Anda di halaman 1dari 18

PENGELOLAAN AIR LIMBAH

SISTEM PENGELOLAAN LIMBAH B3 DI RUMAH SAKIT

Disusun Oleh :

Salma Halimatus Sa’diyah

J410190153

PENGAMPU

DWI ASTUTI, M.Kes., S.KM.

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

TAHUN 2022
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Di Indonesia, jumlah rumah sakit telah meningkat secara signifikan selama
beberapa tahun terakhir.sebagai hasil dari pengetahuan dan kepedulian masyarakat
terhadap kesehatan yang baik, kebutuhan akan layanan rumah sakit yang bermutu
terus meningkat dari tahun ke tahun. Dengan semakin banyaknya rumah sakit
yang dibangun di Indonesia, maka jumlah produksi limbah medis yang dihasilkan
akan semakin meningkat. Kondisi ini dapat memperbesar kemungkinan potensi
limbah rumah sakit dalam mencemari lingkungan serta dapat menyebabkan
kecelakaan kerja dan jika tidak ditangani dengan baik, dapat menyebabkan
terjadinya penyakit. Rumah sakit merupakan tempat berkumpulnya orang sakit
maupun orang sehat, rumah sakit sebagai sarana pelayanan kesehatan juga
memungkinkan terjadinya penularan penyakit, lingkungan tercemar, dan
gangguan kesehatan. Aktivitas pelayanan kesehatan menjadikan rumah sakit
sebagai penghasil limbah terbesar, salah satunya adalah limbah yang masuk dalam
golongan limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3). Akibat karakteristik yang
dimilikinya berpotensi besar menyebabkan pencemaran lingkungan, merusak
limgkungan hidup, bahkan dapat berdampak buruk terhadap kelangsungan
kehidupan manusia.
Menurut Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik
Indonesia Nomor 56 Tahun 2015, rumah sakit merupakan fasilitas pelayanan
kesehatan wajib melakukan pengelolaan limbah B3 yang mencakup pengurangan
dan pemilahan limbah B3, penyimpanan limbah B3, pengangkutan limbah B3,
pengolahan limbah B3, penguburan limbah B3, dan/atau penimbunan limbah B3.
Secara umum, limbah rumah sakit dibedakan menjadi 2 kategori yaitu limbah
medis dan non medis. Limbah non medis memiliki karakteristik yang mirip
dengan limbah yang ditimbulkan oleh lingkungan rumah tangga (domestic) dan
lingkungan masyarakat pada umumnya. Limbah medis dikategorikan dengan
limbah B3 berdasarkan Kemenkes 1204 tahun 2004 antara lain limbah infeksius,
patologi, benda tajam, farmasi, sitotoksis, kimis, radioaktif, dan limbah dengan
kandungan logam berat yang tinggi.
Sekitar 70-90% limbah yang dihasilkan dari instalasi kesehatan adalah limbah
yang bebas risiko atau limbah umum dan menyerupai limbah rumah tangga.
Sisanya sekitar 10-25% merupakan limbah yang dianggap berbahaya dan dapat
menghasilkan berbagai dampak kesehatan. Perkiraan produksi limbah medis padat
rumah sakit secara nasional di Indoensia adalah 376.089 ton/hari. Jumlah ini dapat
menyebabkan terjadinya kecelakaan kerja serta penularan penyakit. Pengelolaan
limbah medis maupun non medis rumah sakit sangat dibutuhkan untuk
kenyamanan dan kebersihan rumah sakit karena dapat memutus mata rantai
penyebaran penyakit menular terutama infeksi nosocomial.
Menurut lampiran I PP No. 101 Tahun 2014, limbah medis rumah sakit
diklasifikasikan sebagai Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) dengan kode
limbah A337-1 yang memiliki karakteristik infeksius. Limbah Bahan Berbahaya
dan Beracun (B3) yang dibuang langsung ke lingkungan dapat menimbulkan
bahaya terhadap lingkungan dan kesehatan masyarakat serta makhluk hidup
lainnya. Limbah B3 memiliki sifat dan karakteristik yang berbeda dengan limbah
konvensional pada umumnya, karena sifatnya yang tidak stabil. Limbah B3
memiliki sifat reaktif, mudah meledak, mudah terbakar dan toksinoid.

