Oleh:
SYAHRIL
KEMENTERIAN
RISET,TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS CENDRAWASIH
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
PROGRAM STUDI MAGISTER (S2) ILMU KESEHATAN
MASYARAKAT
2017
KATA PENGANTAR
Puji syukur senantiasa saya ucapkan Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
limpahan rahmat kesehatan dan kesempatan saya dapat menyelesaikan makalah total
quality manajemen sanitasi rumah sakit dr soedibjo sardadi lantamal x Kritik dan saran
yang sifatnya membangun senangtiasa dapat diterima karena penulis menyadari makalah
Ini masih jauh dari kesempurnaan yang nantinya dapat dipergunakan untuk menambah dan
melengkapi tulisan ini.Demikianlah makalah ini dibuat untuk dijadikan tugas dalam
menambah ilmu pengetahuan semoga dapat bermanfaat bagi kita semua. Terimakasih.
Penulis
Syahril
ii
DAFTAR ISI
Halaman
JUDUL . i
KATA PENGANTAR ....... ii
DAFTAR ISI ... iii
BAB I PENDAHULUAN
1. Latar belakang........ 1
2. Pengertian Sanitasi Rumah Sakit.......... 1
3. Ruang Lingkup Kesehatan Lingkungan Rumah sakit ... 2
BAB II TINJAUN PUSTAKA
4. Pengertian Manajemen Rumah sakit
3
5. Sumber Daya Pengelolaan Limbah Rumah Sakit 5
6. Man (SDM) 5
7. Money (Uang) 9
8. Sarana dan Prasarana (Machines). 9
9. Methods (Metode). 9
10. Market(Pasar)..... 10
11. Manfaat Manajemen RS.. 11
BAB III PEMBAHASAN
12. Limbah Rumah Sakit. 13
13. Sumber Limbah Rumah Sakit.. 15
14. Dampak Limbah Terhadap Kesehatan dan Lingkungan.... 18
15. Bahaya Akibat Limbah Infeksius Dan Benda Tajam 20
16. Bahaya Limbah Kimia dan Farmasi 20
17. Bahaya Limbah Radioaktif.. 21
BAB IV PENUTUP
18. Kesimpulan 22
19. Saran........................... 22
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Rumah sakit (RS) adalah sebagai sarana pelayanan kesehatan, tempat berkumpulnya
orang sakit maupun orang sehat, atau dapat menjadi tempat penularan penyakit serta
memungkinkan terjadinya pencemaran lingkungan dan gangguan kesehatan (Depkes
RI, 2004). Rumah sakit dr.soedibjo sardadi lantamal x jayapura merupakan rumah sakit
tentara type c yang melayani seluruh lapisan masyarakat khususnya anggota TNI AL
dan keluarganya,pelayanan yang diberikan berupah pelayanan rawat
inap,jalan,gigi,serta pelayanan spesialistik
2. Mengevaluasi efektifitas.
3. Mengatur pemakaian pelayanan.
4. Efisiensi.
5. Kualitas
Dalam kegiatan organisasi rumah sakit yang kompleks pengalaman saja tidak akan cukup,
penanganannya tidak bisa lagi atas dasar kira-kira dan selera, hal ini disebabkan oleh :
1. Sumber daya yang makin sulit dan mahal.
2. Era kompetisi yang menuntut pelayanan prima.
3. Tuntutan masyarakat yang makin berkembang.
C. Man (SDM)
Dalam manajemen, faktor manusia adalah yang paling menentukan. Manusia yang
membuat tujuan dan manusia pula yang melakukan proses untuk mencapai tujuan.
Tanpa ada manusia tidak ada proses kerja, sebab pada dasarnya manusia adalah
makhluk kerja. Oleh karena itu, manajemen timbul karena adanya orang-orang yang
berkerja sama untuk mencapai tujuan. Manajemen tidak lepas dari SDM ( sumber daya
aktif), koordinasi antar manusia yang dikendalikan untuk mencapai tujuan merupakan
proses manajemen yang meliputi 5 (lima) elemen dasar sumber daya manusia :
1. Kegiatan sumber daya untuk mencapai tujuan,
2. proses dilakukan secara rasional,
3. melalui manusia lain,
4. menggunakan metode dan teknik tertentu,
5. dalam lingkungan organisasi tertentu.
