Anda di halaman 1dari 27

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Rumah sakit sebagai salah satu fasilitas kesehatan merupakan sumber daya
kesehatan yang sangat diperlukan dalam mendukung penyelenggaraan upaya kesehatan.
Penyelenggaraan pelayanan kesehatan di rumah sakit mempunyai karakteristik dan
organisasi yang sangat kompleks. Berbagai jenis kegiatan dan jenis tenaga kesehatan
dengan perangkat keilmuan yang beragam berinteraksi satu sama lain.
Isu globalisasi mengisyaratkan bahwa mekanisme pasar akan semakin didominasi
oleh perusahaan atau organisasi yang mampu memberikan pelayanan atau menghasilkan
produk unggulan yang memiliki daya saing tinggi dalam memanfaatkan peluang pasar.
Kondisi tersebut berlaku pula bagi industri jasa kesehatan khususnya rumah sakit.
Dampak globalisasi terhadap kegiatan pelayanan kesehatan di Indonesia semakin
marak dan menjadi semakin nyata dengan berdirinya rumah sakit pemodal asing. Jasa
pelayanan kesehatan telah berubah menjadi bentuk industri pelayanan kesehatan yang
menimbulkan persaingan dalam memberikan jasa pelayanan kesehatan untuk
mendapatkan pelanggan sebanyak-banyaknya.
Rumah Sakit Ibu dan Anak Respati sebagai salah satu rumah sakit swasta yang
berada di wilayah Tasikmalaya, memiliki pelayanan berbasis medis dan keperawatan
dengan pelayanan unggulan Obgyn, Anak, Dalam dan Bedah. Sebagai fasilitas pelayanan
publik, orientasi Rumah Sakit Ibu dan Anak diarahkan kepada kepuasan konsumen
dengan berusaha memberikan pelayanan semaksimal mungkin bagi masyarakat.
Usaha untuk meningkatkan kualitas pelayanan dilakukan melalui penyediaan
tenaga-tenaga yang profesional dan kompeten di bidangnya, peralatan yang memadai dan
standar pelayanan yang tinggi. Strategi pengembangan Rumah Sakit Ibu dan Anak
Respati diarahkan untuk dapat mengantisipasi tuntutan kebutuhan masa kini dan
tantangan masa depan yang harus dipenuhi.
Rumah Sakit Ibu dan Anak Respati sebagai instansi pelayanan masyarakat
diharapkan mampu mengoptimalkan sumber daya yang dimiliki untuk menghasilkan
keuntungan yang memadai. Keuntungan baik dalam aspek sosial yang merupakan visi
yang melekat dalam peran rumah sakit dan keuntungan dalam aspek finansial agar RSIA
Respati dapat terus bertahan dan mengembangkan diri. Dalam usaha mencapai tujuan,
RSIA Respati diharapkan dapat mengaplikasikan manajemen strategis pada tahun 2020
Melaui manajemen strategis, diharapkan RSIA Respati dapat menyiapkan diri untuk
menghadapi tantangan di masa mendatang.
Manajemen strategis merupakan kegiatan kolektif yang menyangkut pemahaman
tentang hakekat dan implikasi dari perubahan eksternal, kemampuan untuk
mengembangkan strategi yang efektif dalam menghadapi perubahan dan kemauan serta
kemampuan untuk mengelola secara aktif momentum organisasi. Adalah merupakan
suatu keharusan bagi manajer rumah sakit, untuk memahami perubahan-perubahan yang
terjadi di lingkungannya. Seorang manajer tidak hanya responsif terhadap perubahan
tetapi harus mampu menciptakan masa depan.
RSIA Respati harus semakin berusaha meningkatkan dan mengembangkan
pelayanan kesehatan yang diiringi dengan pengembangan fasilitas-fasilitas pendukung.

1
Untuk menentukan kegiatan atau program yang akan dilakukan, diperlukan suatu rencana
yang disusun secara sistematis yang mencakup rencana pengembangan serta dana yang
diperlukan. Perencanaan yang sistematis merupakan langkah awal untuk menetapkan
tujuan dan sasaran yang diinginkan serta langkah-langkah yang diperlukan untuk
mencapai tujuan tersebut.
Instalasi Radiologi adalah instalasi penunjang medis yang memberikan layanan
pemeriksaan radiografi untuk penegakan diagnosis. Letak Instalasi Radiologi Rumah
Sakit Ibu dan Anak Respati terletak di tempat yang strategis, terjangkau oleh pasien IGD,
rawat jalan, dan pasien rawat inap dengan waktu pelayanan 24 jam. Ruang lingkup
Instalasi Radiologi meliputi pelayanan radiodiagnostik dan pelayanan imejing diagnostik.
Dalam pelaksanaan pelayanan radiologi diperlukan pedoman pelayanan radiologi
sebagai acuan pelayanan, sehingga di dalam perencanaan pembinaan dan pengembangan
sumber daya manusia (SDM), sarana dan prasarana pelayanan dapat memenuhi standar
yang berlaku.

B. Tujuan Pedoman
1. Tujuan Umum :
a. Sebagai pedoman penyelenggaraan pelayanan radiologi diagnostik imaging
terintegrasi
b. Untuk Meningkatkan mutu pelayanan unit radiologi diagnostik imaging
terintegrasi
c. Untuk menerapkan konsep pelayanan unit radiologi diagnostik imaging
terintegrasi
d. Untuk memperluas fungsi dan peran staf radiologi diagnostik imaging
terintegrasi
e. Untuk melindungi masyarakat dari pelayanan yang tidak profesional.
2. Tujuan Khusus
a. Melangsungkan pelayanan radiologi diagnostik imaging terintegrasi yang
optimal baik dalam keadaan biasa maupun dalam keadaan gawat darurat,
sesuai dengan keadaan pasien maupun fasilitas yang tersedia.
b. Menyelenggarakan pelayanan radiologi diagnostik imaging terintegrasi
yang profesional berdasarkan prosedur keamanan dan prinsip proteksi
radiasi
c. Menyelenggarakan pelayanan radiologi diagnostik imaging yang
terintegrasi dan unit lain yang menggunakan modalitas imaging di Rumah
Sakit Ibu dan Anak Respati berdasarkan aspek teknis, meliputi
pemeriksaan radiodiagnostik konvensional, Ultra Sono Grafi (USG).
d. Menyelenggarakan pelayanan radiologi diagnostik imaging yang
terintegrasi berdasarkan aspek manajerial, meliputi; analisa dan distribusi
tenaga kerja, prosedur pendaftaran, prosedur pembayaran, kontrol mutu,
prosedur proteksi radiasi, dan prosedur keselamatan kerja serta
nosokomial.
e. Menyelenggarakan pelayanan radiologi diagnostik imaging yang
terintegrasi berdasarkan aspek hukum, meliputi; landasan dasar hukum
penyelenggaraan pelayanan radiologi diagnostik.

