Anda di halaman 1dari 10

Mata Kuliah : Klinik Sanitasi

Dosen : Syamsuddin S, SKM., M.Kes

“UKL UPL PEMBANGUNAN RUMAH SAKIT SILOAM


KOTA KUPANG”

DISUSUN OLEH :
NURUL AZIZAH
PO.71.4.221.20.1.073

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK


INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN
KEMENKES MAKASSAR JURUSAN KESEHATAN
LINGKUNGAN
PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN
SANITASI LINGKUNGAN
TINGKAT IIIB
2023
A. Rencana Kegiatan dan Usaha
Nama rencana kegiatan adalah pembangunan rumah sakit Siloam
Kota Kupang. Rencana Kegiatan ini diperuntukkan untuk penataan
ruangan dan membutuhkan sarana dan prasarana untuk menunjang skala
rumah sakit Siloam Kota Kupang. Untuk itu pihak pemrakarsa Rumah
Sakit Siloam akan melakukan pembangunan penambahan jumlah ruangan
dan penambahan fasilitas penunjang Rumah Sakit Siloam Kupang
Sebagai tolok ukur dalam menampilkan percepatan pembangunan
di Provinsi Nusa Tenggara Timur, Kota Kupang harus dapat menyediakan
berbagai fasilitas pendukung utilitas kota seperti bangunan komersial
rumah sakit yang dapat memaksimalkan fungsi pelayanan kesehatan,
pendidikan, bisnis, pariwisata, dan sektor ekonomi lainnya.
Sejalan dengan trend dan tuntutan pembangunan berkelanjutan dan
berwawasan lingkungan, pembangunan Rumah Sakit Siloam dilaksanakan
dengan memperhatikan aspek lingkungan secara menyeluruh yang
didahului dengan pengkajian lingkungan yang dilaksanakan lewat
penyusunan dokumen Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup (UKL) dan
Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup (UPL). Sesuai dengan Peraturan
Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 05 Tahun 2012 tentang Jenis
Rencana Usaha dan/atau Kegiatan yang Wajib Memiliki Analisis
Mengenai Dampak Lingkungan Hidup serta Peraturan Menteri Negara
Lingkungan Hidup Nomor 13 Tahun 2010 tentang Upaya Pengelolaan
Lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup dan Surat
Pernyataan Kesanggupan Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan
Hidup.

B. Lokasi Kegiatan
Lokasi pembangunan Rumah Sakit Siloam adalah Jl. Veteran RT:
017 RW: 005, Kelurahan Fatululi, Kecamatan Oebobo, Kota Kupang.
Secara geografis Kota Kupang memiliki luas wilayah sebesar
180,27 Km2 atau 18.027 Ha. Batas wilayah Kota Kupang diapit oleh
wilayah Kabupaten Kupang dan Laut Teluk Kupang yaitu pada Sebelah
Utara, berbatasan dengan teluk Kupang, Sebelah Selatan, berbatasan
dengan Kecamatan Kupang Barat, Kabupaten Kupang, Sebelah Timur,
berbatasan dengan kecamatan Kupang Tengah, Kabupaten Kupang,
Sebelah Barat, berbatasan dengan Kecamatan Kupang Barat, Kabupaten
Kupang. Batas wilayah administrasi Kota Kupang

C. Tahap Pra Kontruksi


Pada tahap pra konstruksi kegiatan yang dilakukan yaitu survey,
pengukuran lokasi, sosialisasi kepada masyarakat Kota Kupang khususnya
masyarakat di Kelurahan Fatululi. Kegiatan ini diperkirakan akan
menimbulkan dampak berupa keresahan pada masyarakat.

D. Tahap Kontruksi
Kegiatan-kegiatan yang dilakukan pada tahap konstruksi adalah
perekrutan tenaga kerja,basecamp, penyiapan lahan, pekerjaan struktur dan
arsitektur,
1. Perekrutan Tenaga Kerja

Tenaga kerja menurut jenis dan posisi untuk proyek sekitar 200
orang yang dimana tediri dari manajer proyek, site manajer, keuangan,
tenaga administrasi, logistic, sopir, pelaksana, mandor, kepala tukang,
tukang, tenaga buruh, dan security
Kegiatan penerimaan tenaga kerja untuk konstruksi berpotensi
menimbulkan dampak negatif berupa keresahan masyarakat, jika
perekrutan tenaga kerja tidak memprioritaskan tenaga kerja lokal.

