Dosen Pengampu :
NIM : P21335121079
Kelompok : 8
Jl. Hang Jebat III No.4 No.8, RT 04/RW 08, Gunung, Kec. Kby. Baru, Kota
Jakarta Selatan, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12120
2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul “Teknik
Pengendalian Pencemaran Tanah Oleh Sampah dan Analisis Komposisi Tanah”. Makalah ini
disusun untuk memenuhi salah satu tugas kelompok mata kuliah Penyehatan Tanah dan
Pengelolaan Sampah B program studi Sarjana Terapan jurusan Kesehatan Lingkungan yang
diberikan oleh dosen mata kuliah Penyehatan Tanah dan Pengelolaan Sampah B Ibu Catur
Puspawati, ST, MKM.
Saya menyadari bahwa makalah ini belumlah sempurna. Oleh karena itu, saya
mengharapkan kritikan dan saran yang bersifat membangun dari berbagai pihak demi
kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata,saya berharap makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi saya sendiri
dan pihak yang telah membacanya, serta saya mendoakan semoga segala bantuan yang telah
diberikan kepada saya, akan mendapatkan balasan dari Allah SWT.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................................2
DAFTAR ISI.............................................................................................................................3
BAB I.........................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.....................................................................................................................1
1.2 LATAR BELAKANG............................................................................................................1
1.3 RUMUSAN MASALAH........................................................................................................2
1.4 TUJUAN MASALAH............................................................................................................2
BAB II.......................................................................................................................................3
PEMBAHASAN.......................................................................................................................3
2.1 LANDASAN HUKUM PENCEMARAN TANAH......................................................................3
2.2 PENGENDALIAN PENCEMARAN TANAH.............................................................................4
2.3 FUNGSI TANAH TERHADAP BAHAN PENCEMAR...............................................................6
2.4 PENCEMARAN TANAH OLEH SAMPAH..............................................................................8
2.5 PENGENDALIAN PENCEMARAN TANAH OLEH SAMPAH..................................................10
2.6 ANALISIS KOMPOSISI TANAH.........................................................................................12
BAB III....................................................................................................................................13
PENUTUP...............................................................................................................................13
3.1 KESIMPULAN...................................................................................................................13
3.2 SARAN.............................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................14
3
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.2 Latar Belakang
Pengendalian sampah di kota-kota di Indonesia sampai saat ini belum mencapai hasil
yang optimal. Berbagai kendala masih dihadapi dalam melaksanakan pengendalian sampah
tersebut baik kendala ekonomi, sosial budaya maupun penerapan teknologi (Nuryani, 2003).
Permasalahan pengendalian persampahan menjadi sangat serius di perkotaan akibat
kompleksnya permasalahan yang dihadapi dan kepadatan penduduk yang tinggi, sehingga
pengendalian persampahan sering diprioritaskan penanganannya di daerah perkotaan
(Moersid, 2004).
Menurut UU No. 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah, disebutkan sampah adalah
sisa kegiatan sehari hari manusia atau proses alam yang berbentuk padat atau semi padat
berupa zat organik atau anorganik bersifat dapat terurai atau tidak dapat terurai yang
dianggap sudah tidak berguna lagi dan dibuang kelingkungan. Meningkatnya daya beli
masyarakat terhadap berbagai jenis bahan pokok dan hasil teknologi serta meningkatnya
usaha atau kegiatan penunjang pertumbuhan ekonomi suatu daerah juga memberikan
kontribusi yang besar terhadap kuantitas dan kualitas sampah yang dihasilkan (Nuraini
Anggi, 2018).
Permasalahan dalam pengendalian sampah yang sering terjadi antara lain perilaku dan
pola hidup masyarakat masih cenderung mengarah pada peningkatan laju timbulan sampah
yang sangat membebani pengelola kebersihan, keterbatasan sumber daya, anggaran,
kendaraan personil sehingga pengelola kebersihan belum mampu melayani seluruh sampah
yang dihasilkan. Sampah dapat menimbulkan permasalahan yang cukup serius bila tidak
ditangani dengan tepat, karena dapat merusak keseimbangan lingkungan dan mencemari
ekosistem tanah, air, dan udara (Wibowo, 2011). Pelayanan pengendalian sampah adalah
pelayanan publik dengan bertujuanuntuk melayani masyarakat dalam pengelolaan sampah.