2
C. Ruang Lingkup Pelayanan
Ruang lingkup pelayanan Instalasi Radiologi Rumah Sakit Ibu dan Anak Respati
meliputi pelayanan radiodiagnostik dan pelayanan imajing diagnostik.
1. Pelayanan Radiodiagnostik
Adalah pelayanan untuk melakukan diagnosis dengan menggunakan radiasi
pengion. Ada pun pelayanan radiologi yang dilakukan adalah sebagai berikut :
a. Pelayanan radiologi konvensional tanpa kontras
Yaitu pelayanan radiologi dengan menggunakan radiasi pengion (sinar-x)
dimana dalam pemeriksaannya tidak menggunakan bahan kontras. Adapun
pemeriksaan radiografi yang dilakukan adalah:
1) Pemeriksaan radiografi tulang-tulang kepala
2) Pemeriksaan radiografi tulang-tulang belakang
3) Pemeriksaan radiografi Thorax
4) Pemeriksaan radiografi Abdomen
5) Pemeriksaan radiografi tulang extremitas atas
6) Pemeriksaan radiografi tulang extremitas bawah
2. Pelayanan imejing diagnostic
Adalah pelayanan untuk melakukan diagnosis dengan menggunkan radiasi non
pengion. Adapun pelayanan radiologi yang dilakukan adalah pemeriksaan
Ultrasonografi (USG) yaitu :
a. Pemeriksaan USG Abdomen
b. Pemeriksaan USG Appendiks
c. Pemeriksaan USG
d. Deteksi Cairan Ascites
e. Deteksi Cairan Pleura
f. Traktus Uranius
g. Scrotum-Testis
h. Tiroid
i. Mammae
j. Kepala bayi
k. Superfisial mass
l. Muskuloskeletal
m. Doppler
n. Elastografi
o. Kehamilan

D. Batasan Operasional
Instalasi Radiologi RSIA Respati memberikan pelayanan radiologi 24 jam untuk
semua rujukan baik dari Instalasi Gawat Darurat (IGD), pasien rawat jalan, dan
pasien rawat inap. Pelayanan Radiologi RSIA Respati terbagi menjadi 3 shift
pelayanan yaitu:
Shift pagi : pukul 07.00 sd 14.00 WIB
Shift siang : pukul 14.00 sd 21.00 WIB
Shift Malem : pukul 21.00 sd 07.00 WIB

3
E. Landasan Hukum
1. Undang-undang Nomor 23 Tahun 1992 Tentang Kesehatan
2. Undang-undang Nomor 10 Tahun 1997 Tentang Ketenaganukliran
3. Undang-undang Nomor 23 Tahun 1997 Tentang Pengelolaan Lingkungan
Hidup
4. Undang-undang Nomor 29 Tahun 2004 Tentang Praktik Kedokteran
5. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996 Tentang Tenaga Kesehatan
6. Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 2007 Tentang Keselamatan Radiasi
Pengion dan Keamanan Sumber Radioaktif
7. Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 2008 Tentang Perijinan Sumber Radiasi
pengion dan Bahan Nuklir
8. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 920/MENKES/PER/II/1986 Tentang
Upaya Pelayanan Kesehatan Swasta di Bidang Medik
9. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 159B/MENKES/PER/II/1988 Tentang
Rumah Sakit
10. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1575/MENKES/PER/XI/2005 Tentang
Organisasi dan Tata Kerja departemen Kesehatan
11. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 81/MENKES/PER/XII/2013 Tentang
Penyelenggaraan Pekerjaan Radiografer
12. Permenkes Nomor 357MENKES/PER/V/2006 Tentang Regristasi dan Izin
Kerja Raiografer.
13. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 512/MENKES/PER/IV/2007 Tentang Izin
Praktik dan Pelaksanaan Praktik Kedokteran
14. Permenkes Nomor 269/MEKES/PER/II/2008 Tentang Rekam Medis
15. Permenkes Nomor 780/MENKES/PER/VIII/2008 Tentang Penyelenggaraan
Pelayanan Radiologi.
16. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1014/MENKES/SK/XI/2008 Tentang Standar Pelayanan Radiologi Diagnostik
di Sarana Pelayanan Kesehatan

4
BAB II
STANDAR KETENAGAAN

A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia


Sumber daya manusia di Instalasi Radiologi untuk rumah sakit tipe C Adalah
No Jenis Tenaga Persyaratan Jumlah
1 Spesialis Radiologi Memiliki SIP 1 Orang
2 Radiografer DIII Teknik Radiologi 2 Orang / Alat
Memiliki SIKR
3 Petugas Proteksi Tingkat II 1 Orang
Radiasi (PPR) Memiliki SIB
4 Tenaga Elektromedis DIII ATEM 1 Orang
5 Tenaga Admintrasi SMU / Sedarajat 1 Orang
Table 2.1 SDM Instalasi Radiologi Rumah Sakit Tipe C

Pelayanan di Instalasi Radiologi Rumah Sakit Ibu dan Anak Respati


dikerjakan oleh tenaga kerja yang profesional dan memiliki kualifikasi pendidikan
yang sesuai dengan profesinya. Adapun tenaga kerja yang bekerja di Instalasi
Radiologi Rumah Sakit Ibu dan Anak Respati adalah:
No Profesi Pendidikan Persyaratan Jumlah
1 Spesialis Radiologi S2 Spesialis Radiologi Memiliki SIP 1
(Sp.Rad)
2 Radiografer DIII Teknik Radiologi Memiliki STR/SIKR 4
3 Petugas Proteksi DIII Teknik Radiologi Memiliki SIB Tingkat 1
Radiasi II
4 Tenaga Elektromedis DIII ATEM Memiliki STR -

5 Tenaga Administrasi Min. SMU/Sederajat - -

Table 2.2 SDM Instalasi Radiologi RSIA Respati

Setiap tenaga kerja memiliki tugas dan tanggung jawab terhadap semua
kegiatan yang berhubungan dengan mutu teknis dan proteksi/keamanan pelayanan
radiodiagnostik dan pelayanan imajing diagnostik.

Tugas pokok dari masing-masing profesi/tenaga kerja:

5
1. Dokter Spesialis Radiologi
a. Menyusun dan mengevaluasi secara berkala SOP tindak medik
radiodiagnostik, imajing diagnostik dan radiologi intervensional serta
melakukan revisi bila perlu.
b. Melaksanakan dan mengevaluasi tindak radiodiagnostik, imajing
diagnostik dan radiologi intervensional sesuai yang telah ditetapkan dalam
SOP.
c. Melaksanakan pemeriksaan dengan kontras dan fluroskopi bersama dengan
radiografer. Khusus pemeriksaan yang memerlukan penyuntikan intravena,
dikerjakan oleh dokter spesialis radiologi atau dokter lain/tenaga kesehatan
yang mendapat pendelegasian.
d. Menjelaskan dan menandatangani informed consent / izin tindakan medik
kepada pasien atau keluarga pasien.
e. Melakukan pembacaan terhadap hasil pemeriksaan radiodiagnostik,
imajing diagnostik dan tindakan radiologi intervensional.
f. Melaksanakan teleradiologi dan konsultasi radiodiagnostik, imajing
diagnostik dan radiologi intervensional sesuai kebutuhan.
g. Memberikan layanan konsultasi terhadap pemeriksaan yang akan
dilaksanakan.
h. Menjamin pelaksanaan seluruh aspek proteksi radiasi terhadap pasien.
i. Menjamin bahwa paparan pasien serendah mungkin untuk mendapatkan
citra radiografi yang seoptimal mungkin dengan mempertimbangkan
tingkat panduan paparan medik.
j. Memberikan rujukan dan justifikasi pelaksanaan diagnosis atau
intervensional dengan mempertimbangkan informasi pemeriksaan
sebelumnya.
k. Mengevaluasi kecelakaan radiasi dari sudut pandang klinis.
l. Meningkatkan kemampuan diri sesuai perkembangan IPTEK Radiologi.
2. Radiografer
a. Mempersiapkan pasien, obat-obatan dan peralatan untuk pemeriksaan dan
pembuatan foto radiologi.
b. Memposisikan pasien sesuai dengan teknik pemeriksaan.
c. Mengoperasionalkan peralatan radiologi sesuai SPO. Khusus untuk
pemeriksaan dengan kontras dan fluoroskopi pemeriksaan dikerjakan
bersama dokter spesialis radiologi.
d. Melakukan kegiatan processing film (kamar gelap dan work station).
e. Melakukan penjaminan dan kendali mutu.
f. Memberikan proteksi terhadap pasien, dirinya sendiri dan masyarakat di
sekitar ruang pesawat sinar-X.
g. Menerapkan teknik dan prosedur yang tepat untuk meminimalkan paparan
yang diterima pasien sesuai kebutuhan.
h. Merawat dan memelihara alat pemeriksaan radiologi secara rutin.
i. Bertanggung jawab langsung kepada Kepala Ruang Radiologi

