Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Rumah sakit ialah tempat berkumpulnya orang sakit ataupun orang yang
dalam keadaan sehat yang memungkinkan untuk terjadinya pencemaran di
lingkungan, gangguan kesehatan, dan juga menjadi tempat terjadinya
penularan suatu penyakit melalui virus-virus yang terdapat di Rumah Sakit1.
Rumah sakit juga merupakan pusat kegiatan pelatihan bagi tenaga kesehatan
dan pusat penelitian medik3 Sehingga rumah sakit diharapkan mampu untuk
memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu dengan biaya yang
terjangkau, tenaga medis yang prorefesional, fasilitas dan teknologi pelayanan
kesehatan, serta pengelolaan dampak lingkungan 2. Rumah sakit juga
merupakan pusat kegiatan pelatihan bagi tenaga kesehatan dan pusat
penelitian medik3.
Menurut direktur kesehatan lingkungan RI Pengelolaan limbah medis dan
fasilitas pelayanan kesehatan masih menjadi permasalahan, Penyelesaian
permasalahan tersebut menjadi tanggung jawab bersama yakni pemerintah,
swasta, fasilitas pelayanan kesehatan dan masyarakat6. Oleh karena itu,
pengelolaan limbah medis harus dilakukan sesuai dengan peraturan. Menurut
Permenkes Nomor 7 Tahun 2019 mengenai Kesehatan Lingkungan yang
terdapat di Rumah Sakit pada pasal 1 tentang Peraturan kesehatan lingkungan
rumah sakit yang memiliki tujuan untuk : Meningkatkan lingkungan rumah
sakit yang berkualitas dan sehat mulai dari faktor fisik, kimia, biologi,
radioaktif, dan sosial. Menjaga sumber daya manusia yang ada di rumah
sakit, pasien, pengunjung, dan lingkungan rumah sakit dari faktor risiko
lingkungan, serta menciptakan rumah sakit yang ramah lingkungan7.
Direktur Kesehatan Lingkungan Ditjen Kesehatan Masyarakat Kemenkes
menjelaskan bahwa masih sangat tingginya presentase limbah medis yang
belum dikelola dengan benar. Volume limbah medis yang bersumber dari

1
2

2.820 rumah sakit dan 9.884 puskesmas di Indonesia yang diperkirakan lebih
kurang mencapai 290-an ton per hari.
Berdasarkan profil kesehatan Indonesia pada tahun 2020 jumlah fasilitas
pelayanan kesehatan baik rumah sakit atau puskesmas yang melakukan
pengelolaan limbah medis yang telah sesuai standar mencapai 2.431 dari total
fasilitas pelayanan kesehatan 12.831. Namun capaian tersebut belum
mencapai target Renstra kementerian kesehatan sebanyak 2.600 jumlah
fasilitas pelayanan kesehatan yang melakukan pengelolahan limbah medis
sesuai standar di tahun 20205. Secara nasional persentase Fasilitas pelayanan
kesehatan baik rumah sakit maupun puskesmas yang telah melakukan
pengelolaan limbah sesuai standar pada tahun 2020 adalah 18,9% Provinsi
dengan persentase tertinggi adalah Bengkulu (43,5%), Jawa Tengah (43,4%),
dan Sulawesi Selatan (42,3%). Provinsi dengan persentase terendah adalah
Papua (0,2%), Maluku Utara (0,6%), dan Gorontalo (0,9%)8, Sedangkan di
provinsi jambi terdapat 235 jumlah rumah sakit dan puskesmas sebanyak,
Namun hanya ada 4 RS dan Puskesmas yang Melakukan Pengelolaan Limbah
Medis dengan presentase 1,7%, Hal ini tentu saja menimbulkan berbagai
permasalahan5.
Permasalahan seperti itu juga tidak bisa lepas dari Rumah Sakit Umum
MAYJEN H.A Thalib adalah satu-satunya aset fasilitas pelayanan kesehatan
terbesar yang dimiliki pemerintah kota sungai penuh dan kabupaten kerinci.
Kegiatan pelayanan kesehatan di Rumah Sakit Umum Mayjen H.A Thalib
yang dilaksanankan setiap harinya seperti pelayanan medik, pelayanan
penunjang medik dan non medik contohnya radiologi, laboratorium, dapur dan
laundry. Dengan adanya fasilitas pelayanan kesehatan tersebut tentu saja akan
memberikan dampak positif dan negatif. Contoh dampak positif yaitu
masyarakat lebih dekat dengan fasilitas pelayanan kesehatan sehingga mereka
dapat mengakses fasilitas pelayanan kesehatan dengan cepat dan mudah.
Namun, dari aktivitas pelayanan kesehatan tersebut menimbulkan dampak
negatif terhadap lingkungan hal ini dikarenakan timbulnya limbah. Misalnya
dari kegitan medis yang menimbulkan limbah infeksius, limbah patologi,
3

