Anda di halaman 1dari 23

MINI RISET

SURVEY DAN PEMETAAN


“DAMPAK LIMBAH MEDIS RUMAH SAKIT TERHADAP
LINGKUNGAN”

DOSEN PENGAMPU: Ir. MAHARA SINTONG, M.Si

DISUSUN OLEH:

RUTH ELLYANA GANDA (3192431014)

KELAS: D GEOGRAFI 2019

JURUSAN PENDIDIKAN GEOGRAFI


FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2020

0
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-
Nya sehingga Makalah Mini Riset ini dapat terselesaikan dengan baik. Saya
ucapkan terimakasih kepada pihak yang telah memberikan kontribusi
dengan memberikan sumbangan baik berupa pikiran maupun materinya.
Terkhusus kepada kedua orang tua saya yang selama ini sudah berjasa
kepada saya.
Selanjutnya saya mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya
kepada Bapak Ir. Mahara Sintong, M.Si selaku dosen pembimbing pada
mata kuliah Survey dan Pemetaan yang telah memberikan bimbingan dan
arahan selama penulisan makalah ini.
Akhir kata saya berharap semoga Makalah Mini Riset ini dapat
bermanfaat bagi banyak orang. Kemudian, Makalah ini dapat menambah
pengetahuan dan informasi bagi pembaca
Saya menyadari ada banyak kekurangan dalam penyusunan Makalah
Mini Riset ini. Dengan penuh kerendahan hati saya mohon maaf, kritik dan
saran yang membangun saya persilahkan kepada setiap pembaca yang
membaca Makalah Mini Riset ini. Akhir kata saya ucapkan terimakasih.

Medan, Mei 2020

Ruth Ellyana Ganda

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................... 1


DAFTAR ISI .................................................................................................. 2
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 3
A. Latar Belakang .................................................................................... 3
B. Rumusan Masalah ............................................................................... 4
C. Tujuan ................................................................................................. 4
BAB II KAJIAN TEORITIS .......................................................................... 5
A. Penggolongan Limbah Rumah Sakit ................................................. 5
B. Pengaruh Limbah Rumah Sakit Terhadap Lingkungan dan
Kesehatan ................................................................................................... 8
C. Potensi Pencemaran Limbah Rumah Sakit ........................................ 9
D. Jenis Limbah Rumah Sakit dan Dampaknya Terhadap Kesehatan
Serta Lingkungan ..................................................................................... 10
BAB II METODOLOGI PENELITIAN ...................................................... 15
BAB IV PEMBAHASAN ............................................................................ 16
BAB V PENUTUP ....................................................................................... 18
A. Kesimpulan ....................................................................................... 18
B. Saran .................................................................................................. 19
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 20
LAMPIRAN.................................................................................................21

2
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Rumah sakit bersih adalah tempat pelayanan kesehatan yang
dirancang, dioperasikan dan dipelihara dengan sangat memperhatikan aspek
kebersihan bangunan dan halaman baik fisik, sampah, limbah cair, air bersih
dan serangga/ binatang pengganggu. Namun menciptakan kebersihan di
rumah sakit merupakan upaya yang cukup sulit dan bersifat kompleks
berhubungan dengan berbagai aspek antara lain budaya/ kebiasaan, perilaku
masyarakat, kondisi lingkungan, social dan teknologi.
Limbah rumah sakit adalah semua limbah yang dihasilkan oleh
kegiatan rumah sakit dan kegiatan penunjang lainnya.
Limbah rumah sakit, khususnya limbah medis yang infeksius belum
di kelola dengan baik. Sebagian besar pengelolaan limbah infeksius
disamakan dengan limbah medis noninfeksius, selain itu kerap bercampur
limbah medis dan non medis yang justru memperbesar permasalahan limbah
medis.
Pengolahan limbah rumah sakit dapat dilakukan dengan berbagai
cara, yang diutamakan adalah sterilisasi, yakni berupa pengurangan dalam
volume, penggunaan kembali dengan sterilisasi lebih dulu, daur ulang dan
pengolahan. Hal yang perlu dipertimbangkan dalam pengolahan limbah
adalah pemisahan limbah, penyimpanan limbah, penanganan limbah dan
pembuangan limbah. Penelitian ini dilaksanakan di daerah tempat tinggal
peneliti dan metode observasi memudahkan peneliti untuk mengetahui
secara langsung permasalahan lingkungan yang terjadi akibat limbah medis
tersebut.

