Anda di halaman 1dari 45

GAMBARAN PENGELOLAAN LIMBAH MEDIS PADAT PADA RUMAH

SAKIT UMUM DAERAH SUKADANA KABUPATEN LAMPUNG


TIMUR TAHUN 2023

OLEH :

NI MADE DWI

FITRIA 2013451099

PROPOSAL KARYA TULIS ILMIAH

POLITEKNIK KESEHATAN

TANJUNGKARANG JURUSAN KESEHATAN

LINGKUNGAN PROGRAM STUDI DIII

SANITASI

TAHUN 2023
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bahan Berbahaya dan Beracun yang selanjutnya disingkat B3 adalah
zat, energi, dan/atau komponen lain yang karena sifat, konsentrasi,
dan/atau jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung, dapat
mencemarkan dan/atau merusak lingkungan hidup, dan/atau
membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, serta kelangsungan hidup
manusia dan makhluk hidup lain. Karakteristik limbah B3 Mudah
meledak, Mudah menyala, Reaktif, Infeksius, Korosif dan Beracun.
Limbah B3 berdasarkan kategori bahayanya terdiri atas:

1. Limbah B3 dari sumber tidak spesifik;


2. Limbah B3 dari B3 kedaluwarsa, B3 yang tumpah, B3 yang tidak
memenuhi spesifikasi produk yang akan dibuang, dan bekas kemasan
B3; dan
3. Limbah B3 dari sumber spesifik. (Permenkes No. 101, tahun 2014)

Limbah medis padat adalah limbah yang langsung dihasilkan dari


tindakan diagnosa dan tindakan medis terhadap pasien. Termasuk dalam
kegiatan tersebut juga kegiatan medis di ruang laboratorium. Limbah padat
medis sering disebut sampah biologis. Sampah biologis terdiri dari :

1. Sampah medis yang dihasilkan dari ruang perawatan, ruang bedah atau
ruang kebidanan seperti misalnya perban, kasa, alat injeksi, ampul dan
botol bekas obat injeksi, kateter, swab, plester, masker.
2. Sampah patologis yang dihasilkan dari ruang poliklinik, bedah,
kebidanan atau ruang otopsi misalnya plasenta, jaringan organ, anggota
badan dan sebagainya.
3. Sampah laboratorium yang dihasikan dari pemeriksaan laboratorium
diagnotik atau penelitian, misalnya sediaan atau media sampel yang dan
bangkai binatang bercobaan. (Chandra Budiman, 2006:191)

Limbah rumah sakit yang tergolong berbahaya salah satunya adalah


limbah medis padat yang terdiri dari limbah infeksius, limbah patologi,
limbah benda tajam, limbah farmasi, limbah sitotoksis, limbah kimiawi,
limbah radioaktif, dan limbah dengan kandungan logam berat yang tinggi.
Lingkungan rumah sakit sebagai salah satu sarana pelayanan kesehatan
masyarakat merupakan tempat berkumpulnya orang sakit maupun orang
sehat sehingga dapat menjadi tempat penularan penyakit serta
memungkinkan terjadinya pencemaran lingkungan dan gangguan
kesehatan. Untuk menghindari resiko dan gangguan kesehatan maka perlu
penyelenggaraan kesehatan lingkungan rumah sakit, salah satunya dengan
melaksanakan pengelolaan limbah sesuai persyaratan dan tata laksana
yang telah ditetapkan untuk melindungi pasien, keluarga pasien dan
seluruh tenaga kesehatan yang ada di lingkungan rumah sakit. (Depkes RI,
2006).

Menurut Peraturan Mentri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 7


tahun. 2019 Limbah B3 yang dihasilkan rumah sakit dapat menyebabkan
gangguan perlindungan kesehatan dan atau risiko pencemaran terhadap
lingkungan hidup. Mengingat besarnya dampak negatif limbah B3 yang
ditimbulkan, maka penanganan limbah B3 harus dilaksanakan secara tepat,
mulai dari tahap pewadahan, tahap pengangkutan, tahap penyimpanan
sementara sampai dengan tahap pengolahan. Jenis limbah B3 yang
dihasilkan di rumah sakit meliputi limbah medis, baterai bekas, obat dan
bahan farmasi kadaluwarsa, oli bekas, saringan oli bekas, lampu bekas,
baterai, cairan fixer dan developer, wadah cat bekas (untuk cat yg
mengandung zat toksik), wadah bekas bahan kimia, catridge printer bekas,
film rontgen bekas, motherboard komputer bekas, dan lainnya.
Penanganan limbah B3 rumah sakit dilaksanakan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
Rumah sakit adalah tempat berkumpulnya berbagai jenis
mikroorganisme penyakit menular yang dapat menginfeksi pasien,
pengunjung dan staf rumah sakit. Untuk menjamin perlindungan
kesehatan, maka mikoorganisme di rumah sakit perlu dicegah dan
dikendalikan melalui upaya dekontaminasi. Dekontaminasi adalah upaya
mengurangi dan/atau menghilangkan kontaminasi oleh mikroorganisme
pada orang, peralatan, bahan, dan ruang melalui disinfeksi dan sterilisasi
dengan cara fisik dan kimiawi. (Permenkes No.7, 2019)

Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang


menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang
menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat.
(Permenkes No.340/MENKES/PER/III/ 2010).

Keberadaan Fasilitas Pelayanan Kesehatan mempengaruhi derajat


kesehatan masyarakat suatu negara. Undang-Undang Nomor 36 Tahun
2009 tentang Kesehatan menjelaskan bahwa fasilitas pelayanan kesehatan
adalah suatu alat dan/atau tempat yang digunakan untuk
menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan, baik promotif, preventif,
kuratif, maupun rehabilitatif yang dilakukan oleh pemerintah, pemerintah
daerah, dan/atau masyarakat.( Depkes 2018)

Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual


maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif
secara sosial dan ekonomis. Sumber daya di bidang kesehatan adalah
segala bentuk dana, tenaga, perbekalan kesehatan, sediaan farmasi dan alat
kesehatan serta fasilitas pelayanan kesehatan dan teknologi yang
dimanfaatkan untuk menyelenggarakan upaya kesehatan yang dilakukan
oleh pemerintah, pemerintah daerah, dan/atau masyarakat. Kesehatan
merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang
harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia. (UU RI No.
36, 2009)
Kesehatan lingkungan rumah sakit adalah upaya pencegahan
penyakit dan/atau gangguan kesehatan dari faktor risiko lingkungan untuk
mewujudkan kualitas lingkungan yang sehat baik dari aspek fisik, kimia,
biologi, maupun sosial di dalam lingkungan rumah sakit. Kualitas
lingkungan rumah sakit yang sehat ditentukan melalui pencapaian atau
pemenuhan standar baku mutu kesehatan lingkungan dan persyaratan
kesehatan pada media air, udara, tanah, pangan, sarana dan bangunan, dan
vektor dan binatang pembawa penyakit. (Permenkes No. 7, 2019)

Menurut aturan Kepmenkes RI No. 1204/Menkes/SK/X/2004


wadah limbah harus anti bocor, anti rusak, dan tidak mudah dibuka
sehingga orang yang tidak berkepentingan tidak dapat membukanya.

World Health Organization (WHO, 2010) melaporkan limbah yang


dihasilkan pelayanan kesehatan (rumah sakit) hampir 80% berupa limbah
umum. dan 20% berupa limbah bahan berbahaya yang mungkin menular,
beracun atau radioaktif. Sebesar 15% dari limbah yang dihasilkan layanan
kesehatan merupakan limbah infeksius atau limbah jaringan tubuh, limbah
benda tajam sebesar 1%, limbah kimia dan farmasi 3%, dan limbah
genotoksik dan radioaktif sebesar 1%. Negara maju menghasilkan 0,5 kg
limbah berbahaya per tempat tidur rumah sakit per hari.

Berdasarkan Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2020, rumah sakit


yang telah melakukan pengelolaan limbah sesuai dengan standar pada
tahun 2020 adalah sebesar 18,9% dimana mengalami penurunan
dibandingkan dengan tahun sebelumnya yaitu sebesar 33,63%. Provinsi
dengan presentase tertinggi adalah Bengkulu (43,5%), Provinsi Jawa
Tengah (43,4 %), Provinsi Sulawesi Selatan (42,3%), Provinsi Lampung
(42,1%), Banten (35,1%). Provinsi dengan persentase terendah adalah
Papua (0,2%), Maluku Utara (0,6%), dan Gorontalo (0,9%). Permasalahan
dalam pengelolaan limbah medis adalah masih sedikitnya fasilitas
pelayanan kesehatan yang melakukan pengelolaan limbah medis sesuai
dengan standar, masih banyak fasilitas pelayanan kesehatan yang
menggunakan alat kesehatan yang mengandung merkuri, serta adanya
hambatan teknis dan perizinandalampengolahan limbah medis (Kemenkes
RI, 2020).

