PENDAHULUAN
1
2
2.820 rumah sakit dan 9.884 puskesmas di Indonesia yang diperkirakan lebih
kurang mencapai 290-an ton per hari.
Berdasarkan profil kesehatan Indonesia pada tahun 2020 jumlah fasilitas
pelayanan kesehatan baik rumah sakit atau puskesmas yang melakukan
pengelolaan limbah medis yang telah sesuai standar mencapai 2.431 dari total
fasilitas pelayanan kesehatan 12.831. Namun capaian tersebut belum
mencapai target Renstra kementerian kesehatan sebanyak 2.600 jumlah
fasilitas pelayanan kesehatan yang melakukan pengelolahan limbah medis
sesuai standar di tahun 20205. Secara nasional persentase Fasilitas pelayanan
kesehatan baik rumah sakit maupun puskesmas yang telah melakukan
pengelolaan limbah sesuai standar pada tahun 2020 adalah 18,9% Provinsi
dengan persentase tertinggi adalah Bengkulu (43,5%), Jawa Tengah (43,4%),
dan Sulawesi Selatan (42,3%). Provinsi dengan persentase terendah adalah
Papua (0,2%), Maluku Utara (0,6%), dan Gorontalo (0,9%)8, Sedangkan di
provinsi jambi terdapat 235 jumlah rumah sakit dan puskesmas sebanyak,
Namun hanya ada 4 RS dan Puskesmas yang Melakukan Pengelolaan Limbah
Medis dengan presentase 1,7%, Hal ini tentu saja menimbulkan berbagai
permasalahan5.
Permasalahan seperti itu juga tidak bisa lepas dari Rumah Sakit Umum
MAYJEN H.A Thalib adalah satu-satunya aset fasilitas pelayanan kesehatan
terbesar yang dimiliki pemerintah kota sungai penuh dan kabupaten kerinci.
Kegiatan pelayanan kesehatan di Rumah Sakit Umum Mayjen H.A Thalib
yang dilaksanankan setiap harinya seperti pelayanan medik, pelayanan
penunjang medik dan non medik contohnya radiologi, laboratorium, dapur dan
laundry. Dengan adanya fasilitas pelayanan kesehatan tersebut tentu saja akan
memberikan dampak positif dan negatif. Contoh dampak positif yaitu
masyarakat lebih dekat dengan fasilitas pelayanan kesehatan sehingga mereka
dapat mengakses fasilitas pelayanan kesehatan dengan cepat dan mudah.
Namun, dari aktivitas pelayanan kesehatan tersebut menimbulkan dampak
negatif terhadap lingkungan hal ini dikarenakan timbulnya limbah. Misalnya
dari kegitan medis yang menimbulkan limbah infeksius, limbah patologi,
3
serta rumah sakit swasta yang terdapat di Kabupaten Kerinci. RSU Mayjen
H.A Thalib sudah melaksanakan pelayanan dengan 4 jenis spesialisasi dasar,
yakni spesialisasi bedah, spesialisasi obgyn, spesialisasi penyakit dalam, dan
spesialisasi anak, kemudian 4 jenis spesialisasi penunjang yakni spesialisasi
saraf, spesialis mata, spesialis THT, dan spesialis paru. RSU Mayjen H.A
Thalib mempunyai 168 kapasitas tempat tidur, jumlah total hari perawatan
hingga menjelang akhir tahun 2021 yaitu sebanyak 3500 dengan Bed
Occupation Rate (BOR) yang mencapai 95% serta Lengt of Stay (LOS) rata-
rata lama waktu rawat inap pasien hingga 8 hari. Semakin tinggi angka BOR
dan LOS maka jelas saja jumlah limbah medis dan non medis yang dihasilkan
semakin meningkat8.
Berdasarkan informasi yang didapatkan penulis di RSU Mayjen H.A
Thalib, didapatkan informasi yaitu rumah sakit ini telah melaksanakan proses
pengelolaan limbah padat mulai dari tahap awal yaitu pemisahan,
pengangkutan, sampai pembuangan atau pemusnahan. Akan tetapi, masih
adanya berbagai kendala dalam pelaksanaan pengelolaan limbah di Rumah
Sakit Umum Mayjen H.A Thalib, yaitu masih tercampurnya limbah infeksius,
limbah patologi, limbah limbah farmasi, limbah sitotoksik, limbah kimiawi,
limbah radioaktif, limbah Kontainer bertekanan, dan limbah dengan
kandungan logam berat yang tinggi pada proses pemilahan limbah, pewadahan
limbah yang disediakan hanya untuk limbah infeksius dan non infeksius saja,
hal ini tentu saja dapat menyebabkan terjadinya kecelakaan pada petugas yang
melakukan pemindahan serta petugas yang mengangkut limbah.
