Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH FARMASI LINGKUNGAN

“PENGELOLAAN LIMBAH RUMAH SAKIT”

Disusun Oleh :
Nama Kelompok : 1. Alodiah Nur N
2. Arkan Santoso
3. Dita Lestari
4. Fina Lutfiah
5. Indri Kusumawati
6. Lutfi Maulida
7. Murdini Prithvi Wilma K
8. Nur Ma’rifatul Azizah
9. Rani Hidayatun
10. Siti Anisatun Muawannah
11. Wahdatul Fauziah
Kelompok : 1 (satu)
Dosen Pengampu : Dinar Anggia Zen M.Si.,Apt

PROGRAM STUDI S1 FARMASI


STIKES BHAKTI MANDALA HUSADA SLAWI
SEMESTER IV
APRIL 2017

i
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .............................................................................


KATA PENGANTAR ...........................................................................
DAFTAR ISI ..........................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ..........................................................................
1.2 Rumusan Masalah .....................................................................
1.3 Tujuan ......................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Limbah ....................................................................
2.2 Karakteristik Limbah Rumah Sakit ..........................................
2.3 Pengaruh Limbah Rumah Sakit Terhadap Lingkungan Dan Kesehatan
2.4 Pengelolaan Limbah Rumah Sakit ............................................
2.5 Upaya Pencegahan Dan Penanggulangan Dampak Limbah Rumah Sakit
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan ..............................................................................
3.2 Saran .........................................................................................
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada Allah Yang Maha Esa yang selalu
melimpahkan rahmat dan karunianya pada kita semua, sehingga saya dapat
membuat makalah Farmasi Lingkungan sebaik-baiknya. Adapun judul penulisan
makalah ini adalah “Pengelolaan Limbah Rumah Sakit”. Makalah ini diajukan
guna memenuhi tugas mata kuliah Farmasi Lingkungan.
Saya mengucap terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
sehingga makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Makalah ini jauh
dari kesempurnaan, oleh karena itu saya membutuhkan kritik dan saran guna
untuk penulisan makalah di masa yang akan datang. Semoga makalah ini
memberikan informasi bagi masyarakat dan bermanfaat untuk pengembangan
wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan bagi kita semua.

Slawi, April 2017

Penyusun

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Rumah sakit adalah tempat pelayanan kesehatan yang dirancang,
dioperasikan dan dipelihara dengan sangat memperhatikan aspek kebersihan
bangunan dan halaman baik fisik, sampah, limbah cair, air bersih, dan
serangga/binatang pengganggu. Namun menciptakan kebersihan di rumah
sakit merupakan upaya yang cukup sulit dan bersifat kompleks berhubungan
dengan berbagai aspek antara lain budaya/kebiasaan, prilaku masyarakat,
kondisi lingkungan, sosial dan teknologi.
Jika di bandingkan dengan institusi lain mungkin jenis sampah dan
limbah rumah sakit adalah yang terkomplit, tempat yang paling banyak di
kunjungi oleh masyarakat ketika sakit ini mengeluarkan berbagai jenis
sampah dan limbah. Masyarakat di dalam lingkungan rumah sakit yang terdiri
dari pasien, pengunjung dan karyawan memberikan kontribusi kuat terhadap
pengotoran lingkungan rumah sakit. Aktivitas pelayanan dan perkantoran,
pedagang asongan, prilaku membuang sampah dan meludah sembarangan,
prilaku merokok dan sejumlah barang atau bingkisan yang dibawa oleh
pengunjung/tamu menambah jumlah sampah dan mengotori lingkungan
rumah sakit.
Limbah rumah sakit, khususnya limbah medis yang infeksius, belum
dikelola dengan baik. Sebagian besar pengelolaan limbah infeksius
disamakan dengan limbah medis noninfeksius. Selain itu, kerap bercampur
limbah medis dan nonmedis. Percampuran tersebut justru memperbesar
permasalahan limbah medis.
Limbah medis sangat penting untuk dikelola secara benar, hal ini
mengingat limbah medis termasuk kedalam kategori limbah berbahaya dan
beracun. Sebagian limbah medis termasuk kedalam kategori limbah
berbahaya dan sebagian lagi termasuk kategori infeksius. Limbah medis
berbahaya yang berupa limbah kimiawi, limbah farmasi, logam berat, limbah

