PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
banyak instalasi dan tidak pernah terlepas dari timbulan limbah padat (medis
sejumlah hasil samping berupa limbah, baik limbah padat, cair dan gas yang
mengandung patogen, zat kimia serta alat kesehatan yang pada umumnya
pelayanan rumah sakit, maka perlu adanya pengelolaan limbah padat yang
memasuki tubuh manusia melalui beberapa jalur yaitu akibat tusukan, lecet
atau luka kulit, melalui membrane mukosa, pernafasan dan ingesti. Benda
tajam tidak hanya dapat menyebabkan luka gores maupun luka tertusuk tetapi
juga dapat menginfeksi luka jika benda itu terkontaminasi pathogen. Karena
resiko ganda inilah (cedera dan penularan penyakit), benda tajam termasuk
1. Apakah sistem pengelolaan limbah padat (medis dan non medis) RS Dr.
Rumah Sakit dan Peraturan Pemerintah Nomor 101 Tahun 2014 tentang
2. Apa saja jenis-jenis limbah yang ada di Rumah Sakit Umum Daerah
Buleleng?
3. Apa saja dampak yang dapat ditimbulkan oleh limbah R.S.U.D Beleleng?
4. Bagaimana pengelolaan limbah cair di RSUD Buleleng?
1.3 Tujuan
TINJAUAN PUSTAKA
rumah sakit (Departemen Kesehatan, 2002). Hal itu menjadikan rumah sakit
limbah rumah sakit adalah semua limbah yang dihasilkan dari kegiatan
rumah sakit dalam bentuk padat, cair dan gas. Limbah rumah sakit yang
penanganan secara tepat. Limbah dapat didefinisikan dari jenis buangan dan
sumbernya. Untuk limbah buangan dari rumah sakit berasal dari bagian
tubuh maupun jaringan manusia dan binatang, arah atau cairan darah, zat
eksresi, obat – obatan maupun dari produk kimia, kain pel ataupun pakaian,
1. Limbah Umum
2. Limbah Patologis
Berasal dari jaringan organ, bagian tubuh plasenta, darah dan cairan
tubuh.
3. Limbah Infeksius
Limbah benda tajam dalam hal ini adalah alat yang digunakan dalam
dari obat – obatan yang kadaluwarsa, obat – obatan yang terbuang karena
dibuang oleh masyarakat, obat – obatan yang tidak lagi diperlukan oleh
obat – obatan.
5. Limbah Sitotoksik
6. Limbah Radioaktif
a. Mudah meledak
Limbah yang pada suhu dan tekanan standar (25°, 760 mmHg)
b. Mudah terbakar
sebagai berikut :
volume pada titik nyala tidak lebih dari 60°C (140°F) akan
menyala jika kontak dengan api, percikan api atau sumber nyala
c. Bersifat reaktif
Limbah bersifat reaktif jika memiliki salah satu sifat sebagai berikut:
lingkungan.
lingkungan.
5) Limbah yang dapat mudah meledak atau bereaksi pada suhu dan
tekanan standar.
d. Beracun
atau mulut.
e. Menyebabkan infeksi
pembuangan limbah.
f. Bersifat korosif
berikut :
asam dan sama atau lebih besar dari 12,5 untuk yang bersifat basa.
golongan :
1. Golongan A
c. Pembalut, popok
2. Golongan B
tajam yang dapat melukai dan memotong pada kegiatan terapi dan
a. Spuit bekas
c. Pisau bekas
3. Golongan C
a. Parlak terkontaminasi
4. Golongan D
a. Obat kadaluarsa
5. Golongan E
Limbah padat sisa aktivitas yang dapat berupa bed plan disposable,
pispot, dan segala bahan yang terkena buangan pasien. Adapun limbah
Limbah medis padat adalah limbah padat yang terdiri dari limbah
infeksius adalah resiko penularan oleh agen infeksius yang berasal dari
benda tajam (seperti jarum, pisau, pecahan kaca, dan gelas). Benda tajam
ini menyebabkan luka, goresan bahkan resiko terpotong. Saat tubuh tidak
terlindungi dan dalam kondisi lemah akan mudah terinfeksi oleh agen
yang aman atau bahan yang lebih tidak berbahaya, pewadahan yang
a. Limbah cair
c. Limbah gas
1) Infectious waste
2) Pathological waste
kimiawi, farmasi.