Adapun tugas-tugas dalam sanitasi rumah sakit dr soedibjo sardadi lantamal x yaitu:
1. Mengembangkan prosedur rutin termasuk manual untuk pelaksanaannya.
2. Melatih dan mengawasi karyawan-karyawan tertentu termasuk petugas cleaning
service.
3. Membagi tugas dan tanggung jawab.
4. Melapor kepada atasan atau pimpinan rumah sakit.
Petugas yang berwenang dalam pelaksanaan usaha sanitasi rumah sakit merupakan kunci
dalam panitia/komite keamanan dan harus melaksanakan tugasnya dalam pengawasan
infeksi. Petugas harus melakukan suatu pengamatan (surveilence) sanitasi yang efektif dan
melaporkan pelaksanaan programnya kepada pimpinan rumah sakit. Petugas sanitasi rumah
sakit menentukan hasil layanan yang paling dominan dalam usaha pelayanan sanitasi
rumah sakit. Petugas sebagai pemberi layanan kepada penderita dapat mempengaruhi
proses pengobatan. Hubungan psikobiososial penderita dengan petugas maupun dengan
pengunjung dapat mempengaruhi hasil penyembuhan, lebih-lebih apabila interaksi faktor
biopsikososial ini berproses dalam suasana lingkungan yang bersih, nyaman, dan asri
(Hapsari, 2010). Tenaga sanitasi rumah sakit adalah unsur (provider) utama yang
bertanggung jawab terhadap layanan sanitasi rumah sakit. Upaya penyehatan lingkungan
RS meliputi kegiatan-kegiatan yang kompleks sehingga memerlukan tenaga dengan
kualifikasi sebagai berikut:
1. Penanggung jawab kesehatan lingkungan di RS kelas A dan B (rumah sakit
pemerintah) dan yang setingkat adalah seorang tenaga yang memiliki kualifikasi
sanitarian serendah-rendahnya berijazah sarjana (S1) di bidang kesehatan lingkungan,
teknik lingkungan, biologi, teknik kimia, dan teknik sipil.
2. Penanggung jawab kesehatan lingkungan di RS kelas C dan D (rumah sakit
pemerintah) dan yang setingkat adalah tenaga yang memiliki kualifikasi sanitarian
serendah-rendahnya berijazah diploma (D3) dibidang kesehatan lingkungan.
3. Rumah sakit pemerintah maupun swasta yang sebagian kegiatan kesehatan
lingkungannya dilaksanakan oleh pihak ketiga, maka tenaganya harus berpendidikan
sanitarian dan telah mengikuti pelatihan khusus dibidang kesehatan lingkungan rumah
sakit yang diselenggarakan olehpemerintah atau badan lain sesuai peraturan
perundangan yang berlaku.
a. Sampah dari tiap unit pelayanan fungsional dalam rumah sakit dikumpulkan oleh
tenaga perawat khususnya yang menyangkut pemisahan sampah medis dan non
medis, sedang ruang lain dapat dilakukan oleh tenaga kebersihan.
b. Proses pengangkutan sampah dilakukan oleh tenaga sanitasi dengan kualifkasi SMP
ditambah latihan khusus.
c. Pengawasan pengelolaan sampah rumah sakit dilakukan oleh tenaga sanitasi dengan
kualifikasi D1 ditambah latihan khusus.
8
D. Money (Uang)
Uang merupakan salah satu unsur yang tidak dapat diabaikan. Uang merupakan alat
tukar dan alat pengukur nilai. Besar-kecilnya hasil kegiatan dapat diukur dari jumlah
uang yang beredar dalam perusahaan. Oleh karena itu, uang merupakan alat (tools)
yang penting untuk mencapai tujuan karena segala sesuatu harus diperhitungkan secara
rasional. Hal ini akan berhubungan dengan berapa uang yang harus disediakan untuk
membiayai gaji tenaga kerja, alat-alat yang dibutuhkan dan harus dibeli serta berapa
hasil yang akan dicapai dari suatu organisasi (Hapsari, 2010).
