Anda di halaman 1dari 19

MATA KULIAH : ANALISIS DAMPAK KESEHATAN LIMGKUNGAN

DOSEN : HIDAYAT, SKM.,M.Kes

LAPORAN
“ ANALISIS DAMPAK KESEHATAN LINGKUNGAN PADA TPA NAMO
BINTANG DI KOTA MEDAN”

DISUSUN OLEH :
NURUL AZIZAH
PO.71.4.221.20.1.073

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MAKASSAR
JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN
PROGRAM STUDI SARJANA TERPAN
SANITASI LINGKUNGAN
TINGKAT IIIB
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memberi rahmat, hidayah

serta inayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini terkait

“Analisis Dampak Kesehatan Lingkungan Pada TPA di DKI Jakarta”

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas pada

mata kuliah . Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan

tentang dampak Kesehatan lingkungan pada TPA DKI Jakarta

Penulis menyadari bahwa masih sangat banyak kekurangan yang


mendasar pada makalah ini. Oleh karena itu penulis mengundang pembaca
untuk memberikan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk
kemajuan ilmu pengetahuan ini.

Terima kasih dan semoga makalah ini dapat memberikan sumbangsi


positif bagi kita semua.

Makassar, 01 April 2023

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................i

DAFTAR ISI....................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang......................................................................................1
B. Rumusan Maslah ..................................................................................2
C. Tujuan ..................................................................................................2
1.1 Tujuan Umum ................................................................................2
1.2 Tujuan Khusus ...............................................................................2

BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Air Bersih............................................................................3
B. Ketersediaan Air Bersih di Wilayah Pesisir..........................................4
C. Pemeliharaan Ketersediaan Air Bersih di Wilayah Pesisir ..................7

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan ..........................................................................................9
B. Saran .....................................................................................................9

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................10

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pertumbuhan dan kepadatan penduduk di Indonesia yang terus
meningkat terutama di daerah perkotaan dapat menimbulkan berbagai
permasalahan sosial, ekonomi, dan lingkungan. Permasalahan lingkungan
merupakan salah satu masalah yang sering terjadi dan cenderung sulit untuk
diatasi, seperti adanya penumpukan sampah dan limbah hasil konsumsi
masyarakat. Perubahan gaya hidup masyarakat secara tidak langsung juga
berpotensi memberikan kontribusi yang besar terhadap kuantitas dan kualitas
sampah yang dihasilkan. Kuantitas sampah terus bertambah seiring dengan
penambahan jumlah penduduk, namun pengelolaan dan pengolahan sampah
masih terbatas dan kurang efektif di beberapa daerah. Hal tersebut
menyebabkan terjadinya peningkatan volume timbulan sampah.
Peningkatan jumlah timbulan sampah secara tidak langsung menimbulkan
eksternalitas negatif, namun jika sampah dikelola dengan baik akan menimbulkan
dampak positif seperti peningkatan kesejahteraan masyarakat. Hal tersebut
dapat terjadi dikarenakan pengelolaan sampah mendukung adanya penyerapan
tenaga kerja, seperti terbukanya lapangan pekerjaan baru dan manfaat ekonomi
dari pengolahan sampah serta perbaikan kualitas lingkungan yang secara
tidak langsung terjadi. Pemanfaatan sampah skala besar juga bisa menghasilkan
sumber listrik, seperti pengelolaan sampah di China, Swedia, dan Indonesia.
Pemanfaatan sampah menjadi tenaga listrik di Indonesia telah diaplikasikan di
Kota Bekasi, yang mampu menghasilkan listrik sebesar 26 MW oleh PT.
Godang Tua Jaya sebagai pengelola TPST Bantar Gebang.
Tempat Pembuangan Akhir Sampah (TPAS) adalah tempat pembuangan
akhir sampah di suatu lokasi yang telah ditentukan oleh pemerintah (Perda
Kota Medan No.8/2002, pasal 1 huruf y). Tempat Pembuangan Akhir Sampah
(TPAS) bukan solusi utama dalam penanggulangan permasalahan sampah, tetapi
salah satu upaya untuk mengurangi eksternalitas negatif dari keberadaan
sampah. Sebagian besar TPAS di perkotaan belum menggunakan sistem
pengelolaan sanitary landfill, seperti yang dipaparkan oleh Sudrajat (2009) bahwa

