Anda di halaman 1dari 33

Proposal Skripsi

Pengaruh Pemahaman Pengetahuan Lingkungan terhadap Sikap


Peduli Lingkungan Mahasiswa FKIP UKI Angkatan 2014-2015

Disusun oleh :
Nama : Mita Asdiani Lumban Siantar
NIM : 1315150008
Prodi : BIOLOGI

UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PENDIDIKAN BIOLOGI
Jakarta, 2017

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kehidupan manusia tidak bisa dipisahkan dari lingkungannya. Baik
lingkungan alam maupun lingkungan sosial. Kita bernapas memerlukan udara
dari lingkungan sekitar. Kita makan, minum, menjaga kesehatan, semuanya
memerlukan lingkungan. Bagi manusia lingkungan hidup adalah segala sesuatu
yang ada disekitarnya, baik berupa benda hidup, benda mati, benda nyata
ataupun benda yang tidak terwujud juga termasuk manusia lainnya, serta
suasana yang terbentuk karena terjadinya interaksi diantara elemen-elemen
tersebut (Slamet, 2009).
Manusia dan lingkungan hidupnya terdapat hubungan timbal balik.
Manusia mempengaruhi lingkungan hidupnya, dan sebaliknya manusia
dipengaruhi lingkungan hidupnya. Manusia ada di dalam lingkungan hidupnya
dan ia tidak dapat dipisahkan daripadanya. Antara manusia dan lingkungan
hidupnya terdapat hubungan yang dinamis. Perubahan dalam lingkungan hidup
akan menyebabkan perubahan dalam kelakuan manusia untuk
menyesuaikan diri dengan kondisi yang baru. Perubahan dalam kelakuan
manusia ini selanjutnya akan menyebabkan pula perubahan dalam lingkungan
hidup (Sastrawijaya, 2009).
Kualitas lingkungan sangat dipengaruhi oleh manusia. Lingkungan yang
bersih, sehat, dan asri tentu lebih nyaman untuk ditinggali dibandingkan dengan
lingkunga yangkotor dan gersang. Bersih atau kotornya lingkungan tersebut
sangat dipengaruhi oleh manusia yang berada dilingkungan itu. Jika kita ingin
lingkungan selalu bersih tentunya kita harus sering membersihkannya. Lingkungan
yang bersih akan membuat kita nyaman dan sehat sehingga kita dapat melakukan
semua aktivitas dengan baik (Dwiyatmo, 2009).
Masalah lingkungan hidup sebenarnya sudah lama terjadi, bahkan tanpa
campur tangan manusia. Kerusakan dan pencemaran lingkungan makin dipercepat
karena meningkatnya aktivitas manusia dansifat manusia yang serakah.
Masalah lingkungan hidup dapat diakibatkan berbagai kegiatan, baik dalam
skala terbatas (sempit) maupun dalam skala luas (Manik, 2003). Walaupun tanpa
kegiatan manusia, masalah lingkungan pasti terjadi. Masalah lingkungan
tidak dapat dihindari, yang dapat dilakukan adalah menjaga, mengelola,
memanfaatkan lingkungan secara bijak dan meningkatkan kesadaran serta
mempunyai sikap peduli terhadap lingkungan.
Ada dan tidaknya masalah lingkungan sebenarnya bergantung bagaimana
sikap dan hakikat sifat manusia terhadap lingkunganitu sendiri. Sampai
sekarang, pada umumnya sikap manusia baru pada taraf kognitif, artinya
manusia baru mengetahui. Sebagian besar sikap manusia di bumi belum
menunjukkan ke arah perbaikan. Dari tahap sikap kognitif perlu ditingkatkan
ke tahap psikomotor sebagai pengelola. Hal ini masih memerlukan kondisi dan
situasi tertentu agar terlaksana dengan baik. Pendidikan sekarang antara lain
harus diarahkan kepada “pembentukan sikap dan perilaku sadar lingkungan”.
Dari sini diharapkan berkembang suatu sikap di samping sebagai pelestari,
manusia dapat bertindak memperbaiki lingkungan (Irianto, 2014).
