Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN KUNJUNGAN

IPAL Di RS Dr. J. Leimena, Ambon

Disusun Oleh:

Nama : Fajria S. Madero

Kelas : B1 Ambon

NPM : 4820119099

Semester : V (Lima)

Mata Kuliah : Kimia Lingkungan

PROGRAM STUDI S-1 FARMASI

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

MALUKU HUSADA

AMBON

2022
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Rumah sakit sebagai unsur pelayanan kepada masyarakat, tentunyadalam penerapan


sanitasi rumah sakit akan terkait erat dengan unsur pelayanan teknis medis dan teknis
keperawatan penderita. Sebagaikonsekuensi logis dari kedudukan ini, maka sanitasi rumah sakit
jugamerupakan integrasi dari administrasi/manajemen kesehatan lingkungan,rekayasa sosial
(social engineering), epidemiologi dan pendidikan kesehatanlingkungan bagi
masyarakat.Penyelenggaraan sanitasi rumah sakitmerupakan bagian integral dari program rumah
sakit secara keseluruhan, penerapan sebagai bagian program berdasarkan pada perundangan yang
berlaku di dalam rumah sakit (Dinata, 2008).

Pengelolaan lingkungan dengan unsur manajemen di dalamnyadisebut sebagai Sistem


Manajemen Lingkungan. Konsep ini lahir atas dasarmeningkatnya tuntutan masyarakat akan
kesadaran lingkungan global.Sistem Manajemen Lingkungan diadopsi oleh International
Organization forStandardization(ISO) sebagai salah satu sertifikasi internasional di bidang
pengelolaan lingkungan (Adisasmito, 2008).

Manfaat pengelolaan kesehatan lingkungan di rumah sakit adalah, perlindungan terhadap


lingkungan, manajemen lingkungan rumah sakit yanglebih baik, pengembangan sumber daya
manusia, kontinuitas peningkatan performa lingkungan rumah sakit, kepatuhan terhadap
perundang-undangan, bagian dari manajemen mutu terpadu, pengurangan/penghematan biaya
dandapat meningkatkan citra rumah sakit (Adisasmito, 2007).

Keberadaan rumah sakit dilihat dari aspek kesehatan lingkungan, pada dasarnya terdiri
dari lingkungan biotik dan abiotik. Dalamkesehariannya lingkungan biotik dan abiotik ini akan
melakukan interaksi baik langsung maupun tidak langsung. Atas dasar itu, maka di
lingkunganrumah sakit dimungkinkan terjadinya kontak antara tiga komponen (pasien, petugas,
dan masyarakat) dalam lingkungan rumah sakit dan benda-benda/alat-alat yang dipergunakan
untuk proses penyembuhan, perawatandan pemulihan penderita. Hubungan tersebut bersifat
kontak terus menerusyang memungkinkan terjadinya infeksi silang pasien yang menderita
penyakit tertentu kepada petugas rumah sakit dan pengunjung rumah sakityang sehat.Akan tetapi
mungkin juga berfungsi sebagai carier kepada pasien, petugas dan pengunjung (Dinata, 2008).

1.2. Tujuan
1.2.1. Tujuan Umum
Untuk melakukan pemeriksaan, pengukuran dan penilaian kesehatanlingkungan
(sanitasi) di Rumah Sakit Dr. J. Leimena Ambon berdasarkan Keputusan Meteri
Kesehatan RepublikIndonesia Nomor 1204/Menkes/SK/X/2004.
1.2.1. Tujuan Khusus
a. Mampu memahami peraturan dan pengorganisasian Rumah Sakit Dr. J. Leimena
Ambon(termasuk peran tenaga sanitasi Rumah Sakit Dr. J. Leimena Ambon)
b. Melakukan pengawasan sanitasi lingkungan dan bangunan Rumah Sakit Dr. J.
Leimena Ambon
c. Melakukan pengawasan dan pengamatan (pengukuran) pengelolaan sanitasi air,
limbah cair, dan limbah padat (medisdan non medis)