limbah benda tajam, limbah farmasi, limbah sitotoksik, limbah kimiawi,


limbah radioaktif, limbah Kontainer bertekanan, dan limbah dengan
kandungan logam berat yang tinggi sehingga memiliki potensi bahaya yang
sangat besar dan dapat menyebabkan cidera melalui sobekan atau tusukan
serta dapat menyebabkan penularan penyakit10.
Tata cara pengelolaan limbah padat dilakukan dengan beberapa tahap
mulai dari membatasi sampah, pemilahan, pengumpulan, pengangkutan,
pemusnahan, pemanfaatan kembali, serta daur ulang. Pengelolaan limbah
padat yang belum sesuai dengan standar pasti akan memunculkan
permasalahan terhadap kesehatan serta lingkungan misalnya peradangan,
cedera ataupun tertusuk benda tajam, kecelakaan pada saat kerja, ataupun
pencemaran pada tanah apabila limbah padat medis dibuang langsung ke tanah
dan melaksanakan pengelolaan dengan menggunakan insinerator.
Pemisahan limbah medis mulai dari ruangan limbah dihasilkan merupakan
tahap awal mengurangi kontaminasi medis dan non medis. Untuk pengelolaan
limbah padat, ada sebanyak 80,7 % rumah sakit di Indonesia sudah mulai
memisahkan antara limbah medis dan non medis, akan tetapi pada saat
pewadahan terdapat masalah, yakni hanya sekitar 20,5 % yang telah
menggunakan pewadahan khusus dengan warna serta lambang yang berbeda.
Teknologi untuk memusnahakan serta proses pembuangan akhir yang
digunakan untuk limbah infeksius adalah dengan cara dibakar dengan
insinerator (62,5%), landfill (14,8%), dan manual (22,7%). Kemudian untuk
limbah toksik dimusnahkan serta proses pembuangan akhirnya adalah dengan
cara dibakar menggunakan insinerator (51,1 %), landfill (15,9%) dan manual
(33,0%). Untuk jenis limbah radioaktif, hanya sekitar 37,1% yang
menyerahkan limbah radioaktif ke BATAN, sisanya dilakukan penyimpanan
menggunakan Silo7.
Rumah Sakit Umum Mayjen H.A Thalib (RSU Mayjen H.A Thalib)
merupakan satu-satunya Rumah Sakit Umum milik Pemerintah Daerah Kota
Sungai Penuh Kabupaten Kerinci Provinsi Jambi yang menjadi rujukan untuk
6 Puskesmas perawatan dan 14 Puskesmas non perawatan, beberapa klinik,
4

