PENDAHULUAN
A. Pendahuluan
Dalam UU Nomor 36 Tahun 2009 bahwa untuk mengimplementasikan mutu
lingkungan yang bersih dan sehat diperlukan upaya kesehatan lingkungan baik
fisik, kimia, biologi, dan sosial yang bertujuan untuk meningkatkan derajat
kesehatan yang optimal. Pedoman upaya penyelenggaraan kesehatan lingkungan
diperkuat dalam Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2014, dalam upaya
mencegah kejadian penyakit dan atau gangguan kesehatan lainnya. Upaya
sanitasi/kesehatan lingkungan diselenggarakan menuju lingkungan perumahan
permukiman, tempat kerja dan rekreasi, serta fasilitas umum lainnya yang sehat,
aman, dan terkendali. Adapun tempat dan fasilitas umum yang perlu mendapat
pengawasan lain sehat salah satunya adalah rumah sakit.
Rumah sakit merupakan salah satu fasilitas pelayanan kesehatan perorangan
yang merupakan bagian dari sumberdaya kesehatan yang sangat dibutuhan
dalam mendukung penyelenggaraan upaya kesehatan yang komprehensif.
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 147 Tahun 2010 menyebutkan bahwa
rumah sakit adalah sebuah institusi pelayanan kesehatan yang
menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara pari purna yang
menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, serta gawat darurat.
Dengan fungsi rumah sakit yang sedemikian kompleks, maka rumah sakit
menjadi tempat yang sangat ideal untuk menularkan penyakit. Penularan
penyakit tersebut disebabkan karena adanya kontak terus menerus antara orang
sehat, orang sakit, serta alat-alat kesehatan. Penularan penyakit yang didapat dari
rumah sakit disebut dengan infeksi nosokomial.
Rumah sakit sebagai tempat umum mempertemukan manusia dan
lingkungan hidup bila mana tidak diselenggarakan dengan baik dan sehat akan
mengakibatkan permasalahan kesehatan lingkungan dan turunnya mutu media
sanitasi seperti limbah, media air bersih, air minum, pangan, media udara, sarana
prasarana dan kualitas bangunan serta vektor/binatang pembawa penyakit
sehingga berakibat resiko terjadinya penularan penyakit di dalam rumah sakit itu
sendiri. Adapun upaya sanitasi rumah sakit meliputi kesehatan air dan kesehatan
udara rumah sakit, kesehatan pangan siap saji, kesehatan sarana
prasarana/bangunan, pengendalian vector/binatang penular penyakit,
pengamanan limbah, pengamanan radiasi, penyelenggaraan linen, dan
manajemen sanitasi RS.
Tujuan praktikum lapangan ini adalah memberikan gambaran sanitasi
lingkungan rumah sakit melalui inspeksi kesehatan lingkungan RS dengan cara
penilaian dan pemeriksaan lapangan serta membandingkan antara nilai capaian
dengan standart yang baku dan persyaratan kesehatan lingkungan di RS “Aloei
Saboe Wongkaditi, Kecamatan Kota Utara, Kota Gorontalo, Provinsi
Gorontalo”.
B. Rumusan Masalah
Bagaimana Gambaran Kondisi Sanitasi Lingkungan di RS Aloei Saboe,
Wongkaditi, Kecamatan Kota Utara, Kota Gorontalo, Provinsi Gorontalo.
C. Tujuan Penulis
1. Agar dapat Mengetahui Gambaran Kondisi Sanitasi Lingkungan di RS
Aloei Saboe, Wongkaditi, Kecamatan Kota Utara, Kota Gorontalo,
Provinsi Gorontalo.
2. Memenuhi Laporan Praktikum Lapangan Mata Kuliah Sanitasi Rumah
Sakit.
D. Manfaat penulisan
1. Mengetahui Gambaran Kondisi Sanitasi Lingkungan di RS Aloei Saboe,
Wongkaditi, Kecamatan Kota Utara, Kota Gorontalo, Provinsi Gorontalo.
2. Memenuhi Laporan Praktikum Lapangan Mata Kuliah Sanitasi Rumah
Sakit.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
A. KESEHATAN LINGKUNGAN RUMAH SAKIT
1. Pengertian Rumah Sakit
Rumah sakit merupakan suatu institusi yang fungsi utamanya memberikan
pelayanan kesehatan kepada masyarakat (Depkes RI, 2009). Rumah sakit
merupakan salah satu dari sarana kesehatan tempat menyelenggarakan upaya
kesehatan. Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan
meningkatkan kesehatan, bertujuan untuk mewujudkan derajat kesehatan
yang optimal bagi masyarakat.
