DISUSUN OLEH:
DOSEN PENGAMPU:
Riri Suwahyuni Wahid, S.KM., M.Kes
Kesimpulan
1. Berdasarkan jurnal tentang pencemaran sampah biomedis dan Air limbah
rumah sakit mengandung sejumlah besar kontaminan organik dan biologis
yang baru muncul (bakteri resisten antibiotik, gen resisten antibiotik, virus
persisten, antara lain) dengan menggunakan lumpur aktif dan bireaktor
membrane pengolahan yang paling efektif yang ditemukan .
2. Pencemaran sampah masker dan sarung tangan sekali pakai salah satu
cara penangananya yaitu pengangkutan dengan sarana khusus (apabila
disediakan oleh pemerintah setempat) kemudian limbah diolah dengan
prosedur penanganan limbah B3.Untuk melindungi pekerja medis, setiap
pemerintah negara bagian dan teritori harus menyediakan APD yang
diperlukan untuk staf medis dan pelatihan tentang perlindungan pribadi,
serta menginformasikan dan melatih staf medis tentang praktik kebersihan
yang baik dan tindakan keselamatan.
3. Limbah benda tajam juga tidak kalah penting karena dapat membahayakan
pekerja rumah sakit dan dapat juga menularkan penyakit sehingga harus di
sortir.
4. Penurunan kegiatan daur ulang dan pengalihan ke tempat pembuangan
sampah dan tempat pembuangan ilegal; peningkatan sampah tercampur,
termasuk sampah infeksius dengan tingkat pemilahan yang rendah di
sumbernya untuk itu larangan dan pungutan pemerintah atas microbeads,
kantong plastik ringan,sedotan, peralatan makan dan wadah makanan
polistiren, telah berhasil sampai batas tertentu, mendorong produsen untuk
berinovasi dan pengguna menerima alternatif (Schnurr,et al., 2018).
Kebijakan seperti itu yang mendorong inovasi dan perubahan perilaku
2.3 Faktor Penyebab
Faktor faktor yang menghambar pengelolaan limbah padat Rumah Sakit Batara
Guru adalah:
a. Fasilitas pengelolaan limbah padat yang belum memadai mengakibatkan
terhambatnya pengelolaan limbah padat Rumah Sakit seperti TPS yang
belum pernah memenuhi syarat serta inicerator dan bank sampah yang
masih belum ada di Rumah Sakit Batara Guru ini.
b. Pihak Rumah Sakit yang masih mengabaikan prosedur pengelolaan limbah
padat seperti laporan triwulan yang belum pernah diberikan kepada Dinas
Lingkungan Hidup dan prosedur pemilahan sampah yang belum sepenuhnya
dilaksanakan oleh pihak Rumah Sakit
2.4 Aspek Kesehatan
Limbah pelayanan kesehatan terutama limbah medis, apabila tidak
dilakukan pengelolaan dengan benar akan menimbulkan potensi bahaya bagi
kesehatan dan lingkungan. Pencemaran lingkungan yang terjadi akibat limbah
medis akan kembali berdampak terhadap kesehatan baik perorangan maupun
masyarakat sekitar. Masalah lingkungan yang sering menjadi sorotan yaitu
keberadaan limbah yang sifatnya infeksius atau “limbah medis”. Di samping itu
limbah lain yang sifatnya non medis, dan limbah Bahan Berbahaya dan Beracun
(B3) lainnya juga dihasilkan dan perlu perlakuan dengan benar. Potensi bahaya
dari pengelolaan limbah medis sudah dapat terjadi mulai sejak pengumpulan,
penampungan, pengangkutan dan pembuangan hingga pemusnahan. Beberapa
pengaruh yang dapat ditimbulkan oleh keberadaan limbah ini adalah terjadinya
pencemaran yang berdampak pada penurunan kualitas lingkungan dan terhadap
kesehatan. Bahkan secara sederhana keberadaan limbah ini akan menimbulkan
gangguan estetika, bau dan menjadi tempat perkembang biakan vektor serta
binatang pengganggu (Adhani, 2018).
