Anda di halaman 1dari 22

Law Reform, 17(2), 2021, 235-256 Master of Law, Faculty of Law, Universitas Diponegoro

Conceptual Article

Perbandingan Hukum Di Bidang Bedah Plastik Estetik Yang Berlaku Di Amerika Serikat dan
Indonesia

Endang Sri Sarastri*, Liliana Tedjo Saputro, M.C. Inge Hartini


Fakultas Hukum Universitas 17 Agustus Semarang
*
endangs.sarastri@yahoo.co.id

ABSTRAK

Kemajuan ilmu pengetahuan dan tehnologi di bidang bedah plastik estetik saat ini tidak lagi bertujuan untuk
mengobati namun dimanfaatkan untuk merubah seseorang dalam menunjang penampilannya. Kewenangan
untuk melakukan tindakan medis tersebut dimiliki oleh Dokter Spesialis Bedah Plastik Rekonstruksi Dan
Estetik (Dr. SpBP-RE) akan tetapi hasil tindakan medis yang dilakukan oleh Dr. SpBP-RE belum tentu sesuai
dengan keinginan pasien. Untuk menghindari perselisihan yang terjadi antara Dr. SpBP-RE dengan pasiennya
dan bagaimana cara mengatasinya maka hukum yang berlaku di setiap negara di bidang kedokteran,
khususnya bedah plastik estetik harus jelas dan tegas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan
menganalisis hukum yang berlaku di bidang bedah plastik estetik di Indonesia dan di Amerika Serikat, agar
hasilnya dapat bermanfaat secara teoritis dan praktis dalam mengatasi mal praktek medis. Jenis penelitian
yang digunakan adalah penelitian “yuridis normatif”, analisis bahan hukum dilakukan secara kualitatif dengan
menggunakan metode deskriptif analitis dan preskriptif. Penulis membandingkan hubungan hukum antara Dr.
SpBP-RE dengan pasiennya, upaya penanganan malpraktek medis, pembuktian dan peniadaannya di bidang
bedah plastik estetik dalam proses hukum di Amerika Serikat dan Indonesia. Diharapkan Indonesia dapat
belajar dari negara yang telah berhasil dalam menangani malpraktek medis di bidang bedah plastik.

Kata kunci: Perbandingan hukum; bedah plastik; Amerika Serikat & Indonesia

A. PENDAHULUAN sementara ada yang mengijinkan dalam


Keraguan utama mengenai legalitas kondisi tertentu.
operasi bedah plastik estetik telah dihapus Sejarah operasi plastik wajah modern
dengan mempertimbangkan tujuan jenis dimulai lebih dari 100 tahun yang lalu, ketika
operasi ini dan juga otorisasi operasi yang beberapa pria secara mandiri mulai
ditujukan untuk meningkatkan penampilan menjelajahi upaya bedah baru untuk
seseorang, sehingga operasi bedah plastik perbaikan rekonstruktif dan fungsional dan
estetik sekarang dianggap sah menurut juga untuk meningkatkan penampilan
hukum. Meskipun sebagian besar sistem (Simons, & Hill, 1996).
hukum di negara-negara Islam kurang Dalam penelitiannya, Michelle M.De
menyetujuinya, bahkan beberapa negara Souza dkk menyatakan “plastic surgery
benar-benar tidak memperbolehkan (haram), includes both reconstructive and cosmetic

235
Law Reform, 17(2), 2021, 235-256 Master of Law, Faculty of Law, Universitas Diponegoro

surgery” (De Souza dkk, 2018). Bedah bedah plastik estetik dalam proses hukum di
Plastik Estetik tidak dilakukan untuk Indonesia dan Amerika Serikat sebagai salah
mengobati cacat fisik, oleh karena itu satu negara yang maju dalam bidang medis
berbeda dengan bedah plastik rekonstruksi dan teknologi kedokteran. Hal yang
yang bertujuan untuk mengobati cacat fisik, dibandingkan utamanya adalah hukum
seperti sumbing bibir ataupun sumbing kesehatan yang berlaku. Namun hukum
langit-langit. Dalam kondisi tertentu kesehatan yang berlaku di beberapa negara
semacam ini, masih sepakat untuk diijinkan juga disinggung sebagai bahan
(Salehi, & Mangion, 2010). perbandingan.
Menurut penulis, kemajuan dalam ilmu Ada 3 (tiga) sistem hukum yang
pengetahuan dan tehnologi, serta dikenal di dunia yaitu: Civil Law System
peningkatan kemampuan manusia untuk (Eropa Kontinental), Common Law System
memanipulasi kondisi fisik manusia yang (Anglo Saxon), dan Socialist Law System
terlahir apa adanya, membuat para dokter (Hukum Sosialis), (de Cruz, 1999). Indonesia
yang bekerja di bidang kesehatan dan menganut Civil Law System yang
berhubungan dengan kondisi fisik manusia mementingkan sumber hukum dari peraturan
melangkah maju berpikir untuk memenuhi perundang–undangan, sedang Amerika
keinginan/ kehendak para pasien yang ingin Serikat yang perkembangan dalam bidang
merubah penampilan agar lebih menarik, apapun lebih maju, menganut Common Law
sehingga dapat mendukung prestasi System (Faisal, Hasima, & Rizky, 2020).
kerjanya. Keinginan yang ingin dicapai Menurut Sutiono, sumber hukum adalah
tersebut adalah: Kecantikan/keindahan/ suatu kesatuan hukum yang terdiri atas
ketampanan, keharmonisan penampilan bagian-bagian hukum yang mempunyai
dengan merubah bentuk organ tubuh. kaitan satu dengan yang lain yang bertujuan
Kemajuan ini berlanjut sampai saat ini untuk mencapai kesatuan tersebut (Sutiono,
sehingga banyak orang ingin memodifikasi 2021). Selain ketiga sistem hukum tersebut,
bagian-bagian tubuh mereka seperti yang ada 1 (satu) sistem hukum lagi yaitu Islamic
disukainya. Law System (Hukum Islam).
Dalam artikel ini penulis akan Dari keempat sistem hukum tersebut
membadingkan hubungan antara Dokter yang biasa dipakai negara-negara di dunia
Spesialis Bedah Plastik, Rekonstruksi Dan adalah: Civil Law System dan Common Law
Estetik (dr. SpBP-RE) dengan pasiennnya, System. Adapun perbedaan dan persamaan
upaya penanganan malpraktek medis, kedua sistem tersebut adalah sebagai
pembuktian dan peniadaannya di bidang berikut:
236
Law Reform, 17(2), 2021, 235-256 Master of Law, Faculty of Law, Universitas Diponegoro

Tabel 1. Perbedaan Civil Law System dengan Common Law System


No. Faktor Civil Law System Common Law System
Perbedaan
1. Sumber Hukum Peraturan perundang–undangan, Yurisprudensi
Yurisprudensi
2. Negara a.l.: Albania, Austria, Belanda, Belgia, a.l.: Amerika Serikat, Australia, Inggris,
Penganut Bulgaria, Brasil, Chili, Denmark, India, Hongkong, Irlandia, Kanada,
Ekuador, Finlandia, Indonesia, Jepang, Pakistan, Selandia Baru, Qatar, Oman,
Jerman, Kolombia, Hungaria, Macao, Tonga, Uganda, Jamaica, Hongkong,
Mesir, Yunani, Afrika Tengah, Iran, Ghana.
Portugal, Arabia, Vietnam, Vatikan,
Thaialnd, Turki.
3. Sejarah Berasal dari tradisi Roman – Germania. Dibawa bangsa Inggris ke Amerika
Serikat, bukan hukum yang diterapkan
kerajaan Inggris, tapi hukum lokal/
kebiasaan masyarakat Inggris.
4. Hakim dalam Hakim tidak terikat oleh Presiden, tapi Menganut doktrin stare decisis atau
proses sidang undang-undang dan peraturan sebagai doctrine of presedent (Hakim memutus
rujukan. perkara atas dasar keputusan serupa
terdahulu)
5. Sistem Bersifat inkuisitorial, hakim berperan Menggunakan adversary system, berarti
Peradilan besar dalam memutus dan menyusun strategi, mengemukakan
mengarahkan perkara serta bersifat aktif dalil- dalil sebanyak-banyaknya.
menilai alat bukti.
6. Prinsip Umum Keputusan hakim mempunyai kekuatan Sumber hukum tak tersusun sistematis,
mengikat, karena berdasarkan Hakim berperan tak hanya bertugas
peraturan perundang-undangan, menetapkan dan menafsirka, tapi juga
tersusun sistematik dalam kodifikasi. menciptakan prinsip hukum baru
Memberikan prioritas utama pada
yurisprudensi
Sumber : https : //Haloedukasi.com/perbedaan-sistem hukum civil law dan common law

Tabel 2. Persamaan System Civil Law Dan Common Law System


No. PERSAMAAN
1. Membedakan antara institusi hukum dan jenis institusi sosial lainnya, hukum bersifat mandiri dan
otonom.