B. Permasalahan
Menurut United State Environmental Protection Agency (US-EPA) limbah
medis padat adalah limbah padat yang mampu menimbulkan penyakit. Limbah
kimia, limbah beracun, dan limbah infeksius merupakan bagian dari limbah padat
yang dapat mengancam kesehatan manusia maupun lingkungan. Komposisi
limbah padat menurut US-EPA terdiri dari limbah padat medis 22%, limbah
farmasi 1% dan limbah domestic 77%.
Berdasarkan PerMen RI No. 34 Tahun 2010, Rumah Sakit X Kota Batam
diklasifikasikan sebagai rumah sakit kelas B, dimana aktivitas pelayanan
kesehatan dilakukan menghasilkan limbah medis setiap harinya yang berasal dari
297 tempat tidur dari aktivitas ruang rawat inap, rawat jalan, unit gawat darurat
dan lain sebagainya. Sedangkan, berdasarkan kesesuaian dengan UU RI No. 44
Tahun 2009, Rumah Sakit X Kota Batam diklasifikasikan berdasarkan jenis
pelayanan rumah sakit khusus dan berdasarkan pengelolaannya dikategorikan
rumah sakit privat. Limbah yang dapat dikategorikan sebagai limbah padat medis
di rumah sakit yaitu infeksius, farmasi dan B3, sitotoksik dan benda tajam yang
berpotensi membawa resiko terkait kecelakaan kerja dan penularan penyakit.
Limbah cair infeksius dan noninfeksius yang berasal dari setiap ruangan di
rumah sakit ini dan dikumpulkan di IPAL. Rangkaian IPAL terdiri dari beberapa
bak antara lain: Grease trap, Primary tank, Equalisasi tank, Clarifier tank,
Biodetox, Klorinasi dan Outlet. Sumber-sumber yang menghasilkan air limbah di
rumah sakit yaitu limbah cair infeksius berasal dari poliklinik, Critical care,
Laboratorium, Farmasi, Ruang UKO dan tindakan, dan ruang peralatan; Limbah
cair Non-Infeksius yang berasal dari ruang gizi, kafe dan kantin, toilet, dan
wastafel umum.
Komponen penyusun system limbah padat medis di Rumah Sakit X Kota
Batam adalah pemilahan, pengangkutan ke Tempat Penampungan Sementara
(TPS) dan pengelolaan akhir. Limbah padat dikelompokkan 4 jenis yaitu limbah
sitotoksik, farmasi dan B3, infeksius dan benda tajam. Limbah rumah sakit yaitu
limbah yang berasal dari kegiatan rumah sakit berbentuk padat, cair, pasta (gel),
maupun gas yang bersifat infeksius, radioaktif dan bahan kimia beracun.
Di Rumah Sakit, kegiatan medis menghasilkan timbulan limbah yang
bervariasi bergantung dari jumlah pasien yang dirawat. Nilai timbulan limbah
padat medis di Rumah Sakit X Kota Batam dapat diketahui dengan melakukan
penimbangan setiap hari yang dilakukan oleh petugas pengangkut sampah.
Penimbangan selesai dilakukan maka dapat diketahui rekapitulasi data timbulan
limbah selama 6 bulan yang dihasilkan. Pengelolaan limbah pada medis Rumah
Sakit X Kota batam mengacu pada PerMenLHK No. 56 Tahun 2015. Adapun
pengelolaan limbah padat medis diantaranya yaitu pengurangan, pemilahan dan
pewadahan, symbol dan pelabelan, penanganan dan pengikatan, pengangkatan
insitu, penyimpanan, pengangkutan limbah B3 eksitu dan pengolahan.
Menurut Peraturan Menteri No. 93 Tahun 2015, Rumah Sakit UNS adalah
Rumah Sakit Pendidikan yang memiliki fungsi pelayanan, pendidikan dan
penelitian bidang kedokteran, kedokteran gigi, dan kesehatan lain. Rumah Sakit
Pendidikan UNS merupakan Rumah Sakit Tipe C yang mulai beroperasi tanggal
10 Agustus 2016. Berdasarkan survey awal yang dilakukan rumah sakit
pendidikan UNS dalam melakukan pengelolaan limbah padat medis sudah
terlaksana dengan baik tetapi belum maksimal seperti masih terdapat temuan yaitu
tercampurnya limbah medis dengan limbah non medi, lokasi tempat penyimpanan
sementara limbah B3 yang jauh dari incinerator. Identifikasi limbah kimia atau
farmasi yang belum sesuai dengan kantong plastic warna cokelat yang sudah
ditentukan pada peraturan pemerintah. Pengangkutan limbah ke tempat
penyimpanan sementara (TPS) B3 menggunakan jalur umum yang bisa dilewati
oleh pengunjung, pengangkutan limbah medis oleh pihak ketiga dimana
pemakaian APD yang tidak lengkap pada saat pengangkutan. Vinia, dkk (2017)
menyatakan bahwa evaluasi terhadap pengelolaan limbah B3 di rumah sakit
sangat penting karena limbah B3 yang tidak dapat dikelola dengan baik dapat
mengakibatkan cidera, pencemaran ligkungan, serta penyakit nosocomial. Dengan
pengelolaan limbah medis yang efektif, diharapkan dapat meningkatkan efisiensi
pembiayaan dan tentunya dapat melindungi petugas yang menangani limbah
media.
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Definisi
Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) adalah sisa suatu usaha dan/atau
kegiatan yang mengandung bahan berbahaya dan/atau beracun yang karena sifat,
konsentrasi, kuantitasnya; baik secara langsung ataupun tidak langsung dapat
mencemarkan dan/atau dapat membahayakan lingkungan hidup, kesehatan,
keberlangsungan hidup manusia serta makhluk hidup lainnya.
Total Solids Residu (TSR), kandungan Fixed Residu (FR), kandungan Volatile
Solids Residue (VSR), kadar air (sludge moisture content), volume padatan, dan
karakter atau sifat B3 adalah beberapa parameter yang digunakan untuk
mengkarakterisasi limbah B3 (dengan sifat toksisitas, sifat korosif, sifat mudah
terbakar, sifat mudah meledak, beracun, dan sifat kimia serta kandungan senyawa
kimia).

