Anda di halaman 1dari 4

Solusi Mengatasi Limbah Medis Yang Meningkat Akibat Pandemi COVID-19

Khadijah Farhana, Muhammad Aldin, Ocylia Carnella Arifin, Salamma Nadila,


Salsabila Nada Putri, Syahrani Salsabila, Viona Ayuni W, Aulia Najmi Y F
Email, No Hp

Pendahuluan

Pandemi COVID-19 membawa sebuah perubahan kebiasaan. Dalam


melakukan sebuah aktivitas, kita memerlukan protokol kesehatan yang ketat agar
dapat meminimalisir penyebaran penyakit. Protokol kesehatan yang dimaksud seperti
menciptakan gaya hidup 3M (mencuci tangan, memakai masker, dan menjaga jarak).
Pada kenyataannya hal tersebut dapat menimbulkan suatu dampak buruk dalam
lingkungan, yaitu penimbunan limbah medis seperti botol hand sanitizer, sabun cuci
tangan, masker, sarung tangan, dan Alat Pelindung Diri (APD).

Penanganan limbah medis dengan karakter infeksius yang didapatkan dari


pesien dan petugas medis yang terpapar dengan virus saat melakukan penanganan
merupakan suatu hal yang penting karena dapat dikhawatirkan limbah tersebut dapat
menjadi salah satu faktor dari penyebaran virus jika tidak ditangani segera. Limbah
infeksius merupakan limbah yang terkontaminasi organisme patogen yang secara
tidak rutin terdapat pada lingkungan dan organisme tersebut dalam jumlah dan
virulensi yang cukup untuk menularkan penyakit pada manusia rentan. Limbah medis
infeksius ini dikategorikan sebagai Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (limbah
B3).

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) mencatat total


limbah medis selama pandemi COVID-19 sampai dengan Juli 2021 mencapai 18.460
ribu ton. Hal itu dapat berpengaruh dalam peningkatan penyebaran virus COVID-19.
Apabila keadaan ini tidak ditangani segera maka akan berakibat fatal hingga dapat
terjadi kematian. Artikel ini dibuat dengan tujuan untuk memberikan pengetahuan
dan informasi terkait dengan solusi dalam mengatasi limbah medis yang meningkat
akibat pandemi COVID-19.
Pembahasan

Limbah yang terkumpul di tempat pembuangan berasal dari fasilitas


pelayanan kesehatan, tempat isolasi, uji deteksi, dan kegiatan vaksinasi. Limbah
medis dapat digolongkan menjadi beberapa jenis yaitu alat pelindung diri (APD),
masker medis, apron, handscoon, faceshield, alat dan/atau obat kesehatan, jarum
suntik, botol vaksin, alcohol swab dan barang lainnya. Peningkatan kapasitas limbah
covid-19 ini terjadi pada saat penambahan kasus positif covid-19. Hampir seluruh
daerah yang merupakan red zone mengalami peningkatan kapasitas limbah medis.
Salah satu faktor risiko meningkatnya limbah medis yaitu peningkatan kebutuhan
menggunakan masker dan kebijakan pemerintah yang mewajibkan masyarakat
menggunakan masker pada saat keluar rumah bagi yang sakit maupun sehat.
Masyarakat ikut berperan dalam melakukan pemisahan limbah medis yang kemudian
menjadi tanggung jawab dari penyedia jasa pemusnahan limbah B3 yang berbahaya.
Kendala yang dihadapi dalam pengolahan limbah medis ini yaitu kurangnya layanan
manajemen yang aman untuk limbah perawatan kesehatan sehingga berpotensi
meningkatkan terjadinya cedera pada petugas kesehatan.

Salah satu program yang merencanakan aksi global dalam mengatasi masalah-
masalah terkait dengan kesejahteraan masyarakat adalah SDGs. SDGs memiliki 17
tujuan dan 169 target yang menggambarkan agenda pembangunan bagi masyarakat
global 15 tahun ke depan untuk kesejahteraan masyarakat dunia terkait dengan empat
pilar yaitu pembangunan sosial, pembangunan lingkungan, pembangunan ekonomi,
serta pembangunan hukum dan tata kelola. Salah satu bidang yang ditargetkan dalam
SDGs adalah sanitasi, dimana bidang ini tercantum dalam tujuan 6 SDGs yaitu air
bersih dan sanitasi layak. Pada setiap tujuan memiliki beberapa target dan indikator
masing-masing. Beberapa target dalam tujuan 6 SDGs yang berkaitan dengan
masalah limbah medis, diantaranya yaitu
1. Target No 6.3
Pada tahun 2030, meningkatkan kualitas air dengan mengurangi polusi,
menghilangkan pembuangan, dan meminimalkan pelepasan material dan bahan
kimia berbahaya, mengurangi setengah proporsi air limbah yang tidak diolah,
dan secara signifikan meningkatkan daur ulang, serta penggunaan kembali
barang daur ulang yang aman secara global.
2. Target No 6.a
Pada tahun 2030, memperluas kerjasama dan dukungan internasional dalam
pengembangan kapasitas bagi negara berkembnag dalam program dan kegiatan
terkait air dan sanitasi, termasuk penampungan air, desalinasi, efisiensi air,
pengolahan air limbah, daur ulang, dan teknologi daur ulang.
3. Target No 6.b
Mendukung dan memperkuat partisipasi masyarakat lokal dalam meningkatkan
pengelolaan air dan sanitasi
Ketiga target tersebut berperan penting di masa pandemi Covid-19 yang sedang
berlangsung, dimana ketiganya berkaitan dengan upaya mencegah penyebaran covid-
19 semakin meluas. Selain itu, dengan dikelolanya limbah medis, dapat
meminimalisir timbulnya cedera-cedera lain akibat dari alat-alat kesehatan maupun
zat kimia yang berbahaya yang ada di tempat pembuangan.