Sikap peduli lingkungan adalah upaya yang dilakukan manusia untuk
melestarikan, mencegah dan memperbaiki lingkungan alam. Sikap peduli
lingkungan dapat dinyatakan dengan mendukung atau memihak terhadap
lingkungan, yang dapat diwujudkan dalam kesediaan diri untuk menjaga,
mengelola dan memanfaatkan secara bijak yang dapat meningkatkan dan
memelihara kualitas lingkungan.
Sikap yang dimiliki seseorang dapat timbul dari berbagai faktor, yaitu
faktor dalam (faktor internal) dan faktor luar (faktor eksternal). Faktor dalam
(faktor internal) adalah individu merupakan penentu karena apa yang
datang dari luar tidak semuanya begitu saja diterimadan mana yang akan
ditolaknya. faktor luar (faktor eksternal) adalah hal-hal atau keadaan yang ada di
luar diri individu yang merupakan stimulus untuk membentuk atau mengubah
sikap (Suciati, 2009). Tiap orang mempunyai sikap yang berbeda-beda terhadap
sesuatu perangsang. Ini disebabkan oleh berbagai faktor yang ada pada
individu masing-masing seperti adanya perbedaan dalam bakat, minat,
pengalaman, pengetahuan, intensitas perasaan dan juga situasi lingkungan
(Purwanto, 1992). Dari berbagai faktor tersebut yang akan diteliti oleh peneliti
adalah bagaimana pengaruh pemahaman pengetahuan lingkungan terhadap sikap
peduli lingkungan seseorang.
Berdasarkan uraian di atas maka penulis sangat tertarik untuk melakukan
penelitian yang berjudul “Pengaruh Pemahaman Pengetahuan Lingkungan terhadap
Sikap Peduli Lingkungan Mahasiswa FKIP UKI Angkatan 2014-2015
B. Identifikasi Masalah
Sebagian mahasiswa masih ada yang belum mempunyai sikap peduli
lingkungan seperti mahasiswa belum membuang sampah pada tempatnya ini terlihat
masih ada sampah yang masih berserakan. Rendahnya kepedulian mahasiswa
dalam menjaga tanaman di kampus sehingga tanaman di kampus tidak berkembang
dengan baik. Selain itu mahasiswa juga seharusnya terbiasa mendaur ulang
sampah anorganik agar dapat mengurangi limbah dan menggunakan produk yang
ramah lingkungan.
Pemahaman merupakan salah satu patokan kompetensi yang dicapai
setelah mahasiswa melakukan kegiatan belajar. Sebagai mahasiswa yang sudah
mendapatkan matakuliah Lingkungan hidup tentunya sudah memiliki pengetahuan
terhadap lingkungan hidup, akan tetapi pengetahuan yang dimiliki terhadap
lingkungan hidup harus dapat diwujudkan dalam bentuk sikap agar dapat
memelihara dan memperbaiki kualitas lingkungan.
C. Batasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah maka penelitian ini dibatasi pada pengaruh
pemahaman pengetahuan lingkungan terhadapa sikap peduli lingkungan pada
mahasiswa FKIP UKI angkatan 2014-2015
D. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Pemahaman Pengetahuan Lingkungan Mahasiswa FKIP UKI
angkatan 2014-2015 ?
2. Bagaimana Sikap Peduli Lingkungan Mahasiswa FKIP UKI angkatan 2014-
2015 ?
3. Adakah hubungan Pengaruh antara Pemahaman Pengetahuan Lingkungan
dengan Sikap Peduli Lingkungan Mahasiswa FKIP UKI Angkatan 2014-
2015 ?
E. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui Pemahaman Pengetahuan Lingkungan Mahasiswa FKIP
UKI angkatan 2014-2015
2. Untuk mengetahui Sikap Peduli Lingkungan Mahasiswa FKIP UKI angkatan
2014-2015
3. Untuk mengetahui Hubungan antara Pemahaman Pengetahuan Lingkungan
dengan Sikap Peduli Lingkungan Mahasiswa FKIP UKI Angkatan 2014-
2015
F. Manfaat Penelitian
Penelitian diharapkan dapat bermanfaat bagi semua pihak yang
meliputi:
1. Bagi Peneliti
Hasil penelitian ini diharapkan mampu dijadikan motivasi agar
dapat meningkatkan pengetahuan dan wawasan sehingga lebih peduli
terhadap lingkungan sekitar.
