Anda di halaman 1dari 23

PERAN KOMUNITAS PENCINTA LINGKUNGAN KOMUNITAS ZERO

WASTE INDONESIA TERHADAP PERILAKU MASYARAKAT PASCA

PANDEMI COVID-19.

Oleh:

Abstrak

Memasuki tahun 2020, dunia dihadapkan dengan kemunculan wabah infeksi

Coronavirus Disease 2019 (COVID-19). Coronavirus disease 2019 (COVID-19)

merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh virus SARSCoV-2 dan mampu

menyebar dengan cepat pada manusia. Kemunculan wabah tersebut berdampak pada

aspek kehidupan masyarakat yang mendorong adanya perubahan. Perubahan yang

terjadi juga terdapat pada sektor linkungan. Dimana pembahasan kali ini mengerucut

pada komunitas zerowaste.id, terhadap juga perilaku masyarakat pasca pandemic

Covid-19 (era new normal). Pengelolaan secara Zero Waste Indonesia merupakan

pengelolaan dengan melakukan pemilahan, pengomposan dan pengumpulan barang

layak jual.

PENDAHULUAN

Pada akhir 2019, bentuk baru dari Coronavirus, bernama SARS-CoV-2

(singkatan dari Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus 2),mulai menyebar

di provinsi Hubei di Cina, dan merenggut banyak nyawa manusia (Li, 2020; Xu,

Gutierrez, & Mekaru, 2020 ). Di Januari 2020, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO)

menyatakan wabah virus korona baru sebagai Darurat Kesehatan Masyarakat


InterKepedulian Nasional (PHEIC) ( Bogoch et al., 2020; Organisasi Kesehatan

Dunia). Pada Februari 2020, WHO memilih nama resmi,COVID-19 (singkatan dari

Coronavirus Disease 2019), untuk penyakit menular yang disebabkan oleh novel

coronavirus, dan kemudian pada Maret 2020 menyatakan Pandemi COVID-19

(Organisasi Kesehatan Dunia; Direktur Jenderal WHO ).

Coronavirus adalah keluarga virus yang biasanya menyebabkan penyakit

saluran pernafasan dan infeksi yang dapat berakibat fatal dalam beberapa kasus

sepertidi SARS, MERS, dan COVID-19. Beberapa jenis virus corona dapat

menyerang hewan, dan terkadang, pada kesempatan yang jarang, virus corona

melonjakdari spesies hewan menjadi populasi manusia. Virus corona baru mungkin

telah melompat dari spesies hewan ke manusiapopulasi, dan kemudian mulai

menyebar. Sebuah studi baru-baru ini menunjukkan bahwa begitu wabah virus korona

dimulai, dibutuhkan waktu kurang dari empat minggu untuk membebani sistem

perawatan kesehatan. Begitu kapasitas rumah sakit kewalahan, tingkat kematian

melonjak (McConghy dkk. ,2020 ).

Pandemi Covid-19 merubah tatanan masyarakat dunia. Guna mencegah

penularan wabah virus corona yang meluas, masyarakat diimbau bahkan dipaksa

untuk tinggal di rumah. Sekolah, bekerja bahkan beribadah pun dianjurkan untuk

dilakukan di rumah saja. Hampir semua negara mengimbau warganya untuk tidak

beraktivitas di luar rumah jika tidak ada kepentingan yang mendesak. Terkecuali,

memang bagi mereka yang harus keluar dan kegiatannya tidak bisa dilakukan dari

rumah.
Perubahan tersebut tentu juga berdampak luas di banyak sektor. Pasalnya

berubahnya aktivitas masyarakat tersebut membuat dunia usaha sepi, seperti bidang

pariwisata, transportasi online, penjuaan retail dan masih banyak lagi. Berjalannya

waktu, tinggal di rumah dinilai tidak bisa selamanya diterapkan untuk menjaga

keseimbangan perekonomian. Sejumlah negara pun mulai melonggarakan kebijakan

terkait mobilitas warganya. Di sisi lain, virus SARS-CoV-2 penyebab Covid-19

masih terus mengancam. Korban jiwa akibat virus corona pun terus bertambah. Di

sinilah, pola hidup baru atau new normal akan diimplementasikan.