1.3. Manfaat
1.3.1. Bagi Intitusi Pendidikan
a. Membina kerjasama yang berkelanjutan dalam upaya meningkatkan keterkaitan
antara substansi akademik dengan kompetensi sumber daya manusia yang kompetitif.
b. Meningkatkan kapasitas dan kualitas pendidikan dengan melibatkan tenaga terampil
ke lapangan dalam kegiatan praktik kerja lapangan
1.3.2. Bagi Mahasiswa
a. Mahasiswa dapat melakukan penilaian Sanitasi Rumah Sakit di Rumah Sakit Dr. J.
Leimena Ambon menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI
No.1204/MENKES/SK/X/2004 tentang persyaratan KesehatanLingkungan Rumah
Sakit.
b. Mahasiswa dapat menambah wawasan dengan terjun langsungdalam praktek
pengelolaan sanitasi rumah sakit
1.3.3. Bagi Instansi Rumah Sakit
Sebagai bahan evaluasi dalam bidang sanitasi rumah sakit untuk perencanaan
perbaikan kedepan.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit

a. Pengertian Rumah Sakit


Rumah sakit merupakan suatu institusi yang fungsi utamanyamemberikan
pelayanan kesehatan kepada masyarakat (Depkes RI,2009). Rumah sakit merupakan
salah satu dari sarana kesehatan tempatmenyelenggarakan upaya kesehatan.Upaya
kesehatan adalah setiapkegiatan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan,
bertujuanuntuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat(Siregar,
2003).
Menurut Azwar (2002), rumah sakit merupakan institusi yangintegral dari
organisasi kesehatan dan organisasi sosial, berfungsimenyediakan pelayanan kesehatan
yang lengkap. Rumah sakit jugamerupakan pusat latihan bagi tenaga profesi kesehatan
dan sebagai pusat penelitian untuk riset kesehatan.
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor1204/MENKES/SK/X/2004 bahwa rumah sakit adalah sarana pelayanan
kesehatan, tempat berkumpulnya orang sakit maupun orangyang sehat. Kumpulan banyak
orang ini akan dapat memungkinkanrumah sakit menjadi tempat penularan penyakit,
gangguan kesehatandan pencemaran lingkungan. Untuk menghindari terjadinya resiko
dangangguan kesehatan maka diperlukan penyelenggaraan kesehatanlingkungan rumah
sakit (Depkes RI, 2004).
Di Indonesia dikenal tiga jenis rumah sakit yaitu rumah sakit berdasarkan
kepemilikannya, rumah sakit berdasarkan jenis pelayanannya dan rumah sakit
berdasarkan kelasnya. Berdasarkankepemilikannya, dibedakan tiga macam rumah sakit,
yaitu (1) rumahsakit pemerintah (RS Pusat, RS Provinsi, RS Kabupaten),
RSBUMN/ABRI dan RS Swasta, (2) RS Umum, RS Jiwa, RS Khusus, (3)RS kelas A, B,
C dan RS kelas D. Namun, semua RS Kabupaten telahditingkatkan statusnya menjadi RS
Kelas C (Muninjaya, 2004).
Rumah Sakit Umum adalah rumah sakit yang memberikan pelayanan kesehatan
yang bersifat dasar dan spesialistik dansubspesialistik. Rumah Sakit Umum Pemerintah
adalah rumah sakitumum milik pemerintah baik Pusat, ataupun Daerah.Rumah
SakitUmum Kelas C adalah rumah sakit umum yang mempunyai fasilitasdan kemampuan
pelayanan medik spesialistik dasar (Siregar, 2003).Sedangkan (Muninjaya, 2005)
menyatakan bahwa RS Kelas Cmempunyai minimal empat spesialistik dasar (bedah,
penyakit dalam,kebidanan, dan anak).
b. Manajemen Sanitasi Rumah Sakit
Konsep sistem manajemen lingkungan rumah sakit diIndonesia telah dikenal
sejak lama sebagai bagian dari rutinitas internalkegiatan rumah sakit.Konsep tersebut
pada banyak rumah sakitdilaksanakan melalui praktek-praktek sanitasi
lingkungan.Sanitasilingkungan rumah sakit mempunyai arti sebagai upaya
menciptakankesehatan lingkungan yang baik di rumah sakit melalui pelaksanaan
program-program yang berkaitan dengan semua aktivitas yang ada dirumah sakit.Sanitasi