6
3. Petugas Proteksi Radiasi
a. Membuat program Proteksi dan Keselamatan Radiasi.
b. Memantau aspek operasional program Proteksi dan Keselamatan Radiasi.
c. Memastikan ketersediaan dan kelayakan perlengkapan Proteksi Radiasi,
dan memantau pemakaiannya.
d. Meninjau secara sistematik dan periodik, program pemantauan di semua
tempat di mana Pesawat Sinar-X digunakan.
e. Memberikan konsultasi yang terkait dengan Proteksi dan Keselamatan
Radiasi.
f. Berpartisipasi dalam mendesain fasilitas Radiologi.
g. Memelihara Rekaman.
h. Mengidentifikasi kebutuhan dan mengorganisasi kegiatan pelatihan.
i. Melaksanakan latihan penanggulangan dan pencarian keterangan dalam hal
kedaruratan.
j. Melaporkan kepada Pemegang Izin setiap kejadian kegagalan operasi yang
berpotensi kecelakaan Radiasi.
k. Menyiapkan laporan tertulis mengenai pelaksanaan program Proteksi dan
Keselamatan Radiasi, dan verifikasi keselamatan yang diketahui oleh
Pemegang Izin untuk dilaporkan kepada Kepala BAPETEN.
l. Melakukan inventarisasi zat radioaktif.
m. Bertanggung jawab langsung kepada Kepala Ruang Radiologi.
4. Tenaga Elektromedis
a. Melakukan perawatan peralatan radiologi diagnostik, bekerja sama dengan
Fisikawan Medik secara rutin.
b. Melakukan perbaikan ringan.
c. Turut serta dengan supplier pada tiap pemasangan alat baru atau perbaikan
besar.
5. Tenaga Administrasi
a. Melakukan pencatatan dan pelaporan semua kegiatan pemeriksaan yang
dilakukan di institusi pelayanan.
b. Mengkoordinir administrasi tata usaha Instalasi Radiologi.
c. Menyusun prosedur administrasi pelayanan radiologi.
d. Menyiapkan buku registrasi radiologi.
e. Melaksanakan pendaftaran radiologi.
f. Melaksanakan kegiatan keuangan radiologi.
g. Melakukan pencatatan harian pasien dan kegiatan administrasi
radiologi
h. Membuat rencana kebutuhan bahan habis pakai, rumah tangga dan
linen
i. Melakukan pemeliharaan dan kebersihan serta kerapian ruang
administrasi dan pendaftaran radiologi
j. Mengelola dan menyusun kearsipan rekam medik radiologi
k. Bersama tenaga umum melakukan pengecekkan dan pembukuan
pemakaian film, paper USG dan ATK.
l. Melakukan pencatatan harian pasien dan kegiatan administrasi radiologi.
m. Membuat rencana kebutuhan bahan habis pakai, rumah tangga dan linen.

7
n. Melakukan pemeliharaan dan kebersihan serta kerapian ruang administrasi
dan pendaftaran radiologi.
o. Mengelola dan menyusun kearsipan rekam medik radiologi.
p. Melakukan pengecekkan dan pembukuan pemakaian film dan bahan
Radologi lainnya.
q. Bertanggung jawab langsung kepada Kepala Ruang Radiologi.

B. Distribusi Ketenagaan
Distribusi Ketenagaan sumber daya manusia di Instalasi Radiologi RSIA
Respati Tasikmalaya didistribusikan sesuai dengan profesinya masing-masing yang
telah memenuhi persyaratan. Setiap tenaga kerja memiliki tugas dan fungsi di
Instalasi Radiologi, berperan dalam peningkatan mutu pelayan radiologi.

C. Pengaturan Jaga
Instalasi Radiologi RSU Permata Bunda Tasikmalaya memberikan
pelayanan radiologi 24 jam dengan dibagi menjadi 3 jadwal shift yaitu:
Jenis Shift Waktu Pelayanan Tenaga kerja
Shift Pagi Pukul 07.00 sd 14.00 1 dokter spesialis radiologi, dan
1 radiografer
Shift Siang Pukul 14.00 sd 21.00 1 Radiografer
Shift Malam Pukul 21.00 sd 07.00 1 Radiografer

8
BAB III
STANDAR FASILITAS

A. Denah Fasilitas
Letak Instalasi Radiologi mudah dijangkau oleh pasien rawat jalan, rawat
inap dan Instalasi Gawat Darurat. Instalasi Radiologi RSIA Respati Tasikmalaya
memiliki satu Instalasi Radiologi
Instalasi Radiologi

Gambar 3.1 Denah Instalasi Radiologi

1. Instalasi Radioogi

Gambar 3.1 Denah Instalasi Radiologi

9
B. Standar Fasilitas
Standar fasilitas ruangandi Instalasi Radiologi mengacu pada KEPUTUSAN
MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR
1014/MENKES/SK/2008 Tentang Standar Pelayanan Radiologi Diagnostik di
Sarana Pelayanan Kesehatan.
1. Persyaratan Ruangan
a. Letak unit/Instalasi Radiologi hendaknya mudah dijangkau dari ruangan
gawat darurat, perawatan intensive care, kamar bedah. Dan ruangan
lainnya.
b. Di setiap Instalasi Radiologi dilengkapi dengan alat pemadam kebakaran
dan alarm sesuai dengan kebutuhan.
c. Suhu ruangan pemeriksaan 19-22oC dan kelembaban 40-60%.
d. Suhu untuk alat sesuai dengan kebutuhan alat tersebut.
Persyaratan ruangan meliputi jenis, kelengkapan dan ukuran/luas ruangan yang
dibutuhkan sebagai berikut:
a. Ketebalan dinding
Bata merah dengan ketebalan 25 cm dan kerapatan jenis 2,2 g/cm 3 atau
beton dengan ketebalan 20 cm atau setara dengan 2 mm timah hitam (Pb),
sehingga tingkat radiasi disekitar ruangan pesawat sinar-x tidak melampui
batas dosis 1 mSv/tahun.
b. Pintu dan ventilasi
1) Pintu ruangan pesawat sinar-x dilapisi dengan timah hitam dengan
ketebalan tertentu sehingga tingkat radiasi disekitar ruangan pesawat
sinar-x tidak melampui batas dosis 1 mSv/tahun.
2) Ventilasi setinggi 2 (dua) meter dari lantai sebelah luar agar orang
diluar tidak terkena paparan radiasi.
3) Di atas pintu masuk ruang pemeriksaan dipasana lampu merah yang
menyala pada saat pesawat dihidupkan sebagai tanda sedang
dilakukan penyinaran (lampu peringatan tanda bahaya radiasi)
c. Ruangan dilengkapi denngan system pengaturan udara sesuai dengan
kebutuhan.
d. Pada setiap sambungan Pb, dibuat tumpang tindih/overlapping.
e. Jenis ukuran ruangan.
1) Ruangan penyinaran/ruang x-ray
a) Ukuran ruangan : sesuai kebutuhan/besarnya alat.
b) Ruang x-ray tanpa fluoroskopi, minimal:
- Alat dengan kekuatan s/d 125 KV : 4m (p) x 3m (l) x
2,8m (t)
- Alat dengan kekuatan > 125 KV : 6.5m (p) x 4m (l) x
2.8 (t)

2) Ruang CT-Scan
a) Ukuran ruangan : 6m (p) x 4m (l) x 3m (t)
b) Dilengkapi dengan:
- Ruang operator

