Anda di halaman 1dari 54

MAKALAH

PENCEMARAN DAN PENGELOLAHAN LIMBAH


“Pencemaran Limbah Rumah Sakit dan Pengolahannya”

DISUSUN OLEH:

Muhammad Ansar P10120223


Irmayanti P10120056
Megawati P10120149
Adelia Febrianti P10120039
Nurul Afifah P10120107
Riska Ramli P10120028

DOSEN PENGAMPU:
Riri Suwahyuni Wahid, S.KM., M.Kes

DEPARTEMEN KESEHATAN LINGKUNGAN


PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2023
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Jumadewi Asri (2021) mengutip pernyataan Siregar (2003) mengenai
definisi rumah sakit bahwasanya rumah sakit merupakan salah satu institusi
kesehatan tempat menyelenggarakan upaya kesehatan dengan tujuan
meningkatkan derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat. Menurut
Peraturan Menteri Kesehatan Kesehatan Republik Indonesia Nomor 7 Tahun
2019 kesehatan lingkungan rumah sakit adalah sarana upaya pencegahan
penyakit dan/atau gangguan kesehatan dari faktor risiko lingkungan untuk
mewujudkan kualitas lingkungan yang sehat baik dari aspek fisik, kimia,
biologi, maupun sosial di dalam lingkungan rumah sakit.
Di Indonesia, terkait dengan ruang lingkup kesehatan secara umum
diterangkan dalam Pasal 22 ayat (3) UU No. 23 Tahun 1992 mengenai ruang
lingkup kesehatan lingkungan diantaranya yaitu: 1). Penyehatan air dan udara,
2). Pengamanan limbah padat/sampah, 3). Pengamanan limbah cair, 4).
Pengamanan limbah gas, 5). Pengamanan radiasi, 6). Pengamanan kebisingan,
7). Pengamanan vector penyakit, dan 8). Penyehatan dan pengamanan lainnya,
seperti keadaan pasca bencana. Limbah menjadi aspek kesehatan lingkungan
klasik yang banyak dan seringkali disoroti akibat dampak yang ditimbulkan
ketika tidak dikelola dengan baik dan benar. Menurut Sandra et al (2022)
menyimpulkan definisi limbah menurut para ahli yakni berupa sisa dari suatu
kegiatan atau usaha seperti sampah, dan sesuatu yang sudah tidak dipakai oleh
manusia yang jika dibiarkan begitu saja dapat menyebabkan polutan atau
kerusakan lingkungan.
Salah satu jenis limbah Rumah sakit adalah limbah medis B3.
Pengolahan limbah medis B3 merupakan hal yang mendesak untuk
diperhatikan, karena limbah medis yang tidak diolah dengan baik dapat
menimbulkan dampak lingkungan seperti pencemaran, termasuk dampak
kesehatan seperti tertusuk benda tajam dan penyebaran virus. Oleh karena itu,
limbah B3 tidak dapat diolah sebagaimana limbah rumah tangga yang dapat
dibuang ke tempat pembuangan akhir (TPA). Pengaturan tentang limbah B3 ada
dalam UU No. 32 Tahun 2009 tentang perlindungan dan pengelolaan
lingkungan hidup. Pengelolaan limbah B3 memiliki empat prinsip. Pertama,
semua penghasil limbah memiliki tanggung jawab hukum dan keuangan untuk
menggunakan praktik pengelolaan limbah yang aman dan ramah lingkungan.
Kedua, mengutamakan kewaspadaan yang tinggi. Prinsip ketiga dan keempat,
khusus untuk limbah Covid-19, mengatur prinsip kesehatan dan keselamatan
serta prinsip kedekatan saat menangani limbah berbahaya untuk meminimalkan
risiko penularan. 
Menurut data WHO (2018) Dari total limbah yang dihasilkan oleh
kegiatan pelayanan kesehatan, sekitar 85% merupakan limbah umum termasuk
kategori tidak berbahaya, sisanya 15% dianggap sebagai bahan berbahaya yang
dapat menular, beracun atau radioaktif. Sebagai contoh setiap tahunnya saja
setidaknya 16 miliar suntikan yang diberikan di seluruh dunia, tidak semuanya
dibuang dengan benar. Berdasarkan (Kemenkes RI, 2022), jumlah fasyankes
(rumah sakit dan puskesmas) yang melakukan pengolahan limbah medis sesuai
standar mencapai 3.421 dari total 12.831 fasyankes (26,7%). Hal ini sudah
memenuhi target yang ditetapkan yakni sebanyak 3000 fasyankes. Dengan
persentase tertinggi diduduki oleh provinsi lampung sebesar 78,1 % dan
provinsi Gorontalo dengan persentase terendah (0,9%).
Pusat data Tempo mengutip pernyataan WHO bahwasannya sejak 1970-
an WHO telah meminta para pengelola rumah sakit memastikan limbah mereka
benar-benar terbatas dari segala jasa renik yang mengancam kesehatan. WHO
membagi limbah rumah sakit ke dalam 5 kategori yakni limbah penular
penyakit (infectious waste), benda tajam, bagian tubuh, farmasi, dan radioaktif.
Namun dari kenyataannya, rumah sakit umumnya hanya membagi limbah
berdasarkan bentuknya, yakni limbah cair, padat, dan radioaktif. Limbah dari
aktivitas rumah sakit dapat menghasilkan mikroorganisme pathogen bahan
kimia yang beracun berbahaya sehingga dapat menyebabkan infeksi dan dapat
tersebar ke lingkungan rumah sakit atau sekitarnya. Hal ini dapat diakibatkan
oleh teknik pelayanan kesehatan yang kurang memadai, kesalahan penanganan
bahan kontaminan dan peralatan, serta penyediaan dan pemeliharaan sarana
sanitasi yang masih kurang baik (Firdaus, 2021).
Terkait dengan pengelolaan limbah fasyankes WHO (2018) menyatakan
secara global, 3 dari 10 fasilitas kesehatan tidak memiliki sistem untuk
pemisahan limbah. Pada negara kurang berkembang khususnya, kurang dari 1
dari 3 fasilitas kesehatan memiliki dasar layanan pengelolaan limbah kesehatan.
Hal ini dapat tercermin dari kepemilikan insenerator yang belum memadai di
setiap rumah sakit. Hal tersebut disebabkan juga disebabkan karena harga
insenerator yang sangat mahal sehingga banyak rumah sakit belum memiliki
alat tersebut, yang pada akhirnya membuang sampah ke tempat pembuangan
akhir dan berakhir dibakar dengan cara konvensional. Meski demikian,
sekarang sudah banyak dikembangkan insenerator skala kecil untuk rumah-
rumah sakit di Indonesia Namun, tidak dilengkapi dengan sistem pengendalian
polusi udara. Jika dibiarkan terus terjadi maka polusi udara akan makin
meningkat dengan sumbangan sampah B3 dari rumah sakit yang berbahaya.
(Suryanto et al., 2022).
Akibat hal tersebut, tidak sedikit pihak rumah sakit yang menyerahkan
Pengelolaan Sampah Medis yang kepada dengan Pihak Ketiga sebagai
Pengangkut dan pengelola lanjutan. Namun, seringkali limbah Rumah Sakit
dibuang bebas secara serampangan tanpa perhitungan, dibakar tak terkendali,
dan dikuburkan tidak bertanggung jawab, dan bahkan dibuang sembarangan
tanpa diolah terlebih dahulu, sehingga efek dari pengelolaan yang tidak
bertanggung jawab menyebabkan Pengelola internal Rumah Sakit atau Pihak
ketiga harus berhubungan/berurusan dengan masalah Hukum (Aini, 2019).
Selain limbah padat, limbah cair rumah sakit juga perlu diperhatikan
karena. Limbah cair rumah sakit dapat membahayakan ekosistem lingkungan di
sekitar rumah sakit bahkan lingkungan sekitar yang jauh lebih luas. Limbah cair
rumah sakit pada umumnya berasal dari kegiatan-kegiatan seperti pembedahan,
perawatan, poliklinik, laboratorium, laundry, farmasi, asrama, kantor , dan
dapur (Timpua & Pianaung, 2019). Air limbah yang dihasilkan oleh kegiatan
rumah sakit atau fasilitas pelayanan kesehatan yang lain merupakan salah satu
sumber pencemaran air yang sangat potensial karena mengandung senyawa
organik yang cukup tinggi, senyawa kimia lain yang berbahaya serta
mikroorganisme patogen yang berbahaya bagi kesehatan (Hasan &
Kadarusman, 2022).
Berdasarkan UU RI No. UU Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
Tahun 2009, suatu kegiatan diwajibkan mengolah dan mengelola limbah yang
dihasilkan dari kegiatannya denga tujuan untuk kelestarian fungsi lingkungan
hidup dan limbah yang diolah dan dirawat harus memenuhi persyaratan mutu.
Undang-Undang ini dapat dijadikan landasan bagi rumah sakit untuk mengolah
limbah yang dihasilkan sesuai baku mutu ekologis. Maka dari itu, rumah sakit
harus dan wajib membangun instalasi pengolahan air limbah yang mampu
menghasilkan air limbah yang ramah lingkungan dan memenuhi baku mutu. 
Berkaitan dengan pencemaran limbah rumah sakit. Kondisi global yang
baru saja diporak-porandakan oleh adanya pandemic juga turut menimbulkan
timbunan limbah yang besar. Pandemic Covid-19 menyebabkan beban ganda
berupa peningkatan sampah ditambah berkurangnya kapasitas petugas
kesehatan akibat jumlah pasien yang melonjak tinggi. Selain sampah APD,
limbah vaksin juga menjadi jenis sampah yang mengalami peningkatan
signifikan. Lebih dari 9 miliar dosis vaksin Covid-19 telah diberikan, mencakup
35% dari populasi global. Miliaran lagi direncanakan. Kegiatan ini semua
menghasilkan jumlah limbah yang sangat besar terkait Covid-19, yang
proporsinya berpotensi menular (WHO, 2022). Menurut data KLHK dalam
periode 1 tahun saja (2020 -2021) jumlah limbah medis yang dihasilkan
Fasyankes sebanyak 6.418 ton. Angka ini belum termasuk limbah medis dari
proses vaksinasi Covid-19 yang telah dimulai sejak Januari 2021 dan
ditargetkan menyasar 180 juta orang penduduk Indonesia.
Sementara itu, berdasarkan profil kesehatan Indonesia (2021) provinsi
Sulawesi Tengah berada pada peringkat 10 terkait pengelolaan limbah medis
yang dilakukan oleh fasyankes dengan persentase 31%. Angka ini bahkan
belum menyentuh setengah dari total fasyankes yang ada. Penelitian yang
dilakukan oleh (Zulhijah et al., 2022) mengenai sistem pengelolaan limbah
medis Covid-19 di UPT. RSUD Undata Provinsi Sulawesi Tengah
menyimpulkan sistem pengolahan limbah medis di RS tersebut belum sesuai
dengan pengolahan limbah medis menurut KEMENTERIAN KESEHATAN RI
TAHUN 2020, tentang Pedoman Pengelolaan Limbah Rumah sakit Rujukan,
Rumah sakit dan Puskesmas yang menangani pasien Covid-19 pengelolaan
yang seharusnya dilakukan sekurang-kurangnya 2x24 jam. Namun, kenyataanya
di RS Undata dilakukan 1 bulan sekali oleh pihak ketiga.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Pencemaran Dan pengolahan limbah rumah
sakit?
2. Bagaimana faktor penyebab Pencemaran Dan pengolahan limbah rumah
sakit?
3. Bagaimana solusi Pencemaran Dan pengolahan limbah rumah sakit?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui Pencemaran Dan pengolahan limbah rumah sakit!
2. Untuk mengetahui faktor Pencemaran Dan pengolahan limbah rumah sakit!
3. Untuk mengetahui solusi Pencemaran Dan pengolahan limbah rumah sakit!
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Ringkasan Kelompok Terjemahan
Rumah sakit merupakan kontributor utama penghasil air limbah dan
limbah padat dalam jumlah besar yang diproduksi oleh berbagai kegiatan dan
layanan. Negara-negara berpenghasilan tinggi menghasilkan air limbah dalam
jumlah yang relative tinggi daripada negara-negara berpenghasilan menengah
ke atas. Namun, negara berpenghasilan menengah atas dan bawah menghasilkan
lebih banyak sampah biomedis daripada negara berpenghasilan tinggi. Limbah
rumah sakit umumnya dicirikan oleh polutan fisikokimia, biologis, nutrisi, dan
organik yang berbeda-beda. Ditemukan konsentrasi air limbah rumah sakit 2-3
kali lebih tinggi daripada air limbah kota, sehingga perawatan air limbah rumah
sakit lebih menantang. Selain itu, air limbah rumah sakit juga mengandung
berbagai macam Emerging contaminant seperti senyawa aktif farmasi, , media
kontras, detergen, dan lain-lain. Selain itu karakteristik kandungan air limbah
rumah sakit berupa fisikokimia, mikrobiologis, logam berat, dan kontaminan
lainnya. Air limbah rumah sakit yang terdiri dari kontaminan bandel ini sering
dilepaskan ke saluran pembuangan lokal dan hanya sebagian yang diolah di
IPAL kota. Pembuangan emerging contaminant terus menerus dengan
konsentrasi tinggi ke berbagai badan air dapat menimbulkan ancaman serius
bagi spesies air dan manusia. Khusus air limbah rumah sakit memiliki 3 metode
pengolahan yang perlu dilakukan yakni:
1. Penanganan primer seperti koagulasi dan flokulasi kimia Mekanisme utama
yang terlibat dalam penghilangan mikropolutan selama pengolahan primer
adalah penyerapan. Oleh karena itu, hanya kontaminan dengan sifat
penyerapan yang lebih tinggi yang dihilangkan. perlakuan primer dapat
dianggap sebagai perlakuan yang efektif untuk menghilangkan padatan dan
bahan berminyak dari HWW (hospital waste water) dan juga mendukung
penyisihan BOD dan COD sampai batas tertentu. Namun, dalam banyak
kasus, proses pengolahan primer tidak secara efektif menghilangkan
Emergent contaminant (EC) dari air limbah.
2. Penanganan sekunder
a. Proses pengikatan suspensi secara konvensional
 Penggunaan lumpur aktif dan klorinasi untuk menghilangkan
senyawa secara farmasi. IPAL konvensional yang menggunakan
ASP, extended aeration, dan trickling filter dapat mencapai ratarata
PhACs removal sebesar 70–80% dari air limbah.
 Penggunaan lahan basah untuk mereduksi bahan organic dari air
limbah secara efisien. Efisiensi penyisihan yang tinggi masing-
masing sebesar 95,7% dan 83% untuk nitrogen amonia dan COD.
Sedangkan, sistem menunjukkan hasil yang beragam untuk
penghilangan PhACs dengan atenolol menunjukkan penghilangan
yang tinggi sebesar 94,6%, sedangkan diklofe nac, karbamazepin,
dan sulfametoksazol menunjukkan penghilangan yang buruk dengan
efisiensi masing-masing 36%, 12%, dan 50%. Sistem ini dapat
secara efektif menghilangkan TSS, BOD, COD, nitrogen amonia,
dan kontaminasi bakteri
 Membrane bioreactor sebagai proses biologis lanjutan telah
mendapat banyak perhatian dalam merawat HWW karena efisiensi
penghilangan organik dan EC yang tinggi. Sistem ini menunjukkan
hasil yang memuaskan dengan penghilangan rata-rata lebih dari 80%
untuk PhAC. Sistem ini menunjukkan hasil yang efektif untuk
penyisihan padatan dan bahan organik dengan efisiensi penyisihan
masing-masing sebesar 99%, 94,9%, 67%, dan 78,6% untuk TSS,
BOD, COD, dan TOC. PhAC seperti ibuprofen, naproxen,
trimethoprim, dan sulfamethoxazole dihilangkan dengan efisiensi
penyisihan rata-rata 85%, dengan ibuprofen menunjukkan
penyisihan tinggi lebih dari 99%
 Moving bed biofilm reactor mencapai penghilangan PhAC
(phamacautically active compunds) rata-rata lebih dari 70%, dengan
penghilangan tinggi (95%) terjadi untuk propranolol. Studi di atas
menunjukkan bahwa proses berbasis MBBR secara efisien
menghilangkan organik dan nutrisi dari HWW.
3. Metode perawatan lanjutan (tersier)
Proses oksidasi tingkat lanjut (UV, ozonisasi, RO dan lainnya),
filtrasi (reverse osmosis dan nanofiltration), dan proses berbasis adsorpsi
(karbon aktif) harus digunakan untuk menghilangkan kontaminan ini secara
efektif guna menjaga kesehatan masyarakat dan lingkungan.
Di antara unit perawatan yang dipertimbangkan dalam penelitian ini,
proses lumpur aktif dan membrane bioreaktor ditemukan paling efektif.
Kinerja unit-unit ini ditingkatkan ketika metode perawatan tersier seperti
ozonisasi, perawatan UV, CWAO (catalyc wet air oxidation), Fenton dan
oksidasi foto-Fenton, NF/RO, dan PAC (powder activation carbon)
digabungkan dengannya untuk membentuk sistem hibrida. Namun, sebagian
besar teknik pengolahan tersier ini umumnya digunakan sebagai unit
pemoles dalam pengolahan air limbah rumah sakit karena tidak dapat
menghasilkan hasil yang memuaskan kecuali air limbahnya diolah terlebih
dahulu. Selain itu, metode perawatan ini mahal, dan pemantauan rutin
terhadap operasi dan pemeliharaan diperlukan.
Gambar 1 Sampah biomedis yang dihasilkan di antara negara-negara dan metode
pengolahannya