B. Sifat dan Karkteristik Limbah B3


Menurut peraturan pemerintah nomor 74 tahun 2001, karakteristik bahan
berbahaya dan beracun pasal 5 ayat 1 adalah sebagai berikut:
1. Mudah meledak (Explosive)
Bahan mudah meledak (explosive) adalah bahan yang pada suhu dan
tekanan standar (250C, 760 mmHg) dapat meledak atau melalui reaksi
kimia dan/atau fisika yang dapat menghasilkan gas dengan suhu dan
tekanan tinggi sehingga dengan cepat merusak lingkungan sekitar.
2. Pengoksidasi (Oxiding)
Pengujian bahan padat yang termasuk dalam kriteria B3 pengoksidasi
dapat dilakukan dengan metode uji pembakaran menggunakan ammonium
persulfate sebagai senyawa standar. Sedangkan untuk bahan berupa cair
senyawa standar yang digunakan adalah larutan asam nitrat.
3. Mudah menyala (flammable)
Mempunyai salah satu dari sifat berikut:
 Berupa cairan
Bahan
Bahan berupa cairan yang mengundung alcohol kurang dari
24% volume dan/atau memiliki titik nyala (flash point) yang tidak
lebih dari 600C (1400F) akan menyala apabila tidak terjadi kontak
dengan api, percikan api atau sumber nyala lain pada tekanan udara
760 mmHg.
 Berupa padatan
B3 yang bukan berupa cairan, pada suhu dan tekanan standar
(250C, 760 mmHg), dapat dengan mudah menyebabkan kebakaran
terjadi karena gesekan, penyerapan uap air atau perubahan kimia
secara spontan dan apabila terbakar dapat menyebabkan kebakaran
yang terus menerus selama 10 detik.
4. Beracun
Apabila memiliki LD50 (Lethal Dose Fifty) mendekati atau sama
dengan 1 mg/kg. Yang dimaksud dengan LD50 adalah perhitungan dosis
(gram pencemar per kilogram) yang dapat menyebabkan kematian 50%
dari populasi makhluk hidup yang dijadikan percobaan. Jika LD50 lebih
besar dari 15 gram per kilogram berat badan maka limbah tersebut bukan
limbah B3.
Ketika B3 memasuki tubuh manusia melalui pernafasan, dapat
menyebabkan kematian atau sakit yang serius.
5. Berbahaya (Harmful)
Berbahaya (Harmful) adalah bahan baik padatan, cairan ataupun gas
yang jika terjadi kontak atau melalui inhalasi ataupun oral dapat
menyebabkan bahaya terhadap kesehatan sampai ke tingkat tertentu.
6. Korosif (Corrosive)
B3 yang memiliki sifat korosif memiliki sifat antara lain:
 Menyebabkan iritasi (terbakar) pada kulit;
 Menyebabkan proses pengkaratan pada lempeng baja SAE 1020
dengan laju korosi lebih besar dari 6,35 mm/tahun dengan
temperature pengujian 550C;
 Mempunyai pH sama atau kurang dari 2 untuk B3 bersifat asam
dan sama atau lebih besar dari 11,25 untuk yang bersifat basa.
Bahan kimia korosif antara lain adalah asam sulfat (H 2SO4); asam nitrat
