Anda di halaman 1dari 26

(TOTAL QUALITY MANAJEMEN)

PADA INSTALASI SANITASI RUMAH SAKIT


dr. SOEDIBJO SARDADI LANTAMAL X JAYAPURA

Oleh:
SYAHRIL

KEMENTERIAN
RISET,TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS CENDRAWASIH
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
PROGRAM STUDI MAGISTER (S2) ILMU KESEHATAN
MASYARAKAT
2017

KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa saya ucapkan Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat

limpahan rahmat kesehatan dan kesempatan saya dapat menyelesaikan makalah total
quality manajemen sanitasi rumah sakit dr soedibjo sardadi lantamal x Kritik dan saran

yang sifatnya membangun senangtiasa dapat diterima karena penulis menyadari makalah

Ini masih jauh dari kesempurnaan yang nantinya dapat dipergunakan untuk menambah dan

melengkapi tulisan ini.Demikianlah makalah ini dibuat untuk dijadikan tugas dalam

menambah ilmu pengetahuan semoga dapat bermanfaat bagi kita semua. Terimakasih.

Jayapura, April 2017

Penulis

Syahril

ii
DAFTAR ISI

Halaman
JUDUL . i
KATA PENGANTAR ....... ii
DAFTAR ISI ... iii
BAB I PENDAHULUAN
1. Latar belakang........ 1
2. Pengertian Sanitasi Rumah Sakit.......... 1
3. Ruang Lingkup Kesehatan Lingkungan Rumah sakit ... 2
BAB II TINJAUN PUSTAKA
4. Pengertian Manajemen Rumah sakit
3
5. Sumber Daya Pengelolaan Limbah Rumah Sakit 5
6. Man (SDM) 5
7. Money (Uang) 9
8. Sarana dan Prasarana (Machines). 9
9. Methods (Metode). 9
10. Market(Pasar)..... 10
11. Manfaat Manajemen RS.. 11
BAB III PEMBAHASAN
12. Limbah Rumah Sakit. 13
13. Sumber Limbah Rumah Sakit.. 15
14. Dampak Limbah Terhadap Kesehatan dan Lingkungan.... 18
15. Bahaya Akibat Limbah Infeksius Dan Benda Tajam 20
16. Bahaya Limbah Kimia dan Farmasi 20
17. Bahaya Limbah Radioaktif.. 21
BAB IV PENUTUP
18. Kesimpulan 22
19. Saran........................... 22
DAFTAR PUSTAKA
iii

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Rumah sakit (RS) adalah sebagai sarana pelayanan kesehatan, tempat berkumpulnya
orang sakit maupun orang sehat, atau dapat menjadi tempat penularan penyakit serta
memungkinkan terjadinya pencemaran lingkungan dan gangguan kesehatan (Depkes
RI, 2004). Rumah sakit dr.soedibjo sardadi lantamal x jayapura merupakan rumah sakit
tentara type c yang melayani seluruh lapisan masyarakat khususnya anggota TNI AL
dan keluarganya,pelayanan yang diberikan berupah pelayanan rawat
inap,jalan,gigi,serta pelayanan spesialistik

B. Pengertian Sanitasi Rumah Sakit


Sanitasi adalah suatu cara untuk mencegah berjangkitnya suatu penyakit menular
dengan jalan memutuskan mata rantai dari sumber. Sanitasi merupakan usaha kesehatan
masyarakat yang menitikberatkan pada penguasaan terhadap berbagai faktor
lingkungan yang mempengaruhi derajat kesehatan. Kesehatan lingkungan adalah:
upaya perlindungan, pengelolaan, dan modifikasi lingkungan yang diarahkan menuju
keseimbangan ekologi pada tingkat kesejahteraan manusia yang semakin meningkat
(Arifin, 2009). Upaya instalasi sanitasi rumah sakit dr soedibjo sardadi lantamal x
meliputi kegiatan-kegiatan yang kompleks sehingga memerlukan penanganan secara
lintas program dan lintas sektor serta berdimensi multi disiplin, untuk itu diperlukan
tenaga dan prasarana yangmemadai dalam pengawasan kesehatan lingkungan rumah
sakit.

C. Ruang Lingkup instalasi sanitasi Rumah sakit dr soedibjo sardadi


Adapun persyaratan sanitasi lingkungan rumah sakit berdasarkan Permenkes No.
1204/Menkes/SK/X/2004 adalah meliputi : sanitasi pengendalian berbagai faktor
lingkungan fisik, kimiawi, biologi, dan sosial psikologi di rumah sakit. Program sanitasi
di rumah sakit terdiri dari penyehatan bangunan dan ruangan, penyehatan makanan dan
minuman, penyehatan air, penyehatan tempat pencucian umum termasuk tempat
pencucian linen, pengendalian serangga dan tikus, sterilisasi/desinfeksi, perlindungan
radiasi, penyuluhan kesehatan lingkungan, pengendalian infeksi nosokomial, dan
pengelolaan sampah/limbah.
2
BAB II
TINJAUN PUSTAKA