Era new normal berarti peralihan kebiasaan baru dari kebiasaan lama. Banyak

hal berpengaruh atas new normal ini di lingkungan masyarakat pada bidang

lingkungan. Salah satu hal yang dapat dilihat adalah berkurangnya asap kendaraan,

dimana masyarakat memiliki kebiasaan baru tidak keluar rumah jika itu bukan hal

yang dibutuhkan dan mendesak.

Peran komunitas pencinta linkungan tentu sangat penting untuk menarik

perhatian masyarakat terhadap lingkungan di masa pasca pandemic covid 19. Pada

kesempatan kali ini komunitas pencinta linkungan yang akan dijelaskankan adalah

komunitas Zero Waste Indonesia.

TINJAUAN PUSTAKA

1. Zero Waste

Kita hidup di society dengan barang-barang yang sekali pakai dan seakan-akan

kita terpisah dari sampah kita. Marketing dan pasar pun mendorong bahwa manusia
perlu terus-menerus membutuhkan banyak barang untuk menjadi bahagia. Tanpa kita

sadari, tempat pembuangan sampah mulai meluap, lautan tercemar, dan landfill

ditinggalkan dengan miliaran ton sampah yang tidak dapat terurai selama ratusan

tahun dan tidak dapat didaur ulang. Kita telah mencapai titik di mana gerakan zero

waste benar-benar dperlukan untuk menjaga masa depan ekosistem kita.

Saat orang pertama kali mendengar ‘zero waste’, reaksi yang paling sering

terdengar adalah “mana mungkin, nggak akan bisa hidup tanpa membuat sampah”.

Dan memang benar, di society kita memang tidak mudah untuk tidak membuat

sampah. Tidak mudah menemukan makanan tanpa plastik di supermarket walaupun

itu sayur dan buah. Kita semua adalah bagian dari aliran limbah ekonomi. Banyak

miskonsepsi yang terjadi mengenai zero waste lifestyle yang membuat orang yang

mendengar kata itu bertanya-tanya dan bahkan berubah menjadi pesimis.

Zero waste adalah filosofi yang dijadikan sebagai gaya hidup demi mendorong

siklus hidup sumber daya sehingga produk-produk bisa digunakan kembali. Zero

waste juga soal menjauhi single use plastic atau plastik yang hanya digunakan sekali.

Tujuannya adalah agar sampah tidak dikirim ke landfill. Jadi zerowaste itu tidak

hanya mengenai recycle atau mendaur ulang. Ini miskonsepsi yang umumnya terjadi.

Padahal sebenernya zero waste itu dimulai dari Refuse, Reduce, and Reuse. Saat

benar-benar sudah tidak memungkinkan untuk 3 hal tadi, baru dilakukan Recycle dan

Rot.

Intinya zero waste menantang kita semua untuk mengevaluasi gaya hidup kita

dan melihat bagaimana sesuatu yang kita konsumsi bisa berdampak negatif terhadap

lingkungan. Kenyamanan yang berbentuk dengan produk murah, material yang tidak
bisa didaur ulang merusak kesehatan planet kita dan berkembangnya manusia dan

spesies hewan di seluruh dunia. Bea Johnson dari Zero Waste Home

mempopulerkan 6 R ini: “Rethink, Refuse, Reduce, Reuse, Recycle, Rot” atau di

dalam bahasa indonesia “Menolak, Mengurangi, Menggunakan Kembali, Daur

Ulang, Membusukkan.”. 5R ini menjadi pegangan untuk mengarah kepada gaya

hidup tanpa limbah sehingga dapat menciptakan lebih sedikit limbah dan

menggunakan sumber daya alam secara bijaksana.

Tidak ada kata sempurna dari zero waste lifestlye dan ketidaksempurnaan ini

jangan dijadikan alasan untuk tidak memulainya. Jangan juga saling menjudge satu

sama lain saat mereka mengklaim berhidup zero waste tapi masih menggunakan

plastik, mungkin mereka sedang mencoba. Zero waste bukanlah tujuan, tapi proses.

Dan mari kita bersama-sama menjalani proses ini.

Pada akhirnya, gaya hidup sampah zero waste dimulai dengan keinginan untuk

mengubah kebiasaan konsumsi dan berinvestasi di masyarakat demi masa bumi dan

anak cucu kita.