1
genotoxic dan wadah bertekanan masih banyak yang belum dikelola dengan
baik. Sedangkan limbah infeksius merupakan limbah yang bisa menjadi
sumber penyebaran penyakit baik kepada petugas, pasien, pengunjung
ataupun masyarakat di sekitar lingkungan rumah sakit. Limbah infeksius
biasanya berupa jaringan tubuh pasien, jarum suntik, darah, perban, biakan
kultur, bahan atau perlengkapan yang bersentuhan dengan penyakit menular
atau media lainnya yang diperkirakan tercemari oleh penyakit pasien.
Pengelolaan lingkungan yang tidak tepat akan beresiko terhadap penularan
penyakit. Beberapa resiko kesehatan yang mungkin ditimbulkan akibat
keberadaan rumah sakit antara lain: penyakit menular (hepatitis,diare,
campak, AIDS, influenza), bahaya radiasi (kanker, kelainan organ genetik)
dan resiko bahaya kimia.
1.2 RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan limbah ?
2. Bagaimana karakteristik limbah rumah sakit ?
3. Apa pengaruh limbah rumah sakit terhadap kesehatan dan lingkungan ?
4. Bagaimana cara pengelolaan limbah rumah sakit ?
5. Apa upaya untuk mencegah dan menanggulangi dampak limbah rumah
sakit terhadap lingkungan hidup ?
1.3 TUJUAN
1. Mengetahui dan memahami pengertian limbah.
2. Mengetahui dan memahami karakteristik limbah rumah sakit.
3. Mengetahui pengaruh limbah rumah sakit terhadap kesehatan dan
lingkungan.
4. Mengetahui cara pengelolan limbah rumah sakit.
5. Mengetahui upaya yang dilakukan dalam mencegah dan menanggulangi
dampak limbah rumah sakit terhadap lingkungan hidup.

2
BAB II
PEMBAHASAAN

2.1 PENGERTIAN LIMBAH


Limbah (menurut PP NO 12, 1995) adalah bahan sisa suatu
kegiatan dan atau proses produksi. Sedangkan limbah rumah sakit menurut
Permenkes RI nomor: 1204/MENKES/SK/X/2004 Tentang Persyaratan
Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit adalah semua limbah yang dihasilkan
dari kegiatan rumah sakit dalam bentuk padat, cair, dan gas.
Limbah rumah sakit bisa mengandung bermacam-macam
mikroorganisme bergantung pada jenis rumah sakit, tingkat pengolahan yang
dilakukan sebelum dibuang. Limbah cair rumah sakit dapat mengandung
bahan organik dan anorganik yang umumnya diukur dan parameter BOD,
COD, TSS, dan lain-lain. Sementara limbah padat rumah sakit terdiri atas
sampah mudah membusuk, sampah mudah terbakar, dan lain-lain. Limbah-
limbah tersebut kemungkinan besar mengandung mikroorganisme patogen
atau bahan kimia beracun berbahaya yang menyebabkan penyakit infeksi dan
dapat tersebar ke lingkungan rumah sakit yang disebabkan oleh teknik
pelayanan kesehatan yang kurang memadai, kesalahan penanganan bahan-
bahan terkontaminasi dan peralatan, serta penyediaan dan pemeliharaan
sarana sanitasi yang masih buruk. Limbah benda tajam adalah semua benda
yang mempunyai permukaan tajam yang dapat melukai / merobek permukaan
tubuh.
Limbah gas adalah semua limbah yang berbentuk gas yang berasal
dari kegiatan pembakaran di rumah sakit seperti insinerator, dapur,
perlengkapan generator, anastesi, dan pembuatan obat citotoksik. Limbah
sitotoksis adalah limbah dari bahan yang terkontaminasi dari persiapan dan
pemberian obat sitotoksis untuk kemoterapi kanker yang mempunyai
kemampuan untuk membunuh atau menghambat pertumbuhan sel hidup.

