Anda di halaman 1dari 14

DAMPAK PANDEMI COVID-19

TERHADAP KUALITAS UDARA & AIR

Disusun oleh:

HERI KURNIAWAN (521192009)


KHUMAEDI (521192010)
NASRUDIN (521192013)
RUJI SANTOSO (521192014)

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK


UNIVERSITAS DIAN NUSANTARA
2020
1
LATAR BELAKANG

• Wabah pneumonia Wuhan berat pertama kali ditemukan di Wuhan. Ketika 59 orang yang tinggal di dekat pasar ikan di kota
itu mengalami gejala seperti pneumonia. Dalam perkembangannya, ilmuan China percaya pneumonia ini disebabkan dari
golongan virus SARS. World Health Organization (WHO)-pun telah mengkonfirmasi awal virus ini dalam sebuah pernyataan.
Nama teknis untuk virus ini adalah (2019-nCov) atau bisa disebut “Novel Coronavirus”. Virus ini berkelanjutan ke Shanghai
dan Beijing. Lebih meluas ke Negara Thailand yang menyatakan kasus pertamanya pada 8 Januari 2020 korbannya adalah
turis yang berasal dari China. Lalu berlanjut ke Negara Jepang yang juga mengkonfirmasi kasusnya adalah seorang yang telah
mengunjungi Wuhan dan di rawat pada 10 Januari 2020, kemudian Negara Korea Selatan, Taiwan, dan mendunia.

• Awal Maret 2020, Indonesia terkena imbas wabah penularan virus ini. Kronologi awal masuknya pandemic Covid-19 di
Indonesia bermula dari pasien yang dinyatakan positif setelah melakukan kontak dengan Warga Negara Jepang. Dimana
Warga Negara Jepang tersebut datang ke Indonesia pada sebuah acara dansa. Dua pasien Indonesia yang tertular atau terpapar
juga dikarenakan acara dansa itu, kedua pasien ini merupakan Warga Depok, Jawa Barat.

• Singkat cerita, sampai per-hari ini pun wabah atau pandemic covid-19 tak jua kunjung berhenti. Seperti yang kita ketahui,
edukasi kepada masyarakat yang berkaitan untuk pencegahan penularan jenis virus SARS cov-2 ini juga telah
disosialisasikan. Dengan 3M (Mencuci Tangan, Menjaga Jarak, dan Memakai Masker). Lapisan masyarakat adalah elemen
penting guna mencegah penularan virus ini. Peraturan-peraturan yang berlaku tidak akan membuahkan hasil jika tidak
dibarengi dengan kesadaran masyarakat. Dalam hal ini, kita dituntut untuk saling bersinergi terhadap peraturan tersebut.
Keberadaan pandemic covid-19 semakin meresahkan dan mengganggu segala aktivitas kita, apalagi yang berhubungan
dengan kerumunan atau bersosial. Sehingga efek wabah, juga merubah sistem-sistem tentang bagaimana kita bersosial,
cenderung merubah total dan 360⁰ berbeda dari apa yang kita lakukan sebelumnya.
2
MAKSUD & TUJUAN RUMUSAN MASALAH
• . - Makalah ini kami susun guna memenuhi tugas • - Dampak pandemic covid-19 terhadap kualitas
mata kuliah Rekayasa Lingkungan yang diampu Udara, terkhusus untuk wilayah Jakarta.
oleh dosen : Bapak Ir. Zainal Arifin, MT. • - Dampak pandemic covid-19 terhadap kualitas
• - Makalah ini kami susun sebagai analisis kami Air, terkhusus untuk wilayah Jakarta pula
mengenai dampak pandemic covid-19 terhadap
lingkungan (khususnya udara dan air).
• - Makalah ini kami susun sebagai referensi di
kemudian hari jika dibutuhkan.
• - Makalah ini kami dedikasikan khususnya untuk
pribadi kami masing-masing, umumnya untuk
masyarakat luas