10
- Ruang mesin
- Ruang AHU/Chiller
3) Ruang Ultrasonografi (USG)
a) Ukuran ruangan : 4m (p) x 3m (l) x 2.8m (t)
b) Dinding : terbuat dari batu bata, tanpa Pb.
c) Perlengkapan : meja/tempat tidur pasien, kursi
4) Ruang Baca dan Konsulatasi Dokter
a) Terpisah dengan ruang pemeriksaan.
b) Luas : disesuaikan dengan kebutuhan minimal 2m (p) x 2m (l) x
2,7m (t) / dokter spesialis radiologi dan dapat menampung :
- 1 buah meja kerja
- 2 buah kursi
- 1 buah lemari
a) Perlengkapan : light box
5) Ruang CR dan PACS
a) Ukuran : minimal 3m (p) x 3m (p) x 2.8m (t)
b) Dapat menampung :
- Tempat printer
- Tempat processing
- Tempat rekam medik elektronik
a) Dilengkapi dengan AC. Suhu dan kelembaban disesuaikan
dengan kebutuhan alat.
6) WC
a) Ada di ruang x ray, CT-Scan, BNO IVP, USG.
b) Ukuran : minimal 1,5m (p) x 1m (l) x 2.7m (t).
7) Gudang untuk Film dan non Film
a) Ukuran, suhu dan kelembaban disesuaikan dengan kebutuhan.
2. Ruang Instalasi Radiologi
a. Ruang Pemeriksaan I
Luas ruangan : 600cm (p) x 400m (l) x 300cm (t)
Dinding : 25 cm batu bata + dilapisi 2m Pb
Penggunaan ruangan : pemeriksaan radiografi non kontras
Fasilitas alat : Pesawat Toshiba KXO 500Ma
b. Ruang Pemeriksaan USG
Luas ruangan : 628cm (p) x 244cm (l) x 300cm (t)
Dinding : 15cm batu bata, tidak dilapisi Pb
Penggunaan ruangan : pemeriksaan USG
Fasilitas alat : USG, tempat tidur pasien, kursi, printer
usg,
c. Ruang Pemeriksaan CT-SCAN
Luas ruangan : 609cm (p) x 416cm (l) x 300cm (t)
Dinding : 25cm Bata merah + 4mm Pb
Penggunaan ruangan : Pemeriksaan CT-Scan Kontras dan Non
Kontras
Fasilitas alat :-
d. Ruang Operator I dan II

11
Luas ruangan : 448cm (p) x 281cm (l) x 300cm (t)
Penggunaan ruangan : register Radiografi, pusat control pesawat
radiografi, prosesing radiograf,
Fasilitas alat : computer DR, Printer DR, Panel listrik,
AC
e. Ruang Operator CT-Scan
Luas ruangan : 423cm (p) x 222cm (l) x 300cm (t)
Penggunaan ruangan : Register CT-Scan, Pusat control pesawat
CT-Scan, Prosesing Radiograf.
f. WC
WC terdapat di ruang pemeriksaan I, II,, CT-Scan, dengan ukuran 155cm
(p) x 117cm (l) x 300cm (t).

Penggunaan ruangan : pengendalian dan pengoprasian alat


pemeriksaan radiologi.
Fasilitas alat : Komputer, Printer, Panel Listrik

Standar fasilitas peralatan di Instalasi Radiologi mengacu pada


KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR
1014/MENKES/SK/2008 Tentang Standar Pelayanan Radiologi Diagnostik di
Sarana Pelayanan Kesehatan.
1. Persyaratan Peralatan
Untuk rumah sakit tipe C :
No Peralatan Kelengkapan Jumlah
1 USG Multipurpose, Transducer linier, dan 1 uniT
curve/sectoral 2.5 – 10 mHz, Monitor dan printer
USG
2 Analog X-ray Multipurpose radiografi fungsional (dapat untuk belum ada
Fixed Unit dan segala jenis pemeriksaan konvensional
atau Digital radiografi) control table digital atau manual high
tension transformer / generator X-ray rube
dengan kapasitas 30-150 KV dan Minimal 100
mA
5 Peralatan proteksi Lead apron tebal 0.25-0.5 mm Pb Belum ada
radiasi Neck Pb 0.25-0.5 mm Pb
Gonad Pb 0.25-0.5 mm Pb
Kaca mata Pb 1mm Pb
Tabir mobile minimal 200cm (t) x 100cm (l)
setara 2mm Pb, ukuran kaca sesuai kebutuhan.
Tebal 2mm Pb
6 Peralatan proteksi Film badge/TLD Jumlah sesuai pekerja Belum ada
radiasi
7 QA dan QC alat pengukuran suhu, dan kelemban sesuai Belum ada
keburtuham alat,
8 Emergency kit Peralatan dan obat-obatan untuk RJP sesuai Belum ada
dengan standar anestesi untuk tindakan

12
intervensional radiologi
9 Viewing box Double atau single tank Belum ada
2. Peralatan Instalasi Radiologi
No Peralatan Spesifikasi Jumlah
1. Pesawat X Ray Belum ada Belum ada
Stationary
2. Pesawat USG Merk : GE 1 (satu)
Type : Logic 3 unit
Transducer include convex, linear,
3, Printer Merk Sony 1 (satu)
unit

13
BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN

A. Ketentuan umum pelayanan


Untuk tertib penyelenggaraan pelayanan di unit radiologi RSIA Respati
Tasikmlaya menetapkan ketentuan untuk pelayanan sebagai berikut:
1. RSIA Respati Tsikmalaya menerapkan pelayanan radiologi dan diagnostik
imaging yang adekuat teratur dan nyaman untuk memenuhi kebutuhan pasien.
2. Pelayanan radiologi RSIA Respati Tasikmalaya beroperasi non-stop selama 24
jam/7 hari seminggu,termasuk pelayanan gawat darurat.
3. Untuk pelayanan diagnostik imaging di luar unit radiologi,pelayanan diatur oleh
unit yang bersangkutan,sesuai dengan kebijakan masing-masing unit kerja.
4. Pada hari jam kerja, radiologi melayani semua pasien baik dari rawat inap,rawat
jalan,IGD,poli klinik,maupun rujukan dari luar RSIA Respati.
5. Setiap permintaan pemeriksaan radiologi harus dengan rujukan dari dokter
klinikus termasuk dari IGD dengan mencantumkan nama pasien, No, MR,
Umur, Nama dokter pengirim dan keluhan/tanda-tanda klinis diagnose yang
ditemukan serta pemeriksaan radiologi yang diminta.
6. Untuk pasien anak-anak yang tidak kooperatif,maka pemeriksaan radiografi
dapat dilakukan pre medikasi yaitu pemberian obat sedasi chlorahidrat, atas
persetujuan keluarga. Resep chlorahidrat harus dibuat oleh dokter yang telah
ditraining dan pemberiannya harus dilakukan oleh perawat yang sudah melalui
training.
7. Kaidah-kaidah pemeriksaan diterapkan pada setiap pemeriksaan radiologi.
8. Pelayanan bagi pasien rawat jalan diberikan berdasarkan nomor urut kedatangan
atau pendaftaran, namun dalam keadaan atau situasi tertentu yang dianggap
mendesak petugas radiologi boleh mendahulukan pelayanan bagi pasien bayi,
balita atau orang sakit termasuk pasien dari IGD dengan sebelumnya memberi
penjelasan kepada pasien lain yang menunggu giliran.
9. Untuk pemeriksaan karena alasan dan pertimbangan tertentu belum atau tidak
dapat dilakukan di radiologi, maka akan dirujuk ke radiologi atau Rumah Sakit
atau Institusi lain yang berkompeten melakukan pemeriksaan tersebut.
10. Kerjasama Unit Radiologi dengan tempat rujukan direkomendasikan direktur
dan memiliki rekam jejak yang baik tentang tepat waktu dan memenuhi undang-
undang yang berlaku. Dan disahkan dalam ikatan kontrak kerjasama tertulis
yang ditanda tangani manajemen RS dan pimpinan institusi tempat rujukan.
11. Institusi tempat rujukan wajib memberikan bukti kontrol kualitas mutunya
sebagai salah satu parameter evaluasi yang dilakukan secara periodik termasuk
evaluasi kesepakatan kerjasama.
12. Untuk menghindari benturan kepentingan dari semua pihak terkait, maka pasien
diberitahu tentang hubungan dokter yang merujuk dan pelayanan diluar rumah
sakit tersebut untuk pelayanan radiologi dan diagnostik imaging.

14
13. Lamanya hasil pemeriksaan yang dirujuk tergantung pada jenis pemeriksaan
dan kebijakan institusi tempat rujukan.
14. Atas permintaan khusus dari dokter yang mempertimbangkan kondisi medis
tertentu dari pasien, pengerjaan pemeriksaan bisa disegerakan atau
diperioritaskan tanpa mengikuti urutan. Kondisi tersebut disebut dengan
“CITO”
15. Untuk permintaan radiologi dalam katagori “cito” ketepatan waktu pelaporan
hasil pemeriksaan kasus cito di ukur.