serta rumah sakit swasta yang terdapat di Kabupaten Kerinci. RSU Mayjen
H.A Thalib sudah melaksanakan pelayanan dengan 4 jenis spesialisasi dasar,
yakni spesialisasi bedah, spesialisasi obgyn, spesialisasi penyakit dalam, dan
spesialisasi anak, kemudian 4 jenis spesialisasi penunjang yakni spesialisasi
saraf, spesialis mata, spesialis THT, dan spesialis paru. RSU Mayjen H.A
Thalib mempunyai 168 kapasitas tempat tidur, jumlah total hari perawatan
hingga menjelang akhir tahun 2021 yaitu sebanyak 3500 dengan Bed
Occupation Rate (BOR) yang mencapai 95% serta Lengt of Stay (LOS) rata-
rata lama waktu rawat inap pasien hingga 8 hari. Semakin tinggi angka BOR
dan LOS maka jelas saja jumlah limbah medis dan non medis yang dihasilkan
semakin meningkat8.
Berdasarkan informasi yang didapatkan penulis di RSU Mayjen H.A
Thalib, didapatkan informasi yaitu rumah sakit ini telah melaksanakan proses
pengelolaan limbah padat mulai dari tahap awal yaitu pemisahan,
pengangkutan, sampai pembuangan atau pemusnahan. Akan tetapi, masih
adanya berbagai kendala dalam pelaksanaan pengelolaan limbah di Rumah
Sakit Umum Mayjen H.A Thalib, yaitu masih tercampurnya limbah infeksius,
limbah patologi, limbah limbah farmasi, limbah sitotoksik, limbah kimiawi,
limbah radioaktif, limbah Kontainer bertekanan, dan limbah dengan
kandungan logam berat yang tinggi pada proses pemilahan limbah, pewadahan
limbah yang disediakan hanya untuk limbah infeksius dan non infeksius saja,
hal ini tentu saja dapat menyebabkan terjadinya kecelakaan pada petugas yang
melakukan pemindahan serta petugas yang mengangkut limbah.
Petugas kebersihan dalam mengangkut limbah belum menggunakan alat
pelindung diri (APD) sehingga dapat menimbulkan infeksi nosokomial karena
petugas kontak langsung dengan sampah medis, Untuk menanggulangi
masalah tersebut pimpinan telah memberikan teguran terhadap petugas yang
belum menggunakan APD. Selain itu, sarana tempat pembuangan sampah
yang tersedia hanya untuk sampah infeksius dan non infeksuius.
Berdasarkan hasil wawancara dengan petugas pengangkut limbah medis,
limbah medis Rumah Sakit Umum Mayjen H.A Thalib diserahkan kepada
5

pihak ketiga, karena insinerator tidak dapat dioperasikan karana belum


memiliki izin. Kejadian tertusuk jarum suntik sering dialami oleh petugas
pengangkut limbah medis. Hal ini disebabkan oleh pencampuran
pengangkutan limbah medis dari beberapa jenis limbah termasuk limbah
benda tajam dan sampah infeksius. Selain itu, petugas pengangkut limbah
medis tidak memakai APD ketika bekerja.

Gambar 1.1 Gambar 1.2 Pemilahan Gambar 1.3


Pengambilan limbah limbah oleh Cleaning Pengangkutan limbah
domestik service
Gambar diatas merupakan hasil observasi awal peneliti dimana terdapat
petugas petugas tidak menggunakan Alat pelindung diri. (Pengambilan limbah
domestik, Pengambilan sampah oleh CS, dan Pengangkutan). Kejadian
tertusuk jarum suntik sering dialami oleh petugas saat melakukan proses
pengelolaan limbah medis karena tidak menggunakan APD.
Sedangkan gambar dibawah ini adalah hasil observasi tempat limbah
medis dan non medis yang tidak ditutup. Sehingga dapat menyebabkan
masalah kesehatan seperti tingginya angka kepadatan vektor penyakit (lalat,
tikus, nyamuk, kecoa, dan lain – lain). Hal ini tentu saja dapat menimbulkan
penyakit menular, seperti diare, penyakit kulit, scrub thypus, DBD, demam
thyopoid, kecacingan.
6