G. Market (Pasar)
Memasarkan produk sudah barang tentu sangat penting sebab bila barang yang
diproduksi tidak laku, maka proses produksi barang akan berhenti. Artinya, proses kerja
tidak akan berlangsung. Oleh sebab itu, penguasaan pasar dalam arti menyebarkan hasil
produksi merupakan faktor menentukan dalam perusahaan. Supaya pasar dapat dikuasai
maka kualitas dan harga barang harus sesuai dengan selera konsumen dan daya beli
(kemampuan) konsumen (Hapsari, 2010).
H. Manfaat Manajemen RS
Beberapa manfaat yang diperoleh bila kita menerapkan sistem manajemen lingkungan
rumah sakit adalah sebagai berikut :
1. Perlindungan terhadap lingkungan. Dampak positif yang paling bermanfaat untuk
lingkungan dengan diterapkannya system manajemen rumah sakit adalah
pengurangan limbah berbahaya dan beracun (B3) termasuk di dalamnya limbah
Infeksius. Selain itu minimisasi limbah sebagai bagian kunci dari penerapan sistem
manajemen lingkungan rumah sakit melalui pendekatan 3R (Reuse, Recycle, dan
Recovery) dapat mengurangi pemakaian bahan baku sehingga jumlah limbah yang
dihasilkan relatif lebih sedikit yang berarti juga biaya pengolahannya relatif lebih
murah.
10
2. Manajemen lingkungan. Sistem manajemen lingkungan akan membantu rumah
sakit membuat kerangka manajemen lingkungan yang lebih konsisten dan dapat
diandalkan baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Spesifikasi
manajemen lingkungan akan memberikan garis-garis besar pengelolaan lingkungan
yang didesain untuk semua aspek yaitu, operasional, produk, dan jasa di rumah
sakit secara terpadu dan saling terkait satu sama lain.
3. Pengembangan Sumber Daya Manusia. Penerapan sistem manajemen lingkungan
rumah sakit dapat membawa perubahan kondisi kerja di rumah sakit. Hal ini
merupakan harapan yang cukup realistis karena sistem manajemen lingkungan
rumah sakit menekankan peningkatan kepedulian, pendidikan, pelatihan, dan
kesadaran dari semua karyawan sehingga mereka mengerti dan tanggap terhadap
konsekuensi pekerjaannya. Keterlibatan karyawan dalam proses manajemen
lingkungan juga akan meningkatkan budaya sadar dan kepedulian untuk bersama-
sama memelihara dan meningkatkan kualitas lingkungan di sekitarnya.
4. Kontinuitas peningkatan performa lingkungan rumah sakit. Sistem manajemen
lingkungan rumah sakit tidak didesain untuk menilai tingkat lingkungan misalnya
tingkat teknologi pengelolaan lingkungan atau limbah. Namun dengan melakukan
sistem manajemen lingkungan rumah sakit, manajemen lingkungan rumah sakit
dapat menjamin dan mengembangkan kemampuannya untuk memenuhi
kewajibannya dalam pengelolaan lingkungan. Dengan demikian kinerja
pengelolaan lingkungan berjalan seperti spiral yang terus berputar kearah dan
mengarah ke kondisi yang lebih baik.