B. Ketentuan Khusus pelayanan


1. Petugas radiologi akan menjadwalkan pemeriksaan meliputi: hari, tanggal, dan
waktu pemeriksaan.
2. Bila pasien setuju petugas radiologi akan memberikan penjelasan mengenai
persiapan dan biaya pemeriksaan.
3. Pasien datang dengan perjanjian yang telah ditentukan.
4. Untuk wanita usia subur bila dalam keadaan hamil dimohon untuk memberitahu
ke petugas unit radiologi.
5. Untuk kepentingan patien safety petugas radiologi akan melakukan identifikasi
positif,yaitu dengan memastikan bahwa pasien tersebut tidak hamil dengan cara
bertanya kepada pasiennya.

C. Persiapan pemeriksaan
Persiapan pemeriksaan diperlukan pada pasien yang akan dilakukan
pemeriksaan radiologi seperti: USG Abdomen dll.

D. Penyerahan Hasil
Penyerahan hasil adalah semua hasil film x-Ray dan hasil expertise dari
pasien yang telah diperiksa dimasukan kedalam satu amplop yang sesuai dengan
jenis pemeriksaanya.
1. Untuk pasien poli dan rujukan luar, hasil pemeriksaan radiologi akan diambil
oleh pasien / keluarga di bagian administrasi radiologi. Petugas melakukan
pengecekan ulang (nama, umur, no RM, no.radiologi, tanggal
pemeriksaan,dokter pengirim, jenis pemeriksaan) sebelum hasil diberikan
kepada pasien atau keluarga pasien. Petugas administrasi radiologi mencatat
pada buku pengambilan nama dan nomor telepon yang mengambil hasil.
2. Untuk pasien yang berasal dari unit IGD, Rawat Inap, hasil pemeriksaan
radiologi diberikan melalui petugas unit yang bersangkutan. Petugas
administrasi radiologi,perawat,pekarya mencatat identitas di buku pengambilan
hasil.

E. Waktu Pelaporan Hasil Pemeriksaan Radiologi


Cito pada Cito diluar
Deskripsi Rawat Jalan Rawat Inap
jam kerja jam kerja
Konvensional
180 Menit 180 Menit 60 Menit 60 Menit
Tanpa kontras
USG Rutin 120 Menit 120 Menit 90 Menit

15
USG Doppler 210 Menit 210 Menit 150 Menit

BAB V
LOGISTIK

A. Pengaturan
1. Unit radiologi menetapkan jumlah kebutuhan film dan perbekalan penting
untuk menunjang proses pemeriksaan radiologi.
2. Unit radiologi menjamin ketersediaanfilm,dan pebekalan penting lainnya.
3. Persediaanfilm, kontras media dan kebutuhan lainnya diminta berdasarkan
jumlah persediaan yang telah mencapai batas maksimal.
4. Pemesanan film, kontras media dan kebutuhan lainnya tidak boleh lebih dari
batas maksimal.
5. Pemesanan harus ditulis dengan lengkap nama barang, jumlah, satuan, dan
ditulis dibuku pengambilan/permintaan barang radioogi.
6. Pastikan pengukur suhu tempat penyimpanan terjaga dengan baik, melalui
pengecekan.
7. Pastikan kunci lemari penyimpanan terjaga dengan baik
8. Pastikan film, kontras media dan kebutuhan lainnya yang diterima dari bagian
farmasi sesuai dengan surat pemesanan dan pengeluaran barang
9. Setiap hari suhu dan kelembapan penyimpanan film dan kontras media dicatat
10. Pemberian label untuk semua perbekalan dilakaukan secara lengkap dan
akurat

B. Pemesanan
1. Tulis permintaan film, kontras media dan kebutuhan lainnya sesuai dengan
stok minimal dan maksimal barang.
2. Permintaan film, kontras media dan kebutuhan lainnya harus dibuat oleh staf
radiologi yang telah disetujui oleh kepala unit pelaksana
3. Permintaan yang telah disetujui diserahkan kebagian farmasi yaitu film dan
kontras jika barangnya berupa ATK (alat tulis kantor) surat permintaan
pengadaan barang ditujukan kebagian gudang umum

C. Penyimpanan
1. Proses penyimpanan semua perbekalan unit radiologi disesuaikan dengan
peraturan yang ditetapkan oleh manufaktur
2. Film,kontras media dan kebutuhan lainnya yang diterima dari bagian farmasi
atau gudang umum harus diperiksa fisikjumlah dan kemasannya sebelum
ditanda tangani bukti serah terima barang
3. Setelah dihitung, film, kontras media dan kebutuhan lainnya disimpan didalam
lemari yang terkunci
4. Penyimpanan film,kontras media dan kebutuhan lainnya dicatat dikartu stok

16
5. Setiap suhu dan kelembapan penyimpanan film dan kontras media harus
dicatat
6. Suhu untuk penyimpanan film fan kontras media diatur dan dikontrol setiap
hari sesuai dengan prosedur
7. Setiap kali pengambilan film,kontas media dan kebutuhan lainnya harus
dicatat dikartu stok.

D. Distribusi
1. Proses distribusi perbekalan radiologi sesuai dengan ketentuan dari rumah
sakit,untuk mendukung proses pelayanan radiologi.
2. Setiap dinas pagi administrasi radiologi menghitung kebutuhan alkes dan
obat-obatan untuk standar minimal dan maksimal trolley.
3. Administrasi mengambil obat dan alkes sesuai dengan kebutuhan dengan
mnencatat di kartu stok.
4. Pastikan obat-obatan yang didistribusikan diperiksa expire datenya dan
kondisi fisiknya .
5. Jika rusak dan sudah exfpire maka dilaporkan ke kepala unit pelaksana
radiologi untuk ditindak lanjut.
6. Administrasi radiologi mendistribusikan obat-obatan tersebut si trolley setiap
ruangan sesuai standar minimal dan maksimal.

E. Laporan Logistik Unit Radiologi


Pelaporan dilakukan agar pemesanan, pemakaian dan distribusi barang dan
obat di unit radiologi tercatat dan terkontrol dengan baik,yaitu:
1. Laporan jumlah order barang dan obat dalam satuan tergantung jenis barang
dan obat.adapun nama satuan yang dipakai antara lain piece,Box, Roll, Botol,
Vial, Kg, Tablet, Supp, Ampul, Tube, Buku, Lembar, Liter dan lainnya
2. Laporan pencatatan jumlah order barang dalam nilai rupiah untuk pemakaian
barang dan obat bulanan.

F. Evaluasi Logistik
Evaluasi dilakukan setiap bulan terhadap ketersediaan barang dan obat
sesuai jumlah barang dan obat yang terpakai harus disesuaikan dengan jumlah
pasien yang menggunakan barang dan obat tersebut. Fisik dari barang dan obat
harus diperiksa apakah ada yang rusak baik label merk dan isinya.
Tanggal kadaluwarsa di data dan diperiksa apakah ada barang dan obat yang
mendekati tanggal kadaluwarsa. Jika barang atau obat tersebut mendekati
kadaluwarsa minimal 3 bulan harus segera diserahkan ke unit farmasi untuk
dikembalikan dan dibuat berita acara.

17
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN

A. Pengertian
Pengertian keselamatan pasien adalah suatu sistem dimana Rumah Sakit
membuat asuhan pasien lebih aman untuk mencegah cidera yang disebabkan oleh
kesalahan akibat menjalankan suatu tindakan atau tidak menjalankan suatu tindakan
yang seharusnya dilakukan.

B. Tujuan
Bertujuan untuk mencegah jangan sampai terjadi dampak negatif / merugikan
bagi pasien, baik fisik atau psikis atau psikis akibat dari ketidaksiapan secara teknis
di lingkungan kerja unit Radiolgi Diagnostik Imaging terintgrasi ataupun
kecerobohan petugas saat memberikan pelayanan.