Limbah padat non medis adalah limbah padat yang dihasilkan dari
limbah mulai dari pemilahan limbah medis dan non medis, serta pemisahan
jelas agar limbah tidak tercampur dan sulit diurus. Tercampurnya limbah
baik akan mengurangi jumlah limbah yang akan harus dibakar (Damanhuri,
Bila hal ini dilaksanakan maka kontak selama penanganan limbah seperti
saat sortir dan repacking yang beresiko terjadi penularan dapat dihindari.
1. Jenis limbah
5. Pengolahan limbah
dapat digolongkan menjadi tiga tipe yaitu : limbah benda tajam, limbah
padat, dan cair. Ketiganya memiliki perbedaan besar secara fisik, kimia, dan
1204/MENKES/SK/X/2004 yaitu :
limbah
bocor, anti tusuk dan tidak mudah untuk dibuka sehingga orang yang
kembali.
8. Daur ulang tidak bias dilakukan oleh rumah sakit kecuali untuk
9. Limbah sitotoksis dikumpulkan dalam wadah yang kuat, anti bocor, dan
(Non medis).
lama. Untuk itu setiap unit hendakya disediakan tempat penapungan dengan
bentuk, ukuran, dan jumlah yang disesuaikan dengan jenis dan jumlah
3. Bertutup rapat.
4. Mudah dibersihkan.
tidak terlihat sehingga lebih estetis dan memudahkan pencucian bak sampah
(Wilson, 1977).
Oleh karena itu pewadahan limbah benda tajam harus memiliki kriteria
antara lain :
1. Tahan Tusukan
kapasitasnya.
2. Impermeabilitas (Impermeability)
Kontainer haruslah kedap atau tembus air, sehingga adanya sisa cairan
yang terkandung di dalam alat suntik, infuse, dan alat – alat lain tidak
3. Kekakuan (Rignity)
4. Penandaan
1. Impermeabilitas (Impermeability)
perlu pewadahan yang kedap atau tembus air, yaitu dengan kantong
plastik.
2. Kuat
limbah padat sehingga tidak pecah atau sobek. Pada saat pengisian
tidak boleh melebihi muatan dan harus dihindari dari benda tajam.
3. Penandaan
sitotoksik
c. Sampah radioaktif : kantong berwarna merah dengan simbol
a. Terbuat dari bahan yang kuat, cukup ringan, tahan karat, kedap air,
misalnya fiberglass.
c. Kantong plastik diangkat setiap hari atau kurang sehari apabila 2/3
lagi.
cara pemindahan dan seberapa jauh harus dipindahkan untuk diproses. Alat
yang diperlukan untuk pemindahan limbah cair yaitu dengan botol tertutup
pada umunya limbah cair akan disalurkan secara langsung ke suatu instalasi
pengolahan air limbah rumah sakit tersendiri sesuai dengan limbah cair
secara berkala serta petugas pelaksana dilengkapi dengan alat proteksi dan
local. Sampah medis diangkut dalam kontainer khusus, harus kuat dan tidak
bocor.
pengumpul.
yang tepat dan harus diikuti semua petugas tang terlibat. Untuk limbah
Kesehatan, 2002) :
troli dan kereta yang harus memenuhi syarat yang ditetapkan oleh
khusus.