5. Peraturan perundang-undangan. Dengan menerapkan sistem manajemen lingkungan
maka ada peluang bagi rumah sakit untuk membuktikan kepatuhannya terhadap
peraturan perundangundangan atau menunjukan kepedulian terhadap pengelolaan
lingkungan yang lebih baik. Sebagian rumah sakit yang telah berdiri selama
beberapa tahun kemungkinan telah dapat menyesuaikan diri dengan peraturan-
peraturan yang telah di tetapkan. Apabila
11
tidak saat ini rumah sakit tersebut pasti terkena tuntutan hukum dan publisitas
negatif. Pemberian denda juga dapat menyebabkan bangkrutnya rumah sakit
6. Bagian dari manajemen mutu terpadu. Manajemen mutu terpadu atau yang lebih
dikenal sebagai total quality management (TQM) merupakan strategi utama rumah
sakit dalam mencapai tujuannya, meliputi perencanaan, pelaksanaan, pengawasan,
evaluasi dan pendokumentasian. Sistem manajemen rumah sakit dalam hal ini juga
mengandung berbagai tehnik manajemen yang menggunakan pendekatan TQM
sehingga implementasi sistem manajemen lingkungan rumah sakit secara langsung
mendukung pelaksanaan manajemen mutu terpadu.
7. Pengurangan dan penghematan biaya. Sistem manajemen lingkungan rumah sakit
menawarkan keuntungan financial baik jangka pendek maupun jangka panjang.
Efisiensi pemakaian berbagai sumber daya dan minimisasi limbah yang dihasilkan
berarti mengurangi biaya untuk pengadaaan sumber daya dan biaya untuk
pengolahan limbah. Penggunaan kembali dan pendaurulangan limbah dapat menjadi
tambahan pemasukan financial rumah sakit. Setelah sejumlah biaya dikeluarkan
untuk membuat dan menerapkan program-program lingkungan yang belum ada
dalam rangka memperoleh sertifikasi secara tidak langsung akan menjadi suatu
penghematan biaya dalam jangka panjang terutama dalam hal pembersihan dan
pengawasan lingkungan.
8. Meningkatkan citra rumah sakit. Rumah Sakit yang memiliki sertifikasi ISO 14001
telah menunjukkan bahwa rumah sakit tersebut benar-benar peduli kepada
lingkungan. Dengan telah memenuhi standar dalam ISO 14001 pasien akan merasa
bahwa lingkungan rumah sakit tersebut telah terlindungi. Hal ini erat kaitannya
dengan usaha rumah sakit meningkatkan hubungan baik dengan masyarakat melalui
kepercayaan dan kepuasan pasien (Adisasmito, 2007).
12
BAB III
PEMBAHASAN
13
Limbah padat rumah sakit yang lebih dikenal dengan pengertian sampah rumah sakit.
Limbah padat (sampah) adalah sesuatu yang tidak dipakai, tidak disenangi, atau sesuatu
yang harus dibuang yang umumnya berasal dari kegiatan yang dilakukan oleh manusia, dan
umumnya bersifat padat (Azwar, 1990) Limbah padat rumah sakit adalah semua limbah
rumah sakit yang berbentuk padat akibat kegiatan rumah sakit yang terdiri dari limbah
medis padat dan non medis (Keputusan MenKes R.I. No.1204/MENKES/SK/X/2004).
Limbah padat RS adalah semua limbah RS yang berbentuk padat sebagai akibat kegiatan
RS yang terdiri dari limbah medis dan non medis, yaitu :
1. Limbah non medis adalah limbah padat yang dihasilkan dari kegiatan di RS di luar
medis yang berasal dari dapur, perkantoran, taman dari halaman yang dapat
dimanfaatkan kembali apabila ada teknologi.
2. Limbah medis padat adalah limbah padat yang terdiri dari limbah infeksius, limbah
patologi, limbah benda tajam, limbah farmasi, limbah sitotoksis, limbah container
bertekanan, dan limbah dengan kandungan logam berat yang tinggi.
3. Limbah infeksius adalah limbah yang terkontaminasi organisme pathogen yang
tidak secara rutin ada di lingkungan dan organisme tersebut dalam jumlah dan virulensi
yang cukup untuk menularkan penyakit pada manusia yang rentan.
4. Limbah sangat infeksius adalah limbah yang berasal dari pembiakan dan stock
(sediaan) bahan sangat infeksius, otopsi, organ binatang percobaan, dan bahan lain yang
diinokulasi, terinfeksi atau kontak dengan bahan yang sangat infeksius.
