Anda di halaman 1dari 7

THE IMPACT OF THE COVID-19 PANDEMIC ON THE BEHAVIOR OF THE

INDONESIAN PEOPLE IN TERMS OF ENVIRONMENTAL AWARENESS


By :
Prof. Dr. Edy Lisdiyono
Professor of Civil and Environmental Law
Faculty of Law UNTAG Semarang - Indonesia
Email : edylisdiyono@untagsmg.ac.id

The Covid-19 pandemic has had a significant impact on societies worldwide, including
Indonesia. This paper examines the impact of the pandemic on environmental awareness in
Indonesia. While the pandemic has led to some positive changes, such as decreased waste
production and increased awareness about hand hygiene, it has also resulted in negative
effects, such as increased plastic waste and decreased environmental awareness among some
segments of society. This paper analyzes the data from surveys conducted by Indonesian
Climate Change Trust Fund (ICCTF) and World Wide Fund for Nature (WWF) to gauge the
level of environmental awareness in Indonesia during the pandemic. The results show that the
pandemic has both positive and negative impacts on environmental awareness in Indonesia.
This paper concludes that more efforts are needed to encourage environmentally-friendly
behaviors and sustainable practices in Indonesia during and after the pandemic.
Keywords : The impact, The Covid-19 pandemic, Indonesian Society, Environmental
awareness