Sebagian limbah medis ada yang mengandung garam-garam terlarut
yang dapat menyebabkan korosif/ karat pada bangunan sekitar. Air yang
mengandung limbah juga dapat merusak lingkungan dan material bangunan.
Hal ini disebabkan adanya kandungan asam, basa dan garam yang termasuk
dalam senyawa nitrat, serta keberadaan bahan kimia, desinfektan, logam
nutrient tertentu dan fosfor. Limbah tentu berdampak bagi kesehatan manusia
jika tidak dikelola dengan benar. Limbah medis yang mengandung berbagai
jenis bakteri, virus, bahan kimia, dan logam memiliki dampak-dampak
tersendiri terhadap kesehatan hingga terjadinya sakit. Penyakit yang timbul
dapat terjadi secara langsung yaitu efek yang disebabkan karena kontak
langsung dengan limbah tersebut, misalnya limbah klinis beracun, limbah yang
dapat melukai tubuh dan limbah yang mengandung kuman patogen sehingga
menimbulkan penyakit dan gangguan tidak langsung yang dapat dirasakan oleh
masyarakat, baik yang tinggal di sekitar maupun masyarakat yang sering
melewati sumber limbah medis diakibatkan oleh proses pembusukan,
pembakaran dan pembuangan limbah tersebut. Gangguan genetik dan
reproduksi dapat terjadi akibat limbah medis. Meskipun mekanisme gangguan
belum sepenuhnya diketahui secara pasti, namun beberapa senyawa dapat
menyebabkan gangguan atau kerusakan genetik dan sistem reproduksi manusia
misalnya 13 pestisida (untuk pemberantasan lalat, nyamuk, kecoa, tikus dan
serangga atau binatang pengganggu lain) dan bahan radioaktif. Infeksi silang
juga dapat disebabkan oleh limbah medis Limbah medis dapat menjadi media
penyebaran mikroorganisme pembawa penyakit melalui proses infeksi silang
baik dari pasien ke pasien, dari pasien ke petugas atau dari petugas ke pasien.
Pada lingkungan, adanya kemungkinan terlepasnya limbah ke lapisan air tanah,
air permukaan dan adanya pencemaran udara, menyebabkan pencemaran
lingkungan karena limbah rumah sakit.
Limbah medis kebanyakan sudah terkontaminasi dengan bakteri, virus,
racun dan bahan radioaktif yang berbahaya bagi manusia dan mahluk lain
disekitar lingkungannya. Dampak negatif limbah medis terhadap masyarakat
dan lingkungan nya terjadi akibat pengelolaan yang kurang baik. Dampak yang
terjadi dari limbah medis tersebut dapat menimbulkan patogen yang dapat
berakibat buruk terhadap manusia dan lingkungannya (Asrun et al., 2020).
Namun dalam pelaksanaan nya, sesuai dengan yang diatur dalam Kep-
1204/MENKES/SK/2004 bahwa penyimpanan limbah medis pada musim
kemarau maksimal adalah 1 x 24 jam dan segera diangkut oleh pihak ke tiga
atau pada musim penghujan maksimal 2 x 24 jam harus dapat dipenuhi oleh
pihak ke 3. Hal ini penting untuk dipenuhi karena mencegah terjadinya
penularan penyakit. Pemusnahan oleh pihak ketiga dilakukan dengan
menggunakan alat khusus yaitu alat pembakar sampah/limbah yang
dioperasikan dengan menggunakan tehnologi pembakaran pada suhu tertentu,
sehingga sampah/limbah dapat terbakar dengan habis. Pemusnahan ini sesuai
yang diatur dalam Undang-undang No. 32 tahun 2009 harus dilakukan oleh
pihak yang mempunyai izin dan tersertifikasi, karena telah diketahui bahwa
pelaku usaha dalam melakukan pengelolaan perlindungan lingkungan hidup
memiliki kewajiban dalam menanggulangi perusakan dan/atau pencemaran
lingkungan hidup. Bagi pengelola dapat diberhentikan usahanya dan dikenakan
sanksi seperti yang terkandung dalam pasal 104 Undang-undang No. 32 Tahun
2009 (Asrun et al., 2020).