Limbah cair RS adalah semua air buangan termasuk tinja yang berasal dari kegiatan
RS,yang kemungkinan mengandung mikroorganisme bahan beracun, dan radio aktif
serta darah yang ber bahaya bagi kesehatan (Depkes RI, 2006).
14
Air limbah rumah sakit adalah seluruh buangan cair yang berasal dari hasil proses seluruh
kegiatan rumah sakit, yang meliputi : limbah cair domestik, yakni buangan kamar dari
rumah sakit yang kemungkinan mengandung mikroorganisme, bahan kimia beracun dan
radioaktif (Said, 1999). Menurut Azwar (1990), air limbah atau air bekas adalah air yang
tidak bersih dan mengandung berbagai zat yang bersifat membahayakan kehidupan
manusia atau hewan, yang lazimnya muncul karena hasil perbuatan manusia termasuk
industri. Menurut Keputusan MenKes R.I.No.1204/MENKES/SK/X/2004 Tentang
Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit, pengertian limbah cair adalah semua
buangan termasuk tinja yang berasal dari kegiatan rumah sakit yang kemungkinan
mengandung mikroorganisme, bahan kimia beracun dan radioaktif yang berbahaya bagi
kesehatan.
15
a. Sampah Medis
Sampah medis adalah limbah yang langsung dihasilkan dari tindakan diagnosis
dan tindakan medis terhadap pasien. Termasuk dalam kegiatan tersebut juga
kegiatan medis di ruang polikllinik, perawatan, bedah, kebidanan, otopsi, dan
ruang laboratorium. Limbah padat medis sering juga disebut sampah biologis.
Sampah biologis terdiri dari :
1. Sampah medis yang dihasilkan dari ruang poliklinik, ruang peralatan, ruang
bedah, atau botol bekas obat injeksi, kateter, plester, masker, dan sebagainya.
2. Sampah patologis yang dihasilkan dari ruang poliklinik, bedah, kebidanan,
atau ruang otopsi, misalnya, plasenta, jaringan organ, anggota badan, dan
sebagainya.
3. Sampah laboratorium yang dihasilkan dari pemeriksaan laboratorium
diagnostik atau penelitian, misalnya, sediaan atau media sampel dan bangkai
binatang percobaan.
b. Sampah Nonmedis
Sampah padat non medis adalah semua sampah padat diluar sampah padat medis
yang dihasilkan dari berbagai kegiatan, seperti berikut :
1. Kantor/administrasi
2. Unit perlengkapan
3. Ruang tunggu
4. Ruang inap
5. Unit gizi atau dapur
6. Halaman parkir dan taman
7. Unit pelayanan
16
Setiap rumah sakit harus melakukan reduksi limbah dimulai dari sumber,
mengelola dan mengawasi penggunaan bahan kimia yang berbahaya dan beracun,
pengelolaan stok kimia dan farmasi, dan peralatan dimulai dari pengumpulan,
pengangkutan, dan pemusnahan. Pemilahan harus dilakukan mulai dari sumber
yang menghasilkan limbah. Limbah padat yang akan/dapat dimanfaatkan lagi
harus melalui proses sterilisasi. Pengolahan dan pemusnahan limbah medis tidak
diperbolehkan membuang langsung ke tempat pembuangan akhir sebelum di
anggap aman bagi kesehatan (Depkes RI, 2004).
17
a. Bahan Padat terlarut. Bahan padat terlarut penting diketahui terutama apabila
limbah cair akan dipergunakan setelah pengolahan.