3
B. Rumusan Masalah
1. Apa dampak limbah medis Rumah Sakit lingkungan
2. Apakah pengelolaan limbah medis di daerah Padangsidimpuan telah
sesuai dengan peraturan pemerintah

C. Tujuan
Tujuan penyusunan makalah ini adalah untuk penyelesaian tugas
mini riset pada mata kuliah Survey dan Pemetaan. Mini Riset ini juga
bertujuan untuk memberi informasi dan pengetahuan bagi setiap pembaca
bagaimana cara membuang sampah medis yang sesuai dengan peraturan
pemerintah sehingga tidak merusak lingkungan. Dan mini riset ini juga
bertujuan untuk memberi informasi dan pengetahuan bagi pembaca,
bagaimana cara tepat mengelola limbah medis tersebut agar tidak
mencemari lingkungan dan merusak kesehatan masyarakat.

4
BAB II
KAJIAN TEORITIS

A. Penggolongan Limbah Rumah Sakit


Berdasarkan Depkes RI 1992, sampah dan limbah rumah sakit
adalah semua sampah dan limbah yang dihasilkan oleh kegiatan rumah
sakit dan kegiatan penunjang lainnya. Secara umum sampah dan limbah
rumah sakit dibagi dalam dua kelompok besar yaitu sampah atau limbah
klinis dan non klinis baik padat maupun cair.

Bentuk limbah atau sampah klinis bermacam-macam dan


berdasarkan potensi bahaya yang ditimbulkannya dapat dikelompokkan
sebagai berikut: (Anshar, 2013)
1. Limbah Benda Tajam
Limbah benda tajam adalah objek atau alat yangmemiliki sudut
tajam, sisi, ujung atau bagian menonjol yang dapat memotong atau
menusuk kulit seperti jarum hipodermik, perlengkapan intravena, pipet
Pasteur, pecahan gelas, pisau bedah.Semua benda tajam ini memiliki
bahaya dan dapat menyebabkan cedera melalui sobekan atau
tusukan.Benda-benda tajam yang terbuang mungkin terkontaminasi oleh
darah, cairan tubuh, bahan mikrobiologi, bahan beracun atau radio aktif.
2. Limbah Infeksius
Limbah infeksius meliputi limbah yang berkaitan dengan pasien
yang memerlukan isolasi penyakit menular (perawatan intensif).Limbah
laboratorium yang berkaitan dengan pemeriksaan mikrobiologi dari
poliklinik dan ruang perawatan/ isolasi penyakit menular.Limbah jaringan
tubuh meliputi organ, anggota badan, darah dan cairan tubuh, sampah
mikrobiologis, limbah pembedahan, limbah unit dialysis dan peralatan
terkontaminasi (medical waste).

5
3. Limbah Jaringan Tubuh
Limbah jaringan tubuh meliputi jaringan tubuh, organ, anggota
badan, placenta, darah dan cairan tubuh lain yang dibuang saat
pembedahan dan autopsy. Limbah jaringan tubuh tidak memerlukan
pengesahan penguburan dan hendaknya dikemas khusus, diberi label dan
dibuang ke incinerator.
4. Limbah Citotoksik
Limbah citotoksik adalah bahan yang terkontaminasi atau mungkin
terkontaminasi dengan obat citotoksik selama peracikan, pengangkutan
atau tindakan terapi citotoksik.Limbah yang terdapat limbah citotoksik
harus dibakar dalam incinerator dengan suhu diatas 1000ºC.
5. Limbah Farmasi
Limbah farmasi berasal dari obat-obatan kadaluwarsa, obat-obatan
yang terbuang karena batch tidak memenuhi spesifikasi atau telah
terkontaminasi, obat-obatan yang terbuang atau dikembalikan oleh pasien,
obat-obatan yang sudah tidak dipakai lagi karena tidak diperlukan dan
limbah hasil produksi oabt-obatan.
6. Limbah Kimia
Limbah kimia dihasilkan dari penggunaan kimia dalam tindakan
medis, vetenary, laboratorium, proses sterilisasi dan riset. Limbah kimia
juga meliputi limbah farmasi dan limbah citotoksik.
7. Limbah Radio Aktif
Limbah radio aktif adalah bahan yang terkontaminasi dengan radio
isotope yang berasal dari penggunaan medis dan riset radionucleida. Asal
limbah ini antara lain dari tindakan kedokteran nuklir, radioimmunoassay
dan bakteriologis yang dapat berupa padat, cair atau gas.
8. Limbah Plastik
Limbah plastic adalah bahan plastic yang dibuang oleh klinik,
rumah sakit dan sarana kesehatan lain seperti barang-barang dissposable
yang terbuat dari plastic dan juga pelapis peralatan dan perlengkapan
medis.