A. Pendahuluan
Pandemi COVID-19 telah memiliki dampak yang signifikan terhadap kehidupan
manusia dan juga lingkungan di seluruh dunia, termasuk di Indonesia. Di Indonesia, pandemi
COVID-19 telah mempengaruhi pola konsumsi masyarakat, transportasi, dan juga pola kerja.
Hal ini berdampak pada lingkungan dengan menurunnya emisi gas rumah kaca, penurunan
jumlah sampah dan limbah, serta peningkatan kualitas udara di beberapa daerah. Pada saat
yang sama, pandemi COVID-19 juga memunculkan beberapa tantangan lingkungan baru,
seperti peningkatan penggunaan masker dan sarung tangan sekali pakai yang menimbulkan
limbah plastik yang lebih banyak, serta peningkatan penggunaan kemasan dan pengiriman
online yang juga menimbulkan limbah tambahan.
Dalam hal kesadaran lingkungan, pandemi COVID-19 juga memberikan kesempatan
bagi masyarakat untuk lebih menyadari pentingnya lingkungan dan menjaga keseimbangan
ekosistem. Pandemi ini membuat masyarakat memperhatikan kesehatan dan kebersihan,
termasuk kebersihan lingkungan sekitar mereka, seperti membersihkan lingkungan rumah
dan lingkungan sekitar.
Di Indonesia, beberapa komunitas dan organisasi lingkungan juga bergerak untuk
mengedukasi masyarakat tentang pentingnya menjaga lingkungan selama pandemi COVID-
19, seperti meminimalisir penggunaan plastik dan memperkuat penggunaan produk lokal. Hal
ini dapat membantu meningkatkan kesadaran lingkungan di masyarakat Indonesia.
Pandemi COVID-19 memberikan dampak yang kompleks terhadap lingkungan dan
kesadaran lingkungan di Indonesia. Namun, pandemi ini juga memberikan kesempatan bagi
masyarakat untuk lebih sadar akan pentingnya menjaga lingkungan dan keseimbangan
ekosistem.
Keindahan yang ada di bumi tidak ada artinya tanpa keanekaragaman makhluk hidup,
sehingga idealnya perilaku manusia dengan alam dan lingkungan sepatutnya ada etika dalam
memanfaatkan sesuatu yang ada di alam ini yang tidak berlebihan,artinya perilaku manusia
dengan alam dan lingkungan alam harus bijaksana, memperlakukan alam dan lingkungan
tidak berlebihan, sebaiknya kalau menggunakan hanya seperlunya saja alias tidak serakah,
sehingga tidak berakibat terjadinya kerusakan alam dan lingkungan hidup yang pada akhirnya
mengancam pada kehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya. Seperti kehidupan flora
dan fauna yang merupakan simbiose mutualis yang artinya ada hubungan bertimbal-balik
antara manusia dengan makhluk hidup lainnya dalam siklus kehidupan yang saling
membutuhkan. Apabila siklus kehidupan menjadi kebutuhan dan ketergantungan dalam relasi
antara manusia dengan lingkungan hidup yang kurang serasi dan seimbang, maka berakibat
kehidupan manusia menjadi terganggu.
Demikian juga terhadap kehidupan flora dan fauna yang apabila terjadi kerusakan
tumbuh-tumbahan ( flora ), maka berparuh juga terhadap kehidupan manusia dan makhluk
hidup lainnya. Hal ini terjadi terhadap kehidupan manusia yang berdiam di daerah pedalaman
jarang sekali mengalami kontak-kontak atau hubungan budaya dengan dunia luar, sehingga
corak kebudayaan dan system pengetahuan cenderung lebih lambat berubah bila
dibandingkan dengan perilaku masyarakat yang kehidupannya berada di pinggiran kota yang
lebih dinamis dan cepat berkembang. Oleh karena itu sampai sekarang sebagian masyarakat
pedalaman masih memanfaatkan system pengetahuan dan teknologi yang bersumber dari
kebudayaan setempat. Mengingat pengetahuan dan teknologi tradisional tersebut merupakan
hasil interpretasi masyarakat dari generasi ke generasi terhadap lingkungan alamnya, maka
sifat adaftifnya dengan lingkungan sangatlah berbeda dengan teknologi modern yang
cenderung bersifat eksploitatif.1 Namun sifat pengetahuan dan teknologi asli masyarakat
setempat (pedalaman ) yang akrab dengan lingkungan tersebut dapat saja berubah akibat
berubahnya lingkungan karena intervensi tekonologi dan kebijakan pembangunan yang tidak
layak. Sedangkan factor penentu perubahan dari dalam umumnya ditimbulkan oleh makin
besarnya kebutuhan masyarakat akan sumber daya alam yang ada, terutama karena
pertumbuhan penduduk akibat perbaikan perilaku sehat.
Perilaku manusia yang seharusnya bersikaf arif, dan bijaksana dalam memperlakukan
lingkungan alam, akan tetapi fakta menunjukan bahwa perilaku tersebut sudah bergeser,
dimana manusia memperlakukan alam dan isinya termasuk sumber daya alam, hanya untuk
mementingkan kepuasan pada dirinya, tetapi tidak mempedulikan kepada kepentingan orang
lain untuk generasi yang akan datang, dan makhluk hidup lainnya sehingga berakibat pada
krisis lingkungan.
Sebagaimana fakta menunjukkan bahwa untuk membangun perilaku manusia untuk
sama-sama memperbaiki kualitas lingkungan termasuk kualitas udara dalam masa pandemic
virus covid-19 memerlukan dukungan yang tidak mudah, baik dari masyarakat, pelaku usaha,
maupun stake holder. Dalam masa pandemic covid-19 bagi manusia dalam lingkungan
tempat tinggalnya dengan kualitas udara yang buruk, lebih rentang terjangkit positif virus
covid-19 sehingga sangat berbahaya sekali bagi mereka yang dalam kondisi kurang sehat
dengan kualitas udara yang buruk. Hasil studi terbaru mengafirmasi hubungan antara
tingginya pencemaran dan polusi udara pada kemungkinan kematian. Ini ditunjukkan oleh