2. Perilaku Masyarakat

Perilaku adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang mempunyai

bentangan yang sangat luas antara lain : berjalan, berbicara, menangis, tertawa

bekerja, kuliah, menulis, membaca, dan sebagainya. Dari uraian ini dapat

disimpulkan bahwa yang dimaksud perilaku manusia adalah semua kegiatan atau

aktivitas manusia, baik yang diamati langsung, maupun yang tidak dapat diamati oleh

pihak luar (Notoatmodjo, 2010, p.20).


Perilaku manusia terjadi melalu proses : Stimulus → Organisme → Respons,

sehingga teori oleh Skiner ini disebut teori “S-O-R” (stimulus – organisme –

respons). Selanjutnya teori ini menjelaskan adanya dua jenis respons, yaitu :

1) Respondent respons atau reflexive

Respon yang ditimbulkan oleh rangsangan – rangsangan (stimulus) tertentu

yang disebut eliciting stimulus, karena menimbulkan respons – respons yang

relatif tetap.

2) Operant respons atau instrumental respons

Respon yang timbul dan berkembang kemudian diikuti oleh stimulus atau

forcing stimuli atau reinforcer, karena berfungsi untuk memperkuat respons.

Pengelompokkan perilaku manusia berdasarkan teori “S-O-R” menjadi dua,

yaitu :

1) Perlaku tertutup (covert behavior)

Perilaku tertutup terjadi bila respons terhadap stimulus tersebut masih belum

dapat diamati orang lain (dari luar) secara jelas. Respons seseorang masih

terbatas dalam bentuk perhatian, perasaan, persepsi, pengetahuan dan sikap

terhadap stimulus yang bersangkutan. Bentuk “unobservable behavior” atau

“covert behavior” yang dapat diukur adalah pengetahuan dan sikap.

2) Perilaku terbuka (overt behavor)

Perilaku terbuka ini terjadi bila respons terhadap stimulus tersebut sudah

berupa tindakan atau praktik ini dapat diamati orang lain dari luar atau

“observable behavior”
3. Perubahan Linkungan Pasca Pandemi Covid 19

Semasa pandemi Cpvid-19 ini kita dikejutkan oleh sejumlah perubahan yang

dialami bumi, terutama isu polusi udara dan air bersih. Udara kian bersih, air juga

makin jernih. Sebelumnya, isu polusi ini menjadi "pandemi" lain di berbagai belahan

dunia, karena tidak kunjung bisa diselesaikan. WHO menyatakan 7 juta orang mati

karena polusi setiap tahunnya.

Jurnal Nature Climate Change melaporkan perubahan iklim yang berlangsung

selama beberapa dekade. Manusia membakar bahan bakar fosil, seperti minyak, batu

bara, dan gas. Semua itu melepaskan karbon dioksida (CO2), metana, dan gas lainnya

ke atmosfer dan lautan. Akibatnya terjadi gas rumah kaca yang paling bertanggung

jawab untuk pemanasan global.

Sebelum era industri pada akhir abad ke-18, jumlah karbondioksida di atmosfer

mencapai sekitar 300 bagian per juta. Artinya, ada 300 kandungan CO2 untuk setiap

satu juta molekul gas di atmosfer. Angka ini meningkat hingga 414,1 bagian per juta,

bahkan mencapai hampir 500 bagian per juta bagian karbon dioksida ekuivalen

(CO2e). Artinya polusi tidak hanya mengancam kesehatan manusia namun juga

keberlanjutan hidup di bumi.

Setelah adanya pembatasan pergerakan melalui imbauan stay at home, polusi

udara turun drastis. Di China, negara Covid-19 bermula, dilaporkan mengalami

penurunan tingkat polusi yang cukup signifikan. Udara di kota-kota di China lebih

bersih dan segar. Di Madrid dan Barcelona dilaporkan polusi udaranya bahkan

berkurang 50%.
Penyebabnya jelas, berkurangnya aktivitas industri secara drastis. Pabrik-pabrik

mengurangi produksi bahkan melakukan penutupan. Perjalanan wisata turun

signifikan. Di Venesia, gondola menghilang dari kanal-kanal. Akibatnya, sedimen

turun drastis dan air kembali jernih. Alasan yang paling mendasar atas terjadinya

perubahan ini adalah transformasi dan perubahan perilaku manusia.

Sejatinya, manusia memiliki dorongan untuk berbuat baik atau buruk. Dalam

bukunya Freakonomics, Levitt dan Dubner menyebut dorongan ini sebagai insentif

yang dibagi dalam insentif ekonomi, sosial, dan moral. Kita sudah terbiasa hidup

dengan perilaku yang didorong dengan insentif (incentivize behavior). Memberikan

insentif terhadap perilaku ini juga diterapkan dalam mengubah respons manusia

terhadap perubahan iklim.