(HNO3); asam klorida (HCl) dan natrium hidrosida (NaOH).
7. Bersifat iritan (Iritant)
Bahan baik padatan maupun cairan yang jika terjadi kontak secara
langsung, dan apabila kontak tersebut terus menerus dengan kulit atau
selaput lender dapat menyebabkan peradangan. Menurut bentuk zat, bahan
kimia iritan dapat dibagi dalam tiga kelompok, yaitu:
 Bahan iritan padat, bahaya akan timbul apabila kontak dengan kulit
atau mata;
 Bahan iritan cair, bahaya akan timbul apabila kontak dengan kulit
atau maya yang menyebabkan proses pelarutan atau denaturasi
protein;
 Bahan iritan gas, bahaya karena terhirup dan merusak saluran
pernafasan.
8. Berbahaya bagi lingkungan (Dangerous to the environment)
Bahaya yang ditimbulkan oleh suatu bahan dapat merusak lapisan ozon
(misalnya CFC), persisten di lingkungan (misalnya PCBs), atau bahan
tersebut dapat merusak lingkungan.
9. Karsinogenik (Carsinogenic)
Karsinogenik (carsinogenic) adalah bahan penyebab sel kanker, yaitu
sel liar yang dapat merusak jaringan tubuh.
10. Teratogenik (Teratogenic)
Teratogenik (teratogenic) adalah sifat bahan yang dapat
mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan embrio.
11. Mutagenik (Mutagenic)
Mutagenik (mutagenic) adalah sifat bahan yang dapat menyebabkan
perubahan kromosom yang dapat merusak genetika.
C. Dampak Limbah B3
Dibandingkan limbah lainnya, limbah B3 (Bahan Beracun dan Berbahaya)
adalah limbah yang membutuhkan campur tangan para ahli dan jasa pengelolaan
limbah B3. Industry maupun rumah tangga dapat berkontribusi limbah beracun
ini. Karena sifatnya yang berbahaya, limbah ini berdampak buruk terhadap
lingkungan bila dibiarkan.
Manusia memang dapat mengeluarkan zat toksin secara natural, namun racun
dari limbah B3 lebih lambat dikeluarkan. Pengaruh limbah B3 pada manusia
memiliki dua kategori, yaitu efek akut dan efek kronis. Efek akut menimbulkan
kerusakan susunan syaraf, system pencernaan, kardiovaskuler, dan pernafasan,
serta penyakit kulit bahkan kematian. Sedangkan efek kronis menimbulkan efek
pemicu kanker, mutasi sel tubuh, cacat bawah, serta kerusakan system reproduksi.
Limbah B3 tersebut juga dapat merusak atau mengganggu system pernafasan dan
pencernaan. Jaringan paru-paru akan mengalami kerusakan berat, dan makanan
yang terkontaminasi limbah menyebabkan kerusakan hati. Selain itu, juga berefek
pada janin dan pertumbuhan bayi. Hal ini diturunkan dari ibu yang mempunyai
kadar racun yang sudah menembus plasenta. Para bayi yang memiliki kandungan
racun limbah dapat menderita tuli, kebutaan, kerusakan otak yang berujung
retardasi mental atau celebral palsy.
BAB III