1. Jonny Purba, 2005, Pengelolaan Lingkungan Sosial, Yayasan obor, Jakarta, hal. 52
penelitian Xiao Wu dkk yang mempresentasikan bahwa terdapat kemungkinan yang lebih
tinggi bagi pasien Covid-19 yang berada di area dengan pencemaran udara yang tinggi
sebelum terjadi pandemi.2
Contoh ini menunjukkan bahwa adanya kegiatan yang dilakukan oleh manusia atas
nama badan usaha dalam melakukan aktivitasnya ternyata mengakibatkan risiko pada kualitas
udara. Disisi lain walaupun ada sandaran regulasinya yang dikeluarkan oleh Pemerintah,
namun faktanya manusia itu tidak memperhatikan dan berpihak untuk kebaikan pada sesama
manusia, lingkungan hidup, dan makhluk hidup lainnya karena yang diutamakan adalah
kepentingan untuk dirinya. Oleh karena itu sebagai indikator yang sangat utama
memperlakukan manusia sesama individu, kelompok, dan makhluk hidup lainya serta
lingkungan alam sekitar adalah etika dan moral. Hal ini senada dengan yang dikemukakan
oleh Arne Naess, menyatakan bahwa krisis lingkungan dewasa ini hanya bisa diatasi dengan
perubahan cara pandang dan perilaku manusia dan terhadap alam yang fundamental dan
radikal.3
Dalam kaitan ini pula pada masa pandemic penyakit Covid-19 yang mematikan
sekarang ini telah merebak di dunia, terpaksa untuk sementara waktu relasi antar manusia
dibatasi dengan merubah pola interaksi dan perilaku manusia baik orang tua maupun anak-
anak dalam kegiatan sehari-hari untuk beribadah, berbisnis maupun aktivitas studi, bekerja di
kantor dan kehidupan sehari-hari lainnya harus selalu menjaga untuk pola hidup bersih. Pola
hidup bersih sangat berkorelasi dengan perilaku manusia terhadap penyakit menular Covid-
19, disamping itu sangat terkait pula dengan lingkungan hidup, apabila perilaku manusia
dengan pola hidup bersih tidak hanya karena adanya Covid-19, melainkan dilakukan oleh
setiap manusia secara berkelanjutan yang menjadi kewajiban setiap orang, maka kelestarian
fungsi lingkungan hidup sebagaimana diamanatkan dalam Pasal 67 Undang-undang No.32
Tahun 2009 bahwa setiap orang berkewajiban memelihara kelestarian fungsi lingkungan
hidup. Dari latar belakang tersebut diatas paper ini akan dibahas tentang “Dampak Pandemi
Covid-19 Terhadap Perilaku Masyarakat Indonesia Dalam Hal Kesadaran Lingkungan.

B.Permasalahan
Lingkungan hidup yang baik dan sehat menjadi hak setiap orang, tetapi tidak semua
orang berperilaku untuk menjaga senantiasa lingkungan hidup tetap menjadi baik dan sehat,
walaupun dalam Undang-undang No. 32 Tahun 2009 pada Pasal 65 telah mengatur tentang
kewajiban memelihara fungsi lingkungan agar tidak tercemar dan tidak terjadi kerusakan.
Salah satu yang menjadi yang perhatian sekarang adalah perilaku manusia terhadap
lingkungan hidup, baik dilakukan oleh perseorangan maupun kelompok orang, badan usaha
dalam menjalankan kegiatan usahanya, tidak taat atau tidak patuh terlebih lagi dalam masa
pandemic Covid-19. Tulisan ini membahas tentang rumusan masalah sebagai berikut :
Bagaimana untuk membangun sikap perilaku manusia terhadap lingkungan hidup
yang baik dan sehat dengan adanya pandemic Covid-19.