6
Selain sampah klinis dari kegiatan penunjang rumah sakit juga
menghasilkan sampah non medis. Sampah non medis ini bisa berasal dari
kantor/ administrasi (kertas), unit pelayanan (berupa karton, kaleng, botol),
sampah dari ruangan pasien, sisa makanan buangan, sampah dapur (sisa
pembungkus, sisa makanan/ bahan makanan, sayur dll). Limbah cair yang
dihasilkan rumah sakit mempunyai karakteristik tertentu baik fisik, kimia
dan biologi.Limbah rumah sakit bisa mengandung bermacam-macam
mikroorganisme, tergantung dari jenis rumah sakit, tingkat pengolahan
yang dilakukan sebelum dibuang dan jenis sarana yang ada (laboratorium,
klinik dll). Tentu saja dari jenis-jenis mikroorganisme tersebut ada yang
bersifat pathogen. Limbah rumah sakit seperti halnya limbah lain akan
mengandung bahan-bahan organic dan anorganik, yang tingkat
kandungannya dapat ditentukan dengan uji air kotor pada umumnya
seperti BOD, COD, TTS, pH, mikrobiologik dan lainnya. (Arifin, 2008)
Sebagaimana termaktub dalam undang-undang No. 9 tahun 1990
tentang pokok-pokok kesehatan, bahwa setiap warga berhak memperoleh
derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Ketentuan tersebut menjadi
dasar bagi pemerintah untuk menyelenggarakan kegiatan berupa
pencegahan dan pemberantasan penyakit, pencegahan dan penanggulangan
pencemaran, pemulihan kesehatan penerangan dan pendidikan kesehatan
kepada masyarakat. (Siregar, 2001)
Kegiatan rumah sakit menghasilkan berbagai macam limbah yang
berupa benda cair, padat dan gas.Pengelolaan limbah rumah sakit adalah
bagian dari kegiatan penyehatan lingkungan di rumah sakit yang bertujuan
untuk melindungi masyarakat dari bahaya pencemaran lingkungan yang
bersumber dari limbah rumah sakit.
Upaya pengelolaan limbah rumah sakit telah disiapkan dengan
menyediakan perangkat lunaknya yang berupa peraturan-peraturan,
pedoman-pedoman dan kebijakan-kebijakan yang mengatur pengelolaan
dan peningkatan kesehatan di lingkungan rumah sakit. Disamping itu
secara bertahap dan berkesinambungan Depertemen Kesehatan
mengupayakan instalasi pengelolaan limbah rumah sakit, sehingga sampai

7
saat ini sebagian rumah sakit pemerintah telah dilengkapi dengan fasilitas
pengelolaan limbah, meskipun perlu disempurnakan.Namun harus disadari
bahwa pengelolaan limbah rumah sakit masih perlu ditingkatkan lagi.
(Barlin, 1995)

B. Pengaruh Limbah Rumah Sakit Terhadap Lingkungan dan


Kesehatan
Menurut Kepmenkes 1204/Menkes/SK/X/2004 petugas pengelola
sampah harus menggunakan alat pelindung diri yang terdiri dari topi/
helm, masker, pelindung mata, pakaian panjang, apron untuk industry,
sepatu boot, serta sarung tangan khusus.