237
Law Reform, 17(2), 2021, 235-256 Master of Law, Faculty of Law, Universitas Diponegoro

2. Penyelenggaraan dan penegakan hukum dipercayakan kepada sekelompok professional hukum yang
menjalankan aktifitas di bidang hukum.
3. Pengemban profesi hukum harus mempunyai pendidikan hukum
4. Ilmu hukum adalah bidang ilmu tersendiri yang terus berkembang
5. Hukum menjadi sistem terintegrasi, karena para ahli berhasil membangun teori umum
6. Sebagai sistem, hukum selalu akan berubah dari waktu ke waktu
7. Pertumbuhan hukum sebagai suatu sistem diyakini berlangsung berdasarkan logika hukum seperti
metode penafsiran
8. Terdapat supremasi hukum atas politik
9. Pluralisme sistem hukum membuat hukum menjadi lebih canggih dan terus berkembang untuk
memecahkan suatu konflik dalam hukum
10. Tradisi hukum barat pun diperkaya oleh nilai-nilai sosial yang baru sebagai hasil dari pergolakan atau
revolusi sosial.
Sumber : Blueteenx.wordpress.com/2016/12/14/persamaan-perbedaan

Sumber ilmu kedokteran adalah Hippocrates, - Prinsip medis tertinggi adalah menghormati
sehingga cara yang dilakukan profesi dokter di mana otonomi pasien.
pun akan sama. Demikian pula baik di Indonesia - Tidak boleh memaksakan pelayanan/
maupun di Amerika Serikat sumbernya juga sama, pengobatan/ perawatan pada pasien tanpa
perbedaannya adalah kemajuan di bidang persetujuannya, sekalipun penolakan akan
pengetahuan dan tehnologi. Termasuk kemajuan di membawa kematian.
bidang hukum di mana penganut Common Law - Melakukan pendekatan paternalistik, dengan
System di Amerika Serikat lebih maju dibandingkan menyatakan bahwa dokter akan melakukan
dengan Civil Law System di Indonesia yang tindakan yang terbaik untuk pasiennya.
merupakan Negara sedang berkembang utamanya b. Non maleficence.
pengembangan hukum kesehatan/ kedokteran - Kewajiban untuk tidak menyakiti orang- primum
(Faisal, Hasima, & Rizky, 2020). non nocere (jangan membahyakan)
Namun demikian, Beauchamp dan Childress c. Manfaat.
dalam Key Notes on Plastic Surgery (Richards, & - Menyatakan pada pasien bahwa dokter harus
Dafydd, 2014) mengemukakan empat prinsip etika berbuat baik kepada pasien.
medis agar diterapkan dalam bioetika. Menurutnya, - Melakukan yang terbaik buat pasien sama
dengan menerapkan setiap prinsip tersebut, tindakan dengan terbaik buat dirinya sendiri.
yang benar dapat menjadi jelas. Prinsip tersebut d. Keadilan.
adalah: - Memberikan perlakuan yang adil, bijaksana dan
a. Otonomi. masuk akal, bertindak adil dalam hal pengobatan/

238
Law Reform, 17(2), 2021, 235-256 Master of Law, Faculty of Law, Universitas Diponegoro

perawatan serta kemampuan pengetahuan dan dibedakan menjadi 2 (dua) macam yaitu: pertama,
ketrampilan. operasi plastik yang bertujuan untuk memperbaiki
Beberapa penelitian yang penulis temukan terkait dan menyempurnakan bentuk organ tubuh yang
pada kajian yang serupa, yaitu: cacat (diberpolehkan) dan yang kedua adalah
Pertama, penelitian yang dilakukan oleh operasi plastik yang bertujuan untuk memperindah
Kartina Pakpahan dkk, dengan judul Perbandingan bentuk organ tubuh yang sempuma agar kelihatan
Perlindungan Hukum Pasien Korban Malpraktek lebih menarik (diharamkan) (Maghfiroh, & Heniyatun,
Bedah Plastik Di Indonesia Dan Korea Selatan. Di 2015).
dalam penelitian ini, Kartina, dkk., membandingkan Ketiga, penelitian dengan judul Operasi Plastik
perlindungan hukum bagi pasien korban malpraktek Dalam Perspektif Hukum Islam yang dilakukan oleh
bedah plastik yang terjadi di Negara Indonesia dan di Havis Aravik, Hoirul Amri dan Choiriyah, studi ini
Negara Korea Selatan. Berdasarkan penelitian membahas tentang bagaimana operasi plastik dalam
tersebut, bentuk perlindungan hukum terhadap tindak perspektif hukum Islam (Aravik, Amri, & Choiriyah,
pidana malpraktek bedah plastik di Indonesia diatur 2018).
dalam Undang-Undang Perlindungan Konsumen Keempat, penelitian yang dilakukan oleh Dara
secara umum dan Undang-Undang Kesehatan dan Yuliyanti Ningsih dan Irwan Iskandar dengan judul
Kedokteran secara khusus, sementara di Korea Upaya International Society Of Aesthetic Plastic
diatur dalam Konstitusi Korea Selatan yang isinya Surgery (ISAPS) Dalam Mempromosikan Operasi
mengenai keamanan dalam hal malpraktek Plastik Di Korea Selatan. Dara melakukan penelitian
(Pakpahan, dkk., 2021). terkait tentang alasan mengapa International Society
Kedua, penelitian yang dilakukan oleh Nurul of Aesthetic Plastic Surgery (ISAPS) berupaya
Maghfiroh dan Heniyatun dengan judul Kajian Yuridis mempromosikan operasi plastik di Korea Selatan,
Operasi Plastik Sebagai Ijtihad Dalam Hukum Islam. serta upaya apa yang dilakukan dalam hal tersebut
Fokus Nurul dan Heniyatul pada penelitian tersebut (Ningsih, & Iskandar, 2017).
terkait tujuan dilakukannya operasi plastik yaitu: Kelima, penelitian yang dilakukan oleh G.
pertama, operasi plastik yang bertujuan untuk Vissers dkk berjudul An Analysis of Plastic Surgery
memperbaiki tulang atau sel-sel yang rusak (cacat) Training: Belgium and The United Kingdom. Di dalam
agar dapat berfungsi kembali; kedua, operasi plastik penelitiannya G. Vissers dkk menyatakan bahwa
yang bertujuan untuk memperindah bentuk organ Tujuan dari penelitiannya adalah untuk
tubuh yang sempuma agar kelihatan lebih menarik; membandingkan pelatihan operasi plastik di negara
dan yang ketiga adalah operasi plastik yang Belgium dan negara Inggris serta untuk
bertujuan untuk menggantikan salah satu anggota mengidentifikasi kekuatan di setiap sistem pelatihan
organ tubuh yang rusak akibat dari kecelakaan atau (Vissers dkk, 2021).
suatu penyakit. Dimana dalam hukum islam hanya
239
Law Reform, 17(2), 2021, 235-256 Master of Law, Faculty of Law, Universitas Diponegoro

Keenam, penelitian dengan judul History of merencanakan operasi elektif (Selvaggi, Spagnolo, &
Plastic Surgery: Art, Philosophy, and Rhinoplasty Elander, 2017).
yang dilakukan oleh seorang peneliti bernama, Berdasarkan penelitian-penelitian tersebut,
Valdas Macionis. Dalam penelitiannya Valdas peneliti tidak menemukan persamaan terhadap fokus
menggarisbawahi pentingnya etimologi dalam penelitian yang peneliti lakukan. Penelitian dalam
interpretasi konsep operasi plastik, Valdas penulisan ini tidak membahas bagaimana operasi
menyatakan “The controversy over the concept of plastik dalam perspektif hukum Islam sebagai mana
plastic surgery also prompts a deeper insight into the penelitian yang dilakukan oleh Nurul Maghfiroh dan
relevant etymology” (Macionis, 2018). Heniyatun serta Havis Aravik, dkk, penelitian ini juga
Ketujuh, penelitian yang dilakukan oleh tidak memiliki fokus pada peran International Society
Frederick P. Franko tahun 2001 yang berjudul “ State of Aesthetic Plastic Surgery (ISAPS) dalam upaya
Laws and Regulations for Office-Based Surgery ”. mempromosikan operasi plastik di Korea Selatan
Penelitian yang dilakukan Frederick menyebutkan sebagaimana penelitian yang dilakukan oleh Dara
bahwa masalah kesehatan dan keselamatan pasien Yuliyanti Ningsih dan Irwan Iskandar atau membahas
yang menjalani operasi di lingkungan kantor tentang pentingnya etimologi dalam interpretasi
sekarang mendapat perhatian dari pembuat undang- konsep operasi plastik sebagaimana penelitian yang
undang dan regulator negara bagian di seluruh dilakukan oleh Valdas Macionis; penelitian penulis
negeri. Emmanuele menyatakan “health and safety tidak untuk membandingkan pelatihan operasi plastik
issues of patients undergoing surgery in office di negara Belgium dan negara Inggris serta untuk
settings now are gaining the attention of state mengidentifikasi kekuatan di setiap sistem pelatihan
legislators and regulators throughout the country ” seperti yang dilakukan oleh G. Vissers dkk, peneliti
(Franko, 2001). tidak mempelajari tentang masalah kesehatan dan
Kedelapan, penelitian yang dilakukan oleh keselamatan pasien yang menjalani operasi di
Gennaro Selvaggi dkk yang berjudul “A Review of lingkungan kantor sebagaimana yang dilakukan oleh
Illicit Psychoactive Drug Use in Elective Surgery Frederick P. Franko; dan permasalahan yang peneliti
Patients: Detection, Effects, and Policy” . Penelitian angkat tidak bertujuan untuk: 1) mendeteksi pasien
Gennaro Selvaggi dkk bertujuan untuk meringkas yang mungkin menggunakan obat-obatan terlarang;
pengetahuan yang ada, dan memberikan informasi 2) mengkaji dampak penggunaan obat-obatan
kepada ahli bedah bagaimana: 1) mendeteksi pasien terlarang yang secara khusus memerlukan intervensi
yang mungkin menggunakan obat-obatan terlarang; bedah rekonstruktif; 3) mengkaji kebijakan yang ada
2) mengkaji dampak penggunaan obat-obatan tentang pengguna narkoba tanpa gejala saat
terlarang yang secara khusus memerlukan intervensi merencanakan operasi elektif sebegaimana
bedah rekonstruktif; 3) mengkaji kebijakan yang ada penelitian yang dilakukan oleh Gennaro Selvaggi
tentang pengguna narkoba tanpa gejala saat dkk, penelitian yang dilakukan oleh peneliti memiliki
240
Law Reform, 17(2), 2021, 235-256 Master of Law, Faculty of Law, Universitas Diponegoro