C. Pembahasan

2 Wu, Xiao, Rachel C. Nethery, Benjamin M. Sabath, Danielle Braun, and Francesca Dominici. "Exposure to air
pollution and COVID-19 mortality in the United States." medRxiv (2020).
3. Arne Naess, Ecology, Community and Lifestyle, 1993, Cambrige, Univ. Press, dalam Sonny Keraf, 2002, Etika
Lingkungan, Penerbit Buku Ko mpas, Jakarta, hal. Xiv.
Membangun Sikap Perilaku terhadap kesadaran Lingkungan Hidup yang Baik dan
Sehat dengan Adanya Covid-19
Wabah COVID-19 dinyatakan sebagai pandemic oleh Organisasi Kesehatan Dunia
(WHO) pada tanggal 11 Maret 2020 (Mitra et al., 2020). Karantina, isolasi, dilaksanakan di
sebagian besar wilayah dunia sesuai dengan praktik epidemiologi kesehatan masyarakat
untuk mengurangi penularan COVID-19 dari manusia ke manusia COVID-19 (Shah et al.,
2020). Langkah-langkah yang diambil oleh negara-negara untuk mengatasi krisis ini telah
menyebabkan krisis ekonomi dan gangguan pada pola perilaku sosial (Hart & Halden, 2020).
Akan tetapi, fenomena yang hanya terjadi sekali dalam satu abad ini secara paradoks
menghasilkan menghasilkan beberapa dampak positif terhadap kesehatan planet.
Dengan memperhitungkan dampak dari penutupan industri, karantina wilayah, dan
larangan bepergian, ada beberapa manfaat lingkungan dari wabah COVID-19, terutama
karena berkurangnya polusi antropogenik. Kualitas udara dan partikel atmosfer Menurut
WHO, 4,6 juta orang meninggal meninggal setiap tahun karena penyakit dan penyakit yang
terkait langsung dengan kualitas udara yang tidak sehat (Cohen et al., 2017). 4 Polusi udara
telah diketahui terkait dengan prevalensi utama penyakit pernapasan seperti pneumonia,
penyakit paru obstruktif kronik, asma, dan lain-lain (Van Donkelaar et al., 2010).
Kehidupan sehari-hari kita semua mengenal adanya sikap manusia. Secara umum, sikap
dalam ilmu psikologi mengacu pada keadaan pikiran individu yang cenderung berkenaan
dengan nilai dan dipicu melalui ekspresi responsif terhadap diri sendiri, seseorang, tempat,
benda, atau peristiwa sebagai objek sikap yang pada gilirannya memengaruhi pemikiran dan
tindakan individu tersebut. Menurut Poerwodarminto, sikap mengacu pada keyakinan yang
berlandaskan norma-norma social dan agama yang menjadi dasar perbuatan seseorang.
Dalam konteks yang demikian, pikiran dan perbuatan individu akan disesuaikan dengan nilai
dan norma yang dianggapnya benar sebagai landasan dan justifikasi tindakannya.5
Sikap perilaku manusia berhubungan dengan manusia telah dibatasi dengan himbauan
yang dikeluarkan oleh Pemerintah Indonesia kepada semua lapisan masyarakat karena sejak
bulan Februari tahun 2020 hingga sekarang dengan terjadinya persebaran wabah penyakit
Covid-19 yang melanda hampir semua Negara di dunia, mengakibatkan ribuan manusia telah
meninggal. Himbauan yang dilakukan oleh Pemerintah antara lain adalah, tidak keluar rumah
(tinggal di rumah) kalau tidak penting, ibadah di rumah, bekerja di rumah, belajar di rumah,
aktivitas di rumah. Himbauan pemerintah ini adalah sikap yang harus dipatuhi oleh semua
lapisan masyarakat, agar dapat memutus mata rantai penyebaran covid-19 segera bisa diatasi.
Namun tujuan himbauan dari Pemerintah, atas sikap perilaku manusia dari orang-perorang
tidak sama dalam pemahaman dan pengetahuannya. Di satu sisi ada yang patuh terhadap
himbauan tersebut karena takut akan terkena virus Covid-19, sedangkan disisi lain, mereka
bandel ( tidak patuh ), menyepelekan terhadap himbauan ini dengan alasan bahwa penyakit
virus covid-19 adalah milik Alloh S.W.T, sehingga tidak takut terhadap penyebaran virus
tersebut.
Kesadaran masyarakat adalah tingkat pemahaman dan kesadaran individu atau
kelompok dalam suatu masyarakat terhadap nilai-nilai, norma, hukum, dan kewajiban-
kewajiban yang berlaku dalam masyarakat tersebut. Kesadaran masyarakat mencakup
pemahaman tentang hak dan kewajiban sebagai warga negara, hak asasi manusia, keadilan