Rumah sakit merupakan institusi yang integral dari organisasi kesehatan
dan organisasi sosial, berfungsi menyediakan pelayanan kesehatan yang
lengkap. Rumah sakit juga merupakan pusat latihan bagi tenaga profesi
kesehatan dan sebagai pusat penelitian untuk riset kesehatan.
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1204/MENKES/SK/X/2004 bahwa rumah sakit adalah sarana pelayanan
kesehatan, tempat berkumpulnya orang sakit maupun orang yang sehat.
Kumpulan banyak orang ini akan dapat memungkinkan rumah sakit menjadi
tempat penularan penyakit, gangguan kesehatan dan pencemaran lingkungan.
Untuk menghindari terjadinya resiko dan gangguan kesehatan maka
diperlukan penyelenggaraan kesehatan lingkungan rumah sakit.
Di Indonesia dikenal tiga jenis rumah sakit yaitu rumah sakit berdasarkan
kepemiliknnya, rumah sakit berdasarkan jenis pelayanannya dan rumah sakit
berdasarkan kelasnya. Berdasarkan kepemilikannya, dibedakan tiga macam
rumah sakit, yaitu (1) rumah sakit pemerintah (RS Pusat, RS Provinsi, RS
Kabupaten), RS BUMN/ABRI dan RS Swasta, (2) RS Umum, RS Jiwa, RS
Khusus, (3) RS kelas A, B, C dan RS kelas D. Namun, semua RS Kabupaten
telah ditingkatkan statusnya menjadi RS Kelas C.
Rumah Sakit Umum adalah rumah sakit yang memberikan pelayanan
kesehatan yang bersifat dasar dan spesialistik dan subspesialistik.Rumah
Sakit Umum Pemerintah adalah rumah sakit umum milik pemerintah baik
Pusat, ataupun Daerah. Rumah Sakit Umum Kelas C adalah rumah sakit
umum yang mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik
spesialistik dasar. Sedangkan RS Kelas C mempunyai minimal empat
spesialistik dasar (bedah, penyakit dalam, kebidanan, dan anak).
2. Manajemen Sanitasi Rumah Sakit
Konsep sistem manajemen lingkungan rumah sakit di Indonesia telah
dikenal sejak lama sebagai bagian dari rutinitas internal kegiatan rumah sakit.
Konsep tersebut pada banyak rumah sakit dilaksanakan melalui praktek-
praktek sanitasi lingkungan. Sanitasi lingkungan rumah sakit mempunyai arti
sebagai upaya menciptakan kesehatan lingkungan yang baik di rumah sakit
melalui pelaksanaan program-program yang berkaitan dengan semua aktivitas
yang ada di rumah sakit. Sanitasi lingkungan rumah sakit meliputi
pengendalian berbagai faktor lingkungan fisik, kimiawi, biologi dan sosial
psikologi di rumah sakit. Komponen manajemen sanitasi rumah sakit antara
lain:
a. Aspek Input
Aspek input di lingkungan rumah sakit yang terdiri dari petugas
sanitarian atau petugas kesehatan lain yang telah dilatih, adanya biaya
operasional (dana) yang dibutuhkan dalam menyelenggarakan sanitasi
rumah sakit dan adanya sarana dan prasarana yang seminimal mungkin
dapat menunjang pelaksanaan Manajemen sanitasi untuk kegiatan promotif
dan preventif. Pelaksanaan pelayanan sanitasi juga harus ditunjang oleh
kelengkapan materi yang diperlukan berupa proses administrasi, pencatatan
dan pelaporan, serta pedoman buku yang digunakan sebagai petunjuk teknis
sanitasi.
b. Proses
Aspek lingkungan rumah sakit merupakan suatu aspek yang berdampak
penting terhadap pelayanan rumah sakit atau masyarakat sekitar rumah
sakit. Dimana Operasional kegiatan di rumah sakit merupakan suatu
rangkaian proses berupa kegiatan yang direncanakan yang dimulai dari
pelayanan medik (poliklinik dan rawat inap), pelayanan penunjang medik
dan penunjang nonmedik. Selain itu, ada pula aktivitas dan pelayanan dalam
beberapa kategori utama, seperti rawat jalan, rawat inap, produk limbah
yang dihasilkan, kegiatan medik dan nonmedik, transportasi material (medik
dan logistik), dan upaya pencegahan pencemaran. Dari masing-masing
uraian aktivitas tersebut, akan teridentifikasi bahan-bahan apa yang saja
yang digunakan, baik dari obat-obatan, alat kesehatan, maupun bahan kimia
lainnya.