kemiripan fokus dengan penelitian yang dilakukan akan memiliki bukti kotrak baik dengan dokter atau
oleh Kartina Pakpahan dkk., yaitu terkait dengan Klinik maupun Rumah Sakit dimana pasien tersebut
perbandingan perlindungan hukum bagi pasien menjalani perawatan. Isi maupun sifat kontrak
korban malpraktek bedah plastik, namun peneliti tersebut tergantung pada dokter, Klinik maupun
membandingkan pengaturannya antara negara Rumah Sakit yang bersangkutan. Dalam kontrak
Indonesia dan Amerika Serikat sementara Kartina tersebut, disebutkan kewajiban-kewajiban apa yang
membandingkan pengaturan di Indonesia dan di harus dipenuhi, yaitu: kewajiban terhadap sarana,
Korea Selatan. kewajiban terhadap hasil. Di New Brunswick, bahkan
Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, di Iran pun juga demikian. Dengan dasar kontrak
maka yang menjadi permasalahan adalah /perjanjian (Salehi, & Mangion, 2010), maka bila
“bagaimana perbandingan hukum di bidang bedah terjadi pelanggaran terhadap kontrak, kontrak
plastik estetik yang berlaku di amerika serikat dan tersebut dapat dipakai sebagai dasar pertimbangan
indonesia dari segi: pemberian sanksi
1. Hubungan Hukum Antara Dr. SpBP-RE Dengan Di negara tersebut, beberapa kewajiban medis
Pasiennya, didasarkan pada kontrak, sehingga
2. Penanganan Malpraktek Medis, pertanggungjawaban medis bersifat kontraktual.
3. Model Upaya Pembuktian Penanganan Demikian pula sistem hukum yang berlaku di
Malpraktek Medis, Perancis. Menurut Demogue (Salehi, & Mangion,
4. Dasar Peniadaan Malpraktek Medis.” 2010) di Perancis ditambahkan ada kewajiban untuk
memberikan jaminan. Dalam kontrak tersebut
B. PEMBAHASAN menyebutkan bahwa apabila tejadi kegagalan yang
1. Hubungan Hukum Antara Dr. SpBP-RE Dengan harus di revisi, maka untuk sarana (yang dimaksud
Pasiennya. adalah bahan-bahan material, bahan habis pakai)
a. Di Amerika Serikat menjadi tanggung jawab atau beban pasien sedang
Di Amerika Serikat dan beberapa negara lain, untuk tindakan medis menjadi tanggung jawab
jenis bedah plastik estetik dikenal sebagai bedah Dokter Bedah Plastik yang tentunya akan
kosmetik. Bedah kosmetik juga tidak untuk mencurahkan segala keahliannya untuk keberhasilan
mengobati cacat fisik. Mereka juga membedakan operasinya. Hal ini sangat membantu kedua belah
antara bedah kosmetik dengan bedah rekonstruksi pihak dalam menyelesaikan masalah apabila terjadi
(Salehi, & Mangion, 2010). Hubungan hukum antara persengketaan. Hal ini sedikit berbeda dengan
Dokter Ahli Bedah Plastik dengan pasiennya adalah kondisi di New Brunswick, dimana pernyataan-
hubungan kontraktual, sebelum melakukan tindakan pernyataan lisan menjadi bahan pertimbangan untuk
medis terlebih dahulu dokter berkewajiban membuat membuat keputusan Juri (Bergquist, 1983).
kontrak/ perjanjian dengan pasien. Sehingga pasien
241
Law Reform, 17(2), 2021, 235-256 Master of Law, Faculty of Law, Universitas Diponegoro

Hubungan hukum secara kontrak dan harus operasi pada hari yang sama dengan hari konsultasi
dibuat tertulis isinya harus sampai detail (Salehi, & tersebut. Hal ini dimaksudkan untuk memberikan
Mangion, 2010) antara lain: waktu yang cukup bagi pasien untuk mencerna
- Dokter berjanji akan menggunakan pengetahuan, informasi (Salehi, & Mangion, 2010). .
ketrampilan dan pengalamannya sesuai atau b. Di Indonesia
sama dengan yang dimiliki sesama profesinya. Di Indonesia, hubungan antara dokter dengan
- Merupakan kontrak yang memperhatikan/ pasien adalah hubungan 2 (dua) subyek hukum yang
berdasarkan “hasil” (resultaat verbintennis) terkait dalam hukum kedokteran. Keduanya
- Faktor resiko harus diungkapkan membentuk hubungan medik dan hubungan hukum,
- Pemberian garansi harus jelas, apabila terjadi yang diatur dengan peraturan perundang-undangan
kegagalan, apakah revisi gratis atau fiada (Hariyani, 2005).
perincian apa yang menjadi tanggung jawab/ Selanjutnya dalam hubungan medik antara
beban Dokter Bedah Plastik dan apa yang dokter dan pasien adalah atas dasar kepercayaan
menjadi beban pasien. terhadap kemampuan dokter untuk berupaya
- Batas waktu gugatan adalah 1 (satu) tahun semaksimal mungkin menyembuhkan penyakit yang
setelah tindakan operasi. dideritanya. Selain itu, oleh karena hubungan dokter
- Perawatan post operasi harus jelas, uga harus dengan pasien merupakan hubungan antar manusia,
tertulis. maka hubungan itu mendekati persamaan hak antar
Persetujuan sah apabila keputusan pasien manusia (Hariyani, 2005).
sukarela, pasien memahami benar atau menerima Dalam perkembangannya, hubungan hukum
tindakan medis yang diusulkan, orang yang antara dokter dan pasien ada 2 (dua) macam, yaitu:
menyetujui harus memahami informasi yang (1). Hubungan karena kontrak (Transaksi
diberikan oleh Dokter Bedah Plastik dan mempunyai Terapeutik)
kapasitas untuk membuat keputusan. Hubungan kontraktual terjadi karena baik
The US Food and Drug Administration (FDA) dokter maupun pasien, diyakini mempunyai
(Khoo, & Mazzarone, 2016), mewajibkan agar kebebasan dan kedudukan yang setara. Kedua belah
penggunaan/ pemasangan implants payudara pihak mengadakan perjanjian dimana masing-masing
(mammoplasty) pada wanita dilakukan dengan pihak harus melaksanakan perannya berupa hak dan
pemeriksaan MRI (Magnetic Resonance Imaging) kewajiban. Dalam hukum dikenal 2 (dua) jenis
setiap 2 (dua) tahun sekali. Hal ini harus dituangkan perjanjian yaitu: inspanning verbintenis dan resultaat
dalam kontrak secara jelas, karena menyangkut verbintenis. Sesuai ketentuan perjanjian, harus
biaya dan resiko. dipenuhi syarat sesuai Pasal 1320 KUHPerdata.
Di Inggris konsultasi dilakukan minimal 2 (dua) Dalam upaya melakukan tindakan medis ada kalanya
minggu sebelum tindakan operasi. Tidak boleh atau sering menimbulkan rasa sakit, agar hal itu tidak
242
Law Reform, 17(2), 2021, 235-256 Master of Law, Faculty of Law, Universitas Diponegoro