Dalam mengatasi masalah limbah medis, WHO merekomendasikan solusi


seperti penggunaan APD secara rasional dan penggunaan kemasan yang lebih sedikit.
Selain itu juga, sekarang sudah terdapat APD yang bisa digunakan kembali. Terdapat
beberapa program yang bisa dilaksanakan untuk mengatasi masalah medis seperti
penataan tempat pembuangan sampah, peningkatan jumlah sampah medis, dan
edukasi kepada masyarakat. Seiring pengembangan teknologi dan regulasi, Badan
Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) telah memiliki dua solusi teknologi pengolahan
limbah. Dengan adanya teknologi pengelolaan limbah skala domestik dapat
menjangkau daerah-daerah terpencil dan bersifat mobile.

Selain untuk kebutuhan arsitektur dan konstruksi, stainless steel juga dapat
digunakan pada industri otomotif, peralatan medis, dan makanan dan minuman. Cara
lain adalah dengan mendaur ulang APD dan masker yang terbuat dari polypropylene
(PP) atau polimer termoplastik. Penggunaan PP (polypropylene) dalam bahan tekstil,
alat tulis, peralatan laboratorium, komponen otomotif, dan lain-lainnya.

Penutup

Pandemi COVID-19 membawa sebuah perubahan kebiasaan. Dalam


melakukan sebuah aktivitas, masyarakat memerlukan protokol kesehatan yang ketat
agar dapat meminimalisir penyebaran penyakit salah satunya dengan menggunakan
masker pada saat keluar rumah. Dimana hal tersebut meningkatkan kapasitas limbah
medis di tempat pembuangan. Pengolahan limbah medis tersebut terbatas karena
kurangnya layanan manajemen yang aman untuk limbah perawatan kesehatan
sehingga berpotensi meningkatkan terjadinya cedera pada petugas kesehatan.Salah
satu program yang merencanakan aksi global dalam mengatasi masalah-masalah
terkait dengan kesejahteraan masyarakat adalah SDGs. Tujuan SDGs yang berkaitan
dengan masalah limbah medis adalah tujuan 6 lebih tepatnya target no 6.3, target no
6.a, dan terget no 6.b. Terdapat beberapa solusi untuk mengatasi masalah limbah
medis salah satunya yaitu penggunaan APD secara rasional, penggunaan kemasan
yang lebih sedikit, serta mendaur ulang APD dan masker yang terbuat dari PP.

Daftar Pustaka

Asmara, C.G. (2021) Potret Seramnya Sampah Medis Bekas Covid-19, DKI
Terbanyak! Terdapat pada:
https://www.cnbcindonesia.com/news/20210728142209-4-264314/potret-
seramnya-sampah-medis-bekas-covid-19-dki-terbanyak/amp (Diakses pada:
28 September 2022).

Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (2017) Buku Terjemahan Baku


Tujuan dan Target: Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB)/Sustainable
Development Goals (SDGs). Jakarta: Kementerian PPN/Bappenas

Mailina, R. and Zakianis, Z. (2021) ‘Strategi Pengelolaan Limbah Medis Rumah


Tangga Selama Pandemi Covid-19’, Jurnal Ilmiah Kesehatan Sandi Husada,
10(2), pp. 643–655.

Mashabi, S. (2022) 2 Tahun Pandemi, Limbah Medis di Jakarta Makin Menumpuk


dan Belum Tertangani dengan Baik Halaman all - Kompas.com. Terdapat
pada: https://megapolitan.kompas.com/read/2022/03/02/11184621/2-tahun-
pandemi-limbah-medis-di-jakarta-makin-menumpuk-dan-belum?
page=all#page2 (Diakses pada: 28 September 2022).

Prayoga, R. (2021) Limbah limbah medis di DKI naik 36 persen pada 2021 .
Terdapat pada: https://m.antaranews.com/amp/berita/2592917/limbah-limbah-
medis-di-dki-naik-36-persen-pada-2021 (Diakses pada: 28 September 2022).

Suryani, A.S. (2020) ‘Pembangunan Air Bersih dan Sanitasi saat Pandemi Covid-19
Clean Water and Sanitation Development during the Covid-19 Pandemic’,
Jurnal Masalah-Masalah Sosial, 11(2), pp. 2614–5863.

Anda mungkin juga menyukai