C. Identifiaksi resiko
Risiko adalah potensi terjadinya kerugian yang dapat timbul dari proses
kegiatan saat sekarang atau kejadian dimasa datang. Risiko keselamatan Pasien
(Patient Safety) :
1. Pasien Jatuh
2. Salah pemberian obat (Dosid, Rute, Obat,Pasien).
3. Risiko pemberian obat/kontras media (Alergi)
4. Terpapar Radiasi
5. Tindakan yang salah/dilakukan pada pasien yang salah
6. Penanganan terlambat

D. Manajemen Risiko
Manajemen risiko adalah pendekatan proaktif untuk mengedintifikasi,
mengevaluasi dan memprioritaskan risiko untuk mengurangi risiko cedera dan
kerugian pada pasien karyawan rumah sakit, pengunjung dan organisasi sendiri.

E. Tata laksana keselamatan Pasien


Tatalaksan keselamatan pasien adalah proses teknis mengenai tata cara dan
upaya upaya untuk mencegah terjadinya kecelakaan pelayanan yang dapat
mengakibatkan dampak negatif dan merugikan bagi pasien, baik fisik maupun psikis
yang diakibatkan oleh ketidaksiapan teknis dilingkungan kerja unit atau akibat
kecerobohan petugas, sehingga diharapkan tidak terjadinya kecelakaan yang

18
merugikan pasien selama mendapatkan pelayanan di unit radiologi diagnostik
Imaging yang terakreditasi.
1. Peralatan X-Ray dan Imaging
a. Melakukan warming up dan kalibrasi peralatan setiap hari secara rutin
untuk mengetahui kesiapan peralatan, baik dari segi pergerakan mekanik
(fungsi hardware) ataupun software.
b. Melakukan pengecekan teknik ,antara lain on/off, buka diafragma
kolimator dan lain-lain yang ada disetiap ruangan.
c. Mengecek masa berlakunya sertifikat kelayakan kebocoran tabung, jika
masa berlakunya habis maka berkoordinasi dengan BPFK atau vendor
yang mempunyai kemampuan hal tersebut diatas melalui unit ESD untuk
dilakukan uji paparaan radiasi ulang.
2. Peralatan pelindung keselamatan di unit Radiologi Diagnostik Imaging
terintegrasi
a. Apron, digunakan untuk menutupi organ disekitar objek yang diperiksa,
sehingga diharapkan meerima paparan dosis radiasi minimal.
b. Thyroid Shield, digunakan khusus untuk menutupi area thyroid/ leher
c. Sarung tangan timbal, digunakan untuk menutupi daerah tangan sampai
dengan mendekati siku.
d. Sliding bed, digunakan untuk memindahakan pasien dari meja pemeriksaan
ke tempat tidur atau sebaliknya.
3. Pencegahan kebocoran / kelalainan petugas dalam bekerja di Unit Radiologi
Diagnostik Imaging Terintegrasi
a. Menerapkan prosedur identifikasi pasien dengan benar sebelum melakukan
tindakan, dengan menjalankan prosedur indentifikasi positif sesuai
panduan identifikasi positif RS.
b. Melakukan prosedur chek list disetiap langkah pemeriksaan
c. Meningkatkan komunikasi verbal yang efektif dengan pembacaan ulang
(read back) sesuai dengan panduan read back RS.
d. Verifikasi pembacaan ulang instruksi yang lengkap dan hasil dan test yang
kritikal oleh petugas yang menerima instruksi secara lisan/per telpon. Pada
saat pembacaan ulang individu yang menerima instruksi atau hasil test
mendengarkan hasil yang diberikan, mencatatnya kedalam cacatan medic
pasien kemudian membaca ulang catatan tersebut kepada orang yang
memberi informasi yang telah dicatat kedalam cacatan medic dengan
tepat.staf rumah sakit diminta untuk melakukan pembacaan ulang setiap
melakukan komunikasi hasil test yang kritikal secara lisan termasuk melaui
telepn dan staf medic diharapkan untuk menerima pembacaan ulang
tersebut. Semua hasil test yang dilaporkan per telpon akan ditanyakan
senagai hasil test yang kritikal.(termasuk hasi cyti test, laporan nilai
kritikal dsan hasil pemeriksaan diagnostic lainnya yang memerlukan
tanggapan segera) merujuk kepada: panduan test kritikal dan hasil test yang
kritikal.
e. Proses penerimaan instruksi lisan dan per telpon; penerima instruksi akan
mencatat instruksi tersebut kedalam formulir yang telah disetujui.penerima
instruksi akan membacakan ulang instruksi tersebut kepada dokter yang

19
memberi instruksi.dokter yang memberi instruksi akan melakukan
verifikasi bahwa instruksi yang diberikan telah diterima dan dicatat dengan
tepat atau melakukan klarifikasi sehingga pembacaan ulang harus
dilakukan kembali. Penerima instruksi kemudian mencatat di dokumen
pembacaan ulang dilakukan sebelum ditandatangani untuk catatan tertulis
atau sebelum selesai untuk ditanda tangan secara elektronik.

F. Infection Control
Infeksi nosokomial adalah infeksi yang diperoleh ketika seseorang dirawat di
rumah sakit , infeksi nosocomial dapat terjadi setiap saat dan di setiap tempat di
rumah sakit untuk mencegah dan mengurangi kejadian infeksi nosocomial serta
menekan angka infeksi tingkat serendah rendahnya perlu adanya upaya pengendalian
infeksi nosocomial. Pengendalian infeksi nosocomial bukan hanya tanggung jawab
bersam dan melibatkan semua unsur / profesi yang ada di rumah sakit.
Unitradiologi menerapkan kebijakan rumah sakit, dngan selalu berkoordinasi
dengan komite pencegahan dan pengendalian infeksi RS.
1. Sumber Infeksi
a. Bersumber dari petugas
1) Petugas rumah sakit (perilaku)
2) Kurang atau tidak memahami cara-cara penularan penyakit
3) Kurang atau tidak memperhatikan kebersiahn
4) Kurang atau tidak memperhatikan teknik aseptic dan antiseptic
5) Menderita suatu penyakit
6) Tidak mencuci tanga sebelum dan sesudah melakukan tindakan

b. Bersumber alat-alat yang diapakai


1) Kotor atau kurang bersih / tidak steril
2) Rusak atau tidak layak pakai
3) Penyimpanan yang kurang baik
4) Dipakai berulang – ulang
5) Lewat batas pemakaian
6) Pasien menderita penyakit tertentu
c. Bersumber dari lingkungan
1) Tidak ada sinar matahari yang masuk
2) Ventilasi/ sirkulasi udara yang kurang baik
3) Ruangan lembab
4) Banyak serangga
2. Mengurangi resiko infeksi dengan melakukan cuci tangan dengan benar
a. Kedua tangan harus dicuci berdasarkan 5 momen cuci tangan
b. Kebersihan tangan dapat dilakukan dengan menggunakan pembersih
tangan mengandung alkohol, sabun cair atau cairan antiseptic. Pilihan
cairan tergantung aktivitas yang dilakukan.
c. Semua staf sesuai kebijakan dan panduan cuci tangan ;semua jam tangan
dan perhiasan harus dilepaskan saat cuci tangan.

20
d. Kuku harus dipotong pendek (< 0.5 cm). kuku palsu dan pewarna kuku
tidak boleh dipakai saat kontak langsung dengan pasien
e. Luka sayat dan luka lecet harus ditutup dengan plester kedap air
f. Lima kesempatan /momen untuk kebersihan tangan harus dilakukan
sebagai berikut:
1) Sebelum melakukan tindakan bersih/aseptic
2) Sebelum menyentuh pasien
3) Sesudah terpapar dengan cairan tubuh yang beresiko
4) Sesuadah menyentuh pasien
5) Sesudah menyentuh benda-benda disekeliling pasien

G. Observasi dan Konsultasi


Petugas radiografer menanyakan /observasi kepada pasien mengenai organ
dan daerah tubuhnya yang dirasakan sakit (area keluhan) untuk dicocokan apakah
sesuai dengan klinis dan objek yang diminta untuk diperiksa, jika menemui keraguan
sebaiknya berkonsultasi ke dokter Spesialis Radiologi atau dokter klinikus.

