Anda di halaman 1dari 16

1

USULAN PROGRAM
KREATIVITAS MAHASISWA
JUDUL PROGRAM

BBM
(Botol Bekas Magic)
Usaha Kerajinan Tangan Dengan Pemanfaatan
Limbah MedisSebagai Mainan Kunci
Yang Unik dan Menarik

BIDANG KEGIATAN:
PKM KEWIRAUSAHAAN

Diusulkan oleh
Rahmatul Putri (1514201024)
Hasna Dewi Syaputri (1514201013)
Hamiddum Majid (1514201012)

STIKES PERINTIS PADANG


SUMATERA BARAT
2019
2

DAFTAR ISI
Halaman Judul ................................................................................................ i
Daftar Isi ........................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ........................................................................................ 1
1.2. Perumusan Masalah ............................................................................... 9
1.3. Tujuan ..................................................................................................... 9
1.4. Luaran Yang Diharapkan ...................................................................... 10
1.5. Manfaat ................................................................................................. 10

BAB II GAMBARAN UMUM RENCANA USAHA


2.1. Gambaran Sumber Bahan Baku ............................................................ 11
2.2. Gambaran Motto Usahan ...................................................................... 11
2.3. Gambaran Sumber Daya Tenaga Kerja................................................. 11
2.4 Gambaran Umum Produk ..................................................................... 11
2.5. Gambaran Produk ................................................................................. 12
2.6. Potensi Pasar ......................................................................................... 12

BAB III METODE PELAKSANAAN


3.1. Strategi Produksi ................................................................................... 13
3.2. Riset dan Perencanaan Pasar ................................................................. 13
3.3. Pelaksanaan Produksi ............................................................................ 14
3.4. Pemasaran Produk ................................................................................. 14
3.5. Evaluasi Usaha ...................................................................................... 15
3.6. Analisis Ekonomi .................................................................................. 15

BAB IV BIAYA DAN JADWAL KEGIATAN


4.1. Anggaran Biaya ..................................................................................... 16
4.2. Jadwal Kegiatan .................................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA
3

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sampah dan limbah menjadi permasalahan serius yang terjadi di berbagai
negara khususnya di Indonesia. Limbah merupakan bahan sisa yang
dihasilkan dari suatu kegiatan baik pada skala industri, rumah tangga,
instansi dan lain sebagainya yang dilakukan oleh manusia. Limbah yang
tidak diolah dengan baik dapat menjadi salah satu faktor terjadinya
pencemaran lingkungan yang berdampak buruk bagi lingkungan. Manusia
sebagai makhluk hidup selain mendayagunakan unsur-unsur dari alam,
manusia juga membuang kembali segala sesuatu yang tidak
dipergunakannya lagi ke alam.

Tindakan ini akan berakibat buruk terhadap manusia apabila jumlah


buangan sudah terlampau banyak sehingga alam tidak dapat lagi
membersihkan keseluruhannya (proses self purification terlampaui).
Pengotoran lingkungan yang terjadi dan sumber daya alam yang sangat
dibutuhkan untuk kehidupan sehari-hari dan manusia sebagai akibatnya
mengalami gangguan kesehatan karenanya (Soemirat, 2004: 16).

Limbah medis adalah limbah yang dihasilkan dari aktivitas pengobatan


atau tindakan perawatan lainnya di instalasi kesehatan baik itu rumah
sakit, puskesmas, klinik, apotek, dan sebagainya. Pengelolaan limbah
medis yang tidak benar dapat menimbulkan masalah yaitu menularkan
penyakit kepada orang lain, tenaga 2 kesehatan dan masyarakat sekitarnya.
Limbah medis mengandung mikroorganisme sumber penyakit.Limbah
layanan kesehatan dapat mencemari penduduk lingkungan di sekitar
layanan kesehatan dan dapat menimbulkan masalah kesehatan. Hal ini
dikarenakan limbah tersebut dapat mengandung jasad renik penyebab
penyakit pada manusia termasuk demam typoid, cholera, disentri, dan
hepatitis, sehingga limbah harus diolah sebelum dibuang ke lingkungan
4

(Badan Penanggulangan Dampak Lingkungan 1999 dalam


Sudewi,2013:11)