3
mayoritas di kota-kota besar menerapkan sistem pengelolaan sampah
tumpukan. Hal ini disebabkan karena keterbatasan alat dan kondisi keuangan
suatu kota serta kepedulian pemerintah daerah setempat akan kesehatan lingkungan.
Menurut UU No. 18 Tahun 2008 Pasal 44, “Pemerintah daerah harus menutup
TPAS yang menggunakan sistem open dumping paling lama lima tahun
terhitung sejak berlakunya Undang - Undang”. Keberhasilan pengelolaan
sampah juga sangat ditentukan oleh faktor non teknis yang terdiri atas
perilaku masyarakat, kelembagaan, regulasi, sistem keuangan, dan kemauan
politik pemerintah (Dinas Kebersihan Kota Medan 2011).
Sistem pengelolaan sampah open dumping banyak diterapkan di TPAS
perkotaan sebagai pengganti sistem pengelolaan sanitary landfill dimana sistem
ini memiliki beberapa kelemahan yaitu adanya pencemaran lingkungan baik
tanah, air, dan udara serta terganggunya kesehatan masyarakat (Dinas Kebersihan
Kota Medan 2010).
Kota Medan termasuk salah satu kota besar di Indonesia dengan kepadatan
penduduk yang tinggi. Hal tersebut merupakan penyebab utama peningkatan
jumlah timbulan sampah di Kota Medan. Pemerintah Kota Medan dalam upaya
mengatasi permasalahan sampah mendirikan TPAS “Namo Bintang” dan TPAS
“Terjun”. TPAS “Namo Bintang” merupakan TPAS terbesar dan terluas di Kota
Medan yang menerapkan sistem open dumping.
TPAS “Namo Bintang” sudah tidak memadai untuk menampung dan
mengelola sampah yang dihasilkan oleh masyarakat Kota Medan. Sistem
pengelolaan sampah open dumping yang diterapkan di TPAS “Namo Bintang”
menimbulkan eksternalitas negatif dan dampak positif terhadap masyarakat
sekitar. Oleh karena itu, penting untuk dilakukan penelitian mengenai dampak
keberadaan dari TPAS “Namo Bintang” terhadap masyarakat.

B. Rumusan Masalah
Apa dampak yang ditimbulkan terhadap Kesehatan manusia dan lingkungan pada
TPA Namo Bintang

C. Tujuan
1.1 Tujuan Umum
4
Untuk mengetahui analisis dampak risiko TPA Namo Bintang dan dampak yang
ditimbulkan terhadap Kesehatan manusia dan lingkungan
1.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui dampak positif dan negatif yang timbul dari adanya TPA
Namo Bintang
2. Untuk mengetahui factor-faktor yang mempengaruhi penurunan kualitas
lingkungan akibat keberadaan TPA Namo Bintang

5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Sampah dan Tempat Pembuangan Akhir Sampah (TPAS)


Sampah adalah sesuatu bahan atau benda padat yang sudah tidak dipakai lagi
oleh manusia, atau benda padat yang sudah tidak digunakan lagi dalam suatu
kegiatan manusia dan dibuang. Pasal 1 Ayat 1 Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah menjelaskan bahwa “Sampah
adalah sisa kegiatan seharihari manusia dan/atau proses alam yang berbentuk padat”.
Berdasarkan definisi sampah di atas maka dapat dikatakan bahwa sampah adalah
bahan-bahan hasil dari kegiatan masyarakat yang tidak digunakan lagi dan umumnya
berupa benda padat, baik yang mudah membusuk maupun yang tidak mudah
membusuk, kecuali kotoran yang keluar dari tubuh manusia, yang ditinjau dari segi
sosial ekonomi sudah tidak berharga, dari segi keindahan dapat mengganggu dan
mengurangi nilai estetika dan dari segi lingkungan dapat menyebabkan pencemaran
atau gangguan kelestarian lingkungan.

Tujuan utama penimbunan akhir adalah menyimpan sampah padat dengan


cara-cara yang tepat dan menjamin keamanan lingkungan, menstabilkan sampah
(mengkonversi menjadi tanah), dan merubahnya kedalam siklus metabolisme alam.
Ditinjau dari segi teknis, proses ini merupakan pengisian tanah dengan menggunakan
sampah. Lokasi penimbunan harus memenuhi kriteria, yaitu: ekonomis dan dapat
menampung sampah yang ditargetkan, mudah dicapai oleh kendaraan-kendaraan
pengangkut sampah, dan aman terhadap lingkungan sekitarnya (Sudrajat 2009).
Pembangunan Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) sampah merupakan salah satu
program nasional di daerah, yang berkaitan dengan penyediaan tempat penampungan
akhir sampah. UU No 18 Tahun 2008 menyatakan pada BAB XVI Ketentuan
Peralihan Pasal 44 bahwa “Pemerintah daerah harus membuat perencanaan
penutupan tempat pemrosesan akhir sampah yang menggunakan sistem pembuangan
terbuka paling lama 1 (satu) tahun terhitung sejak berlakunya Undang-Undang ini”.
Hal ini mengakibatkan masing-masing kota atau kabupaten wajib untuk
merencanakan TPA yang berbasiskan sanitary landfill atau controlled 7 landfill