A. Pengertian Manajemen Sanitasi Rumah Sakit


Harold koonts dan Cyrill O. Donnel dalam bukunya yang berjudul prinsiple of
management yang dikutip oleh Marsum dan Siti Fauziah (2007), Manajemen ialah
suatu usaha untuk mendapatkan sesuatu yang dilakukan melalui orang lain yang
meliputi manajemen tradisional yaitu pendekatan yang dilakukan adalah coba-coba,
keberhasilan yang dicapai bersifat kebetulan dan tidak efektif. Manajemen modern
yaitu pendekatan yang dilakukan menerapkan prinsip-prinsip ilmiah, upaya
mencapai tujuan dilakukan secara sistematis dan rasional didasarkan atas data dan
informasi yang dapat dipertanggungjawabkan, dan tujuan dapat tercapai secara
efektik dan efisien. Manajemen dapat diartikan suatu proses untuk menciptakan,
memelihara dan mengoperasikan organisasi dengan tujuan tertentu melalui upaya
manusia yang sistematis, terkoordinasi dan koperatif. Suatu proses menganalisa,
menerapkan tujuan, sasaran, serta penjabaran tugas dan kewajiban secara baik dan
efisien. Proses pemanfaatan sumber daya manusia (SDM), uang, bahan dan alat
yang dianalisis dan diatur secara efektif dan efisien dalam mencapai tujuan yang
telah ditentukan. Dan meliputi perencanaan, pengorganisasian, pergerakan dan
pengawasan SDM, sumber daya lainya untuk mencapai tujuan yang ditetapkan
(Marsum.dkk, 2007). Manajemen rumah sakit adalah koordinasi antara berbagai
sumber daya melalui proses perencanaan, pengorganisasian, dan adanya
kemampuan pengendalian untuk mencapai tujuan. Tujuan manajemen rumah sakit
seperti berikut ini:
1. Menyiapkan sumber daya.

2. Mengevaluasi efektifitas.
3. Mengatur pemakaian pelayanan.
4. Efisiensi.
5. Kualitas

Dalam kegiatan organisasi rumah sakit yang kompleks pengalaman saja tidak akan cukup,
penanganannya tidak bisa lagi atas dasar kira-kira dan selera, hal ini disebabkan oleh :
1. Sumber daya yang makin sulit dan mahal.
2. Era kompetisi yang menuntut pelayanan prima.
3. Tuntutan masyarakat yang makin berkembang.

Manajemen profesional berarti melaksanakan manajemen dengan tata cara yang


dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah, maka memerlukan orang yang terlatih pula
secara benar dan tepat. Dalam rangka melaksanakan pelayanan yang berorientasi pada
pasien, dan menjaga mutu pelayanan perlu dengan manajemen yang handal, dengan
demikian segala hal yang diperlukan akan tersedia dalam bentuk tepat jumlah, Tepat
waktu, dan Tepat sasaran (Hapsari, 2010)
Manajemen lingkungan rumah sakit merupakan manajemen yang tidak statis, tetapi
sesuatu yang dinamis sehingga diperlukan adaptasi atau penyesuaian bila terjadi perubahan
di rumah sakit, yang mencakup sumber daya, proses dan kegiatan rumah sakit, juga apabila
terjadi perubahan di luar rumah sakit, misalnya perubahan peraturan perundang-undangan
dan pengetahuan yang disebabkan oleh perkembangan teknologi. Berbagai manfaat yang
bisa didapat apabila menerapkan sistem manajemen lingkungan rumah sakit adalah yang
terpenting perlindungan terhadap lingkungan dan kesehatan masyarakat. Spesifikasi
manajemen rumah sakit akan memberikan garis besar pengelolaan lingkungan yang
didesain untuk semua aspek, yaitu operasional, produk, dan jasa dari rumah sakit secara
terpadu dan saling terkait satu sama lain (Adisasmito,2007).
Penerapan manajemen pengolahan limbah dalam upaya kesehatan masyarakat yang
merupakan serangkaian kegiatan manajemen limbah mulai dari sumbernya hingga hasil
akhir limbah setelah diolah. Manajemen diterapkan mulai dari sumber daya yang tersedia,
proses pengelolaan limbah hingga evaluasi terhadap kegiatan pengolahan ( Adisasmito,
2007).

B. Sumber Daya Pengelolaan Limbah Rumah Sakit


Sumber daya diperlukan dalam mencapai tujuan pengelolaan limbah rumah sakit.
Untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan diperlukan sumber daya manusia sebagai
sumber daya aktif, dana atau keuangan, sarana dan prasarana (machine), metode yang
digunakan, pasar (market).

C. Man (SDM)
Dalam manajemen, faktor manusia adalah yang paling menentukan. Manusia yang
membuat tujuan dan manusia pula yang melakukan proses untuk mencapai tujuan.
Tanpa ada manusia tidak ada proses kerja, sebab pada dasarnya manusia adalah
makhluk kerja. Oleh karena itu, manajemen timbul karena adanya orang-orang yang
berkerja sama untuk mencapai tujuan. Manajemen tidak lepas dari SDM ( sumber daya
aktif), koordinasi antar manusia yang dikendalikan untuk mencapai tujuan merupakan
proses manajemen yang meliputi 5 (lima) elemen dasar sumber daya manusia :
1. Kegiatan sumber daya untuk mencapai tujuan,
2. proses dilakukan secara rasional,
3. melalui manusia lain,
4. menggunakan metode dan teknik tertentu,
5. dalam lingkungan organisasi tertentu.