Pengaruh limbah rumah sakit terhadap kualitas lingkungan dan


kesehatan dapat menimbulkan berbagai masalah seperti:
1. Gangguan kenyamanan dan estetika, berupa warna yang
berasal dari sedimen, larutan, bau phenol, eutrofikasi dan rasa dari bahan
kimia organic, yang menyebabkan estetika lingkungan menjadi kurang
sedap dipandang.
2. Kerusakan harta benda, dapat disebabkan oleh garam-garam
yang terlarut (korosif dan karat) air yang berlumpur dan sebagainya yang
dapat menurunkan kualitas bangunan disekitar rumah sakit.
3. Gangguan/ kerusakan tanaman dan binatang, dapat disebabkan
oleh virus, senyawa nitrat, bahan kimia, pestisida, logam nutrient tertentu
dan fosfor.
4. Gangguan terhadap kesehatan manusia, dapat disebabkan oleh
berbagai jenis bakteri, virus, senyawa-senyawa kimia, pestisida, serta
logam berat seperti Hg, Pb dan Cd yang bersal dari bagian kedokteran
gigi.
5. Gangguan genetic dan reproduksi.
6. Pengelolaan sampah rumah sakit yang kurang baik akan
menjadi tempat yang baik bagi vector penyakit seperti lalat dan tikus.

8
7. Kecelakaan kerja pada pekerja atau masyarakat akibat
tercecernya jarum suntik atau benda tajam lainnya.
8. Insiden penyakit demam berdarah dengue meningkat karena
vector penyakit hidup dan berkembangbiak dalam sampah kaleng bekas
atau genangan air.
9. Proses pembusukan sampah oleh mikroorganisme akan
menghasilkan gas-gas tertentu yang menimbulkan bau busuk.
10. Adanya partikel debu yang berterbangan akan mengganggu
pernafasan, menimbulkan pencemaran udara yang akan menyebabkan
kuman penyakit mengkontaminasi peralatan medis dan makanan rumah
sakit.
11. Apabila terjadi pembakaran sampah rumah sakit yang tidak
saniter asapnya akan mengganggu pernafasan, penglihatan dan penurunan
kualitas udara.

C. Potensi Pencemaran Limbah Rumah Sakit


Dalam profil kesehatan Indonesia, Departemen Kesehatan 1997,
diungkapkan seluruh rumah sakit di Indonesia berjumlah1.090 dengan
121.996 tempat tidur. Hasil kajian terhadap 100 rumah sakit di Jawa dan
Bali menunjukkan bahwa rata-rata produksi sampah sebesar 3,2 kg per
tempat tidur per hari. Sedangkan produksi limbah cair sebesar 416,8 liter
per tempat tidur per hari. Analisi lebih jauh menunjukkan produksi sampah
(limbah padat) berupa limbah domestic sebesar 76,8 % dan berupa limbah
infeksius sebesar 23,2 %. Diperkirakan secara nasional produksi sampah
(limbah padat) rumah sakit sebesar 376.089 ton per hari dan produksi air
limbah sebesar 48.985,70 ton per hari.Dari gambaran tersebut dapat
dibayangkan seberapa besar potensi rumah sakit untuk mencemari
lingkungan dan kemungkinannya kecelakaan dan penularan penyakit.
(Sabayang dkk, 1996).