Rumah sakit menjadi salah satu tempat yang di dalamnya terdapat proses
kegiatan yang dapat menimbulkan dampak positif dan negatif. Dampak
positifnya yaitu rumah sakit sebagai sarana upaya perbaikan kesehatan
yang melaksanakan pelayanan kesehatan dan dapat dimanfaatkan sebagai
lembaga pendidikan tenaga kesehatan dan penelitian. Dampak negatifnya
yaitu pada sampah dan limbah yang dihasilkan rumah sakit, baik itu
limbah medis atau non medis yang dapat menimbulkan penyakit dan
pencemaran lingkungan sekitarnya. Jenis limbah rumah sakit bermacam-
macam, yaitu limbah padat non medis, limbah padat medis, limbah cair,
dan limbah gas. Limbah-limbah tersebut terdiri dari limbah non infeksius,
limbah infeksius, bahan kimia beracun dan berbahaya, dan sebagian
bersifat radioaktif sehingga membutuhkan pengolahan sebelum dibuang ke
lingkungan.

Temuan hasil penelitian Badan Penanggulangan Dampak Lingkungan


Jawa Barat yang bekerjasama dengan Departemen Kesehatan RI dan
Badan Kesehatan Dunia (WHO) selama tahun 1998-1999, dari
keseluruhan limbah 3 rumah sakit maka sekitar 10-15% diantaranya
merupakan limbah infeksius yang mengandung logam berat. Limbah
organik sebanyak 40% merupakan yang berasal dari makanan pasien,
keluarga pasien, dan instalasi gizi, sedang sisanya sekitar 45-50%
merupakan limbah anorganik dalam bentuk botol infus dan plastik.
(Pristiyanto dalam Nur, 2013:1)

Limbah medis anorganik juga dapat berasal dari fasilitas layanan


kesehatan lainnya. Data dari Direktorat Jenderal Pencegahan Penyakit
Menular dan Penyehatan Lingkungan (Ditjen P2MPL) Kementerian
Kesehatan Repubilik Indonesia menunjukkan bahwa limbah alat suntik di
Indonesia khusus imunisasi diperkirakan sebesar 66 juta per tahun yang
5

terdiri dari 36,8 juta untuk imunisasi bayi, sekitar 10 juta untuk imunisasi
ibu hamil/wanita usia subur, dan kurang lebih 20 juta berasal dari
imunisasi anak sekolah, sedangkan timbulan limbah alat suntik untuk
kuratif diperkirakan sebesar 300 juta per tahun (Depkes 2006 dalam Nur,
2013:1)

Pengelolaan limbah padat medis dapat dilakukan dengan berbagai cara,


salah satu pelaksanaan pengelolaan limbah medis padat yaitu dengan
menggunakan mesin insenerator. Insenerator digunakan sebagai alat untuk
membakar dan mengelola sampah medis yang dihasilkan dari kegiatan
puskesmas. Gas yang dipancarkan oleh Sproeier dapat mencapai 700°C,
limbah yang dibakar menghasilkan panas yang ikut mempertahankan
panas yang ada. Apabila ada rumah sakit atau puskesmas yang tidak
memiliki alat insenerator, pemilik atau pengelola rumah sakit atau
puskesmas yang bersangkutan dapat meminta bantuan kepada rumah sakit
atau puskesmas lain yang memilikinya 4 (Hanadi, 2002:23).

Sampah dibakar secara terkendali dan berubah menjadi gas dalam mesin
insenerator. Proses pengelolaan sampah dengan insenerator yang
menghasilkan abu bukan merupakan proses akhir. Abu dan gas yang
dihasilkan masih memerlukan penanganan lebih lanjut untuk dibersihkan
dari zat-zat pencemar yang terbawa. (Sidik dalam Sudewi, 2013:31) Data
sarana fasilitas layanan kesehatan dari Dinas Kesehatan DIY tahun 2011
menunjukkan jumlah rumah sakit di DIY sebanyak 65 rumah sakit milik
pemerintah dan swasta dengan total jumlah bed 4.997 buah. Jika
diasumsikan rata-rata Bed Occupancy Rate (BOR) adalah 70% dan
menurut Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan
Lingkungan timbulan limbah medis padat yang harus dimusnahkan tiap
tahun sebesar 1.762.941,6 kg. Jumlah ini akan terus bertambah seiring
meningkatnya jumlah rumah sakit yang ada di Yogyakarta dan
meningkatnya Bed Occupancy Rate karena dipengaruhi trend penyakit
6

yang berkembang baik penyakit menular maupun tidak menular (Nur,


2013:5).