HASIL

Sistem pengelolaan limbah padat medis Rumah Sakit X Kota Batam sebagian
besar dibagi menjadi 3 yaitu pemilahan, pengangkutan ke Tempat Penampungan
Sementara (TPS) dan pengelolaan akhir. Limbah padat dikelompokkan menjadi 4
jenis yaitu limbah sitotoksik, farmasi dan B3, infeksius dan benda tajam. Limbah
rumah sakit yaitu limbah yang berasal dari kegiatan rumah sakit berbentuk padat, cair,
pasta (gel), maupun gas yang bersifat infeksius, radioaktif, dan bahan kimia beracun.
Alur pengelolaan limbah padat medis sebagai berikut.

Pengelolaan limbah pada medis Rumah Sakit X Kota Batam mengacu pada
PerMenLHK No. 56 Tahun 2015. Adapun pengelolaan limbah padat medis
diantaranya pengurangan, pemilahan dan pewadahan, symbol dan pelabelan,
penanganan dan pengikatan, pengangkutan insitu, penyimpanan, pengangkutan
limbah B3 eksitu dan pengolahan.

a. Pengurangan
Pihak rumah sakit selalu memastikan tanggal kadaluwarsa produk-
produk dan obat-obatan saat diantar oleh pemasok. Pengurangan limbah
padat ini merupakan salah satu program green hospital Rumah Sakit X
Kota Batam dan juga rumah sakit ini melakukan pengurangan limbah
padat dengan melakukan kembali penggunaan limbah yang sudah tidak
terpakai (reuse).
Penggunaan kembali jirigen plastic cairan hemodialisa sebagai safety
box mampu mengurangi jumlah limbah yang dihasilkan dan meminimalisir
biaya yang dikeluarkan untuk pembelian safety box. Rumah sakit ini sudah
melakukan pengurangan yang sesuai dengan PerMenLHK No. 56 Tahun
2015 yang tercantum dalam pasal 38 ayat 1, dapat dilakukan pengolahan
untuk bekas kemasan cairan hemodialisa. Rumah sakit mengolah kemasan
tersebut agar dapat digunakan kembali dan perlu dilakukan pengosongan
dan pembersihan terlebih dahulu setelah penggunaan, sesuai dengan tata
cara pengolahan pada peraturan yang berlaku.
b. Pemilahan dan Pewadahan
System pemilahan dan pewadahan dilakukan di sumber saat limbah
pertama kali dihasilkan. Pemilahan dan pewadahan dilakukan oleh
perawat, staff yang bertugas di setiap ruangan. Selain itu, salah satu cara
yang digunakan untuk mempermudah dan mengingatkan perawat secara
tidak langsung adalah dengan memberi label pada penutup wadah limbah.
Oleh karena itu, sebelum menempatkan limbah ke dalam wadah, para
petugas dapat membaca limbah yang dimasukkan ke dalam wadah
tersebut. Pewadahan limbah harus dengan kantong limbah yang tepat,
apabila tidak sesuai menimbulkan penularan penyakit yang tidak
diinginkan. Sesuai dengan karakteristik limbahnya, pewadahan di Rumah
Sakit X Kota Batam sudah dilakukan dengan tepat.
c. Symbol dan Pelabelan
Tahap pelabelan dilakukan untuk memudahkan dalam pemilahan atau
pengolahan limbah padat medis, yaitu memberikan informasi symbol
mengenai warna kantong plastic, dan sumber limbah sesuai dengan
karakteristik limbah yang dihasilkan. Dengan demikian, resiko wadah
