Anda di halaman 1dari 7

UJIAN PRAKTIK BAHASA INDONESIA

Teks Artikel

“Peran Pelajar dalam Mengurangi Limbah APD di Masa Pandemi COVID-


19”

Disusun oleh :
1. Aswan Haykal Adam W.P. (02)
2. Hananda Pratama K. (12)
3. Maretta Tiarinda W. (15)
4. Nanda Shanti N. (22)

XII MIPA 3
SMAN 6 Yogyakarta
Peran Pelajar dalam Mengurangi Limbah APD di Masa Pandemi Covid-19

Sumber gambar: financedetik.com

Virus Covid-19 yang melanda semua negara di dunia tengah mengakibatkan terjadinya
pandemi secara global, salah satunya Indonesia. Pertama kali muncul di Wuhan pada awal
tahun 2020, virus ini memberi dampak pada berbagai aspek kehidupan manusia tidak hanya
dalam bidang kesehatan, melainkan juga bidang lainnya seperti dapat dilihat salah satunya
dalam bidang ekonomi.
Hal ini dapat dilihat berdasarkan data yang dikeluarkan oleh Kementerian
Ketenagakerjaan Indonesia bahwa sejauh ini telah tercatat sejumlah Pemutusan Hubungan
Kerja—atau yang biasanya dikenal dengan sebutan PHK—karyawan hingga lebih dari 3,5
juta orang semenjak adanya pandemi Covid-19. Banyaknya PHK yang terjadi memiliki
hubungan kausalitas dengan beberapa peristiwa yang terjadi seperti dapat dilihat pada
terjadinya peningkatan jumlah kejahatan yang cukup signifikan. Menilik lebih jauh kondisi
perekonomian Indonesia, pandemi Covid-19 membawa Indonesia pada penurunan kegiatan
ekonomi hingga terjadinya resesi. Penurunan dalam perekonomian Indonesia disebabkan oleh
melemahnya permintaan masyarakat akibat adanya Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB)
—salah satu kebijakan yang dikeluarkan pemerintah untuk menekan penyebaran virus Covid-
19—yang kemudian berakibat pada turunnya proses produksi. 
Pandemi Covid-19 juga memiliki dampak yang signifikan terhadap lingkungan hidup.
Sebagaimana yang dijelaskan oleh Direktur Jenderal Pengendalian Pencemaran dan
Kerusakan Lingkungan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), jumlah
polusi di beberapa daerah berkurang hingga 15%, salah satunya Jakarta. Meskipun didapati
penurunan tingkat polusi hingga 15% di Indonesia, hal ini tidak menjadikan Indonesia sebagai
negara yang bebas dari isu lingkungan. Pandemi ini telah mengharuskan setiap individu untuk
selalu mengenakan masker kemanapun mereka pergi sebagaimana imbauan World Health
Organization (WHO) mengenai standar protokol kesehatan yang harus diterapkan dalam
kebijakan masing-masing negara terkait pandemi Covid-19. Hal ini kemudian berdampak
pada banyaknya limbah masker yang dapat dijumpai di sepanjang sungai, pesisir pantai,
bahkan di laut. Penumpukan limbah masker atau APD ini tentunya akan berdampak pada
lingkungan dan dapat menjadi sebuah permasalahan baru.