RSUD Sukadana adalah rumah sakit umum daerah milik


Pemerintah dan merupakan salah satu rumah sakit tipe C yang terletak di
wilayah Kabupaten Lampung Timur. RSUD Sukadana merupakan rumah
sakit rawat inap dengan pelayanan medis 1x24 jam yang memiliki daya
tampung rawat inap sebanyak 120 tempat tidur, yang terdiri dari kelas
VIP, Kelas I, II dan III yang didukung dengan 267 orang karyawan terbaik
Medis maupun Paramedis dengan fasilitas rawat jalan meliputi, Poli
penyakit dalam, Poli Bedah, Poli Kebidanan, Poli THT, Poli Mata, Poli
Anak, Poli Syaraf, Poli Gigi, Poli Jantung, serta Unit Fisiotherapi (Profil
RSUD Sukadana, 2020).

Dari hasil survey penelitian yang telah dilakukan di RSUD


Sukadana, pemilahan limbah medis dilakukan dari tempat limbah medis
berasal tetapi,terkadang masih ditemukannya sampah yang tercampur
dalam satu tong sampah. Tempat penampungan sementara sudah
disediakan tong sampah di masing-masing ruangan dengan jumlah 1 tong
sampah untuk limbah medis dan 1 tong sampah untuk limbah non medis.
Dalam sehari sampah dibuang 2x menggunakan troli khusus yang terbuka
oleh petugas kebersihan. Namun troli yang telah digunakan tidak setiap
hari dicuci dengan desinfektan, tetapi secara berkala (dicuci jika sudah
terlihat kotor). Selain itu petugas kebersihan yang setiap hari mengangkut
limbah medis tidak memakai APD dengan lengkap seperti masker, sarung
tangan khusus, sepatu boot, helm. Untuk tempat penampungan sementara
(TPS) kontruksi bangunannya sudah memenuhi syarat akan tetapi dalam
ruangan tidak diberi sekat/pemisah setiap jenis limbah medis yang
dihasilkan, tidak ada simbol setiap jenis limbah medis, dan tidak dipasang
papan larangan dilarang masuk bagi orang yang tidak berkepentingan.
Limbah medis di RSUD Sukadana tidak diolah sendiri oleh pihak rumah
sakit melainkan diangkut oleh pihak ketiga yaitu bekerja sama dengan PT.
Biuteknika Bina Prima sebagai pengangkut limbah, PT. Wastec
International sebagai pengolahlimbah medis.

Dari uraian di atas dan observasi sementara yang di lakukan


penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai "gambaran
Pengelolaan Limbah Medis Padat di RSUD Sukadana kabupaten
lampung timur tahun 2023”.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka penulis merumuskan
masalah yaitu masih terdapatnya limbah medis padat yang tercampur
dengan limbah non medis dalam satu tong sampah, troli yang digunakan
tidak dicuci setiap hari serta petugas pengangkut limbah medis tidak
memakai APD dengan lengkap, maka permasalahannya adalah
pengelolaan limbah padat medis, untuk itu penulis tertarik untuk
mengadakan penelitian lebih lanjut tentang "Bagaimana Pengelolaan
Limbah Padat Medis di RSUD Sukadana Kabupaten Lampung Timur
Tahun 2023?"

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Adapun tujuan dari peneliti untuk mengetahui gambaran
pengelolaan limbah medis padat di RSUD Sukadana Kabupaten
Lampung Timur Tahun 2023
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui identifikasi jenis limbah medis padat di RSUD
sukadana kabupaten lampung timur tahun 2023.
b. Untuk mengetahui tahapan penanganan pewadahan dan
pengangkutan limbah medis padat di RSUD sukadana kabupaten
lampung timur tahun 2023.
c. Untuk mengetahui pengurangan dan pemilahan limbah medis padat
di RSUD sukadana kabupaten lampung timur tahun 2023.
d. Untuk mengetahui bangunan TPS (Tempat penyimpanan Sementara)
limbah medis padat di RSUD sukadana kabupaten lampung timur
tahun 2023.
e. Untuk mengetahui pemilahan limbah medis padat di TPS limbah B3
RSUD sukadana kabupaten lampung timur tahun 2023.
f. Untuk mengetahui penyimpanan sementara limbah medis padat di
RSUD sukadana kabupaten lampung timur tahun 2023.
g. Untuk mengetahui lamanya penyimpanan limbah medis padat di
RSUD sukadana kabupaten lampung timur tahun 2023.
h. Untuk mengetahui pengangkutan limbah medis padat di RSUD
sukadana kabupaten lampung timur tahun 2023.

D. Manfaat Penelitian
1. Bagi pihak Rumah Sakit
Bagi RSUD Sukadana Kabupaten Lampung Timur di harapkan
menjadi bahan masukan atau saran, dan pertimbangan dalam rangka
untuk peningkatan pengelolaan limbah medis padat.
2. Bagi Institusi
Bagi Institusi Politeknik Kesehatan Tanjung Karang Jurusan
Kesehatan Lingkungan, sebagai tambahan informasi dan untuk
penelitian lebih lanjut tentang pemantauan pengelolaan limbah di
Rumah Sakit, dan sebagai penambah kepustakaan yang berkenaan
dengan pengelolaan limbah medis padat di Rumah Sakit.
3. Bagi Penulis
Menambah wawasan dan pengetahuan tentang pengelolaan limbah
medis padat Rumah Sakit dan dapat mengaplikasikan ilmu pengetahuan
yang di dapat selama menempuh pendidikan di Politeknik Kesehatan
Tanjung Karang Jurusan Kesehatan Lingkungan
E. Ruang lingkup
Ruang lingkup penelitian hanya dibatasi pada pengelolaan limbah
medis padat pada tahap identifikasi, penanganan pewadahan, pengurangan
pemilahan, bagunan TPS, pemilahan, penyimpanan, lamanya
penyimpanan, dan pengangkutan obseravsi pengamatan secara langsung
pada lokasi penelitian dan wawancara dengan tenaga pengelolaan limbah
medis padat di RSUD Sukadana Kabupaten Lampung Timur Tahun 2023.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Tentang Rumah Sakit


1. Pengertian Rumah Sakit
Menurut WHO rumah sakit adalah instalasi yang menyediakan
fasilitas rawat tinggal dalam rangka memberikan pelayanan
pengobatan dan perawatan. Sedangkan pengertian rumah sakit
berdasarkan tujuan adalah menciptakan kondisi rumah sakit yang
nyaman dan bersih bagi pendukung usaha penyembuhan penderita
disamping mencegah penularan penyakit infeksi nosokomial kepada
orang yang baik petugas maupun pengunjung.
Kesehatan lingkungan rumah sakit adalah upaya pencegahan
penyakit dan/atau gangguan kesehatan dari factor risiko lingkungan
untuk mewujudkan kualitas lingkungan yang sehat baik dari aspek
fisik, kimia, biologi, maupun social di dalam lingkungan rumah sakit.
(PermenkesNo.7/2019)
Rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang
menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna
yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat
darurat.Gawat darurat adalah keadaan klinis pasien yang
membutuhkan tindakan medis segera guna pentelamatan nyawa dan
pencegahan kecacatan lebih lanjut.Pelayanan kesehatan paripurna
adalah pelayanan kesehatan yang meliputi promotif, preventif,
kuratif, dan rehabilitative.(UU No.44/2009).
2. Fungsi Rumah Sakit

Menurut UU RI NO 44 tahun 2009 menyatakan bahwa, Rumah


Sakit mempunyai fungsi yaitu:
a. Penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan pemulihan
kesehatan sesuai dengan standar pelayanan rumahsakit;
b. Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan melalui
pelayanan kesehatan yang paripurna tingkat kedua dan ketiga
sesuai kebutuhan medis;
c. Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan sumber daya
manusia dalam rangka peningkatan kemampuan dalam
pemberian pelayanan kesehatan; dan
d. Penyelenggaraan penelitian dan pengembangan serta penapisan
teknologi bidang kesehatan dalam rangka peningkatan
pelayanan kesehatan dengan memperhatikan etika ilmu
pengetahuan bidang kesehatan.
3. Klasifikasi Rumah Sakit
Menurut UU RI No.44 tahun 2009 klasifikasi rumah sakit yaitu:
a. Klasifikasi Rumah Sakit Berdasarkan Kepemilikan :
1) Rumah Sakit Pemerintah yaitu rumah sakit yang memiliki dan
dikelola oleh pemerintah yang digunakan untuk kepentingan
umum.
2) Rumah Sakit Swasta yaitu rumah sakit yang dimiliki oleh
pribadi atau yayasan yang berbadan hukum

b. Klasifikasi Rumah Sakit Secara Umum:


1) Tipe A
Fasilitas : pelayanan medis dasar (pelayanan kesehatan yang
bersifat umum dan kesehatan gigi), spesialistik (bedah,
pelayanan bedah, penyakit dalam, kebidanan, dan kandungan,
kesehtan atau tht, kulit dan kelamin, jantung syaraf,gigi dan
mulut, paru-paru, orthopedic,jiwa, radiology anastesiologi
(pembiusan), patologi anatomi dan kesehatan).dengan
pendalaman tertentu dalam salah satu pelayanan spesialistik
yang luas, memiliki lebih dari 1000 kamar tidur.
2) Tipe B
Fasilitas : Pelayanan medis dasar (pelayanan kesehatan
yang bersifat umum dan kesehatan gigi), spesialistik (bedah,
pelayanan bedah, penyakit dalam, kebidanan dan kandungan,
kesehatan atau THT, kulit dan kelamin, jantung, syaraf, gigi
dan mulut, paru-paru, orthopedic, jiwa, radiology
,anastesiology (pembiusan), patology anatomi, dan kesehatan
dengan pendalaman tertentu dalam salah satu pelayanan
spesialistik), yang terbatas memiliki kamar tidur.
3) Tipe C
Fasilitas : Pelayanan medis dasar (pelayanan kesehatan
yang bersifat umum dan kesehatn gigi) memilki 100-500
kamar tidur.
Kriteria, fasilitas dan kemampuan Rumah Sakit tipe C
meliputi :

a) Pelayanan medik umum terdiri dari pelayanan medic


dasar, pelayanan medic gigi mukut dan pelayanan
kesehatan ibu anak/keluarga berencana.

b) Pelayanan gawat darurat harus dapat memberikan


pelayanan gawat darurat 24 jam dan 7 hari seminggu
dengan kemampuan melakukan pemeriksaan awal kasus-
kasus gawat darurat, melakukan resusitasi dan stabilisasi
sesuai dengan standar.

c) Pelayanan medic spesialis dasar terdiri dari pelayanan


penyakit dalam, kesehatan anak, bedah, obstetric dan
ginekologi.

d) Pelayanan medic spesialis gigi mulut minimal 1pelayanan.

e) Pelayanan spesialis penunjang medic terdiri dari


pelayanan anestesiologi, radiologi, rehabilitasi medic dan
patologi klinik.
f) Pelayanan keperawatan dan kebidanan terdiri dari
pelayanan asuhan keperawatan dan asuhan kebidanan.

g) Pelayanan penunjang klinik terdiri dari perawatan intensif,


pelayanan darah, gizi, farmasi, sterilisasi instrument dan
rekam medik.

Pelayanan penunjang non klinik terdiri dari pelayanan


laundry/linen, jasa boga/dapur, teknik dan pemeliharaan
fasilitas, pengelolaan limbah, gudang, ambulance,
komunikasi, kamar jenazah, pemadam kebakaran,
pengelolaan gas medic dan penampungan airbersih.

4) Tipe D
Fasilitas : Pelayanan dasar (pelayanan kesehatan
yang bersifat umum dan gigi)
a. Tenaga Kesehatan
1) Pelayanan medik dasar minimal harus ada 9 dokter
umum dan 2 dokter gigi.
2) Pelayanan medik spesialis dasar harus ada minimal 2
orang dokter spesialis setiap pelyanan dengan 2 dokter
sebagai tenaga tetap pada pelayanan yang berbeda.
3) Pelayanan spesialis penunjang medik minimal 1 orang
dokter spesialis setiap pelayanan dengan 2 orang dokter
sebagai tenaga tetap.
4) Perbandingan tenaga keperawatan dan tempat tidur
adalah 2:3 dengan kualifikasi tenaga keperawatan sesuai
dengan pelayanan di rumahsakit.
5) Tenaga penunjang berdasarkan kebutuhan rumah sakit.
(Kepmenkes RINo.340/2010)
B. Tinjauan Tentang Limbah Rumah Sakit
1. Pengertian Limbah Rumah Sakit

Rumah sakit merupakan salah satu tempat penghasil limbah.


Limbah yang dihasilkan yaitu limbah domestik dan limbah medis.
Limbah medis adalah limbah yang dihasilkan dari suatu layanan
kesehatan, termasuk dalam semua hasil buangan yang berasal dari
instalasi kesehatan, fasilitas penelitian, dan laboratorium yang
berhubungan dengan prosedur medis.

Limbah rumah sakit adalah semua limbah yang dihasilkan


dari kegiatan rumah sakit dalam bentuk padat, cair dan gas.
Limbah padat rumah sakit adalah semua limbah rumah sakit yang
berbentuk padat sebagai akibat kegiatan rumah sakit yang terdiri
dari limbah medis padat dan non medis,yaitu:
a. Limbah medis padat adalah limbah padat yang terdiri dari
limbah infeksius, limbah patologi, limbah benda tajam,
limbah farmasi, limbah sitotoksis, limbah container
bertekanan, dan limbah dengan kandungan logam berat yang
tinggi.
b. Limbah padat non medis adalah limbah padat yang dihasilkan
dari kegiatan di rumah sakit di luar medis yang berasal dari
dapur, perkantoran, taman, dan halaman yang dapat
dimanfaatkan kembali apabila ada teknologinya

2. Sumber Limbah Medis


Pada dasarnya jenis dan sumber sampah di rumah sakit
dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
Limbah klinis dan limbah non klinis, selain sampah klinis, dari
kegiatan penunjang rumah sakit juga menghasilkan sampah non
klinis atau dapat disebut juga sampah non medis. Sampah non
medis ini bias berasal dari kantor atau administrasi (kertas), unit
pelayanan (berupa karton, kaleng, botol), sampah dari ruang
pasien, sisa makanan buangan; sampah dapur (sisa pembungkus,
sisa makanan atau bahan makanan, sayur dan lain-lain).
Adapun sumber limbah medis rumah sakit lainnya yaitu
:
1) Kegiatan pelaksanaan rawat inap dan rawat jalan
2) Penunjang pelayanan kesehatan seperti laundry,dapur, poliklinik,
laboratorium, taman, parkir, ruang operasi atau kamar bedah dan
sebagainya.
3) Kegiatan administrasi, kantor dansebagainya.

3. Jenis-Jenis Limbah Medis Padat


1) Limbah infeksius adalah limbah yang terkontaminasi organisme
pathogen yang tidak secara rutin ada di lingkungan dan
organisme tersebut dalam jumlah dan virulensi yang cukup
untuk menularkan penyakit pada manusia yang rentan.
2) Limbah sitotoksis adalah limbah dari bahan yang
terkontaminasi dari persiapan dan pemberian obat sitotoksik
untuk kemoterapi kanker yang mempunyai kemampuan untuk
membunuh atau menghambat pertumbuhan sel hidup.
3) Limbah benda tajam adalah materi yang dapat menyebabkan luka
( baik iris atau luka tusuk), antara lain jarum suntik, scalpel atau
jenis belati, pisau, peralatan infuse, gergaji, pecahan kaca atau
paku. Baik terkontaminasi atau tidak, benda semacam itu biasanya
dipandang sebagai limbah layanan kesehatan yang sangat
berbahaya.
4) Limbah farmasi adalah limbah yang mencakup produk farmasi,
obat- obatan, vaksin dan serum yang sudah kadaluarsa, tidak
digunakan, tumpah, dan terkontaminasi yang tidak diperlukan lagi
dan harus dibuang setelah digunakan untuk menangani produk
farmasi, misalnya botol atau kotak yang berisi residu, sarung
tangan, masker, selang penghubung dan ampul obat.
5) Limbah genotoksik adalah limbah yang sangat berbahaya dan
bersifat mutagenik, tetratogenik, atau karsinogenik. Limbah ini
menimbulkan persoalan pelik (baik di dalam area instalasi
kesehatan itu sendiri maupun setelah pembuangan sehingga
membutuhkan prhatian khusus). Limbah genotoksik dapat
mencakup obat-obatan sitotastik tertentu, muntahan, urine atau
tinja pasien yang diterapi dengan obat-obatan sitotastik zat
kimia, maupun radioaktif.
6) Limbah yang mengandung logam berat adalah limbah yang
mengandung logam berat dalam konsentrasi tinggi termasuk
dalam sub kategori limbah kimia berbahaya dan biasanya
sangat toksik. (Permenkes RI No.7/2019)
7) Limbah radioaktif adalah limbah yang dihasilkan oleh kegiatan
sinar x, radio diagnostik, radioterapi dan penelitian radiologi
yang berbentuk padat.
8) Limbah jaringan tubuh (patologis) adalah limbah jaringan tubuh
yang meliputi organ, anggota badan, plasenta, darah, cairan
tubuh, janin manusia, dan bangkaihewan.
Jaringan tubuh yang tampak nyata seperti anggota badan dan
plasenta yang tidak memerlukan pengesahan penyuburan
hendaknya dikemas secara khusus, diberi label dan dibuang ke
incenerator di bawah pengawasan petugas berwenang. Cairan
tubuh terutama darah dan cairan yang terkontaminasi berat oleh
darah harus diperlakukan dengan hati-hati. (Depkes RI, 2002).