Pada tahun 2009 di DIY telah dilakukan inventarisasi limbah layanan


kesehatan, berdasarkan hasil kegiatan tersebut diketahui bahwa dari 30
rumah sakit/ rumah sakit khusus di DIY baru sebanyak 13 rumah
sakit/rumah sakit khusus (43,3%) yang telah mengelola limbah padat dan
cair dengan aman. (Dinkes Provinsi DIY, 2009). Jumlah rumah sakit yang
mengelola limbah menurut Bondan Agus Suryanto (KaDinKes Prop. DIY)
sebanyak 64 persen dari 14 rumah sakit khusus di DIY tidak mengelola
limbah dengan baik dan aman. Hanya 36 persen rumah sakit khusus di
DIY yang mengelola limbah dengan baik dan aman. Rumah 5 sakitumum
di DIY yang berjumlah 16 rumah sakit, yang mengelola limbah dengan
baik dan aman sekitar 50 persen, sedangkan yang tidak memenuhi syarat
pengelolaan limbah juga 50 persen. Rumah sakitbesar yang ada di DIY
seperti rumah sakit Dr. Sardjito, rumah sakit Panti Rapih, rumah sakit
Bethesda Yogyakarta, dan rumah sakit umum daerah Wirosaban masuk
kriteria rumah sakit yang mengelola limbah dengan baik dan aman.
(Kesmas dalam Nur, 2013:70)

Survei pendahuluan yang dilaksanakan di Badan Lingkungan Hidup


Provinsi Daerah Istimewa Yogyakrta bahwa rumah sakit di wilayah kota
yang memiliki mesin Insenerator sendiri dan masih aktif beroperasi adalah
Rumah sakit Bethesda Yogyakarta dan RSUD Kota Yogyakarta di daerah
Wirosaban. Rumah Sakit/ Rumah Sakit Khusus lainnya sebenarnya ada
yang memiliki Insenerator sendiri tetapi dihentikan operasionalnya
dikarenakan belum memenuhi standart operasional dan masih dibawah
baku mutu, sehingga untuk pengelolaan limbah medisnya, rumah sakit
yang belum memiliki dan belum dapat mengolah limbah medis sendiri
bekerjasama dengan rumah sakit lain yang memiliki insenerator atau
bekerjasama dengan pihak ketiga dengan bantuan tembusan dari Dinas
Kesehatan setempat. Pihak ketiga merupakan transporter pengangkut
7

limbah medis yang akan dikirimkan ke pusat pengelolaan limbah medis


sehingga limbah medis akan diolah lebih lanjut sehingga tidak
menimbulkan pencemaran limbah. Penelitian ini mengambil lokasi di
rumah sakit Bethesda Yogyakarta di Jalan Jenderal Sudirman No.70
Yogyakarta.

Pertimbangan utama yaitu jumlah 6 rumah sakit di Yogyakarta yang


memiliki alat insenerator sendiri dan masih aktif beroperasi adalah di
rumah sakit Bethesda Yogyakarta. Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta
memiliki kegiatan berupa penyelenggaraan pelayanan kesehatan bagi
masyarakat umum. Rumah sakit Bethesda Yogyakarta telah mendapat
persetujuan Studi Evaluasi Lingkungan (SEL), Rencana Pengelolaan
Lingkungan dan Rencana Pemantauan Lingkungan dari Gubernur Daerah
Istimewa Yogyakarta nomor 256/KPTS/1995 pada tanggal 7 September
1995. (Dokumen Rencana Pemantauan Lingkungan, 2010:3) Rumah Sakit
Bethesda Yogyakarta menurut Trisnantoro termasuk dalam golongan
rumah sakit swasta milik yayasan keagamaan dan kemanusiaan yang
sistem manajemennya sudah menyerupai badan usaha yang progresif.
Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta terus melakukan peningkatan kualitas
layanan medis selain melaksanakan diversifikasi usaha. Yakkum (2004)
menyebutkan tujuan Rumah sakit Bethesda Yogyakarta adalah : a) mampu
bersaing, b) melindungi dan mensejahterakan sumber daya manusia, c)
mampu melayani semua pelanggan termasuk yang kekurangan, d) Unggul,
berkualitas, dan paripurna dalam pelayanan kesehatan, e) Jejaring
pelayanan kesehatan yang luas, f) Diversifikasi pelayanan kesehatan yang
luas (Trisnantoro dalam Hidayat, 2006: 2).

Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta memiliki alat pembakar limbah medis


padat sendiri yaitu insenerator, sedangkan untuk mengolah limbah medis
cair rumah sakit Bethesda Yogyakarta memiliki IPAL (Instalasi
Pengolahan Air Limbah). Penelitian kali ini lebih fokus terhadap limbah
padat medis yang 7 sebagian diolah menggunakan mesin insenerator.
8

Limbah padat medis dari hasil kegiatan rumah sakit yang dikelola dengan
mesin inseneratordapat diolah dengan baik, sehingga lingkungan tidak
tercemar. Ekosentrisme merupakan salah satu teori etika lingkungan yang
memusatkan etika pada seluruh komunitas alam semesta, baik yang hidup
maupun tidak hidup. Kewajiban dan tanggung jawab moral tidak hanya
dibatasi pada makhluk hidup. Kewajiban dan tanggung jawab moral yang
sama juga berlaku terhadap semua realitas alam semesta. Salah satu versi
teori etika lingkungan Ekosentrisme yakni Deep Ecology menuntut suatu
etika baru yang tidak berpusat pada manusia, tetapi berpusat pada makhluk
hidup seluruhnya dalam kaitan dengan upaya mengatasi persoalan
lingkungan hidup. Deep Ecology memusatkan perhatian pada semua
spesies termasuk spesies bukan manusia, demikian pula Deep Ecology
tidak hanya memusatkan perhatian jangka pendek, tetapi jangka panjang,
maka prinsip moral yang dikembangkan Deep Ecology menyangkut
kepentingan seluruh komunitas ekosistem (Keraf, 2006: 75-76).

Pengelolaan limbah medis dengan menggunakan mesin insenerator ini jika


dikaji dengan teori etika lingkungan Ekosentrisme menjadi penting untuk
dilakukan, karena mesin insenerator pengolahan limbah medis memiliki
nilai dalam menjaga ekosistem, makakualitas air tanah, sungai dan juga
udara sekitar rumah sakitmenjadi bersih dan terjaga dari pencemaran
limbah medis. Insenerator sebagai alat pengolah limbah medis juga perlu
diperhatikan, karena termasuk dalam komunitas ekosistem yang
bermanfaat bagi kehidupan makhluk hidup. Jadi kewajiban dan tanggung
jawab moral tidak hanya dibatasi pada makhluk hidup, 8 melainkan juga
berlaku bagi semua realitas lingkungan hidup baik biotik maupun abiotik,
termasuk mesin.

Daur ulang adalah salah satu cara yang digunakan untuk meminimalkan
jumlah sampah yang ada untuk meningkatkan nilai ekonomisnya menjadi
barang-barang yang berguna. Daur ulang merupakan proses untuk
mengurangi penggunaan bahan baku yang baru, Botol-botol kaca yang
9

sudah tidak terpakai di rumah sering membuat anda bingung. Anda tidak
tahu harus membuangnya kemana. Botol kaca yang dibuang sembarangan
dan pecah tentu akan sangat berbahaya. Jika mengenai kaki atau bagian
tubuh anda lainnya anda akan terluka.

Saat ini botol kaca menjadi sampah di lingkungan yang sangat


menganggu. Banyak orang yang belum mengetahui apa yang harus mereka
lakukan dengan botol kaca yang jumlahnya sangat banyak. Sebenarnya
anda bisa menyelamatkan lingkungan dari sampah botol kaca ini jika anda
mau mendaur ulang sampah botol kaca.Botol kaca sendiri bukanlah
sampah yang bisa terurai secara alami seperti sampah dedaunan. Sampah
botol kaca ini butuh ratusan tahun untuk akhirnya hancur secara alami.
Oleh sebab itu anda harus pintar menggunakan sampah botol kaca untuk di
daur ulang menjadi sebuah barang yang baru. Sebelum anda mendaur
ulang sampah botol kaca, ada harus tahu terlebih dahulu pengertian daur
ulang sampah botol kaca.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas, maka permasalahan yang dapat
dirumuskan adalah Bagaimana menciptakan produk untuk memanfaatkan
bahan sampah medis

1.3 Tujuan
Tujuan dari program kreatifitas ini adalah menciptakan produk botol bekas
magic yang berbasis alami yang mampu menjawab kebutuhan para
kreatifitas kerajinan tangan dan Daur ulang sampah botol kaca ini adalah
sebuah proses untuk mengubah sampah botol kaca bekas menjadi sebuah
bahan baru yang mempunyai tujuan untuk mengurangi sampah botol kaca
bekas di lingkungan kita. Saat ini sudah banyak orang yang mulai mendaur
ulang botol kaca dengan cara yang bermacam-macam. Dengan tujuan
memberikan kesehatan ligkungan yang bebas limbah dan mengurangi
10

penggunaan energi, mengurangi polusi, kerusakan lahan, dan emisi gas


rumah kaca jika dibandingkan dengan proses pembuatan barang baru.