Gambar 1.4 Troli pengangkut limbah Gambar 1.5 Limbah yang


yang tidak ditutup tercampur

Petugas kebersihan Rumah Sakit Umum Mayjen H.A Thalib dikelola oleh
pihak ketiga yang langsung bertanggung jawab kepada Pemerintah Daerah
Kabupaten Kerinci dan berkoordinasi dengan pihak Rumah Sakit Umum
Mayjen H.A Thalib Kabupaten Kerinci. Untuk tahun 2021, PT. Kenali
Permata Indah sebagai pengelola dan penyalur petugas kebersihan.
Koordinator lapangan dari rumah sakit adalah bagian Instalasi Sanitasi,
Laundry, dan IPAL yang melakukan pengawasan di lapangan.
Informasi yang diperoleh dari Kepala Instalasi Sanitasi, Laundry dan IPAL
RSU Mayjen H.A Thalib, pelatihan kepada petugas kebersihan mengenai
pengelolaan sampah medis tidak pernah dilakukan. Petugas kebersihan yang
baru bekerja dari tahun 2020 belum mendapatkan pelatihan baik dari pihak
Rumah Sakit Umum Mayjen H.A Thalib Kota Sungai Penuh maupun dari
pihak penyalur petugas kebersihan. Petugas kebersihan tersebut hanya
berpedoman pada SOP dari pengawas rumah sakit, Hal ini menyebabkan
pengetahuan dan sikap petugas kebersihan tersebut masih rendah dan terbatas
pada kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan sehari-hari tanpa mengetahui
bahaya infeksi nosokomial.
Penelitian Deviana Nofrianty Rumah Sakit Umum Daerah Ulin Kota
Banjarmasin Tahun 2020 mengenai Evaluasi Sistem Pengelolaan Limbah
7

Padat Medis di Rumah Sakit Umum Daerah Ulin Kota Banjarmasin Tahun
2020, didapatkan hasil bahwa Sistem Pengelolaan Limbah Padat (Medis Dan
Non Medis) Di Rumah Sakit Umum Daerah Ulin Kota Banjarmasin belum
sesuai dengan Kepmenkes Kepmenkes Nomor 7 Tahun 2019 tentang
Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit. Hasil penelitian tersebut sama dengan
hasil Penelitian Pramiati Purwaningrum mengenai Evaluasi Pengelolaan
Sampah Medis Di RSUD Kota Tangerang didapatkan hasil pewadahan
smmpah medis yang disediakan belum sepenuhnya sesuai dengan Permenkes
RI No. 7 Tahun 2019 tentang Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit, yaitu jenis
sampah medis dengan kategori sitoktosis menggunakan wadah container atau
kantong plastik berwarna ungu.
Berdasarkan latar belakang diketahui bahwa sistem pengelolaan limbah
padat (medis dan non medis) di RSU Mayjen H.A Thalib Kota Sungai Penuh
masih banyak yang belum sesuai dengan persyaratan Peraturan Menteri
Kesehatan RI Nomor 7 Tahun 2019, sehingga perlu dilakukan upaya
penangggulangan yang lebih baik dan sesuai dengan standar berlaku agar tidak
menimbulkan cidera dan pencemaran lingkungan di RSU Mayjen H.A Thalib
Kota Sungai Penuh. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian mengenai evaluasi sistem pengelolaan limbah padat medis di RSU
Mayjen H.A Thalib Kota Sungai Penuh.

1.2 Rumusan Masalah


Aktivitas pelayanan kesehatan yang dilaksanakan di RSU Mayjen H.A
Thalib Kota Sungai Penuh sangat kompleks sehingga limbah padat medis dan
non medis yang dihasilkan juga sangat banyak dengan jumlah timbulan
limbah perhari yaitu sekitar 3,2 kg/tempat tidur/hari, Baik limbah padat medis
dan non-medis perlu penanganan yang baik dan benar sesuai dengan Peraturan
Menteri Kesehatan RI Nomor 7 Tahun 2019. Berdasarkan informasi yang
didapatkan penulis di RSU Mayjen H.A Thalib, didapatkan informasi yaitu
rumah sakit ini telah melaksanakan proses pengelolaan limbah padat mulai
dari tahap awal yaitu pemisahan, pengangkutan, sampai pembuangan atau
8