18
Limbah rumah sakit yang terdiri dari limbah cair dan limbah padat memiliki potensi yang
mengakibatkan keterpajanan yang dapat mengakibatkan penyakit atau cedera. Sifat bahaya
dari limbah rumah sakit tersebut mungkin muncul akibat satu atau beberapa karakteristik
berikut :
1. Limbah mengandung agent infeksius
2. Limbah bersifat genoktosik
3. Limbah mengandung zat kimia atau obat obatan berbahaya atau baracun
4. Limbah bersifat radioaktif
5. Limbah mengandung benda tajam
Semua orang yang terpajan limbah berbahaya dari fasilitas kesehatan kemungkinan besar
menjadi orang yang beresiko, termasuk yang berada dalam fasilitas penghasil limbah
berbahaya, dan mereka yang berada diluar fasilitas serta memiliki pekerjaan mengelola
limbah semacam itu, atau yang beresiko akibat kecerobohan dalam sistem manajemen
limbahnya. Kelompok utama yang beresiko antara lain :
1. Dokter, perawat, pegawai layanan kesehatan dan tenaga pemeliharaan rumah sakit
2. Pasien yang menjalani perawatan di instansi layanan kesehatan atau dirumah
3. Penjenguk pasien rawat inap
4. Tenaga bagian layanan pendukung yang bekerja sama dengan instansi layanan
kesehatan masyarakat, misalnya, bagian binatu, pengelolaan limbah dan bagian
transportasi.
5. Pegawai pada fasilitas pembuangan limbah (misalnya, ditempat penampungan
sampah akhir atau incinerator, termasuk pemulung (Pruss. A, 2005).
19
Contoh infeksi akibat terpajan limbah infeksius adalah infeksi gastroenteritis dimana
media penularnya adalah tinja dan muntahan, infeksi saluran pernafasan melalui secret
yang terhirup atau air liur dan lain lain. Benda tajam tidak hanya dapat menyebabkan
luka gores maupun luka tertusuk tetapi juga dapat menginfeksi luka jika benda itu
terkontaminasi pathogen. Karena resiko ganda inilah (cedera dan penularan penyakit),
benda tajam termasuk dalam kelompok limbah yang sangat berbahaya. Kekhawatiran
pokok yang muncul adalah bahwa infeksi yang ditularkan melalui subkutan dapat
menyebabkan masuknya agens penyebab panyakit, misalnya infeksi virus pada darah
(Pruss. A, 2005).
20
F. Bahaya Limbah Radioaktif
Jenis penyakit yang disebabkan oleh limbah radioaktif bergantung pada jenis
dan intensitas pajanan. Kesakitan yang muncul dapat b erupa sakit kepala, pusing,
dan muntah sampai masalah lain yang lebih serius. Karena limbah radioaktif
bersifat genotoksik, maka efeknya juga dapat mengenai materi genetik. Bahaya yang
mungkin timbul dengan aktifitas rendah mungkin terjadi karena kontaminasi
permukaan luar container atau karena cara serta durasi penyimpanan limbah tidak
layak. Tenaga layanan kesehatan atau tenaga kebersihan dan penanganan limbah
yang terpajan radioaktif merupakan kelompok resiko (Pruss.A, 2005).
-
21
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Sanitasi Rumah Sakit diartikan sebagai suatu bentuk usaha / tindakan untuk
mengawasi dan mencegah kerugian akibat penggunaan pelayanan rumah sakit
sebagai sarana tempat pelayanan kesehatan terutama yang erat hubunganya
dengan timbul dan menularnya suatu penyakit
2. Untuk mengoptimalkan penyehatan lingkungan Rumah Sakit dari pencemaran
limbah yang dihasilkannya maka Rumah Sakit harus mempunyai fasilitas
sendiri yang ditetapkan KepMenkes RI No. 1204/Menkes/SK/X/2004 tentang
Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit yaitu Fasilitas Pengelolaan
Limbah padat dan fasilitas pembangunan limbah cair
B. Saran
Hendaknya manajemen sanitasi rumah sakit harus dilakukan secara sistematis,
terencana, sesuai dengan prosedur yang sudah ditetapkan komite manajemen sanitasi
rumah sakit.pengawasan dan pelaporan pelaksanaan kesgiatan sesuai dengan fakta
yang terjadi dilapangan agar dilakukan secara bekesinambungan untuk memperoleh
masukan masukan untuk kesempurnaan kegiatan.
22
DAFTAR PUSTAKA
(Depkes RI, 2004). Buku tentang pengawasan sanitasi rumah sakit di Indonesia. jakarta
Marsum dan Siti Fauziah (2007) Harold koonts dan Cyrill O. Donnel dalam bukunya yang
berjudul prinsiple of management .