Dalam pelayanan pengelolaan sampah sangat dibutuhkan kinerja atau performance yang baik
sehingga pengelolaan sampah dapat berjalan efektif dan efisien serta dapat memberikan
kepuasan kepada masyarakat. Namun demikian, seringkali terjadi penanganan sampah
menjadi tidak efektif akibat keterbatasan Pemerintah baik dalam pembiayaan, jumlah personil
maupun sarana prasarana yang tersedia (Hartanto, 2006)
2
1.3 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, rumusan masalah makalah ini adalah:
1. Apa landasan hukum pencemaran tanah?
2. Bagaimana pengendalian pencemaran tanah?
3. Apa saja fungsi tanah terhadap bahan pencemar?
4. Bagaimana pencemaran tanah oleh sampah?
5. Bagaimana pengendalian pencemaran tanah oleh sampah?
6. Bagaimana analisis komposisi sampah?
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
4. PerMen LH Nomor 07 Tahun 2006 Tentang Tata Cara Pengukuran Kriteria Baku
Kerusakan Tanah Untuk Produksi Biomassa.
5. Peraturan Pemerintah Nomor 4 Tahun 2001 Tentang Pengendalian Kerusakan Dan
Atau Pencemaran Lingkungan Hidup yang Berkaitan Dengan Kebakaran Hutan Dan
Atau Lahan.
6. Peraturan Pemerintah Nomor 150 Tahun 2000 Tentang Pengendalian Kerusakan
Tanah Untuk Produksi Biomassa.
7. KepMen Kehutanan & Perkebunan Nomor 146 Tahun 1999 Tentang Pedoman
Reklamasi Bekas Tambang Dalam Kawasan Industri.
8. KepMen LH Nomor 43 Tahun 1996 Tentang Kriteria Kerusakan Lingkungan Bagi
Usaha atau Kegiatan Penambangan Bahan Galian Golongan C Jenis Lepas di Daratan.
9. KepMen Pertambangan & Energi Nomor 1211 Tahun 1995 Tentang Pencegahan &
Penanggulan Perusakan & Pencemaran Lingkungan Pada Kegiatan Pertambangan
Umum.
4
Cara penanganan yang terbaik dengan daur ulang. Kurangilah penggunaan pupuk
sintetik dan berbagai bahan kimia untuk pemberantasan hama seperti pestisida. Limbah
industri harus diolah dalam pengolahan limbah, sebelum dibuang kesungai atau kelaut.
Kurangilah penggunaan bahanbahan yang tidak bisa diuraikan oleh mikroorganisme (non-
biodegradable). Salah satu contohnya adalah dengan mengganti plastik sebagai bahan
kemasan/pembungkus dengan bahan yang ramah lingkungan seperti dengan daun pisang atau
daun jati Ada beberapa langkah penanganan untuk mengurangi dampak yang ditimbulkan
oleh pencemaran tanah. Diantaranya:
1. Remediasi
Remediasi adalah kegiatan untuk membersihkan permukaan tanah yang tercemar. Ada
dua jenis remediasi tanah, yaitu in-situ (atau on-site) dan ex-situ (atau off-site).
Pembersihan on-site adalah pembersihan di lokasi. Pembersihan ini lebih murah dan
lebih mudah, terdiri dari pembersihan, venting (injeksi), dan bioremediasi.
Pembersihan off-site meliputi penggalian tanah yang tercemar dan kemudian dibawa
ke daerah yang aman. Setelah itu di daerah aman, tanah tersebut dibersihkan dari zat
pencemar. Caranya yaitu, tanah tersebut disimpan di bak/tanki yang kedap, kemudian
zat pembersih dipompakan ke bak/tangki tersebut. Selanjutnya zat pencemar
dipompakan keluar dari bak yang kemudian diolah dengan instalasi pengolah air
limbah. Pembersihan off-site ini jauh lebih mahal dan rumit.
2. Bioremediasi
Bioremediasi adalah proses pembersihan pencemaran tanah dengan menggunakan
mikroorganisme (jamur, bakteri). Bioremediasi bertujuan untuk memecah atau
mendegradasi zat pencemar menjadi bahan yang kurang beracun atau tidak beracun
(karbon dioksida dan air). Selain langkah – langkah di atas terdapat pula teknologi
yang digunakan untuk menangani dampak dari pencemaran tanah yaitu,
Fitoromediasi. Fitoremediasi adalah teknologi pembersihan, penghilangan atau
pengurangan polutan berbahaya, seperti logam berat, pestisida, dan senyawa organik
beracun dalam tanah atau air dengan menggunakan bantuan tanaman
(hiperakumulator plant).