Selain pembuangan air limbah, rumah sakit membuang limbah padat


berbahaya dalam jumlah besar. Berbagai macam limbah berbahaya yang
dihasilkan oleh rumah sakit telah diklasifikasikan ke dalam beberapa sub-
kategori, seperti limbah infeksius, limbah patologis, benda tajam, limbah
farmasi, limbah genotoksik dan sitotoksik, limbah kimia, dan limbah
radioaktif.
Pada saat pandemic Covid-19, terjadi peningkatan produksi air
limbah sebesar 15%-18% yang berimplikasi pada meningkatnya permintaan
air. Pemantauan limbah dapat memungkinkan deteksi dini masuknya virus
ke masyarakat. Karena urin dan feses pasien dapat menjadi cara lain yang
mungkin dalam penularan virus. Selain itu, jumlah generasi BMW
(biomedical waste) juga telah meningkat signifikan dalam dua tahun
terakhir akibat pandemi Covid-19. Penanganan yang salah dan pembuangan
BMW yang sangat menular seperti itu dapat menyebabkan infeksi parah dan
penyakit mematikan.
Oleh karena itu, penanganan yang tepat dan tindakan yang tepat
harus diambil untuk pembuangan yang aman. Sebagian besar negara
menengah ke bawah menjadi Kontributor utama BMW. Selain itu, ulasan ini
juga menekankan kepedulian lingkungan BMW yang ditimbulkan oleh
berbagai metode yang digunakan untuk pembuangannya. Metode ini
melepaskan sejumlah besar bahan kimia dan asap beracun, seperti pelarut,
asam, dioksin, furan, dll., ke lingkungan, mengakibatkan polusi tanah dan
air tanah. Akibatnya, diperlukan penelitian lebih lanjut untuk memastikan
bahwa BMW dikelola dan dibuang dengan benar, karena sangat berbahaya
bagi lingkungan dan manusia. Masing-masing negara memiliki pedoman
teknis dalam pengelolaan limbah medis dan non-medis pada saat pandemic
Covid-19.

Di tengah pandemic Covid-19, limbah infeksius akibat banyak nya


pasien di Rumah sakit semakin meningkat. Kementerian Lingkungan Hidup dan
Kehutanan RI Memprediksi terdapat peningkatan 30% limbah infeksius selama
pandemic Covid-19 Dibandingkan dengan sebelum pandemic. Saat ini di pantai
maupun di sungai Terdapat banyak sampah masker sebagai contoh Limbah
Infeksius, surat edaran.
Kementerian Lingkungan Hidup tentang Pengelolaan Limbah Infeksius
(Limbah B3) Dan sampah Rumah Tangga dari Penanganan Corona Virus
Disease (Covid 19MengkategorikanLimbah Infeksius bukan saja berasal dari
fasilitas pelayanan Kesehatan tapi juga dari rumah tangga yang terdapat orang
dalam pemantauan (ODP) maupun Pasien dalam Pemantauan (PDP) serta
sampah rumah tangga dan sampah sejenis sampah rumah tangga. Pada saat
pandemic Covid 19 ini banyak sekali sampah masker dan sarung tangan sekali
pakai, hal tersebut dapat mencemari lingkungan serta mengancam ribuan
petugas sampah maupun warga lainnya. Kendala pengelolaan limbah infeksius
di tengah pandemic Covid 19 ini perlu penanganan yang lebih serius. Untuk
Rumah Sakit di seluruh Indonesia hanya ada 100 RS yang mempunyai
incinerator sesuai standart dan punya izin. Padahal pengelolaan limbah infeksius
sangat penting pada masa Covid 19
Cara Penanganan Limbah Klinis dan Biologis:
1. Pemisahan
2. Penampungan
3. Pengankutan
4. Pemilahan dan pengurangan
LL Bernard memberikan pembagian lingkungan ke dalam bagian besar, yakni:
1. Lingkungan fisik atau organik, yakni lingkungan yang terdiri dari Gaya
kosmik atau fisiogeografis seperti tanah, udara, laut, radiasi, Gaya tarik,
ombak, dan sebagainya
2. Lingkungan biologi atau organik, yakni segala sesuatu yang bersifat Biotis
berupa mikroorganisme, parasit, hewan, tumbuh-tumbuhan. Termaksud
disini juga lingkungan prenatal dari proses-proses biologi Sepertireproduksi,
pertumbuhan dan sebagainya.
3. Lingkungan sosial
4. Lingkungan komposit, yaitu lingkungan yang diatur secara Institisional
berupa lembaga-lembaga masyarakat, baik yang terdapat Di daerah, kota
atau desa.