bertentangan dengan hukum, harus memenuhi dijelaskan di depan termasuk: inspanning verbintenis
syarat-syarat sebagai berikut (Hariyani, 2005): dan resultaat verbintenis. Dimulai dengan tanya-
- Mempunyai indikasi medis, untuk mencapai suatu jawab (anamnesis), kemudian pemeriksaan fisik,
tujuan yang konkrit. kadang dokter membutuhkan pemeriksaan
- Dilakukan menurut aturan-aturan yang berlaku di penunjang, misalnya pemeriksaan laboratorium,
dalam ilmu kedokteran, kedua syarat ini disebut untuk menguatkan diagnosis. Kemudian dokter
lege artis. merencanakan terapi, dengan memberi resep obat
- Harus sudah mendapat persetujuan dulu dari dan insruksi lain. Sebelum tindakan medis dilakukan,
pasien. pasien diijinkan pulang, untuk berpikir ulang apakah
Pada umumnya hubungan dokter dan pasien jadi melakukan operasi atau tidak. Apabila pasien
merupakan hubungan ikhtiar usaha maksimal, tetapi menyetujui, maka pada waktu yang telah ditetapkan
menurut penulis sebagaimana telah dijelaskan dan disepakati bersama, pasien akan datang kembali
sebelumnya, pada keadaan tertentu merupakan kepada dr. SpBP-RE tersebut. Dalam proses ini
hubungan hasil kerja antara lain adalah bedah plastik dr.SpBP-RE melakukan pencatatan tanya jawab
estetik, dimana tidak harus ada indikasi medis, tetapi sejak awal kedatangan dalam Medical Record
harus mempunyai tujuan yang konkrit dan sesuai (Rekam Medis). Selanjutnya untuk menjalani proses
dengan Pasal 69 angka (2) yaitu “tidak bertentangan operasi, maka pasien sebelumnya menanda tangani
dengan norma yang berlaku di masyarakat dan tidak informed consent, yang merupakan persetujuan
ditujukan untuk mengubah identitas yang menjurus terhadap tindakan yang akan dilakukan oleh dr.
untuk tindak kejahatan”. SpBP-RE. Hal ini merupakan bentuk kesetaraan
Secara yuridis, sering tindakan medis antara dokter dan pasien.
dimasukkan dalam pengertian tindak pidana, tetapi Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan
dengan dipenuhinya ketiga syarat tersebut diatas, Republik Indonesia Nomor:
menjadi dasar tindakan medis yang aman. Kualifikasi 290/MenKes/PER/III/2008, persetujuan tersebut
tindakan medis tidak hanya mempunyai arti bagi dapat dilakukan secara lisan atau tertulis, oleh
hukum pidana, tetapi juga hukum administratif, karena bedah plastik estetik termasuk kasus yang
dimana dokter harus memiliki Surat Ijin Praktek (SIP) beresiko tinggi, maka persetujuannya harus tertulis.
dan juga hukum perdata, dimana merupakan suatu Saat ini bentuk dan isi informed consent
perikatan/ perjanjian teapeutik antara dokter dan masih bersifat umum, kurang terperinci. Untuk
pasien. perjanjian bedah plastik estetik karena sangat rawan
Dalam penelitian ini, menurut penulis, untuk (menyangkut hasil) maka harus dilakukan dengan
tindakan bedah plastik estetik, dimana pasien ingin tertulis, dan dengan perincian yang sangat jelas,
melakukan tindakan medis baik yang ada indikasi serta harus memperhatikan Surat Keputusan Menteri
medis maupun tidak, maka hubungannya seperti Kesehatan Republik Indonesia No.
243
Law Reform, 17(2), 2021, 235-256 Master of Law, Faculty of Law, Universitas Diponegoro

756/MENKES/SK/VI/2004 tentang Persiapan memberikan informasi mengenai tindakan medis


Liberalisasi Perdagangan dan Jasa di Bidang yang telah dilakukannya dan mengenai segala
Kesehatan dan Undang-Undang Republik Indonesia kemungkinan yang timbul dari tindakan tersebut
No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen. (Hariyani, 2005). Untuk tindakan selanjutnya
Kemudian dalam menjalankan proses operasi, tergantung pada persetujuan pasien yang
seperti telah dijelaskan diatas haruslah dicatat dalam bersangkutan.
rekam medis (medical record). Setelah selesai Dalam hal kasus bedah plastik estetik ini, bisa
operasi, pasien harus mengikuti petunjuk dan terjadi pada pasien yang tidak sadar sebagai akibat
instruksi dokter untuk melaksanakan perawatan post korban kecelakaan yang merusak wajahnya.
operasi. Dalam hubungan antara dr. SpBP-RE dengan
Untuk memenuhi syarat sahnya transaksi pasien di Amerika Serikat dengan di Indonesia
terapeutik berdasarkan Pasal 1320 KUH Perdata terdapat persamaan dalam hal bedah plastik dengan
yaitu syarat subyektif dan syarat obyektif. Syarat- resiko tinggi harus dituangkan dalam suatu
syarat tersebut antara lain (Said, 2016): 1. Pelaku pernyataan tertulis yang berlaku sebagai kontrak
perjanjian harus dapat bertindak sebagai subyek diantara kedianya namun khusus di Indonesia untuk
hukum; 2. Perjanjian antara subyek hukum tersebut bedah plastik yang tidak beresiko tingga pernyataan
harus atas dasar sukarela, tanpa paksaan; 3. dapat dilakukan secara lisan.
Perjanjian tersebut memperjanjikan di bidang 2. Penanganan Malpraktek Medis
pelayanan kesehatan; 4. Perjanjian tersebut harus a. Di Amerika Serikat
atas sebab yang halal dan tidak bertentangan Di Negara-negara Anglo Saxon, utamanya
dengan hukum. pengaturan dan penegakkan hukum mengenai
(2). Hubungan karena undang-undang malpraktek medis sudah jauh berkembang daripada
(Zaakwarneming) di Indonesia (Faisal, Hasima, & Rizky, 2020). Hal ini
Apabila pasien dalam keadaan tidak sadar, dapat dilihat dari aturan-aturan yang terdapat di
sehingga dokter tidak bisa memberikan informasi, negara-negara tersebut. Di Amerika Serikat tidak ada
maka zaakwarneming, yaitu mengambil alih hukum kedokteran feodal yang berlaku untuk seluruh
tanggung jawab dari seseorang sampai yang negara. Dalam mengadili dokter di tiap negara
bersangkutan sanggup mengurus dirinya kembali. bagian memiliki ketentuan sendiri- sendiri. Beberapa
Dalam keadaan demikian, perikatan yang perangkat hukum kedokteran yang dikenal di
timbul tidak berdasarkan suatu persetujuan pasien, Amerika Serikat adalah sebagai berikut (Mariyanti,
tetapi berdasarkan suatu perbuatan menurut hukum 1998):
yaitu Dokter berkewajiban untuk mengurus 1. Liability Act, merupakan perangkat hukum yang
kepentingan pasien dengan sebaik-baiknya setelah ketat, dengan ketentuan bahwa: bila seorang
pasien sadar kembali, dokter berkewajiban dokter telah bersedia menerima seorang pasien,
244
Law Reform, 17(2), 2021, 235-256 Master of Law, Faculty of Law, Universitas Diponegoro

maka dokter tersebut memikul tanggung jawab malpraktek. Khusus bedah plastik estetik tidak hanya
sepenuhnya. perjanjian tertulis saja yang menjadi perhatian tetapi
2. Good Samaritan Law, untuk pasal tanggung pernyataan secara lisan pun merupakan janji yang
jawab, hukum ini mempunyai kebijakan yang harus ditepati. Ilmu kedokteran merupakan ilmu
berbeda dengan Liability Act. Dalam keadaan khusus yang sulit dipahami oleh orang-orang non
gawat darurat seorang dokter dibebaskan sama medis. Upaya menaikkan kualitas penegak hukum
sekali dari kemungkinan tuntutan, bahkan dari merupakan langkah awal yang bagus, yaitu dengan
akibat malpraktek, yand dianggap sanga mungkin memasukkan hukum medis. Hal tersebut dilakukan
terjadi karena daruratnya keadaan. untuk mewujudkan keadilan, baik bagi pasien,
3. Medico Legal Consideration , kumpulan ketentuan maupun dokter yang dalam bidang pekerjaannya
hukum yang sangat rumit yang masuk dalam penuh dengan resiko yang tidak bisa diprediksi.
bidang kedokteran. Tujuannya adalah untuk b. Di Indonesia
melindungi dokter dari Malpraktek yang tidak bisa Penegakkan hukum kasus malpraktek medis
dihindari oleh dokter. Hal ini bukan karena di Indonesia termasuk tindak pidana menggunakan
kealpaan tetapi karena ilmu kedokterannya aturan yang sama dengan tindak pidana umum, yaitu
sendiri, belum bisa menjamin keberhasilan suatu berdasarkan pada KUHP dan KUHAP, sehingga
pengobatan atau tindakan medis. ketentuan yang melekat adalah sama dengan
Medico Legal Consideration mempunyai ketentuan untuk penegakan hukum dalam kasus-
klausul yang mengharuskan dokter untuk berhati- kasus tindak pidana lain seperti pencurian dan
hati, khususnya dalam tindakan pembedahan, pembunuhan, padahal peristiwa medis, merupakan
apakah tindakan tersebut efektif atau sangat cabang ilmu khusus yang sulit dipahami oleh orang
mendesak harus ada rekomendasi dari sekurang- awam, termasuk para penegak hukum dimana
kurangnya 1 (satu) orang dokter lain lagi. mereka tidak mengetahui pengetahuan medis yang
Dalam sebuah studi pada tahun 2017 yang sarat dengan hal-hal yang sulit untuk diprediksi.
dilakukan oleh Chiehfeng Chen dkk disoroti persepsi Dalam hukum positif Indonesia, seperti KUHP,
di kalangan ahli bedah plastik bahwa media Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang
melaporkan perselisihan medis dan litigasi medis Kesehatan, Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004
dalam mendukung pasien, dengan hasil 37,1% ahli tentang Praktek Kedokteran Pasca putusan
bedah plastik yang disurvei berpendapat bahwa Mahkamah Konstitusi, tidak diatur secara khusus
pasien selalu menjadi korban (Chen dkk,2017). adanya istilah “malpraktek medis” (Faisal, Hasima, &
Amerika Serikat termasuk negara yang sukses Rizky, 2020). Kasus-kasus tersebut tidak semuanya
dalam menangani malpraktek medis (Faisal, Hasima, diselesaikan lewat penyidikan atau laporan polisi,
& Rizky, 2020). Para penegak hukum mengetahui tetapi melalui sidang yang dilakukan oleh Majelis
bagaimana aturan main menyelesaikan masalah Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia (MKDKI).
245
Law Reform, 17(2), 2021, 235-256 Master of Law, Faculty of Law, Universitas Diponegoro