Proses Fitoremediasi :
1. Phytoacumulation : tumbuhan menarik zat kontaminan sehingga berakumulasi
disekitar akar tumbuhan
5
2. Rhizofiltration : proses adsorpsi / pengendapan zat kontaminan oleh akar untuk
menempel pada akar.
3. Phytostabilization : penempelan zat-zat contaminan tertentu pada akar yang tidak
mungkin terserap kedalam batang tumbuhan.
4. Rhyzodegradetion : penguraian zat-zat kontaminan oleh aktivitas microba
5. Phytodegradation : penguraian zat kontamin
6. Phytovolatization : transpirasi zat contaminan oleh tumbuhan dalam bentuk yang
telah menjadi larutan terurai sebagai bahan yang tidak berbahaya
Tanah merupakan salah satu unsur lingkungan yang sangat penting terutama dalam kaitannya
dengan fungsinya sebagai sistem penyaring, penyangga kimia (buffer), pengendap,
pengalihragaman (transformer), serta pengendali biologi. Dalam kaitannya dengan
pencemaran lingkungan, fungsi-fungsi tanah tersebut sangat penting peranannya sebagai
pelindung dan penetralisir zat-zat berbahaya yang terdapat dalam sampah maupun limbah.
Tanah sebagai fungsi penyaring karena tubuh tanah terdiri dari jaringan yang memiliki
beberapa lapisan dengan kepadatan dan struktur yang berbeda pada tiap lapisan. Limbah atau
sampah padat yang mengandung bahan beracun berupa debu yang mengendap, baik dari
udara maupun dari perairan ditahan oleh tanah atas (top soil) sehingga tidak terbawa atau ikut
terserap masuk ke dalam tanah (perkolasi). Oleh karena itu tanah bawah (sub soil) dan
airtanah akan terhindar dari masuknya zat-zat beracun yang berasal dari limbah maupun
sampah tersebut.
6
b. Tanah Sebagai Fungsi Penyangga
Sebagai fungsi penyangga tanah memiliki kemampuan untuk menjerap zat-zat beracun yang
bersifat cair dan terlarut. Fungsi penyangga tanah tidak terlepas dari kadar lempung terutama
mentmorilonit, dan bahan organik yang terkandung di dalam tanah. Fungsi pengendapan
secra kimiawi berkaitan dengan pH dan potensial redoks. Denga demikian maka air limpasan
(runoff) dan air perkolasi terbersihkan dari zat-zat beracun, oksida-oksida N dan S, sisa
pupuk dan sisa pestisida yang terlarut. Penangkapan senyawa-senyawa amonium, nitrat dan
fosfat yang terlarut dalam air limpasan dan dalam air perkolasi sebelum masuk ke airtanah
untuk menghindarkan eutrofikasi perairan.
Sebagai fungsi pengalihragaman tanah memiliki edafon, khususnya flora renik, atas senyawa
pencemar organik seperti zat-zat yang terkandung dalam air urin, tinja, kotoran hewan, serta
rembesan pestisida organik. Senyawa-senyawa tersebut akan dirombak dan diubah dengan
proses mineralisasi dan humifikasi menjadi zat-zat yang tidak berbahaya. Penguraian bahan
organik juga dapat menanggulangi pemasukan bahan organik yang mudah teroksidasi ke
perairan. Selain itu penguraian bahan organik juga bermanfaat untuk menetralisir
penghangatan oksigen terlarut di perairan. Jika terjadi penghangatan perairan dapat
mendorong dan memicu pertumbuhan tumbuhan air terutama alga dan enceng gondok yang
tidak terkendali.
Sebagai fungsi pengendali tanah berguna untuk menekan serangan penyakit yang bersumber
dari tanah. Beberapa jenis penyakit seperti jenis jamur patogen dapat ditekan
perkembangannya dengan montmorilonit, koloid humus dan beberapa bakteri tanah.
Lempung montmorilonit dapat memperbesar daya saing bakteri melawan jamur dengan cara
menjerap miselium jamur yang tidak terjerap oleh bakteri. Dengan demikian lempung
montmorilonit memperkuat daya tindih bakteri atas jamur patogen. Dengan demikian tanah
yang banyak mengandung lempung montmorilonit atau koloid humus mampu menjalankan
fungsinya sebagai pengendali biologi. Tanah yang memiliki kandungan lempung
montmorilonit serta kaya akan koloid humus adalah vertisol. Ekosistem tanah yang sehat
berarti memiliki keaneragaman edafon, yang menyebabkan tanah mampu serfungsi sebagai
pengendali biologi. Dengan demikian maka ketersediaan vertisol serta tanah yang kaya akan
bahan organik sangat diperlukan dalam upaya sanitasi lingkungan.