Prinsip-prinsip umum manajemen yang berkaitan dengan sumber daya manusia,


sebagai berikut:
1. Adanya pembagian kerja, kualitas anggota perlu diperhatikan baik fisik, mental,
pendidikan, pengalaman, keimanan,dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa
2. Disiplin, merupakan ketaatan, kepatuhan untuk mengikuti aturan yang menjadi
tanggung jawabnya

3. Kewenangan dan tanggung jawab setiap pekerja untuk melaksanakan pekerjaannya


sesuai pembagian tugas yang diberikan kepadanya
4. Memberi prioritas kepada kepentingan umum
5. Penggajian pegawai dan karyawan, sangat menentukan dalam kelancaran tugas
6. Pusat kewenangan yang berdampak kepada perumusan pertanggungjawaban dalam
rangka mencapai tujuan.
7. Mekanisme kerja dalam organisasi sehingga anggota tahu siapa yang menjadi
atasan dan bertanggung jawab kepada siapa dan sebaliknya
8. Keamanan
9. Inovasi, pengembangan inisiatif dari pekerja agar berkembang kearah perubahan
kemajuan
10. Semangat bekerja sama

Hubungan manajemen dengan sumber daya manusia, merupakan proses usaha


pencapaian tujuan melalui kerjasama dengan orang lain untuk mencapai tujuan (Marsum
dkk, 2009). Pengorganisasian usaha sanitasi rumah sakit dr soedibjo sardadi lantmal x
harus mencerminkan fungsi dinamis dengan wadah kegiatan terdiri dari unsur:
1. Pimpinan layanan sanitasi rumah sakit
2. Teknis sanitasi : 1 orang kualifikasi s1 kesehatan masyarakat
3. Penunjang layanan sanitasi 3 orang kulifikasi sekolah menengah umum

Adapun tugas-tugas dalam sanitasi rumah sakit dr soedibjo sardadi lantamal x yaitu:
1. Mengembangkan prosedur rutin termasuk manual untuk pelaksanaannya.
2. Melatih dan mengawasi karyawan-karyawan tertentu termasuk petugas cleaning
service.
3. Membagi tugas dan tanggung jawab.
4. Melapor kepada atasan atau pimpinan rumah sakit.

Petugas yang berwenang dalam pelaksanaan usaha sanitasi rumah sakit merupakan kunci
dalam panitia/komite keamanan dan harus melaksanakan tugasnya dalam pengawasan
infeksi. Petugas harus melakukan suatu pengamatan (surveilence) sanitasi yang efektif dan
melaporkan pelaksanaan programnya kepada pimpinan rumah sakit. Petugas sanitasi rumah
sakit menentukan hasil layanan yang paling dominan dalam usaha pelayanan sanitasi
rumah sakit. Petugas sebagai pemberi layanan kepada penderita dapat mempengaruhi
proses pengobatan. Hubungan psikobiososial penderita dengan petugas maupun dengan
pengunjung dapat mempengaruhi hasil penyembuhan, lebih-lebih apabila interaksi faktor
biopsikososial ini berproses dalam suasana lingkungan yang bersih, nyaman, dan asri
(Hapsari, 2010). Tenaga sanitasi rumah sakit adalah unsur (provider) utama yang
bertanggung jawab terhadap layanan sanitasi rumah sakit. Upaya penyehatan lingkungan
RS meliputi kegiatan-kegiatan yang kompleks sehingga memerlukan tenaga dengan
kualifikasi sebagai berikut:
1. Penanggung jawab kesehatan lingkungan di RS kelas A dan B (rumah sakit
pemerintah) dan yang setingkat adalah seorang tenaga yang memiliki kualifikasi
sanitarian serendah-rendahnya berijazah sarjana (S1) di bidang kesehatan lingkungan,
teknik lingkungan, biologi, teknik kimia, dan teknik sipil.
2. Penanggung jawab kesehatan lingkungan di RS kelas C dan D (rumah sakit
pemerintah) dan yang setingkat adalah tenaga yang memiliki kualifikasi sanitarian
serendah-rendahnya berijazah diploma (D3) dibidang kesehatan lingkungan.
3. Rumah sakit pemerintah maupun swasta yang sebagian kegiatan kesehatan
lingkungannya dilaksanakan oleh pihak ketiga, maka tenaganya harus berpendidikan
sanitarian dan telah mengikuti pelatihan khusus dibidang kesehatan lingkungan rumah
sakit yang diselenggarakan olehpemerintah atau badan lain sesuai peraturan
perundangan yang berlaku.

4. Tenaga sebagaimana yang dimaksud pada butir 1 dan 2, diusahakan mengikuti


pelatihan khusus di bidang kesehatan lingkungan rumah sakit yang diselenggarakan
oleh pemerintah atau pihak lain terkait, sesuai dengan peraturan perundangan yang
berlaku (Depkes RI, 2004).

Tenaga pengelola limbah padat dan cair RS meliputi :


1. Tenaga pengelola limbah padat/sampah

a. Sampah dari tiap unit pelayanan fungsional dalam rumah sakit dikumpulkan oleh
tenaga perawat khususnya yang menyangkut pemisahan sampah medis dan non
medis, sedang ruang lain dapat dilakukan oleh tenaga kebersihan.
b. Proses pengangkutan sampah dilakukan oleh tenaga sanitasi dengan kualifkasi SMP
ditambah latihan khusus.
c. Pengawasan pengelolaan sampah rumah sakit dilakukan oleh tenaga sanitasi dengan
kualifikasi D1 ditambah latihan khusus.