Pandemi virus Corona (COVID-19) telah menjadi ancaman dan


tantangan global yang besarWabah penyakit coronavirus ditemukan di Kota
Wuhan, Provinsi Hubei, Cina pada awal Desember 2019. Pada akhir Januari
2020, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan wabah tersebut sebagai
darurat kesehatan masyarakat yang menjadi perhatian internasional dan
kemudian menyatakannya sebagai pandemi di Maret 2020 [1–3]. Pada Mei
2020. Seperti halnya negara-negara lain di dunia, Australia juga tidak terlepas
dari dampak pandemi COVID-19. Empat kasus pertama COVID-19 di Australia
terdeteksi pada 25 Januari 2020. Hingga 15 Agustus 2021, terdapat 38.657
kasus COVID-19 yang dikonfirmasi dan 953 kematian sementara dosis vaksin
telah diberikan. Saat Australia menanggapi masalah dan tantangan yang terkait
dengan pandemi COVID-19, pengelolaan limbah medis yang dihasilkan dari
COVID-19 telah menjadi perhatian utama. Dengan meningkatnya jumlah kasus
terkonfirmasi di Australia, jumlah limbah COVID-19 yang dihasilkan di tempat
pengujian, rumah sakit, rumah tangga, fasilitas karantina, dan fasilitas
perawatan lanjut usia/cacat telah meningkat secara eksponensial. Selain limbah
medis yang dihasilkan dari sumber-sumber ini, penggunaan alat pelindung diri
(APD) secara ekstensif (jubah sekali pakai, masker wajah/pelindung wajah,
celemek, sarung tangan, kacamata, pembersih, benda tajam, dan jarum suntik)
telah menambah jumlah yang meningkat. limbah medis dari pandemi COVID-
19. Karena COVID-19 dapat bertahan di permukaan dan benda dari beberapa
jam hingga beberapa hari, APD dianggap sebagai limbah infeksius dan
diperlakukan sebagai limbah medis atau limbah berbahaya.Dengan demikian,
sifat darurat pandemi dan tindakan tanggap yang mengikutinya telah
menciptakan jumlah limbah COVID-19 yang menular dalam jumlah yang
sangat besar. Ini menjamin kebutuhan untuk memeriksa praktik manajemen dan
pembuangan yang diterapkan di Australia untuk mengelola virus secara efektif.
Penelitian sebelumnya menyatakan bahwa penularan dan penyebaran virus
dapat meningkat akibat pengelolaan dan pembuangan limbah medis yang
dihasilkan dari COVID-19 yang tidak tepat. Akibatnya, memastikan bahwa
limbah COVID-19 dibuang secara efisien dan aman telah menjadi bagian
penting dari perang melawan pandemi.
Pengertian dan Klasifikasi Limbah Medis
Limbah medis dihasilkan dari hasil diagnosa, perawatan, atau imunisasi
pada manusia dan hewan. Menurut WHO [1] dan EPA South Australia [44],
limbah medis didefinisikan sebagai limbah yang terdiri dari bahan apa pun yang
dibuang selama praktik medis, gigi, kedokteran hewan, atau penelitian dan yang
menimbulkan risiko signifikan bagi kesehatan. dari seseorang yang datang ke
dalam kontak dengan itu. Limbah medis yang dihasilkan dari kegiatan
pelayanan kesehatan meliputi jarum dan alat suntik, pembalut kotor, bagian
tubuh, sampel diagnostik, darah, bahan kimia, obat-obatan, alat kesehatan, dan
bahan radioaktif. Limbah medis diklasifikasikan menjadi dua kategori, yaitu
limbah berbahaya dan tidak berbahaya. Klasifikasi limbah medis menunjukkan
bahwa (a) dari total limbah yang dihasilkan dari kegiatan pelayanan kesehatan,
sekitar 80% merupakan limbah umum; (b) 20% sisanya dianggap bahan
berbahaya yang mungkin menular, beracun, atau radioaktif ; (c) sekitar 16 juta
suntikan diberikan setiap tahun di seluruh dunia dan limbah yang dihasilkan
tidak dibuang dengan benar; dan (d) limbah medis mengandung mikro
organisme berbahaya yang dapat menginfeksi pasien rumah sakit, petugas
kesehatan, dan masyarakat umum. Limbah berbahaya dikategorikan
berdasarkan risiko infeksi dan cedera selama proses pengelolaan dan
pembuangannya. Kategori ini termasuk benda tajam (pisau dan jarum
terkontaminasi), limbah infeksius (darah, cairan tubuh, dan pembalut), dan
limbah patologis (kultur mikrobiologi, sampel darah, dan bagian tubuh
anatomi . Limbah berbahaya (menular) seringkali mengandung patogen seperti
bakteri, jamur, virus, dan parasit dalam konsentrasi yang memadai, dan dapat
menyebabkan penyakit pada inang yang rentan.
Pedoman Pengelolaan Limbah Medis
Saat Ini dari Badan Pengatur pedoman membantu mengelola limbah
COVID-19 yang sangat menular yang berasal dari pandemi saat ini .Secara
global, sektor pengelolaan dan daur ulang limbah sangat terpengaruh oleh
pandemi COVID-19 saat ini karena karantina skala besar, perawatan pasien,
diagnosis, perawatan , dan isolasi .Sementara sumber utama limbah medis dari
COVID-19 berasal dari fasilitas kesehatan seperti rumah sakit dan laboratorium,
sumber lain dapat berupa fasilitas karantina rumah, fasilitas sementara, pusat
pengumpulan dan pengujian sampel, kuburan, dan krematorium . Karena limbah
medis yang sangat besar yang dihasilkan selama pandemi saat ini, WHO dan
organisasi internasional lainnya termasuk Pusat Pencegahan dan Pengendalian
Penyakit Eropa (ECDC), Administrasi Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Amerika Serikat (OSHA), Pusat Regional Konvensi Basel untuk Asia dan
Pacific, dan Central Pollution Control Board (CPCB) telah memberikan
panduan dan praktik untuk mengelola limbah medis termasuk limbah COVID-
19 untuk mencegah dan/ atau mengurangi risiko infeksi.
Praktik Pengelolaan dan Pembuangan Limbah COVID-19 di Australia
Karena virus COVID-19 terus menyebar secara global, organisasi
internasional seperti WHO dan UNEP telah menekankan perlunya mengelola
dan membuang limbah medis dari COVID-19 dengan hatihati untuk
meminimalkan risiko penularan virus tanpa henti. Dengan perintah tinggal di
rumah Australia dan penguncian ketat di beberapa negara bagian dan teritori,
negara ini menghadapi peningkatan limbah rumah tangga dan medis. Hal ini
telah menciptakan tantangan dan memberikan tekanan yang sangat besar pada
badan pengelolaan dan pembuangan limbah.
Dampak Lingkungan dan Kesehatan Masyarakat
Pandemi COVID-19 berdampak pada lingkungan dan kesehatan
masyarakat baik secara langsung maupun tidak langsung, dan menilai dampak
ini merupakan tugas yang sangat besar. Dampak lingkungan akibat pandemi
saat ini meliputi perubahan (a) tren lalu lintas dan mobilitas , (b) polusi udara,
(c) tingkat kebisingan dan polusi, dan (d) timbulan limbah. Di seluruh dunia,
penguncian dan pembatasan juga menyebabkan pengurangan emisi global dan
secara drastis mengubah pola permintaan energi. Namun, terlepas dari dampak
sosial ekonomi yang merugikan, COVID-19 dalam beberapa kasus dianggap
sebagai berkah tersembunyi karena secara efektif mengurangi tingkat
pencemaran lingkungan [92]. Misalnya, perjalanan udara turun ke level
terendah dalam 75 tahun sekitar 96%, menghasilkan pengurangan pencemaran
lingkungan hingga 30% dengan dampak positif pada kualitas
lingkungan .Seperti halnya sektor transportasi, pabrik dan pabrik industri yang
secara signifikan berkontribusi terhadap pencemaran lingkungan mengalami
penurunan aktivitas dan pengurangan emisi akibat pembatasan aktivitas
ekonomi.

Rumah sakit memainkan peran penting dalam kesejahteraan manusia


melalui layanan kesehatan yang mereka berikan, tetapi mereka juga
bertanggung jawab untuk menghasilkan air limbah dalam jumlah besar (Parida
et al., 2022). Di negara maju, rumah sakit menghasilkan 400–1200 L air limbah/
tempat tidur/hari, sementara di negara berkembang rumah sakit menghasilkan
200–400 L/kapita/hari dibandingkan dengan 100–400 L/kapita/hari dari jumlah
air limbah domestik (Kumari et al., 2020). Air limbah rumah sakit sifatnya
berbeda dengan air limbah dari sumber lain (El Morabet et al., 2020).
Kompleksitas air limbah jenis ini telah menjadi masalah global karena stabilitas
dan persistensinya di lingkungan (Rodriguez-Moza dan Weinberg, 2010;
Verlicchiet al., 2015). Selain itu, ukuran rumah sakit sangat mempengaruhi sifat
dan volume limbah cair dan padat rumah sakit.
Metode pengolahan air limbah rumah sakit bervariasi di berbagai
wilayah di dunia. Di kebanyakan dari mereka, dibuang tanpa diatur ke sistem
drainase perkotaan dan akhirnya dilepaskan ke instalasi pengolahan air limbah
kota, di mana limbahnya dicampur sebelum pengolahan akhir (Khan et al.,
2021a). Saat ini, penelitian mengungkapkan bahwa toksisitas intrinsik limbah
rumah sakit bisa 5 hingga 15 kali lebih tinggi daripada limbah perkotaan, serta
potensi penghambatan lumpur aktif dari instalasi pengolahan air limbah
(Kumari et al., 2020). Nasib polutan organik yang muncul di berbagai belahan
dunia meliputi cekungan air tawar, aliran air limbah, danau, sungai, waduk,
muara, dan perairan laut (Ooi et al., 2018).
Sebagai aturan umum, untuk menilai tingkat kontaminasi sampel air
limbah standar, undan-gundang menyetujui indikator fisikokimia dasar (suhu,
pH, total padatan tersuspensi, kebutuhan oksigen kimia, kebutuhan oksigen
biokimia, nitrogen total, klorin total, halogen organik yang dapat diserap,
desinfektan, deterjen, logam berat, koliform total dan tinja,Escherichia coli, dll.)
dan menetapkan bahwa mereka perlu diuji sebelum dibuang. Namun, efisiensi
sistem pengolahan air limbah dievaluasi berdasarkan kemampuannya untuk
membawa indikator ini ke tingkat yang dapat diterima Di dalam konteks ini,
efisiensi penghilangan polutan organik dan biologis dari instalasi
Karakterisasi parameter fisikokimia dan mikrobiologi air limbah rumah sakit
tanpa desinfeksasi
Sehubungan dengan koliform tinja, perbedaan yang signifikan (p < 0,05)
dicatat selama proses menurut konsentrasi rata-rata dan laju aliran . Dalam limbah
tangki sedimentasi, diamati penurunan yang signigikan dari fecal coliform. Penurunan
ini mengungkapkan aadnya mikroorganisme lain yang mendukung penguraian polutan
organic yang meningkatkan proses eliminasi senyawa biogenic hal ini sesuai dengan
hasil yang menunjukkan bahwa konsentrasi BOD yang diukur dalam limbah rumah
sakit (10 hingga 18,44 mg/ml) cukup rendah dibandingkan dengan limbah perkotaan
(100 mg/ml)
Pengolahan air limbah rumah sakit dengan aplikasi residu klorin
Hasil SS dan BOD untuk perlakuan 3 dan 4 L/s dengan residu klorin 0,5 ppm
menghilangkan konsentrasi yang signifikan dari parameter ini. Hasilnya menunjukkan
bahwa SS, BOD, dan fecal coliform menunjukkan nilai di bawah batas maksimum
yang diizinkan untuk limbah rumah sakit (masing-masing 150 mg/L, 100 mg/L, dan
fecal coliform 10.000 MPN/100 ml) (Khan et al., 2021b) . Perilaku ini mungkin
disebabkan oleh aktivitas antimikroba dari residu antibiotik dan desinfektan yang
terdapat dalam limbah rumah sakit. Selain itu, pada konsentrasi residu klorin dan tiga
laju aliran ini, diamati penghilangan koliform tinja yang signifikan. Namun, BOD
dalam air keluar dari tiga perlakuan pada 5 L/s lebih tinggi daripada aliran lainnya. Di
samping itu, pembuangan air limbah rumah sakit dengan konsentrasi BOD di atas batas
maksimum yang diijinkan dapat mempengaruhi kesehatan ekologi badan air penerima
(Agboola et al., 2016; Al-Kubaisi et al., 2021). Oleh karena itu, penambahan klorin
dalam air olahan diperlukan untuk menghilangkan bakteri patogen (Verlicchi et al.,
2015) dan menjaga keamanan untuk digunakan kembali (Desye et al., 2021). Meski
kurang efektif dalam membasmi virus, karena memiliki toleransi yang lebih tinggi
terhadap senyawa klorin dibanding bakteri.