9
D. Jenis Limbah Rumah Sakit dan Dampaknya Terhadap Kesehatan
Serta Lingkungan
Limbah rumah sakit adalah semua limbah yang dihasilkan oleh
kegiatan rumah sakit dan kegiatan penunjang lainnya.Mengingat dampak
yang mungkin timbul, maka diperlukan upaya pengelolaan yang baik,
meliputi pengelolaan sumber daya manusia, alat dan sarana, keuangan dan
tatalaksana perorganisasian yang ditetapkan dengan tujuan memperoleh
kondisi rumah sakit yang memenuhi persyaratan kesehatan
lingkungan.Limbah rumah sakit bisa mengandung bermacam-macam
mikroorganisme bergantung pada jenis rumah sakit, tingkat pengolahan
sebelum dibuang.Limbah cair rumah sakit dapat mengandung bahan
organic dan anorganik yang umumnya diukur dan parameter BOD, COD,
TSS dan lain-lain. Sedangkan limbah padat rumah sakit terdiri atas sampah
mudah membusuk, sampah mudah terbakar dan lain-lain.Limbah-limbah
tersebut kemungkinan besar mengandung mikroorganisme pathogen atau
bahan kimia beracun berbahaya yang menyebabkan penyakit infeksi dan
dapat tersebar ke lingkungan rumah sakit yang disebabkan oleh tehnik
pelayanan kesehatan yang kurang memadai, kesalahan penanganan bahan-
bahan terkontaminasi dan peralatan, serta penyediaan dan pemeliharaan
sarana sanitasi yang masih buruk.(Said, 1999)
Pembuangan limbah yang berjumlah cukup besar ini paling baik
jika dilakukan dengan memilah-milah limbah kedalam pelbagai
katagori.Untuk masing-masing jenis kategori diterapkan cara pembuangan
limbah yang berbeda. Prinsip umum pembuangan limbah rumah sakit
adalah sejauh mungkin menghindari resiko kontaminasi dan trauma
(injury). Jenis-jenis limbah rumah sakit meliputi: (Shahib dan Djustiana,
1998).
a. Limbah Klinik
Limbah dihasilkan Selama pelayananpasien secara rutin,
pembedahan dan unit-unit resiko tinggi, yang berbahaya dan
mengakibatkan resiko tinggi infeksi kuman dan populasi umum serta staf
rumah sakit.

10
b. Limbah Patologi
Limbah ini juga dianggap berisiko tinggi dan sebaiknya di
autoclave sebelum keluar dari unit patologi.
c. Limbah Bukan Klinik
Limbah ini meliputi kertas-kertas pembungkus atau kantong dan
plastic yang tidak berkontak dengan cairan badan.Meskipun tidak
menimbulkan resiko sakit, limbah tersebut cukup merepotkan, karena
memerlukan tempat yang besar untuk mengangkut dan membuangnya.
d. Limbah Dapur
Limbah ini mencakup sisa-sisa makanan dan air kotor. Berbagai
serangga seperti kecoa, kutu dan hewan pengerat seperti tikus merupakan
gangguan bagi staf maupun pasien dirumah sakit.
e. Limbah Radioaktif
Walaupun limbah ini tidak menimbulkan persoalan pengendalian
infeksi dirumah sakit, pembungannya secara aman perlu diatur dengan
baik.

E. Pengolahan Limbah
Pengolahan limbah rumah sakit dapat dilakukan dengan berbagai cara.
Yang diutamakan adalah sterilisasi, yakni berupa pengurangan (reduce)
dalam volume, penggunaan kembali (reuse) dengan sterilisasi lebih dulu,
daur ulang (recycle) dan pengolahan (treatment). (Slamet Riyadi, 2000)
1. Limbah Padat
Untuk memudahkan mengenal jenis limbah yang akan dimusnahkan,
perlu dilakukan penggolongan limbah. Dalam kaitan dengan pengolahan,
limbah medis dikategorikan menjadi 5 golongan sebagai berikut:
Golongan A:
– Dressing bedah, swab dan semua limbah terkontaminasi dari
kamar bedah,
– Bahan-bahan kimia dari kasus penyakit infeksi,

11
– Seluruh jaringan tubuh manusia (terinfeksi maupun tidak),
bangkai/ jaringan hewan dari laboratorium dan hal-hal lain yang
berkaitan dengan swab dan dressing.

Golongan B:
– Syringe bekas, jarum, cartridge, pecahan gelas dan benda-benda
tajam lainnya.
Golongan C:
– Limbah dari ruang laboratorium dan postpartum kecuali yang
termasuk dalam golongan A.
Golongan D:
– Limbah bahan kimia dan bahan farmasi tertentu.
Golongan E:
– Pelapis bed-pan disposable, urinoir, incontinence-pad dan
stomach.
Dalam pelaksanaan pengelolaan limbah medis perlu dilakukan
pemisahan penampungan, pengangkutan dan pengolahan limbah
pendahuluan.
a. Pemisahan
– Golongan A
Dressing bedah yang kotor, swab dan limbah lain yang
terkontaminasi dari ruang pengobatan hendaknya ditampung dalam bak
penampungan limbah medis yang mudah dijangkau, bak sampah yang
dilengkapi dengan pelapis pada tempat produksi sampah. Kantong plastic
tersebut hendaknya diambil paling sedikit satu hari sekali atau bila sudah
mencapai tiga perempat penuh.Kemudian diikat kuat sebelum diangkut
dan ditampung sementara di bak sampah klinis.Bak sampah tersebut juga
hendaknya diikat dengan kuat bila mencapai tiga perempat penuh atau
sebelum jadwal pengumpulan sampah. Sampah kemudian dibuang dengan
cara sebagai berikut:

12
1. Sampah dari haemodialisis
Sampah hendaknya dimusnahkan dengan incinerator. Bisa juga
digunakan autoclaving, tetapi kantung harus dibuka dan dibuat sedemikian
rupa sehingga uap panas bisa menembus secara efektif.
2. Limbah dari unit lain
Limbah hendaknya dimusnahkan dengan incinerator. Bila tidak
mungkin bisa menggunakan cara lain, misalnya dengan membuat sumur
dalam yang aman. Semua jaringan tubuh, plasenta dan lain-lain
hendaknya ditampung pada bak limbah medis atau kantong lain yang
tepat kemudian di musnahkan dengan incinerator. Perkakas laboratorium
yang terinfeksi hendaknya dimusnahkan dengan incinerator.Incinerator
harus dioperasikan dibawah pengawasan bagian sanitasi atau bagian
laboratorium.
– Golongan B
Syringe, jarum dan cartridges hendaknya dibuang dengan keadaan
tertutup.Sampah ini hendaknya ditampung dalam bak tahan benda tajam
yang bilamana penuh (dengan interval maksimal tidak lebih dari satu
minggu) hendaknya diikat dan ditampung didalam bak sampah klinis
sebelum diangkut dan dimasukkan kedalam incinerator.
b. Penampungan
Sampah klinis hendaknya diangkut sesering mungkin sesuai
dengan kebutuhan. Sementara menunggu pengangkutan untuk dibawa ke
incinerator atau pengangkutan oleh dinas kebersihan (ketentuan yang
ditunjuk). Sampah yang tidak berbahaya dengan penanganan pendahuluan,
dapat ditampung bersama sampah lain sambil menunggu pengangkutan.
c. Pengangkutan
Pengangkutan dibedakan menjadi dua yaitu pengangkutan internal
dan pengangkutan eksternal.Pengangkutan internal berawal dari titik
penampungan awal ke tempat pembuangan atau incinerator (pengolahan
on-site). Dalam pengangkutan internal biasanya digunakankereta dorong,
kereta atau troli yang digunakan untuk pengangkutan sampah klinis harus
didesain sedemikian rupa sehingga tidak akan menjadi sarang serangga,

13
permukaan harus licin, rata dan tidak tembus, mudah dibersihkan dan
dikeringkan, sampah tidak menempel pada alat angkut, sampah mudah
diisikan, diikat dan dituang kembali. Bila tidak tersedia sarana setempat
dan sampah klinis harus diangkut ketempat lain, harus disediakan bak
terpisah dari sampah biasa dalam alat truk pengangkut dan harus dilakukan
upaya pencegahan kontaminasi sampah lain yang dibawa, harus dapat
dijamin bahwa sampah dalam keadaan aman dantidak terjadi kebocoran
atau tumpah. (Anshar, 2013)
3. Limbah Cair
Limbah rumah sakit mengandung bermacam-macam
mikroorganisme, bahan-bahan organic dan anorganik. Beberapa contoh
fasilitas atau Unit Pengolahan Limbah (UPL) dirumah sakit antara lain:
a. Kolam Stabilisasi Air Limbah (Waste Stabilization Pond System)
b. Kolam Oksidasi Air Limbah (Waste Oxidation Ditch Treatment
System)
c. Anaerobic Filter Treatment System

14
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode observasi.