7
2.4 Pencemaran Tanah Oleh Sampah
Tidak hanya udara dan air, pencemaran dapat terjadi pada tanah. Pencemaran tanah ialah
kondisi permukaan atau bawah tanah yang tercemar oleh polutan dan kontaminan. Penyebab
pencemaran tanah beragam, bisa diakibatkan oleh polusi tanah seperti sampah. Pencemaran
tanah dapat menyebabkan gangguan kesehatan pada manusia dan ekosistem secara
keseluruhan.Masalahnya adalah penyebab pencemaran tanah pun bisa jadi adalah manusia itu
sendiri.
Pencemaran tanah berarti adanya bahan kimia beracun dengan konsentrasi cukup tinggi
dalam tanah hingga berpotensi membunuh makhluk hidup yang tinggal di dalamnya dan juga
menimbulkan dampak gangguan kesehatan pada manusia serta ekosistem secara luas.
Pencemaran tanah merupakan masalah lingkungan hidup yang jadi perhatian secara khusus
selama beberapa dekade.
Selain itu, pencemaran tanah bisa berupa pengendapan bahan limbah padat atau cair di
permukaan atau bawah tanah. Pencemaran tanah di area permukaan bisa berupa tumpukan
sampah yang tidak dikendalikan.
Berikut rincian mengenai hal-hal yang mungkin menjadi penyebab pencemaran tanah di
sekitar kita.
1. Limbah Padat
Limbah padat yang bisa jadi penyebab pencemaran tanah itu misalnya pabrik gula, kertas,
rayon, pulp, pengawet buah, ikan, daging, plywood, dan lain sebagainya. Unsur manusia
lebih banyak berperan dalam pencemaran tanah karena limbah padat ini.
2. Limbah Cair
Masih berhubungan dengan manusia. Sikap manusia yang suka membuang limbah cair ke
permukaan tanah juga bisa mencemari tanah. Tidak hanya pada permukaan tanah saja, tapi
juga bisa mencemari tanah lapisan dalamnya. Contoh limbah cair yang bisa menyebabkan
pencemaran tanah ialah sisa pengolahan limbah industri kimia dan logam.
8
3. Limbah Anorganik
Limbah anorganik ialah limbah yang tidak mampu mengalami penguraian dengan cepat.
Limbah ini misalnya produk-produk terbuat dari plastik, kaleng, seng, besi, dan lain
sebagainya. Limbah seperti ini tidak dapat terurai dengan cepat.
4. Limbah Organik
Limbah organik juga bisa mengancam kesehatan tanah. Limbah organik ini misalnya tinja
atau feses, sampah rumah tangga yang ditimbun sampai menggunung, kotoran hewan dan
lain sebagainya. Limbah organik yang tidak terkelola maka penguraiannya pun bisa berjalan
lambat sekalipun ada mikroorganisme yang membantunya.
5. Limbah Industri
Limbah industri besar maupun kecil sama-sama dapat menjadi penyebab pencemaran tanah.
Industri wisata, industri garmen, industri wisata, dan lain sebagainya. Bila mereka membuang
sampah tanpa melakukan pengelolaannya, maka ini pun bisa berdampak pada kesehatan
tanah dan kesehatan lingkungan.
6. Limbah Pertanian
Pertanian juga bisa menyumbang pencemaran pada tanah, terutama penggunaan pupuk kimia
atau pestisida yang berlebihan atau terus menerus.
Penggunaan pestisida yang berlebihan bisa mengikis unsur hara alami pada tanah. Bila tak
terkontrol, hal ini bisa menyebabkan pertumbuhan tanaman gagal dan tanah rusak hingga tak
bisa ditanami lagi atau tidak dapat menghasilkan buah dan tanaman seperti yang diharapkan.
Mengetahui penyebab pencemaran tanah saja tidak akan cukup untuk menghindarkan kita
dari dampak pencemaran tanah.
Pencemaran tanah bisa dicegah dengan kita mengubah gaya hidup kita yang berlebihan
menjadi secukupnya saja. Membuang sampah di tempat dan mengurangi polusi sampah di
kantong-kantong pembuangan sampah dengan cara mengurus sampah kita sendiri.