3
2.2 Karakteristik Limbah Rumah Sakit
Limbah adalah bahan sisa pada suatu kegiatan atau proses produksi
(PP RI NO.19 tahun 1994). Limbah rumah sakit adalah limbah yang berasal
dari pelayanan medis, perawatan pasien, pengobatan dan perawatan gigi,
veterinary, farmasi atau yang sejenis dan yang berasal dari kegatan
laboratorium serta penelitian
Sampah dan limbah rumah sakit adalah semua sampah dan limbah
yang dihasilkan oleh kegiatan rumah sakit dan kegiatan penunjang
lainnya.Apabila dibanding dengan kegiatan instansi lain, maka dapat
dikatakan bahwa jenis sampah dan limbah rumah sakit dapat dikategorikan
kompleks. Secara umum sampah dan limbah rumah sakit dibagi dalam dua
kelompok besar, yaitu sampah atau limbah klinis dan non klinis baik padat
maupun cair.
Limbah klinis adalah yang berasal dari pelayanan medis,
perawatan, gigi, veterinari, farmasi atau sejenis, pengobatan, perawatan,
penelitian atau pendidikan yang menggunakan bahan-bahan beracun,
infeksius berbahaya atau bisa membahayakan kecuali jika dilakukan
pengamanan tertentu. Bentuk limbah klinis bermacam-macam dan
berdasarkan potensi yang terkandung di dalamnya dapat dikelompokkan
sebagai berikut:
1) Limbah benda tajam
Limbah benda tajam adalah obyek atau alat yang memiliki sudut
tajam, sisi, ujung atau bagian menonjol yang dapat memotong atau
menusuk kulit seperti jarum hipodermik, perlengkapan intravena, pipet
pasteur, pecahan gelas, pisau bedah. Semua benda tajam ini memiliki
potensi bahaya dan dapat menyebabkan cedera melalui sobekan atau
tusukan. Benda-benda tajam yang terbuang mungkin terkontaminasi oleh
darah, cairan tubuh, bahan mikrobiologi, bahan beracun atau radioaktif.
2) Limbah infeksius
Limbah infeksius mencakup pengertian sebagai berikut:

4
a. Limbah yang berkaitan dengan pasien yang memerlukan isolasi
penyakit menular (perawatan intensif)
b. Limbah laboratorium yang berkaitan dengan pemeriksaan
mikrobiologi dari poliklinik dan ruang perawatan/isolasi penyakit
menular.
3) Limbah jaringan tubuh
Limbah jaringan tubuh meliputi organ, anggota badan, darah dan
cairan tubuh, biasanya dihasilkan pada saat pembedahan atau otopsi.
4) Limbah sitotoksik
Limbah sitotoksik adalah bahan yang terkontaminasi atau mungkin
terkontaminasi dengan obat sitotoksik selama peracikan, pengangkutan
atau tindakan terapi sitotoksik. Limbah yang terdapat limbah sitotoksik
didalamnya harus dibakar dalam incinerator dengan suhu diatas 1000oc
5) Limbah farmasi
Limbah farmasi ini dapat berasal dari obat-obat kadaluwarsa, obat-
obat yang terbuang karena batch yang tidak memenuhi spesifikasi atau
kemasan yang terkontaminasi, obat-obat yang dibuang oleh pasien atau
dibuang oleh masyarakat, obat-obat yang tidak lagi diperlukan oleh
institusi yang bersangkutan dan limbah yang dihasilkan selama produksi
obat-obatan.
6) Limbah kimia
Limbah kimia adalah limbah yang dihasilkan dari penggunaan
bahan kimia dalam tindakan medis, veterinari, laboratorium, proses
sterilisasi, dan riset.
7) Limbah radioaktif
Limbah radioaktif adalah bahan yang terkontaminasi dengan radio
isotop yang berasal dari penggunaan medis atau riset radio nukleida.
Limbah ini dapat berasal dari antara lain : tindakan kedokteran
nuklir, radio-imunoassay dan bakteriologis; dapat berbentuk padat, cair
atau gas. Limbah cair yang dihasilkan rumah sakit mempunyai
karakteristik tertentu baik fisik, kimia dan biologi.