tertukar pada saat dilakukan pembersihan tidak akan terjadi. Untuk limbah
infeksius, benda tajam, farmasi dan B3, sitotoksik sudah cukup mewakili
karena tercantum isi rincian limbah dan symbol. Terdapat symbol
biohazard pada wadah limbah infeksius dan benda tajam. Untuk limbah
infeksius yang berada di toilet yang berisi sampah pembalut juga sudah
terdapat biohazard dan label.
d. Penanganan dan Pengikatan
Menurut PerMenLHK No. 56 Tahun 2015, mengatur tentang tata cara
penanganan dan pengikatan untuk limbah medis. Tahap penanganan
diperlukan untuk menghindari terjadinya tertusuk saat pengangkutan
maupun limbah pada kantong plastic tercecer hingga ke lantai. Pengikatan
kantong plastic dilakukan oleh cleaning serviced masing-masing ruangan
dilakukan dengan ikatan kelinci, sedangkan menurut peraturan terkait,
kantung limbah seharusnya diikat dengan ikatan tunggal untuk mencegah
limbah tercecer di lantai sehingga penanganan belum sesuai dengan
peraturan. Oleh karena itu, perlu adanya pemantauan mengenai
penanganan limbah padat medis.
e. Pengangkutan Insitu
Sesuai PerMenLHK No. 5 Tahun 2015 pengangkutan in situ harus
menggunakan alat angkut yang tertutup. Setiap hari pengangkutan limbah
in situ dilakukan dengan menggunakan troli roda tiga berkapasitas 100 L
yang nantinya akan diangkut dan dipindahkan melalui lubang di pintu TPS
oleh petugas penanggungjawab. Pengangkutan memiliki rute khusus yang
jarang dilewati oleh pengunjung, untuk mengurangi risiko penularan
penyakit saat pengangkutan.
f. Penyimpanan
Setelah pengumpulan selesai, limbah padat medis tersebut disimpan di
TPS. Limbah padat medis tersebut disimpan pada 4 buah bin besar dengan
kapasitas 600 L sesuai karakteristiknya yang terdapat di TPS Infeksius
sebelum dilakukan pengolahan limabh pada medis. TPS Rumah Sakit
dibagi menjadi 3 yaitu TPS Infeksius, TPS B3 dan TPS Non Infeksius.
g. Pengangkutan Limbah B3 Eksitu
Sistem pengangkutan limbah B3 eksitu yaitu mengangkut Limbah B3
yang telah disimpan di TPS Limbah B3 menuju tempat pemusnahan atau
pengolahan. Pengangkutan limbah B3 dilakukan oleh pihak ketiga yaitu
PT Prasadha Pamunah Limbah Industri (PPLI). Pengangkutan dilakukan
apabila sudah mendekati batas waktu penyimpanan yang telah ditetapkan
di peraturan atau disesuaikan dengan kapasitas TPS limbah B3 apabila
hampir penuh maka dilakukan pengangkutan. Pihak ketiga akan memberi
form pengisian untuk pengambilan limbah yang disebut dengan lembar
manifest. Berdasarkan hasil observasi yang sudah dilakukan, alat
pengangkut yang digunakan oleh PT. PPLI sudah sesuai dengan
PerMenLHK No. 56 tahun 2015, yang disimpan dalam bak permanen dan
tertutup dibelakang pengendara, selain itu memiliki izin pengolahan. Truk
yang digunakan sudah memiliki kelengkapan.
h. Pengolahan
Pengolahan limbah B3 di lokasi rumah sakit menggunakan incinerator.