lingkungan rumah sakit meliputi pengendalian berbagai faktor lingkungan fisik, kimiawi,
biologi dan sosial psikologidi rumah sakit.
Komponen manajemen sanitasi rumah sakit antara lain:
1. Aspek Input
Aspek input di lingkungan rumah sakit yang terdiri dari petugas sanitarian atau
petugas kesehatan lain yang telah dilatih,adanya biaya operasional (dana) yang
dibutuhkan dalammenyelenggarakan sanitasi rumah sakit dan adanya sarana dan
prasarana yang seminimal mungkin dapat menunjang pelaksanaanManajemen sanitasi
untuk kegiatan promotif dan preventif.Pelaksanaan pelayanan sanitasi juga harus
ditunjang olehkelengkapan materi yang diperlukan berupa proses administrasi,
pencatatan dan pelaporan, serta pedoman buku yang digunakansebagai petunjuk teknis
sanitasi (Depkes RI, 1991/1992).
2. Proses
Aspek lingkungan rumah sakit merupakan suatu aspek yang berdampak penting
terhadap pelayanan rumah sakit ataumasyarakat sekitar rumah sakit. Dimana
Operasional kegiatan dirumah sakit merupakan suatu rangkaian proses berupa
kegiatanyang direncanakan yang dimulai dari pelayanan medik (poliklinikdan rawat
inap), pelayanan penunjang medik dan penunjangnonmedik. Selain itu, ada pula
aktivitas dan pelayanan dalam beberapa kategori utama, seperti rawat jalan, rawat
inap, produklimbah yang dihasilkan, kegiatan medik dan nonmedik,transportasi
material (medik dan logistik), dan upaya pencegahan pencemaran. Dari masing-
masing uraian aktivitas tersebut, akanteridentifikasi bahan-bahan apa yang saja yang
digunakan, baikdari obat-obatan, alat kesehatan, maupun bahan kimia lainnya.
Aspek lingkungan rumah sakit sebenarnya mencakuplingkup yang luas ataupun
tidak terbatas sehingga untuk lebihmemudahkan akan disajikan beberapa contoh dari
aspeklingkungan berikut:
a. Pengelolaan limbah infeksius, patologis, dan nonmedik;
b. Kejadian infeksi nosocomial;
c. Pembuangan air limbah;
d. Kegiatan yang menggunakan zat kimia
e. Kegiatan yang menggunakan air;
f. Kegiatan yang menggunakan energi
g. Penggunaan sumber daya alam; produk yang sudah lama;
h. Pembuangan produk
3. Output
Hasil yang diharapkan dari seluruh kegiatan oprasionalrumah sakit yang
berdampak terhadap perubahan kondisilingkungan yang tidak baik akan menjadi baik
sehingga memenuhi prasyarat kesehatan lingkungan rumah sakit dengan
memenuhiketentuan sebagai berikut :
a. Tercapainya keselarasan, keserasian, dan keseimbangan antara manusia dan
lingkungan hidup.
b. Terwujudnya manusia Indonesia sebagai insan lingkunganhidup yang memiliki
sikap yang ramah lingkungan.
c. Terjaminnya kepentingan generasi masa kini dan generasi masa depan.
d. Tercapainya kelestarian fungsi lingkungan hidup.
e. Terkendalinya pemanfaatan sumber daya secara bijaksana.
f. Terlindunginya Negara Kesatuan Republik Indonesia terhadapdampak usaha
dan/atau kegiatan di luar wilayah negara yangmenyebabkan pencemaran dan/atau
perusakan lingkunganhidup

c. Instalasi Sanitasi Rumah Sakit


Menurut Permenkes 1045 tahun 2006 dalam pasal 20, bahwa:
1. Instalasi adalah unit pelayanan non struktural yang menyediakanfasilitas dan
penyelenggaraan kegiatan pelayanan.
2. Pendidikan dan pelatihan rumah sakit. Pembentukan Instalasiditentukan oleh pimpinan
rumah sakit sesuai kebutuhan rumahsakit.
3. Instalasi dipimpin oleh seorang kepala yang diangkat dandiberhentikan oleh pimpinan
rumah sakit.
4. Kepala instalasi dalam melaksanakan tugasnya dibantu oleh tenagafungsional dan atau
nonmedis (cleaning service).
5. Pembentukan dan perubahan jumlah dan jenis instalasi dilaporkansecara tertulis
kepada Direktur Jenderal Bina Pelayanan Medik.

