2, Oktober 2020
Received: 23 September 2019 | Accepted: 04 September 2020 | Published: 31 Oktober 2020
*e-mail: agus.sugiarto@uksw.edu
Abstrak
Kerusakan alam membuat keseimbangan lingkungan hidup mengalami ketimpangan,
banyak fenomena kerusakan lingkungan yang terjadi seperti pencemaran lingkungan,
kerusakan ekosistem dan kekeringan. Fenomena tersebut masih belum bisa
terselesaikan dan dampaknya mempengaruhi kehidupan manusia. Perlunya
mewujudkan lingkungan yang lestari didalam semua lapisan masyarakat terutama
didunia kampus. Dalam dunia kampus nampak bahwa mahasiswa kurang memiliki
kesadaran dan perilaku ramah lingkungan. Oleh karena itu tujuan dari penelitian ini
adalah untuk menggambarkan tingkat kesadaran dan perilaku mahasiswa di kampus.
Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif deskriptif, dengan menggunakan teknik
non-probability - Convinience sampling, dengan jumlah sampel sebanyak 300
mahasiswa aktif pada sebuah kampus. Hasil penelitian menunjukan bahwa tingkat
kesadaran mahasiswa masuk dalam kategori Tinggi, namun tingkat perilaku ramah
lingkungan mahasiswa masuk dalam kategori Sedang. Hal ini menunjukan bahwa
mahasiswa sudah berada di tahap sadar dimana perilaku ramah lingkungan itu penting
namun implementasinya sedang, sehingga kesadaran yang tergambar pada mahasiswa
hanya sebatas teori dan tidak dipraktikan.
Abstract
Damage the environment make balance experienced inequality; many phenomena
damage occurring as environment pollution, ecosystem damage, and dryness. There are
still unable to resolve and the impact affecting human life. The need to create a
sustainable environment on the campus of the community, especially in this world. In the
open campus that college students have less environmentally friendly awareness and
behavior. Hence the purpose of this research is to describe the level of awareness and
behavior students on campus. This study uses descriptive quantitative methods, using
non-probability techniques-Convenience sampling, with a total sample of 300 active
students at a campus. The results showed that the level of student awareness was
included in the High category, but the student's environmentally friendly behavior was
included in the Medium category. This shows that students have been on the stage to
know where environmentally friendly behavior is essential. Still, its implementation is so
that the awareness of college students is limited to theory and not in practice.
dan tepat guna. Untuk mengukur perilaku kelestarian lingkungan. Peneliti tertarik untuk
konservasi energi dapat dilihat dari meneliti tentang Green Campus dikarenakan
pemanfaatan, perawatan dan perbaikan belum banyak penelitian Green Campus di
bahan bakar minyak dan listrik (Mediastika, Indonesia. Selain itu dalam penelitian tentang
2013). green campus yang terbatas tersebut
Terakhir, yaitu transportasi/ didominasi oleh penelitian yang menguji
transportation behavior yang merupakan hubungan antar variabel. Senada dengan
keinginan untuk menggunakan transportasi hasil penelitian lainnya, Tan et al., (2014)
umum daripada transportasi pribadi. Perilaku juga telah mengemukakan bahwa penerapan
pemanfaatan transportasi memiliki beberapa green campus dapat meningkatkan hemat
alternatif yaitu produk jasa atau model energi dan sumber daya, yang memperluas
angkutan apa yang digunakan dalam cakupannya ke pendidikan berkelanjutan dan
melakukan kegiatan. Dalam perilaku inisiatif kehidupan rendah karbon di kampus.
transportasi telah dicapai keputusan untuk Program ramah lingkungan
mengambil tahapan yang harus dilalui. digalakkan oleh beberapa perguruan tinggi di
Banyaknya isu lingkungan yang muncul Indonesia saat ini. Program ramah
akibat transportasi telah mendorong lingkungan bertujuan untuk menanamkan
munculnya gerakan dalam pengembangan karakter pada setiap mahasiswa agar selalu
suatu sistem transportasi yang ramah menjaga lingkungannya dengan perilaku
lingkungan atau berkelanjutan. Transportasi ramah lingkungan, diharapkan mahasiswa
berkelanjut an merupakan konsep dari tidak hanya menerapkannya di kampus
pembangunan berkelanjutan tahun 1987 namun juga masyarakat umum. Dari
yaitu merupakan transportasi yang tidak pengamatan awal yang dilakukan oleh
memiliki dampak membahayakan kesehatan peneliti di sebuah universitas di Jawa Tengah
masyarakat/ekosistem, serta memenuhi tepatnya di Kota Salatiga yaitu Universitas
kebutuhan perpindahan atau mobilitas Kristen Satya Wacana (UKSW) menunjukkan
(Basuki, 2012). bahwa adanya mahasiswa yang kurang
Dalam penelitian sebelumnya, Pane sadar berperilaku ramah lingkungan. Masih
(2013) menyimpulkan bahwa tingkat banyak mahasiswa yang memilih
kesadaran lingkungan mahasiswa masih di menggunakan botol sekali pakai, pemakaian
bawah tingkat ekspektasi atau dianggap kertas dan tissue yang berlebih, banyaknya
rendah. Mafar (2018) dengan hasil penelitian mahasiswa yang harus antre menunggu
yang membuktikan bahwa terdapat giliran naik lift pada beberapa gedung, serta
hubungan yang signifikan antara pro- banyaknya mahasiswa yang menggunakan
lingkungan dengan place attachment pada kendaraan/mobil pribadi di kampus. Dari
mahasiswa. Semakin tinggi hubungan place fenomena tersebut tampak bahwa banyak
attachment maka mahasiswa akan mahasiswa yang kurang memiliki kesadaran
melakukan perilaku pro-lingkungan. dan perilaku ramah lingkungan.