5
8) Limbah Plastik
Limbah plastik adalah bahan plastik yang dibuang oleh klinik,
rumah sakit dan sarana pelayanan kesehatan lain seperti barang-barang
dissposable yang terbuat dari plastik dan juga pelapis peralatan dan
perlengkapan medis.
Selain sampah klinis, dari kegiatan penunjang rumah sakit juga
menghasilkan sampah non klinis atau dapat disebut juga sampah non medis.
Sampah non medis ini bisa berasal dari kantor/administrasi kertas, unit
pelayanan (berupa karton, kaleng, botol), sampah dari ruang pasien, sisa
makanan buangan; sampah dapur (sisa pembungkus, sisa makanan/bahan
makanan, sayur dan lain-lain). Limbah cair yang dihasilkan rumah sakit
mempunyai karakteristik tertentu baik fisik, kimia dan biologi. Limbah rumah
sakit bisa 4 mengandung bermacam-macam mikroorganisme, tergantung
pada jenis rumah sakit, tingkat pengolahan yang dilakukan sebelum dibuang
dan jenis sarana yang ada (laboratorium, klinik dll).
Tentu saja dari jenis-jenis mikroorganisme tersebut ada yang bersifat
patogen. Limbah rumah sakit seperti halnya limbah lain akan mengandung
bahan-bahan organik dan anorganik, yang tingkat kandungannya dapat
ditentukan dengan uji air kotor pada umumnya seperti BOD, COD, TTS, pH,
mikrobiologik, dan lainlain.
Melihat karakteristik yang ditimbulkan oleh buangan/limbah rumah
sakit seperti tersebut diatas, maka konsep pengelolaan lingkungan sebagai
sebuah sistem dengan berbagai proses manajemen didalamnya yang dikenal
sebagai Sistem Manajemen Lingkungan (Environmental Managemen System)
dan diadopsi Internasional Organization for Standar (ISO) sebagai salah satu
sertifikasi internasioanal di bidang pengelolaan lingkunan dengan nomor seri
ISO 14001 perlu diterapkan di dalam Sistem Manajemen Lingkungan Rumah
Sakit.

6
2.3 PENGARUH LIMBAH RUMAH SAKIT TERHADAP LINGKUNGAN
DAN KESEHATAN
Pengaruh limbah rumah sakit terhadap kualitas lingkungan dan
kesehatan dapat menimbulkan berbagai masalah seperti
1) Gangguan kenyamanan dan estetika
Ini berupa warna yang berasal dari sedimen, larutan, bau phenol,
eutrofikasi dan rasa dari bahan kimia organik.
2) Kerusakan harta benda
Dapat disebabkan oleh garam-garam yang terlarut (korosif, karat), air
yang berlumpur dan sebagainya yang dapat menurunkan kualitas
bangunan di sekitar rumah sakit.
3) Gangguan/kerusakan tanaman dan binatang
Ini dapat disebabkan oleh virus, senyawa nitrat, bahan kimia, pestisida,
logam nutrien tertentu dan fosfor.
4) Gangguan terhadap kesehatan manusia
Ini dapat disebabkan oleh berbagai jenis bakteri, virus, senyawa-senyawa
kimia, pestisida, serta logam seperti Hg, Pb, dan Cd yang berasal dari
bagian kedokteran gigi.
5) Gangguan genetik dan reproduksi
Meskipun mekanisme gangguan belum sepenuhnya diketahui secara
pasti, namun beberapa senyawa dapat menyebabkan gangguan atau
kerusakan genetik dan sistem reproduksi manusia misalnya pestisida,
bahan radioaktif.
6) Pengelolaan sampah rumah sakit yang kurang baik akan menjadi tempat
yang baik bagi vector penyakit seperti lalat dan tikus.
7) Kecelakaan kerja pada pekerja atau masyarakat akibat tercecernya jarum
suntik atau benda tajam lainnya.
8) Insiden penyakit demam berdarah dengue meningkat karena vector
penyakit hidup dan berkembangbiak dalam sampah kaleng bekas atau
genangan air.