Di negara berkembang, klorinasi langsung atau pengolahan primer yang diikuti


dengan klorinasi adalah metode yang paling umum digunakan untuk mengolah dan,
khususnya, mendisinfeksi limbah rumah sakit untuk mencegah penyebaran
mikroorganisme patogen. Studi ini menyelidiki efisiensi penyisihan SS, BOD dan FC
air limbah rumah sakit dengan metode lumpur aktif dengan laju alir 3 L/s, 4 L/s dan 5
L/s dalam dua reaktor paralel dan penerapan natrium hipoklorit dalam ruang desinfeksi.
pada 0,3 ppm, 0,4 ppm dan 0,5 ppm. Efisiensi penyisihan SS tertinggi tercatat pada
perlakuan dengan laju alir 3 L/s pada residu klorin 0,5 ppm (> 90%), BOD pada laju
alir dengan 3 L/s pada residu klorin 0,4 ppm dan FC pada perlakuan. dengan tiga laju
alir yang dipelajari pada residu klorin 0,5 ppm. Lebih jauh studi diperlukan dengan
jumlah parameter yang lebih banyak untuk dievaluasi dalam air limbah rumah sakit
untuk menentukan dampaknya terhadap efisiensi pembuangan

Pengelolaan sampah plastik terkenal sulit, dengan banyak metode untuk


pemisahan dan pemulihan dan tidak ada konsensus tentang strategi yang
optimal (Rigamonti,et al., 2014). Selain itu, sementara pengelolaan limbah
adalah masalah global, berbagai negara berada pada berbagai tahap kemajuan
dalam pengembangan dan penerapan praktik berkelanjutan, dengan kota dan
wilayah menerapkan strategi yang sesuai dengan kebutuhan khusus mereka
(ElSaid,dan Aghezzaf,2018). Uni Eropa (UE) dipandang sebagai pemimpin
dunia dalam pendekatannya, karena pengenalan Hierarki Sampah melalui
Petunjuk Kerangka Kerja Sampah menghasilkan pengalihan TPA dan
peningkatan pengelolaan sampah di seluruh negara anggota. Paket Ekonomi
Sirkuler Eropa 2015 selanjutnya menegaskan kembali Hirarki Limbah,
menekankan penggunaan kembali, daur ulang, dan pengalihan berkelanjutan
dari TPA (Marin et al., 2018).
Hirarki Limbah menggambarkan kerugian lingkungan relatif dari
berbagai metode pengelolaan limbah untuk mempromosikan penerapan strategi
yang tidak terlalu merusak. Ini terdiri dari lima tingkatan, dimulai dengan
pencegahan sebagai prioritas tertinggi di puncak piramida, diikuti dengan
pengurangan preferensi dengan persiapan penggunaan kembali, daur ulang, dan
pemulihan. Pembuangan diposisikan pada tingkat terendah dari piramida
dianggap hanya sebagai upaya terakhir (DEFRA, 2011). Dalam ekonomi
sirkular, limbah dan polusi dirancang dari sistem, sementara produk dan bahan
tetap digunakan selama mungkin melalui berbagi, menggunakan kembali,
memperbaiki, dan mendaur ulang, dan sistem alami diberi ruang untuk pulih
dan beregenerasi (Parlemen Eropa, 2016). Menurut prinsip ekonomi sirkular,
semakin tinggi proses Hirarki Sampah, semakin tinggi tingkat sirkularitas yang
dipromosikannya (DEFRA, 2011).
Rencana Aksi Ekonomi Edaran Komisi Eropa mengakui plastic sebagai
prioritas utama (Komisi Eropa, 2020), dan Strategi Eropa untuk Plastik dalam
Ekonomi Sirkular mengidentifikasi konsumen sebagai "pemain kunci" yang
harus "menyadari perlunya menghindari pemborosan, dan membuat pilihan
yang sesuai" (Komisi Eropa, 2018). Sementara perhatian populer telah
difokuskan pada kemasan plastic untuk bahan habis pakai yang terlihat oleh
mata publik (Burgess et al., 2021), ada area lain dalam kehidupan sehari-hari di
mana lebih sedikit cahaya yang ditumpahkan dan di mana daya beli individu
memiliki kontrol yang terbatas (Gibbens, 2019).
Kerangka kerja yang menggabungkan Hirarki Sampah dengan Tingkat
Kesiapan Teknologi (kerangka WH-TRL) dikembangkan untuk menilai semua
strategi pengelolaan sampah yang teridentifikasi dalam sumber-sumber
sekunder.
 Mengidentifikasi sastra
Pencarian literatur diselesaikan di database berikut: Scopus, Science Direct
dan Web of Knowledge, pada Agustus 2019 dan, sebagai pembaruan, pada
Oktober 2020. Untuk mencapai tujuan studi ini, makalah ini terlebih dahulu
mengidentifikasi artikel yang berkaitan dengan generasi dan manajemen
sampah plastik di lingkungan rumah sakit. Di sini, pencarian basis data
ditargetkan pada judul artikel, abstrak, dan kata kunci, dengan string
pencarian Boolean berikut: (limbah plastik) dan (rumah sakit, medis atau
klinik) dan (pengelolaan limbah). Perincian jumlah klik untuk setiap basis
data yang menggunakan string pencarian ini ditampilkan di Tabel 1. Secara
total, 339 artikel ditemukan dan kutipan diimpor ke perangkat lunak
manajemen referensi, EndNote X9 (Clarivate Analytics). Teks lengkap (182
artikel) kemudian diunduh, baik melalui akses terbuka maupun akses
kelembagaan, tidak termasuk referensi yang tidak tersedia teks lengkapnya
 Ekstraksi dan pemetaan data
Konten dokumen yang dipilih dipetakan menggunakan Excel 2016
(Microsoft), di mana informasi bibliografi dan kontekstual (kutipan lengkap
dengan nomor halaman) pertama kali diekstraksi. Informasi bibliografi
meliputi nama penulis, tanggal publikasi, judul artikel, dan nama jurnal atau
sumber tempat artikel diterbitkan. Informasi kontekstual mencakup wilayah
geografis ditambah rujukan ke Undang-Undang, atau peraturan setempat
yang dibuat dalam dokumen
 Analisis data, dan pengembangan kerangka penilaian
Informasi yang diekstraksi dianalisis untuk menyajikan gambaran umum
tentang studi yang disertakan, untuk menentukan apa, dan berapa banyak,
produk plastik yang digunakan dan dibuang di lingkungan rumah sakit, dan
untuk menyoroti perbedaan kebijakan limbah menurut negara.
Menggunakan laporan Situasi dan Prospek Ekonomi Dunia PBB 2019
(PBB,2019), setiap artikel dikategorikan, berdasarkan negara studi, sebagai
maju atau berkembang. Kategori ini mencerminkan kondisi ekonomi dasar

Pandemi COVID-19 berdampak signifikan terhadap infrastruktur


persampahan, karena berubah Pandemi COVID-19 berdampak signifikan
terhadap infrastruktur persampahan, karena dinamika timbulan sampah di luar
kemampuan pengelolaan sampah yang ada mengubah dinamika timbulan
sampah di luar kemampuan sistem limbah yang ada.
Penggunaan satu set APD lengkap, termasuk sarung tangan, masker
wajah, penutup kepala, kacamata, gaun bedah, dan penutup sepatu, diwajibkan
bagi semua pekerja layanan kesehatan dan garis depan untuk meminimalkan
risiko terkait. Selama tahap awal pandemi COVID-19, Organisasi Kesehatan
Dunia memperkirakan permintaan global sebesar 89 juta masker medis, 76 juta
sarung tangan pemeriksaan, dan 1,6 juta kacamata pelindung per bulan untuk
profesional kesehatan Studi lain memperkirakan permintaan bulanan global
sekitar 129 miliar masker wajah dan 65 miliar sarung tangan [28]. Penggunaan
APD pada masa pandemi tidak hanya meningkatkan kuantitas limbah medis,
tetapi juga mengubah kepadatan rata-rata limbah medis [15]. Masker sekali
pakai, masker N95, dan APD sekali pakai lainnya, seperti gaun bedah dan kaca
mata, sebagian besar terbuat dari plastik (>80%), seringkali mengandung
polipropilena, poliuretan, atau poliakrilonitril. Oleh karena itu, pembuangan
limbah medis COVID-19 yang tidak tepat juga berkontribusi terhadap polusi
plastik.
Penguncian, perintah tinggal di rumah, larangan bepergian, dan PHK
pekerja menyebabkan peningkatan timbulan limbah non-medis di sebagian
besar kota. Aliran limbah non medis mengacu pada aliran limbah umum
lainnya, termasuk limbah pemukiman; limbah industri, komersial, dan
kelembagaan (ICI); dan limbah konstruksi, renovasi, dan pembongkaran (CRD).
Peningkatan limbah rumah tangga terkait dengan tingkat konsumsi yang lebih
tinggi, termasuk pembelian makanan dalam jumlah besar, pembelian panik
produk pembersih dan pembersih, pesanan online, dan kemasan terkait.
Keterbatasan sumber daya dan pilihan teknologi, serta kemampuan dan
kemampuan beradaptasi yang terbatas Sistem penghasil, pengumpulan,
pengangkutan, dan pembuangan limbah yang ada untuk mengelola peningkatan
volume limbah layanan kesehatan diidentifikasi sebagai beberapa tantangan
utama dalam menangani limbah terkait COVID-19.
Pengolahan limbah non-medis rumah sakit
Sistem pengelolaan sampah diatur dalam bentuk jaringan, karena
meliputi jaringan pendukung (jalan, bangunan seperti fasilitas insinerasi, pusat
penyimpanan, utilitas, dll) yang terdiri dari beberapa titik atau simpul dan
jaringan. Hubungan ini bersifat dua arah: setiap sistem infrastruktur dalam
sistem perkotaan menghasilkan beberapa jenis limbah, sedangkan infrastruktur
limbah juga bergantung pada semua infrastruktur lainnya. Sarana pengolahan
limbah sendiri berupa bangunan fisik; TPA bersaing dengan infrastruktur lain
untuk mendapatkan ruang; pengumpulan sampah mengandalkan truk dan
angkutan; dan fasilitas pemilahan membutuhkan energi.
Satu kegiatan atau strategi saja tidak cukup untuk memitigasi risiko yang
terkait dengan limbah secara efektif. Menggunakan kombinasi dari banyak
kegiatan yang diwakili dalam model pengelolaan sampah terpadu (ISWM) bisa
menjadi pendekatan terbaik. ISWM merupakan pendekatan strategis untuk
pengelolaan limbah padat yang berkelanjutan, yang mencakup semua sumber,
aktivitas, dan aspek yang terkait dengan pengelolaan limbah. Dalam konteks ini,
hierarki ISWM mengacu pada lima R pengurangan limbah pada sumbernya,
penggunaan kembali produk, bahan daur ulang, pemulihan energi, dan
pengelolaan sisa, dan dapat dianggap sebagai alat yang efektif. Pendekatan ini
mempromosikan pendekatan pengelolaan limbah proaktif yang tidak terlalu
rumit, di mana mengantisipasi masalah dan mencegahnya terjadi dengan
menghasilkan lebih sedikit limbah atau nol limbah, berlawanan dengan
pendekatan reaktif yang lebih rumit untuk bereaksi terhadap masalah yang
muncul dengan pengolahan akhir limbah.
Praktik yang umum digunakan untuk menangani jumlah limbah
tambahan termasuk penyimpanan sementara yang aman dan pengolahan
sementara, dengan menyediakan sistem alternatif seperti insinerasi bergerak
atau autoklaf dan Untuk pembuangan TPA, limbah padat harus diubah menjadi
non-patogen melalui proses sanitasi kimiawi atau termal di lokasi sebelum
dikirim ke TPA ini berlaku untuk limbah medis sedangkan untuk limbah non-
medisnya akan dikumpulkan di TPS yang kemudian akan dibawa ke TPA
bersama dengan limbah medis yang telah di proses menjadi non-patogen untuk
di proses lebih lanjut.
Selain itu model dan alat prediksi limbah layanan kesehatan yang
ditingkatkan, ditambah dengan indikator ekonomi terkait dan elemen sosial,
seperti model regresi multi-level non-linier, akan berguna dalam perencanaan,
perancangan, alokasi dan optimalisasi anggaran, serta meningkatkan
keberlanjutan di sektor pengelolaan limbah kesehatan. Prakiraan tren limbah
yang akurat menggunakan alat yang disempurnakan AI akan memainkan peran
kunci dalam pengambilan keputusan dalam pengelolaan permintaan limbah dan
optimalisasi rute dan frekuensi pengumpulan limbah, memberikan banyak
manfaat lingkungan dan ekonomi. Beberapa contoh penerapan teknik berbasis
AI dalam pengelolaan limbah termasuk tempat sampah daur ulang yang cerdas,
sistem pemilahan otomatis, robot pengumpul limbah, dan truk pengumpul
limbah otonom.