2. Tenaga pengelola limbah cair

a. Tenaga pelaksana meliputi pengawas sistem plumbing dan operator proses


pengolahan
b. Kualifikasi tenaga untuk kegiatan tersebut dilakukan oleh tenaga sanitasi dengan
kualifikasi D1 ditambah latihan khusus
c. Kegiatan pengawasan dilakukan oleh tenaga sanitasi dengan kualifikasi D3 atau D4
ditambah latihan khusus (Depkes RI, 2002)

8
D. Money (Uang)
Uang merupakan salah satu unsur yang tidak dapat diabaikan. Uang merupakan alat
tukar dan alat pengukur nilai. Besar-kecilnya hasil kegiatan dapat diukur dari jumlah
uang yang beredar dalam perusahaan. Oleh karena itu, uang merupakan alat (tools)
yang penting untuk mencapai tujuan karena segala sesuatu harus diperhitungkan secara
rasional. Hal ini akan berhubungan dengan berapa uang yang harus disediakan untuk
membiayai gaji tenaga kerja, alat-alat yang dibutuhkan dan harus dibeli serta berapa
hasil yang akan dicapai dari suatu organisasi (Hapsari, 2010).

E. Sarana dan Prasarana (Machines)


Sarana dan prasarana adalah sarana yang minimal dapat menunjang pelaksanaan
Manajemen lingkungan sanitasi untuk kegiatan promotif dan preventif. Pelaksanaan
pelayanan sanitasi juga harus ditunjang kelengkapan materi yang diperlukan berupa
proses administrasi, pencatatan dan pelaporan, dan pedoman buku petunjuk teknis
sanitasi (Depkes RI, 2009).
Fasilitas pelayanan kesehatan adalah suatu alat dan/atau tempat yang digunakan untuk
menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan
kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan (Depkes RI, 2009).
F. Methods (Metode)
Dalam pelaksanaan kerja diperlukan metode-metode kerja. Suatu tata cara kerja yang
baik akan memperlancar jalannya pekerjaan. Sebuah metode dapat dinyatakan sebagai
penetapan cara pelaksanaan kerja suatu tugas dengan memberikan berbagai
pertimbangan-pertimbangan kepada sasaran, fasilitas-fasilitas yang tersedia dan
penggunaan waktu, serta uang dan kegiatan usaha. Perlu diingat meskipun metode baik,
sedangkan orang yang melaksanakannya tidak mengerti atau tidak mempunyai
pengalaman maka hasilnya tidak akan memuaskan. Dengan demikian, peranan utama
dalam manajemen tetap manusianya sendiri (Marsum dkk, 2007).

Upaya pengelolaan limbah RS dapat dilaksanakan dengan menyiapkan perangkat


lunaknya yang berupa peraturan, pedoman, dan kebijakan yang mengatur pengelolaan
dan peningkatan kesehatan di lingkungan RS. Unsur-unsur yang terkait dengan
penyelenggaraan kegiatan pelayanan RS (termasuk pengelolaan limbahnya), yaitu :
1. Pemrakarsa atau penanggung jawab RS
2. Pengguna jasa pelayanan RS
3. Para ahli, pakar dan lembaga yang dapat memberikan saran-saran
4. Para pengusaha dan swasta yang dapat menyediakan sarana dan fasilitas yang
diperlukan (Adisasmito, 2007).

G. Market (Pasar)
Memasarkan produk sudah barang tentu sangat penting sebab bila barang yang
diproduksi tidak laku, maka proses produksi barang akan berhenti. Artinya, proses kerja
tidak akan berlangsung. Oleh sebab itu, penguasaan pasar dalam arti menyebarkan hasil
produksi merupakan faktor menentukan dalam perusahaan. Supaya pasar dapat dikuasai
maka kualitas dan harga barang harus sesuai dengan selera konsumen dan daya beli
(kemampuan) konsumen (Hapsari, 2010).
H. Manfaat Manajemen RS
Beberapa manfaat yang diperoleh bila kita menerapkan sistem manajemen lingkungan
rumah sakit adalah sebagai berikut :
1. Perlindungan terhadap lingkungan. Dampak positif yang paling bermanfaat untuk
lingkungan dengan diterapkannya system manajemen rumah sakit adalah
pengurangan limbah berbahaya dan beracun (B3) termasuk di dalamnya limbah
Infeksius. Selain itu minimisasi limbah sebagai bagian kunci dari penerapan sistem
manajemen lingkungan rumah sakit melalui pendekatan 3R (Reuse, Recycle, dan
Recovery) dapat mengurangi pemakaian bahan baku sehingga jumlah limbah yang
dihasilkan relatif lebih sedikit yang berarti juga biaya pengolahannya relatif lebih
murah.
10
2. Manajemen lingkungan. Sistem manajemen lingkungan akan membantu rumah
sakit membuat kerangka manajemen lingkungan yang lebih konsisten dan dapat
diandalkan baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Spesifikasi
manajemen lingkungan akan memberikan garis-garis besar pengelolaan lingkungan
yang didesain untuk semua aspek yaitu, operasional, produk, dan jasa di rumah
sakit secara terpadu dan saling terkait satu sama lain.
3. Pengembangan Sumber Daya Manusia. Penerapan sistem manajemen lingkungan
rumah sakit dapat membawa perubahan kondisi kerja di rumah sakit. Hal ini
merupakan harapan yang cukup realistis karena sistem manajemen lingkungan
rumah sakit menekankan peningkatan kepedulian, pendidikan, pelatihan, dan
kesadaran dari semua karyawan sehingga mereka mengerti dan tanggap terhadap
konsekuensi pekerjaannya. Keterlibatan karyawan dalam proses manajemen
lingkungan juga akan meningkatkan budaya sadar dan kepedulian untuk bersama-
sama memelihara dan meningkatkan kualitas lingkungan di sekitarnya.
4. Kontinuitas peningkatan performa lingkungan rumah sakit. Sistem manajemen
lingkungan rumah sakit tidak didesain untuk menilai tingkat lingkungan misalnya
tingkat teknologi pengelolaan lingkungan atau limbah. Namun dengan melakukan
sistem manajemen lingkungan rumah sakit, manajemen lingkungan rumah sakit
dapat menjamin dan mengembangkan kemampuannya untuk memenuhi
kewajibannya dalam pengelolaan lingkungan. Dengan demikian kinerja
pengelolaan lingkungan berjalan seperti spiral yang terus berputar kearah dan
mengarah ke kondisi yang lebih baik.
5. Peraturan perundang-undangan. Dengan menerapkan sistem manajemen lingkungan
maka ada peluang bagi rumah sakit untuk membuktikan kepatuhannya terhadap
peraturan perundangundangan atau menunjukan kepedulian terhadap pengelolaan
lingkungan yang lebih baik. Sebagian rumah sakit yang telah berdiri selama
beberapa tahun kemungkinan telah dapat menyesuaikan diri dengan peraturan-
peraturan yang telah di tetapkan. Apabila