7
9) Proses pembusukan sampah oleh mikroorganisme akan menghasilkan
gas-gas tertentu yang menimbulkan bau busuk.
10) Adanya partikel debu yang berterbangan akan mengganggu pernafasan,
menimbulkan pencemaran udara yang akan menyebabkan kuman
penyakit mengkontaminasi peralatan medis dan makanan rumah sakit.
11) Apabila terjadi pembakaran sampah rumah sakit yang tidak saniter
asapnya akan mengganggu pernafasan, penglihatan dan penurunan
kualitas udara.
2.4 PENGELOLAAN LIMBAH RUMAH SAKIT
1. Limbah padat
Untuk memudahkan mengenal jenis limbah yang akan dimusnahkan,
perlu dilakukan penggolongan limbah. Dalam kaitan dengan pengelolaan,
limbah klinis dikategorikan menjadi 5 golongan sebabagi berikut :
a. Golongan A :
- Dressing bedah, swab dan semua limbah terkontaminasi dari kamar
bedah.
- Bahan-bahan kimia dari kasus penyakit infeksi.
- Seluruh jaringan tubuh manusia (terinfeksi maupun tidak),
bangkai/jaringan hewan dari laboratorium dan hal-hal lain yang
berkaitan dengan swab dan dreesing.
b. Golongan B :
Syringe bekas, jarum, cartridge, pecahan gelas dan benda-benda
tajam lainnya.
c. Golongan C
Limbah dari ruang laboratorium dan postpartum kecuali yang
termasuk dalam golongan A.
d. Golongan D
Limbah bahan kimia dan bahan-bahan farmasi tertentu.
e. Golongan E
Pelapis Bed-pan Disposable, urinoir, incontinence-pad, dan stomach.

8
Dalam pelaksanaan pengelolaan limbah klinis perlu dilakukan
pemisahan penampungan, pengangkutan, dan pengelolaan limbah
pendahuluan.
1) Pemisahan
a. Golongan A
Dressing bedah yang kotor, swab dan limbah lain yang
terkontaminasi dari ruang pengobatan hendaknya ditampung dalam
bak penampungan limbah klinis yang mudah dijangkau bak sampah
yang dilengkapi dengan pelapis pada tempat produksi sampah
Kantong plastik tersebut hendaknya diambil paling sedikit satu hari
sekali atau bila sudah mencapai tiga perempat penuh. Kemudian
diikat kuat sebelum diangkut dan ditampung sementara di bak
sampah klinis.
Bak sampah tersebut juga hendaknya diikat dengan kuat bila
mencapai tiga perempat penuh atau sebelum jadwal pengumpulan
sampah. Sampah tersebut kemudian dibuang dengan cara sebagai
berikut :
1. Sampah dari haemodialisis
Sampah hendaknya dimasukkan dengan incinerator. Bisa juga
digunakanautoclaving, tetapi kantung harus dibuka dan dibuat
sedemikian rupa sehingga uap panas bisa menembus secara
efektif.
(Catatan: Autoclaving adalah pemanasan dengan uap di bawah
tekanan dengan tujuan sterilisasi terutama untuk limbah
infeksius).
2. Limbah dari unit lain :
Limbah hendaknya dimusnahkan dengan incinerator. Bila tidak
mungkin bisa menggunakan cara lain, misalnya dengan
membuat sumur dalam yang aman.