2. Basecamp
Pembagunan base camp berfungsi sebagai kantor pelaksana, P3K,
penginapan pekerja, bengkel perawatan dan perbaikan alat berat serta
gudang penyimpanan material, disamping itu dilengkapi dengan sarana
MCK.
Kegiatan yang berpotensi menimbulkan dampak adalah
penumpukan material konstruksi, kebisingan, lalu lintas pengangkutan
material dan aktivitas para pekerja yang bisa menimbulkan konflik
dengan masyarakat setempat. Selain itu kegiatan ini juga memberikan
dampak positif berupa kesempatan usaha.
3. Penyaiapan Lahan
Kegiatan penyiapan lahan meliputi kegiatan pembersihan dan
pengupasan lahan, pagar keliling lokasi pembangunan. Kegiatan ini
dapat menimbulkan dampak berupa debu, kebisingan, hilangnya
sejumlah vegetasi dan fauna lokal, dan gangguan terhadap lalu lintas.
4. Pekerjaan struktur dan arsitektur
Pekerjaan struktur meliputi lantai kerja pondasi, pondasi footplat,
pondasi bored pile, pile cup, beton bertulang tangga dan tangga
darurat, beton bertulang ground floor
Pekerjaan arsitektur meliputi pekerjaan pasangan dan
plasteran,pekerjaan pintu, jendela dan partisi, pekerjaan finishing
lantai dan dinding, pekerjaan plafond/celling