4 Cohen, A. J., Brauer, M., Burnett, R., Anderson, H. R., Frostad, J., Estep, K., Balakrishnan, K., Brunekreef, B.,
Dandona, L., & Dandona, R. (2017). Estimates and 25-year trends of the global burden of disease attributable
to ambient air pollution: an analysis of data from the Global Burden of 123 4434 GeoJournal (2022) 87:4425–
4437 Diseases Study 2015. The Lancet, 389(10082), 1907–1918.
5 Yayat Suharyat, https://www.academia.edu/.../Hubungan Antara Sikap Minat Dan Perilaku_Manusia,
Diakses Tgl 14 Juni 2020 Jam 19.52, hal. 3
sosial, lingkungan hidup, dan berbagai hal lainnya yang menjadi bagian dari kehidupan
sosial.
Kesadaran masyarakat yang tinggi merupakan hal yang penting dalam menjaga
kestabilan sosial, menghindari konflik, dan meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat
secara keseluruhan. Kesadaran masyarakat yang tinggi juga dapat membantu memperkuat
tata nilai dan norma dalam suatu masyarakat, sehingga masyarakat dapat berkembang secara
harmonis dan berkelanjutan.
Sikap mengacu pada pikiran, ekspresi emosi, perasaan yang mengarahkan bentuk-
bentuk perbuatan tertentu yang terhubung dengan pengetahuan mengenai nilai dan norma. Ini
termasuk hubungan sikap dengan pengetahuan seseorang mengenai suatu keadaan yang akan
mengarahkannya untuk berbuat atau tidak berbuat. Pendapat ini telah dinyatakan oleh Ellis,
yang mengonfirmasi hubungan antara sikap dan pengetahuan individu. 6 Keadaan ini dapat
dijelaskan sebagai suatu objek misalnya tentang pemahaman pengetahuan Peraturan
Pemerintah Nomor 21 Tahun 2020 tentang Pembatasan Sosial Berskala Besar ( PSBB ) yang
tentu saja dapat berpengaruh terhadap perasaan atau emosi dan kemungkinan terdapat reaksi
atau respon atau kecenderungan untuk menolak segala isi Peraturan Pemerintah Nomor 21
Tahun 2020 yang dikeluarkan oleh Pemerintah. Pada hal tujuan Pemerintah adalah untuk
membatasi aktivitas manusia, jaga jarak dalam berinteraksi sesama manusia demi kebaikan
warga masyarakat agar virus Covid-19 tidak menular kepada masyarakat lain.
Dengan sikap perilaku sebagian orang yang menolak terhadap Peraturan Pemerintah
tersebut akan menjadi pertentangan dengan sikap perilaku yang menerima dan menjalankan
peraturan tersebut, sehingga akan terjadi penilaian yang berbeda. Artinya, sebagian orang
yang menolak Peraturan tersebut tidak mau diajak untuk menuju kebaikan hidup yang lebih
baik, tidak menghormati hak-hak orang lain ( termasuk melanggar hak-hak atas lingkungan
hidup yang baik dan sehat : virus covid-19) atau dengan kata lain melanggar etika orang lain.
Perilaku etis akan mengarahkan pada kebiasaan dan tata cara yang baik dalam
menjalani kehidupan dan menyesuaiakan kegunaan tindakan pada diri sendiri dan
masyarakat. Prinsip-prinsip etis ini menjadi sebuah kesepakatan dalam kehidupan
bermasyarakat, dan mengarahkan perilaku anggota-anggota masyarakat untuk berbuat
tindakan yang tidak menyalahi aturan bersama.
Dalam konteks pandemic covid-19 ini, prinsip etika untuk menjaga keselamatan dan
kesehatan pribadi dan masyarakat luas telah ditetapkan, tidak hanya dalam bentuk lisan dan
dorongan non tertulis, tetapi sehubungan dengan gawatnya kondisi ini, prinsip etis ini
diperlukan dibuat dalam sebuah panduan tertulis seperti Peraturan Pemerintah Nomor 21
Tahun 2020 dalam kaitan pandemic virus covid-19. Aturan ini menentukan apa yang harus
dilakukan dalam mencegah penyebaran virus covid-19, sehingga kaidah atau aturan. Secara
umum, aturan ini menentukan tindakan-tindakan yang baik yang harus dilakukan dan
tindakan buruk yang harus dihindari untuk menjaga keselamatan bersama. Peraturan ini
mendasarkan pada nilai-nilai etis yang disepakati bersama secara luas, dimana masing-
masing kelompok masyarakat di berbagai wilayah geografis yang berbeda berkehendak untuk
menjaga lingkungan dan diri mereka tetap sehat. Kesadaran kolektif yang berlandaskan nilai
social untuk menjaga keselamatan public ini, kemudian perlu dilembagakan dalam bentuk
formal dan tertulis agar tiap-tiap anggota masyarakat sadar akan konsekuensi tindakannya,
dan mencegah masyarakat untuk bercampur baur dan berinteraksi secara langsung guna
mencegah kemudharatan yang diakibatkan oleh pandemi ini. Prinsip-prinsip etika yang
ditegaskan dalam kehendak social dan peraturan tertulis ini secara efektif mampu
mengarahkan tindaka-tindakan anggota masyarakat, dan mendorong mereka pada perbuatan-
perbuatan tertentu yang bermanfaat untuk mencegah meluasnya pandemi.7
6 . Ellis dalam Yayat Suharyat. Ibid. hal. 4
7. A. Sonny Keraf, 2002, Etika lingkungan, Penerbit Kompas Gramadia, Jakarta, hal. 2.