Clean development misalnya, memperkenalkan sistem perdagangan karbon

sebagai bentuk insentif terhadap pengendalian emisi karbon. Perubahan perilaku juga

dirangsang dengan mendorong kehidupan yang pro terhadap lingkungan (ecological

lifestyle). Insentif yang digunakan misalnya membuat malu mereka yang belum

menggunakan produk yang eco-friendly. Starbucks mengantisipasinya dengan

menggunakan penutup gelas sippy cup untuk mengganti sedotan.

Seperti kata Peter Senge dkk (2008), menjaga keberlanjutan lingkungan bukan

lagi pilihan tapi menjadi sebuah necessary revolution. Pandemi Covid-19

menyempurnakan itu, "memaksa" kita menghentikan sementara aktivitas dan

memberi bumi merawat diri dan memulihkan dirinya.


METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan metode analis deskriptif dengan dibantu oleh

kuesioner. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Nana Sudjana dan Ibrahim

(1989:69) bahwa: Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang berusaha

mendeskripsikan suatu gejala, peristiwa dan kejadian yang terjadi pada saat sekarang

dimana peneliti berusaha memotret peristiwa dan kejadian yang menjadi pusat

perhatian untuk kemudian digambarkan sebagaimana adanya.

Mohamad Ali (1982:120) menjelaskan bahwa: "metode penelitian deskriptif

digunakan untuk memecahkan sekaligus menjawab permasalahan yang terjadi pada

masa sekarang". Dilakukan dengan menempuh langkah-langkah pengumpulan,

klasifikasi dan analisis atau pengolahan data, membuat kesimpulan dan laporan

dengan tujuan utama untuk membuat penggambaran tentang suatu keadaan secara

objektif dalam suatu deskripsi.

Sedangkan kuesioner adalah kuesioner adalah teknik pengumpulan data melalui

formulir-formulir yang berisi pertanyaan-pertanyaan yang diajukan secara tertulis

pada seseorang atau sekumpulan orang untuk mendapatkan jawaban atau tanggapan

dan informasi yang diperlukan oleh peneliti (Mardalis: 2008: 66) Penelitian ini

menggunakan angket atau kuesioer, daftar pertanyaannya dibuat secara berstruktur

denan bentuk pertanyaan pilihan berganda (multiple choice questions) dan pertanyaan

terbuka (open question).


PEMBAHASAN

Untuk melihat sejauh mana kaum muda mempraktikkan gaya hidup Zero Waste.

Maka, Aliansi Zero Waste Indonesia melakukan polling sederhana tentang Perilaku

Tanpa Sampah pada remaja usia 20-25 tahun. Jajak pendapat tersebut diikuti oleh 22

responden yang berdomisili di Jakarta. Ada tiga pertanyaan yang penulis ajukan

dalam survei ini;

1. Bagaimana penerapan gaya hidup zero waste?

2. Apakah menggunakan produk ramah lingkungan?

3. Apakah memiliki kebiasaan berbelanja di toko massa?

Sebagian besar responden yaitu 86 persen menyatakan telah menerapkan gaya

hidup Zero Waste. Ada 63 persen responden yang menerapkannya kurang dari

setahun dan ada 23 persen responden yang sudah menerapkan gaya hidup Zero Waste

lebih dari setahun. Sedangkan 14 persen responden menyatakan belum menerapkan

gaya hidup ini.

Penerapan gaya hidup zero waste


70%
60%
50%
40%
30%
20%
10%
0%

Kurang dari setahun Lebih dari setahun Belum menerapkan


Terkait pertanyaan tentang penggunaan produk ramah lingkungan, 91 persen

responden menyatakan pernah menggunakannya. Namun intensitas penggunaannya

masih dalam kategori langka. Sementara itu, 9 persen responden menyatakan tidak

pernah menggunakan barang ramah lingkungan. Jenis produk ramah lingkungan yang

digunakan antara lain sedotan pakai ulang, sikat gigi bambu, pembalut menstruasi

yang bisa dipakai kembali, dan barang-barang daur ulang lainnya.