Beberapa kasus yang sampai ke tingkat Disamping itu juga karena aparat penegak hukum
pengadilan, akhirnya penyelesaiannya sebagian tidak banyak memahami ilmu kedokteran. Namun
besar lewat lembaga yang dibentuk oleh Konsil saat ini di Indonesia sudah memasukkan hukum
Kedokteran Indonesia (KKI), dimana penyimpangan kesehatan sebagai salah satu kosentrasi mata kuliah
etik lewat Majelis Kode Etik Kedokteran (MKEK), dan yang diberikan kepada para kandidat doktor hukum.
yang berkaitan dengan kedisplinan lewat MKDKI. Menurut penulis, dengan melihat kesuksesan
Paul L. Tahalele, Ketua Perhimpunan Dokter Amerika Serikat dalam menangani ribuan kasus
Spesialis Bedah Indonesia pada 23 Maret 2013 malpraktek yang masuk ke pengadilan, maka
menyatakan bahwa sejak tahun 2006 hingga tahun Indonesia dapat mencontoh cara serta aturan yang
2012 tercatat 182 (seratus delapan puluh dua) kasus berlaku disana. Hal ini untuk melindungi pasien
malpraktek medis (Tempo.co, 2013). Dari 182 kasus maupun dr. SpBP-RE, dengan memberikan
tersebut 60 (enam puluh) kasus dilakukan oleh pengetahuan bagaimana menangani malpraktek
dokter umum, 49 (empat puluh sembilan) kasus oleh medis seperti di Amerika, maka para penegak hukum
dokter spesialis bedah, 33 kasus oleh dokter dapat melakukan penyidikan dan melakukan
spesialis kandungan, 16 (enam belas) kasus oleh pembuktian akan kebenaran terjadinya malpraktek.
dokter spesialis anak, dan yang lainnya (macam- Upaya menaikkan kualitas para penegak hukum
macam) sebanyak 10 (sepuluh) kasus. Sanksi yang dengan membekali hukum kesehatan, merupakan
diberikan antara lain: pencabutan ijin praktek dimana awal yang baik untuk penegakkan hukum medis.
terdapat 29 (dua puluh sembilan) kasus, 6 (enam) 3. Model Upaya Pembuktian Penanganan
orang diharuskan mengikuti pendidikan ulang, artinya Malpraktek Medis
pengetahuan dokter kurang sehingga timbul kasus a. Di Amerika Serikat
malpraktek. Di Amerika Serikat tahun 2000 saja Di Amerika Serikat, hukum medis sangat
tercatat 86.640 kasus tuntutan malpraktek dipengaruhi sistem hukum pada umumnya di negara
(Ardianingtyas, & Tampubolon, 2004), sedang di tersebut (Faisal, Hasima, & Rizky, 2020). Di negara
Indonesia sampai akhir tahun 2012 sebanyak 182 Anglo Saxon tersebut, hakim menjadi pusat utama
kasus (Tempo.co, 2013). Kasus lain yang juga perkembangan hukum melalui putusannya. Dalam
menjerat dokter ke ranah pidana antara lain: menyelesaikan kasus malpraktek medis utamanya
komunikasi dengan pasien, ingkar janji, penelantaran untuk kasus Bedah Plastik Estetik, menerapkan asas
pasien serta masalah kompetensi. res ipsa loquitur, yang berarti the things speaks for it
Tidak diteruskannya malpraktek medis ke self, atau “hal/ peristiwa tersebut yang berbicara atau
tingkat pengadilan, menurut penulis khusus untuk menyatakan sendiri”, hal ini dimaksudkan untuk
bedah plastik estetik, karena adanya “budaya malu” membantu pihak korban atau penggugat dalam
yang kuat di Indonesia, karena operasi yang membuktikan gugatannya, doktrin ini berkaitan
dilakukan menyangkut efek psychologis seseorang. langsung dengan beban pembuktian. Dijelaskan
246
Law Reform, 17(2), 2021, 235-256 Master of Law, Faculty of Law, Universitas Diponegoro

bahwa res ipsa loquitur tidak membuktikan sesuatu, medis utamanya Amerika Serikat, dengan
ia hanya memindahkan beban pembuktian dari diterapkannya pembuktian terbalik. Pembuktian
penggugat kepada tergugat. Penerapan doktrin ini terbalik ini diterapkan pada kasus yang orang awam
tidak berlaku secara otomatis, hanya dalam kasus- pun tahu bahwa kasus itu kelalaian, atau dengan
kasus tertentu saja dimana kesalahan seseorang membalikkan beban pembuktian kepada mereka
sudah sangat jelas, sehingga dengan mudah dapat yang terlibat di dalam pembedahan tersebut, untuk
diketahui. Doktrin ini juga berlaku dalam upaya mencari kebenaran apakah mereka benar melakukan
pembuktian Malpraktek bedah plastik estetik dan kelalaian atau itu adalah faktor resiko medis (Balcik,
tidak diterapkan apabila ada tidaknya kelalaian masih & Cakmak, 2018).
tegantung kepada suatu hal yang bersifat relatif Malpraktek medis khusus bedah plastik di
(Faisal, Hasima, & Rizky, 2020). Duduk persoalannya Amerika Serikat saat ini disebabkan:
harus jelas benar, pasti dan tanpa ragu-ragu. Doktrin - kurangnya perhatian di bidang perawatan/
ini sering dinyatakan bahwa “bukti berbicara sendiri”. kesalahan perawatan.post operasi
Karena seorang awam pun sudah bisa mengetahui - kegagalan operasi, adanya bekas luka yang
adanya kelalaian atau kesalahan. Namun jika situasi permanen, apabila semua factor resiko
kejadian dan lain-lain faktor yang meliputi peristiwa dinasukkan dalam perjanjian, pengajuan ke
itu masih harus turut dipertimbangkan, maka doktrin Pengadilan tidak akan dilakukan.
res ipsa loqitur ini tidak dapat diberlakukan. - Kunci kepuasan pasien, bila dr. SpBP-RE
Di negara tersebut, pemakaian ukuran standar menunjukan empati.
pembuktian ada 3 (tiga) macam yaitu (Faisal, - Instruksi yang kurang jelas (harus tertulis).
Hasima, & Rizky, 2020): a. By a preponderance of - Miskomunikasi antara dokter dan pasien.
evidence, bahwa harus terdapat bukti-bukti yang Peningkatan tuntutan dan permintaan ganti
banyak sehingga kalau diukur mempunyai kekuatan rugi disebabkan:
lebih dari 50 % (lima puluh persen); b. By clear and - Peningkatan kesadaran pasien akan haknya.
convincing evidence, bahwa tingkat ukuran bukti- - Pemahaman pasien tentang kewajiban dan
bukti memberikan kesan kepada Juri bahwa tingkat tanggung jawab Dokter Bedah Plastik, Tenaga
ukuran kebenarannya yang jelas dari pada yang Kesehatan lain dan Rumah Sakit.
dikemukakan oleh penggugat; c. Beyond a Tujuan tuntutan:
reasonable doubt, bahwa bukti-bukti harus benar- - Pencegahan pelayanan medis berkualitas rendah
benar sudah berada di pihak penggugat, sehingga dan memberi hukuman pada pelaku.
tidak ada kesangsian penilaian pembelaan dari - Kompensasi bagi yang dirugikan.
tergugat. - Memberi ganti rugi kerusakan akibat kelalaian.
Salah satu cara keberhasilan Negara-negara The American Society for Aesthetic Plastic
Anglo Saxon dalam menyelesaikan kasus malpraktek Surgery menyatakan bahwa Samuel Sarmiento dkk.
247
Law Reform, 17(2), 2021, 235-256 Master of Law, Faculty of Law, Universitas Diponegoro

telah melakukan penelitian dengan menggunakan - Lokasi kejadian paling banyak di New York.
data base The Westlaw (Thomson Reuters) yang Berdasarkan penilaian hukum tersebut,
memuat data antara bulan Februari tahun 2000 keputusan pengadilan banyak mendukung Dokter
dengan Agustus 2017 (Sarmiento dkk, 2019) dimana Spesialis Bedah Plastik. Hal ini disebabkan karena di
penelitian dilakukan antara bulan Oktober 2017 Amerika Serikat pasien sulit mendapatkan saksi ahli,
sampai Januari 2018. Dari data tersebut terdapat 594 gugatan dibatasi undang-undang, post operasi yang
kasus malpraktek. Dari jumlah tersebut terdapat 196 tidak sesuai instruksi dan melakukan pengobatan
kasus ada relevansinya dengan bedah plastik, sendiri. Sebaliknya ditemukan penyimpangan antara
sedang sejumlah 31 kasus dikeluarkan karena lain: Dokter terlalu banyak mengambil kulit, memakai
duplikasi dan informasi yang kurang lengkap, karena implant dengan ukuran yang salah, atau kurang
merupakan duplikat dan informasinya kurang mengawasi perawatan post operasi. Meskipun kasus
lengkap, sehingga dari jumlah tersebut yang ini banyak dimenangkan Dokter, untuk menghindari
memenuhi kriteria relevansi utama sebanyak 165 tuntutan, disarankan untuk: melakukan pertemuan
kasus, dengan hasil sebagai berikut: dengan pasien untuk membahas masalah,
- Dugaan utama adalah malpraktek medis, dengan menawarkan prosedur korektif, memastikan
tuduhan utama adalah prosedur bedah 55%, kepatuhan selama proses operasi dan berkomunikasi
kemudian proses informed consent/ perjanjian dengan pasien sesering dan seefektif mungkin.
23%, tindak lanjut 7%, lain-lain 5%. Faktor lain adalah: Harus menyimpan medical report
- Berdasarkan subspesialisasi: bedah kosmetik yang terperinci dan ditandatangani sebagai bukti di
(estetik) 74%, rekonstruksi 26%. Pengadilan. Pasien harus dapat membuktikan bahwa
- Waktu operasi: praoperasi 13%, intraperasi 51%, standar perawatan tidak terpenuhi.
postoperasi 17%, lainnya 9%. b. Di Indonesia
- Kebanyakan penggugat adalah wanita 89% dan Negara Indonesia adalah Negara dengan
sisanya pria sebanyak 11%. ideologi Pancasila, dimana Pancasila tidak
- Operasi dilakukan pada umur 18 hingga 65 tahun, mengajarkan sanksi untuk menyelesaikan suatu
paling banyak pada umur 42 tahun. permasalahan, dan Pancasila tidak bermuara pada
- Tempat timbulnya malpraktek: di Klinik Pribadi/ hukuman, Pancasila mengajarkan adanya
Swasta 90%, Rumah Sakit Pendidikan 10%. pertanggungjawaban moral, oleh karenanya setiap
- Sebagai pemenang untuk Ahli Bedah Plastik penyelesaian persengketaan utamanya dalam bidang
(tergugat) 72%, Pasien (penggugat) 28%. medis lebih banyak dengan cara negosiasi. Demikian
- Putusan pengadilan paling umum oleh Hakim: pula untuk kasus-kasus bedah plastik estetik. Hal ini
118 (73%) dan oleh Juri 37 (23%). sesuai dengan dasar negara Indonesia yaitu
- Dipertahankan oleh Dokter 52 kasus (72%), Pancasila, yang mengedepankan musyawarah untuk
sedang oleh penggugat 20 kasus (28%). mufakat. Sehingga tidak banyak malpraktek medis
248
Law Reform, 17(2), 2021, 235-256 Master of Law, Faculty of Law, Universitas Diponegoro