Dalam konteks ini, prinsip-prinsip etis ini mampu mendorong perilaku masyarakat
secara global untuk menuntun dan membangun bagi setiap manusia dalam hidup
bermasyarakat yang harus dipegang dalam menuntun perilaku lebih baik. Dalam kaitan ini
pula membangun sikap perilaku manusia Indonesia secara bersama dalam pemahaman
peraturan untuk menuju lingkungan hidup lebih baik, membutuhkan keseriusan secara
bersama dari seluruh komponen bangsa agar Indonesia segera terbebas dari virus corona.
Keterlibatan Indonesia dalam mengatasi pandemic tersebut tidak hanya dengan
mengeluarkan peraturan, melainkan dengan mengeluarkan anggaran Negara hampir separoh
dari biaya APBN tahun 2020, yang digunakan untuk kepentingan sarana dan prasarana,
perawatan bagi setiap manusia yang terkena virus covid, dan juga pemberian bantuan social.
Namun membangun sikap perilaku manusia tidak hanya ditujukan kepada masyarakatnya,
melainkan juga kepada pemangku kepentingan dalam mengemban tugasnya yang
mendasarkan pada legalitas saja, akan tetapi nilai-nilai dan prinsip moral, dan prinsip hukum
juga menjadi pegangan utama
Hal ini sebagaimana dikemukakan oleh Immanuel Kant, tentang prinsip hukum umum.
Dalam Pandangan Kant menegaskan bahwa tindakan kita tidak pernah sepi dari kehidupan
bersama. Kita ( termasuk penguasa : penulis ) bertindak selalu dalam konteks ada bersama
dengan orang lain. Ada bersama orang lain menuntut bahwa tindakan kita harus didasarkan
pada hukum moral yang diakui oleh semua makhluk rasional. 8 Dalam berhukum mempunyai
daya paksa yang bersifat memaksa dan mengatur, akan tetapi dalam melakukan tindakan
yang bersifat daya paksa dan mengatur tentu saja dalam bertindak harus mempunyai prinsip
yang bersifat obyektif kepada setiap orang, dan prinsip ini berlaku kepada semua orang tidak
membedakan kelas dan golongan.
Oleh karena itu dalam rangka membangun perilaku manusia memerlukan prinsip
tanggung jawab pribadi dan tanggung jawab bersama, setiap orang dituntut dan terpanggil
untuk bersama-sama sebagai sumber daya social atau modal social, merupakan potensi
kemasyarakatan yang sifatnya bisa dipergunakan dalam pengambilan keputusan untuk
menuju kebaikan sesuai dengan kaidah yang ada. Dalam proses membangun perilaku
manusia langkah yang perlu dilaksanakan yang mendalam secara komprehensif mengenai
perkembangan situasi masyarakat, baik yang secara khusus menyangkut perkembangan
masyarakat yang berada disekitar kegiatan ataupun perkembangan masyarakat secara umum
terhadap aspek-aspek yang mempengaruhinya. Sedikitnya ada beberapa pendakatan yang
dapat dilakukan dalam rangka membangun perilaku manusia dalam adalah sebagai berikut :
1. Pemetaan lingkungan social. Hal ini dapat dilakukan dengan cara
mengiditenfikasikan berbagai kelompok komunitas, tokoh masyarakat yang
berpengaruh, serta organesasi-organesasi, aktivis lingkungan
2. Pemetaan wilayah orbitasi masyarakat local sesuai konsep mereka, perlu mengingat
banyaknya konflik yang muncul selama ini disebabkan tumpah tindih kebijakan.
3. Pemetaan issue-isue lingkungan yang muncul di masyarakat
4. Melakukan komunikasi secara intens ( secara terus menerus ) dengan pihak actor
terhadap issue persoalan lingkungan.
5. Melakukan komunikasi dengan Bahasa yang mudah dimengerti terhadap persoalan
lingkungan.
Dari beberapa model pendekatan tersebut diatas setidaknya ada hasil yang diharapkan
dalam rangka membangun perilaku manusia untuk menuju lingkugan yang baik dan sehat,
sebagaian bagian hak azasi manusia.
8. Fransiskus Sales Lega, Martabat Manusia Dalam Perspektif Filsafat Moral Immanuel Kan, Jurnal Pendidikan
dan Kebudayaan Missio, Volume 7, Nomor 1, Januari 2014, hal. 91-92Unika
stpaulus.ac.id/jurnal/index.php/jpkm/article/view/24/13, diakses tanggal 15 Juni, jam 06.59
E. Kesimpulan
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa membangun sikap perilaku manusia
terhadap lingkungan hidup yang baik dan sehat dengan adanya pandemic Covid-19
membangun sikap perilaku manusia Indonesia secara bersama dalam pemahaman peraturan
untuk menuju lingkungan hidup lebih baik, membutuhkan keseriusan secara bersama dari
seluruh komponen bangsa agar Indonesia segera terbebas dari virus corona, disamping itu
dalam memahamkan norma atau aturan secara sungguh-sungguh dengan mengungkapkan,
menjaga dan melestarikan nilai tertentu, yaitu apa dianggap baik dan penting oleh
masyarakat tersebut untuk dikejar dalam hidup bermasyarakat. Disamping itu nilai etika,
berisikan nilai-nilai, prinsip moral untuk menuntun dan membangun bagi setiap manusia
dalam hidup bermasyarakat yang harus dipegang dalam menuntun perilaku lebih baik.