4. Jumlah Limbah Medis Padat


Menurut Depkes RI (2002), salah satu langkah pokok
pengelolaan sampah adalah menentukan jumlah sampah yang
dihasilkan. Jumlah ini menentukan jumlah dan volume sarana
penampung lokal yang harus disediakan; pemilihan insinerator dan
kapasitasnya; bila rumah sakit memiliki tempat pembuangan sendiri
jumlah produksi dan proyeksinya perlu dibuat memperkirakan
pembiayaan, dan lain-lain. Penentuan jumlah sampah dapat
mengunakan ukuran berat dan volume.
1) Jumlah Menurut Berat
Jumlah produksi sampah domestik diperkirakan 2 kg per
orang per hari. Untuk mendapatkan angka yang lebih tepat
sebaiknya dilakukan survei sampah di rumah sakit yang
bersangkutan. Jumlah sampah dengan 500 tempat tidur adalah
3,25 kg per pasien per hari (Depkes RI, 2002).
2) Jumlah Disposibel
Meningkatkan jumlah sampah berkaitan erat dengan
meningkatkan penggunaan barang disposibel. Daftar barang
disposibel merupakan indikator jumlah dan kualitas sampah
rumah sakit yang diproduksi. Berat, ukuran dan sifat kimiawi
barang-barang disposibel mungkin perlu dipelajari sehingga dapat
diperoleh informasi yang bermanfaat dalam pengelolaan sampah
(Depkes RI, 2002).
3) Jumlah Menurut Volume
Volume juga harus diketahui untuk menentukan ukuran bak
dan sarana pengangkutan. Konversi dari berat ke volume dapat
dilakukan dengan membagi berat total dengan kepadatan (Depkes
RI, 2002)

5. Pengelolaan Limbah Rumah Sakit


Pengelolaan sampah harus dilakukan dengan benar dan efektif
serta memenuhi persyaratan sanitasi. Pengelolaan sampah
merupakan kegiatan yang sistematis, menyeluruh, dan
berkesinambungan yang meliputi pengurangan dan penanganan
sampah.
Beberapa tahap yang harus diperhatikan dalam pengelolaan
limbah medis padat yaitu :
1) Minimasi Limbah
a.Setiap rumah sakit harus melakukan reduksi limbah dimulai dari
sumber
b.Setiap rumah sakit harus mengelola dan mengawasi penggunaan
bahan kimia yang berbahaya dan beracun
c.Setiap rumah sakit harus melakukan pengelolaan stock bahan
kimia dan farmasi
d.Setiap peralatan yang digunakan dalam pengelolaan limbah
medis mulai dari pengumpulan, pemgangkutan, dan
pemusnahan harus melalui sertifikasi dari pihak yang
berwenang.

2) Pemilahan, Pewadahan, Pemanfaatan Kembali dan Daur Ulang


a.Pemilahan limbah harus dilakukan mulai dari sumber yang
menghasilkan limbah
b. Limbah yang akan dimanfaatkan kembali harus
dipisahkan dari limbah yang tidak dimanfaatkan kembali
c.Limbah benda tajam harus dikumpulkan dalam satu wadah
tanpa memerhatikan terkontaminasi atau tidaknya. Wadah
tersebut harus anti bocor, anti tusuk, dan tidak mudah untuk
dibuka sehingga orang tidak berkepentingan tidak dapat
membukanya
d.Jarum dan syringes harus dipisahkan sehingga tidak dapat
digunakan kembali
e.Limbah medis padat yang dimanfaatkan kembali harus
melalui proses sterilisasi sesuai tabel 1 untuk menguji
efektifitas sterilisasi panas harus dilakukan tes bacillus
stearothermophilus dan untuk sterilisasi kimia harus
dilakukan tes bacillussubtilis.
Tabel 2.1
Metode Sterilisasi Untuk Limbah Yang Dimanfaatkan Kembali

Metode sterilisasi Suhu Waktu


kontak
- Sterilisasi denganpanas
a. Sterilisasi kering dalam 160 120 menit
oven“poupinel”
b. Sterilisasi basah dalam 170 60 menit
otoklaf 30 menit
- Sterilisasi dengan bahan
kimia
a. Ethylene oxide(gas) 121 3-8jam
b. Glutaradehyde(cair) 50 - 60 30 menit
Sumber : Kepmenkes RI No. 1204/2004
f. Limbah jarum hipodemik tidak dianjurkan untuk dimanfaatkan
kembali. Apabila rumah sakit tidak mempunyai jarum yang
sekali pakai (disposable), limbah jarum hipodemik dapat
dimanfaatkan kembali setelah melalui proses salah satu metode
sterilisasi pada tabel 2.1.
g. Pewadahan limbah medis padat harus memenuhi persyaratan
dengan menggunakan wadah dan label pada tabel 2.1
h. Pewadahan limbah B3 menggunakan tempat/wadah yang kuat,
kedap air, mudah dibersihkan, dilengkapi penutup dengan
simbol B3 dan diletakkan pada tempat yang jauh dari
jangkauan orang umum.
i. Daur ulang yang tidak biasa dilakukan oleh rumah sakit
kecuali untuk pemulihan perak yang dihasilkan dari proses
film sinar.
Table 2.2
Jenis Wadah Label Limbah Medis Padat Sesuai Kategorinya
No Kategorik Warna Lambang Keterangan
Kontainer/
Kantong
Plastik
1 Radioaktif Merah Kantong boks
timbal
dengansimbol
radioaktif
2 Sangat Kuning Kantong plastik
infeksius kuat, antibocor,
atau kontainer
yangdapat
disterilisasi
dengan
Otoklaf
3 Limbah Kuning Kantong plastik
Infeksius, kuat dan
Patologi antibocor, atau
dananatomi container
4 Sitotoksis Ungu Kontainer plastik
kuat dan anti
Bocor

5 Limbah Coklat - Kantong plastik


Kimia Dan atau container
Farmasi
Sumber : Kepmenkes RI No. 1204/2004

j. Limbah sitotoksis dikumpulkan dalam wadah yang kuat, anti


bocor, dan label bertuliskan “limbah sitotoksis”
3) Pengumpulan, pengangkutan, dan penyimpanan limbah medis
padat di lingkungan rumahsakit
a. Pengumpulan limbah medis padat dari setiap ruangan
penghasil limbah menggunakan troli khusus yang tertutup
b. Troli/kereta angkut harus mudah dibersihkan, kuat, kedap air,
dilengkapi dengan penutup dan symbol B3, tahan karat, dan
tidak bocor
c. Penyimpanan limbah medis padat harus sesuai iklim tropis
yaitu 48 jam dan musim kemarau paling lambat 24jam.

4. Pengolahan dan Pemusnahan


a. Limbah medis padat tidak di perbolehkan membuang
langsung ke tempat pembuangan akhir limbah domestic
sebelum aman bagi kesehatan
b. Cara dan tekonologi pengelolaan atau pemusnahan limbah
medis padat disesuaikan dengan kemampuan rumah sakit dan
jenis limbah medis padat yang ada, dengan pemanasan
menggunakan otoklaf atau dengan pembakaran menggunakan
incinerator.
6. Tata Laksana Pengelolaan Limbah Medis Padat
Dalam mengelola limbah medis padat telah diatur
tentang tata laksana pengelolaannya yaitu :
1) Minimasi Limbah
a. Menyeleksi bahan-bahan yang kurang menghasilkan
limbah sebelum membelinya
b. Menggunakan sedikit mungkin bahan-bahan kimia
c. Mengutamakan metode pembersihan secara fisik dari pada
secara kimiawi
d. Mencegah bahan-bahan yang dapat menjadi limbah
seperti dalam kegiatan perawatan dan kebersihan
e. Memonitor alur penggunaan bahan kimia dari bahan baku
sampai menjadi limbah bahan berbahaya dan beracun
f. Memesan bahan-bahan sesuai kebutuhan
g. Menggunakan bahan-bahan yang diproduksi lebih awal
untuk menghindari kadaluarsa

h. Menghabiskan bahan dari setiap kemasan


i. Mengecek tanggal kadaluarsa bahan-bahan pada saat
diantar oleh distributor
2) Pemilahan, pewadahan, pemanfaatan kembali, dan daurulang
a. Dilakukan pemilahan jenis limbah medis padat mulai dari
sumber yang terdiri dari limbah infeksius, limbah
patologi, limbah benda tajam, limbah farmasi, limbah
sitotoksis, limbah kimiawi, limbah radioaktif, limbah
container bertekanan, dan limbah dengan kandungan
logam berat yang tinggi
b. Tempat pewadahan limbah medis padat
1) Terbuat dari bahan yang kuat, cukup ringan, tahan
karat, kedap air, dan mempunyai permukaan yang
halus pada bagian dalamnya, misalnya fiberglass
2) Di setiap sumber penghasil limbah medis harus
tersedia tempat pewadahan yang terpisah dengan
limbah padat non medis
3) Kantong plastik diangkat setiap hari atau kurang
sehari apabila 2/3 bagian telah terisilimbah
4) Untuk benda-benda tajam hendaknya ditampung
pada tempat khusus (safety box) seperti botol atau
karton yangaman