2.2. Pengelolaan Limbah Cair dan Padat


a. Limbah Rumah Sakit
Limbah rumah sakit adalah semua limbah yang dihasilkan olehkegiatan rumah
sakit dan kegiatan penunjang lainnya.Mengingatdampak yang mungkin timbul, maka
diperlukan upaya pengelolaanyang baik meliputi alat dan sarana, keuangan dan
tatalaksanapengorganisasian yang ditetapkan dengan tujuan memperoleh kondisirumah
sakit yang memenuhi persyaratan kesehatanlingkungan.
Limbah rumah sakit bisa mengandung bermacam-macam mikroorganisme
bergantung pada jenis runah sakit.Limbah cair rumah sakit dapat mengandung bahan
organik dan anorganik yang umumnya diukur dengan parameter BOD, COD, TSS, dan
lain-lain.Sedangkan limbah padat rumah sakit terdiri atas sampah mudah membusuk,
sampah mudah terbakar, dan lain-lain.Limbah-limbah tersebut kemungkinan besar
mengandung mikroorganisme patogen atau bahan kimia beracun berbahaya yang
menyebabkan penyakit infeksi dan dapat tersebar ke lingkungan rumah sakit yang
disebabkan oleh teknik pelayanan kesehatan yang kurang memadai, kesalahan
penanganan bahan-bahan terkontaminasi dan peralatan, serta penyediaan dan
pemeliharaan sarana sanitasi yang masib buruk.Pembuangan limbahyang berjumlah
cukup besar ini paling baik jika dilakukan dengan memilah-milah limbah ke dalam
berbagai kategori. Untuk masing-masing jenis kategori diterapkan cara pembuangan
limbah yang berbeda. Prinsip umum pembuangan limbah rumah sakit adalah sejauh
mungkin menghindari risiko kontaminasi dan trauma (injury).
b. Jenis-Jenis Limbah Rumah Sakit
1. Limbah Klinik. Limbah dihasilkan selama pelayanan pasien secararutin, pembedahan
dan di unit-unit risiko tinggi. Limbah ini berbahaya dan mengakibatkan infeksi
kuman. Oleh karena itu perludiberi label yang jelas sebagai risiko tinggi. Contoh
limbah jenistersebut ialah perban atau pembungkus yang kotor, cairan badan,anggota
badan yang diamputasi, jarum-jarum dan semprot bekas,kantung urin, dan produk
darah.
2. Limbah Patologi. Limbah ini juga dianggap berisiko tinggi dansebaiknya diotoklave
sebelum keluar dari unit patologi. Limbahtersebut harus diberi label biohazard.
3. Limbah bukan Klinik. Limbah ini meliputi kertas-kertas pembungkus atau kantong
dan plastik yang tidak berkontak dengancairan badan. Meskipun tidak menimbulkan
risiko sakit, limbahtersebut cukup merepotkan karena memerlukan tempat yang
besaruntuk mengangkut dan membuangnya.
4. Limbah Dapur. Limbah ini mencakup sisa-sisa makanan dan airkotor yang bukan
berasal dari tempat-tempat penghasil limbah infeksius.
5. Limbah Radioaktif. Walaupun limbah ini tidak menimbulkan persoalan pengendalian
infeksi di rumah sakit, pembuangannyasecara aman perlu diatur dengan baik.
c. Pengelolaan Limbah Cair
Limbah cair rumah sakit adalah semua limbah cair yang berasal dari proses satuan
kerja seluruh lingkungan rumah sakit yangkemungkinan mengandung bahan kimia
berbahaya (Agnes danAzizah, 2005). Pengelolaan limbah cair rumah sakit merupakan
bagian yang berfungsi untuk melindungi masyarakat dari bahaya pencemaran lingkungan,
sehingga diperlukan penanganan yang baikdan benar melalui Instalasi Pengolahan Air
Limbah (IPAL). Prinsipdasar pengolahan limbah cair adalah pengelolaan menyeluruh
dari proses kegiatan operasional rumah sakit baik medis maupun non-medis. Limbah
tersebut diolah di dalam IPAL rumah sakitdimulai dari unit-unit penghasil limbah cair
dengan cara pembersihan secara fisik terhadap bahan-bahan organik, secaramikrobiologis
oleh bakteri dan diakhiri pembunuhan kuman dengancara klorinasi (Said,1999). Limbah
cair rumah sakit adalah semualimbah cair yang berasal dari rumah sakit yang
kemungkinanmengandung mikroorganisme, bahan kimia beracun, dan radioaktif.
Pengolahan limbah cair pada umumnya memiliki tujuan sebagai berikut:
1) Mengurangi jumlah padatan tersuspensi
2) Mengurangi jumlah padatan terapung
3) Mengurangi jumlah bahan organik
4) Membunuh bakteri patogen
5) Mengurangi jumlah bahan kimia yang berbahaya dan beracun
6) Mengurangi unsur nutrisi (N dan P) yang berlebihan
7) Mengurangi unsur lain yang dianggap dapat menimbulkandampak negatif
terhadap ekosistem