Limbah layanan kesehatan dapat didefinisikan sebagai limbah yang


dihasilkan oleh kegiatan perawatan kesehatan. Mungkin juga dikenal sebagai
limbah medis, limbah rumah sakit atau limbah infeksius. Sumber utama
meliputi rumah sakit, Pos Kesehatan, layanan perawatan medis darurat, pusat
kesehatan dan apotik, klinik kebidanan dan bersalin, klinik rawat jalan, dan
sejenisnya. Sumber lain adalah klinik gigi, rumah sakit jiwa, tindik telinga
kosmetik dan salon tato, dan pengguna obat-obatan terlarang.
Limbah Patologis
Jaringan manusia termasuk plasenta, bagian tubuh, darah dan janin.
Limbah anatomi adalah subkelompok limbah patologis dan terdiri dari bagian
tubuh yang dapat dikenali. Benda tajam: jarum, set infus, pisau bedah, pisau dan
pecahan kaca. Limbah farmasi: obat-obatan kadaluwarsa atau tidak diperlukan
lagi; barang yang terkontaminasi oleh atau berisi botol dan kotak obat-obatan.
Limbah genotoksik: zat dengan sifat genotoksik artinya dapat menyebabkan
kerusakan genetik seperti obat-obatan tertentu dan bahan kimia genotoksik.
Limbah Kimia
Limbah yang mengandung bahan kimia seperti reagen laboratorium,
film developer, desinfektan yang kadaluwarsa atau tidak diperlukan lagi, dan
pelarut. Limbah dengan kandungan logam berat yang tinggi: termasuk baterai,
termometer rusak, alat pengukur tekanan darah, dll. Wadah bertekanan: tabung
gas, selongsong gas, dan kaleng aerosol. Limbah radioaktif: mengandung zat
radioaktif dari penelitian radioterapi atau laboratorium.
Limbah Kesehatan
Limbah kesehatan bervariasi jenisnya dan jumlah yang dihasilkan
semakin meningkat setiap tahunnya. Apalagi jika jumlahnya sedikit atau tidak
ada pemisahan limbah non-B3 dan limbah B3, tidak dapat dihindari bahwa
komponen limbah umum akan terkontaminasi dan selanjutnya harus dianggap
sebagai B3. Setiap orang di komunitas berpotensi berisiko terpapar limbah
layanan kesehatan, termasuk orang-orang di dalam fasilitas layanan kesehatan
dan mereka yang mungkin terpapar limbah tersebut akibat pengelolaan limbah
yang buruk.
Pengelolaan Limbah Layanan Kesehatan Berbahaya
Tujuan pengelolaan limbah layanan kesehatan adalah untuk menampung
limbah infeksius dan mengurangi risiko terhadap kesehatan masyarakat.
Langkah-langkah untuk mencapai tujuan ini meliputi minimalisasi limbah,
identifikasi dan pemisahan, daur ulang, pengemasan yang memadai,
penanganan dan penyimpanan, serta pengolahan dan pembuangan yang tepat.
Penanganan Limbah
Ada sejumlah pedoman dasar untuk penanganan sampah. Semua limbah
layanan kesehatan harus dipisahkan dan ditempatkan ke tempat sampah oleh
orang yang menghasilkan limbah di tempat limbah dihasilkan. Semua
pemisahan, pengemasan, dan pelabelan limbah layanan kesehatan khusus perlu
dijelaskan kepada staf medis dan pendukung. Informasi harus ditampilkan
dalam bagan di dinding setiap ruangan. Gerobak dan wadah daur ulang yang
digunakan untuk pengangkutan limbah layanan kesehatan harus didesinfeksi
setelah digunakan. Staf sanitasi dan penyapu harus mengenakan pakaian
pelindung yang tepat setiap saat saat menangani limbah infeksius termasuk
masker wajah, celemek, sepatu bot, dan sarung tangan tugas berat, sesuai
kebutuhan.
Minimisasi Limbah
Minimisasi limbah adalah langkah pertama dan paling penting dalam
setiap rencana pengelolaan limbah. Meminimalkan jumlah limbah yang
dihasilkan akan membantu lingkungan dengan mengurangi jumlah limbah yang
dibuang atau dibakar di insinerator, dan akibatnya mengurangi polusi udara.
Untuk meminimalkan limbah secara efektif, petugas kesehatan harus selalu
ingat bahwa bahan dan perlengkapan yang dibeli harus tidak menghasilkan atau
meminimalkan limbah. Namun, penting untuk dicatat bahwa meminimalkan
limbah tidak boleh dilakukan jika membahayakan perawatan pasien atau
menimbulkan risiko infeksi lainnya.
Pemisahan limbah layanan kesehatan
Segregasi adalah proses memisahkan berbagai kategori sampah. Limbah
layanan kesehatan biasanya dipisahkan ke dalam kantong atau tempat sampah
berkode warna. Ini harus dilakukan di sumbernya ketika limbah dibuat.
Seharusnya petugas kesehatan.
Berdasarkan jenis bahaya yang terlibat, kode warna dan jenis wadah
yang berbeda ditetapkan dan harus digunakan sebagai berikut:
 Hitam: semua tempat sampah atau kantong berisi limbah perawatan
kesehatan yang tidak berbahaya.
 Kuning: segala jenis wadah yang diisi dengan segala jenis limbah perawatan
kesehatan menular, termasuk kotak pengaman kuning untuk benda tajam.
 Merah: segala jenis wadah yang diisi dengan logam berat atau limbah.
 Putih: Wadah atau tempat sampah apa pun yang diisi dengan botol obat,
ampul, atau botol kaca untuk daur ulang atau penggunaan kembali kaca.
Perlu juga dicatat bahwa di Pos Kesehatan terbatas sumber daya, wadah
merah dapat dihilangkan dan logam berat serta limbah lainnya dapat ditangani
seperti limbah infeksius lainnya menggunakan wadah kuning. Namun, jangan
lupa bahwa logam berat dan limbah lainnya tidak boleh dibakar di tempat
pembuangan akhir.
Pembuangan Akhir: Lubang Pemakaman
Lubang penguburan dapat diterima untuk beberapa limbah tetapi
idealnya, harus ada lubang terpisah untuk limbah perawatan kesehatan umum
dan limbah perawatan kesehatan yang berbahaya. Sampah umum dapat
diangkut ke lubang sampah masyarakat, jika ada. Lubang pemakaman untuk
limbah berbahaya harus dipagari dengan baik untuk mencegah akses orang atau
hewan. Namun, mereka tidak boleh digunakan di daerah dengan permukaan air
tanah yang tinggi. Dasar lubang harus setidaknya 1,5 m lebih tinggi dari muka
air tanah untuk pembuangan limbah padat. Harus dipastikan bahwa
pembuangan akhir limbah berbahaya oleh penanganan limbah yang memiliki
reputasi baik dilakukan sesuai dengan peraturan pusat dan daerah yang berlaku.
Limbah Anatomi dan Plasenta
Dampak visual dari limbah anatomi terutama untuk bagian tubuh yang
dapat diamati sangat sensitif dan dapat mengkhawatirkan masyarakat umum.
Limbah tersebut juga berbahaya bagi kesehatan. Oleh karena itu, wajib untuk
menampung limbah anatomi dengan benar berdasarkan kebiasaan atau budaya
masyarakat setempat. Perhatian dan kepekaan khusus diperlukan saat
mempertimbangkan pembuangan janin yang tepat dari lahir mati. Seseorang
harus memastikan, sambil mempertimbangkan konteks lokal, bahwa metode
yang dipilih tidak mencemari lingkungan. Limbah anatomi dan plasenta
membutuhkan lubang plasenta khusus. Lubang plasenta juga harus digunakan
untuk darah, muntahan, dan sekresi tubuh lainnya. Pemakaman ini harus
ditempatkan di dalam kompleks Pos Kesehatan dan digali sedalam minimal 1
m. Lubang harus dipagari dan dikunci. Limbah harus dikumpulkan dalam
wadah plastik atau logam galvanis dengan penutup yang rapat dan segera
diangkut ke lubang tambang menggunakan troli atau gerobak khusus. Limbah
harus ditutup dengan lapisan tanah segera setelah dibuang ke lubang. Karena
kondisi budaya, dan insinerator bersuhu rendah yang ada di Pos Kesehatan,
penggunaan insinerator untuk limbah anatomi harus dihindari. Seseorang harus
mengenakan sarung tangan tugas berat saat menangani dan mengangkut limbah.
Cuci dan keringkan sarung tangan setelah digunakan.
2.2 Tabel Rekap Hasil Penelitian dan Kesimpulan Tabel
N Nim Nama Judul pencemara Metode Hasil penelitian
o jurnal n penelitian
1 P1012 Aisyah an pencemara tinjauan  penggunaan
0154 Putri assessment n air pustaka lumpur aktif dan
of hospital limbah sistematis bireaktor
wastewater rumah sakit yang membrane
and dan dilakukan merupakan
biomedical sampah dengan pengolahan paling
waste biomedis. melalui efektif yang
generation, berbagai ditemukan pada
existing studi dan penelitian ini.
legislations analisis kinerja unit-unit ini
, risk statistik ditingkatkan pada
assessment, menggunak metode perawatan
treatment an database tersier seperti
processes, scopus ozonisasi,
and untuk perawatan uv,
scenario mendapatk cwao, fenton dan
during an oksidasi foto-
covid-19 gambaran fenton, nf/ro, dan
tentang tren pac digabungkan
penelitian dengannya untuk
air limbah membentuk sistem
rumah sakit hibrida. namun,
(hww) dan sebagian besar
sampah teknik pengolahan
biomedis tersier ini
(bmw). umumnya
digunakan sebagai
unit pemoles
dalam pengolahan
hospital waste
water (hww)
karena tidak dapat
menghasilkan hasil
yang memuaskan.
selain itu, metode
perawatan ini
mahal, dan
pemantauan rutin
terhadap operasi
dan pemeliharaan
harusdilakukan
terus menerus.
 limbah medis
dibuang dan diolah
melalui berbagai
metode seperti
insinerasi, tpa,
autoklaf atau
sterilisasi uap,
perawatan
gelombang mikro,
dan disinfeksi
kimia. setiap
metode memiliki
kekurangan
masing-masing
dalam
penerapannya.
beberapa metode
modifikasi
dilakukan untuk
mengatasi
keterbatasan ini
seperti
menggunakan
bakteri bacillus
halodurans untuk
mengurangi
alkalinitas.
 pada saat
pandemic covid-19
, terjadi
peningkatan
produksi air
limbah sebesar
15%-18% yang
berimplikasi pada
meningkatnya
permintaan air.
pemantauan
limbah dapat
memungkinkan
deteksi dini
masuknya virus ke
masyarakat. karena
urin dan feses
pasien dapat
menjadi cara lain
yang mungkin
dalam penularan
virus. masing-
masing negara
memiliki pedoman
teknis dalam
pengelolaan
limbah medis dan
non-medis pada
saat pandemic
covid-19.