3
RUANG LINGKUP
Lingkungan adalah sesuatu yang berada di sekeliling manusia dan berpengaruh terhadap kehidupan
manusia sendiri. Untuk itu kita semua wajib menjaga kelestarian sumber daya alam yang terdapat di
dalamnya. Termasuk air dan udara. Berkaitan dengan rumusan masalah yang akan kami kaji atau akan kami
analisis tentang hal tersebut. Bahwasanya air dan udara adalah faktor penting penentu kehidupan makhluk
hidup. Bagaimana jika tidak ada keduanya? Kita semua akan mati.
Dari 2/3 luasan bumi yang kita tempati ini, semuanya adalah lautan (air). Tidak menutup kemungkinan
bahwa air merupakan sumber daya alam yang besar. Udara yang kita hirup-pun merupakan sumber daya alam
yang tidak terbatas. Kedua sumber daya alam tersebut dapat tercemar atau bahkan dapat rusak, juga
disebabkan dari ulah kita sebagai manusia.
Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa yang tidak pernah merasa puas. Semua akan
dilakukan demi memenuhi keserakahan hajat hidup. Jika manusia itu tidak pernah mensyukuri nikmat yang
Allah SWT telah berikan. Akan terus merasa kurang, tanpa memperdulikan keberadaan lingkungan sekitar.
Jauh-jauh sebelum pandemic covid-19 melanda, kita semua juga telah membuat garis waktu kita sendiri.
Merusak alam, melakukan penebangan pohon secara illegal tanpa melakukan penanaman kembali (reboisasi),
melakukan pembangunan besar-besaran, dimana pembangunan tersebut tak sedikit juga yang mengabaikan
atau bersikap tidak perduli terhadap AMDAL (Analisis Mengenai Dampak Lingkungan). Misalnya :
Pembangunan perumahan dengan mengorbankan membabat lahan yang tadinya sebagai daerah penghijauan.

4
METODE PENDEKATAN
Air dan Udara adalah sumber daya alam yang sangat
dibutuhkan oleh manusia. Akan berakibat fatal terhadap
kesehatan dan terhadap tingkat kehidupan manusia, jika kedua
faktor tersebut rusak. Analisis pada sub bab ini dimana
belakangan, dihubungkan erat dengan adanya pandemic covid-
19. Seperti di awal yang telah kami sampaikan, efek
berkembangnya virus SARS cov-2 telah merubah sistem-
sistem kita dalam beraktivitas dan bersosial. Pemerintah telah
menghimbau masyarakat untuk di rumah saja, keluar rumah Gb. Penjelasan Perubahan Tingkat Polusi Udara
jika hanya ada kepentingan yang sangat mendesak. Termasuk
di dalamnya : Pergub DKI-pun telah memberlakukan PSBB
(Pembatasan Sosial Skala Besar), work from home (WFH),
school from home (SFH), hingga aktivitas peribadat-an juga
ditiadakan. Beberapa cara untuk mencegah penularan virus
yang sedang mewabah ke seluruh antero negeri sampai
mendunia. Point of view atau sudut pandang,akibat perubahan-
perubahan sistem inilah yang mempengaruhi terhadap kualitas
air dan udara.

5
LANDASAN TEORI
Jakarta sebagai ibukota negara Indonesia dinyatakan sebagai kota yang memiliki tingkat polusi udara yang
sangat signifikan. Dalam hal ini, polusi udara ini diukur berdasarkan tingkat konsentrasi PM10 dan PM2.5 hal ini
tidak lepas dari beberapa faktor penyumbang polusi diantaranya emisi kendaraan bermotor dan aktifitas
industri. Sebagai pusat pemerintahan, pusat perdagangan dan industri serta konsentrasi dari semua aktifitas
masyarakat dengan jumlah penduduk lebih dari sepuluh juta dengan luas hanya 699,5 kilometer persegi
berdampak pada menurunnya kualitas udara di ibukota. Pencemaran udara dapat terjadi di luar ruangan
maupun di dalam ruangan. Pencemaran udara luar ruangan dapat terjadi mulai dari lingkungan rumah,
perkotaan hingga sudah menjadi isu global
Analisis dampak kualitas udara di Jakarta saat sosial distancing terkait Covid-19 menggunakan metode
korelasi dan diagram scatter. Korelasi merupakan teknik statistik untuk mengetahui kekuatan dua variabel agar
mengasilkan nilai kuantitatif, Kekuatan hubungan antara 2 variabel yang dimaksud disini adalah apakah
hubungan tersebut erat, lemah, ataupun tidak erat sedangkan bentuk hubungannya adalah apakah bentuk
korelasinya Linear Positif ataupun Linear Negatif