d. Metode Pengolahan Limbah Cair


Jenis-jenis pengolahan yang banyak dikembangkan dirumah sakit adalah sebagai
berikut:
1. Proses Lumpur Aktif
Prinsipnya adalah pemurnian air dengan memanfaatkan lumpur aktif yang berasal
dari limbah cair sebagai media pertumbuhan bakteri pengurai, yang mendegradasi
kandunganorganik. Proses ini biasanya dilengkapi dengan pengolahan pendahuluan
berupa penyaringan dan sedimentasi serta pengolahan lanjutan berupa disinfeksi dan
filtrasi.
2. Proses Biofilm
Prinsipnya adalah pemurnian air dengan memanfaatkanmedia biofilm yang menjadi
tempat pertumbuhan bakteri pengurai, yang mendegradasi kandungan organik.
Proses ini biasanya membutuhkan lahan yang relatif lebih kecil, karenamemiliki
permukaan untuk pertumbuhan bakteri lebih luas.Seperti halnya pada proses Lumpur
aktif, proses ini juga harusdilengkapi dengan pengolahan pendahuluan berupa
penyaringan dan sedimentasi serta pengolahan lanjutan berupadisinfeksi dan filtrasi
Air limbah rumah sakit yang berasal dari buangan domestic maupun limbah cair
klinis umumnya mengandung senyawa polutanorganik yang cukup tinggi, dan dapat
diolah dengan proses pengolahansecara biologis, sedangkan untuk air limbah rumah sakit
yang berasaldari laboratorium biasanya mengandung banyak senyawa logam beratyang
mana bila air limbah tersebut dialirkan ke dalam dapatmenggangu proses pengolahanya.
Oleh karena itu untuk pengolahanair limbah rumah sakit, maka air limbah yang berasal
dari laboratoriumdipisahkan dan ditampung, kemudian diolah secara kimia-
fisika,selanjutnya air olahanya dialirkan bersama-sama dengan air limbahlainya dan
selanjutnya diolah dengan proses pengolahan secara biologis.
Menurut KEPMENKES RI No. 1204/MENKES/SK/X/2004tentang persyaratan
kesehatan lingkungan rumah sakit, limbah cairrumah sakit harus memenuhi syarat-syarat
sebagai berikut :
1) Limbah cair harus dikumpulkan dalam kontainer yang sesuaidengan karakteristik
bahan kimia dan radiologi, volume, dan prosedur penanganan dan
penyimpangannya.
2) Saluran pembungan limbah harus menggunakan sistem salurantertutup, kedap air
dan limbah harus mengalir dengan lancar sertaterpisah dengan saluran air hujan.
3) Rumah sakit harus memiliki instalasi pengolahan limbah cairsendiri atau bersama-
sama secara kolektif dengan bangunan disekitarnya yang memenuhi persyaratan
teknis, apabila belumada atau tidak terjangkau sistem pengolahan air limbah
perkotaan.
4) Perlu dipasang alat pengukur debit limbah cair untuk mengetahuidebit harian
limbah yang dihasilkan
5) Air limbah dari dapur harus dilengkapi penangkap lemak dansaluran air limbah
harus dilengkapi/ditutup dengan grill.
6) Air limbah yang berasal dari laboratorium harus diolah di InstalasiPengolahan Air
Limbah (IPAL), bila tidak mempunyai IPAL harusdikelola sesuai kebutuhan yang
berlaku melalui kerjasama dengan pihak lain atau pihak yang berwenang.
7) Frekuensi pemeriksaan kualitas limbah cair terolah (effluent)dilakukan setiap
bulan sekali untuk pantau dan minimal 3 bulansekali uji petik sesuai dengan
ketentuan yang berlaku.
8) Rumah sakit yang menghasilkan limbah cair yang mengandung atau terkena zat
radioaktif, pengelolaanya dilakukan sesuaiketentuan BATAN
9) Parameter radioaktif diperlukan bagi rumah sakit sesuai dengan bahan radioaktif
yang dipergunakan oleh rumah sakit yang bersangkutan