Petugas kebersihan dalam mengangkut limbah belum menggunakan alat
pelindung diri (APD) sehingga dapat menimbulkan infeksi nosokomial karena
petugas kontak langsung dengan sampah medis, Untuk menanggulangi
masalah tersebut pimpinan telah memberikan teguran terhadap petugas yang
belum menggunakan APD. Selain itu, sarana tempat pembuangan sampah
yang tersedia hanya untuk sampah infeksius dan non infeksuius.
Berdasarkan hasil wawancara dengan petugas pengangkut limbah medis,
limbah medis Rumah Sakit Umum Mayjen H.A Thalib diserahkan kepada
5
Petugas kebersihan Rumah Sakit Umum Mayjen H.A Thalib dikelola oleh
pihak ketiga yang langsung bertanggung jawab kepada Pemerintah Daerah
Kabupaten Kerinci dan berkoordinasi dengan pihak Rumah Sakit Umum
Mayjen H.A Thalib Kabupaten Kerinci. Untuk tahun 2021, PT. Kenali
Permata Indah sebagai pengelola dan penyalur petugas kebersihan.
Koordinator lapangan dari rumah sakit adalah bagian Instalasi Sanitasi,
Laundry, dan IPAL yang melakukan pengawasan di lapangan.
Informasi yang diperoleh dari Kepala Instalasi Sanitasi, Laundry dan IPAL
RSU Mayjen H.A Thalib, pelatihan kepada petugas kebersihan mengenai
pengelolaan sampah medis tidak pernah dilakukan. Petugas kebersihan yang
baru bekerja dari tahun 2020 belum mendapatkan pelatihan baik dari pihak
Rumah Sakit Umum Mayjen H.A Thalib Kota Sungai Penuh maupun dari
pihak penyalur petugas kebersihan. Petugas kebersihan tersebut hanya
berpedoman pada SOP dari pengawas rumah sakit, Hal ini menyebabkan
pengetahuan dan sikap petugas kebersihan tersebut masih rendah dan terbatas
pada kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan sehari-hari tanpa mengetahui
bahaya infeksi nosokomial.
Penelitian Deviana Nofrianty Rumah Sakit Umum Daerah Ulin Kota
Banjarmasin Tahun 2020 mengenai Evaluasi Sistem Pengelolaan Limbah
7
Padat Medis di Rumah Sakit Umum Daerah Ulin Kota Banjarmasin Tahun
2020, didapatkan hasil bahwa Sistem Pengelolaan Limbah Padat (Medis Dan
Non Medis) Di Rumah Sakit Umum Daerah Ulin Kota Banjarmasin belum
sesuai dengan Kepmenkes Kepmenkes Nomor 7 Tahun 2019 tentang
Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit. Hasil penelitian tersebut sama dengan
hasil Penelitian Pramiati Purwaningrum mengenai Evaluasi Pengelolaan
Sampah Medis Di RSUD Kota Tangerang didapatkan hasil pewadahan
smmpah medis yang disediakan belum sepenuhnya sesuai dengan Permenkes
RI No. 7 Tahun 2019 tentang Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit, yaitu jenis
sampah medis dengan kategori sitoktosis menggunakan wadah container atau
kantong plastik berwarna ungu.
Berdasarkan latar belakang diketahui bahwa sistem pengelolaan limbah
padat (medis dan non medis) di RSU Mayjen H.A Thalib Kota Sungai Penuh
masih banyak yang belum sesuai dengan persyaratan Peraturan Menteri
Kesehatan RI Nomor 7 Tahun 2019, sehingga perlu dilakukan upaya
penangggulangan yang lebih baik dan sesuai dengan standar berlaku agar tidak
menimbulkan cidera dan pencemaran lingkungan di RSU Mayjen H.A Thalib
Kota Sungai Penuh. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian mengenai evaluasi sistem pengelolaan limbah padat medis di RSU
Mayjen H.A Thalib Kota Sungai Penuh.