Sedangkan Hapsari et al.,(2014) Penelitian tentang kesadaran dan
menyimpulkan bahwa kebijakan-kebijakan perilaku ramah lingkungan mahasiswa di
yang dilakukan oleh UNDIP, secara Indonesia masih belum banyak dilakukan.
keseluruhan belum dapat memberikan Penelitian-penelitian tentang ramah
manfaat positif bagi lingkungan, ekonomi, lingkungan lebih banyak dilakukan secara
sosial sehingga kampus Undip belum dapat eksplanatori yaitu menguji antara variabel
dikatakan sebagai kampus yang penelitian. Penelitian secara ekploratif untuk
berkelanjutan. Azhar et al., (2016) juga mengetahui tingkat kesadaran dan perilaku
menyimpulkan bahwa pengetahuan ramah lingkungan mahasiswa di kampus
lingkungan hidup memiliki hubungan positif belum banyak dilakukan. Terbatasnya
dan cukup signifikan dengan sikap menjaga penelitian tentang perilaku ramah lingkungan
Dari hasil yang telah diperoleh, tingkat ulang responden dikatakan sedang.
kesadaran mahasiswa masuk kedalam Sebanyak 58 responden sangat sesuai, 155
tahapan Conscious Incompetence yaitu responden sesuai, 71 responden tidak sesuai
tahapan kedua dimana seseorang mengerti dan 14 responden sangat tidak sesuai untuk
atau tahu apa yang seharusnya dilakukan, penggunaan kembali kertas yang sudah
tetapi perlu adanya pembelajaran bagaimana digunakan. Berikut ini hasil ringkasan
untuk melakukannya secara benar atau dimensi daur ulang;
learning. Hal ini menunjukkan bahwa
responden atau mahasiswa masih di tahap Tabel 2. Dimensi Perilaku Daur Ulang
belajar dan belum dapat menerapkan NO INDIKATOR MEAN KATEGORI
kesadaran lingkungan secara maksimal.
Dalam kesadaran, jawaban didominasi oleh
1 Pemanfaatkan 2,86 Sedang
indikator sikap yang mana responden kembali kertas yang
menggambarkan jawaban bahwa mereka sudah di gunakan.
setuju tentang kesadaran lingkungan dan
dapat merespon, menghargai dan tanggung 2 Pengurangi 2,68 Sedang
jawab terhadap kesadarannya terhadap pembelian makanan
lingkungan. Indikator terendah pada indikator dan minuman dalam
tahu dan paham mengenai makna kemasan yang tidak
lingkungan dan apa yang harus dilakukannya dapat di urai.
dan juga di dalam berinovasi atau 3 Penggunaan botol 3,05 Tinggi
memunculkan hal-hal baru responden masih minum yang dapat
tergolong rendah sehingga diperlukan dipakai berulang-
pembelajaran untuk melakukan sebuah ulang.
kesadaran secara benar. Secara
keseluruhan tingkat kesadaran dikatakan 4 Penggunaan E- 2,94 Sedang
tinggi dengan poin 3,23. book/materi digital/tes
online dalam kegiatan
perkuliahan
Tingkat Perilaku Ramah Lingkungan
Perilaku ramah lingkungan dapat 5 Pemanfaatan SIASAT 3,3 Tinggi
diartikan sebagai perilaku yang memberikan dan E-administration
perhatian khusus terhadap lingkungan dalam lebih optimal
kehidupan sehari-hari. Perilaku ini bisa sehingga mengurangi
berulang-ulang atau sesekali menyangkut penggunaan kertas.
pemeliharaan sumber daya alam maupun
lingkungan sekitar, seperti pemeliharaan Total 2,96 Sedang
sumber daya yang spesifik, (air, udara, Sumber: Data Primer, 2019
tanah), pengurangan konsumsi sumber
energi (listrik, minyak, gas), mendaur ulang Bertitik dari jawaban responden ini
(mendaur ulang kertas, plastik, dan lain-lain) bahwa masih banyak mahasiswa yang
serta memelihara kehidupan (tanaman dan menggunakan kembali kertas yang sudah
hewan) menurut (Saegert, 2004). Dalam digunakan misalnya saja kertas-kertas yang
perilaku pro lingkungan terdapat 4 aspek ada digunakan kembali disisi yang masih
yaitu; daur ulang, konsumsi ramah kosong. Di sini mahasiswa perlu didorong
lingkungan, konservasi energi, dan adanya gerakan pengurangan penggunaan
transportasi. kertas (paperless), karena dirasa mahasiswa
Pertama, Daur ulang memiliki hasil memakai kertas secara berlebihan. Aktivitas
rata-rata dari 300 responden yaitu 2,96. Hal paperless sangat sederhana tapi perlu untuk
ini menggambarkan bahwa tingkat daur membangun kesadaran untuk
berpergian ke
untuk menuju ke ruangan atau gedung yang
kampus. tinggi. Secara keseluruhan gambaran tingkat
Perilaku Ramah Lingkungan Mahasiswa di
2 Memanfaatkan 2,38 Sedang kampus disajikan melalui Gambar 5.
tangga gedung
untuk menunju
lantai atas dari
pada lift.