9
Prosedur yang digunakan untuk penyakit infeksi harus
disetujui oleh pimpinan yang bertanggungjawab, kepala Bagian
Sanitasi dan Dinas Kesehatan c/q Sub Din PKL setempat.
Semua jaringan tubuh, plasenta dan lain-lain hendaknya
ditampung pada bak limbah klinis atau kantong lain yang tepat
kemudian dimusnahkan denganincinerator.
Perkakas laboratorium yang terinfeksi hendaknya
dimusnahkan denganincinerator. Incinerator harus dioperasikan di
bawah pengawasan bagian sanitasi atau bagian laboratorium.
b. Golongan B
Syringe, jarum dan cartridges hendaknya dibuang dengan
keadaan tertutup. Sampah ini hendaknya ditampung dalam bak
tahan benda tajam yang bilamana penuh (atau dengan interval
maksimal tidak lebih dari satu minggu) hendaknya diikat dan
ditampung di dalam bak sampah klinis sebelum diangkut dan
dimasukkan dengan incinerator.
2) Penampungan
Sampah klinis hendaknya diangkut sesering mungkin sesuai dengan
kebutuhan. Sementara menunggu pengangkutan untuk dibawa
ke incinerator atau pengangkutan oleh dinas kebersihan (atau ketentuan
yang ditunjuk), sampah tersebut hendaknya :
- Disimpan dalam kontainer yang memenuhi syarat.
- Di lokasi/tempat yang strategis, merata dengan ukuran yang
disesuaikan dengan frekuensi pengumpulannya dengan kantong
berkode warna yang telah ditentukan secara terpisah.
- Diletakkan pada tempat kering/mudah dikeringkan, lantai yang
tidak rembes, dan disediakan sarana pencuci.
- Aman dari orang-orang yang tidak bertanggungjawab; dari
binatang, dan bebas dari infestasi serangga dan tikus.
- Terjangkau oleh kendaraan pengumpul sampah (bila mungkin)
Sampah yang tidak berbahaya dengan penanganan pendahuluan

10
(jadi bisa digolongkan dalam sampan klinis), dapat ditampung
bersama sampah lain sambil menunggu pengangkutan.
3) Pengangkutan
Pengangkutan dibedakan menjadi dua yaitu pengangkutan intenal dan
eksternal. Pengangkutan internal berawal dari titik penampungan awal
ke tempat pembuangan atau ke incinerator (pengolahan on-site). Dalam
pengangkutan internal biasanya digunakan kereta dorong.
2. Limbah Cair
Limbah rumah sakit mengandung bermacam-macam mikroorganisme,
bahan-bahan organik dan an-organik. Beberapa contoh fasilitas atau Unit
Pengelolaan Limbah (UPL) di rumah sakit antara lain sebagai berikut:
1) Kolam Stabilisasi Air Limbah (Waste Stabilization Pond System)
Sistem pengelolaan ini cukup efektif dan efisien kecuali masalah
lahan, karena kolam stabilisasi memerlukan lahan yang cukup luas;
maka biasanya dianjurkan untuk rumah sakit di luar kota (pedalaman)
yang biasanya masih mempunyai lahan yang cukup. Sistem ini terdiri
dari bagian-bagian yang cukup sederhana yakni :
- Pump Swap (pompa air kotor).
- Stabilization Pond (kolam stabilisasi) 2 buah.
- Bak Klorinasi
- Control room (ruang kontrol)
- Inlet
- Incinerator antara 2 kolam stabilisasi
- Outlet dari kolam stabilisasi menuju sistem klorinasi.
2) Kolam oksidasi air limbah (Waste Oxidation Ditch Treatment System)
Sistem ini terpilih untuk pengolahan air limbah rumah sakit di kota,
karena tidak memerlukan lahan yang luas. Kolam oksidasi dibuat
bulat atau elips, dan air limbah dialirkan secara berputar agar ada
kesempatan lebih lama berkontak dengan oksigen dari udara (aerasi).
Kemudian air limbah dialirkan ke bak sedimentasi untuk
mengendapkan benda padat dan lumpur. Selanjutnya air yang sudah