Penggunaan produk ramah lingkungan


100%
90%
80%
70%
60%
50%
40%
30%
20%
10%
0%

Pernah menggunakan intesitas jarang Tidak pernah menggunakan

Sedangkan untuk pembelian kebutuhan sehari-hari di bulk store masih belum

banyak digunakan. Hanya 4 persen responden yang menyatakan sering berbelanja di

bulk store dan 32 persen dengan intensitas yang jarang atau sesekali. Sedangkan 64

persen responden menyatakan tidak pernah membeli di bulk store. Jumlah bulk store

yang terbatas, harga yang belum kompetitif dan kekhawatiran kerepotan menjadi

alasan rendahnya jumlah orang yang berbelanja di bulk store.


Pembelian kebutuhan sehari-hari di bulk store
70%
60%
50%
40%
30%
20%
10%
0%

Sering berbelanja Pernah dengan intesitas jarang


Tidak pernah

Sebelum melakukan aksi lingkungan adalah mengetahui dan memahami isu

seputar lingkungan. Memahami isu lingkungan akan meningkatkan kepekaan

seseorang untuk lebih bertanggung jawab menjaga lingkungan hidup.

Sejak pandemi, banyak lembaga pemerintah maupun non-pemerintah yang

menyediakan diskusi seputar isu lingkungan secara daring melalui webinar (seminar

online). Webinar menjadi media bagi khalayak umum untuk memahami isu

lingkungan dengan akses yang mudah dan tidak berbayar.

Berbagai tema isu lingkungan seperti kebakaran hutan, penggunaan energi

terbarukan, adaptasi dan mitigasi perubahan iklim tersedia di webinar-webinar ini.

Informasi-informasi webinar ini bisa diperoleh melalui akun sosial media lembaga

pemerintah maupun komunitas yang fokus di bidang lingkungan hidup.

Jika kita terpaksa menggunakan produk sekali pakai, sebisa mungkin kita bisa

menggunakan barang tersebut agar tidak berubah menjadi sampah dan berakhir di

tempat pembuangan sampah, insinerator atau bahkan sungai dan laut. Kita tentunya
tidak ingin di masa depan akan ada lebih banyak plastik di lautan daripada ikan. Kami

tidak mengharapkan hal seperti itu terjadi dan berdampak lebih buruk pada generasi

mendatang.

Lebih lanjut komunitas pencinta linkungan Zero Waste Indonesia membuat beberapa

campaign untuk mengubah perilaku masyarakat pasca pandemic Covid 19. Adapun

beberapa kampanye yang dilakukan oleh komunitas pencinta linkungan Zero Waste

Indonesia adalah sebagai berikut:

1. Dirumah aja minim jejak karbon

Jejak karbon merupakan total emisi gas rumah kaca yang dihasilkan oleh

individu yang dinyatakan dalam karbon dioksida ekuivalen. Besaran jejak karbon

pribadi dapat dihitung melalui fitur carbon footprint yang dapat diakses melalui

internet.

Salah satu sumber jejak karbon yang cukup besar berasal dari transportasi.

Kendaraan berbahan bakar fosil tampaknya masih menjadi pilihan utama transportasi

bagi masyarakat umum. Namun telah terjadi fenomena unik sejak pandemi beberapa

bulan ini.

Saat ini sepeda menjadi tren transportasi di beberapa negara termasuk Indonesia.

Masyarakat di beberapa kota seperti Jakarta dan Yogyakarta mulai berbondong-

bondong menggunakan alat transportasi ramah lingkungan ini.


Kemunculan tren bersepeda ini mungkin disebabkan oleh rasa jenuh masyarakat

setelah berbulan-bulan bekerja dari rumah. Semangat bersepeda ini tentunya perlu

dijaga dan dijadikan gaya hidup baru dalam situasi new normal ini. Selain itu, perlu

dukungan pemerintah untuk menjadikan sepeda sebagai gaya hidup baru, contohnya

dengan memfasilitasi jalur yang aman bagi pesepeda.