11

tidak saat ini rumah sakit tersebut pasti terkena tuntutan hukum dan publisitas
negatif. Pemberian denda juga dapat menyebabkan bangkrutnya rumah sakit
6. Bagian dari manajemen mutu terpadu. Manajemen mutu terpadu atau yang lebih
dikenal sebagai total quality management (TQM) merupakan strategi utama rumah
sakit dalam mencapai tujuannya, meliputi perencanaan, pelaksanaan, pengawasan,
evaluasi dan pendokumentasian. Sistem manajemen rumah sakit dalam hal ini juga
mengandung berbagai tehnik manajemen yang menggunakan pendekatan TQM
sehingga implementasi sistem manajemen lingkungan rumah sakit secara langsung
mendukung pelaksanaan manajemen mutu terpadu.
7. Pengurangan dan penghematan biaya. Sistem manajemen lingkungan rumah sakit
menawarkan keuntungan financial baik jangka pendek maupun jangka panjang.
Efisiensi pemakaian berbagai sumber daya dan minimisasi limbah yang dihasilkan
berarti mengurangi biaya untuk pengadaaan sumber daya dan biaya untuk
pengolahan limbah. Penggunaan kembali dan pendaurulangan limbah dapat menjadi
tambahan pemasukan financial rumah sakit. Setelah sejumlah biaya dikeluarkan
untuk membuat dan menerapkan program-program lingkungan yang belum ada
dalam rangka memperoleh sertifikasi secara tidak langsung akan menjadi suatu
penghematan biaya dalam jangka panjang terutama dalam hal pembersihan dan
pengawasan lingkungan.
8. Meningkatkan citra rumah sakit. Rumah Sakit yang memiliki sertifikasi ISO 14001
telah menunjukkan bahwa rumah sakit tersebut benar-benar peduli kepada
lingkungan. Dengan telah memenuhi standar dalam ISO 14001 pasien akan merasa
bahwa lingkungan rumah sakit tersebut telah terlindungi. Hal ini erat kaitannya
dengan usaha rumah sakit meningkatkan hubungan baik dengan masyarakat melalui
kepercayaan dan kepuasan pasien (Adisasmito, 2007).

12

BAB III
PEMBAHASAN

A. Limbah Rumah Sakit


Limbah RS adalah semua limbah yang dihasilkan dari kegiatan RS dalam
bentuk padat, cair, pasta (gel) maupun gas yang dapat mengandung
mikroorganisme pathogen bersifat infeksius, bahan kimia beracun, dan sebagian
bersifat radioaktif (Depkes, 2006). Limbah RS yaitu buangan dari kegiatan
pelayanan yang tidak dipakai ataupun tidak berguna termasuk dari limbah
pertamanan. Limbah rumah sakit cenderung bersifat infeksius dan kimia beracun
yang dapat mempengaruhi kesehatan manusia, memperburuk kelestarian lingkungan
hidup apabila tidak dikelola dengan baik. Limbah rumah sakit adalah semua limbah
yang dihasilkan dari kegiatan rumah sakit dalam bentuk padat dan cair (Kep Menkes
RI No. 1204 / Menkes / SK / X / 2004). Untuk mengoptimalkan penyehatan lingkungan
Rumah Sakit dar i pencemaran limbah yang dihasilkannya maka Rumah Sakit
harus mempunyai fasilitas sendiri yang ditetapkan KepMenkes RI No.
1204/Menkes/SK/X/2004 tentang Persyaratan Kesehatan Persyaratan Kesehatan
Lingkungan Rumah Sakit yaitu :
1. Fasilitas Pengelolaan Limbah padat. Setiap Rumah sakit harus melakukan reduksi
limbah dimulai dari sumber dan harus mengelola dan mengawasi penggunaan
bahan kimia yang berbahaya, beracun dan setiap peralatan yang digunakan dalam
pengelolaan limbah medis mulai dari pengumpulan, pengangkutan, dan
pemusnahan harus melalui sertifikasi dari pihak yang berwenang.
2. Fasilitas Pembangunan Limbah Cair. Limbah cair harus dikumpulkan dalam
container yang sesuai dengan karakteristik bahan kimia dan radiologi, volume, dan
prosedur penanganan dan penyimpanannya. Rumah sakit harus memiliki instalasi
pengolahan limbah cair sendiri atau bersama-sama secara kolektif dengan bangunan
disekitarnya yang memenuhi persyaratan teknis.