 Masker sebagai salah satu APD yang krusial di masa pandemi seperti saat ini telah
menjadi kebutuhan wajib masyarakat. Semua masyarakat tanpa terkecuali diwajibkan untuk
menggunakannya kemana pun. Ada beberapa jenis masker yang beredar kerap digunakan,
salah satunya adalah disposable mask atau masker sekali pakai. Namun, penggunaan masker
sekali pakai secara berulang dapat menimbulkan infeksi kerap diabaikan masyarakat.
Terutama terkait dengan kepedulian masyarakat untuk melakukan cara yang benar saat
membuang limbah masker sekali pakai.
Sebelumnya, Perkumpulan Ahli Lingkungan Indonesia (Indonesian Environmental
Scientists Association/IESA) memperingatkan akan terjadi penambahan limbah infeksius di
tengah pandemi Covid-19. Studi kasus berdasarkan data dari China, yang lebih dahulu
menghadapi wabah yang disebabkan virus corona jenis baru itu, memperlihatkan terjadi
penambahan limbah medis dari 4.902,8 menjadi 6.066 ton per hari. Hal yang sama bisa terjadi
di Indonesia seiring dengan bertambahnya kasus positif Covid-19.
Limbah masker medis dan benda penyerta, seperti sarung tangan plastik sekali pakai
yang diperkirakan jumlahnya sangat besar, kelak akan menjadi ancaman tersendiri bagi
lingkungan apabila sejak dini tidak segera ditangani secara baik. Limbah masker sekali pakai
saat ini mudah ditemui dibuang di sembarang tempat dalam kondisi utuh. Masker sekali pakai
yang dibuang sembarang tersebut telah menimbulkan kekhawatiran para pegiat lingkungan.
Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) meminta masyarakat untuk melakukan
pemilahan limbah masker secara mandiri. Hal ini penting dilakukan demi mencegah
pencemaran lingkungan di tengah pandemi Covid-19 karena masker bekas merupakan limbah
berbahaya.Walhi mendorong masyarakat mengantisipasi bercampurnya limbah masker
dengan limbah rumah tangga dengan cara memilah limbah masker secara mandiri di rumah.
Pemilahan limbah masker menjadi limbah bahan berbahaya dan beracun (B3) untuk
mengantisipasi risiko penyalahgunaan limbah masker.
Di tingkat daerah, Dinas Lingkungan Hidup seperti Dinas Lingkungan Hidup (DLH)
DKI Jakarta menerapkan protokol pengelolaan masker bekas dari rumah tangga. Protokol
pengelolaan limbah B3 rumah tangga ini untuk mencegah penyebaran Covid-19.DLH DKI
Jakarta meminta masyarakat dapat memilah dan melakukan proses disinfeksi sederhana pada
bekas masker. Caranya dengan merendam atau melakukan penyemprotan disinfektan,
kemudian masker sekali pakai digunting untuk menghindari penyalahgunaan sebelum dibuang
ke tempat sampah.
Limbah medis mempunyai efek yang sangat mengkhawatirkan karena tidak hanya
berdampak secara langsung,melainkan juga mempunyai dampak jangka panjang. Karakter
sampah anorganik yang sangat sulit terurai bahkan dalam jangka waktu puluhan hingga
ratusan tahun kedepan membuat sampah ini memiliki banyak masalah baik dampak langsung
kemanusia maupun dilingkungan.
Saat ini tentu sudah beberapa solusi ditemukan untuk mengurangi masalah lingkungan
ini. Salah satunya adalah dengan menggunakan masker yang bisa dicuci dan digunakan
kembali, melakukan pembuangan APD sesuai prosedur, dan tetap melaksanakan social
distancing karena kita tidak akan memerlukan banyak APD jika dalam keadaan di rumah saja.
Solusi - solusi yang ada saat ini tentu hanya akan menjadi kalimat tanpa makna jika tidak
dilaksanakan atau direalisasikan perwujudannya. Oleh karena itu, solusi yang sudah
ditemukan ini harus dipastikan bahwa ada pihak yang menjalankan.
Lantas dari manakah “pihak” itu ditemukan? Mungkinkah para tenaga medis harus
mengalihkan penggunaan masker sekali pakai menjadi masker yang tidak sekali pakai?
Jawabannya tidak. Hal ini terlalu berisiko untuk mereka karena mereka berhadapan langsung
dengan penyintas Covid-19. Salah satu pihak yang potensial disini adalah pelajar.
Dilansir dari Katadata.id pada tahun ajaran 2017/2018 terdapat 4,8 juta siswa SMA
dan 4,9 juta siswa SMK di Indonesia. Angka ini tentu bukan angka yang sedikit, apabila
angka ini dapat dimaksimalkan sebagai pelaksana atas solusi - solusi di atas, tentu sudah akan
berpengaruh pada lingkungan.
Angka yang banyak ini tentu juga tidak semata - mata bisa langsung seketika semua
menjadi pelaksana atas solusi yang diberikan. Diperlukan arahan dan pelopor - pelopor
sebagai penggerak awal. Disinilah, kita bisa berkontribusi dalam menghadapi permasalahan
lingkungan ini. Dengan menjadi pelopor di antara massa pelajar yang sangat berpotensi
menjadi pihak yang melaksanakan solusi tersebut.
Cara lain yang bisa dilakukan adalah dengan mengkampanyekan penggunaan masker
kain 3 lapis, yang bisa dicuci dan dikenakan lagi dan mengajak untuk mengurangi
penggunaan masker sekali pakai melalui media sosial. Pada saat ini, media sosial adalah
platform yang terhitung sibuk akibat adanya pandemi karena hampir setiap saat, selalu ada
yang mengakses media sosial. Mengkampanyekan gerakan ini di media sosial akan efektif
untuk dilakukan. Instagram, Facebook, Youtube, Twitter, adalah contoh platform yang bisa
kita gunakan untuk berkampanye.
Isi dari kampanye yang bisa kita sebarkan adalah : pertama, mengajak untuk
mengurangi penggunan masker sekali pakai, kedua, mengajak untuk mengganti masker sekali
pakai dengan masker kain 3 lapis yang bisa dicuci lagi, dan yang ketiga, edukasi tentang
bahaya atau dampak jangka panjang jika limbah masker sekali pakai tak terbendung
pencemarannya. Dengan cara seperti itu, sangat mungkin bagi pelajar untuk berkontribusi
maksimal dalam menanggapi isu limbah medis yang terbuang secara sembarangan.
Berdasarkan uraian diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa solusi atas permasalahan
lingkungan mungkin sudah ditemukan, namun diperlukan juga pihak yang akan melaksanakan
solusi tersebut. Salah satu yang berpotensi disini adalah pelajar. Pelajar memiliki potensi lebih
besar dibandingkan tingkat usia lain seperti pekerja karena beberapa alasan. Contohnya,
tingkat pekerja mayoritas memiliki kesibukan diatas pelajar dan orientasi yang sudah berbeda
(profit).
Oleh karena itu, pelajar pun harus digerakkan dulu, untuk menggerakannya,
diperlukan pelopor untuk sebagai pengayom awal sekaligus penggerak pertama untuk langkah
selanjutnya. Disinilah, kita bisa mengambil alih. Selain itu, instansi terkait seperti sekolah pun
juga memegang peranan sebagai pihak pengarah dalam masalah ini.
DAFTAR PUSTAKA