yang penyelesaiannya dengan litigasi. Di samping perbuatan yang dilakukan oleh seseorang, sehingga
itu, seperti telah dijelaskan sebelumnya, kebanyakan pembuktian dapat dipakai sebagai dasar dala
masyarakat Indonesia masih mempunyai “budaya menjatuhkan putusan hakim. Sulitnya pembuktian
malu”, sehingga proses negosiasi lebih tepat karena malpraktek, menyebabkan kasus malpraktek sulit
tidak diketahui banyak orang. diajukan ke pengadilan.
Berdasarkan peraturan perundang-undangan Kasus malpraktek medis di Indonesia,
yang berlaku di Indonesia serta prosedur pembuktiannya diatur dalam Kitab Undang-Undang
penyelesaian sengketa untuk kasus bedah plastik Hukum Acara Pidana (KUHP) Pembuktian dalam
estetik yang ada saat ini menurut penulis ada 2 (dua) KUHAP menganut sistem atau teori pembuktian yang
jalur yaitu: litigasi dan non litigasi, yang biasanya berdasarkan Undang-Undang secara negatif
dengan proses negosiasi antara para pihak yang (negatief wettelijk). Seperti yang diatur dalam Pasal
bersengketa. Untuk proses legitasi, bisa melalui 183 KUHAP, bahwa hakim tidak boleh menjatuhkan
Hukum Perdata atau melalui Hukum Pidana. pidana kepada seseorang, kecuali dengan sekurang-
Pembuktian dalam perkara pidana berbeda kurangnya 2 (dua) alat bukti yang sah ia yakin bahwa
dengan pembuktian dalam perkara perdata. suatu tindak pidana benar-benar terjadi dan bahwa
Pembuktian perkara pidana bertujuan untuk mencari terdakwalah yang bersalah.
kebenaran materiil yaitu kebenaran sesungguhnya, Menurut Wirjono Prodjodikoro, pembuktian
sedangkan pembuktian perkara perdata bertujuan berdasarkan Undang-Undang secara negatif
untuk mencari kebenaran formil artinya hakim tidak sebaiknya dipertahankan dengan alasan, yaitu
boleh melampaui batas-batas yang diajukan oleh (Prodjodikoro, 1992):
para pihak yang berperkara. Jadi hakim pidana, jika 1. Memang seharusnya ada keyakinan hakim
mencari kebenaran materiil dari suatu perkara, maka tentang kesalahan terdakwa untuk dapat
peristiwa tersebut harus terbukti atau dibuktikan menjatuhkan suatu hukuman pidana, janganlah
(beyond reasonable doubt) (Sofyan, 2013). hakim terpaksa mempidana orang padahal hakim
Pembuktian kasus malpraktek sangat penting, tidak yakin atas kesalahan terdakwa.
terutama kasus malpraktek medis. Apalagi kasus 2. Sangat berguna jika ada aturan yang mengikat
malpraktek di Indonesia terkadang tidak hakim dalam menyusun keyakinannya, agar ada
terselesaikan dengan memuaskan. Pembuktian pedoman tertentu yang harus diikuti oleh hakim
menurut Darwan Prints adalah pembuktian bahwa dalam melakukan peradilan.
benar suatu peristiwa pidana telah terjadi dan Oleh karena itu hakim terikat pada alat-alat
terdakwalah yang bersalah melakukannya sehingga bukti yang sah, artinya bahwa hakim hanya boleh
harus mempertanggungjawabkannya (Prints, 1989). memutuskan berdasarkan alat bukti yang ditentukan
Pembuktian untuk memberikan kepastian oleh Undang-Undang. Berdasarkan Pasal 184 ayat
kepada hakim tentang adanya suatu peristiwa atau
249
Law Reform, 17(2), 2021, 235-256 Master of Law, Faculty of Law, Universitas Diponegoro

(1) KUHAP, bahwa yang termasuk alat bukti yang Saxon seperti Amerika Serikat, kasus malpraktek
sah adalah: banyak terjadi, tidak dapat dihindari. Banyak kasus
1. Keterangan Saksi, yang terjadi, tetapi dapat diselesaikan di pengadilan,
2. Keterangan Ahli, karena mereka menggunakan pembuktian terbalik,
3. Surat, dimana akan lebih mudah dalam menyelesaikan
4. Petunjuk, kasus Malpraktek tersebut (Faisal, Hasima, & Rizky,
5. Keterangan Terdakwa. 2020). Di Indonesia saat ini pembalikan beban
Seperti yang tercantum di dalam penjelasan pembuktian sudah dikenal dalam Undang-Undang
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tindak Pidana Korupsi dan Undang-Undang
Tahun 1945, Indonesia adalah negara hukum. Pencucian Uang. Di Indonesia semula menganggap
Sehingga asas-asas dan prinsip-prinsip negara pembuktian terbalik melanggar asas praduga tak
hukum harus dipegang teguh dan tidak boleh bersalah. Sehingga saat ini dapat diartikan bahwa
dikalahkan oleh kebutuhan sesaat, keadaan dan paradigma tentang pembuktian terbalik yang
kebutuhan sewaktu-waktu. Di dalam negara hukum melanggar asas praduga tak bersalah telah berubah.
yang memegang kekuasaan tertinggi adalah “hukum” Bahwa pembuktian terbalik digunakan untuk
secara universal dinamakan Rule of Law. Salah satu mengatasi ketidakadilan dan digunakan untuk urusan
unsur yang utama adalah asas praduga tak bersalah, mendesak dimana pemerintah tidak berdaya
seperti yang terdapat pada Pasal 66 KUHAP, bahwa mengatasi. Seperti diketahui bahwa kedokteran
tersangka atau terdakwa tidak dibebani kewajiban adalah bidang khusus yang hasil akhirnya tidak bisa
pembuktian. Akan tetapi, menurut J. Guwandi, diprediksi. Oleh karena itu dokter yang dituduh
malpraktek medis adalah jenis kasus yang khusus, di malpraktek, bila tidak merasa melakukannya, harus
mana keahlian atau ilmu kedokteran sangat berbeda bisa membuktikan sendiri. Hal ini membantu
dengan ilmu hukum yang dikuasai oleh para penegak penyelesaian kasus malpraktek medis yang
hukum, banyak keadaan-keadaan yang berbeda dan kebanyakan aparat penegak hukum merasa sangat
tidak bisa diprediksikan apa yang akan terjadi sulit untuk membuktikan.
(Guwandi, 2007). Di Indonesia dalam menyelesaikan masalah
Dengan menggunakan pembuktian seperti malpraktek medis pembuktiannya dengan
yang diatur dalam KUHAP, membuat para penegak menggunakan keterangan saksi ahli, yang
hukum kesulitan menyelesaikan kasus malpraktek melibatkan organisasi profesinya, yaitu Ikatan Dokter
medis. Hal ini bisa memberikan ketidakadilan bagi Indonesia (IDI), yang mempunyai lembaga
para pihak, baik korban maupun tersangka. independen antara lain: Majelis Kehormatan Disiplin
Pengetahuan terbatas dari para penegak hukum Kedokteran Indonesia (MKDKI) dan Majelis Kode Etik
mengenai hukum kedokteran, membuat kasus Kedokteran (MKEK) demikian juga untuk kasus
malpraktek medis sulit diselesaikan. Di negara Anglo Bedah Plastik Estetik. Saksi ahli inilah yang
250
Law Reform, 17(2), 2021, 235-256 Master of Law, Faculty of Law, Universitas Diponegoro