13

Limbah padat rumah sakit yang lebih dikenal dengan pengertian sampah rumah sakit.
Limbah padat (sampah) adalah sesuatu yang tidak dipakai, tidak disenangi, atau sesuatu
yang harus dibuang yang umumnya berasal dari kegiatan yang dilakukan oleh manusia, dan
umumnya bersifat padat (Azwar, 1990) Limbah padat rumah sakit adalah semua limbah
rumah sakit yang berbentuk padat akibat kegiatan rumah sakit yang terdiri dari limbah
medis padat dan non medis (Keputusan MenKes R.I. No.1204/MENKES/SK/X/2004).
Limbah padat RS adalah semua limbah RS yang berbentuk padat sebagai akibat kegiatan
RS yang terdiri dari limbah medis dan non medis, yaitu :
1. Limbah non medis adalah limbah padat yang dihasilkan dari kegiatan di RS di luar
medis yang berasal dari dapur, perkantoran, taman dari halaman yang dapat
dimanfaatkan kembali apabila ada teknologi.
2. Limbah medis padat adalah limbah padat yang terdiri dari limbah infeksius, limbah
patologi, limbah benda tajam, limbah farmasi, limbah sitotoksis, limbah container
bertekanan, dan limbah dengan kandungan logam berat yang tinggi.
3. Limbah infeksius adalah limbah yang terkontaminasi organisme pathogen yang
tidak secara rutin ada di lingkungan dan organisme tersebut dalam jumlah dan virulensi
yang cukup untuk menularkan penyakit pada manusia yang rentan.
4. Limbah sangat infeksius adalah limbah yang berasal dari pembiakan dan stock
(sediaan) bahan sangat infeksius, otopsi, organ binatang percobaan, dan bahan lain yang
diinokulasi, terinfeksi atau kontak dengan bahan yang sangat infeksius.

Limbah cair RS adalah semua air buangan termasuk tinja yang berasal dari kegiatan
RS,yang kemungkinan mengandung mikroorganisme bahan beracun, dan radio aktif
serta darah yang ber bahaya bagi kesehatan (Depkes RI, 2006).

14

Air limbah rumah sakit adalah seluruh buangan cair yang berasal dari hasil proses seluruh
kegiatan rumah sakit, yang meliputi : limbah cair domestik, yakni buangan kamar dari
rumah sakit yang kemungkinan mengandung mikroorganisme, bahan kimia beracun dan
radioaktif (Said, 1999). Menurut Azwar (1990), air limbah atau air bekas adalah air yang
tidak bersih dan mengandung berbagai zat yang bersifat membahayakan kehidupan
manusia atau hewan, yang lazimnya muncul karena hasil perbuatan manusia termasuk
industri. Menurut Keputusan MenKes R.I.No.1204/MENKES/SK/X/2004 Tentang
Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit, pengertian limbah cair adalah semua
buangan termasuk tinja yang berasal dari kegiatan rumah sakit yang kemungkinan
mengandung mikroorganisme, bahan kimia beracun dan radioaktif yang berbahaya bagi
kesehatan.

B. Sumber Limbah Rumah Sakit


Dalam melakukan fungsinya rumah sakit menimbulkan berbagai buangan dan sebagian
dari limbah tersebut merupakan limbah yang berbahaya. Sumber air limbah rumah sakit
dibagi atas tiga jenis yaitu :
1. Air limbah infeksius : air limbah yang berhubungan dengan tindakan medis seperti
pemeriksaan mikrobiologis dari poliklinik, perawatan, penyakit menular dan lain
lain.
2. Air limbah domestik : air limbah yang tidak ada berhubungan tindakan medis yaitu
berupa air limbah kamar mandi, toilet, dapur dan lain lain.
3. Air limbah kimia : air limbah yang dihasilkan dari penggunaan bahan kimia dalam
tindakan medis, laboratorium, sterilisasi, riset dan lain lain (Chandra, 2007).
4. Sampah Rumah Sakit dapat digolongkan antara lain menurut jenis unit penghasil
dan untuk kegunaan desain pembuangannya. Namun dalam garis besarnya
dibedakan menjadi sampah medis dan non medis

15

a. Sampah Medis
Sampah medis adalah limbah yang langsung dihasilkan dari tindakan diagnosis
dan tindakan medis terhadap pasien. Termasuk dalam kegiatan tersebut juga
kegiatan medis di ruang polikllinik, perawatan, bedah, kebidanan, otopsi, dan
ruang laboratorium. Limbah padat medis sering juga disebut sampah biologis.
Sampah biologis terdiri dari :
1. Sampah medis yang dihasilkan dari ruang poliklinik, ruang peralatan, ruang
bedah, atau botol bekas obat injeksi, kateter, plester, masker, dan sebagainya.
2. Sampah patologis yang dihasilkan dari ruang poliklinik, bedah, kebidanan,
atau ruang otopsi, misalnya, plasenta, jaringan organ, anggota badan, dan
sebagainya.
3. Sampah laboratorium yang dihasilkan dari pemeriksaan laboratorium
diagnostik atau penelitian, misalnya, sediaan atau media sampel dan bangkai
binatang percobaan.