11
jernih masuk ke bak klorinasi sebelum dibuang ke selokan umum atau
sungai. Sedangkan lumpur yang mengendap diambil dan dikeringkan
padaSludge drying bed (tempat pengeringan Lumpur). Sistem kolam
oksidasi ini terdiri dari :
- Pump Swap (pompa air kotor)
- Oxidation Ditch (pompa air kotor)
- Sedimentation Tank (bak pengendapan)
- Chlorination Tank (bak klorinasi)
- 5. Sludge Drying Bed ( tempat pengeringan lumpur, biasanya 1-2
petak)
- Control Room (ruang kontrol)
3) Filter Treatment System
Sistem pengolahan melalui proses pembusukan anaerobik melalui
filter/saringan, air limbah tersebut sebelumnya telah
mengalami pretreatment dengan septic tank (inchaff
tank). Proses anaerobic filter treatment biasanya akan
menghasilkan effluent yang mengandung zat-zat asam organik dan
senyawa anorganik yang memerlukan klor lebih banyak untuk proses
oksidasinya. Oleh sebab itu sebelum effluent dialirkan ke bak klorida
ditampung dulu di bak stabilisasi untuk memberikan kesempatan
oksidasi zat-zat tersebut di atas, sehingga akan menurunkan jumlah
klorin yang dibutuhkan pada proses klorinasi nanti.
Sistem Anaerobic Treatment terdiri dari komponen-komponen antara
lain sebagai berikut :
- Pump Swap (pompa air kotor)
- Septic Tank (inhaff tank)
- Anaerobic filter.
- Stabilization tank (bak stabilisasi)
- Chlorination tank (bak klorinasi)
- Sludge drying bed (tempat pengeringan lumpur)
- Control room (ruang kontrol)

12
Secara singkat pengelolaan dan pembuangan limbah medis adalah
sebagai berikut :
a. Penimbulan ( Pemisahan Dan Pengurangan )
Proses pemilahan dan reduksi sampah hendaknya merupakan
proses yang kontinyu yang pelaksanaannya harus mempertimbangkan :
kelancaran penanganan dan penampungan sampah, pengurangan
volume dengan perlakuan pemisahan limbah B3 dan non B3 serta
menghindari penggunaan bahan kimia B3, pengemasan dan pemberian
label yang jelas dari berbagai jenis sampah untuk efisiensi biaya,
petugas dan pembuangan.
b. Penampungan
Penampungan sampah ini wadah yang memiliki sifat kuat, tidak
mudah bocor atau berlumut, terhindar dari sobek atau pecah,
mempunyai tutup dan tidak overload. Penampungan dalam pengelolaan
sampah medis dilakukan perlakuan standarisasi kantong dan kontainer
seperti dengan menggunakan kantong yang bermacam warna seperti
telah ditetapkan dalam Permenkes RI no. 986/Men.Kes/Per/1992
dimana kantong berwarna kuning dengan lambang biohazard untuk
sampah infeksius, kantong berwarna ungu dengan simbol citotoksik
untuk limbah citotoksik, kantong berwarna merah dengan simbol
radioaktif untuk limbah radioaktif dan kantong berwarna hitam dengan
tulisan “domestik”
c. Pengangkutan
Pengangkutan dibedakan menjadi dua yaitu pengangkutan intenal
dan eksternal. Pengangkutan internal berawal dari titik penampungan
awal ke tempat pembuangan atau ke incinerator (pengolahan on-site).
Dalam pengangkutan internal biasanya digunakan kereta dorong
sebagai yang sudah diberi label, dan dibersihkan secara berkala serta
petugas pelaksana dilengkapi dengan alat proteksi dan pakaian kerja
khusus.

13
Pengangkutan eksternal yaitu pengangkutan sampah medis
ketempat pembuangan di luar (off-site). Pengangkutan eksternal
memerlukan prosedur pelaksanaan yang tepat dan harus dipatuhi
petugas yang terlibat. Prosedur tersebut termasuk memenuhi peraturan
angkutan lokal. Sampah medis diangkut dalam kontainer khusus, harus
kuat dan tidak bocor.
d. Pengolahan dan Pembuangan
Metoda yang digunakan untuk megolah dan membuang sampah medis
tergantung pada faktor-faktor khusus yang sesuai dengan institusi yang
berkaitan dengan peraturan yang berlaku dan aspek lingkungan yang
berpengaruh terhadap masyarakat. Teknik pengolahan sampah medis
(medical waste) yang mungkin diterapkan adalah :
- Incinerasi
- Sterilisasi dengan uap panas/ autoclaving (pada kondisi uap jenuh
bersuhu 121 C)°
- Sterilisasi dengan gas (gas yang digunakan berupa ethylene oxide
atau
formaldehyde)
- Desinfeksi zat kimia dengan proses grinding (menggunakan cairan
kimia sebagai desinfektan)
- Inaktivasi suhu tinggi
- Radiasi (dengan ultraviolet atau ionisasi radiasi seperti Co60
- Microwave treatment
- Grinding dan shredding (proses homogenisasi bentuk atau ukuran
sampah)
- Pemampatan/ pemadatan, dengan tujuan untuk mengurangi volume
yang terbentuk.