2. Kampanye minim sampah, zerowaste lebaran

Lebaran tahun 2021 dijadikan ajang komunitas Zero Waste Indonesia sebagai

bentuk usaha untuk meningkatkan kepedulian manusia terhadap lingkungan pasca

pandemi Covid 19 beberapa hal yang dikampanye kan selaras dengan kebiasaan era

new normal kita, berikut diantaranya:

a. Habiskan makananmu

Menurut The Economist Intelligence Unit tahun 2016, Indonesia merupakan

penyumbang sampah makanan terbesar ke 2 di dunia. Saat Ramdhan atau

momentum meriah lainnya seperti lebaran, jumlah food waste meningkat

menjadi 15-20% dari hari biasa (Statistics by Solid Waste and Public

Cleansing Managemen Coorporation). Padahal ancaman dari dampak yang

dihasilkan foodwaste tidak main-main dimana food waste yang tertimbun di

TPA dapat memicu lepasnya gas metana dan bencana ledakan sampah. Lalu

jejak karbon yang dihasilkan dari food waste sebesar 3,3 miliar ton CO2.
b. Shalat ied membawa alas sendiri

Bila shalat ied di masjid, membawa sendiri tikar atau karpet sebagai alas tidak

memakai koran untuk mengurangi sampah maupun alas dari masjid untuk

mengurangi penularan virus

c. Mengganti kegiatan berpotensi menyebabkan polusi seperti menghidupkan

kembang api ke kegiatan yang lebih bermanfaat.

d. Menggunakan dompet digital untuk mengirimkan tunjangan hari raya

Seperti yang dikemukakan oleh pemerintah untuk menjaga jarak dan

mengurangi kontak fisik, salam temple yang biasanya dilakukan secara fisik

dapat di ubah melalui dompet virtual atau transfer bank. Selain untuk

mengurangi kontak fisik maka sampah yang diciptakan dari amplop tunjangan

hari rberkurang.

e. Menggunakan baju yang sudah ada

Ditengah pandemic ini ekonomi belum bisa dikatakan stabil, penghematan

untuk pengeluaran yang tidak urgensi semestinya dilakukan untuk menopang

ekonomi individu atau keluarga, pembelian baju lebaran dirasa konsumtif dan

akan membuat penambahan sampah pakaian seakin banyak. Oleh karena itu

lebih baik menggunakan pakaian yang sudah ada.

3. Sampah hampers lebaran

Trend baru di tahun 2021 adalah mengirim hampers ke kolega atau teman,

dimana hampers sendiri akan membuat kategori baru dalam sampah itu sendiri.

Dimana barang atau alat untuk mempercantik hampers jika tidak digunakan ulang
akan menyebabkan tumpukan sampah. Berikut contoh pengelolaan ulang dari sisa

sampah hampers:

a. Kotak hampers, bisa digunakan ulang untuk tempat penyimpanan.

b. Cardboard/karton tipis, dapat digunakan ulang atau ditaruh di bank sampah

untuk di kelola ulang.

c. Bubble wrap, ditaruh di bank sampah untuk dikelola ulang

d. Lakban/residu, ecobrick

e. Pita/dekorasi, bisa digunakan ulang oleh penerima

f. Tas bungkus/hampers, dapat digunakan ulang

g. Botol kaca, dapat digunakan ulang atau ditaruh di bank sampah untuk di

kelola ulang.

h. Kaleng alumunium, ditaruh di bank sampah untuk dikelola ulang

i. Botol plastik, ditaruh di bank sampah untuk dikelola ulang

j. Kemasan plastic, ecobrick

k. Kemasan multilayer, ditaruh di bank sampah untuk dikelola ulang

Agar hamper lebaran dapat mengurangi penumpukan sampah atau bersifat ramah

linkungan, beberapa hal ini dapat dilakukan:

a. Gunakan pembungkus ramah lingkungan seperti besek, kantong anyaman

bamboo, atau kantong lain.

b. Menggunakan alternative pengganti plastik atau bubble wrap

Bubble wrap, biasanya digunakan agar barang yang kita kirim bisa lebih aman

dan tidak mudah pecah. Namun ada beberapa alternative yang dapat
digunakan seperti potongan kertas daur ulang, sabut kelapa atau bubble wrap

kertas.

c. Mengirim hampers yang isinya barang penunjang gaya hidup ramah

lingkungan

d. Memilih isi produk hampers yang bekelanjutan

Berdasarkan data NapoleonCat pada Januari 2020, pengguna media sosial

Instagram di Indonesia mencapai 62 juta orang dengan dominasi usia muda antara 18-

34 tahun. Ini adalah kesempatan kami untuk mengkampanyekan gaya hidup Zero

Waste di kalangan anak muda, khususnya melalui saluran media sosial. Belum lagi

platform media sosial seperti Tiktok yang saat ini digandrungi oleh Generasi Z.