b. Sampah Nonmedis
Sampah padat non medis adalah semua sampah padat diluar sampah padat medis
yang dihasilkan dari berbagai kegiatan, seperti berikut :
1. Kantor/administrasi
2. Unit perlengkapan
3. Ruang tunggu
4. Ruang inap
5. Unit gizi atau dapur
6. Halaman parkir dan taman
7. Unit pelayanan

16

Selain dibedakan menurut jenis unit penghasil, sampah RS dapat dibedakan


berdasarkan karakteristik sampah yaitu :
1. Sampah infeksius : yang berhubungan atau berkaitan dengan pasien yang
diisolasi, pemeriksaan mikrobiologi, poliklinik, perawatan, penyakit menular
dan lain lain.
2. Sampah sitotoksik : bahan yang terkontaminasi dengan radioisotope seperti
penggunaan alat medis, riset dan lain lain.
3. Sampah domestik : buangan yang tidak berhubungan dengan tindakan
pelayanan terhadap pasien (Depkes RI, 2006).

c. Kualitas limbah padat

Setiap rumah sakit harus melakukan reduksi limbah dimulai dari sumber,
mengelola dan mengawasi penggunaan bahan kimia yang berbahaya dan beracun,
pengelolaan stok kimia dan farmasi, dan peralatan dimulai dari pengumpulan,
pengangkutan, dan pemusnahan. Pemilahan harus dilakukan mulai dari sumber
yang menghasilkan limbah. Limbah padat yang akan/dapat dimanfaatkan lagi
harus melalui proses sterilisasi. Pengolahan dan pemusnahan limbah medis tidak
diperbolehkan membuang langsung ke tempat pembuangan akhir sebelum di
anggap aman bagi kesehatan (Depkes RI, 2004).

17

d. Kualitas Limbah Cair


Menurut pendapat Okun dan Ponghis yang dikutip Soeparman dan Soeparmin
(2002) berbagai kualitas limbah cair yang penting untuk diketahui adalah bahan
padat terlarut (dissolved solid), kebutuhan oksigen biokimia (biochemical oxygen
demand). Kebutuhan oksigen kimiawi (chemical Oxygen Demand ) dan pH
(power Hidrogen).

a. Bahan Padat terlarut. Bahan padat terlarut penting diketahui terutama apabila
limbah cair akan dipergunakan setelah pengolahan.

b. Kebutuhan Oksigen biokimia. Merupakan ukuran kandungan bahan organik


dalam limbah cair dan ditentukan dengan mengukur jumlah oksigen yang diserap
oleh akibat adanya mikroorganisme selama satu periode waktu tertentu. Juga
merupakan petunjuk dari pengaruh yang diperkirakan terjadi pada badan air
penerima berkaitan dengan pengurangan kandungan oksigennya.

c. Kebutuhan oksigen kimiawi. Merupakan ukuran persyaratan kebutuhan oksigen


limbah cair yang berada dalam kondisi tertentu, yang ditentukan dengan
menggunakan suatu oksidan kimiawi.
d. pH. pH merupakan ukuran keasaman (acidity) atau kebasaan (alkalinity)
limbah cair. pH menunjukkan perlu atau tidaknya pengolahan pendahuluan untuk
mencegah terjadinya gangguan pada proses pengolahan limbah cair.

C. Dampak Limbah Terhadap Kesehatan dan Lingkungan


RS selain untuk mencari kesembuhan, juga merupakan depot bagi berbagai macam
penyakit yang berasal dari penderita maupun dari pengunjung yang berstatus karier.
Kuman penyakit ini dapat hidup dan berkembang di lingkungan RS, seperti udara, air,
lantai, makanan dan benda-benda peralatan medis maupun non medis. Dari lingkungan,
kuman dapat sampai ke tenaga kerja, penderita baru. Ini disebut infeksi nosokomial
(Anies,2006).

18

Limbah rumah sakit yang terdiri dari limbah cair dan limbah padat memiliki potensi yang
mengakibatkan keterpajanan yang dapat mengakibatkan penyakit atau cedera. Sifat bahaya
dari limbah rumah sakit tersebut mungkin muncul akibat satu atau beberapa karakteristik
berikut :
1. Limbah mengandung agent infeksius
2. Limbah bersifat genoktosik
3. Limbah mengandung zat kimia atau obat obatan berbahaya atau baracun
4. Limbah bersifat radioaktif
5. Limbah mengandung benda tajam

Semua orang yang terpajan limbah berbahaya dari fasilitas kesehatan kemungkinan besar
menjadi orang yang beresiko, termasuk yang berada dalam fasilitas penghasil limbah
berbahaya, dan mereka yang berada diluar fasilitas serta memiliki pekerjaan mengelola
limbah semacam itu, atau yang beresiko akibat kecerobohan dalam sistem manajemen
limbahnya. Kelompok utama yang beresiko antara lain :
1. Dokter, perawat, pegawai layanan kesehatan dan tenaga pemeliharaan rumah sakit
2. Pasien yang menjalani perawatan di instansi layanan kesehatan atau dirumah
3. Penjenguk pasien rawat inap
4. Tenaga bagian layanan pendukung yang bekerja sama dengan instansi layanan
kesehatan masyarakat, misalnya, bagian binatu, pengelolaan limbah dan bagian
transportasi.
5. Pegawai pada fasilitas pembuangan limbah (misalnya, ditempat penampungan
sampah akhir atau incinerator, termasuk pemulung (Pruss. A, 2005).