Paparan terhadap limbah layanan kesehatan yang berbahaya dapat
menyebabkan penyakit atau cedera. Sifat berbahaya dari limbah layanan
kesehatan mungkin disebabkan oleh satu atau beberapa karakteristik berikut:
2.5 Solusi
Pertambahan jumlah fasilitas kesehatan dan jumlah pasien rumah sakit
menyebabkan meningkatnya jumlah limbah yang dihasilkan maka risikonya
pencemaran terhadap lingkungan akan semakin tinggi. Dalam upaya minimalisasi
dampak dari limbah rumah sakit serta untuk menciptakan lingkungan yang sehat dan
nyaman, pemerintah mewajibkan setiap sarana pelayanan kesehatan menyediakan
fasilitas pengolahan limbah rumah sakit yang sesuai standar dan memenuhi baku mutu.
Contohnya pada Air limbah merupakan residu hasil proses produksi yang berbentuk
cair yang sudah tidak berguna lagi dan harus dikelola sebelum dibuang ke sistem badan
lingkungan agar tidak menimbulkan pencemaran dan penurunan kualitas lingkungan..
Komposisi dan karakteristik limbah rumah sakit cukup spesifik dan mempunyai
dampak yang cukup besar memerlukan penanganan khusus pula. Oleh karena itu,
diperlukan pengelolaan secara benar berbasis komposisi dan karakteristik limbah
rumah sakit untuk meminimalisir tingkat kontaminasi dari air limbah tersebut dari jenis
limbah tersebut. Beberapa solusi yang dapat diterapkan yaitu;
- Pengurangan dan pemilahan limbah B3 rumah sakit
Salah satu contohnya yakni dengan pengurangan limbah B3 pada sumber
dengan penggantian termometer merkuri menjadi termometer digital yang
digunakan di lab.
- Penyimpanan Limbah Medis Rumah Sakit
Kegiatan O&M TPS juga harus direncanakan dan dieksekusikan dengan
baik. Sebagai contoh: Kebersihan TPS B3 saat ini masih kurang, terjadi
penumpukan dan ceceran limbah B3 pada TPS. Selain itu, Kendala yang
ada yaitu penyimpanan limbah dilakukan lebih dari 48 jam sehingga
menyebabkan penumpukan limbah.
- Pengangkutan Limbah Rumah Sakit Petugas menggunakan APD saat
mengangkut limbah dengan jenis tertentu. tindakan kesehatan dan
keselamatan pekerja meliputi pelatihan kerja, penyediaan alat dan pakaian,
serta program kesehatan seperti imunisasi dan cek kesehatan.
- Pengolahan Limbah B3 Pengolahan Limbah B3 adalah proses untuk
mengurangi dan/atau menghilangkan sifat bahaya dan/atau sifat racun.
Tujuan pengolahan limbah medis adalah mengubah karakteristik biologis
dan/atau kimia limbah sehingga potensi bahayanya terhadap manusia
berkurang atau tidak ada
- Penimbunan Limbah B3 Limbah hasil pengolahan sebelumnya wajib
ditimbun misalnya pada landfill B3 dengan prosedur yang sesuai.
- evaluasi Instalasi pengolahan air limbah (IPAL)untuk menganalisis tingkat
dan kualitas pengolahan air limbah serta agar mampu meningkatkan
performa penyisihan air limbah medis influen
- Menyiapkan pabrik pengolahan limbah B3 berkonsep Green Medical Waste
Solution
- Menerapkan sistem penanganan limbah medis noninsenerasi (tanpa
pembakaran) berteknologi modern dan ramah lingkungan
Selain itu solusi yang lain yang dapat dilakukan adalah dengan
memperketat pemantauan pengolahan limbah di rumah sakit oleh pihak-pihak
yang memiliki wewenang dibidang-nya dalam konteks ini antara lain
pemerintah seperti Dinas kesehatan, Kementerian kesehatan, Dinas Lingkungan
hidup dan lain sebagainya, Melakukan perbaikan sesuai dengan Standard
Operating Procedure (SOP) yang berlaku. Juga melakukan perbaikan
operasional pengolahan limbah seperti frekuensi maintenance.
