kayu, bambu, rotan kayu, bambu, rotan
− Permukiman dan toko kecil − Pinggir jalan dan
4 Volum e : (10 – 40) L taman: (30 –40) L
− Kantor, toko besar, hotel, − Permukiman dan pasar:
rumah makan: (100 – 500) L (100 – 1000) L
5 Pengadaan Pribadi, instansi, pengelola Instansi, pengelola
Pewadahan sampah yang direncanakan adalah 2 bak sampah plastik untuk sampah
oragnik dan anorganik karena bak sampah plastik mudah untuk di bersihkan, ringan dan
mudah dipindahkan, serta tahan lama.

Figure 1 wadah sampah

4.2 Analisis Pengumpulan


Pengumpulan direncanakan pada setiap gang rumah warga dengan tujuan untuk
memudahkan pola pengangkutan. Wadah pengumpulan ditempatkan di depan setiap gang
sehingga dekat dengan jalan utama, dengan asumsi setiap gang memiliki total 12 rumah.

48
Sampah masyarakat yang telah dikumpulkan di tiap rumah kemudian dibawa ke wadah
pengumpulan yang dilakukan secara mandiri/partisipasi warga. Kemudian sampah di setiap
wadah pengumpulan diangkut ke TPS 3R dengan alat pengangkut.
4.2.1 Volume Wadah
Dengan menerapkan konsep 3R (Reduce, Reuse, Recicle) diasumsikan akan terjadi
penurunan timbulan sampah 9%. Sehingga perkiraan volume tempat pengumpulan sampah
setiap gang disajikan dalam tabel berikut.
Tabel 4.2 Volume Wadah
Volume (L/hari) Setelah 3R (L/hari) Volume Wadah (L)
Gan Orga Anorga Organ Anorga Organ Anorg resid
Desa KK g nik nik residu ik nik residu ik anik u
Baha 887 59 7443 4230 528 6773 3849 528 115 65 9
Sobang
an 1077 72 9036 5136 641 8223 4673 641 114 79 11
Kekera
n 847 56 7104 4038 504 6464 3674 504 115 62 9
Penaru 1518
ngan 1810 121 5 8630 1078 13818 7853 1077 114 133 18
GuIing 1835
an 2188 146 0 10429 1302 16698 9490 1302 114 161 22

4.2.2 Dimensi Wadah


Bak pengumpulan yang direncanakan adalah dengan menggunakan bak beton. Bak
beton dipilih karena ukuran bak beton dapat lebih mudah di aplikasikan karena ukuran bak
dapat disesuaikan dengan hasil perhitungan. Bak beton juga dapat lebih tahan lama namun
kekurangannya tidak dapat di pindah atau bersifat permanen namun tidak mudah di curi.

Figure 2 pengumpulan sampah

49
1. Desa Baha
 Dimensi Wadah Organik Desa Baha
Volume wadah = 0,115 m3
Tinggi = 0,50 m 30 cm
Luas Alas = 0,115/0,50 = 0,23 m2

Diameter =√  54 cm

 Dimensi Wadah Anorganik Desa Baha


Volume wadah = 0,65 m3
Tinggi = 0,50 m 50 cm
Luas Alas = 0,65/0,50 = 1,3 m2

Diameter =√ 128 cm

2. Desa Sobangan
 Dimensi Wadah Organik Desa Sobangan
Volume wadah = 0,114 m3
Tinggi = 0,50 m 50 cm
Luas Alas = 0,114/0,50 = 0,22 m2

Diameter =√  52 cm

 Dimensi Wadah Anorganik Desa Sobangan


Volume wadah = 0,79 m3
Tinggi = 0,50 m 50 cm
Luas Alas = 0,79/0,50 = 1,5 m2

Diameter =√ 138 cm

3. Desa Kekekran
 Dimensi Wadah Organik Desa Kekeran
Volume wadah = 0,115 m3
Tinggi = 0,50 m 50 cm

50
Luas Alas = 0,115/0,50 = 0,23 m2

Diameter =√  54 cm

 Dimensi Wadah Anorganik Desa Kekeran


Volume wadah = 0,62 m3
Tinggi = 0,50 m 50 cm
Luas Alas = 0,62/0,50 = 1,2 m2

Diameter =√ 123 cm

4. Desa Penarungan
 Dimensi Wadah Organik Desa Penarungan
Volume wadah = 0,114 m3
Tinggi = 0,50 m 50 cm
Luas Alas = 0,114/0,50 = 0,22 m2

Diameter =√  52 cm

 Dimensi Wadah Anorganik Desa Penarungan


Volume wadah = 0,133 m3
Tinggi = 0,50 m 50 cm
Luas Alas = 0,133/0,50 = 0,26 m2

Diameter =√ 57 cm

4. Desa Gulingan
 Dimensi Wadah Organik Desa Gulingan
Volume wadah = 0,114 m3
Tinggi = 0,50 m 50 cm
Luas Alas = 0,114/0,50 = 0,22 m2