Tempat pewadahan limbah medis padat infeksius dan


sitotoksis yang tidak langsung kontak dengan limbah
harus segera dibersihkan dengan larutan desinfektan apa
bila akan dipergunakan kembali, sedangkan untuk
kantong plastik yang telah dipakai dan kontak langsung
dengan limbah tersebut tidak boleh digunakan kembali
c. Bahan atau alat yang dapat dimanfaatkan kembali setelah
melalui strelisasi meliputi pisau bedah (scalpel), jarum
hipodemik, syringes, botol gelas, dancontainer
d. Alat-alat lain yang dapat dimanfaatkan kembali setelah
melalui sterilisasi adalah radionuklieda yang telah diatur
tahan lama untuk radioterapiseperti puns, needles, atau
seeds
e. Apabila sterilisasi yang dilakukan adalah sterilisasi
dengan ethylene oxide, maka tangki reactor harus
dikeringkan sebelum dilakukan injeksi ethylene oxide.
Oleh karena gas tersebut sangat berbahaya maka
sterilisasi harus dilakukan oleh petugas yang terlatih,
sedangkan sterilisasi dengan glutaral dehyde lebih aman
dalam pengoprasiannya tetapi kurang efektif secara
mikrobiologi
f. Upaya khusus harus dilakukan apabila terbukti ada kasus
pencemaran spongiformencephalopathies

3) Tempat penampungan sementara (TPS)


a. Bagi yang mempunyai incenerator di lingkungannya
harus membakar limbahnya selambat-lambatnya 24jam
b. Bagi yang tidak mempunyai incenerator, maka limbah
medis padatnya dimusnahkan melalui kera sama dengan
rumah sakit lain atau pihak lain yang mempunyai
incenerator untuk dilakukan pemusnahan selambat-
lambatnya 24 jam apabila disimpan pada suhu ruang.

4) Transportasi
a. Kantong limbah medis padat sebelum dimasukkan
kekendaraan pengangkut harus diletakkan dalam
container yang kuat dan tertutup.
b. Kantong limbah medis padat harus aman dari jangkauan
manusia maupun binatang
c. Petugas yang menangani limbah, harus menggunakan alat
pelindung diri yang terdiri dari:
1) Topi/helm
2) Masker
3) Pelindung mata
4) Pakaian panjang(coverall)
5) Apron untuk industri
6) Pelindung kaki/sepatu boot,dan
7) Sarung tangan khusus (disposable gloves atau heavy
dutygloves)
5) Pengolahan, pemusnahan, dan pembuangan akhir limbah padat
a. Limbah infeksius dan benda tajam
1) Limbah yang sangat infeksius seperti biakan dan
persediaan agen infeksius dari laboratorium harus
disterilisasi dengan pengolahan panas dan basah
seperti dalam autoclave sedini mungkin. Untuk limbah
infeksius yang lain cukup dengan cara desinfeksi.
2) Benda tajam harus diolah dengan incenerator apabila
memungkinkan, dan dapat diolah bersama dengan
limbah infeksius lainnya. Kapsulisasi juga cocok untuk
benda tajam.
3) Setelah incenerasi atau desinfeksi, residunya dapat
dibuang ke tempat pembuangan B3 atau dibuang ke
landfill jika residunya sudah aman
b. Limbah farmasi
1) Limbah farmasi dalam jumlah kecil dapat diolah
dengan incenerator pirolitik (pyrolytic incenerator),
rotary klin, di kubur secara aman, sanitari landfill,
dibuang ke sarana air limbah atau inersisasi. Tetapi
dalam jumlah besar harus menggunakan fasilitas
pengolahan yang khusus seperti rotary klin, kapsulisasi
dalam drum logam, dan inersisasi.
2) Limbah padat farmasi dalam jumlah besar harus
dikembalikan kepada distributor, sedangkan bila dalam
jumlah sedikit tidak memungkinkan dikembalikan,
supaya dimusnahkan melalui incenerator pada suhu di
atas 1.000
c. Limbah sitotoksis
1) Limbah sitotoksis sangat berbahaya dan tidak boleh
dibuang dengan penimbunan (landfill) atau ke saluran
limbah umum.
2) Pembuangan yang dianjurkan adalah dikembalikan ke
perusahaan penghasil atau distributornya, insenerasi
pada suhu tinggi, dan degradasi kimia. Bahan yang
belum dipakai dan kemasannya masih utuh karena
kadaluarsa harus dikembalikan ke distributor apabila
tidak ada insenerator dan diberi keterangan bahwa obat
tersebut sudah kadaluarsa atau tidak lagi dipakai.
3) Insenerasi pada suhu tinggi sekitar 1.200 dibutuhkan
untuk menghancurkan semua bahan sitotoksik.
Insenerasi pada suhu rendah dapat menghasilkan uap
sitotoksik yang berbahaya keudara.
4) Insenerator pirolitik dengan 2 tungku pembakaran
pada suhu 1.200 dengan minimum waktu tinggal 2
detik atau suhu 1.000 dengan waktu tinggal 5 detik di
tungku kedua sangat cocok untuk bahan ini dan
dilengkapi dengan penyaring debu.
5) Insenerator juga harus dilengkapi dengan peralatan
pembersih gas.Insenerasi juga memungkinkan dengan
rotary klin yang beroperasi dengan baik pada suhu di
atas 850 derajat.
6) Insenerator dengan suhu tungku atau pembakaran
terbuka tidak tepat untuk pembuangan limbah
sitotoksik.
7) Metode degradasi kimia yang mengubah senyawa
sitotoksik menjadi senyawa tidak beracun dapat
digunakan tidak hanya untuk residu obat tapi juga
untuk pencucian tempat urine, tumpahan dan pakaian
pelindung
8) Cara kimia relatif mudah dan aman meliputi oksidasi
oleh kalium permanganat (KMnO4) atau asam sulfat
(H2SO4) penghilangan nitrogen dengan asam bromide,
atau reduksi dengan nikel aluminium.
9) Insebnerasi maupun degradasi kimia tidak merupakan
solusi yang sempurna untuk pengolahan limbah,
tumpahan atau cairan biologis yang terkontaminasi
agen anti neoplastik. Oleh karena itu rumah sakit harus
berhati-hati dalam menangani obat sitotoksik.
10) Apabila cara insenerasi maupun degradasi kimia
tidak tersedia, kapsulisasi atau insenerasi dapat
dipertimbangkan sebagai cara yang dapat dipilih.
d. Limbah bahan kimiawi
1) Pembuangan limbah kimia biasa
Limbah kimia biasa yang tidak bias didaur ulang seperti
gula, asam amino, dan garam tertentu dapat dibuang ke
saluran air kotor. Namun demikian, pembuangan tersebut
harus memenuhi persyaratan konsentrasi bahan
pencemar yang ada seperti bahan melayang, suhu dan
pH.