Aspek lingkungan rumah sakit sebenarnya mencakup lingkup yang luas
ataupun tidak terbatas sehingga untuk lebih memudahkan akan disajikan
beberapa contoh dari aspek lingkungan berikut:
1) Pengelolaan limbah infeksius, patologis, dan nonmedik;
2) Kejadian infeksi nosokomial;
3) Pembuangan air limbah;
4) Kegiatan yang menggunakan zat kimia
5) Kegiatan yang menggunakan air;
6) Kegiatan yang menggunakan energy
7) Penggunaan sumber daya alam; produk yang sudah lama;
8) Pembuangan produk.
Identifikasi aspek lingkungan merupakan proses yang berjalan untuk
menentukan dampak positif atau negatif dari kegiatan rumah sakit.
a. Output
Hasil yang diharapkan dari seluruh kegiatan oprasional rumah sakit
yang berdampak terhadap perubahan kondisi lingkungan yang tidak baik
akan menjadi baik sehingga memenuhi prasyarat kesehatan lingkungan
rumah sakit dengan memenuhi ketentuan sebagai berikut :
1) Tercapainya keselarasan, keserasian, dan keseimbangan antara
manusia dan lingkungan hidup.
2) Terwujudnya manusia Indonesia sebagai insan lingkungan hidup
yang memiliki sikap yang ramah lingkungan.
3) Terjaminnya kepentingan generasi masa kini dan generasi masa
depan.
4) Tercapainya kelestarian fungsi lingkungan hidup.
5) Terkendalinya pemanfaatan sumber daya secara bijaksana.
6) Terlindunginya Negara Kesatuan Republik Indonesia terhadap
dampak usaha dan/atau kegiatan di luar wilayah negara yang
menyebabkan pencemaran dan/atau perusakan lingkungan hidup.
b. Instalasi Sanitasi Rumah Sakit
Menurut Permenkes 1045 tahun 2006 dalam pasal 20, bahwa:
1) Instalasi adalah unit pelayanan non struktural yang menyediakan
fasilitas dan penyelenggaraan kegiatan pelayanan.
2) Pendidikan dan pelatihan rumah sakit. Pembentukan Instalasi
ditentukan oleh pimpinan rumah sakit sesuai kebutuhan rumah sakit.
3) Instalasi dipimpin oleh seorang kepala yang diangkat dan
diberhentikan oleh pimpinan rumah sakit.
4) Kepala instalasi dalam melaksanakan tugasnya dibantu oleh tenaga
fungsional dan atau nonmedis (cleaning service).
5) Pembentukan dan perubahan jumlah dan jenis instalasi dilaporkan
secara tertulis kepada Direktur Jenderal Bina Pelayanan Medik.
c. Upaya kesehatan Lingkungan di Rumah Sakit
Sistem manajemen kesehatan lingkungan rumah sakit adalah segala
upaya untuk menyehatkan dan memelihara lingkungan rumah sakit sesuai
dengan persyaratan kesehatan lingkungan rumah sakit. Karena rumah sakit
merupakan sarana pelayanan kesehatan, tempat berkumpulnya orang sakit
maupun orang sehat, atau dapat menjadi tempat penularan penyakit serta
memungkinkan terjadinya pencemaran lingkungan dan gangguan
kesehatan. Untuk menghindari resiko dan gangguan kesehatan tersebut
maka diperlukan penyelenggaraan kesehatan lingkungan rumah sakit.
Penyelenggaraan sistem manajemen kesehatan lingkungan rumah sakit
dilakukan untuk menghindari kemungkinan pencemaran lingkungan,
resiko dan gangguan kesehatan sesuai dengan persyaratan kesehatan.
Persyaratan kesehatan lingkungan rumah sakit mengacu pada Keputusan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1204/MENKES/SK/X/2004.
Penyelenggara upaya kesehatan lingkungan rumah sakit adalah para
petugas yang terlibat dalam alur atau mekanisme sistem manajemen
kesehatan lingkungan rumah sakit. Para petugas tersebut adalah petugas
yang telah disebutkan di atas yang telah diatur tugas, pokok dan fungsinya.
Sedangkan penanggung-jawab kesehatan lingkungan rumah sakit kelas C
adalah seorang tenaga yang memiliki kualifikasi sanitarian, serendah-
rendahnya berijazah diploma (D3) di bidang kesehatan lingkungan.