diikutsertakan dalam proses litigasi maupun non keadaan baik, dirawat beberapa hari di ruangan, tiba-
litigasi malpraktek medis. tiba timbul pulmonary emboli dan pasien meninggal.
4. Dasar Peniadaan Malpraktek Medis (2) Kekeliruan dalam penilaian klinis
a. Di Amerika Serikat Error in judgment atau medical judgment, atau
Di Amerika Serikat, berlaku dan berkembang biasa disebut medical error. Yaitu bila seorang dokter
di dalam yurisprudensi dan literatur hukum tentang telah mengikuti standar profesi yang dipakai secara
dasar peniadaan pidana yang khusus berlaku di umum tidak dapat dianggap lalai, apabila ternyata
bidang medis, karena dalam hukum medis terdapat keputusan yang diambil keliru.
beberapa hal yang tidak ditemukan di dalam hukum (3) Violenti non fit iniura
yang berlaku umum (Faisal, Hasima, & Rizky, 2020). Merupakan salah satu doktrin dalam ilmu
Dasar peniadaan perbuatan pada bidang hukum yang disebut sebagai assumption of risk
medis adalah (Guwandi, 2007): asumsi adanya resiko besar yang sudah diketahui.
(1) Resiko dalam pengobatan Ajaran ini digunakan dalam hukum medis pada
(a) Resiko yang melekat: Setiap tindakan medis yang tindakan-tindakan operasi yang mengandung resiko
dilakukan oleh seorang dokter, baik bersifat tinggi yang menimbulkan akibat serius. Dalam kasus
diagnostik maupun terapeutik selalu mengandung semacam ini, dokter harus menjelaskan secara
resiko yang melekat pada tindakan itu sendiri. lengkap kepada pasien atau keluarganya.
Resiko dapat timbul ataupun tidak. Apabila dokter (4) Contributory negligence
sudah bertindak hati-hati dan teliti berdasarkan Doktrin ini dipakai untuk menjelaskan sikap
prosedur standar profesi medis, maka bila timbul tindak tanduk atau perilaku pasien yang tidak wajar,
akibat yang tidak diinginkan, tidak dapat sehingga mengakibatkan cedera pada diri sendiri.
dipersalahkan. Seperti telah dijelaskan di depan bahwa di Amerika
(b) Reaksi alergik: Reaksi yang berlebihan dari tubuh Serikat, semua faktor resiko dan semua informasi
seseorang karena alergi yang timbulnya secara tiba- harus dijelaskan kepada pasien, terutama untuk
tiba dan tidak dapat diprediksi terlebih dahulu. pasien bedah plastik estetik, sehingga dasar
Apabila reaksi ini timbul, sehingga pasien mengalami peniadaan ini juga harus dijelaskan. Disana, putusan-
anafilaktik shock, maka dokter tidak bisa disalahkan. putusan hakim dapat dipakai sebagai pembenar
(c) Reaksi dari komplikasi dalam tubuh pasien: secara khusus untuk kasus medis, dimana dalam
Komplikasi yang timbul secara tiba-tiba pada pasien dunia medis, resiko adalah sesuatu yang tidak dapat
yang tidak bisa diduga sebelumnya, tidak dapat diprediksi dan selalu menyertai setiap tindakan
dipersalahakan dokternya. Sering kali prognosis medis, sehingga putusan mengenai peniadaan ini
pasien sudah baik, tiba-tiba keadaan pasien juga bisa dipakai sebagai alasan pembenar.
memburuk dan meninggal tanpa diketahui
penyebabnya. Setelah selesai operasi dalam b. Di Indonesia

251
Law Reform, 17(2), 2021, 235-256 Master of Law, Faculty of Law, Universitas Diponegoro

Di Indonesia, dasar peniadaan perbuatan penanganan atau penyelesaian kasus malpraktek di


termasuk ke dalam unsur perbuatan atau Actus Indonesia tidak ada bedanya dengan kasus-kasus
Reus, unsur ini berhubungan langsung dengan lain seperti pencurian atau pembunuhan (Faisal,
pertanggungjawaban pidana, jika unsur ini tidak Hasima, & Rizky, 2020). Perundang-undangan di
terpenuhi maka seseorang tidakdapat dimintai negara kontinental merupakan sumber utama dari
pertanggungjawaban pidana. Menurut Amir Ilyas hukum. Namun hukum tertulis dibuat pada saat
unsur perbuatan (Actus Reus) adalah sebagai berikut tertentu dan dalam kondisi dan situasi tertentu pula.
(ilyas, 2012): Padahal masyarakat terus berkembang sesuai
- mencocoki rumusan delik, dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan
- melawan hukum, tehnologi. Budaya, nilai-nilai dan norma dalam
- tidak ada alasan pembenar. masyarakat pun berubah. Oleh karena itu hukum
Tidak ada alasan pembenar pada Pasal 48 agar bersifat adil mengikuti perkembangan yang
KUHP yang berbunyi “Tidak dipidana seseorang terjadi di masyarakat.
yang melakukan perbuatan karena dorongan Kadang suatu peraturan perundang-undangan
keadaan yang memaksa” Kemudian Pasal 49 ayat dalam penerapannya untuk kondisi-kondisi khusus
(1) KUHP tentang pembelaan terpaksa: “Tidak dianggap tidak memberikan keadilan (Faisal,
dipidana barang siapa yang melakukan perbuatan Hasima, & Rizky, 2020). Misalnya berkaitan dengan
pembelaan terpaksa untuk diri sendiri atau orang dasar peniadaan pidana atau alasan pembenar yang
lain, kehormatan, melakukan perbuatan pembelaan diatur dalam KUHP, bagi dunia kedokteran dimana
terpaksa untuk diri sendiri atau orang lain, apabila seorang dokter melakukan tindakan medis
kehormatan, kesusilaan atau harta benda sendiri yang secara yuridis memenuhi rumusan delik, jika
atau orang lain, karena serangan sekejap itu atau terjadi kesalahan dalam tindakan medis, maka dokter
ancaman serangan yang dekat pada saat itu yang akan dipidana. Seharusnya para pembuat undang-
melawan hukum” Selanjutnya, Pasal 50 ayat (1) undang paham mengenai perkembangan ilmu
KUHP yaitu “menjalankan ketentuan undang-undang” pengetahuan dan tehnologi serta berpikir bahwa
dan kemudian Pasal 51 ayat (1) KUHP yaitu praktek kedokteran itu penuh dengan resiko, dimana
“menjalankan perbuatan untuk melaksanakan hal ini tidak bisa diduga dan dikendalikan. Oleh
perintah jabatan yang sah atau karena itu para pembuat undang-undang seharusnya
yang diberikan oleh penguasa yang berwenang” memperhatikan dan membuat aturan yang jelas
Ketentuan ini ditetapkan secara limitatif. Hal ini dengan mencontoh cara penyelesain malpraktek di
berarti: selain yang ditetapkan undang-undang Amerika Serikat, termasuk peniadaan dalam hal
tersebut, tidak ada dasar lain yang digunakan. kasus malpraktek medis khusus bagi bedah plastik
Dasar peniadaan pidana dalam hal ini alasan estetik, agar para dokter dan pasien mendapatkan
pembenar untuk suatu perbuatan, dalam keadilan sesuai dengantujuan hukum sendiri.
252
Law Reform, 17(2), 2021, 235-256 Master of Law, Faculty of Law, Universitas Diponegoro

Dengan demikian beberapa perbedaan dan By clear and convincing


persamaan perlakuan hukum untuk bedah plastik evidence; Beyond a
estetik di Amerika Serikat dan di Indonesia adalah reasonable doubt.
sebagai berikut: - proses pengadialan
1. Sistem Hukum yang berlaku : (litigasi).
di Amerika Serikat : Common Law System di Indonesia : - dengan saksi ahli
di Indonesia: Civil Law System - khusus bedah plastik estetik
2. Hubungan Hukum yang berlaku : Kontraktual jarang sampai ke pengadilan
di Amerika Serikat: -memperhatikan hasil - dengan non legitasi lebih banyak
(Resultaat Verbintennis) diselesaikan dengan negosiasi.
di Indonesia: - usaha semaksimal mungkin 5. Dasar Peniadaan Pidana :
(Inspanning Verbintenis) di Amerika Serikat: -Resiko dalam pengobatan:
- memperhatikan hasil (Resultaat Resiko yang melekat,
Verbintenis) Reaksi alergik, Resiko dari
3. Penanganan malpraktek medis: komplikasi dalam tubuh
di Amerika Serikat: - tiap negara bagian memiliki -Kekeliruan dalam penilaian
ketentuan sendiri- sendiri klinis.
-perangkat hukum yang -Violenti non fit iniura
dikenal: Laibility Act; -Contributory negligence
Good Samaritan di Indonesia: Alasan pembenar dalam KUHP:
Law; Medico Legal Pasal 48; 49 ayat (1); 50 ayat (1);
Consideration. 51 ayat (1).
di Indonesia : - sama dengan tindak pidana
umum yaitu dengan KUHAP dan DAFTAR PUSTAKA
KUHP. JURNAL
- Undang-Undang RI Nomor Faisal, Fitriah., Hasima, Rahman., & Rizky, Ali.
29/2004, tentang Praktek (2020). Studi Komparatif Upaya Penanganan
Kedokteran. Malpraktek Medis dalam Psoses Peradilan
- Undang-Undang RI Nomor Pidana di Indonesia dan di Amerika. Halo Oleo
36/2009, tentang Kesehatan. Law Jurnal,Vol.4,(No.1),p.26.http: //dx.doi.org/
4. Model pembuktian malpraktek medis: 10.33561/holrev.v4i1.9785
di Amerika Serikat: -memakai ukuran beban Bergquist, M. (1983). Legal Liability Of Cosmetic
standar pembuktian: By a Suregeons: LaFleur v.Cornelis (Notes and
preponderance of evidence;
253
Law Reform, 17(2), 2021, 235-256 Master of Law, Faculty of Law, Universitas Diponegoro