9
2.5 Pengendalian Pencemaran Tanah Oleh Sampah
Pencegahan dan penanggulangan merupakan dua tindakan yang tidak dapat dipisah-pisahkan
dalam arti biasanya kedua tindakan ini dilakukan untuk saling menunjang, apabila tindakan
pencegahan sudah tidak dapat dilakukan, maka dilakukan langkah tindakan. Namun demikian
pada dasarnya kita semua sependapat bahwa tindakan pencegahan lebih baik dan lebih
diutamakan dilakukan sebelum pencemaran terjadi, apabila pencemaran sudah terjadi baik
secara alami maupun akibat aktivisas manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, baru
kita lakukan tindakan penanggulangan.
1. Langkah pencegahan
Pada umumnya pencegahan ini pada prinsipnya adalah berusaha untuk tidak
menyebabkan terjadinya pencemaran, misalnya mencegah/mengurangi terjadinya bahan
pencemar, antara lain:
b. Sampah senyawa organik atau senyawa anorganik yang tidak dapat dimusnahkan oleh
mikroorganisme dapat dilakukan dengan cara membakar sampah-sampah yang dapat
terbakar seperti plastik dan serat baik secara individual maupun dikumpulkan pada
suatu tempat yang jauh dari pemukiman, sehingga tidak mencemari udara daerah
10
pemukiman. Sampah yang tidak dapat dibakar dapat digiling/dipotong-potong
menjadi partikel-partikel kecil, kemudian dikubur.
c. Pengolahan terhadap limbah industri yang mengandung logam berat yang akan
mencemari tanah, sebelum dibuang ke sungai atau ke tempat pembuangan agar
dilakukan proses pemurnian.
e. Usahakan membuang dan memakai detergen berupa senyawa organik yang dapat
dimusnahkan/diuraikan oleh mikroorganisme.
2. Langkah penanggulangan
Apabila pencemaran telah terjadi, maka perlu dilakukan penanggulangan terhadap
pencemara tersebut. Tindakan penanggulangan pada prinsipnya mengurangi bahan pencemar
tanah atau mengolah bahan pencemar atau mendaur ulang menjadi bahan yang bermanfaat.
Tanah dapat berfungsi sebagaimana mestinya, tanah subur adalah tanah yang dapat ditanami
dan terdapat mikroorganisme yang bermanfaat serta tidak punahnya hewan tanah. Ada
beberapa langkah penangan untuk mengurangi dampak yang ditimbulkan oleh pencemaran
tanah. Diantaranya adalah :
a. Remediasi
Remediasi adalah kegiatan untuk membersihkan permukaan tanah yangtercemar.
Ada dua jenis remediasi tanah, yaitu in-situ dan ex-situ. Pembersihan in-situ
adalah pembersihan di lokasi. Pembersihan ini lebih murah dan lebih mudah,
terdiri dari pembersihan dan bioremediasi. Pembersihan ex-situ meliputi
penggalian tanah yang tercemar dan kemudian dibawa ke daerah yang aman yang
kemudian dibersihkan dari zat pencemar. Caranya yaitu, tanah tersebut disimpan
di bak/tanki yang kedap, kemudian zat pembersih dipompakan ke bak/tangki
tersebut. Selanjutnya zat pencemar dipompakan keluar dari bak yang kemudian
diolah dengan instalasi pengolah air limbah. Pembersihan ex-situ ini jauh lebih
mahal dan rumit.
b. Bioremediasi
Bioremediasi adalah proses pembersihan pencemaran tanah dengan menggunakan
mikroorganisme (jamur, bakteri). Bioremediasi bertujuan untuk memecah atau
11
mendegradasi zat pencemar menjadi bahan yang kurang beracunatau tidak
beracun (karbon dioksida dan air).
Sampah-sampah organik yang tidak dapat dimusnahkan (berada dalam jumlah cukup
banyak) dan mengganggu kesejahteraan hidup serta mencemari tanah, agar diolah atau
dilakukan daur ulang menjadi barangbarang lain yang bermanfaat, misal dijadikan mainan
anak-anak, dijadikan bahan bangunan, plastik dan serat dijadikan kesed atau kertas karton
didaur ulang menjadi tissu, kaca-kaca di daur ulang menjadi vas kembang, plastik di daur
ulang menjadi ember dan masih banyak lagi cara-cara pendaur ulang sampah.