2. Bagi Mahasiswa
Hasil penelitian ini bermanfaat bagi mahasiswa biologi sebagai
bahan masukan untuk meningkatkan sikap peduli lingkungan dan menambah
wawasan ilmu tentang kondisi lingkungan di Universitas Kristen Indonesia
dan lingkungan sekitarn.
3. Bagi Kepentingan Pendidikan
Hasil penelitian ini diharapkan dijadikan pertimbangan dan
informasi dalam menerapkan nilai afektif yang baik untuk diterapkan
dalam kehidupan sehari - hari tidak hanya berupa pengetahuan ataupun
penguasaan konsep saja sehingga dapat meningkatkan rasa kepeduliannya
terhadap lingkungan.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Deskripsi Teori
1. Pemahaman Pengetahuan Lingkungan
a. Pengertian Pemahaman
Pemahaman berasal dari kata faham yang mendapat imbuhan pe- dan –
an. Faham menurut bahasa artinya tanggap, mengerti benar, pandangan, ajaran
(Paul dkk, 2011). Pemahaman didefinisikan proses berpikir dan belajar,
dikatakan demikian karena untuk menuju kearah pemahaman perlu diikuti
dengan belajar dan berpikir. Pemahaman merupakan proses, perbuatandan cara
memahami (KBBI, 1991). Pemahaman dalam taksonomi bloom meruapakan
kesanggupan memahami setingkat lebih tinggi dari pada pengetahuan. Namun,
tidaklah berarti bahwa pengetahuan tidak dipertanyakan sebab, untuk dapat
memahami, perlu terlebih dahulu mengetahui atau mengenal (Sudjana, 2008).
Pemahaman adalah tingkatan kemampuan yang mengharapdkan
seseorang mampu memahami arti atau konsep, situasi serta fakta yang
diketahuinya. Artinya, seseorang tersebut tidak hanya hafal secara verbalitas,
tetapi memahami konsep dari masalah atau fakta yang ditanyakan, maka
operasionalnya dapat membedakan, mengubah, mempersiapkan, menyajikan,
mengatur, menginterpretasikan, menjelaskan, mendemonstrasikan, memberi
contoh, memperkirakan,menentukan dan mengambil keputusan (Purwanto,
1997).
Definisi pemahaman menurut Anas Sudjono adalah “kemampuan
seseorang untuk mengerti atau memahami sesuatu setelah sesuatuitu diketahui
dan diingat. Dengan kata lain, memahami adalah mengetahui tentang sesuatu
dan dapat melihatnya dari berbagai segi. Pemahaman merupakan jenjang
kemampuan berpikir yang setingkat lebih tinggi dari ingatan dan
hafalan”(Sudijono, 1996).
Yusuf Anas mengemukakan yang dimaksud dengan pemahaman adalah
kemampuan untuk menggunakan pengetahuan yang sudah diingat lebih- kurang
sama dengan yang sudah diajarkan dan sesuai dengan maksud penggunaannya
(Anas, 2009).
Indikator pemahaman dari berbagai pendapat diatas pada dasarnya sama,
yaitu dengan memahami sesuatu berarti seseorang dapat mempertahankan,
membedakan, menduga, menerangkan, menafsirkan, memperkirakan, menentuk
an, memperluas, menyimpulkan, menganalisis, memberi contoh, menuliskan
kembali, mengklasifikasikan, dan mengikhtisarkan.
Indikator tersebut menunjukkan bahwa pemahaman mengandung makna
lebih luas atau lebih dalam dari pengetahuan. Dengan pengetahuan, seseorang
belum tentu memahami sesuatu yang dimaksud secara mendalam, hanya sekedar
mengetahui tanpa bisa menangkap makna dan arti dari sesuatu yang dipelajari.