6
terhitung 1 tahun sejak undang-undang ini diberlakukan (Undang-undang No. 18,
2008). Mengantisipasi dampak negatif yang diakibatkan oleh adanya tempat
pembuangan akhir sampah maka tempat tinggal penduduk harus memliki jarak tentu
ke TPA. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh BKLH mengenai AMDAL
bahwa tidak ada pemukiman penduduk yang boleh berjarak kurang dari satu
kilometer (Bujangusti 2017).

Dinas Kebersihan Kota Medan memaparkan bahwa dalam menciptakan


kualitas kebersihan kota memiliki kendala dalam pelaksanaan operasional sampah
seperti meningkatnya volume timbulan sampah, dimana setiap tahunnya volume
sampah Kota Medan mengalami peningkatan. Banyak fasilitas perumahan/
pemukiman di Kota Medan yang tidak dilengkapi dengan TPS. Adanya tong sampah
komunal karena tidak tertibnya masyarakat dalam pembuangan sampah lewat dari
jadwal yang telah ditentukan (Dinas Kebersihan Kota Medan 2019).

B. Pengelolaan dan Pengolahan Sampah

Model pengelolaan sampah di Indonesia ada dua macam, yaitu urugan dan
tumpukan. Urugan atau model buang dan pergi merupakan cara yang paling
sederhana dengan membuang sampah di lembah atau cekungan tanpa memberikan
perlakuan, umunya dilakukan untuk kota yang menghasilkan volume sampah tidak
terlalu besar. Pengelolaan sampah yang kedua yang biasanya diterapkan di kota
besar, yaitu tumpukan yang perlu dilakukan secara lengkap dengan teknologi aerobik
yang memenuhi prasyarat kesehatan lingkungan.

Sampah yang dikelola berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia


Nomor 18 Tahun 2008 Tentang Pengelolaan Sampah terdiri atas:

1. Sampah rumah tangga berasal dari kegiatan sehari-hari dalam


rumah tangga, tidak termasuk tinja dan sampah spesifik.

2. Sampah sejenis sampah rumah tangga berasal dari kawasan


komersial, kawasan industri, kawasan khusus, fasilitas sosial,
fasilitas umum, dan fasilitas lainnya.

3. Sampah spesifik meliputi:

a. Sampah yang mengandung bahan berbahaya dan beracun.


7
b. Sampah yang mengandung limbah bahan berbahaya dan beracun.

c. Sampah yang timbul akibat bencana.

d. Puing bongkaran bangunan.

e. Sampah yang secara teknologi belum dapat diolah; dan/atau

f. Sampah yang timbul secara tidak periodik (Pasal 2 Undang-


Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2008 tentang
Pengelolaan Sampah).

Pengolahan sampah adalah perlakuan terhadap sampah yang bertujuan


memperkecil atau menghilangkan masalah-masalah yang berkaitan dengan
lingkungan. Dalam ilmu kesehatan lingkungan, suatu pengolahan sampah dianggap
baik jika sampah yang diolah tidak menjadi tempat berkembang biaknya bibit
penyakit serta tidak menjadi perantara penyebarluasan suatu penyakit. Syarat lain
yang harus dipenuhi adalah tidak mencemari udara, air, atau tanah, tidak
menimbulkan bau, dan tidak menimbulkan kebakaran.