Diameter =√  52 cm

 Dimensi Wadah Anorganik Desa Gulingan

51
Volume wadah = 0,161 m3
Tinggi = 0,50 m 50 cm
Luas Alas = 0,161/0,50 = 0,32 m2

Diameter =√ 63 cm

4.3 Pengangkutan & Tenaga Kerja


4.3.1 Kebutuhan Kendaraan Pengangkut
Pengangkutan sampah dari sumber sampah (rumah warga) menuju TPS 3R dilakukan
1-2 kali sehari untuk setiap desa. Alat angkut yang akan digunakan adalah dump truk dengan
dimensi 3,5 x 2 x 1 m. Jumlah wadah pengangkut yang dibutuhkan setiap desa yaitu:
 Desa Baha
Tabel 4.4 Kebutuhan Pengangkutan Desa Baha
Volume Total
Jenis Volume Sampah
Dump Truk Pengumpulan Pengumpulan
Sampah (L)
(L) sampah
Organik 7443.07 7000 1.063295357 2
Anorganik 1894.60 7000 0.270657 1

 Desa Sobangan
Tabel 4.5 Kebutuhan Pengangkutan Desa Sobangan
Jenis Volume Sampah Volume Total Pengumpulan
Sampah (L) Dump Truk Pengumpulan
(L) sampah
Organik 9036.69 7000 1.290956071 2
Anorganik 5136.10 7000 0.733728639 1

 Desa Kekeran
Tabel 4.6 Kebutuhan Pengangkutan Desa Kekeran
Jenis Volume Sampah Volume Total Pengumpulan
Sampah (L) Dump Truk Pengumpulan
(L) sampah
Organik 7104.21 7000 1.0148875 1
Anorganik 4037.75 7000 0.576822125 1

 Desa Penarungan
Tabel 4.7 Kebutuhan Pengangkutan Desa Penarungan
Jenis Volume Sampah Volume Total Pengumpulan

52
Sampah (L) Dump Truk Pengumpulan
(L) sampah
Organik 15184.73 7000 2.169247143 2
Anorganik 8630.40 7000 1.232914729 2

 Desa Gulingan
Tabel 4.8 Kebutuhan Pengangkutan Desa Gulingan
Jenis Volume Sampah Volume Total Pengumpulan
Sampah (L) Dump Truk Pengumpulan
(L) sampah
Organik 18350.17 7000 2.621453214 3
Anorganik 10429.52 7000 1.489930868 2

Pengangkutan dilakukan mulai 5 dan 10 pagi. Pengangkutan pada pagi hari di pilih
pukul 5 dan 10 pagi untuk menghindari kepadatan lalu lintas dimana aktivitas masyarakat
yang hendak bekerja dan bersekolah dilakukan mulai pukul 7 hingga 9 pagi. Pengangkutan
sampah organik dan anorganik direncanakan diangkut bersamaan dengan dump truk yang
memiliki sekat pada baknya. Jumlah truk yang dibutuhkan di setiap desa yaitu :
 Desa Baha sebanyak 1 truk
 Desa Sobangan sebanyak 1 truk
 Desa Kekeran sebanyak 1 truk
 Desa Penarungan sebanyak 1 truk
 Gulingan sebanayak 1 truk
Desa Baha
Waktu Jumlah
05.00 Pagi 1
10.00 Pagi 1

Desa Sobangan
Waktu Jumlah
05.00 Pagi 1
10.00 Pagi 1

Desa Kekeran
Waktu Jumlah

53
05.00 Pagi 1
10.00 Pagi 1

Desa Penarungan
Waktu Jumlah
05.00 Pagi 1
10.00 Pagi 1

Desa Gulingan
Waktu Jumlah
05.00 Pagi 1
10.00 Pagi 1

4.3.2 Analisis Tenaga Kerja


4. Untuk pengangkutan sampah satu trek 4 orang (1 supir dan 3 pengangkut sampah).
5. Untuk pemilahan sampah 5-8 orang tergantung banyaknya sampah.
6. Untuk daur ulang sampah 4-6 orang.
7. Untuk pengomposan 2-4 orang.
8. Untuk pengolah sampah plastik 2-4 orang.
9. Untuk penjualan 2-3 orang.