E. Tahap Operasional

1. Perekrutan tenaga kerja operasi


Tenaga kerja yang mendukung kegiatan operasional rumah sakit
diperkirakan 200 karyawan baik medis maupun non medis. Kegiatan
perekrutan ini dapat menimbulkan dampak positif maupun negatif
terhadap masyarakat lokal. Dampak positif berupa terbukanya
kesempatan kerja baru. Dampak negatif yang mungkin terjadi bahwa
kesempatan kerja yang ditawarkan dengan spesifikasi tertentu beresiko
terhadap tenaga kerja lokal yang tidak tersedia sesuai kebutuhan
berupa keresahan, kecemburuan dan bisa menimbulkan konflik sosial.
2. Pengoperasian Rumah Sakit
1) Instalasi Rawat Jalan
Fasilitas yang digunakan sebagai tempat konsultasi,
penyelidikan, pemeriksaan dan pengobatan pasien oleh dokter
ahli di bidang masing-masing yang disediakan untuk pasien
yang membutuhkan waktu singkat untuk penyembuhannya atau
tidak memerlukan pelayanan perawatan. Kegiatan ini
menimbulkan dampak peningkatan sampah medis padat dan
cair serta sampah non medis.
2) Instalasi Gawat Darurat.
Fasilitas yang melayani pasien yang berada dalam keadaan
gawat dan terancam nyawanya yang membutuhkan pertolongan
secepatnya. Kegiatan ini menimbulkan dampak peningkatan
sampah medis padat dan cair serta sampah non medis, juga
peningkatan kebisingan.
3) Instalasi Rawat Inap.
Fasilitas yang digunakan merawat pasien yang harus di rawat
lebih dari 24 jam (pasien menginap di rumah sakit). Kegiatan
ini menimbulkan dampak peningkatan sampah medis padat dan
cair serta sampah non medis.
4) Instalasi Perawatan Intensif (Intensive Care Unit = ICU).
Fasilitas untuk merawat pasien yang dalam keadaan sakit berat
sesudah operasi berat atau bukan karena operasi berat yang
memerlukan pemantauan secara intensif dan tindakan segera.
Kegiatan ini menimbulkan dampak peningkatan sampah medis
padat dan cair serta sampah non medis.
1) Instalasi Kebidanan dan Penyakit Kandungan.
Fasilitas menyelenggarakan kegiatan persalinan, perinatal,
nifas dan gangguan kesehatan reproduksi. Kegiatan ini
menimbulkan dampak peningkatan sampah medis padat dan
cair serta sampah non medis.
6) Instalasi Bedah.
Suatu unit khusus di rumah sakit yang berfungsi sebagai tempat
untuk melakukan tindakan pembedahan/operasi secara elektif
maupun akurat, yang membutuhkan kondisi steril dan kondisi
khusus lainnya. Kegiatan ini menimbulkan dampak
peningkatan sampah medis padat dan cair serta sampah non
medis.
7) Instalasi Farmasi.
Fasilitas untuk penyediaan dan membuat obat racikan,
penyediaan obat paten serta memberikan informasi dan
konsultasi perihal obat. Kegiatan ini menimbulkan dampak
peningkatan sampah medis padat dan cair serta sampah non
medis.
8) Instalasi Radiodiagnostik dan Radioterapi.
Fasilitas untuk melakukan pemeriksaan terhadap pasien dengan
menggunakan energi radioaktif seperti sinar gamma, berkas
elektron, foton, proton dan neutron dalam proses diagnosis dan
pengobatan penyakit.
Kegiatan ini menimbulkan dampak berupa peningkatan sampah
medis, non medis dan limbah radioaktif. Karena alasan adanya
radiasi bahan radioaktif, maka desain ruangan untuk instalasi
tersebut dirancang secara khusus sesuai dengan standar yang
berlaku sebagaimana yang ada dalam gambar rencana.
9) Unit Hemodialisa
Fasilitas ini digunakan sebagai tempat pasien melakukan cuci
darah. Kegiatan ini menimbulkan dampak peningkatan sampah
medis padat dan cair serta sampah non medis.
10) Instalasi Sterilisasi Pusat (CSSD/ Central Supply Sterilization
Departement)
Instalasi Sterilisasi Pusat (Central Sterile Supply Department =
CSSD). Fasilitas untuk mensterilkan instrumen, linen, bahan
perbekalan. Kegiatan ini menimbulkan dampak peningkatan
sampah medis padat dan cair serta sampah non medis.
11) Instalasi Laboratorium.
Fasilitas kerja khususnya untuk melakukan pemeriksaan dan
penyelidikan ilmiah (misalnya fisika, kimia, higiene, dan
sebagainya). Kegiatan ini berdampak pada peningkatan
sampah medis maupun non medis, gas buangan dan kebauan.
11) Instalasi Rehabilitasi Medik.
Fasilitas pelayanan untuk memberikan tingkat pengembalian
fungsi tubuh dan mental pasien setinggi mungkin sesudah
kehilangan / berkurangnya fungsi tersebut. Kegiatan ini
menimbulkan dampak peningkatan sampah medis padat dan
cair serta sampah non medis.
12) Bagian Administrasi dan Manajemen
Suatu unit dalam rumah sakit yang merupakan tempat
melaksanakan kegiatan administrasi pengelolaan/manajemen
rumah sakit serta tempat melaksanakan kegiatan merekam dan
menyimpan berkas-berkas jati diri, riwayat penyakit, hasil
pemeriksaan dan pengobatan pasien yang diterapkan secara
terpusat/sentral. Kegiatan ini berdampak pada peningkatan
sampah non medis.
13) Instalasi Pemulasaran Jenazah dan Forensik.
Fasilitas untuk meletakkan/menyimpan sementara jenazah
sebelum diambil oleh keluarganya, memandikan jenazah,
pemulasaraan dan pelayanan forensik. Kegiatan ini
menimbulkan dampak peningkatan sampah medis padat dan
cair serta sampah non medis.
14) Instalasi Gizi/Dapur.
Fasilitas melakukan proses penanganan makanan dan minuman
meliputi kegiatan pengadaan bahan mentah, penyimpanan,
pengolahan, dan penyajian makanan-minuman. Kegiatan ini
berdampak pada peningkatan sampah medis maupun non
medis, gas buangan dan kebauan, limbah padat dan cair.
3. Pengelolaan Limbah Cair dan Padat
Dari jumlah pemanfaatan air bersih di atas diperkirakan 80%
dari 92.72 m3/hr, maka akan terbuang sebagai air limbah, sehingga
debit (Q) air limbah atau limbah cair yang dihasilkan dalam satu hari
= 74,176,00 m3/hr atau 74,2 m3/hr atau 3,1 m3/jam. Untuk mengelola
air limbah cair tersebut diperlukan unit pengelolaan limbah cair
dengan kapasitas sebesar 100 m3/hr, dengan teknologi sistem biofilter
aerob dan anaerob, seperti dalam gambar rencana. Kegiatan ini
menimbulkan dampak negatif berupa limbah padat. Sedangkan
limbah cair yang dihasilkan dapat dimanfaatkan untuk kebutuhan
penyiraman taman dan kolam, juga dapat dipakai sebagai cadangan
untuk pemadam kebakaran.
Menurut SNI 3242 tahun 2008 tentang limbah padat/sampah
untuk pemukiman kota menunjukan bahwa rata-rata limbah padat
per hari sebesar 5 ltr/org/hr atau sebesar 2,5 kg /hari. Berdasarkan
standar tersebut, untuk limbah padat rumah sakit diperkirakan 3
ltr/org/hr untuk sampah medis dan 2,5 ltr/org/hr untuk limbah non
medis. Dengan demikian jumlah sampah medis yang dihasilkan
sebesar =356 x 3 ltr/org/hr = 1.095 ltr/hr atau = 1,095 m 3/hr
(dihasilkan oleh fasilitas pelayanan medis). Sedangkan untuk sampah
non medis sebesar 343 x 2,5 ltr/org/hr = 857,5 ltr/hr atau = 0,8575
m3/hr (dihasilkan oleh fasilitas pelayanan non medis).Untuk
mengelola limbah padat medis tersebut di atas telah disiapkan 1 unit
incenerator medis tipe Maxpell dengan kapasitas 80 kg sampah / jam.
Sedangkan limbah padat non medis pengelolaannya bekerja sama
dengan Dinas Kebersihan Kota Kupang. Dampak dari kegiatan
pengelolaan limbah padat medis maupun non medis berupa kebauan,
polusi udara, gas buangan dari hasil pembakaran.
4. Tahap Pemeliharaan Sarana dan Prasarana Rumah Sakit
Pemeliharaan yang dilakukan dengan tujuan untuk
memperpanjang usia layanan, meliputi pemeliharaan unit medis,
non medis, sanitasi dan fasilitas penunjang. Kegiatan ini
menimbulkan dampak polusi udara, kebisingan, kebauan, limbah
cair dan limbah padat.