6
LANDASAN TEORI

Berdasarkan definisi korelasi, hasil koefisien korelasi memiliki beberapa makna ditinjau dari 2 segi, yaitu
segi arah dan kekuatannya. Tentu saja makna dari koefisien korelasi memberikan informasi bagi kita
bagaimana hubungan antar dua variabel tersebut. Nilai positif dari koefisien korelasi terjadi apabila variabel
mengalami kenaikan maka akan berdampak pada kenaikan variabel yang lain begitu pula sebaliknya jika nilai
variabel mengalami penurunan maka akan berdampak pada penurunan nilai variabel yang lain.

Tabel 4 Kriteria Hubungan


Pedoman Kriteria Korelasi

0 Tidak Ada Korelasi


0 – 0,5 Korelasi Lemah
0,5 – 0,8 Korelasi Sedang
0,8 - 1 Korelasi Kuat/Erat
1 Korelasi Sempurna

7
KONDISI LINGKUNGAN SEBELUM PANDEMI
Pada akhir 2019 World Meteorological Organization (WMO) menyatakan bahwa bumi telah berada
dalam kondisi terpanasnya dalam sejarah. Hal ini diperkirakan akibat tingginya gas rumah kaca yang menjadi
penyebab utama adanya pemanasan global. Pada tahun 2017 tercatat konsentrasi CO2 di atmosfer adalah
405,6 ppm. Konsentrasi CO2 ini terus meningkat yang diikuti meningkatnya suhu bumi (Walhisulsel.org.id, 8
Juni 2020). Hal ini juga berimplikasi terhadap kenaikan permukaan laut akibat mencairnya es di kutub
sehingga memicu berbagai bencana hidrometeorologis di dunia.
Di daratan, masalah deforestasi masih kerap terjadi. Pada 2019 Indonesia mengalami bencana kebakaran
hutan yang cukup besar. Dari hasil analisis Greenpeace, 3.403.000 ha lahan terbakar antara tahun 2015 sampai
dengan 2018 di Indonesia. Di perairan, 35,15% terumbu karang Indonesia masuk dalam kategori buruk,
padahal terumbu karang bisa membantu mengurangi pemanasan global karena mampu menyerap CO2.
Sedangkan di udara, polusi udara kerap menjadi permasalahan terutama di kota-kota besar. Penyebabnya
adalah masifnya penggunaan kendaraan pribadi dan industri (greenpeace.org, 7 Februari 2020). Sementara itu
pengelolaan sampah, khususnya isu sampah plastik, masih menjadi pekerjaan rumah besar bagi beberapa kota
besar dan metropolitan di Indonesia.

8
KERANGKA PIKIR

Pembatasan aktivitas manusia selama masa pandemi Covid-19 dan berhentinya berbagai kegiatan
ekonomi, termasuk beberapa sektor industri, telah berkontribusi pada penurunan emisi global. Pusat Penelitian
Energi dan Udara Bersih (CREA) merilis bahwa emisi CO2 dunia tercatat mengalami penurunan hingga 17%
akibat karantina Covid-19 yang diterapkan di berbagai negara. Hampir setengah (43%) dari penurunan emisi
global selama puncak lockdown berasal dari sektor transportasi dan industri, terutama kendaraan bermotor
dan pabrik manufaktur komersial (bbc.com, 24 Mei 2020). Selama masa pandemi, terjadi peningkatan kualitas
udara perkotaan. Citra dari satelit NASA Earth Observatory menunjukkan polusi NO2 di Wuhan China
menurun tajam. Tingkat polusi udara di New York berkurang 50%, kualitas udara di China naik 11,4%, dan
emisi NO2 juga menurun di Italia, Spanyol, dan Inggris (Rudiyanto, 2020). Untuk kondisi Indonesia, CREA
menyampaikan bahwa penurunan emisi maksimum mencapai 18,2%. Tingkat gas NO2 di Jakarta turun sekitar
40% dari level gas tersebut pada tahun lalu (bbc. com, 24 Mei 2020). Langit yang lebih bersih menjadi
perhatian beberapa warga ibu kota dan sekitarnya selama PSBB. Meskipun emisi mengalami penurunan
selama pandemi, namun belum terjadi perubahan secara luas dan berjangka panjang secara terukur.