Daftar Pustaka
Aini, F., 2019, Pengelolaan Sampah Medis Rumah Sakit atau Limbah B3 (Bahan
Beracun dan Berbahaya) di Sumatera Barat, Jurnal Education And
Development, 7(1), 1–12.
Firdaus, N, 2021, Analisis Pengolahan Limbah Padat Rumah Sakit Bhayangkara
Kota Palangka Raya Kalimantan Tengah, Jurnal Sultan Agung Fundamental
Research, 2(1), 41–64.
Hasan, A., & Kadarusman, H., 2022, Pengaruh Aerasi Terhadap Pengolahan
Limbah Cair Rumah Sakit Dengan Metode Constructed Wetland, Ruwa
Jurai: Jurnal Kesehatan Lingkungan, 16(1), 41-49.
Jumadewi Asri, 2021, Manajemen Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit, Nasya
Expanding Management, Bojong.
Andeobu, Lynda, Santoso Wibowo, and Srimannarayana Grandhi. "Medical waste from
COVID-19 pandemic—a systematic review of management and environmental impacts in
Australia." International Journal of Environmental Research and Public Health 19.3 (2022):
1381.
Adu, Robert Ohene, Gyasi, Samuel Fosu Essumang, David Kofi, Otabil, Kenneth Bentum
(2020) ‘Medical Waste-Sorting and Management Practices in Five Hospitals in Ghana’,
Journal of Environmental and Public Health, 2020. Available at:
https://doi.org/10.1155/2020/2934296.
Custodio, M., Cuadrado-Campó, W., Peñaloza, R., Vicuña-Orihuela, C., Torres-Gutiérrez, E.,
& Orellana, E. (2022). Treatment of Hospital Wastewater Using Activated Sludge with
Extended Aeration. Journal of Ecological Engineering, 23(11), 24-32.
Fletcher, C. A., Clair, R. S., & Sharmina, M. (2021). A framework for assessing the circularity
and technological maturity of plastic waste management strategies in hospitals. Journal of
Cleaner Production, 306, 127169
Jayasinghe, P. A., Jalilzadeh, H., & Hettiaratchi, P. (2023). The Impact of COVID-19 on
Waste Infrastructure: Lessons Learned and Opportunities for a Sustainable
Future. International Journal of Environmental Research and Public Health, 20(5), 4310
Pungut, P., Al Kholif, M., & Sugianto, A. A. P. N. (2022). Pengaruh Tekanan Blower
pada Proses Pembakaran Sampah Medis Menggunakan Insinerator Statis terhadap
Kualitas Abu. Jurnal Serambi Engineering, 7(1).
Witjaksono, R. F., & Sururi, M. R. (2023). Evaluasi Kinerja Instalasi Pengolahan Air
Limbah Rumah Sakit X di Jakarta Pusat. Jurnal Serambi Engineering, 8(2)
Rawis, L., Mangangka, I. R., & Legrans, R. R. (2022). Analisis Kinerja Instalansi
Pengolahan Air Limbah (IPAL) di Rumah Sakit Bhayangkara Tingkat III
Manado. TEKNO, 20(81).
Adhani, R., 2018, Pengelolaan Limbah Medis. In Global Shadows: Africa in the Neoliberal
World Order (Vol. 44, Issue 2).
Asrun, A. M., Sihombing, L. A., dkk., 2020, Dampak Pengelolaan Sampah Medis
dihubungkan dengan Undang-undang No 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan dan
Undang-undang No. 32 Tahun 2009 …. PAJOUL (Pakuan Justice …, 01, 33–46.
https://cdn.murianews.com/wp-content/uploads/2021/06/08152149/2037-5118-3-
PB.pdf
Choliq, N. S., 2017, Pengolahan Limbah Farmasi Menggunakan Grafin, Research Gate,
December, 0–11. https://doi.org/10.5281/zenodo.1134022
Padmanabhan, K. K., & Barik, D., 2018, Health hazards of medical waste and its disposal, In
Energy from Toxic Organic Waste for Heat and Power Generation (Issue January).
Elsevier Ltd. https://doi.org/10.1016/B978-0-08-102528-4.00008-0