Metode observasi adalah metode pengumpulan data dengan mengamati atau
meninjau dengan cermat dan langsung di lokasi penelitian atau lapangan
untuk mengetahui kondisi secara langsung atau untuk membuktikan
kebenaran dari desain penelitian. Lokasi Penelitian berada di dua rumah
sakit berbeda di daerah Kota Padangsidimpuan, Kecamatan Tapanuli
Selatan, Sumatera Utara. Kedua rumah sakit tersebut terdiri dari Rumah
Sakit Umum Padangsidimpuan dan Rumah Sakit Umum Inanta. Lokasi
selanjutnya yang di observasi adalah di tempat pembuangan akhir sampah
untuk daerah Padangsidimpuan.

15
BAB IV
PEMBAHASAN

Observasi pertama yang saya laksanakan pada hari Senin, 11 Mei


2020, berlokasi di Rumah Sakit Umum daerah Padangsidimpuan. Saya
langsung pergi ke lokasi tempat pembuangan sampah Rumah Sakit tersebut
dan hasil yang saya dapat adalah sampah berterbaran di tempat tersebut,
sampah non-medis dan medis hanya berbeda karung saja namun lokasi
pembuangannya sama. Kemudian, daerah tempat pembuangan sampah
tersebut berada di tempat yang sering masyarakat lalui. Dari sini dapat
disimpulkan bahwa tidak adanya kepedulian dari pihak rumah sakit terhadap
pengelolaan sampah medis tersebut.
Kemudian, observasi kedua yang saya laksanakan pada hari Selasa,
12 Mei 2020, berlokasi di Rumah Sakit Inanta daerah Padangsidimpuan.
Rumah sakit ini berada di dekat rumah saya, berjarak kira-kira 5 meter dari
tempat tinggal saya. Sehingga memudahkan saya dalam melaksanakan
observasi. Rumah sakit ini berada di pinggiran jalan lintas Sumatera. Ketika
saya melakukan observasi ke tempat pembuangan sampah Rumah Sakit ini,
hal yang sama saya dapatkan setelah saya observasi Rumah Sakit Umum
daerah Padangsidimpuan. Rumah sakit ini juga tidak memiliki kepedulian
dalam pengolahan sampah medis. Hal saya lihat adalah ketika petugas
kebersihan membuang sampah medis tersebut, dapat saya lihat tidak adanya
peralatan yang melindungi petugas kebersihan tersebut, seperti masker
ataupun sarung tangan. Setelah itu, petugas kebersihan membuang sampah
medis tersebut ke tempat pembuangan sampah yang bercampur dengan
sampah non- medis tersebut. Kemudian, tempat pembuangan sampah
Rumah Sakit berada di belakang gerbang rumah sakit tersebut atau bisa
dikatakan tempat pembuangan sampah tersebut hanya dibatasi dinding
dengan para pejalan yang melewati tempat tersebut. Sehingga ketika saya
melewati tempat tersebut aroma busuk dari sampah non-medis akan
bercampur dengan aroma obat-obatan yang berasal dari sampah medis

16
Rumah Sakit tersebut. Pada observasi kedua ini disimpulkan bahwa masih
perihal ketidakpedulian pihak rumah sakit pengolahan sampah rumah sakit
non-medis maupun medis.
Kemudian dari kedua Rumah Sakit ini, hal miris yang saya lihat
adalah sampah Rumah Sakit tersebut diangkut oleh truk sampah
masyarakat dalam arti tidak ada dilakukan pembedaan antara truk sampah
non-medis atau medis. Kemudian, tidak ada peralatan yang melindungi
petugas kebersihan yang mengangkut sampah medis dan non-medis tersebut
dalam arti petugas tersebut hanya menggunakan tangan kosong dan tidak
menggunakan masker atau peralatan perlindungan lainnya.
Kemudian, observasi terakhir saya laksanakan pada hari Rabu, 13
Mei 2020. Hal saya temukan pada observasi ini adalah masih tidak adanya
kepedulian dari pemerintah maupun pihak terkait pengelolaan sampah
medis. Sampah medis dan non-medis di satukan dalam satu tempat dan
mirisnya ada banyak masyarakat yang mencari barang bekas seperti botol
plastik dan botol kaleng di daerah tempat sampah tersebut. Masyarakat tidak
mengetahui bahaya yang akan ditimbulkan setelah bersentuhan dengan
sampah medis tersebut, seperti bahaya penyebaran penyakit. Kemudian,
ketika saya bertanya dengan beberapa masyarakat tentang bagaimana
pengelolaan sampah medis di tempat pembuangan sampah tersebut.
Masyarakat mengatakan bahwa pengelolaan sampah medis di tempat
tersebut hanya dengan membakarnya saja. Padahal yang kita ketahui
pembakaran sampah medis tersebut juga kan memberikan polusi pada udara
dan tanah serta mengurangi keindahan dari lingkungan tersebut. Kerusakan
lingkungan juga terlihat pada tempat pembuangan sampah tersebut dengan
pengelolaan sampah yang tidak sesuai dengan peraturan pemerintah.
Pada tiga hari observasi yang saya laksanakan dapat saya pahami
bahwa pemerintah belum serius dalam pengelolaan sampah medis tersebut.
Pemerintah cenderung tidak peduli dengan masalah sampah medis tersebut.
Padahal dapat kita ketahui pengaruh pengelolaan sampah medis yang salah
dapat memberikan dampak yang sangat buruk bukan hanya pada kesehatan
namun pada juga pada lingkungan.