1. Topi/helm
2. Masker
3. Pelindung mata
2.1.8 Penyimpanan
benar – benar tidak dapat langsung diolah. Limbah tidak boleh terlalu lama
area.
umumnya disimpan dalam area rumah sakit itu sendiri untuk menunggu
radioaktif.
pengadaan uap jenuh pada temperatur 120°C dalam tekanan. Biaya operasi
alat ini lebih murah dibanding insenerator tetapi masih membutuhkan lahan
insenerator.
patogen, limbah kimia, limbah dari benda tajam (jarum, gunting, dll) selain
itu juga limbah farmasi (Reinhardt, 1991). Sedangkan untuk limbah umum
atau yang tidak berbahaya, tidak diperlukan pengolahan dan dapat disatukan
2. Desinfeksi (Desinfection)
Limbah medis dalam jumlah kecil dapat didesinfeksi dengan bahan kimia
dalam penanganan.
3. Insenerator
teknis, lingkungan, sosial, dan adanya partisipasi dari pihak swasta aka
landfill.
Jika fasilitas insenerasi tidak tersedia, limbah medis dapat ditimbun
ditimbun. Oleh karenanya limbah yang ditimbun dengan kapur ini harus
2.1.10 Insenerator
5. Tipe E : Human and animal remains, terdiri dari organ tubuh, jaringan
(Hester et al,1994) :
et al, 2007):
efisien
a. Penyakit diare,
b. Penyakit kulit,
f. Kecacingan
Limbah rumah sakit berupa buangan padat, cairan dan gas yang banyak
mengandung kuman patogen, zat kimia beracun, zat radioaktif, dan zat lain
rumah sakit memasuki media lingkungan melalui air (air kotor dan air
minum), udara, makanan, alat atau benda, serangga, tenaga kesehatan, dan
media lainnya. Melalui media ini agen penyakit tersebut akan dapat
misalnya penderita yang dirawat atau yang berobat jalan, karyawan rumah
rumah sakit. Oleh karena itu, pengawasan terhadap mutu media ini
ketiga untuk medis dan untuk non-medis diangkut oleh DPU Kebumen.
pada hari rabu dan sabtu, ini mengakibatkan penumpukan sampah medis
di TPS Medis rumah sakit dan merugikan kesehatan masyarakat
udara, tanah dan air, rendahnya nilai estetika. Dapat pula menimbulkan
Depkes, 2014 perlu adanya kerjasama dengan rumah sakit lain yang
jam.
5.1.1.2 Regulasi
ditanggungjawabkan.
5.1.1.3. Kelembagaan/SDM
2004 pada aspek sumber daya manusia (SDM) RSUD Dr. Soedirman dari
(rumah sakit pemerintah) dan yang setingkat adalah seorang tenaga yang
masih terdpat beberapa yang belum sesuai dengan studi dokumen SOP
pendidikan terakhir SMP. Oleh karena itu, menurut Riza Hapsari, 2010
padat (medis dan non-medis) rumah sakit. Hasil penelitian ini selaras
proses pengelolaan limbah padat (medis dan non medis) RSUD Dr.
pekerjaannya.
Berdasarkan hasil observasi, diperoleh informasi bahwa tidak adanya
sosialisasi terkait SOP Pengelolan Limbah rumah sakit bagi para petugas
kebesihan. Mereka hanya patuh pada perintah dan diberi pelatihan hanya
SOP pengelolaan limbah rumah sakit bagi para petugas kebersihan sesuai
Soedirman Kebumen
1. Pewadahan
Pengelolaan limbah padat medis dan non medis rumah sakit pada
non medis rumah sakit. Pada tahap pewadahan, limbah padat RSUD
dan runcing dan dilapisi oleh kantong plastik berwarna kuning untuk
medis dan hitam untuk limbah padat domestik. Hasil penellitian ini
plastik yang baru. Hal ini sudah sesuai dengan Kepmenkes RI Nomor
1204/ Menkes/SK/X/2004.
sakit.
2. Pengumpulan
(kantong plastik kuning dan hitam), tetapi masih sering terjadi salah
medis. Oleh karena itu, perlu adanya pemilahan sampah dari sumber
adanya pemilahan sampah dari sumber mulai dari sampah yang dapat
digunakan dan tidak dapat digunakan dan sampah yang kering dan
basah.