1.4 Luaran Yang Diharapkan


Luaran yang diharapkan dari program ini adalah dapat menghasilkan suatu
inovasi bisnis baru dibidang kerajinan, yaitu berupa maian kunci dari
sampah medis. Luaran produk ini juga mengarah pada mengalurkan ke
kreatifan mahasiswa dalam memanfaatkan sampah medis.

1.5 Manfaat
Manfaat yang dapat diperoleh dari adanya usaha ini adalah:
1. Menciptakan suatu karya seni yang unik.
2. Menarik minat konsumen dalam bidang seni.
3. Masyarakat bisa menciptakan suatu lapangan kerja baru
4. Membuat inovasi baru dalam bidang seni
5. Mengurangi sampah yang ada dilingkungan instansi kesehatan.
11

BAB II
GAMBARAN UMUM RENCANA USAHA

2.1 Gambaran Sumber Bahan Baku


Bahan baku pembuatan BBM (Botol Bekas Magic) sangat mudah untuk
didapatkan. Dengan melakukan pemeberian suatu inovasi, botol yang
dulunya hanya sampah medis bisa menjadi mainan kunci yang cantik,
hanya bermodal botol bekas medis, bunga atau tumbuhan palsu serta
memberi air dan gliter, kemudian memberi pengait pada ganntungan
tersebut.

2.2 Gambaran Motto Usaha


Motto dalam memproduksi dan memasarkan BBM (Botol Bekas Magic)
adalah Menjadikan usaha “ Pengelolaan Sampah Medis ” dikenal orang
secara luas dan menjadi suatu karya seni yang dapat menginspirasi
masyarakat luas.

2.3 Gambaran Umum Sumber Daya Tenaga Kerja


Pelaksana kegiatan pada program kreativitas mahasiswa kewirausahaan
merupakan ide dari mahasiswa Stikes Perintis, jurusan Ilmu Keperawatan,
yang memberikan ide bagaimana memnfaatkan sampah medis dari botol
bekas medis, sehingga menjadi gantungan kunci yang cantk yang juga bisa
memberikan lapangan pekerjaan bagi mahasiswa untuk mengembangkan
ide kreatif mereka dalam bidang kerajinan

2.4 Gambaran Umum Produk


BBM adalah kepanjangan dari Botol Bekas Magic yang merupakan
inovasi dari sampah medis yang di daur ulang secara sterilasasi yang
dirancang untuk mengalurkna ide kretif mahasiswa dalam pemanfaatan
barang bekas, dilihat dari fungsinya, BBM bisa dimanfaatkan untuk
sebagai mainan gantungan kunci, baik berupa gantungan kunc motor,
lemari serta gantungan tas, yang berbasis murah dan meriah. Bahan baku
12

yang mudah didapatkan dan harus melalui sterilisasi ini mampu menjawab
kebutuhan para mahasiswa yang kreatif dibidang kerajinan tangan

2.5 Gambar Produk

Pada gambar produk BBM (Botol Bekas Magic) di desain dengan model
yang unik agar peminat dari konsumen merasa tertarik untuk memebeli
dengan suatu kelebihan bisa member kata atau nama yang bisa diletakkan
di dalam botol tersebut untuk memberikan kesan yang lebih menarik dan
kesan imut dalam prduk ini.

2.6 Potensi Pasar


Pasar yang dibidik untuk mengawali bisnis ini adalah area sekolah yang
ada di Bukittinggi dan memasarkan sebagai souvenir yang murah dan
meriah, maka dari itu akan banyak peluang untuk mengembangkan bisnis
inovasi kerajinan tangan ini serta menjadi peluang andalan bagi kami
untuk mengembangkan usaha tersebut.
13

BAB III
METODE PELAKSANAAN

Tahapan-tahapan yang dilakukan dalam pelaksanaan bisnis ini


adalah sebagai berikut:
3.1 Strategi Produksi
a Waktu dan Tempat
Kegiatan ini akan dilaksanakan sesuai jadwal yang ada dan diperlukan
waktu 2 bulan. Produksi akan dilaksanakan di tempat produksi yang
sengaja disewa, dan untuk pemasaran dilakukan dengan cara
membuat iklan melalui jejaring sosial, melalui mulut ke mulut dan
mengandalkan informasi dari pelanggan ke orang lain didaerah
Bukittinggi.

b Alat dan Bahan


Bahan utama yang digunakan adalah botol bekas medis, sedangkan
bahan tambahan lain yang dibutuhkan adalah bahan untuk
mempertahankan kualitas BBM. Alat yang digunakan dalam kegiatan
ini adalah pisau, lem, benang wol, bunga palsu dari karet, air, gliter,
kertas, pulpen, gunting, serta alat untuk bahan sterilisasikan botol.