Case Comments). Alberta Law Review, Vol.21, Franko, Frederick P. (2001). State laws and
(No.3).https://doi.org/ 10.29173/alr1783 regulations for office-based surgery. AORN
Salehi, Hamid Reza., & Mangion, Ann Marie. (2014). Journal,Vol.73,Issue4,pp.839846.
Legal Aspects of Cosmetic And Plastic https://doi.org/10.1016/S0001-2092(06)61814-
Surgery. International Journal of Advanced 0
Studies in Humanities and Social Science , Selvaggi, Gennaro., Spagnolo, Antonio G., &
Vol.2, Issue 2, p.112. https://www. Elander, Anna. (2017). A review of illicit
researchgate.net/publication/263854643_Legal psychoactive drug use in elective surgery
_aspects_of_cosmetic_and_plastic_surgery patients: Detection, effects, and policy.
Sarmiento, Samuel., Wen, Charles., Cheah, Michael International Journal of Surgery , Vol.48, p.160-
A., Lee, Stacey., & Rosson, Gedge D. (2019). 165. https://doi.org/10.1016/j.ijsu.2017.10.074
Malpractice Litigation in PlasticSurgery:Can we Chen, Chiehfeng., Lin, Ching-Fen., Chen, Cha-
Identify Patterns?. Aesthetic Surgery Journal , Chun., Chiu, Shih-Feng., Shih, Fuh-Yuan.,
Vol.40,(No.6),pp.394-401.DOI:10.1093/asj/ Lyu, Shu-Yu., & Lee, Ming-Been. (2017).
sjz258 Potential media influence on the high
Balcik, Pinar Yalcin., & Cakmak, Cuma. (2018). The incidence of medical disputes from the
evaluation of malpractice cases arising from perspective of plastic surgeons. Journal of the
aesthetic intervention in Turkey based on Formosan Medical Association, Vol.116, Issue
Supreme Courtcase Law. International Journal 8,p.634-641.https://doi.org/10.1016/j.jfma.
Health Plann Manage, Vol.34, (No.1), pp.885- 2017.01.011
895. DOI: 10.1002/hpm.2705 Simons, Robert L., & Hill, T Susan. (1996). Facial
Vissers, G., Vermeersch, N., Thiessen, F., Tondu, plastic surgery: Subspecialty helps
T., Arthur, J Mc., & Atkins, J. (2021). An otolaryngology define its boundaries.
analysis of plastic surgery training: Belgium Otolaryngology - Head and Neck Surgery , Vol.
and the United Kingdom. Journal of Plastic, 115, Issue 1, pp.1-14. https://doi.org/10.1016/
Reconstructive and Aestetic Surgery, Vol.30, S0194-5998(96)70129-8
p.44-46. https://doi.org/10.1016/j.jpra.2021.07. De Souza, Michelle M., Jewell, Andrea D., Grief,
003 Samuel N., & Vail, Belinda A. (2018). Plastic
Macionis, V. (2018). History of plastic surgery: Art, Surgery for Women. Primary Care: Clinics in
philosophy, and rhinoplasty. Journal of Plastic, Office Practice, Vol.45, Issue 4, p.705-717.
Reconstructive and Aestetic Surgery, Vol.71, https://doi.org/10.1016/j.pop.2018.07.008
(No.7),pp.1086-1092. https://doi.org/10.1016/j. Pakpahan, Kartina., Widiyani, Heni., Veronika., &
bjps.2018.03.001 Kartika, Sewin. (2021). Perbandingan
Perlindungan Hukum Pasien Korban
254
Law Reform, 17(2), 2021, 235-256 Master of Law, Faculty of Law, Universitas Diponegoro

Malpraktek Bedah Plastik Di Indonesia Dan Hariyani, S. (2005). Sengketa Medik, Alternatif
Korea Selatan. Jurnal IUS Kajian Hukum dan Penyelesaian Perselisihan Antara Dokter
Keadilan, Vol.9, (No.1), pp.222-235. http://dx. Dengan Pasien. Jakarta: Diadit Media.
doi.org/10.29303/ius.v9i1.826 Ilyas, A. (2012). Asas – Asas Hukum Pidana.
Maghfiroh, Nurul., & Heniyatun. (2015). Kajian Yogyakarta: Rangkang Education.
Yuridis Operasi Plastik Sebagai Ijtihad Dalam Mariyanti, N. (1998). Malpraktek Kedokteran Dari
Hukum Islam. Prosiding Seminar Nasional dan Segi Hukum Pidana Dan Perdata. Jakarta:
Internasional; Lembaga Penelitian dan Bina Aksara
Pengabdian Kepada Masyarakat, Universitas Prints, D. (1989). Hukum Acara Pidana dalam
muhammadiyah Semarang, pp.119-129. Praktik. Jakarta: Djambatan
https://jurnal.unimus.ac.id/index.php/psn12012 Prodjodikoro, W. (1992). Hukum Acara Perdata di
010/article/view/1528 Indonesia. Bandung: Sumur Bandung
Aravik, Havis., Amri, Hoirul., & Choiriyah. (2018). Richards, Andrian., & Dafydd, Hywel. (2014). Key
Operasi Plastik Dalam Perspektif Hukum Notes on Plastic Surgery, Second edition.
Islam. MIZAN: Journal of Islamic Law, Vol.2, Published by Joh Wiley & Sons.
No.2,pp.183-194. https://doi.org/10.32507/mi
Sofyan, A. (2013). Hukum Acara Pidana.
zan.v2i2.296
Yogyakarata: Rangkang Education
Ningsih, Dara Yuliyanti., & Iskandar, Irwan. (2017).
Upaya International Society Of Aesthetic
SUMBER ONLINE
Plastic Surgery (Isaps) Dalam
Ardianingtyas, MYP., & Tampubolon, Charles M.
Mempromosikan Operasi Plastik Di Korea
(2004). Kesalahan Diagnostik Dokter
Selatan. Jurnal Online Mahasiswa FISIP
Tergolong Malpraktek atau Kelalaian.
Universitas Riau, Vol.4 (No.2), pp.1-15.
Retrieved from https://www.hukumonline.
https://jom.unri.ac.id/index.php/JOMFSIP/articl
com/berita/baca/hol10135/kesalahan-
e/view/15143
diagnostik-tergolong-malpraktek-atau-
kelalaian.
BUKU
Blueteenx.wordpress.com. (2016). Persamaan &
De Cruz, Peter. (1999). Comparative Law in a
Perbedaan Civil Law Dan Common Law.
Changing World. London: Cavendish
Retrieved from https://blueteenx.wordpress.
Publishing Limited.
com/2016/12/14 /persamaan-perbedaan-civil-
Guwandi, J. (2007). Hukum Medik. Jakarta: Fakultas
law-dengan-common-law/
Kedokteran Universitas Indonesia
Khoo, Lee Seng., & Mazzarone, Francesco. (2016).
Informed Consent and Failure to Disclose

255
Law Reform, 17(2), 2021, 235-256 Master of Law, Faculty of Law, Universitas Diponegoro

Legal Perspectives for Aeshetic Surgeons. Undang–Undang RI Nomor 8 Tahun 1999, tentang
Retrieved from https://www. Perlidungan Konsumen (Lembaran Negara RI
thepmfajournal.com/features/post/informed- Nomor 22, Tahun 1999)
consent-and-failure-to-disclose-legal- Undang–Undang RI Nomor 39 Tahun 1999, tentang
perspectives-for-aesthetic-surgeons#:~:text=In Hak Asasi Manusia (Lembaran Negara RI
%20conclusion%2C%20failure%20to Nomor 165, Tahun 1999)
%20disclose,how%20rare)%20to%20the Undang – Undang RI Nomor 29 Tahun 2004, tentang
%20patients. Praktek Kedokteran (Lembaran Negara RI
Said, N. (2016). Hubungan Hukum Antara Pasien Nomor 13, Tahun 2017)
dan Tenaga Medis Serta Rumah Sakit. Undang – Undang RI Nomor 36, Tahun 2009,
Retrieved from tentang Kesehatan (Lembaran Negara RI
https://studylibid.com/doc/84297/hubungan- Nomor 50635, Tahun 2009)
hukum-antara-pasien-dan-tenaga-medis. Undang – Undang RI Nomor 44 Tahun 2009, tentang
Sutiono. (2021). Perbedaan Sistem Hukum: Civil Law Rumah Sakit (Lembaran Negara RI Nomor
dan Common Law. Retrieved from 153, Tahun 2009)
https://haloedukasi.com/perbedaan-sistem- Undang – Undang RI Nomor 36 Tahun 2014, tentang
hukum-civil-law-dan-common-law Tenaga Kesehatan (Lembaran Negara RI
Tempo.co. (2013). Sampai Akhir 2012, Terjadi 182 Nomor 5607, Tahun 2014)
Kasus Malpraktek. Retrieved from
https://nasional.tempo.co/read/461972/sampai-
akhir-2012-terjadi-182-kasus-malpraktek

PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
Undang–Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945
Undang–Undang RI, tentang Undang - Undang
Hukum Perdata (KUH Perdata),Staatsblaad
Nomor 23 Tahun 1847, tentang Burgerlijk
Wetboek (BW) (Lembaran Negara RI Nomor
127, Tahun 1958)
Undang–Undang RI Nomor 1 Tahun 1946, tentang
Hukum Pidana (KUHP), (Lembaran Negara
RI Nomor 1660, Tahun 1958)

256

Anda mungkin juga menyukai