2) Pembuangan limbah kimia berbahaya dalam jumlah


kecil
Limbah bahan berbahaya dalam jumlah kecil seperti
residu yang terdapat dalam kemasan sebaiknya
dibuang dengan insenerasi pirolitik, kapsulisasi, atau
ditimbun (landfill).
3) Pembuangan limbah kimia dalam jumlah besar
Tidak ada cara pembuangan yang aman dan sekaligus
murah untuk limbah berbahaya. Pembuangannya lebih
ditentukan kepada sifat bahaya yang dikandung oleh
limbah tersebut. Limbah tertentu yang bias dibakar
seperti banyak bahan pelarut dapat diinsenarasi. Namun
bahan pelarut dalam jumlah besar seperti pelarut
halogenida yang mengandung klorin atau florin tidak
boleh di insenerasi kecuali inseneratornya dilengkapi
dengan alat pembersih gas.
4) Cara lain adalah dengan mengembailkan bahan kimia
berbahaya tersebut ke distributornya yang akan
menanganinya dengan aman, atau dikirim ke Negara lain
yang mempunyai peralatan yang cocok untuk
mengolahnya.
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam
penanganan limbah kimia berbahaya :
a) Limbah berbahaya yang komposisinya berbeda
harus dipisahkan untuk menghindari reaksi kimia
yang tidak diinginkan
b) Limbah kimia berbahaya dalam jumlah besar tidak
boleh ditimbun karena dapat mencemari airtanah
c) Limbah kimia desinfektan dalam jumlah besar
tidak boleh dikapsulisasi karena sifatnya yang
korosif dan mudah terbakar
d) Limbah padat bahan kimia berbahaya cara
pembuangannya harus dikonsultasikan terlebih
dahulu kepada instansi yang berwenang
e. Limbah dengan kandungan logam berat tinggi
1) Limbah dengan kandungan mercuri atau cadmium tidak
boleh dibakar atau diinsenerasi karena beresiko
mencemari udara dengan uap beracun tidak boleh
dibuang ke landfill karena dapat mencemari air tanah.
2) Cara yang disarankan adalah dikirim ke Negara yang
mempunyai fasilitas pengolah limbah dengan kandungan
logam berat tinggi. Bila tidak memungkinkan, limbah
dibuang ke tempat penyimpanan yang aman sebagai
pembuangan akhir untuk limbah industi yang berbahaya.
Cara lain yang paling sederhana adalah dengan
kapsulisasi kemudian dilanjutkan dengan landfill. Bila
hanya jumlah kecil dapat dibuang dengan limbah biasa.
f. Kontainer bertekanan
1) Cara yang terbaik untuk menangani limbah container
yang bertekanan adalah dengan daur ulang atau
penggunaan kembali. Apabila masih dalam kondisi
utuh dapat dikembalikan ke distributor untuk pengisian
ulang gas. Agen halogenida dalam bentuk cair dan
dikemas dalam botol harus diperlukan sebagai limbah
bahan kimia berbahaya untuk pembuangannya.
2) Cara pembuangan yang tidak diperbolehkan adalah
pembakaran atau insenerasi karena dapat meledak
a) Kontainer yang masih utuh
Kontainer-kontainer yang harus dikembalikan kepada
penjualnya adalah:
b) Tabung atau silinder nitrogen oksida yang biasanya
disatukan dengan peralatan anestesi
c) Tabung atau silinder etilin oksida yang biasanya
disatukan dengan peralatan sterilisasi.
d) Tabung bertekanan untuk gas lain seperti oksigen,
nitrogen, karbon dioksida, udara bertekanan,
siklopropana, hydrogen, gas elpiji, danasetilin
e) Kontainer yang sudah rusak
Kontainer yang sudah rusak tidak bias diisi ulang
harus dihancurkan setelah dikosongkan kemudian
baru dibuang ke landfill.
f) Kaleng aerosol
Kaleng aerosol kecil harus dikumpulkan dan
dibuang bersama dengan limbah biasa dalam
kantong plastik hitam dan tidak untuk dibakar atau
diinsenerasi. Limbah ini tidak boleh dimasukkan
kedalam kantong kuning karena akan dikirim ke
insenerator. Kaleng aerosol dalam jumlah banyak
sebaiknya dikembalikan ke penjualnya atau ke
instalansi daur ulang bila ada.
g. Limbah radioaktif
1) Pengelolaan limbah radioaktif yang aman harus diatur
dalam kebijakan dan strategi nasional yang
menyangkut peraturan, infrastruktur, organisasi
pelaksana dan tenaga yangterlatih
2) Setiap rumah sakit yang menggunakan sumber
radioaktif yang terbuka untuk keperluan diagnosa,
terapi, atau penelitian harus menyiapkan tenaga khusus
yang terlatih khusus dibidang radiasi.
3) Tenaga tersebut bertanggung jawab dalam pemakaian
bahan radioaktif yang aman dan melakukan pencatatan
4) Instrument kalibrasi yang tepat harus tersedia untuk
monitoring dosis dan kontaminasi. Sistem pencatatan
yang baik akan menjamin pelacakan limbah radioaktif
dalam pengiriman maupun pembuangannya dan selalu
diperbarui datanya setiap waktu.
5) Limbah radioaktif harus dikategorikan dan dipilah
berdasarkan ketersediaan pilihan cara pengolahan,
pengkondisian, penyimpanan, dan pembuangan.
Kategori yang memungkinkan adalah:
a) Umur paruh ( half-life) seperti umur pendek (short-
lived), (misalnya umur paruh <100 hari), cocok
untuk penyimpanan pelapukan
b) Aktifitas dan kandungan radionuklida
c) Bentuk fisik dan kimia
d) Cair : berair danorganik
e) Tidak homogeny (seperti mengandung lumpur atau
padatan yangmelayang)
f) Padat : mudah terbakar/tidak mudah terbakar (bila
ada) dan dapat dipadatkan (bilaada)
g) Sumber tertutup atau terbuka seperti sumber
tertutup yang dihabiskan
h) Kandungan limbah seperti limbah yang
mengandung bahan berbahaya (pathogen,
infeksius,beracun)

6) Setelah pemilahan, setiap kategori harus disimpan


terpisah dalam kontainer, dan kontainer limbah
tersebut harus :
a) Secara jelas di identifikasi
b) Ada simbol radioaktif ketika sedang digunakan
c) Sesuai dengan kandungan limbah
d) Dapat diisi dan dikosongkan dengan aman
e) Kuat dan saniter
7) Informasi yang harus dicatat pada setiap kontainer
limbah:
a) Nomor identifikasi
b) Radio nuklida
c) Aktifitas (jika diukur atau diperkirakan) dan tanggal
pengukuran
d) Asal limbah (ruangan, laboratorium, atau tempat lain)
e) Angka dosis permukaan dan tanggal pengukuran
f) Orang yang bertanggung jawab
8) Kontainer untuk limbah padat harus dibungkus dengan
kantong plastik yang transparan yang dapat ditutup
dengan isolasiplastik

9) Limbah padat radioaktif dibuang sesuai dengan


persyaratan teknis dan peraturan perundang-undangan
yang berlaku (PP Nomor 27 Tahun 2002) dan
kemudian diserahkan kepada BATAN untuk
penanganan lebih lanjut atau dikembalikan kepada
Negara distributor. Semua jenis limbah medis
termasuk limbah radioaktif tidak boleh dibuang ke
tempat pembuangan akhir sampah domestik (landfill)
sebelum dilakukan pengolahan terlebih dahulu sampai
memenuhi persyaratan.

7. Alat Pelindung Diri Pengelolaan Limbah Padat Medis


Dalam mengelola limbah padat medis diperlukan perlengkapan
khusus agar tidak menimbulkan dampak negatif bagi kesehatan,
yaitu berupa topi/helm, masker, pelindung mata, pakaian panjang,
apron untuk industri, pelindung kaki/sepatu boot, sarung tangan
khusus (disposable gloves atau heavy duty gloves), kantong
plastik/kontainer, tempat penampungan sementara, dan troli untuk
pengangkut limbah (Depkes RI, 2004:27)
Tenaga pengelola limbah padat medis adalah tenaga yang
bertugas dalam mengelola limbah padat medis di puskesmas. Untuk
memastikan keselamatan petugas limbah medis, berikut ini adalah
panduan dan kebijakan khusus yang harus disusun oleh fasilitas
perawatan kesehatan, yaitu :
1. Pencegahan universal yaitu prinsip penanganan pada
kemungkinan infeksi perlu dilakukan oleh semua petugas
perawatan kesehatan saat menangani dan membuang limbah.
2. Penggunaan sarung tangan tahan bocor yang tahan lama.
3. Pencucian tangan dengan sabun dan air setelah menangani
limbah.
4. Penggunaan masker.
5. Tindakan pencegahan, berupa penandaan limbah medis.
6. Melaksanakan prosedur pengelolaan limbah dari penyimpanan,
pengumpulan, sampai pembuangan akhir.
7. Bila limbah benda tajam terjulur keluar kontainer, jangan ambil
kantong ini. Laporkan ke pengawasan untuk penanganan yang
aman.
8. Tidak diperbolehkan tangan masuk ke dalam wadah, buang isi
wadah ke dalam kantong yang lebih besar dan buang kantong
tersebut.
9. Tangan tidak diperbolehkan di area yang tidak terlihat.
10. Gunakan troli atau kereta beroda untuk memindahkan limbah,
jangan dengan tangan kosong.
11. Segera laporkan bila timbul luka karena limbah tajam kepada
manajemen.
12. Jangan pernah mengganti jarum (Vikrant; at all,2007:3:54).