3. Pemilahan
Pada keadaan di lapangan sering ditemukan adanya percampuran
antara limbah organik dan non organik. Hal ini terjadi karena
Apabila hal ini terus – menerus terjadi maka akan berbahaya karena
2014). Oleh karena itu, perlu adanya pemilahan yang lebih teliti pada
non medis dan limbah medis benda tajam pada setiap sumber
limbah non medis, tidak adanya pemilahan limbah padat non medis
pemilahan limbah padat non medis antara limbah basah dan kering.
bahan kimia non B3, pengemasan dan pemberian label yang jelas dari
berbagai jenis limbah non B3, pengemasan dan pemberian label yang
jelas dari berbagai jenis limbah untuk mengurangi biaya, tenaga kerja,
medis maupun non medis hanya dilakukan oleh satu cleaning service
4. Pengangkutan
yang kokoh (Kepmenkes 1204 Tahun 2004). Akan tetapi pada kedaan
angkut yang terpisah antara limbah medis dan non medis dan tidak
yaitu harus didesain sehingga permukaan licin, rata dan tidak tembus,
(Riza, 2014). Hal ini juga belum sesuai dengan Kepmenkes RI Nomor
kembali dan diberihkan ceceran tersebut. Hal ini dapat diatasi dengan
seperti yang dikemukakan WHO (2005), yang menyatakan bahwa bila
sakit dan timbulnya sumber penyakit bai para pekerja dan pengunjung
belum diberi label pada gerobak dan gerobak sampah domestik tidak
ditetapkan oleh Depkes RI, 1992 adalah memiliki wadah yang mudah
kedap air dan mudah untuk diisi dan dikosongkan, setiap keluar dari
dari bahan kedap air, mudah dibersihkan dan mudah dibuka dan
ditutup seperti terbuat dari plastik atau kayu yang dilapisi bahan tahan
medis rumah sakit sudah difasilitasi dengan alat pelindung diri (APD)
berupa topi, sepatu boot, sarung tangan khusus, masker oleh pihak
lengkap seperti topi, sepatu boot, dan sarung tangan khusus medis
padat rumah sakit. Oleh karena itu, perlu adanya penegasan dalam
juga selaras dengan penelitian Rr. Domy Line, 2013 yang mengatakan
non medis yang mash melewati jalur pengunjung dan pasien dan juga
sakit.
dan dibawa ke TPS rumah sakit tanpa adanya gudang sementara dan
5. Penyimpanan
limbah non medis. TPS sudah dilengkapi dengan APAR dan lampu
adanya pintu, penutup dan tidak tertutup rapat dan sering terjadi banjir
pada halaman depan TPS. Sehingga orang yang tidak berkepentingan
dari gangguan serangga dan jauh dri jangkauan manusia. Untuk itu
rumah sakit dalam mencegah orang luar memasuki area TPS yang
RSUD Dr. Soedirman Kebumen, akan tetapi pada halaman depan TPS
TPS. Hal ini tidak sesuai dengan kriteria PP Nomor 101 Tahun 2014,
oleh karena perlu adanya peninggian lantai TPS agar air tidak naik ke
tersebut.
6. Pengolahan
menggunakan jasa pihak ketiga yaitu PT. Jasa Medivest pada hari
jasa pihak ketiga untuk pengolahan limbah medis yaitu PT. Jasa
ini sejalan dengan Puri Wulandari, 2012. Hal ini sudah sesuai dengan
dilakukan dengan kerja sama rumah sakit lain atau diserahkan kepada
pihak ketiga.
Akan tetapi pada proses pengambilan limbah medis padat rumah
lokasi TPS medis menimbulkan bau yang tidak enak akibat tumpukan
Ini juga berakibat fatal apabila banyak plastik limbah padat medis
penyakit bagi para pekerja yang mengelola sampah rumah sakit. Ini
Nomor 1204/SK/X/2004.
sampah, jalur jalan dalam rumah sakt, jenis kapasitas sampah dan jumlah
tenaga dan sarana tersedia (Wilson, 1997). Pada proses pengangkutan tidak
boleh melewati ruang perawatan, ruang pasien, kantin dan dapur serta
Nomor 1204 Tahun 2004). Hal ini berakibat pada estetika rumah sakit,
saluran pernafasan melalui secret yang terhirup atau air liur (Pruss A, 2005:
22). Oleh karena itu, peneliti memberikan output berupa layout jalur
kebersihan tidak begitu paham tentang proses pengelolaan limbah RSUD dr.