Alat ini memenuhi spesifikasi dan masih berfungsi dengan baik.


Rumah sakit ini dalam mengolah limbah padat medis menggunakan
incinerator dengan temperatur hingga 1.1000C. Untuk mengurangi resiko
melepasnya partikel limbah B3 ke atmosfer dilakukan dengan mengolah
partikel tersebut menggunakan cyclone. Partikel tersebut dapat diendapkan
atau dilakukan penyemprotan menggunakan air. Proses pengolahan
menggunakan incinerator menghasilkan dust dan sludge incinerator yang
akan diolah oleh PT. PPLI.
BAB IV
PEMBAHASAN
Limbah padat medis berada di bawah tanggung jawab unit kesehatan
lingkungan yang mengelola limbah dari kegiatan pelayanan rumah sakit seperti
pelayanan medis, pelayanan 24 jam, dan penunjang medis. Menurut PerMenKes
No. 7 Tahun 2019, sumber daya manusia diperlukan dalam mendukung
penyelenggraan kesehatan lingkungan rumah sakit seperti tenaga kesehatan
lingkungan. Pengelolaan limbah pada medis Rumah Sakit X Kota Batam pada
kegiatan Pemilahan dan Pewadahan dilakukan setiap hari yaitu setiap pasien
3
pulang atau apabila tempat sampah sudah terisi bagian sampah. Pemilahan dan
4
pewadahan langsung dilakukan di sumber dan langsung di pilah di wadah sesuai
dengan karakteristiknya. Kegiatan ini dilaksanakan oleh Pengunjung, perawat,
dokter, staff dan tenaga kerja lain yang bekerja di rumah sakit. Kegiatan
Pengumpulan dan Penyimpanan dilakukan setiap hari, pengumpulan minimal 2
kali dalam sehari. Setiap pengumpulan, limbah diangkut dari spoelhoek dibawa ke
Tempat Penyimpanan Sementara (TPS). Pengumpulan dilakukan oleh petugas
pengangkut sampah. Kegiatan pengangkutan disesuaikan dengan lama waktu
penyimpanan Limbah B3 dan disesuaikan dengan kapasitas TPS Limbah B3.
Kegiatan ini dilaksanakan oleh PT. Prsadha Pamunah Limbah Industri (PT. PPLI).
Kesesuaian tahap pengolahan limbah medis di Rumah Sakit X Kota batam
dengan PerMenLHK No. 56 Tahun 2015.
Pengolahan Limbah B3 di Rumah Sakit X Kota Batam sudah sesuai dengan
PerMenLHK No. 56 Tahun 2015. Berdasarkan PerMenLHK No. 56 Tahun 2015
mengenai Pengolahan dilakukan oleh penghasil atau pengolah limbah B3 yang
memiliki izin pengelolaan limbah B3 untuk kegiatan pengolahan limbah B3. Hal
tersebut sudah sesuai dengan pengelolaan yang dilakukan oleh Rumah Sakit X
Kota Batam karena Pengolahan yang dilakukan di rumah sakit X Kota Batam
sudah memiliki izin pengelolaan limbah padat medis dari KLH. Selanjutnya,
berdasarkan PerMenLHK No. 56 Tahun 2015 tentang Pengolahan limbah B3
dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa peralatan seperti autoklaf tipe
gravitasi dan/atau tipe vakum, gelombang mikro, iradiasi frekuensi radio,
incinerator. Kegiatan pengelolaan limbah tersebut sudah sesuai yang dilakukan
oleh Rumah Sakit X Kota Batam, pengolahan yang diterapkan di Rumah Sakit X
Kota Batam menggunakan incinerator.
Incinerator Rumah Sakit X Kota Batam memiliki 2 burner, dimana burner
pertama berfungsi sebagai pembakaran limbah padat medis yang dihasilkan rumah
sakit sedangkan burner kedus berfungsi sebagai pembakaran bertujuan
menurunkan kadar CO sehingga tidak akan mencemari udara sekitar.