Pengolahan sampah di TPA yang ada di kota-kota besar mengalami masalah


keterbatasan lahan, polusi, masalah sosial, dan lain-lain, sehingga harus memenuhi
prasyarat seperti memanfaatkan lahan TPA yang terbatas dengan efektif, memilih
teknologi yang mudah, murah, dan ramah lingkungan. Hal itu juga didukung dengan
pemilihan teknologi yang dapat memberikan produk yang dapat dijual dan memberi
manfaat yang besar kepada masyarakat. Pengelolaan sampah semakin berkembang
seiring dengan perkembangan terhadap jenis sampah yang akan dikelola. Terdapat
beberapa cara pengelolaan akhir sampah yang dilakukan oleh masyarakat, seperti
pengomposan, pembakaran, penghancuran, pemanfaatan ulang, controlled landfill,
sanitary landfill, dan open dumping. Metode open dumping adalah metode yang
melakukan penimbunan sampah di lokasi TPA tanpa aplikasi teknologi yang
memadai. Metode ini memungkinkan adanya perembesan air lindi atau cairan yang
timbul karena pembusukan sampah, melalui kapiler-kapiler air dalam tanah hingga
mencemari sumber air tanah terlebih pada saat musim hujan. (SNI 19-2454-2002)
tentang Teknik Operasional Pengelolaan Sampah Perkotaan menyatakan bahwa
metode controlled landfill merupakan sistem penimbunan dan pengalihan open

8
dumping dan sanitary landfill dengan penutupan sampah dengan lapisan tanah yang
dilakukan setelah TPA penuh hingga mencapai periode tertentu, sedangkan metode
sanitary landfill adalah sistem pembuangan akhir sampah yang dilakukan dengan
cara sampah ditimbun dan dipadatkan, kemudian di tutup dengan tanah sebagai
lapisan penutup yang dilakukan setiap hari pada akhir jam operasi.

Kompos adalah bahan-bahan organik (sampah-sampah organik) yang telah


mengalami proses pelapukan karena adanya interaksi antara mikroorganisme
(bakteri pembusuk) yang bekerja didalamnya. Sistem pengomposa adalah sistem
anaerob dimana pengolahan kompos mirip dengan sistem penambangan dan sistem
aerob. Persamaannya membuat tumpukan sampah (pile), perbedaannya pile-pile
tersebut dibiarkan begitu saja tanpa ada proses pembalikan pile. Dikarenakan tidak
ada pembalikan, maka dekomposisi berlangsung lama dengan suhu pile maksimum
40° C, sehingga benih-benih gulma tidak mati. Setelah matang, kompos diayak.
Dalam keadaan anaerob, gas yang keluar adalah gas methane.

9
BAB III

IDENTIFIKASI MASALAH

A. Masalah yang di timbulkan TPA Namo Bintang


1. Kesehatan
TPAS Namo Bintang membawa pengaruh negatif yang sangat besar bagi
kehidupan masyarakat di sekitarnya terutama desa Namo Bintang. Menurut hasil
penelitian, masyarakat sekitarnya sangat mengeluh dengan keberadaan TPAS
tersebut. Mereka mempunyai keluhan bahwa TPAS sangat memberikan efek yang
besar bagi anak-anak mereka. Pada umumnya bau yang berasal dari TPAS
membuat anak-anak mual bahkan yang lebih mengerikan lagi anakanak mereka
mendapat penyakit kulit seperti kudis dan juga bau yang datang dari TPAS
tersebut membuat masyarakat tidak mempunyai selera makan. Bahkan jika pada
musim hujan, banyak lalat yang bertebaran di sekitar lingkungan. Para pemulung
pada awal bekerja di TPAS tidak mengalami penyakit, kesehatan mereka baik-
baik saja. Namun menurut salah seorang informan yaitu bapak Pakpahan selaku
Kepling menandaskan bahwa berdasarkan fakta yang terjadi, orang-orang yang
berprofesi sebagai pemulung jika pada suatu saat menderita sakit maka penyakit
yang dialami oleh pemulung itu akan sangat parah sehingga tidak tertolong/ tidak
bisa diobati oleh dokter.
2. Pendidikan Anak
Hal negatif dari keberadaan TPAS Namo Bintang terhadap pendidikan
anak ialah kurangnya situasi yang mendukung karena anak-anak dari masyarakat
desa Namo Bintang tidak memiliki tempat bermain yang sehat bila dibandingkan
dengan anak-anak lain. Artinya bahwa kehidupan anak tidak didukung oleh
lingkungan yang sehat. Dengan demikian kesehatan anak akan jauh berbeda
dengan anakanak yang lain yang jauh dari tempat pembuangan sampah tersebut.
Selain itu cara hidup yang berhubungan dengan kebersihan dalam diri anak tidak
tertanam dengan baik, hal ini terlihat dari anak-anak sekitar TPAS berpenampilan
tidak rapi dan tidak bersih melainkan terlihat kumal dan pucat. Oleh karena itu,

10
dapat dikatakan bahwa pengaruh TPAS terhadap pendidikan anak boleh dikatakan
belum memadai secara efisien.