C. Dampak Limbah Medis

Kegiatan rumah sakit yang sangat kompleks tidak saja


memberikan dampak positif bagi masyarakat sekitarnya, tetapi juga
kemungkinan dampak negatif. Dampak negatif berupa cemaran akibat
proses kegiatan maupun limbah yang dibuang tanpa pengelolaan yang
benar. Pengelolaan limbah rumah sakit yang tidak baik akan memicu
risiko terjadinya kecelakaan kerja dan penularan penyakit dari pasien ke
pekerja, dari pasien ke pasien, dari pekerja ke pasien, maupun dari dan
kepada masyarakat pengunjung (Ariyanto, 2007). Pajanan limbah medis
yang berbahaya dapat mengakibatkan infeksi atau cidera. Limbah medis
yang tidak dikelola dengan baik akan memberikan dampak terhadap
kesehatan, antara lain (WHO, 2005):
a. Dampak limbah infeksius dan benda tajam
Dampak yang ditimbulkan dari limbah infeksius dan benda tajam
adalah infeksi virus seperti Human Immunodeficiency Virus/Acquired
Immunodeficiency Syndrome (HIV/AIDS) dan hepatitis, infeksi ini
terjadi melalui cidera akibat benda yang terkontaminasi umumnya
jarum suntik. Cidera terjadi karena kurangnya upaya memasang tutup
jarum suntik sebelum dibuang ke dalam kontainer, upaya yang tidak
perlu seperti membuka kontainer tersebut dan karena pemakaian
materi yang tidak anti robek dalam membuat kontainer. Risiko
tersebut terjadi pada perawat, tenaga kesehatan lain, pelaksana
pengelola sampah dan pemulung di lokasi pembuangan akhir sampah.
Dikalangan pasien dan masyarakat, risiko tersebut jauh lebih rendah.
Namun beberapa infeksi yang menyebabkan media lain atau
disebabkan oleh agen yang lebih resisten dapat menyebabkan risiko
yang bermakna pada masyarakat dan pasien. Contoh: pembuangan air
kotor dari rumah sakit yang tidak terkendali yang merawat pasien
kolera memberikan dampak yang cukup besar terhadap terjadinya
wabah kolera di Negara Amerika Latin.
b. Dampak limbah kimia dan farmasi
Penanganan zat kimia atau farmasi secara tidak tepat di instansi
pelayanan kesehatan juga dapat menyebabkan cidera. Kelompok
risiko yang terkena penyakit pernapasan atau kulit akibat terpajan zat
kimia yang berwujud uap aerosol atau cairan adalah apoteker, ahli
anestesi, tenaga perawat, pendukung serta pemeliharaan.
c. Dampak limbah sitotoksik
Potensi bahaya tersebut muncul dalam bentuk peningkatan kadar
senyawa mutagenik di dalam urine pekerja yaang terpajan dan
meningginya risiko abortus. Tingkat keterpajanan pekerja yang
membersihkan urinal (semacam pispot) melebihi tingkat keterpajanan
perawat dan apoteker, pekerja tersebut kurang menyadari bahaya
yang ada sehingga hanya melakukan sedikit pencegahan.
d. Dampak limbah radioaktif
Ada beberapa kecelakaan yang terjadi akibat pembuangan zat
radioaktif secara tidak tepat. Kecelakaan terjadi adalah kasus yang
mencakup radiasi di lingkungan rumah sakit akibat pemakaian
instrumen radiologi yang tidak benar, penanganan bahan radioaktif
secara tidak tepat atau pengendalian radioterapi yang tidak baik.
limbah radio aktif dapat mengakibatkan kemandulan, wanita hamil
melahirkan bayi cacat, kulit keriput.
Pengaruh limbah Puskesmas terhadap kualitas lingkungan dan
kesehatan dapat menimbulkan berbagai masalah seperti :
1) Gangguan kenyamanan dan estetika
Ini berupa warna yang berasal dari sedimen, larutan, bau phenol,
eutrofikasi dan rasa dari bahan kimia organik.
2) Kerusakan harta benda
Dapat disebabkan oleh garam yang terlarut (korosif, karat), air
yang berlumpur dan sebagainya yang dapat menurunkan
kualitas bangunan disekitar lingkungan Rumah sakit.
3) Gangguan/kerusakan tanaman dan binatang
Ini dapat dapat disebabkan oleh berbagai jenis bakteri, virus,
senyawa – senyawa kimia, pestisida, serta logam seperti Hg, Pb,
dan Cd yang berasal dari bagian kedokteran gigi.
4) Gangguan genetik dan reproduksi
Meskipun mekanisme gangguan belum sepenuhnya diketahui
secara pasti, namun beberapa senyawa dapat menyebabkan
gangguan atau kerusakan genetik dan sistem reproduksi manusia
misalnya pestisida, bahan radioaktif (Wicaksono, 2001).
Membahas dampak limbah secara khusus berdasarkan limbah yang
dihasilkan.
a. Bahaya Limbah Infeksius dan Benda Tajam
Limbah infeksius dapat mengandung berbagai macam
mikroorganisme patogen. Patogen tersbut dapat memasuki tubuh
manusia melalui beberapa jalur :
1) Akibat tusukan, lecet, atau luka di kulit

2) Melalui membran mukosa

3) Melalui pernapasan

4) Melalui ingesti

Kekhawatiran muncul terutama terhadap Human


Immunodeficiency Virus (HIV) serta virus hepatitis B dan C karena
ada bukti kuat yang menunjukkan bahwa virus tersebut ditularkan
melalui limbah layanan kesehatan. Penularan umumnya terjadi
melalui cedera dan jarum spuit yang terkontaminasi darah manusia.
b. Bahaya Limbah Kimia dan farmasi
Banyak zat kimia dan bahan farmasi berbahaya digunakan
dalam layanan kesehatan (misalnya zat yang bersifat toksik,
genotoksik, korosif, mudah terbakar, reaktif, mudah meledak, atau
yang sensitif terhadap guncangan). Kuantitas zat tersebut umumnya
rendah di dalam limbah layanan kesehatan, kuantitas yang lebih
besar dalam limbah umumnya ditemukan jika instansi membuang
zat kimia atau bahan farmasi yang sudah tidak terpakai lagi atau
sudah kadaluarsa. Kandungan zat itu di dalam limbah dapat
menyebabkan intoksikasi atau keracunan, baik akibat pajanan secara
akut maupun kronis dan cedera, termasuk luka bakar.
c. Bahaya Limbah Genotoksik
Pajanan terhadap zat genotoksik di lingkungan layanan
kesehatan juga dapat terjadi selama masa persiapan atau selama
terapi yang menggunakan obat atau zat tertentu. Jalur pajanan
utama adalah dengan menghirup debu atau aerosol, absorbsi
melalui kulit, tanpa sengaja menelan makanan yang terkontaminasi
obat – obatan sitotoksik, zat kimia, atau limbah, dan kebiasaan
buruk saat makan, misalnya menyedot makanan. Pajanan juga
dapat terjadi melalui kontak dengan cairan dan sekret tubuh pasien
yang menjalani kemoterapi.
d. Bahaya Limbah Radioaktif

Jenis penyakit yang disebabkan limbah radioaktif


bergantung pada jenis dan intensitas pajanan. Kesakitan yang
muncul dapat berupa sakit kepala, pusing, dan muntah sampai
masalah lain yang lebih serius. Karena limbah radioaktif, seperti
halnya limbah bahan farmasi, bersifat genotoksik, maka efeknya
juga dapat mengenai materi genetik. Penanganan sumber yang
sangat aktif, misalnya terhadap sumber tertutup dalam instrumen
diagnostik, dapat menyebabkan cedera yang jauh lebih parah
(misalnya kerusakan jaringan, keharusan untuk mengamputasi
bagian tubuh) dan karenannya harus dilakukan dengan sangat hati –
hati.

e. Sensivitas publik

Selain rasa takut akan dampak kesehatan yang mungkin


muncul, masyarakat juga sangat sensitif terhadap dampak visual
limbah anatomi, bagian- bagian tubuh yang dapat dikenali,
termasuk janin (WHO, 2005).
Menurut (Adisasmito, 2007), kegiatan pelayanan kesehatan
di rumah sakit disamping memberikan kesembuhan atau
peningkatan derajat kesehatan masyarakat, juga menghasilkan
sejumlah hasil sampingan. Hasil sampingan itu berupa buangan
padat, cairan dan gas yang banyak mengandung kuman patogen,
zat kimia yang beracun, zat radioaktif dan zat lain-lain. Buangan
tersebut dapat mengganggu kesehatan masyarakat dan kelestarian
lingkungan atapun ekosistem di dalam dan sekitar rumah sakit.
Apabila pengelolaan bahan buangan ini tidak dilaksanakan secara
saniter, maka akan menyebabkan gangguan terhadap kelompok
masyarakat di dan sekitar rumah sakit.
Agen penyakit yang dihasilkan oleh kegiatan pelayanan
kesehatan di rumah sakit memasuki media lingkungan melalui air
(air kotor dan air minum), udara, makanan, alat atau benda,
serangga, tenaga kesehatan, dan media lainnya. Melalui media ini
agen penyakit tersebut akan dapat ditularkan kepada kelompok
masyarakat yang rentan, misalnya penderita yang dirawat atau yang
berobat jalan, karyawan, pengunjung atau pengantar orang sakit,
serta masyarakat sekitar. Oleh karena itu pengawasan terhadap
mutu media ini terhadap kemungkinan akan adanya kontaminasi
oleh agen penyakit yang dihasilkan oleh kegiatan pelayanan
kesehatan, hendaknya dipantau dengan cermat sehingga media
tersebut bebas dari kontaminasi. Dengan demikian, kelompok
masyarakat terhindar dari kemungkinan untuk mendapatkan
gangguan atau penyakit akibat buangan agen dari masyarakat
tersebut.
D. Kerangka Teori