Bekas bahan bangunan (seperti keramik, batu-batu, pasir, kerikil, batu bata,
berangkal) yang dapat menyebabkan tanah menjadi tidak/kurang subur, dikubur dalam sumur
secara berlapis-lapis yang dapat berfungsi sebagai resapan dan penyaringan air, sehingga
tidak menyebabkan banjir, melainkan tetap berada di tempat sekitar rumah dan tersaring.
Resapan air tersebut bahkan bisa masuk ke dalam sumur dan dapat digunakan kembali
sebagai air bersih.
2.6 Analisis Komposisi Tanah
Sampah dapat diklasifikasikan menjadi dua jenis menurut waktu terurainya, yakni
sampah mudah terurai dan sampah sulit terurai. Data menunjukkan bahwa rata-rata komposisi
sampah di beberapa kota besar Indonesia adalah organik (25%), kertas (10%), plastik (18%),
kayu (12%), logam (11%), kain (11%), gelas (11%), dan lain-lain (12%). Berdasarkan data
tersebut, maka sebagian besar sampah di beberapa kota besar Indonesia adalah sampah
mudah terurai, yakni organik, kertas, kayu, dan logam.
Data dari Deputi Pengendalian Pencemaran Kementerian Negara Lingkungan Hidup
(KLH) menyebutkan, setiap individu rata-rata menghasilkan 0,8 kilogram sampah dalam satu
hari di mana 15 persennya adalah plastik. Dengan asumsi ada sekitar 220 juta penduduk di
Indonesia, maka sampah plastik yang tertimbun mencapai 26.500 ton per hari, sedangkan
jumlah timbunan sampah nasional diperkirakan mencapai 176.000 ton per minggu.
Sementara data KLH 2007 menunjukkan, volume timbunan sampah di 194 kabupaten
dan kota di Indonesia mencapai 666 juta liter atau setara 42 juta kilogram, di mana komposisi
sampah plastik mencapai 14 persen atau 6 juta ton. Berdasarkan data KLH 2010, dari total
12
timbunan sampah nasional, jumlah sampah yang diolah dengan dikompos atau didaur ulang
hampir 5 persen atau setara 12.800 ton per hari. Dari total jumlah sampah tersebut, 2 persen
atau 204,16 ton per hari di antaranya adalah sampah organik "biodegradable" yang berpotensi
menghasilkan metan sebagai bahan bakar.
13
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pencemaran tanah ialah kondisi permukaan atau bawah tanah yang tercemar oleh
polutan dan kontaminan. Penyebab pencemaran tanah beragam, bisa diakibatkan oleh
polusi tanah seperti sampah. Pencemaran tanah dapat menyebabkan gangguan
kesehatan pada manusia dan ekosistem secara keseluruhan. Masalahnya adalah
penyebab pencemaran tanah pun bisa jadi adalah manusia itu sendiri.
Pencemaran tanah berarti adanya bahan kimia beracun dengan konsentrasi cukup tinggi
dalam tanah hingga berpotensi membunuh makhluk hidup yang tinggal di dalamnya
dan juga menimbulkan dampak gangguan kesehatan pada manusia serta ekosistem
secara luas. Pencemaran tanah merupakan masalah lingkungan hidup yang jadi
perhatian secara khusus selama beberapa dekade.
Selain itu, pencemaran tanah bisa berupa pengendapan bahan limbah padat atau cair di
permukaan atau bawah tanah. Pencemaran tanah di area permukaan bisa berupa
tumpukan sampah yang tidak dikendalikan.
3.2 Saran
Saya sebagai penulis, menyadari bahwa makalah ini banyak sekali kesalahan dan
sangat jauh dari kesempurnaan. Tentunya, saya akan terus memperbaiki makalah
dengan mengacu pada sumber yang dapat dipertanggungjawabkan nantinya. Oleh
karena itu, saya sangat mengharapkan kritik dan saran tentang pembahasan makalah
diatas.
13
DAFTAR PUSTAKA
Puspawati, Catur. P.Haryono. 2018. Penyehatan Tanah. Bahan Ajar Kesehatan Lingkungan.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Muslimah. 2015. Dampak Pencemaran Tanah dan Langkah Pencegahan. Agrisamudra, Vol.2
(1). Universitas Samudra.
https://suara.com/tekno/2021/01/pengertiandanpenyebabpencemarantanah?page (diakses
pada tanggal 16 Februari 2023)
14