17
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Keberagaman sampah/ limbah rumah sakit memerlukan penanganan
yang baik sebelum proses pembuangan. Sebagian besar pengelolaan limbah
medis rumah sakit masih dibawah standar lingkungan karena umunya
dibuang ke tempat pembuangan akhir (TPA) sampah dengan sistem open
dumping atau dibuang ke sembarang tempat. Bila pengelolaan limbah tak
dilaksanakan secara saniter akan menyebabkan gangguan bagi masyarakat
disekitar rumah sakit dan pengguna limbah medis. Agen penyakit limbah
rumah sakit memasuki manusia (host) melalui air, udara, makanan, alat atau
benda. Agen penyakit bisa ditularkan pada masyarakat sekitar, pemakai
limbah medis dan pengantar orang sakit. Sampah medis juga akan
memberikan efek buruk bagi lingkungan seperti terjadinya polusi udara
setelah pembakaran sampah medis tersebut, polusi tanah yang
mengakibatkan berkurangnya kesuburan tanah akibat bahan kimia dari
sampah medis, dan juga mengurangi keindahan dari lingkungan tersebut dan
lain sebagainya.
Aspek pengelolaan limbah telah berkembang pesat, system
manajemen lingkungan adalah cara mengelola limbah sebagai by product
(output), yang juga meminimalisasi limbah. Pengelolaan limbah ini
mengacu pada Peraturan Menkes No. 986/Menkes/Per/XI/1992 dan
Keputusan Dirjen P2M PLP No HK.00.06.6.44, tentang petunjuk teknis
Penyehatan Lingkungan Rumah Sakit. Intinya penyehatan anak harus
dinomorsatukan, kontaminasi agen harus di cegah, limbah yang dibuang
harus tidak berbahaya, tidak infeksius dan merupakan limbah yang tidak
dapat digunakan lagi.

18
B. Saran
Pada makalah mini riset ini mungkin masih banyak terdapat
kesalahan, namun saya berharap agar makalah mini riset saya ini dapat
dijadikan sebuah informasi, pengetahuan maupun pedoman bagi setiap
pembaca yang membaca makalah mini riset saya ini.

19
DAFTAR PUSTAKA

Permenkes RI nomor: 1204/MENKES/SK/X/2004 tentang persyaratan


kesehatan lingkungan rumah sakit.
https://uwityangyoyo.wordpress.com/2009/10/19/pengelolaan-limbah-
medis-rumah-sakit/
https://ansharcaniago.wordpress.com/2013/02/24/pengelolaan-
sampahlimbah-rumah-sakit-dan-permasalahannya/

20
LAMPIRAN

Tempat pembuang sampah Batubola, Kecamatan Batunadua,


Padangsidimpuan, Sumatera Utara

21
Tempat pembuangan sampah Rumah Sakit Umum, Jalan Dr. F.L. Tobing
No.10, Padangsidimpuan, Sumatera Utara

Tempat pembuangan sampah Rumah Sakit Inanta Jl. Sisingamangaraja


No.85-87, Sitamiang, Padangsidimpuan Sel., Kota Padang Sidempuan,
Sumatera Utara.

22

Anda mungkin juga menyukai