Soedirman Kebumen. Para petugas hanya patuh pada perintah tanpa tahu
sosialisasi SOP bagi para petugas kebersihan agar mereka bisa memahami
penyebaran penyakit akibat sampah yang terjatuh atau tercecer, dapat pula
di sekitar RSUD Dr. Soedirman. Dengan adanya layout jalur tersebut maka
limbah aman bagi lingkungan, kesehatan serta jauh dari pusat kegiatan
Limbah rumah sakit adalah semua limbah yang dihasilkan oleh kegiatan rumah
sakit dan kegiatan penunjang lainnya. Limbah rumah sakit merupakan sampah
biomedis, seperti sampah dari pembedahan. Semua sampah ini mungkin
manusia dan makhluk lainnya dan dapat menimbulkan penyakit yang berbahaya.
A. Limbab Klinis
Limbah klinis adalah yang berasal dari pelayanan medis, perawat gigi,
1. Limbah Infeksius
Limbah jaringan tubuh meliputi organ, anggota badan, darah dan cairan
3. Limbah Sitotoksik
4. Limbah Farmasi
obat-obatan
5. Limbah Kimia
Limbah kimia adalah limbah yang dihasilkan dari penggunaan balan kimia
dan riset.
6. Limbah Radioaktif
yang berasal dari penggunam medis atau rises cadio mikla Limbah ini
Limbah Non Klisnis adalah sampah yang bukan berasal dari pelayanan
penunjang rumah sakit juga menghasilkan sampah non klinis atau dapat
disebut juga sampah non medis. Sampah non medis ini bisa berasal dari
unit pelayanan kotoran dari ruang pasien, sisa makanan buangan; sampah
dapur (sisa pembungkus, sisa makanan / bahan makanan, sayur dan lain-
lain).
3.2.2 Dampak yang ditimbukan Limbah R.S.U.D Buleleng
ditinjau dari segi negatif, limbah rumah sakit tentunya bisa mengandung
padat rumah sakit terdiri atas sampah mudah membusuk, sampah mudah
yang beracun dan berbahaya bagi masyarakat yang berada di rumah sakit,
sanitasi yang masih buruk. Hal yang paling berpengaruh dalam kegiatan
Dari
uji laboratorium tidak bisa diurai hanya dengan aerasi atau activated
mengakibatkan hingga saat ini hanya sedikit rumah sakit yang memiliki
terjadi penumpukan limbah dalam satu bak. Karena setiap gedung telah
penampungan,
berlangsung secara terus menerus setiap harinya, dan apabila air limbah
Akses
3.2.4 Cara Menanggulangi Masalah Akibat Limbah
serta orang lain. Salah satu contohnya adalah penanggulangan limbah cair
diletakkan dibawah tanah untuk mencegah timbulnya bau tidak sedap dari
digunakan dalam jangka waktu yang lama yaitu maksimal lima tahun.
pada jumlah pasien dan kegiatan medis yang dilakukan. Namun apabila
yang tersedia sebanyak 108 buah, yang telah tersedia di tiap-tiap gedung
BAB IV
PENUTUPAN
4.1.1 Kesimpulan
Salab satu contoh positif dengan adanya rumah sakit adalah sebagai
penyedia layanan kesehatan untuk masyarakat. Sedangkan dampak negatif,
jika
ditinjau dari pengolahan limbahnya, limbah yang tidak diolah dengan baik
3 Limbah tidak ditanggulangi oleh pihak Rumah Sakit, namun dibuang langsung
4.1.2 Saran
Umum Daerah Buleleng baik limbah padat maupun limbah cair, agar tidak