Praktik baik gaya hidup zero waste yang selama ini sebagian diterapkan oleh anak

muda bisa menular lebih luas lagi.

Selain dari itu melalui platform webnya komunitas pencinta lingkungan Zero

waste Indonesia melakukan beberapa fitur yang dapat memberi insight kepada

masyarakat mengenai cintai lingkungan agar masyarakat dapat mengubah

perilakunya, adapun diantaranya sebagai berikut:

1. Zero waste Lifestyle

Gaya hidup zero waste tidak sebatas mengurangi sampah plastik saja. Di sini kita

berbagi artikel seputar topik minim sampah.


2. Zero waste shop.

Fitur berbelanja online untuk memenuhi kebutuhan masyarakat yang ingin lebih

memulai hidup cinta lingkungan akan tetapi sulit menemukan took yang selaras

dengan tujuan.

3. Carbon Calculator

Carbon Calculator digunakan untuk menghitung berapa besar emisi karbon yang

dihasilkan dari aktivitasmu sehari-hari. Ayo bergabung dengan kami dalam

mengatasi krisis iklim, dimulai dengan bertanggung jawab atas dampak

lingkungan kita melalui pengurangan dan penggantian jejak karbon kita. Sebagai

langkah pertama, temukan jejak karbon kamu dari beberapa aktivitas harian

menggunakan kalkulator karbon kami.

4. Zero Waste Forum

Zero Waste Forum adalah sebuah wadah untuk bertemunya sobat ZWID dalam

komunitas. Tempat ini merupakan lingkungan yang ramah untuk tanya jawab dan

juga berbagi seputar gaya hidup Zero Waste.

5. Zero waste event

Sebagai salah satu dari banyaknya bentuk untuk melakukan kampanye kepada

masyarakat, pada beberapa terakhir ini banyak dilakukan webinar lewat aplikasi

terkait, untuk menambah wawasan masyarakat di tengah era new normal atau di

rumah saja.

Menerapkan gaya hidup zero waste merupakan wujud dukungan dan apresiasi

kita terhadap alam yang telah banyak memberikan kebaikan. Dari gaya hidup
individu, gerakan komunal hingga mendorong perubahan kebijakan. Kita harus

percaya akan masa depan generasi muda masa depan yang ramah lingkungan, bebas

sampah dan tidak mengeksploitasi alam dengan cara yang merusak.

KESIMPULAN

Untuk melihat sejauh mana kaum muda mempraktikkan gaya hidup Zero Waste.

Maka, Aliansi Zero Waste Indonesia melakukan polling sederhana tentang Perilaku

Tanpa Sampah pada remaja usia 20-25 tahun. Jajak pendapat tersebut diikuti oleh 22

responden yang berdomisili di Jakarta.

Sebagian besar responden yaitu 86 persen menyatakan telah menerapkan gaya

hidup Zero Waste. Ada 63 persen responden yang menerapkannya kurang dari

setahun dan ada 23 persen responden yang sudah menerapkan gaya hidup Zero Waste

lebih dari setahun. Sedangkan 14 persen responden menyatakan belum menerapkan

gaya hidup ini.

Terkait pertanyaan tentang penggunaan produk ramah lingkungan, 91 persen

responden menyatakan pernah menggunakannya. Namun intensitas penggunaannya

masih dalam kategori langka. Sementara itu, 9 persen responden menyatakan tidak

pernah menggunakan barang ramah lingkungan. Hanya 4 persen responden yang

menyatakan sering berbelanja di bulk store dan 32 persen dengan intensitas yang

jarang atau sesekali. Sedangkan 64 persen responden menyatakan tidak pernah

membeli di bulk store.


Terbukti bahwa masih dikitnyanya kesadaran masyarakat terhadap linkungan akan

tetapi penerapan hidup zero wate meningkat ketika kita mengalami pandemic covid

19 dan pasca pandemic covid 19. Masyarakat nampahnya sudah mulai sadar bahwa

kesehatan lingkungan akan memberi pengaruh pada kesehatan fisik individu.