e. Pengelolaan Limbah Padat


Menurut Soemirat (2002), sampah ialah segala sesuatu yangtidak dikehendaki
oleh yang punya dan bersifat padat. Sedangkanmenurut defenisi WHO, pengertian
sampah adalah segala sesuatu yangtidak digunakan, tidak dipakai, tidak disenangi, atau
sesuatu yangdibuang yang berasal dari kegiatan manusia dan tidak terjadi
dengansendirinya. Badan lingkungan hidup menyatakan bahwa sampahadalah sisa
kegiatan sehari-hari manusia dan/atau proses alam yang berbentuk padat. Pengertian lain
menyebutkan bahwa sampah adalahsesuatu bahan padat yang terjadi karena berhubungan
dengan aktivitasmanusia yang tidak dipakai lagi, tidak disenangi dan dibuang
secarasaniter, kecuali buangan yang berasal dari tubuh manusia.(Kusnoputranto, 1986).
Secara garis besar sampah rumah sakit dibedakan menjadisampah medis dan
sampah nonmedis.
1. Sampah Medis adalah limbah yang langsung dihasilkan daritindakan diagnosis dan
tindakan medis terhadap pasien. Termasukdalam kajian tersebut juga kegiatan
medis di ruang poliklinik, perawatan, bedah, kebidanan, otopsi dan ruang
laboratorium.Limbah padat medis sering juga disebut sampah biologis.
Limbahmedis dapat digolong-golongkan menjadi (Djojodibroto, 1997)
a) Limbah benda tajam, dapat berupa jarum, pipet, pecahan kacadan pisau
bedah. Benda-benda ini mempunyai potensimenularkan penyakit
b) Limbah Infeksiusdapat dihasilkan oleh laboratorium, kamarisolasi, kamar
perawatan, dan sangat berbahaya karena bisa juga menularkan penyakit.
c) Limbah jaringan tubuh berupa darah, anggota badan hasilamputasi, cairan
tubuh, dan plasenta.
d) Limbah Farmasi, berupa obat-obatan atau bahan yamg telahkadaluarsa,
obat-obat yang terkontaminasi, obat yangdikembalikan pasien atau tidak
digunakan.
e) Limbah Kimia, dapat berbahaya dan tidak berbahaya dan jugalimbah yang
bisa meledak atau yang hanya bersifat korosif.
f) Limbah Radioaktif, merupakan bahan yang terkontaminasidengan radio-
isotof. Limbah ini harus dikelola sesuai dengan peraturan yang diwajibkan.
2. Sampah Non Medis, adalah semua sampah padat diluar sampah padat medis yang
dihasilkan dari berbagai kegiatan seperti kantor/administrasi, unit perlengkapan,
ruang tunggu, ruang inap, unitgizi/dapur, halaman parkir, taman, dan unit
pelayanan

BAB III

PEMBAHASAN
Air limbah yang berasal dari limbah rumah sakit merupakan salah satu sumber
pencemaran air yang sangat potensial. Hal ini disebabkan karena air limbah rumah sakit
mengandung senyawa organik yang cukup tinggi juga kemungkinan mengandung senyawa-
senyawa kimia lain serta mikro-organisme patogen yang dapat menyebabkan penyakit terhadap
masyarakat di sekitarnya. Oleh karena potensi dampak air limbah rumah sakit terhadap
kesehatan masyarakat sangat besar, maka setiap rumah sakit diharuskan mengolah air limbahnya
sampai memenuhi persyaratan standar yang berlaku.