masyarakat kampus dalam kegiatan baik di perilaku di luar ruangan secara umum lebih
dalam maupun di luar kampus . Green Guide mungkin untuk mengekspresikan perubahan
for Universities merupakan panduan perilaku pro-lingkungan tersebut.
pelaksanaan program green campus (toolkit)
yang dikeluarkan oleh International Aliance of SIMPULAN DANSARAN
Reseaserch University (IARU) pada tahun Hasil penelitian menunjukan tingkat
2007. Selain itu, Sustainability Tracking, kesadaran mahasiswa berada dalam
Assessment & Rating System (STARS) kategori tinggi. Namun namun demikian
merupakan standar yang dikeluarkan oleh tingkat perilaku mahasiswa berada dalam
Association for The Advancement kategori sedang. Hal ini menggambarkan
Sustainability of Higher Education (AASHE), bahwa mahasiswa sudah berada di tahap
ialah sebuah organisasi kampus yang sadar dimana perilaku ramah lingkungan itu
bekerja memajukan pembangunan penting namun dalam implementasinya
berkelanjutan dalam bidang pendidikan, masih memiliki kategori sedang sehingga
badan nonprofit dan nonpemerintah yang kesadaran ramah lingkungan hanya sebatas
mendukung pendidikan perguruan tinggi teori dan tidak dipraktikan oleh seluruh
dimulai dari fakultas, administrasi, pegawai, mahasiswa yang menjadi responden.
hingga mahasiswa, berkaitan dengan Berdasarkan kesimpulan di atas,
pemberlakuan inovasi berkelanjutan di maka terdapat saran penelitian. Kampus
lingkungan kampus (Buana et al., 2018). Di perlu memfasilitasi agar kesadaran ramah
Indonesia, terdapat UI Greenmetric yaitu lingkungan yang baik dapat di
standar yang dikeluarkan oleh Universitas implementasikan dalam perilaku mahasiswa
Indonesia, merupakan sistem pemeringkatan yang ramah lingkungan. Wujud dukungan
perguruan tinggi pertama di dunia yang basis dan fasilitas yang dapat di berikan kampus
penilaian utamanya adalah komitmen seperti; Kegiatan Intrakurikuler seperti mata
perguruan-perguruan tinggi dalam kuliah pembangunan berkelanjutan yang
pengelolaan lingkungan hidup kampus. diwajibkan setiap fakultas. Mata kuliah
Wageningen University and Research, Pembangunan Berkelanjutan yang meliputi
Belanda menjadi kampus hijau terbaik pengetahuan tentang Sustainable
berdasarkan UI GreenMetric World Rankings Development Goals/SDG’s. Harapannya
2018. Pemeringkatan diberikan Universitas dengan fasilitas mata kuliah tersebut maka
Indonesia pada perguruan tinggi yang mahasiswa dapat memiliki pengetahuan
berkomitmen terhadap pengelolaan tentang isu-isu lingkungan nasional maupun
lingkungan hidup kampus. Sampai tahun internasional. Hal lain yang perlu dilakukan
2018, ada 719 perguruan tinggi dari 81 adalah penggalakan program Green Campus
negara yang ikut berpartisipasi. Jumlah ini seperti melengkapi fasilitas kampus yang
naik bila dibandingkan dengan tahun berorientasi pada perilaku ramah lingkungan
sebelumnya yang hanya diikuti 619 mahasiswa di kampus. Contohnya;
perguruan tinggi dari 76 negara. sosialisasi green campus, workshop, seminar
Sebagai penutup, untuk dapat berkala dan himbauan berupa pemasangan
meningkatkan kesadaran dan perlaku ramah spanduk maupun poster. Selain itu perlunya
lingkungan mahasiswa, juga diperlukan dari alternatif untuk mengubah perilaku
dukungan keluarga dan orang tua. Penelitian mahasiswa yang tidak berkelanjutan dengan
Rossi, (2018) menunjukkan hasil bahwa dicanangkannya beberapa gerakan yang
siswa meningkatkan pemahaman mereka dapat menghemat energi di lingkungan
tentang keadilan lingkungan; 10 dari 12 siswa kampus, penggunaan transportasi ramah
melaporkan peningkatan niat dan upaya lingkungan misalnya bersepeda ke kampus,
untuk terlibat dalam perilaku pro-lingkungan; pengurangan sampah plastik dan lainnya.
dan siswa yang orang tuanya mendorong Untuk memotivasi mahasiswa perlu didorong