9
PEMBAHASAN & ANALISIS

1. Dampak Covid-19 terhadap kualitas udara dan air khususnya di Jakarta


Berdasarkan referensi jurnal yang kami muat pada landasan teori, dan berdasar pada diskusi kami
sesuai rumusan masalah. Kami berpendapat bahwa pandemic covid-19 ini memang telah merubah
semuanya secara garis besar. Baik itu cara bersosial dan sistem-sistem di dalam bersosial, serta merubah
pola hidup kita. Kualitas udara dan air berubah total. Pada Minggu ke-2 saat PSBB berlangsung di Jakarta,
kualitas udara di Jakarta dapat terbilang dalam kategori baik. Bahkan sejak 28 tahun terakhir. Ini
dikarenakan berkurangnya jumlah polutan penyumbang polusi udara dalam sektor transportasi secara
signifikan. Kita tidak memungkiri akan hal itu. Dan bukan hanya kota Jakarta saja yang kualitas udaranya
membaik selama pandemic. Ada beberapa negara yang juga menerapkan lockdown telah diteliti kualitas
udaranya juga membaik. Namun, ini tidak berlangsung lama. Seiring berjalannya waktu, dan karena faktor
ekonomi, akhirnya kualitas udara yang tadinya sempat membaik kembali lagi seperti semula.

10
PEMBAHASAN & ANALISIS

Ajakan, seruan, dan perintah untuk #di rumah saja#, ternyata sangat berpengaruh terhadap segala
aktivitas kita dan imbasnya kepada lingkungan, berikut beberapa ulasan yang dapat kami simpulkan,
antara lain : - Kegiatan di rumah saja membuat sampah plastik meningkat, ini buruk terhadap
lingkungan, sebab sampah plastik tidak dapat terurai. Jadi membuat pencemaran tanah dan air. -
Kegiatan mencuci tangan menggunakan sabun, dalam skala terus-menerus dan berkelanjutan
(kontinyu), ini juga buruk terhadap tanah dan air tanah. Karena apa, air sabun yang menjadi limbah,
pembuangannya ke tanah tidak bagus apalagi ke perairan. Dapat menimbulkan eutrofikasi yang artinya
dimana pertumbuhan alga pada biota air sangat mengganggu biota yang lain, dan susahnya sinar
matahari menembus kesana. - Tidak sedikit juga masyarakat yang melakukan penyemprotan
disinfektan secara banyak dan besar-besaran. Ini bisa berbahaya jika kita hirup terus-terusan. Udara
akan tercemar, sekalipun ini adalah cara alternatif untuk mensterilkan terhadap virus. Efek lain dalam
penggunaan disinfektan dalam jumlah banyak membahayakan pula tumbuhan yang berada di sekitar
kita.

11
Dampak-dampak lain, keberadaan covid-19 mempengaruhi semua sektor tanpa terkecuali,
berikut akan kami sampaikan menurut pandangan kami. Diantara lain:

• Sektor Ekonomi
• Sektor Sosial
• Sektor Pendidikan
• Sektor Kesehatan
• Sektor Budaya
• Sektor Pribadatan

12
KESIMPULAN

Kesimpulan yang dapat kami jelaskan adalah :

• a) Keberadaan pandemic covid-19 terhadap udara di Jakarta : - Kualitas udara membaik saat
minggu kedua diberlakukannya PSBB. - Kualitas udara memburuk kembali, setelah PSBB
transisi. - Kualitas udara buruk, karena bercampur dengan cairan disinfektan dimana-mana.

• b) Keberadaan pandemic covid-19 terhadap air di Jakarta : - Pencemaran air, akibat limbah
sabun dan detergen yang digunakan secara terus menerus selama pandemic. - Susahnya
ketersediaan air bersih di karenakan keberadaan virus SARS cov-19. - Pencemaran air akibat
limbah-limbah rumah sakit selama ada wabah.

13
DAFTAR PUSAKA

https://www.cnnindonesia.com/gaya-hidup/20200122122230-255-467609/fakta-faktapenting-seputar-virus-
corona-china

Jurnal Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Vol.6 No.3, November 2019

The Converstions by Cecilia Tortajada

Info singkat

BBC.com

Ekuatorial.com

14

Anda mungkin juga menyukai