Rumah Sakit

Limbah Rumah Sakit

Limbah Medis Cair Limbah Medis Padat

Proses Pengelolaan Limbah Medis


Padat :
Identifikasi jenis limbah B3
Tahapan penanganan pewadahan dan
pengangkutan limbah B3 diruangan
sumber

Pengurangan limbahdan pemilihan


B3
Bangunan TPS di rumah sakit
harusmemenuhi persyaratan
sesuaidengan ketentuan

peraturanperundang-undangan yang
berlaku.
Pemilihan limbah B3 di rumah sakit, di
lakukan di TPS limbah B3
Penyimpanan sementara limbah B3
Pengangkutan limbah B3
Pengolahan limbah B3

Gambar 2.1 Kerangka Teori


Sumber : Permenkes RI No. 7 tahun
2019
E. Kerangka Konsep

1. Identifikasi jenis
limbah B3
Tahapan penanganan pewadahandan pengangkutan limbah B3 diruangan sumber
Pengurangan dan pemilihan limbah B3
Bangunan TPS di rumah sakit harus memenuhi
persyaratan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undanganyang berlaku.
Pemilihan limbah B3 di rumah sakit, di lakukan di TPS limbah B3
Penyimpanan sementara limbah B3
Lamanya penyimpananlimbah B3
Pengolahan limbah B3 Pengelolaan limbah
medis padat di
RSUD Sukadana
Kabupaten
Lampung Timur

Gambar 2.2 Kerangka Konsep


F. Definisi Oprasional

Tabel 2.3

Definisi operasional

No Variable Definisi Cara ukur Alat ukur


Oprasional Oprasional
1. Identifikasi Proses pengolahan limbah medis padat yang bersifat Observasi dan wawancara Checklist dan quisioner
limbah medis infeksius yang meliputi pengurangan,pemilihan,
padat pewadahan, pengumpulan, pengangkutan,
penyimpanan, pengelolaan di RSUD sukadana
kabupaten lampung timur tahun 2023
2. Tahap Proses penanganan limbah B3 harus di lengkapi Observasi dan wawancara Checklist dan quisioner
penanganan dengan standar prosedur operasional (SOP) di RSUD
pewadahan Sukadana Kabupaten Lampung Timur Tahun 2023
dan
pengangkutan
3. Pengurangan Cara pengumpulan bahan-bahan yang dapat menjadi wawancara Checklist dan quisioner
limbah medis limbah medis padat oleh petugas rumah sakit sebelum
padat membelinya untuk kebutuhan rumah sakit umum
daerah Sukadana Kabupaten Lampung Timur Tahun
2023
4. Bangunan Bangunan TPS ( Tempat penampungan sementara ) Wawancara dan observasi Checklist dan quisioner
TPS harus sesuai dengan perundang undangan yang
berlaku dan apakah TPS di RSUD Sukadana
Kabupaten Lampung Timur sudah sesuai
5. Pemilahan Pengelompokan jenis limbah medis padat mulai dari Observasi dan wawancara Checklist dan quisioner
limbah medis sumber di ruang penghasil limbah (ruang perawatan,
padat laboratorium, isolasi, ruang bedah) oleh petugas
sanitasi setiap hari di RSUD Sukadana Kabupaten
Lampung tahun 2023
6. Penyimpanan Proses/kegiatan menahan atau menruh limbah medis Observasi dan wawancara Checklist dan quisioner
sementara padat pada tempat yang aman dan tidak bisa di
limbah medis jangkau orang yang tidak berkepentingan di rumah
padat sakit
7. Lamanya Lamanya limbah padat di simpan di TPS untuk rumah Observasi dan wawancara Checklist dan quisioner
penyimpanan sakit umum daerah Sukadana Kabupaten Lampung
limbah padat tahun 2023
8. Pengangkutan Proses pemindahan limbah medis padat dari TPS ke Observasi dan wawancara Checklist dan quisioner
limbah medis tempat penangan akhir limbah medis padat dan di
padat lakukan di rumah sakit umum daerah Sukadana
Kabupaten Lampung tahun 2023
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian


Jenis penelitian yang di gunakan yaitu, deskriptif adalah suatu metode
penelitian yang di lakukan dengan tujuan utama untuk menggambarkan suatu ke
adaan secara objektif di RSUD Sukadana Kabupaten Lampung Timur Tahun
2023. (Moleong,2014).

Metode digunakan dalam penelitian ini yaitu observasi melalui lembar


checklist Pengelolaan Limbah Medis Padat di RSUD Sukadana Kabupaten
Lampung Timur Tahun 2023 bersifat deskriptif yaitu menggambarkan tentang
pengelolaan limbah medis padat pada RSUD Sukadana Kabupaten Lampung
Timur Tahun 2023.

B. Subjek penelitian dan objek penelitian


Informan dalam penliti ini adalah petugas yang bekerja di bidang sanitasi
dan yang mengelola limbah medis padat di RSUD sukadana kabupaten lampung
timur tahun 2023, sedangkan objek nya adalah pengeolaan limbah medis padat
pada RSUD sukadana kabupaten lampung timur tahun 2023

C. Lokasi dan waktu Penelitian


Penelitian ini di laksanakan di RSUD sukadana kabupaten lampung timur
pada tahun 2023.

D. Sumber data
1. Pengumpulan data
a. Data Primer
Observasi (pengamatan secara langsung) dan Interview
(wawancara) meliputi data:
1) Identifikasi jenis limbah B3
2) Tahapan penanganan pewadahan dan pengangkutan limbah B3
diruangan sumber
3) Pengurangan dan pemilahan limbah B3
4) Bangunan TPS di rumah sakit harus memenuhi persyaratan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
5) Pemilahan limbah B3 di rumah sakit, dilakukan di TPS limbah B3
6) Penyimpanan sementara limbah B3
7) Lamanya penyimpanan limbah B3
8) Pengangkutan limbah B3

b. Data Sekunder
Data yang diperoleh dari literature atau laporan dari Rumah Sakit
Pertamina Bintang amin Kota Bandar Lampung yang berkaitan dengan
penelitian yang meliputi :
1) Chek-list yaitu variabel yang akan dikumpulkan datanya dan menilai
obyek yang sedang diteliti. Alat pengumpulan data ini untuk
memperoleh data primer dengan metode observasi.
2) Kuesioner yaitu sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk
memperoleh informasi dari responden mengenai hal-hal yang ingin
diketahui oleh pewawancara dengan menggunakan metode
interview/wawancara. Meliputi data:
a) Profil Rumah Sakit Pertamina Bintang Amin Tahun 2021
b) Jumlah Tenaga Kesehatan Di Rumah Sakit

2. Cara Pengumpulan Data


Pengumpulan data dilakukan menggunakan metode wawancara dan
observasi menggunakan kuisioner dan checklist dengan cara :
a) Siapkan kuisioner dan checklist yang akan digunakan untuk
mengumpulkan data
b) Datang ke Rumah Sakit dan memperkenalkan diri serta menjelaskan
maksud dan tujuan
c) Melakukan observasi dan wawancara kemudian mengisi kuisioner dan
checklist dengan jelas
d) Mendokumentasikan setiap kegiatan pada saat pengumpulan data guna
dijasikan dokumen pendukung dalam penelitian
e) Periksa kembali kelengkapan data yang sesuai sudah di isi
f) Wawancara selesai

E. Pengolahan dan Analisa Data


Data yang diperoleh dari hasil observasi dan wawancara kemudian diolah dengan
tahapan-tahapan sebagai berikut:

1. Pengelolaan Data
a. Editing, yaitu mengoreksi kembali data-data sehingga diperoleh data yang
sebenarnya.
b. Tabuling, yaitu data yang diperoleh dari pengelompokkan kemudian
disajikan dalam bentuk table.
2. Analisis data
Data yang telah diperoleh dari hasil observasi dan wawacara diolah dan
dianalisisi dengan melihat hasil penelitian dan teori yang ada atau
peraturan/persyaratan yang berhubungan dengan pengelolaan limbah medis
padat yaitu Permenkes No.7/2019 Tentang Kesehatan Ligkungan Rumah Sakit.
Dan Permenkes No 18 tahun 2020 pengelolaan limbah medis fasilitas
pelayanan kesehatan berbasis wilayah.

Anda mungkin juga menyukai