2 P1012 Debby penangana Pencemara Tinjauan  Penanganan


0188 febriya n pada n sampah pustaka limbah infeksius
na limbah masker dan yang rumah tangga
Ladado infeksius sarung dilakukan merupakan upaya
(sampah tangan untuk yang sangat
medis) sekali mengolah penting untuk
akibat pakai, dan mencegah
covid 19 membuang penyebaran virus
untuk sampah SARS-CoV-2
kelestarian medis (COVID-19).
lingkungan tergantung  Penanganan
hidup pada limbah dari
faktor- sumber dapat
faktor dilakukan dengan
khusus beberapa langkah
yang sesuai yang cukup mudah
dengan dilakukan oleh
institusi masyarakat secara
yang umum yaitu
berkaitan pemilahan,
dengan pewadahan dan
peraturan desinfeksi, serta
yang pelabelan.
berlaku dan Penanganan
aspek lanjutan limbah
lingkungan infeksius rumah
yang tangga dapat
berpengaru dilakukan dengan
h terhadap 2 cara yaitu
masyarakat pengangkutan
dengan dengan sarana
melalui khusus (apabila
berbagai disediakan oleh
studi dan pemerintah
analisis setempat)
untuk kemudian limbah
mendapatk diangkut dan
an diolah sesuai
gambaran prosedur
tentang penanganan
pencemara limbah B3.
n sampah  Cara kedua yaitu
masker dan pengangkutan
sarung tanpa sarana
tangan khusus, mengikuti
sekali pakai prosedur
penanganan
sampah domestik,
namun, dengan
syarat telah
dilakukan
prosedur
pengurangan
resiko kesehatan
disumber dan telah
disimpan selama
72 jam.
3 P1012 Narsy Limbah Pencemara Penelitian  Hasil analisis
0091 Elena Medis dari n air ini menunjukkan
Sangka Pandemi limbah mengadops bahwa karena sifat
ni COVID-19 rumah sakit i menular dari
—Tinjauan dan pendekatan limbah COVID-
Sistematis sampah tinjauan 19, semua negara
Pengelolaa Farmasi. literatur bagian dan teritori
n dan sistematis harus secara ketat
Dampak (systematic mematuhi
Lingkunga literature persyaratan dan
n di review/ praktik kesehatan
Australia. SLR) dan keselamatan
dengan kerja (K3)
menggunak berdasarkan
an artikel Konvensi lokal,
dari WHO, UNEP, dan
penelitian Basel model.
sebelumny  Staf medis dan staf
a tentang pengelola limbah
limbah paling berisiko
medis dan selama pandemi
limbah COVID-19 karena
infeksius mereka terpapar
yang infeksi dan cedera
berkaitan akibat bahaya,
dengan terutama benda
COVID-19 tajam.
 Untuk melindungi
pekerja medis,
setiap pemerintah
negara bagian dan
teritori harus
menyediakan APD
yang diperlukan
untuk staf medis
dan pelatihan
tentang
perlindungan
pribadi, serta
menginformasikan
dan melatih staf
medis tentang
praktik kebersihan
yang baik dan
tindakan
keselamatan
 Meskipun
Australia memiliki
sistem perawatan
kesehatan yang
berkembang
dengan baik dan
efisien, dengan
jumlah kasus
terkonfirmasi yang
meningkat pesat di
beberapa negara
bagian dan teritori
serta jumlah
limbah COVID-19
yang dihasilkan di
fasilitas perawatan
kesehatan dan
tempat pengujian,
mencapai
manajemen
COVID-19 yang
berkelanjutan dan
efisien. 19 limbah
tetap menjadi
tantangan selama
pandemi ,
Akibatnya, badan
pengelola sampah
saat ini
mengoptimalkan
sistem mereka
yang ada untuk
mengakomodasi
peningkatan
radikal dalam
sampah COVID-
19.
4 P1012 Nazwa Praktik Pencemara Dilakukan  Praktik
0294 Amaliy pemilahan n oleh di 5 rumah pembuangan
ah limbah limbah sakit besar limbah di 5 rumah
medis dan benda di Ghana, sakit : rumah sakit
manajemen tajam Afrika daerah Brong
di lima rumah sakit barat. menggunakan
rumah sakit yang dapat Pendekatan wadah kuning
di Ghana menyebabk cross- dengan lapisan
an bahaya sectional, plastic hitam
terhadap kemudian hanya untuk
pekerja pendekatan limbah klinis dan
rumah metode kotak pengaman
sakit, penelitian coklat untuk
lingkungan yaitu limbah benda
, pasien campuran tajam diletakkan
dan adopsi diluar bangsal dan
kesehatan dengan unit.di rumah sakit
masyarakat melibatkan pendidikan
seluruh tahapan Anokye Komfo,
dunia kualitatif bangsal dan unit
dan memiliki dua
kuantitafif wadah, satu untuk
limbah infeksius
lunak dan kotak
pengaman
berwarna coklat
juga untuk limbah
benda tajam
seperti jarum, alat
suntik, dan benda
tajam lainnya. Di
Cape Coast
teaching hospital
pemilahan sampah
dilakukan di
berbagai bangsal
dan unit serta di
laboratorium.
Dirumah sakit
pengajaran korle
bu, limbah di
sortir di dalam
laboratorium dan
bangsal, limbah
menular dengan
pelapis merah dan
limbah tidak
menular dengan
pelapis kuning
atau hitam.
 Pengumpulan,
penyimpanan dan
pembuangan
limbah rumah
sakit : limbah
yang dihasilkan di
rumah sakit yang
disurvei
dikumpulkan dan
disimpan di
tempat sampah
berukuran 240L
yang terletak di
luar bangsal dan
kantor yang
berada di dalam
lingkungan rumah
sakit, kemudian di
kosongkan atau
dibuang sekali/dua
kali sehari oleh
pemulung dan
dikirim ke wadah
yang lebih besar
kemudian wadah
besar tersebut
dikosongkan oleh
perusahaan pihak
ketiga.
 Pengolahan
limbah : 4 dari 5
rumah sakit yang
disurvei tersebut
mengolah
limbahnya dengan
incinerator yang
dipasang untuk
membakar limbah
infeksius,
sedangkan rumah
sakit cape coast
teaching
menggunakan
otoklaf pusat
untuk sterilisasi
limbah infeksius
di 134oC
5 P1012 Aditya Infectious Meningkat Metode Tingkat
0253 Arta medical nya desain timbulan
Sasta waste pasien studi limbah medis
Tahir managem COVID- cross- infeksius rata-
ent during 19 sectional rata ditentukan
the sehingga sebesar 2,1
COVID- menimbulk kg/tempat
19 an tidur/hari
pandemic limbah dan/atau 0,57
in public medis kg/pasien/hari
hospitals infeksius
of West meningkat
Guji zone, 600% dari
southern 4
Ethiopia ton/hari
menjadi
240/hari
dan
membanjiri
pengangku
tan &
pembuang
an
limbah
medis di
sekitar
rumah
sakit
6 P1012 Nadya Pengolahan Air limbah Rancangan  Air limbah rumah
0102 Anggra Air Limbah rumah sakit yang sakit yang diolah
eni Rumah mengandun digunakan cenderung lebih
Sakit g sejumlah dalam sedikit dimuat
Mengguna besar penelitian daripada air
kan kontaminan ini adalah limbah kota. Akan
Lumpur organik analisis tetapi memiliki
Aktif dan faktorial tingkat resiko
dengan biologis acak yang signifikan
Aerasi yang baru lengkap terhadap
yang Luas muncul dengan dua kesehatan
(bakteri faktor yaitu masyarakat dan
resisten perlakuan ekosistem
antibiotik, yang terdiri lingkungan
gen dari laju terutama perairan
resisten aliran air (3 dikarenakan
antibiotik, L/s, 4 L/s mengandung
virus dan 5 L/s) multiresisten
persisten, dan terhadap
antara lain) konsentrasi antibiotic.
residu  toksisitas intrinsik
klorin (0,3 limbah rumah
ppm, 0,4 sakit bisa 5 hingga
ppm dan 15 kali lebih
0,5 ppm) tinggi daripada
dan limbah perkotaan,
kejadian serta potensi
pengambila penghambatan
n sampel lumpur aktif dari
(dua instalasi
pengamata pengolahan air
n). limbah.
 hasil pengolahan
tanpa desinfeksasi
konsentrasi BOD
yang diukur dalam
limbah rumah
sakit (10 hingga
18,44 mg/ml)
cukup rendah
dibandingkan
dengan limbah
perkotaan (100
mg/ml)
 Hasil pengolahan
menggunakan
klorin
menunjukkan
bahwa SS, BOD,
dan fecal coliform
menunjukkan nilai
di bawah batas
maksimum yang
diizinkan untuk
limbah rumah
sakit (masing-
masing 150 mg/L,
100 mg/L, dan
fecal coliform
10.000 MPN/100
ml) Namun, BOD
dalam air keluar
dari tiga perlakuan
pada 5 L/s lebih
tinggi daripada
aliran lainnya
7 P1012 A.A. Kerangka Produk Tinjauan  Kerangka kerja
0070 Ayu kerja untuk plastik ada sistematis WH-TRL
Made menilai di mana- dari sumber menunjukkan
Susiasi sirkularitas mana dan sekunder, bahwa, di dalam
h dan seringkali yaitu rumah sakit,
kematanga sangat artikel hanya ada sedikit
n teknologi diperlukan jurnal peer- strategi
strategi dalam review, pengelolaan
pengelolaa kehidupan mengidenti limbah pada masa
n sampah sehari-hari fikasi pertumbuhannya
plastik di manusia, strategi menunjukkan
rumah sakit tetapi yang ada potensi penelitian
produksi dan baru masa depan yang
dan untuk menyelidiki
pembuanga pengelolaa hambatan
n plastik n pengembangan
dapat limbah inovasi tersebut.
merusak plastik Komisi UE
lingkungan yang melihat inovasi
. Secara dihasilkan sebagai elemen
khusus, oleh rumah kunci dalam
plastik sakit. mengubah
bekas dapat Untuk penanganan
menumpuk tujuan studi plastik di
di ini, berbagai sektor,
lingkungan kerangka mengakui
kerja yang perlunya investasi
menggabun skala besar dalam
gkan penelitian yang
Hirarki relevan (Komisi
Sampah Eropa, 2018).
dengan Gunungan
Tingkat sampah plastik
Kesiapan terkait COVID-19
Teknologi menjadi insentif
(kerangka tambahan untuk
WH-TRL) berinvestasi dan
dikembang berinovasi di
kan untuk bidang ini
menilai (Prata,et al.,
semua 2020).
strategi  Strategi
pengelolaa pengelolaan
n sampah limbah dari
yang konteks non-
teridentifik medis dapat
asi dalam membawa ide-ide
sumber- inovatif lebih
sumber lanjut ke rumah
sekunder. sakit, dengan
pertimbangan
standar kesehatan
dan keselamatan
yang tepat saat
mentransfer
inovasi tersebut
ke seluruh sektor.
Misalnya,
larangan dan
pungutan
pemerintah atas
microbeads,
kantong plastik
ringan,sedotan,
peralatan makan
dan wadah
makanan
polistiren, telah
berhasil sampai
batas tertentu,
mendorong
produsen untuk
berinovasi dan
pengguna
menerima
alternatif
(Schnurr,et al.,
2018). Kebijakan
seperti itu yang
mendorong
inovasi dan
perubahan
perilaku di
seluruh
sistem akan
sangat penting
dalam bidang
plastik medis.
 Di tingkat sistem,
merancang dan
memprioritaskan
strategi limbah
baru harus
mencakup lebih
dari sekadar
kesiapan
teknologi.
Sementara TRL
telah diperluas
untuk
mempertimbangk
an integrasi
dan tingkat
kesiapan sistem
(Sauser,et al.,
2006), ini masih
terbatas pada
aspek teknologi
dan gagal
memasukkan
prinsip ekonomi
sirkular dalam
model bisnis
terkait (Mendoza
et al., 2017).
Untuk
memaksimalkan
nilai pada tingkat
sistem daripada
untuk organisasi
tertentu dalam
silo rantai
pasokan, pembuat
kebijakan perlu
mempertimbangk
an infrastruktur,
investasi, aspek
sosial,
kelangsungan
keuangan industri
utama, dan
kemauan politik.