14
2.5 UPAYA PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN DAMPAK
LIMBAH RUMAH SAKIT
1. Pencegahan
Pencegahan limbah secara alami. Saat air limbah mengalir di dalam
sungai, tersimpan dalam waduk, perubahan air terjun, kemdian meresap
kedalam tana. Selanjut nya terjadi proses sedimentasi, filterasi, proses
biologis, oksidasi, dan lain-lain.
Pengolah air limbah secara fisik dapat di lakukan dng teruji
penyaringan sampah dan penghancuran sampah(comminutor) atau
gritremofal
2. Penanggulangan
Penghasil, pengepul, pengaangkut, pengolah, pemanfaatan, penimbun
limbah B3 wajib ssegerah melaporkan tumpahmnya bahan berbahaya dan
beracun (B3) dan limbah B3 kelingkungan, pada instansi yang
bertanggung jawab/kepalah daerah tingkat 1,2,3
Untuk upaya penanggulngannya diperlukan pengnawasan Penghasil,
pengepul, pengaangkut, pengolah, pemanfaatan, penimbun limbah B3 wajib
memiliki sistem tannggap darurat.
Penanggung jawab pengelolaan limbah B3 jawib memiliki sistem tanggap
darurat kepada masyrakat.
Penghasil limbah B3 bertanggung jawab atas penanggulangan
pencemaran lingkungan akibat lepas/tumpahnya limbvah B3 yang menjadi
tanggung jawabnya.
Penghasil limbah B3 wajib segerah melaporkan tumpahnya limbah
berbahaya kepada yangn bertanggung jawab.

15
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Toksikologi limbah rumah sakit adalah semua sampah dan limbah yang
dihasilkan oleh kegiatan rumah sakit dan kegiatan penunjang lainnya. Secara
umum sampah dan limbah rumah sakit dibagi dalam dua kelompok besar,
yaitu sampah atau limbah klinis dan non klinis baik padat maupun cair.
Bentuk limbah klinis bermacam-macam dan berdasarkan potensi yang
terkandung di dalamnya diantaranya limbah benda tajam, limbah infeksius
tubuh, limbah sitotoksik, limbah kimia, limbah radioaktif , limbah plastik.
Pengaruh limbah rumah sakit terhadap lingkungan dan kesehatan antara
lain gangguan kenyamanan dan estetika, kerusakan harta benda, kesehatan
manusia, reproduksi, dan ganguan terhadap tanaman maupun binatang. Oleh
karena itu limbah harus dikelola dengan baik dengan cara memisahkan
limbah padat dan cair, dan membuangnya di tempat yang sudah ditentukan.
3.2 Saran
Akan lebih baik jika pembaca mencari reverensi tambahan, agar lebih
dapat memahami memahami tentang pengelolaan limbah rumah sakit secara
luas.

16
DAFTAR PUSTAKA

Arifin, M., 2008, ‘Pengaruh Limbah Rumah Sakit Terhadap Kesehatan’, Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia.
Hindarko ,5 15. Ir. 2003. Mengolah limbah supayah tidak mencemari orang
lain.Jakarta.
Keraf, sonny. Dr . 2000. Analisis dampak lingkungan hidup, rencana pengelolah
lingkungan. Jakarta.
Kusnoputranto, 1993. Kesehatan Lingkungan. Jakarta: FKM UI.
Kusminarno, K., 2004, ‘Manajemen Limbah Rumah Sakit’, Jakarta
Nainggolan, R., Elsa, Musadad A., 2008, ‘Kajian Pengelolaan Limbah Padat
Medis Rumah Sakit’, Jakarta
Notoadmodjo, S., 2007, ‘Ilmu Kesehatan Masyarakat’, Rineka Cipta, Jakarta

17

Anda mungkin juga menyukai