E. Upaya Pengelolaan Lingkungan (UKL) dan Upaya Pemantauan


Lingkungan (UPL)
Dalam mencapai tujuan pengelolaan lingkungan agar berhasil baik,
diperlukan uraian mengenai upaya pengelolaan yang akan dilakukan untuk
menanggulangi dampak yang akan terjadi dari setiap kegiatan yang
dilakukan yaitu (1) mencegah/mengurangi atau menanggulangi dampak
negatif yang diprakirakan akan tumbul, dan (2) meningkatkan dampak
positif untuk meningkatkan daya dan hasil guna proyek.
Uraian mengenai upaya pengelolaan lingkungan berikut ini
disesuaikan dengan jenis dampak yang terjadi dari kegiatan pembangunan
Rumah Sakit Siloam Kota Kupang. Penjelasannya meliputi
sumber dampak, jenis dampak, dan besaran dampak, penjelasan upaya
pengelolaan lingkungan meliputi bentuk upaya pengelolaan, lokasi
pengelolaan dan periode pengelolaan lingkungan hidup.
Pemantauan lingkungan hidup menjelaskan bentu-bentuk upaya
pengelolaan lingkungan hidup, lokasi pemantauan dan periode
pemantauan.

F. Analisis SWOT
1. Kekuatan (Strength)
Secara prinsip, Rumah Sakit Siloam telah memenuhi syarat klasifikasi
rumah sakit yang dimana diatur pada Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
340/MENKES/PER/III/2010 tentang Klasifikasi Rumah Sakit.
Dalam kegiatan operasionalnya, rumah sakit mempunyai tenaga
Kesehatan yang mendukung rumah sakit. Tenaga Kesehatan bekerja sesuai
dengan peraturan yang ada pada rumah sakit

2. Kelemahan (Weakness)
∙ Penurunan kualitas udara ambien
∙ Kebisingan dan getaran
∙ Peningkatan pendapatan
∙ Kesehatan masyarakat
∙ Risiko kecelakaan kerja
∙ Persepsi masyarakat
3. Peluang (Opportunities)
∙ Letak Geografis sangat menunjang dalam faktor pemasaran Rumah
Sakit Siloam
∙ Kebutuhan fasilitas Rumah Sakit Siloam sebagai sarana akomodasi
di Daerah Kupang sangat dibutuhkan untuk menunjang berbagai
aspek kegiatan pembangunan di daerah Kupang khususnya di
Kota Kupang
∙ Rumah Sakit Siloam sebagai sarana dan prasarana penunjang
masayarakat yang mengalami masalah Kesehatan
4. Ancaman (Threats)
Hasil wawancara kepada 30 orang responden di sekitar lokasi
pengembangan Rumah Sakit Siloam Kota Kuoang diperoleh bahwa
masyarakat setuju dengan kegiatan pengembangan, karena sudah
merupakan kebutuhan di Kota Kupang. Akan tetapi ada beberapa
catatan penting dari masyarakat yaitu:
∙ Pihak pemrakarsa melakukan pengelolaan limbah cair yang
dihasilkan dengan baik, sehingga tidak mencemari lingkungan di
sekitarnya.
∙ Melakukan pembebasan lahan dengan harga yang disepakati oleh
kedua belah pihak.

Anda mungkin juga menyukai