8 P1012 Nur Dampak Tinjauan  Tantangan terkait


0143 Amilan COVID-19 komprehen dalam
g terhadap sif atas infrastruktur
Infrastruktu studi kasus limbah selama
r Sampah: yang ada pandemi COVID-
Pelajaran dilakukan 19 termasuk
Pembelajar untuk meningkatnya
an dan memahami permintaan
Peluang dinamika plastik sekali
untuk Masa timbulan pakai, karena
Depan sampah dan kebutuhan akan
Berkelanjut strategi penggunaan alat
an pengelolaa pelindung diri
n sampah (APD) dan alat
selama kesehatan
COVID-19. lainnya;
penurunan
kegiatan daur
ulang dan
pengalihan ke
tempat
pembuangan
sampah dan
tempat
pembuangan
ilegal;
peningkatan
sampah
tercampur,
termasuk sampah
infeksius dengan
tingkat pemilahan
yang rendah di
sumbernya;
peningkatan
volume limbah
perumahan
melebihi sistem
pengelolaan
limbah
 Beberapa
teknologi
alternatif yaitu
autoklaf,
microwave,
sterilisasi gas,
iradiasi, inaktivasi
termal, desinfeksi
kimia, dan
karbonisasi
hidrotermal.
Untuk
pembuangan
TPA, limbah
padat harus
diubah menjadi
non-patogen
melalui proses
sanitasi kimiawi
atau termal di
lokasi sebelum
dikirim ke TPA.
 kegiatan atau
strategi dalam
memitigasi risiko
yang terkait
dengan limbah
secara efektif
harus
Menggunakan
kombinasi dari
banyak kegiatan
yang diwakili
dalam model
pengelolaan
sampah terpadu
(ISWM).
 Seiring
perkembangan
teknolgi
pengolahan
limbah sekarang
dapat
menggunakan alat
dan teknik yang
disempurnakan
kecerdasan buatan
(AI) dalam
infrastruktur
limbah, terutama
untuk
memperkirakan
tren limbah secara
akurat.
 model dan alat
prediksi limbah
layanan kesehatan
yang
ditingkatkan,
ditambah dengan
indikator ekonomi
terkait dan elemen
sosial, seperti
model regresi
multi-level non-
linier, akan
berguna dalam
perencanaan,
perancangan,
alokasi dan
optimalisasi
anggaran, serta
meningkatkan
keberlanjutan di
sektor
pengelolaan
limbah kesehatan.
9 P1012 Wahda Pengelolaa menguraika  Jaringan manusia
0222 nia n Limbah n jenis- termasuk
Perawatan jenis plasenta, bagian
Kesehatan limbah tubuh, darah dan
perawatan janin. Limbah
kesehatan anatomi adalah
yang bagian dari
berkaitan limbah patologis
dengan dan terdiri dari
limbah bagian tubuh yang
patologis, dapat dikenali.
limbah Seperti Benda
kimia dan tajam: jarum, set
bahaya infus, pisau
dari limbah bedah, pisau dan
perawatan pecahan kaca.
kesehatan. Limbah farmasi:
obat-obatan
kadaluwarsa atau
tidak diperlukan
lagi; barang yang
terkontaminasi
oleh atau berisi
botol dan kotak
obat-obatan.
Limbah
genotoksik: zat
dengan sifat
genotoksik
artinya dapat
menyebabkan
kerusakan genetik
seperti obat-
obatan tertentu
dan bahan kimia
genotoksik.
 Ada sejumlah
pedoman dasar
untuk penanganan
sampah. Semua
limbah layanan
kesehatan harus
dipisahkan dan
ditempatkan ke
tempat sampah
oleh orang yang
menghasilkan
limbah di tempat
limbah dihasilkan.
Semua
pemisahan,
pengemasan, dan
pelabelan limbah
layanan kesehatan
khusus perlu
dijelaskan kepada
staf medis dan
pendukung.
 Informasi harus
ditampilkan
dalam bagan di
dinding setiap
ruangan. Gerobak
dan wadah daur
ulang yang
digunakan untuk
pengangkutan
limbah layanan
kesehatan harus
didesinfeksi
setelah
digunakan. Staf
sanitasi dan
penyapu harus
mengenakan
pakaian pelindung
yang tepat setiap
saat saat
menangani
limbah infeksius
termasuk masker
wajah, celemek,
sepatu bot, dan
sarung tangan
tugas berat, sesuai
kebutuhan.
 Limbah anatomi
dan plasenta
membutuhkan
lubang plasenta
khusus. Lubang
plasenta juga
harus digunakan
untuk darah,
muntahan, dan
sekresi tubuh
lainnya.
Pemakaman ini
harus ditempatkan
di dalam
kompleks Pos
Kesehatan dan
digali sedalam
minimal 1 m.
Lubang harus
dipagari dan
dikunci. Limbah
harus
dikumpulkan
dalam wadah
plastik atau logam
galvanis dengan
penutup yang
rapat dan segera
diangkut ke
lubang
10

Kesimpulan
1. Berdasarkan jurnal tentang pencemaran sampah biomedis dan Air limbah
rumah sakit mengandung sejumlah besar kontaminan organik dan biologis
yang baru muncul (bakteri resisten antibiotik, gen resisten antibiotik, virus
persisten, antara lain) dengan menggunakan lumpur aktif dan bireaktor
membrane pengolahan yang paling efektif yang ditemukan .
2. Pencemaran sampah masker dan sarung tangan sekali pakai salah satu
cara penangananya yaitu pengangkutan dengan sarana khusus (apabila
disediakan oleh pemerintah setempat) kemudian limbah diolah dengan
prosedur penanganan limbah B3.Untuk melindungi pekerja medis, setiap
pemerintah negara bagian dan teritori harus menyediakan APD yang
diperlukan untuk staf medis dan pelatihan tentang perlindungan pribadi,
serta menginformasikan dan melatih staf medis tentang praktik kebersihan
yang baik dan tindakan keselamatan.
3. Limbah benda tajam juga tidak kalah penting karena dapat membahayakan
pekerja rumah sakit dan dapat juga menularkan penyakit sehingga harus di
sortir.
4. Penurunan kegiatan daur ulang dan pengalihan ke tempat pembuangan
sampah dan tempat pembuangan ilegal; peningkatan sampah tercampur,
termasuk sampah infeksius dengan tingkat pemilahan yang rendah di
sumbernya untuk itu larangan dan pungutan pemerintah atas microbeads,
kantong plastik ringan,sedotan, peralatan makan dan wadah makanan
polistiren, telah berhasil sampai batas tertentu, mendorong produsen untuk
berinovasi dan pengguna menerima alternatif (Schnurr,et al., 2018).
Kebijakan seperti itu yang mendorong inovasi dan perubahan perilaku
2.3 Faktor Penyebab
Faktor faktor yang menghambar pengelolaan limbah padat Rumah Sakit Batara
Guru adalah:
a. Fasilitas pengelolaan limbah padat yang belum memadai mengakibatkan
terhambatnya pengelolaan limbah padat Rumah Sakit seperti TPS yang
belum pernah memenuhi syarat serta inicerator dan bank sampah yang
masih belum ada di Rumah Sakit Batara Guru ini.
b. Pihak Rumah Sakit yang masih mengabaikan prosedur pengelolaan limbah
padat seperti laporan triwulan yang belum pernah diberikan kepada Dinas
Lingkungan Hidup dan prosedur pemilahan sampah yang belum sepenuhnya
dilaksanakan oleh pihak Rumah Sakit
2.4 Aspek Kesehatan
Limbah pelayanan kesehatan terutama limbah medis, apabila tidak
dilakukan pengelolaan dengan benar akan menimbulkan potensi bahaya bagi
kesehatan dan lingkungan. Pencemaran lingkungan yang terjadi akibat limbah
medis akan kembali berdampak terhadap kesehatan baik perorangan maupun
masyarakat sekitar. Masalah lingkungan yang sering menjadi sorotan yaitu
keberadaan limbah yang sifatnya infeksius atau “limbah medis”. Di samping itu
limbah lain yang sifatnya non medis, dan limbah Bahan Berbahaya dan Beracun
(B3) lainnya juga dihasilkan dan perlu perlakuan dengan benar. Potensi bahaya
dari pengelolaan limbah medis sudah dapat terjadi mulai sejak pengumpulan,
penampungan, pengangkutan dan pembuangan hingga pemusnahan. Beberapa
pengaruh yang dapat ditimbulkan oleh keberadaan limbah ini adalah terjadinya
pencemaran yang berdampak pada penurunan kualitas lingkungan dan terhadap
kesehatan. Bahkan secara sederhana keberadaan limbah ini akan menimbulkan
gangguan estetika, bau dan menjadi tempat perkembang biakan vektor serta
binatang pengganggu (Adhani, 2018).
Sebagian limbah medis ada yang mengandung garam-garam terlarut
yang dapat menyebabkan korosif/ karat pada bangunan sekitar. Air yang
mengandung limbah juga dapat merusak lingkungan dan material bangunan.
Hal ini disebabkan adanya kandungan asam, basa dan garam yang termasuk
dalam senyawa nitrat, serta keberadaan bahan kimia, desinfektan, logam
nutrient tertentu dan fosfor. Limbah tentu berdampak bagi kesehatan manusia
jika tidak dikelola dengan benar. Limbah medis yang mengandung berbagai
jenis bakteri, virus, bahan kimia, dan logam memiliki dampak-dampak
tersendiri terhadap kesehatan hingga terjadinya sakit. Penyakit yang timbul
dapat terjadi secara langsung yaitu efek yang disebabkan karena kontak
langsung dengan limbah tersebut, misalnya limbah klinis beracun, limbah yang
dapat melukai tubuh dan limbah yang mengandung kuman patogen sehingga
menimbulkan penyakit dan gangguan tidak langsung yang dapat dirasakan oleh
masyarakat, baik yang tinggal di sekitar maupun masyarakat yang sering
melewati sumber limbah medis diakibatkan oleh proses pembusukan,
pembakaran dan pembuangan limbah tersebut. Gangguan genetik dan
reproduksi dapat terjadi akibat limbah medis. Meskipun mekanisme gangguan
belum sepenuhnya diketahui secara pasti, namun beberapa senyawa dapat
menyebabkan gangguan atau kerusakan genetik dan sistem reproduksi manusia
misalnya 13 pestisida (untuk pemberantasan lalat, nyamuk, kecoa, tikus dan
serangga atau binatang pengganggu lain) dan bahan radioaktif. Infeksi silang
juga dapat disebabkan oleh limbah medis Limbah medis dapat menjadi media
penyebaran mikroorganisme pembawa penyakit melalui proses infeksi silang
baik dari pasien ke pasien, dari pasien ke petugas atau dari petugas ke pasien.
Pada lingkungan, adanya kemungkinan terlepasnya limbah ke lapisan air tanah,
air permukaan dan adanya pencemaran udara, menyebabkan pencemaran
lingkungan karena limbah rumah sakit.
Limbah medis kebanyakan sudah terkontaminasi dengan bakteri, virus,
racun dan bahan radioaktif yang berbahaya bagi manusia dan mahluk lain
disekitar lingkungannya. Dampak negatif limbah medis terhadap masyarakat
dan lingkungan nya terjadi akibat pengelolaan yang kurang baik. Dampak yang
terjadi dari limbah medis tersebut dapat menimbulkan patogen yang dapat
berakibat buruk terhadap manusia dan lingkungannya (Asrun et al., 2020).
Namun dalam pelaksanaan nya, sesuai dengan yang diatur dalam Kep-
1204/MENKES/SK/2004 bahwa penyimpanan limbah medis pada musim
kemarau maksimal adalah 1 x 24 jam dan segera diangkut oleh pihak ke tiga
atau pada musim penghujan maksimal 2 x 24 jam harus dapat dipenuhi oleh
pihak ke 3. Hal ini penting untuk dipenuhi karena mencegah terjadinya
penularan penyakit. Pemusnahan oleh pihak ketiga dilakukan dengan
menggunakan alat khusus yaitu alat pembakar sampah/limbah yang
dioperasikan dengan menggunakan tehnologi pembakaran pada suhu tertentu,
sehingga sampah/limbah dapat terbakar dengan habis. Pemusnahan ini sesuai
yang diatur dalam Undang-undang No. 32 tahun 2009 harus dilakukan oleh
pihak yang mempunyai izin dan tersertifikasi, karena telah diketahui bahwa
pelaku usaha dalam melakukan pengelolaan perlindungan lingkungan hidup
memiliki kewajiban dalam menanggulangi perusakan dan/atau pencemaran
lingkungan hidup. Bagi pengelola dapat diberhentikan usahanya dan dikenakan
sanksi seperti yang terkandung dalam pasal 104 Undang-undang No. 32 Tahun
2009 (Asrun et al., 2020).
Paparan terhadap limbah layanan kesehatan yang berbahaya dapat
menyebabkan penyakit atau cedera. Sifat berbahaya dari limbah layanan
kesehatan mungkin disebabkan oleh satu atau beberapa karakteristik berikut:
2.5 Solusi
Pertambahan jumlah fasilitas kesehatan dan jumlah pasien rumah sakit
menyebabkan meningkatnya jumlah limbah yang dihasilkan maka risikonya
pencemaran terhadap lingkungan akan semakin tinggi. Dalam upaya minimalisasi
dampak dari limbah rumah sakit serta untuk menciptakan lingkungan yang sehat dan
nyaman, pemerintah mewajibkan setiap sarana pelayanan kesehatan menyediakan
fasilitas pengolahan limbah rumah sakit yang sesuai standar dan memenuhi baku mutu.
Contohnya pada Air limbah merupakan residu hasil proses produksi yang berbentuk
cair yang sudah tidak berguna lagi dan harus dikelola sebelum dibuang ke sistem badan
lingkungan agar tidak menimbulkan pencemaran dan penurunan kualitas lingkungan..
Komposisi dan karakteristik limbah rumah sakit cukup spesifik dan mempunyai
dampak yang cukup besar memerlukan penanganan khusus pula. Oleh karena itu,
diperlukan pengelolaan secara benar berbasis komposisi dan karakteristik limbah
rumah sakit untuk meminimalisir tingkat kontaminasi dari air limbah tersebut dari jenis
limbah tersebut. Beberapa solusi yang dapat diterapkan yaitu;
- Pengurangan dan pemilahan limbah B3 rumah sakit
Salah satu contohnya yakni dengan pengurangan   limbah B3 pada sumber
dengan penggantian termometer merkuri menjadi termometer digital yang
digunakan di  lab.
- Penyimpanan Limbah Medis Rumah Sakit
Kegiatan O&M TPS juga harus direncanakan dan dieksekusikan dengan
baik. Sebagai contoh: Kebersihan TPS B3 saat ini masih kurang, terjadi  
penumpukan dan ceceran limbah B3 pada TPS.  Selain itu, Kendala yang
ada yaitu penyimpanan limbah dilakukan lebih dari 48 jam sehingga
menyebabkan penumpukan   limbah.  
- Pengangkutan Limbah Rumah Sakit Petugas menggunakan APD saat
mengangkut limbah dengan jenis tertentu. tindakan kesehatan dan
keselamatan pekerja meliputi  pelatihan  kerja,  penyediaan alat dan pakaian,
serta program kesehatan seperti imunisasi dan cek kesehatan.
- Pengolahan Limbah B3 Pengolahan Limbah B3 adalah proses untuk
mengurangi dan/atau menghilangkan sifat bahaya dan/atau sifat racun.
Tujuan pengolahan limbah medis adalah mengubah karakteristik biologis
dan/atau kimia limbah sehingga potensi bahayanya terhadap manusia
berkurang atau tidak ada
- Penimbunan Limbah B3 Limbah hasil pengolahan sebelumnya wajib
ditimbun misalnya pada landfill B3 dengan prosedur yang sesuai.
- evaluasi Instalasi pengolahan air limbah (IPAL)untuk menganalisis tingkat
dan kualitas pengolahan air limbah serta agar mampu meningkatkan
performa penyisihan air limbah medis influen
- Menyiapkan pabrik pengolahan limbah B3 berkonsep Green Medical Waste
Solution
- Menerapkan sistem penanganan limbah medis noninsenerasi (tanpa
pembakaran) berteknologi modern dan ramah lingkungan
Selain itu solusi yang lain yang dapat dilakukan adalah dengan
memperketat pemantauan pengolahan limbah di rumah sakit oleh pihak-pihak
yang memiliki wewenang dibidang-nya dalam konteks ini antara lain
pemerintah seperti Dinas kesehatan, Kementerian kesehatan, Dinas Lingkungan
hidup dan lain sebagainya, Melakukan perbaikan sesuai dengan Standard
Operating Procedure (SOP) yang berlaku. Juga melakukan perbaikan
operasional pengolahan limbah seperti frekuensi maintenance.
Daftar Pustaka