F. Daftar Pustaka

- Arne Naess, Ecology, Community and Lifestyle, 1993, Cambrige, Univ. Press, dalam
Sonny Keraf, 2002, Etika Lingkungan, Penerbit Buku Ko mpas, Jakarta.

- A. Sonny Keraf, 2002, Etika lingkungan, Penerbit Kompas Gramadia, Jakarta.

- Fransiskus Sales Lega, Martabat Manusia Dalam Perspektif Filsafat Moral Immanuel
Kan, Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan Missio, Volume 7, Nomor 1, Januari 2014,
hal. 91-92 Unika stpaulus.ac.id/jurnal/index.php/jpkm/article/view/24/13.

- Fachruddin M. Mangunjiwa, 2005, Konservasi Alam Dalam Islam, Yayasan Obor,


Jakarta.

- Jonny Purba, 2005, Pengelolaan Lingkungan Sosial, Yayasan obor, Jakarta.

- Yuyun Indradi dan Widia Primastika, 9 May 2020,


https://www.mongabay.co.id/2020/05/09/polusi-udara-dan-kerentanan-terkena-virus-
corona.

- Yayat Suharyat, https://www.academia.edu/.../Hubungan Antara Sikap Minat Dan


Perilaku_Manusia.

Anda mungkin juga menyukai