3.2 Riset dan Perencanaan Pemasaran


a Survey pasar dan pemantapan riset pasar
Survey pasar dilakukan kepada penjual souvenir didaerah kota
Bukittinggi

b Pencarian bahan baku dan pembelian alat-alat pendukung


produksi
Dilakukan pembelian alat-alat penunjang dan pencarian bahan baku
dilakukan setelah melakukan survey pasar dan dilakukan secara
kontinyu sesuai dengan kebutuhan dari produksi BBM serta memiliki
spesifikasi yang sesuai dengan standar kualitas produk.
14

3.3 Pelaksanaan Produksi


Jumlah produk yang direncanakan adalah 100 kemasan/bulan.

Botol Bekas

Di cuci hingga bersih

Di sterilisasikan

Di isi dengan bungan plastic, air dan gliter

Diberi benang wol untuk gantungan

3.4 Pemasaran Produk


a Pengemasan
Setelah produk BBM (Botol Bekas Magic) dihasilkan, perlu
penanganan selanjutnya agar BBM tersebut terjual dipasaran, seperti
pengemasan. Kemasan merupakan salah satu daya tarik bagi
konsumen untuk membeli produk mainan kunci ini yang akan kami
buat. Pengemasan juga akan menentukan daya tarik para pembeli
dalam proses pengemasan BBM dikemas dalam plastic bening dan
sesuai dengan kebutuhan pemesan.

b Pemasaran
Perencanaan pemasaran yang akan dilakukan dalam mengenalkan
produk ke konsumen antara lain yaitu: iklan, publisitas, dan promosi
penjualan. Bentuk iklan yang direncanakan antara lain, menyebarkan
15

leaflet, brosur dan secara online. Untuk menunjang pemasaran kami


akan bekerja sama dengan para penjual souvenir untuk lebih
mempromosikan BBM dalam skala proyek.

3.5 Evaluasi Usaha

Evaluasi usaha merupakan kegiatan yang berfungsi untuk mengontrol


dan menganalisa kegiatan kami. Kelemahan-kelemahan selama
berjalannya usaha diharapkan dengan adanya kegiatan ini bisa
diperbaiki. Evaluasi kegiatan direncanakan diadakan tiap minggu kedua
dalam satu bulan.

3.6 Analisis Ekonomi

a Penetapan Harga Jual


Harga jual BBM yang kami produksi kami tetapkan dengan cara
menyesuaikan dengan biaya yang telah dikeluarkan. Harga jual untuk
satu BBM kemasan Botol yaitu Rp 5.000 .

b Pendapatan dan Keuntungan


Dengan bahan baku botol bekas medis yang kemudian akan
dikembangkan dalam satu kali produksi (1 Bulan), akan dihasilkan
produk 100 botol Jadi omset per satu kali produksi adalah (100 x
5.000) = 500.000 Jika dalam satu tahun beroperasi terus (8 x kali
produksi) maka pendapatan selama satu tahun adalah 8 x Rp 5000.000
= Rp 4.000.000,00
Keuntungan yang diperoleh dalam satu tahun merupakan selisih antara
pendapatan dan total biaya produksi (biaya penyusustan, habis pakai
dan biaya operasional).
16

BAB IV
BIAYA DAN JADWAL KEGIATAN

4.1 Anggaran Biaya


No Jenis Pengeluaran Biaya
1 Peralatan penunjang Rp. 2.000.000,00
2 Bahan Habis Pakai Rp. 1.000.000,00
3 Perjalanan Rp. 500.000,00
4 Lain-lain Rp. 300.000,00
Jumlah Rp. 3.800.000,00

4.2 Jadwal Kegiatan


NO Jenis kegiatan Des Jan Feb
1 Persiapkan proposal usaha
2 Survey lokasi dan bahan
baku
3 Pengadaan media promosi
4 Pengadaan peralatan
5 Menjalankan usaha
6 Pemasaran produk

Anda mungkin juga menyukai