19

D. Bahaya Akibat Limbah Infeksius Dan Benda Tajam


Limbah infeksius dapat mengandung berbagai macam mikroorganisme pathogen.
Pathogen tersebut dapat memasuki tubuh manusia melalui beberapa jalur :
1. Akibat tusukan, lecet, atau luka dikulit
2. Melalui membrane mukosa
3. Melalui pernafasan
4. Melalui ingesti

Contoh infeksi akibat terpajan limbah infeksius adalah infeksi gastroenteritis dimana
media penularnya adalah tinja dan muntahan, infeksi saluran pernafasan melalui secret
yang terhirup atau air liur dan lain lain. Benda tajam tidak hanya dapat menyebabkan
luka gores maupun luka tertusuk tetapi juga dapat menginfeksi luka jika benda itu
terkontaminasi pathogen. Karena resiko ganda inilah (cedera dan penularan penyakit),
benda tajam termasuk dalam kelompok limbah yang sangat berbahaya. Kekhawatiran
pokok yang muncul adalah bahwa infeksi yang ditularkan melalui subkutan dapat
menyebabkan masuknya agens penyebab panyakit, misalnya infeksi virus pada darah
(Pruss. A, 2005).

E. Bahaya Limbah Kimia dan Farmasi


Kandungan zat limbah dapat mengakibatkan intosikasi atau keracunan sebagai
akibat pajanan secara akut maupun kronis dan cedera termasuk luka bakar. Intosikasi
dapat terjadi akibat diabsorbsinya zat kimia atau bahan farmasi melalui kulit atau
membaran mukosa, atau melalui pernafasan atau pencernaan. Zat kimia yang mudah
terbakar, korosif atau reaktif (misalnya formaldehide atau volatile/mudah menguap) jika
mengenai kulit, mata, atau membrane mukosa saluran pernafasan dapat menyebabkan
cedera. Cedera yang umum terjadi adalah luka bakar (Pruss.A, 2005).

20
F. Bahaya Limbah Radioaktif
Jenis penyakit yang disebabkan oleh limbah radioaktif bergantung pada jenis
dan intensitas pajanan. Kesakitan yang muncul dapat b erupa sakit kepala, pusing,
dan muntah sampai masalah lain yang lebih serius. Karena limbah radioaktif
bersifat genotoksik, maka efeknya juga dapat mengenai materi genetik. Bahaya yang
mungkin timbul dengan aktifitas rendah mungkin terjadi karena kontaminasi
permukaan luar container atau karena cara serta durasi penyimpanan limbah tidak
layak. Tenaga layanan kesehatan atau tenaga kebersihan dan penanganan limbah
yang terpajan radioaktif merupakan kelompok resiko (Pruss.A, 2005).
-
21
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Sanitasi Rumah Sakit diartikan sebagai suatu bentuk usaha / tindakan untuk
mengawasi dan mencegah kerugian akibat penggunaan pelayanan rumah sakit
sebagai sarana tempat pelayanan kesehatan terutama yang erat hubunganya
dengan timbul dan menularnya suatu penyakit
2. Untuk mengoptimalkan penyehatan lingkungan Rumah Sakit dari pencemaran
limbah yang dihasilkannya maka Rumah Sakit harus mempunyai fasilitas
sendiri yang ditetapkan KepMenkes RI No. 1204/Menkes/SK/X/2004 tentang
Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit yaitu Fasilitas Pengelolaan
Limbah padat dan fasilitas pembangunan limbah cair
B. Saran
Hendaknya manajemen sanitasi rumah sakit harus dilakukan secara sistematis,
terencana, sesuai dengan prosedur yang sudah ditetapkan komite manajemen sanitasi
rumah sakit.pengawasan dan pelaporan pelaksanaan kesgiatan sesuai dengan fakta
yang terjadi dilapangan agar dilakukan secara bekesinambungan untuk memperoleh
masukan masukan untuk kesempurnaan kegiatan.
22
DAFTAR PUSTAKA

(Depkes RI, 2009).Buku petunjuk teknis sanitasi rumah sakit. jakarta

(Depkes RI, 2004). Buku tentang pengawasan sanitasi rumah sakit di Indonesia. jakarta

Permenkes No. 1204/Menkes/SK/X/2004 tentang persyaratan kesehatan lingkungan


rumah sakit

Marsum dan Siti Fauziah (2007) Harold koonts dan Cyrill O. Donnel dalam bukunya yang
berjudul prinsiple of management .

(Marsum dkk, 2009). Hubungan manajemen dengan sumber daya manusia

Anies. 2006. Manajemen Berbasis Lingkungan Solusi Mencegah dan Menanggulangi


Penyakit Menular. Penerbit Elex Media Komputindo. Jakarta

Anda mungkin juga menyukai