B. Prioritas Masalah
Prioritas masalah pada TPA Namo Bintang adalah pada kesehatannya
karena kondisi lingkungan di TPAS Namo Bintang tidak sehat, ini
mengakibatkan masyarakat sering terkena penyakit kulit (kudis, dan gatal-gatal
bagi anak-anak). Bila sudah terkena penyakit, maka pendapatan yang mereka
peroleh tidak mencukupi untuk menutupi biaya pengobatan yang begitu mahal
saat ini, misalnya para pemulung memiliki pendapatan yang begitu rendah bila
dibandingkan dengan UMR.
Kesehatan merupakan faktor yang paling utama dalam kehidupan
manusia. Dengan hidup sehat manusia dapat melakukan segala aktifitasnya
dengan baik. Demikian sebaliknya, manusia yang tidak sehat dapat terganggu
aktifitasnya. Misalnya situasi yang kotor kurang memberikan semangat untuk
melakukan kegiatan sehari-hari. Demikian pula pengaruhnya bagi anak-anak.
Tumpukan sampah yang begitu luas berpengaruh terhadap keleluasaan anak-
anak untuk bermain, karena tempat bermain yang terbatas oleh tumpukkan
sampah.

11
BAB IV

PEMBAHASAN

A. EVALUASI DAN INFORMASI KEJADIAN PENCEMARAN


a. Sumber Pencemar
Sumber pencemar dalam masalah ini yaitu air lindi dan sampah
yang ditimbun di TPA. Dimana TPA Namo Bintang memiliki
sistematau metode Sanitary landfil. Sistem Sanitary lanfil yaitu sampah
di timbun dengan tanah. Sehingga meyebabkan sampah yang ditimbun
tersebut dapat mencemari tanah.

b. Media Lingkungan
Media lingkungan yang dicemari dalam masalah ini yaitu tanah.
Sampah TPA Namo Bintang yang ditimbun semakin banyak sehingga
beresiko mencemari tanah yang membuat tanah menjadi tidak subur.

c. Titik Pemajanan dan Cara Pemajanan


Titik pemajanan dalam pencemaran tanah yang terjadi di sekitar
TPA Namo Bintang yaitu ketika masyarakat disekitar TPA tersebut
mongonsumsi makanan yang tercemar bakteri dan bahan kimia.
Dimana bahan kimia dan bakteri tersebut ada pada sampah dan tanah
kemudian dibawa oleh vektor seperti lalat atau nyamuk. Sehingga jika
makanan minuman tersebut dikonsumsi oleh masyarakat beresiko
mengalami penyakit diare dan keracunan.

d. Dampak Kesehatan
Setelah masyarakat mengonsumsi makanan dan minuman yang
tercemar oleh sampah dan tanah dapat menimbulkan dampak kesehatan
bagi masyarakat seperti keracunan dan penyakit diare.

B. BAHAN PENCEMAR SASARAN

Bahan pencemar sasaran dalam pencemaran tanah adalah mikrobiologi


seperti bakteri, jamur, dan lain sebagainya serta zat kimia. Bahan pencemar
mikrobiologi dan zat kimia berasal dari tumpukan sampah organic yang
terurai karena sampah yang ada di TPA Namo Bintang kebanyakan berasal
dari permukiman, dan juga bangkai hewan yang dibuang langsung di TPA
Namo Bintang. Bahan pencemar seperti zat kimia berasal dari sampah-
sampah seperti baterai, obat-obatan kadaluwarsa yang dibuang ke TPA, alat-
alat kosmetik, alat-alat elektronik, kaleng cat, aki dan lain sebagainya.

12
C. IDENTIFIKASI DAN EVALUASI JALUR PEMAJANAN

Jalur pemajanan pencemaran tanah tersebut dimulai dari timbunan


sampah yang ada di TPA Namo Bintang mengandung bahan bakteriologi
dan zat kimia sehingga dapat mencemari tanah. Bahan pencemar tersebut
meresap ke tanah sehingga dibawa oleh vektor seperti lalat yang hinggap
pada tanah, selanjutnya hinggap di makanan dan minuman manusia.
Kemudian jika makanan dan minuman yang tercemar di konsumsi oleh
manusia akan menyebabkan penyakit diare dan keracunan akibat bakteri
dan zat kimia yang ada pada tanah timbunan yang tercemar.