pemusnahan. Akan tetapi, masih adanya berbagai kendala dalam pelaksanaan


pengelolaan limbah di Rumah Sakit Umum Mayjen H.A Thalib, yaitu masih
tercampurnya limbah infeksius, limbah patologi, limbah limbah farmasi,
limbah sitotoksik, limbah kimiawi, limbah radioaktif, limbah Kontainer
bertekanan, dan limbah dengan kandungan logam berat yang tinggi pada
proses pemilahan limbah, karena rumah sakit ini hanya menyediakan 2 jenis
tong sampah saja pada setiap ruangan, yaitu untuk limbah infeksius dan non
infeksius saja, hal ini tentu saja dapat menyebabkan terjadinya kecelakaan
pada petugas yang melakukan pemindahan serta petugas yang mengangkut
limbah, Sehingga pada saat pemilahan diperlukan APD yang lengkap agar
petugas yang memilah limbah tersebut tidak mengalami cidera. Oleh karena
itu, perlu adanya evaluasi sistem pengelolaan limbah padat medis dan non
medis RSU Mayjen H.A Thalib Kota Sungai Penuh agar dapat meningkatkan
kualitas dan derajat kesehatan lingkungan RSU Mayjen H.A Thalib kota
sungai penuh. Baik limbah tersebut di serahkan pada pihak ketiga mau pun
dibakar menggunakan insenarator.
Berdasarkan latar belakang, maka rumusan masalah dalam penelitian ini
adalah “Apakah sistem pengelolaan limbah padat medis RSU Mayjen H.A
Thalib Kota Sungai Penuh sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan RI
Nomor 7 Tahun 2019 tentang Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit?”.

1.3 Tujuan Penelitian


1.3.1 Tujuan Umum
Mengevaluasi Sistem Pengelolaan Limbah Padat Medis RSU
Mayjen H.A Thalib Kota Sungai Penuh Provinsi Jambi.
1.3.2 Tujuan khusus
1. Mengevaluasi input dari sistem pengelolaan limbah padat medis
RSU Mayjen H.A Thalib mulai dari sumber daya manusia, dana,
sarana dan prasaran serta kebijakan.
2. Mengevaluasi proses sistem pengelolaan limbah padat medis RSU
Mayjen H.A Thalib Kota Sungai Penuh dari mulai dari tahap
9

pemilahan dan pewadahan, pengumpulan dan penyimpanan,


pemindahan, pengangkutan hingga pengolahan.
3. Mengevaluasi output dari sistem pengelolaan limbah padat yang
olah dengan cara yang benar yaitu menggunakan insenarator dan
diolah kembali oleh pihak ketiga.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Bagi Pembaca
Dapat digunakan sebagai ilmu pengetahuan mengenai pengelolaan
limbah padat medis di rumah sakit dan mengidentifikasi hasil evaluasi
sistem pengelolaan limbah padat medis.
1.4.2 Bagi Rumah Sakit RSU Mayjen H.A Thalib
1. Dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam memperbaiki
sistem pengelolaan limbah padat medis di RSU Mayjen H.A
Thalib menjadi lebih baik.
2. Mewujudkan SOP yang jelas untuk semua petugas kebersihan
yang terdapat di rumah sakit dengan tujuan meningkatkan
akreditasi RSU Mayjen H.A Thalib.
3. Mewujudkan tata letak jalur pengangkutan limbah padat medis
RSU Mayjen H.A Thalib supaya sesuai peraturan yang berlaku.
1.4.3 Bagi Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat
Dapat menyampaikan ilmu pengetahuan mengenai sistem
pengolahan limbah padat rumah sakit medis sesuai dengan kebutuhan
pemerintah dan dapat dipakai sebagai referensi bagi peneliti
berikutnya.
1.4.4 Bagi Peneliti
Dapat mengembangkan ilmu pengetahuan terkait dengan sistem
pengelolaan limbah yang benar sesuai peraturan.

Anda mungkin juga menyukai