Jika dibandingkan kesesuaian penggunaan incinerator di rumah sakit peraturan


terkait, belum sesuai dengan peraturan perundangan terkait yaitu efisiensi
pembakaran yang belum mencapai 99,95% dan suhu minimal belum mencapai
800°C. Hal ini menyebabkan untuk mencapai pembakaran sempurna
membutuhkan waktu tinggal yang lebih lama. Berdasarkan literatur, pembakaran
tidak sempurna (incomplete combustion) akan terjadi bila waktu tinggal lama dan
temperatur pembakaran rendah pada ruang bakar yang dapat menyebabkan
terbentuknya polutan yang menghasilkan dioksin dan furan. Jika dioksin dan furan
berada di udara bebas dan terhirup oleh manusia dapat mengganggu sistem
pernafasan. Hal ini tentu berbahaya karena dioksin dapat mengendap dalam tubuh
manusia yang juga menyebabkan kanker. Oleh karena itu perlu adanya upaya
peningkatan efisiensi dan suhu pembakaran pada incinerator.
BAB V

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil analisis dengan peraturan terkait, pengelolaan limbah padat


medis di rumah sakit dengan metode skoring skala likert, tahap pengurangan sebesar
100%; tahap pemilahan sebesar 93,3%; tahap pewadahan sebesar 93,3%; symbol dan
pelabelan sebesar 100% , tahap penanganan sebesar 77,8% ; tahap pengangkutan
insitu sebesar 100%; tahap penyimpanan sebesar 98,35%; tahap pengangkutan limbah
B3 eksitu sebesar 100%; tahap pengolahan sebesar 96,7% dan kelengkapan tugas
100%. Dapat disimpulkan bahwa, pengelolaan limbah padat medis di Rumah Sakit X
Kota Batam sudah sesuai dari sumber sampai pengangkutan limbah B3 eksitu.
Namun, masih ada yang harus ditingkatkan yaitu pengikatan kantong limbah, dimana
masih ada beberapa petugas cleaning service yang tidak patuh dalam pengikatan
kantong sampah dengan melakukan kepang plastic ikat kelinci, kemudian efisiensi
dan temperature minimal ruang bakar incinerator yang masih belum memenuhi.
DAFTAR PUSTAKA

Azria, Cut Rizki., dkk. (2018). Limbah bahan Berbahaya dan Beracun (B3) Rumah
Sakit [Makalah]. Aceh: Universitas Syiah Kuala.
Himayati, Nila., dkk. (2018). Evaluasi Pengelolaan Limbah Medis Padat Bahan
Berbahaya dan Beracun (B3) di Rumah Sakit TK. II 04.05.01 dr.
Soedjono Magelang. Jurnal Kesehatan Masyarakat, 6(4): 485-495.
Pertiwi, Vinidia., dkk. (2017). Evaluasi Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan
Beracun (B3) di Rumah Sakit Roemani Muhammadiyah Semarang.
Jurnal Kesehatan Masyarakat, 5(3): 420-430.
PT. Nebraska. (2018). Dampak Negatif Limbah B3 dan Cara mengatasinya. Jawa
Barat: PT. Nebraska. ( https://nebraska.co.id/blog/view/solusi-dampak-
limbah-b3# )
Pusparini, Dian., dkk. (2018). Pengelolaan Limbah Padat B3 di Rumah Sakit dr.
Saiful Anwar Malang. Jurnal Envirotek, 10(2); 34-42.
Rachmawati, Siti., dkk. (2018). Analisis Manajemen Pengelolaan Limbah Padat
Medis B3 di Rumah Sakit Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Prosiding SNST ke-9 Fakultas Teknik Universitas Wahid Hasyim:
31-36.
Siddik, Salma Savira dan Eka Wardhani. (2020). Pengelolaan Limbah B3 di Rumah
Sakit X Kota Batam. Serambi Engineering,5(1): 760-767.

Anda mungkin juga menyukai