Aini, F., 2019, Pengelolaan Sampah Medis Rumah Sakit atau Limbah B3 (Bahan
Beracun dan Berbahaya) di Sumatera Barat, Jurnal Education And
Development, 7(1), 1–12.
Firdaus, N, 2021, Analisis Pengolahan Limbah Padat Rumah Sakit Bhayangkara
Kota Palangka Raya Kalimantan Tengah, Jurnal Sultan Agung Fundamental
Research, 2(1), 41–64.
Hasan, A., & Kadarusman, H., 2022, Pengaruh Aerasi Terhadap Pengolahan
Limbah Cair Rumah Sakit Dengan Metode Constructed Wetland, Ruwa
Jurai: Jurnal Kesehatan Lingkungan, 16(1), 41-49.
Jumadewi Asri, 2021, Manajemen Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit, Nasya
Expanding Management, Bojong.

Kemenkes RI, 2022, Profil Kesehatan Republik Indonesia 2021, Kementerian


Kesehatan RI, Jakarta.
Pusat Data dan Analisa Tempo, 2021, Membenahi Limbah Rumah Sakit, Tempo
Publishing, Jakarta.
Sandra, L., dkk., 2022, Proses Pengolahan Limbah Jilid I, Get Press, Padang.
Suryanto, S., Mulyadi, M., Mustam, U. K., & Sapan, M. A., 2022, Rancang Bangun
Prototipe Insenerator Untuk Sampah Rumah Sakit Dengan Teknologi
Pengendalian Polusi Udara. Jurnal Teknik Mesin Sinergi, 20(2), 79-88.
Timpua, T.K., Pianaung, R., 2019, Uji Coba Desain Media Biofilter Anaerob dalam
Menurunkan Kadar BOD, COD, TSS, dan Coliform Limbah Cair Rumah
Sakit,Jurnal Kesehatan Lingkungan (JKL), 9 (1) : 75-80.
WHO, 2018, Health-care Waste, (online), (https://www.who.int/news-room/fact-
sheets/detail/health-care-waste), diakses 28 April 2023.
Zulhijah, Afni, N., & Amalinda, F., 2022, Sistem Pengelolaan Limba Medis Covid-
19 di UPT. RSUD Undata Provinsi Sulawesi Tengah. Jurnal Kolaboratif
Sains, 05(09), 639–644.
Parida, V.K., dkk, 2022, An assessment of hospital wastewater and biomedical waste
generation, existing legislations, risk assessment, treatment processes, and
scenario during COVID-19, Journal of Environmental Management, 308, 1-
26.
SAPUTRO, Haris Djoko; DWIPRIGITANINGTIAS, Indah. Penanganan Pada
Limbah Infeksius (Sampah Medis) Akibat Covid 19 Untuk Kelestarian Lingkungan
Hidup. Jurnal Dialektika Hukum, 2022, 4.1: 1-18.

Andeobu, Lynda, Santoso Wibowo, and Srimannarayana Grandhi. "Medical waste from
COVID-19 pandemic—a systematic review of management and environmental impacts in
Australia." International Journal of Environmental Research and Public Health 19.3 (2022):
1381.

Adu, Robert Ohene, Gyasi, Samuel Fosu Essumang, David Kofi, Otabil, Kenneth Bentum
(2020) ‘Medical Waste-Sorting and Management Practices in Five Hospitals in Ghana’,
Journal of Environmental and Public Health, 2020. Available at:
https://doi.org/10.1155/2020/2934296.

Custodio, M., Cuadrado-Campó, W., Peñaloza, R., Vicuña-Orihuela, C., Torres-Gutiérrez, E.,
& Orellana, E. (2022). Treatment of Hospital Wastewater Using Activated Sludge with
Extended Aeration. Journal of Ecological Engineering, 23(11), 24-32.

Fletcher, C. A., Clair, R. S., & Sharmina, M. (2021). A framework for assessing the circularity
and technological maturity of plastic waste management strategies in hospitals. Journal of
Cleaner Production, 306, 127169

Jayasinghe, P. A., Jalilzadeh, H., & Hettiaratchi, P. (2023). The Impact of COVID-19 on
Waste Infrastructure: Lessons Learned and Opportunities for a Sustainable
Future. International Journal of Environmental Research and Public Health, 20(5), 4310

Pungut, P., Al Kholif, M., & Sugianto, A. A. P. N. (2022). Pengaruh Tekanan Blower
pada Proses Pembakaran Sampah Medis Menggunakan Insinerator Statis terhadap
Kualitas Abu. Jurnal Serambi Engineering, 7(1).

Witjaksono, R. F., & Sururi, M. R. (2023). Evaluasi Kinerja Instalasi Pengolahan Air
Limbah Rumah Sakit X di Jakarta Pusat. Jurnal Serambi Engineering, 8(2)

Rawis, L., Mangangka, I. R., & Legrans, R. R. (2022). Analisis Kinerja Instalansi
Pengolahan Air Limbah (IPAL) di Rumah Sakit Bhayangkara Tingkat III
Manado. TEKNO, 20(81).

Adhani, R., 2018, Pengelolaan Limbah Medis. In Global Shadows: Africa in the Neoliberal
World Order (Vol. 44, Issue 2).
Asrun, A. M., Sihombing, L. A., dkk., 2020, Dampak Pengelolaan Sampah Medis
dihubungkan dengan Undang-undang No 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan dan
Undang-undang No. 32 Tahun 2009 …. PAJOUL (Pakuan Justice …, 01, 33–46.
https://cdn.murianews.com/wp-content/uploads/2021/06/08152149/2037-5118-3-
PB.pdf

Choliq, N. S., 2017, Pengolahan Limbah Farmasi Menggunakan Grafin, Research Gate,
December, 0–11. https://doi.org/10.5281/zenodo.1134022

Padmanabhan, K. K., & Barik, D., 2018, Health hazards of medical waste and its disposal, In
Energy from Toxic Organic Waste for Heat and Power Generation (Issue January).
Elsevier Ltd. https://doi.org/10.1016/B978-0-08-102528-4.00008-0

Anda mungkin juga menyukai