Di Rumah Sakit Dr. J. Leimena mempunyai 2 sistem pengolahan air limbah yaitu; limbah
padat dan limbah cair.Untuk pengolahan limbah cair dia memiliki sistem sentral atau terpusat.
(limbahnya dari ruang rawat inap, ruang isolasi, kamar mayat dll). Semua limbah diatas
ditampung di bak penampung.Didalam bak penampung ini memiliki 2 mesin, jadi mesinnya
dirancang khusus untuk dicelupkan didalam air.Dua mesin pompa celup bekerja secara otomatis
dan secara bergantian. Setiap 4 jam sekali mesin akan bergantian bekerja agar mesinnya tidak
rusak dan tahan lama. Fungsi dari mesin ini yaitu mengangkut air dari penampungan sementara
ke bak pengolahan air limbah.

Disini terdapat 8 mesin pengolahan air limbah. Air limbah tersebut ditarik kemudian
dibawa ke IPAL.Di masing-masing mesin di pasang pelampung. Bila pelampungnya terkena air
maka mesinnya akan bekerja. Sebaliknya jika tidak terkena air maka mesinnya akan bekerja. Di
IPAL terdapat 6 bak penampung yaitu bak ekualisasi fungsinya yaitu untuk membuat limbah
menjadi homogen.

Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) dengan sistem biofilter, prosesnya


memanfaatkan bakteri atau mikroorganisme untuk mengurai zat-zat organik di dalam air limbah.
Prinsipnya, memakai media untuk tempat melekat bakteri agar dapat tumbuh dan berkembang
biak. Air limbah yang sudah disaring dalam bentuk padat akan mengalir ke bak ekualisasi, yang
di dalamnya ada pompa celup untuk memompa limbah ke reaktor biofilter. Pada reaktor, aliran
air bergerak dari bawah ke atas melalui pipa distributor, di mana ada media tempat bakteri aerob
melekat.Keperluan oksigen bakteri atau mikroorganisme disuplai dari root blower equalisasi dan
ecorator diffuser yang ada di ruang panel. Sisa treatment akan terkumpul di dasar biofilter dan
kembali lagi menuju bak ekualisasi. Dari biofilter, limbah dipisah dari suspended solid, bau, dan
warna.Air akan mengalir menuju bak indikator yang terdapat ikan di dalamnya. Jika ikan hidup,
maka air limbah cocok dialirkan ke badan air.Bakteri patogen dibunuh dengan mengontakkan
limbah dengan senyawa klor. Air hasil proses klorinasi bisa dibuang langsung ke sungai atau
saluran kota.

Kewajiban rumah sakit dalam hal ini Instalasi Kesehatan Lingkungan adalah mengirim
sampel air limbah ke laboratorium yang terakreditasi untuk diuji sampel fisika-kimia dan
mikrobiologi sebulan sekali, dengan parameter sesuai Baku Mutu Bagi Kegiatan Rumah Sakit
Dr. J. Leimena. Selain itu mencatat debit limbah harian dan juga mengukur pH dan mengirim
laporan ke Dinas Lingkungan Hidup Kota Ambon.
BAB IV

PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Limbah rumah sakit adalah semua limbah yang dihasilkan oleh kegiatan rumah sakit dan
kegiatan penunjang lainnya.Berdasarkan bentuknya limbah terdiri atas; limbah klinik, limbah
patologi, limbah bukan klinik, limbah dapur dan limbah radioaktif.
Limbah cair rumah sakit adalah semua limbah cair yang berasal dari rumah sakit yang
kemungkinan mengandung mikroorganisme, bahan kimia beracun, dan radioaktif. Adapun
metode pengolahan limbah cair yaitu dengan proses lumpur aktif dan proses biofilm. Proses
lumpur aktif prinsipnya adalah pemurnian air dengan memanfaatkan lumpur aktif yang berasal
dari limbah cair sebagai media pertumbuhan bakteri pengurai, yang mendegradasi kandungan
organic. Sedangkan pada proses biofilm prinsipnya adalah pemurnian air dengan memanfaatkan
media biofilm yang menjadi tempat pertumbuhan bakteri pengurai, yang mendegradasi
kandungan organik.
Limbah padat rumah sakit atau yang lebih dikenal dengan pengertian sampah rumah sakit
adalah sesuatu yang tidak dipakai, tidak disenangi, atau sesuatu yang harus dibuang yang
umumnya berasal dari kegiatan yang dilakukan oleh manusia, dan umumnya bersifat
padat.Limbah medis padat tidak diperbolehkan membuang langsung ke tempat pembuangan
akhir limbah domestik sebelum aman bagi kesehatan.Cara dan teknologi pengolahan atau
pemusnahan limbah medis padat disesuaikan dengan kemampuan rumah sakit dan jenis limbah
medis padat yang ada, dengan pemanasan menggunakan autoklaf atau dengan pembakaran
menggunakan incinerator.
Saluran Air Limbah di RS Dr. J. Leimena Memenuhi syarat karena saluran air limbah
menggunakan pipa yang kuat, tebal, dan tertutup. Dan pada aliran air lancar dan tidak terhambat
oleh sampah maupun yang lainya.

3.2. Saran

Kepada instansi yang dikunjungi hendaknya dalam memberikan informasi mengenai


sejarah berdiri dan fasilitas-fasilitas yang ada agar lebih jelas lagi.Supaya peserta didik lebih
mudah menyerap informasi yang diberikan dan tidak menimbulkan pertanyaan di dalam diri
peserta didik.

Kepada peserta didik hendaknya lebih aktif lagi dalam bertanya kepada petugas rumah
sakit agar mendapat informasi yang banyak dan jelas.

DAFTAR PUSTAKA

Adisasmito W. 2008. Sistem Kesehatan. Jakarta : Raja Grafindo Persada.


Agnes A.R dan R. Azizah. 2005. Perbedaan Kadar BOD, COD, TSS. Jurnal Kesehatan
Lingkungan, Vol. 2, No.1, 110 Juli 2005 : 97 – 110.

Darmanto Djojodibroto, 1997. Kiat Mengelola Rumah Sakit. Jakarta: Hipokrates.

Departemen Kesehatan RI Direktorat Jenderal Pelayanan Medik. 2004.Pedoman Manajemen


Linen di Rumah Sakit.https://galihendradita.files.wordpress.com diakses pada 24
September2015. pukul 11:03.

Departemen Kesehatan RI. 2009. Seri Sanitasi Lingkungan Pedoman Teknis Instalasi
Pengolahan Air Limbah dengan Sistem tangki Septik dengan modifikasi, Pusat
Sarana, Prasarana dan Peralatan Kesehatan Depkes RI, Jakarta.

Departemen Kesehatan RI, 1991. Perilaku Kesehatan. Depkes RI, Jakarta.

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1204 / MENKES / SK / X / 2004


tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit.

Kusnoputranto, H. 1986. Kesehatan Lingkungan. FKM UI: Jakarta.

Muninjaya, 2005, Metode Penelitian Bidang Kesehatan, Edisi 2, Buku Kedokteran, EGC,
Jakarta.

Said, Nusa Idaman, dan Wahyono, Heru Dwi. 1999. Teknologi Pengolahan Air Limbah Rumah
Sakit dengan Sistem Biofilter Anaero-Aerob, Deputy Bidang Teknologi, Informasi,
energi, Material dan Lingkungan, BPPT, Jakarta.

Siregar, C.J.P, 2003. Farmasi Rumah Sakit Teori & Penerapan.Jakarta : EGC

Soemirat, 2002. Kesehatan Lingkungan. Penerbit Gajah Mada. University Press Yogyakarta.

LAMPIRAN
Keterangan:
Gambar 1 adalah alur instalasi pengolahan air limbah
Gambar 2 adalah sketsa sistem saluran limbah pada bangunan rumah sakit

Anda mungkin juga menyukai