H. Mobilitas dan Pergerakan Pasien


1. Meminta bantuan staf lainnya dan menggunakan sliding bed (jika diperlukan)
untuk memindahkan pasien dengan kondisi tidak kooperatif dari tempat tidut ke
meja pemeriksaan atau sebaliknya, terutama pasien dengan kondisi frakture,
post op, atau trauma kecelakaan lalu lintas.
2. Lakukan prosedur yang minimal pergerakan pasien dan minimal perpindahan
pasien namun tetap memperhatikan hasil diagnosa yang optimal.

21
BAB VII
KESELAMATAN KERJA

A. Pengertian
Pedoman kesehatan dan keselamatan kerja di unit radiologi diagnostik
imaging terintegrasi adalah upaya-upaya untuk mencegah terjadinya dampak
negative dan merugikan bagi kesehatan pekerja, baik fisik maupun psikis akibat dari
lingkungan kerja. Pedoman kesehatan dan keselamatan kerja, antara lain; k3
(kesehatan keselamatan kerja) nosokomial, k3 cairan limbah kimia dan k3
penanggulangan kebakaran.

B. Tujuan
Bertujuan untuk mencegah jangan sampai terjadi dampak negative dan
merugikan bagi kesehatan pekerja di unit,baik fisik atau psikis akibat dari
lingkungan kerja.

C. Tata laksana
Tatalaksana keselamatan kerja adalah proses teknis mengenai tata cara dan
upaya untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja yang dapat mengakibatkan
dampak negatif dan merugikan bagi kesehatan pekerja, baik fisik maupun psikis.
Sehingga diharapkan tidak terjadi kecelakaan kerja yang merugikan petugas selama
memberikan pelayanan di unit radilogi.
Resiko keselamatan staff (staff safety): karyawan jatuh;tertusuk jarum suntik
atau benda tajam lain, terpapar bahan kima atu cairan tubuh pasien,terpapar radiasi,
terpapar infeksi, low back pain karena proses mengangkat yang tidak tepat dan
akibat pemakaina apron.
1. Prossedur keselamatan kerja unit radiologi diagnostik imaging terintegrasi
2. Prosedur penanganan needle stick injuri & cairan tubuh lainnya
3. Penyediaan dan pemakaian alat pelindung diri termasuk apron
4. Pengkajian 4 tepat (tepat obat, tepat pasien, tepat dosis, tepat rute) dalam
pemberian obat
5. Pembuatan sign
6. Pelatihan safety lifting
7. Memastikan kecukupan tenaga

22
8. Monitoring paparan radiasi baik personal monitoring maupun divice monitoring
lainnya
9. Medical chek up bagi karyawan pekerja radiasi
10. Pemberian extra fooding
11. Pengadaan, penyimpanan, pemakain dan pembuangan B3 sesuai prosedur
12. Penanaman budaya safety
a. Mencuci tangan
1) Tujuan : Mencegah penyebaran mikro-organisme yang dapat
menyebabkan penyakit pada seseorang
2) Tata cara teknik mencuci tangan yang efektif dengan menggunakan sabun
teknik mencuci tangan sesuai dengan standar mencuci tangan di rumah
sakit
3) Memakai sarung tangan; mencuci tangan lalu mengambil sarung tangan
(hand schon) hingga lipatan jari-jari terlepas. Memakai secara tepat jari-
jari tangan sampai dengan jari-jari sarung tangan.bila pemakaian sudah
selesai,buka sarung tangan kemudian buang langsung ketempat sampah
medik (kantong plastik warna kuning)
b. Penanganan linen kotor
1) Tujuan
Untuk menempatkan linen kotor sebagaimana mestinya sehingga dapat
mencegah terjadinya infeksi nasokomial yang merugikan baik bagi
pasien, petugas dan lingkungan.
2) Tata cara:
 Linen kotor dikumpulkan menjadi satu dimasukan kedalam keranjang
linen kotor, kecuali baju pasien yang dimasukan kedalam poly bag
kuning.
 Untuk kain pembungkus instrument dikembalikan bersamaan dengan
instrument yang telah dipakai kebagian CSSD untuk diseterilkan
kembali.
 Apabila keranjang telah terisi penuh linen kotor, maka telepon
kebagian laundry untuk segera diambil.
 Keranjang linen dalam keadaan kosong dan siap untuk dipakai
kembali.
c. Penanganan instrument steril
a) Tujuan
Untuk menjaga tingkat sterilitas instrument sebelum digunakan dan
sebelum masa kadaluarsa
b) Tata cara:
 Instrument diambil dan dibawa dari bagian CSSD, hindarikontaminasi
dan hitung jumlahnya dengan teliti
 Pisahkan kom, tromol, dan HSG set, selanjutnya dikelompokan
 Susun pada troli sesuai dengan kelompoknya secara rapih
 Khusus HSG set disusun sesuai masa kadaluarsa, untuk instrument
mendekati masa kadaluarsa diletakan paling atas
 Hindari pengecekan dengan cara berulang-ulang

23
 Sisihkan instrument yang telah kadaluarsa masa sterilnya, tetapi
belum digunakan untuk disterilkan kembali
d. Kebersihan ruangan
1) Tujuan
Untuk menjaga agar ruangan selau dalam keadaan bersih dan terjaga
sanitasinya sehingga memberi kenyamanan dan keamanan bagi pasien
yang lainnya
2) Tata cara
 Kebersihan ruangan adalah tanggung jawab masing-masingradiografer
yang dinas diruangan tersebut
 Ruangan yang kotor akibat adanya pemeriksaan pasien yang tingkat
kekotorannya masih dapat diatasi oleh radiographer, terutama
berkaitan dengan tempat /meja pemeriksaan dan juga
penunjanglainnya dapat dikerjakan sendiri.
 Untuk tingkat kekotoran yang jauh diluar jangkauan kemampuan dan
bukan wewenang radiographer harus segera menghubungi
petugascleaning service untuk segera dibersihkan.
e. Penanganan dan pembuangan bahan yang dapat menular dan berbahaya
1) Penanganan dan pembuangan limbah medis dan non medis dilakukan
oleh vendor / cleaning service
2) Limbah medis dan non medis ditampung pada bak sampah yang berbeda
bak sampah dengan plastic warna kuning untuk sampah medis dan bak
sampah dengan plastic warna hitam untuk sampah non medis.
3) Setiap harinya sampah medis dan non medis diangkut oleh petugas
cleaning cervice ke tempat pembuangan sementara, untuk selanjutnya
diangkut ke tempat pembuangan akhir sesuai dengan jenis limbah.
4) Untuk limbah tajam dimasukan kedalm wadah khusus yang tertutup
apabila isi botol sudah penuh, telepon peetugas cleaning service untuk
diambil dan selanjutnya dikirim ke unit engenering untuk penanganan
lanjut.
f. K3 Kebakaran
1) Tujuan
Untuk kesiapsiagaan menghadapi terjadinya kebakaran di rumah sakit
khususnya di unit radiologi diagnostic imaging terintegritasi.
2) Tata cara
Bila terjadi kebakaran di unit radiologi diagnostic imagingterintegritasi,
maka:
 Berusaha memadamkan api dengan menggunakan APAR yang
tersedia dilantai tersebut dengan teknik : P : Pin ditarik A : Arahkan
Nozlle; T : Tekan Pelatuk A: Arahkan ke sumber api S:Semprotkan /
PATAS dan memberitahukan teman jika ada untuk meminta bantuan
meng-informasikan ke sentral monitor dan posko satpam dengan kode
1065 ,red code ,unit radiologi.
 Apabila usaha pemadaman api awal tidak berhasil karena api sudah
cukup besar ,segera berlari menuju break glass alram dan manual call
point dengan memecahkan kacanya lalu menekan break glass alarm

24
tersebut. Petugas memonitor sewaktu mengetahui alarm
bekerja,segera mengiformasikan kepada regu pemadam,kemanan, dan
komandan fire serta pimpinan umum.
 Usaha pemadaman diambil alih oleh regu pemadam kebakaran,
petugas radiologi ikut dalam upaya-upaya pemadaman dan memberi
laporan kepada kepala pelaksana pada kesempatan pertama dan
membuat laporan pada lembaran isiden report kepada manajemen.

BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU

A. Pengertian
Pengendalian mutu di Unit Radiologi Diagnostik Imaging terintegrasi
merupakan suatu upaya untuk mengetahui kualitas pelayanan yang diberikan serta
mengukur kepuasan pelanggan berdasarkan masukan melalui kuisioner, evaluasi
dan analisis langsung secara teknis maupun administrasi.

B. Tujuan
Bertujuanuntuk mempertahankan, meningkatkan dan bahkan mengevaluasi
kelemahan-kelemahan mutu pelayanan yang ada sehingga peningkatan mutu di
Unit Radiologi Diagnostik Imaging terintegrasi senantiasi dinamis mengikuti
tuntutan, kemauan dan kebutuhan konsumen yang senantiasa berkembang dan
berkembang.

C. Tata Laksana
Pelaksanaan Pengendalian Mutu
Pelaksanaan pengendalian mutu di Unit Radiologi Diagnostik Imaging
terintegrasi di aplikasikan dalam wujud pelaksanaan program-program sebagai
berikut :
1. Program Pengontrolan mutu, di luar unit radiologi RS :
a. RS menentukan frekuensi dan jenis data control mutu dari unit kerja
radiologi diluar rumah sakit.
b. Ada penanggung jawab atas control mutu dan kompeten untuk menilai
hasil control mutu unit radiologi diluar RS.
c. Ada penanggung jawab yang kompeten dan ditunjuk melakukan tindakan
berdasarkan hasil control mutu.
d. Laporan tahunan data control mutu dari unit radiologi di luar RS
digunakan untuk membuat perjanjian kerjasama atau pembaharuan.
2. Managemen peralatan Unit Radiologi Diagnostik Imaging terintegrasi
Untuk menjamin kesiapan peralatan Unit Radiologi Diagnostik Imaging
terintegrasi.
3. Evaluasi Reject Analisis Film

25
Untuk mengevaluasi kualitas film rontgen di Unit Radiologi RS
mengadakan program evaluasi reject analisis film, dengan langkah-langkah
sebagai berikut :
a. Mencatat film X-Ray yang tidak layak di ekspertise di dalam buku
laporan reject analisis film.
b. Mengelompokan data reject film berdasarkan ukuran film, jenis
pemeriksaan dan penyebab kegagalan.
c. Menganalisa hasil laporan reject setiap tiga bulan dan di sosialisasikan
kepada semua staff terkait.
d. Melakukan upaya peningkatan mutu dengan menurunkan angka film
reject.
4. Evaluasi Kecepatan Pelayanan
Untuk mengevaluasi kecepatan pelayanan secara menyeluruh maka
radiologi RS menggunakan KPI (Key Performance Indikator) sebagi alat
control mutu, dengan langkah-langkah sebagai berikut :
a. Menetapkan Key Performance Indikator (KPI) yang berfungsi mengukur
kecepatan pelayanan pada prioritas jenis pemeriksaan.
b. Mengukur dan mencatat waktu awal pemeriksaan, lama pemeriksaan,
sampai selesainya hasil bacaan dengan standar waktu tertentu.
c. Menganalisa dan melaporkan hasil pengukuran dan pencatatan setiap
sebulan sekali.
d. Melakukan evaluasi sesuai kebutuhan unit termasuk evaluasi kecepatan
pelayanan cito.
5. Evaluasi Kualitas Pelayanan
Untuk mengevaluasi kualitas pelayanan secara menyeluruh maka unit
radiologi mengadakan program analisa dan evaluasi complain serta cara-cara
penyelesaiannya, dengan langkah-langkah sebagai berikut :
a. Mencatat dan mengevaluasi tingkat complain terhadap pelayanan
radiologi yang dikeluarkan oleh Unit Customer Service setiap bulannya.
b. Menganalisa laporan tersebut setiap bulannya, dan melakukan upaya
peningkatan kualitas pelayanan.
6. Analisa Insiden
Setiap insiden, terutama yang berhubungan dengan pelayanan pasien di
Unit Radiologi, baik yang terkait dengan profesi medik maupun keperawatan,
kepuasan pelanggan, maupun keselamatan pasien / staf dikumpulkan dan
dicatat oleh Risk Management, kemudian dilakukan analisa insiden. Hasil
analisa tersebut menghasilkan suatu kesimpulan / rekomendasi untuk
perbaikan system.
a. Analisa Prospektif
Apabila Unit Radiologi memiliki suatu program baru atau rencana
perubahan alur proses, maka dapat dilakukan analisa prospektif untuk
alur proses yang akan dibuat/diterapkan. Analisa prospektif dapat
dilakukan dengan metode Failure Mode / Effect Analysis (FMEA).
FMEA juga dapat dilakukan untuk melakukan analisa standar profesi
atau clinical pathway secara prospektif.
b. Program Kendali Mutu

26
Dalam menyediakan layanan yang bermutu dan professional, Unit
Radiologi menyusun suatu program kendali mutu, yang merupakan suatu
upaya yang dapat menjamin proses pelayanan kepada pasien sesuai
dengan standar fasilitas, tata laksana pelayanan, keselamatan pasien,
keselamatan kerja, proteksi radiasi.
Semua upaya menjaga mutu pelayanan (quality assuarance) Unit
Radiologi, diterangkan lebih lanjut dalam program kendali mutu.
1) Validasi Metode Pengujian
2) Pengawasan harian hasil pencintraan
3) Tindakan korektif yang cepat apabila terdapat kekurangan yang
teridentifikasi.Dokumentasi hasil dan tindakan korektif.
BAB IX
PENUTUP

A. KESIMPULAN
1. Pelayanan Instalasi Radiologi adalah pelayanan penunjang medis yang bersifat
teknik dan adminstratif untuk diagnostik dengan menggunakan peralatan
radiologi yang memanfaatkan sumber energi radiasi pengion sinar-X dan sumber
radiasi lain dengan tingkat keakurasian, keamanan, mutu dan manfaat yang
optimal yang didukung oleh tenaga staf yang bekerja secara professional.
2. Batasan opersional pelayan Instalasi Radiologi adalah pelayanan radiodiagnostik.
3. Kualifikasi sumber daya manusia (SDM) di Instalasi Radiologi terdiri dari dokter
spesialis radiologi, radiographer, petugas proteksi radiasi (PPR), tenaga perawat
radiologi dan petugas adminitrasi.
4. Standar fasilitas peralatan dan fasilitas ruang pemeriksaan yang memadai di
Instalasi Radiologi ditujukan agar terselanggaranya kegiatan pelayanan radiologi
yang aman, afektif, efisien, dan manusiawi sesuai dengan perturan yang berlaku,
serta memungkinkan petugas unit radiologi bekerja dengan aman nyaman dan
tertib.
5. Tata laksana pelayanan medik radiodiagnostik di Instalasi Radiologi,meliputi
beberapa tahapan antara lain: pendaftaran, persiapan pemeriksaan, pelaksanaan
pemeriksaan, pengolahan film, proses ekpertise dan proses penyerahan hasil.
6. Alur logistik barang dan obat-obatan meliputi beberapa tahapan ,antar lain:
proses rencana pembelanjaan, proses pencatatan,dan proses pelaporan
pemakaian,distribusi barang dan obat-obatan.
7. Proses kesehatan keselamatan kerja (k3) di Instalasi Radiologi, meliputi; k3 bagi
pasien, k3 bagi staf (karyawan), k3 proteksi radiasi.
8. Pengendalian mutu unit radiologi merupakan suatu upaya untuk mengetahui
kualitas pelayanan yang diberikan serta mengukur kepuasan pelanggan
berdasarkan masukan melalui kuisioner, evaluasi dan analisis langsung secara
teknis maupun tampilan administrasi.

27

Anda mungkin juga menyukai