D. DAMPAK YANG DI TIMBULKAN

Adapun dampak yang ditimbulkan akibat pencemaran air dan


pencemaran tanah yang disebabkan oleh TPA Namo Bintang yaitu sebagai
berikut :
1. Lingkungan
a. Gangguan Estetika, dimana timbulan sampah tersebut membuat
lingkungan tidak lagi indah.
b. Membuat tanah tidak lagi subur.
c. Ekosistem menjadi terganggu, dimana jika sumber air seperti sungai
yang tercemar membuat kehidupan biota menjadi terganggu.
2. Kesehatan Manusia
a. Penyakit diare, karena mengonsumsi makanan dan minuman yang
tercemar oleh bakteri.
b. Mengalami keracunan , karena mengonsumsi makanan dan minuman
yang tercemar oleh zat kimia.

E. REKOMENDASI
1. Pemerintah Kota Medan harus lebih mempertahankan kualitas
pengolahan sampah dikota Medan dan lebih ditingkatkan lagi sehingga
tidak terjadi permasalahan lingkungan yang dapat mengganggu
kesehatan.
2. Pemerintah harus bergerak untuk memberikan pengetahuan kepada
masyarakat tentang pentingnya pemilahan sampah sebelum dibuang ke
TPA Namo Bintang
3. Harus dilakukan alternative penanganagan lindi sehingga tidak mencemari
sumber air. Pengolah lindi yang banyak digunakan di Indonesia hingga
13
saat ini adalah kontak stabilisasi, kolam oksidasi, kolam aerasi yang dipilih
berdasarkan kesederhanaan serta tersedianya sinar matahari. Pengadaan
sistem pengolahan leachate sangat diperlukan untuk mengurangi beban
pencemaran terhadap badan air atau sumber air.

14
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
TPA Namo Bintang Kota Medan menerapkan Metode Sanitary Landfil.
Sehingga dapat di simpulkan bahwa :
1. Masalah yang akan timbul akibat TPA Namo Bintang yaitu Kesehatan
dan Pendidikan Anak
2. Masalah yang di prioritaskan yaitu masalah Kesehatan
3. Sumber pencemaran TPA Namo Bintang berasal dari rembesan air lindih
dari sampah itu sendiri.
4. Media lingkungan yang tercemar akibat TPA tersebut adalah tanah.
5. Dampak pencemaran TPA bagi kesehatan manusia yaitu keracunan dan
penyakit diare. Sedangkan bagi lingkungan yaitu gangguan estetika dan
merusak ekosistem serta tanah tidak subur.
6. Rekomendasi atau saran untuk perbaikan yang ditawarkan yaitu
pemerintah lebih meningkatkan lagi kualitas pengolahan sampah pada
TPA Namo Bintang sehingga tidak dapat menimbulkan bahaya terhadap
kesehatan.
B. SARAN
1. Untuk pemerintah diharpkan melakukan pengawasan yang ketat dan
meningkatkan system pengelolaan sampah di TPA Namo Bintang
2. Untuk masyarakat sebaiknya memilah sampah sebelum dibuang ke TPA
Namo Bintang

15
DAFTAR PUSTAKA

Febriana Aditya. 2017. Dampak Keberadaan TPA Namo Bintang Terhadap


Masyarakat. Online. https://adoc.pub/dampak-keberadaan-
tempat-pembuangan-akhir-sampah-tpas-namo-b.html. Diakses
pada tanggal 1 April 2023

Elida Simanjorang. 2018. Dampak Manajemen Pengelolaan Sampah Terhadap


Masyarakat dan Lingkungan Di TPA Namo Bintang. Online.
https://www.researchgate.net/publication/337818024_DAMPA
K_MANAJEMEN_PENGELOLAAN_SAMPAH_TERHADA
P_MASYARAKAT_DAN_LINGKUNGAN_DI_TPAS_NAM
O_BINTANG_DELISERDANG. Dikases pada tanggal 1 April
2023

Masrin. 2021. TPA Namo Bintang Dioperasikan Kembali.


https://mimbarumum.co.id/tpa-namo-bintang-dioperasikan-
kembali/. Diakses pada tanggal 1 April 2023

Josua Arian. 2018. Dampak Peralihan Tempat Pembuangan Akhir Namo


Bintang. Online.
https://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/77372?show=full.
Diakses pada tanggal 2 April 2023

16
17
1

Anda mungkin juga menyukai