Beberapa kampanye yang dilakukan oleh komunitas pencinta linkungan Zero Waste

Indonesia adalah sebagai berikut:

1. Dirumah aja minim jejak karbon

2. Kampanye minim sampah, zerowaste lebaran

a. Habiskan makananmu

b. Shalat ied membawa alas sendiri

c. Mengganti kegiatan berpotensi menyebabkan polusi seperti menghidupkan

kembang api ke kegiatan yang lebih bermanfaat.

d. Menggunakan dompet digital untuk mengirimkan tunjangan hari raya

e. Menggunakan baju yang sudah ada

f. Sampah hampers lebaran

Melalui platform webnya komunitas pencinta lingkungan Zero waste Indonesia

melakukan beberapa fitur yang dapat memberi insight kepada masyarakat mengenai

cintai lingkungan agar masyarakat dapat mengubah perilakunya, adapun diantaranya

sebagai berikut:

1. Zero waste Lifestyle

2. Zero waste shop.


3. Carbon Calculator

4. Zero Waste Forum

5. Zero waste event

DAFTAR PUSTAKA

Adrian Covaci. 2020. How can airbornet ransmission of COVID-19 indoors be

minimised?. Environment International.

Aggie J. Yellow Horse, Kimberly R. HuyseR. 3 April 2021. Indigenous data

sovereignty and COVID-19 data issues for American Indian and Alaska Native

Tribes and populations. ORIGINAL RESEARCH.

Alberto Gandolfi, Michele Della Vigna, Zoe Stavrinou. 2020. Carbonomics The

Green Engine of Ecomonic Recovery. Equity Research.

Asghar Afshar Jahanshahi , Najla Shafighi , Tahereh Maghsoudi. 2021. Employees'

environmentally responsible behavior: the critical role of environmental justice

perception. Sustainability: Science, Practice and Policy. VOL. 17, NO. 1, 1–14.

Brenna Copeland, JeremiahXJohnson, Joseph Hollingsworth. 2019. Aree-scooters

polluters? The environmental impacts of shared dockless electric scooters.

Enviromental Research Letters.

Christa Kok, Ellis Adjei Adams, Yenupini Joyce Adams. 2021. Water, sanitation, and

hygiene (WASH) insecurity will exacerbate the toll of COVID-19 on women and

girls in low-income countries. POLICY BRIEF. Vol 7.


Darshana Rajapaksa, Moinul Islam, Shunsuke Managi. 2018. Pro-Environmental

Behavior: The Role of Public Perception in Infrastructure and the Social Factors for

Sustainable Development. Sustainability.

Elin Charles-Edwards, Jeromey Temple, Tom Wilson. 17 February 2021. Will

the COVID-19 pandemic affect population ageing in Australia?. ORIGINAL

RESEARCH.

Esam Elsarrag, Yousef Alhorr. 2013. Green building pratices. International Journal of

Sustainable Built Environment.

Han Lin Shang, Ruofan Xu. 18 February 2021. Change point detection

for COVID-19 excess deaths in Belgium. ORIGINAL RESEARCH.

Ippei Ohnishi1, Yuji Iwashita, Yuto Matsushita1, Shunsuke Ohtsuka, Takashi

Yamashita. 2021. Mass spectrometric profiling of DNA adducts in the human

stomach associated with damage from environmental factors. Research

Jeroen Spijker, Ryohei Mogi. 4 March 2021. The influence of social and economic

ties to the spread of COVID-19 in Europe. ORIGINAL RESEARCH.

Mohammad Pourhomayoun, Mahdi Shakibi. 2021. Predicting mortality risk in

patients with COVID-19 using machine learning to help medical decision-making.

Smart Health.

Nahla N. Hilal, Sheelan M. Hama. 2017. Fresh properties of-self- compacting

conctrete with plastic waste as partial replacement of sand. International Journal of

Sustainable Built Environment.


Nathan Jackson, Chuixiang Yi. 2021. A review of measuring ecosystem resilience to

disturbance. Enviromental Research.

Tsung Hung LEE. 2013. Environmentally Responsible Behavior of Nature-Based

Tourists: Related Concepts, Measurement, and Research. Tourism & Hospitality.

Volume 2.

Wim E. Crusio. 2020. Behavioral and Brain Functions at 15. Behavioral and Brain

Functions.

Zeli Tan, L Ruby Leung, Hong-Yi Li, Teklu Tesfa, Qing Zhu, Xiaojuan Yang, Ying

Liu, Maoyi Huang. 2021. Increased extreme rains intensify erosional nitrogen and

phosphorus fluxes to the northern Gulf of Mexico in recent decades. Enviromental

Research Letters.

Anda mungkin juga menyukai