4.4 Rancangan TPS 3R


4.4.1 Fasilitas TPS 3R
TPS 3R sebagai tempat pengolahan sampah, memerlukan fasilitas berdasarkan komponen
sampah yang masuk dan yang akan dikelola. Secara umum dibedakan atas:
1. Fasilitas pre-processing, merupakan tahap awal pemisahan sampah, mengetahui jenis
sampah yang masuk, meliputi proses-proses sebagai berikut:
• Penimbangan, mengetahui jumlah sampah yang masuk.
• Penerimaan dan penyimpanan, menentukan area untuk mengantisipasi jika
sampah yang terolah tidak secepat sampah yang datang ke lokasi.
2. Fasilitas pemilahan, bisa secara manual maupun mekanis. Secara manual akan
membutuhkan area dan tenaga kerja untuk melakukan pemilahan dengan cepat,
sedangkan secara mekanis akan mempermudah proses pemilahan dan menghemat

54
waktu. Peralatan mekanis yang digunakan antara lain: Alat untuk memisahkan
berdasarkan ukuran : reciprocating screen, trommel screen, disc screen. Alat untuk
memisahkan berdasarkan berat jenis : air classifier, pemisahan inersi, dan flotation.
3. Fasilitas pengolahan sampah secara fisik, setelah dipilah sampah akan ditangani
menurut jenis dan ukuran material tersebut. Peralatan yang digunakan antara lain :
hammer mill dan shear shredder.
4. Fasilitas pengolahan yang lain seperti komposting, ataupun RDF.
Lokasi perencanaan dari permukiman penduduk dan industri, dengan pertimbangan TPS
3R akan mendapatkan daerah penyangga yang baik dan mampu melindungi fasilitas yang ada.
TPS 3R yang akan dioperasikan harus melihat kemampuan lingkungan dalam menerima
dampak yang ditimbulkan dari adanya fasilitas TPS 3R, misalnya : kebisingan, bau,
pencemaran udara, estetika yang buruk dan lain-lain. Pendekatan desain yang terbaik adalah
merencanakan dengan baik penentuan lokasi TPS 3R, menerapkan sistem bersih lokasi dan
pengoperasian yang ramah lingkungan.
Kesehatan dan keamanan masyarakat secara umum sangat terkait dengan proses yang
ada di dalam TPS 3R. Jika proses di TPS 3R direncanakan dan dilaksanakan dengan baik,
maka dampak negatif yang akan ditimbulkan pada masyarakat dapat diminimalkan.
Pengoperasian TPS 3R juga menimbulkan resiko terhadap para pekerja, seperti, kemungkinan
adanya paparan dari bahan-bahan toksik yang masuk ke lokasi MRF, sehingga pekerja harus
dilengkapi peralatan safety pribadi. Contoh peralatan tersebut pakaian yang aman, sepatu boot,
sarung tangan, masker dan lain-lain.
4.4.2 Rencana Desain
Rencana pengelolaan sampah yang akan dibuat adalah dengan membuat TPS 3R.
Rencana pengelolaan berdasarkan hasil timbulan sampah Desa Baha, Sobangan, Kekeran,
Penarungan dan Gulingan. Sesuai dengan SNI 3242-2008 tentang Pengelolaan Sampah
Permukiman, terdapat tata cara serta ketentuan untuk pembuatan TPS, dengan menggunakan
TPS tipe II yang memiliki kapasitas pelayanan untuk 30.000 jiwa sehingga dibutuhkan 1 TPS
3R di setiap desa.
TPS 3R dilengkapi dengan :
• Ruang pemilahan 10 m2
• Pengomposan sampah organik 200 m2
• Gudang 50 m2
• Tempat pemindah sampah yang dilengkapi dengan landasan container 60 m2
• Luas lahan 60-200 m2

55
4.4.3 Metode Pengolahan
Skala pengolahan sampah di lakukan oleh penghasil sampah secara langsung di
sumbernya (rumah tangga). Masing-masing rumah atau keluarga wajib untuk memilah sampah
berdasarkan komposisinya (organik dan anorganik) dan wajib untuk mengolah sampah
organik sendiri dengan metode pengomposan. Hal ini dilakukan supaya pihak TPS 3R hanya
mengelolah sisa dari sampah organik yang tidak dapat diolah dan sampah nonorganik.
Proses pengolahan sampah di TPS 3R terdiri dari transformasi fisik dengan
pemisahan komponen sampah, mengurangi volume sampah dengan pemadatan atau kompaksi,
dan mereduksi ukuran dari sampah dengan proses pencacahan. Dan juga menggunakan
transformasi biologi dengan memanfaatkan aktivitas mikroorganisme untuk mendekomposisi
sampah menjadi bahan stabil yaitu kompos.
Metode pengolahan yang akan digunakan yaitu metode pengomposan sampah organik
dengan Teknik Open Bin. Metode teknik komposting ini dilakukan dengan menggunakan bak
berbentuk persegi panjang dengan menggunakan bioaktifator berupa EM4 sebagai pengurai
kemudian sampah organik tersebut ditutup menggunakan plastik. Alur Kerja Teknik Open Bin
yaitu :
• Sampah dicincang sampai ukuran 1-2 cm
• Disemprot dengan cairan EM4 atau bioaktifator
• Pengisian sampah dapat dilakukan setiap hari
Sedangkan metode pengolahan sampah anorganik yaitu sampah anorganik yang layak
untuk dijual diolah menggunakan mesin pencacah. Dengan metode-metode pengolahan
tersebut dapat diperkirakan 16% residu sampah yang tidak dapat diolah di TPS 3R akan di
bawa ke TPA.
4.4.4 Aspek Pembiayaan
Biaya yang direncana:
1. Biaya investsi yang merupakan biaya administrasi dan biaya penyediaan peralatan.
2. Biaya Penyusutan, merupakan biaya hasil penyusutan harga dari barang yang dibeli.
Biaya ini terus meningkat sesuai dengan peningkatan ekonomi.
3. Biaya Operasional dan Pemeliharaan, meliputi pemeliharaan alat, penyediaan alat, upah
tenaga kerja, dan sebagainya. Total biaya operasional terdiri dari dan pemeliharaan TPS
3R terdiri dari  depresiasi + Biaya operasional dan pemeliharaan.
4. Sumber biaya
Sumber biaya berasal dari:

56
a. Pembiayaan pengelolaan sampah dari sumber sampah di permukiman sampai
dengan TPS bersumber dari iuran warga.
b. Pembiayaan pengelolaan dari TPS ke TPA bersumber dari retribusi/jasa pelayanan
berdasarkan Peraturan daerah/Keputusan Kepala Daerah.
c. Untuk pengadaan kendaraan pengumpul secara langsung, TPS, Alat pengangkut
sampah berasal dari Pemerintah atau developer.
d. Iuran dihitung berdasarkan prinsip subsidi silang dari daerah komersil ke daerah
non-komersil dan dari pemukiman golongan berpendapatan tinggi ke pemukiman
golongan berpenaptan rendah.
e. Besarnya iuran diatur berdasarkan kesepakatan musyawarah warga.
5. Hasil Penjualan Sampah. Penjualan sampah merupakan upaya dalam mendapatkan
keuntungan dari kegiatan pengelolaan sampah. keuntungan didapatkan dari penjualan
sampah bernilai ekonomis dan penjualan kompos.
6. Neraca Laba dan Rugi yang berfungsi untuk mengetahui keuntungan dan kerugian yang
diperoleh dari kegiatan pengelolaan sampah terpadu. Pada perecanaan ini didapatkan
keuntungan.

57
BAB V
KESIMPULAN
Adapun kesimpulan yang didapat berdasarkan perencanaan dan perhitungan Tugas
Pengelolaan Sampah, sebagai berikut :
1. Hasil Proyeksi Penduduk Lima Desa
 Hasil proyeksi penduduk kelima desa dapat dilihat pada tabel proyeksi
penduduk pada Bab III
2. Hasil Proyeksi timbulan sampah yang dihasilkan sampah yang dihasilkan per
orang per hari
 Hasil proyeksi timbulan sampah yang dihasilkan sampah yang dihasilkan per
orang per hari dapat dilihat pada tabel proyeksi penduduk pada Bab III
3. Teknis operasional yang meliputi pewadahan, pengumpulan dan pengangkutan
 Hasil analisa pewadahan, pengumpulan dan pengangkutan yang dibutuhkan
untuk pengelolaan sampah dapat dilihat pada perhitungan pada Bab IV
4. Desain TPS 3R dapat dilihat pada Lampiran

58
DAFTAR PUSTAKA

Boone; and Kurtz. 2006. Contemporary Bussines. Pengantar Bisnis Kontemporer. Buku I.
Edisi 11. Penerbit Salemba Empat.
Fachrul, M.F., H. Haeruman, & L.C. Sitepu. 2006. Metode Sampling Bioekologi. Bumi
Aksara. Jakarta
Purnaini, R. 2011. Perencanaan Pengelolaan Sampah di Kawasan Selatan Universitas
Tanjungpura
Rangkuti, Freddy, 1997. Anlisis SWOT : Teknik Membedah Kasus Bisnis. Jakarta :
Gramedia Pustaka Umum.
Riswan, dkk. 2011. Pengelolaan Sampah Rumah Tangga di Kecamatan Daha Selatan. Jurnal
Ilmu Lingkungan Vol.9, No. 1. Semarang
Suhono, A. 2016. Petunjuk Teknis TPS 3R Tempat Pengolahan Sampah 3R. Jakarta
Standar Nasional Indonesia, 2008. Pengelolaan Sampah di Permukiman.

59
LAMPIRAN

60
GAMBAR TAMPAK DEPAN TPS 3R

61
GAMBAR POTONGAN A-A TPS 3R

62
GAMBAR POTONGAN B-B TPS 3R

63
64

Anda mungkin juga menyukai