Humas UAI. (2020, April 30). Pakar Hukum: Penyebab Kejahatan Meningkat Akibat
Banyaknya PHK di Tengah Pandemi COVID-19. Diakses pada 17 Januari 2021 melalui
https://uai.ac.id/pakar-hukum-penyebab-kejahatan-meningkat-akibat-banyaknya-phk-di-
tengah-pandemi-covid-19/ 

Rohmir, Nur. (2020, November 5). Indonesia Resmi Resesi, Ini yang Perlu Kita Tahu soal
Resesi dan Dampaknya. Diakses pada 17 Januari 2021 melalui
https://www.kompas.com/tren/read/2020/11/05/125200565/indonesia-resmi-resesi-ini-
yang-perlu-kita-tahu-soal-resesi-dan-dampaknya?page=all

Miranti, Ade. (2020, Agustus 4). Imbas Corona, Lebih dari 3,5 Juta Pekerja Kena PHK dan
Dirumahkan. Diakses pada 17 Januari 2021 melalui
https://money.kompas.com/read/2020/08/04/163900726/imbas-corona-lebih-dari-3-5-
juta-pekerja-kena-phk-dan-dirumahkan?page=all

Rosendar,Yessar. (2020, Agustus 13). Resesi Mengintai Indonesia, Apa Penyebab dan
Akibatnya?. diakses pada 17 Januari 2021 melalui
https://nationalgeographic.grid.id/read/132289360/resesi-mengintai-indonesia-apa-
penyebab-dan-akibatnya?page=all

  Rahma, Athika (2020, Juli 23). Tingkat Polusi Udara di Indonesia Menurun sejak Pandemi,
Ini Buktinya. Diakses pada 17 Januari 2021 melalui
https://www.liputan6.com/bisnis/read/4313070/tingkat-polusi-udara-di-indonesia-
menurun-sejak-pandemi-ini-buktinya

Naufal, Ahmad . (2020, Juni 21). Limbah Virus Corona: Lebih Banyak Masker daripada
Ubur-ubur di Lautan. Diakses pada 17 Januari 2021 melalui
https://www.kompas.com/tren/read/2020/06/21/114300865/limbah-virus-corona--lebih-
banyak-masker-daripada-ubur-ubur-di-lautan?page=all
Raharja, Kata. (2020, Juli 24). Setumpuk Ancaman dari Limbah Masker Sekali Pakai.
Diakses pada 17 Januari 2021 melalui
https://republika.co.id/berita/qdxq7o282/setumpuk-ancaman-dari-limbah-masker-sekali-
pakai

Anisa, Putri .(2020, November 13). Terkumpul 860 kg Limbah Masker Selama Pandemi di
Jakarta. Diakses pada 17 Januari 2021 melalui
https://m.mediaindonesia.com/megapolitan/360651/terkumpul-860-kg-limbah-masker-
selama-pandemi-di-jakarta

Anda mungkin juga menyukai