Sedangkan dengan pemahaman, seseorang tidak hanya bisa menghapal sesuatu
yang dipelajari, tetapi juga mempunyai kemampuan untuk menangkap makna
dari sesuatu yang dipelajari juga mampu memahami konsep dari pelajaran
tersebut.
b. Pengertian Pengetahuan
Pengetahuan dapat diartikan secara luas mencakup segala sesuatu yang
diketahui (KBBI, 2005). Hali ini sejalan dengan pernyataan Sutriasumantri
bahwa pengetahuan adalah segenap apa yang kita ketahui tentang suatu objek
tertentu (Suriasmantri, 2003). Menurut Notoadmodjo pengetahuan merupakan
hasil tahu setelah melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.
Penginderaan terjadi melalui panca indera manusi, yakni: Indera penglihatan,
pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia
diperoleh melalui mata dan telinga (Priyoto, 2003).
Benjamin S. Bloom, dkk seperti dikutip Anas Sudijono mengemukakan
bahwa taksonomi (pengelompokan) tujuan pendidikan harus mengacu kepada
tiga jenis ranah, yaitu: kognitif, afektif dan psikomotorik (Sudijono, 2003).
Beberapa kemampuan kognitif antara lain yaitu pengetahuan,
pemahaman, aplikasi, analisa, sintesa, dan evaluasi. Dalam Revised Taxonomy,
Anderson dan Krathwohl melakukan revisi pada ranah kognitif. Menurutnya
terdapat dua kategori, yaitu dimensi proses kognitif, ada enam jenjang tujuan
belajar, yaitu mengingat, mengerti, memakai, menganalisis, menilai, dan mencip
ta. Sedangkan pada dimensi pengetahuan ada empat kategori, yaitu: fakta,
konsep, prosedur, dan metakognitif.
Pengetahuan ditinjau dari sikap dan cara penerapannya terdiri dari dua
macam, yakni : Declarative knowledge dan procedural knowledge. Declarative
knowledge lazim juga disebut Propositional knowledge. Pengetahuan deklaratif
atau pengetahuan preposisional ialah pengetahuan mengenai informasi faktual
yang pada umumnya bersifat statis-normatif dan dapat dijelaskan secara lisani
atau verbal. Sebaliknya pengetahuan prosedural adalah pengetahuan yang
mendasari kecakapan atau keterampilan perbuatan jasmaniah yang cenderung
bersifat dinamis (Muhibin, 2003).
c. Lingkungan
1) Pengertian Lingkungan
Lingkungan berasal dari kata lingkung yaitu sekeliling, sekitar.
Lingkungan adalah bulatan yang yang melingkungi atau melingkari, sekalian
yang terlingkung disuatu daerah sekitarnya. Menurut Ensiklopedia Umum
lingkungan adalah alam sekitar termasuk orang-orangnya dalam hidup pergaulan
yang mempengaruhi manusia sebagai anggota masyarakat dalam kehidupan dan
kebudayaannya (Amos, 2008).
Irwan berpendapat bahwa lingkungan merupakan suatu sistem kompleks
yang berada di luar individu yang mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan organisme. Penggolongan lingkungan dibagi menjadi dua
kategori, yaitu lingkungan biotik dan abiotik (Irwan, 1991).
Lingkungan biotik, yaitu segala makhluk mulai dari mikroorganisme
yang tidak dapat kita lihat dengan mata telanjang sampai kepada binatang dan
tumbuh-tumbuhan raksasa yang ada di sekitar makhluk manusia, makhluk yang
berpengaruh terhadap kehidupan di permukaan bumi. Manusia sendiri termasuk
ke dalam lingkungan biotik ini.
Lingkungan abiotik, yaitu segala kondisi yang ada disekitar makhluk
hidup yang bukan berupa organisme hidup. Lingkungan abiotik atau anorganik
ini termasuk batuan, tanah, mineral, udara, dan gas-gas lainnya, air, temperatur,
kelembapan, energi matahari, serta proses dan daya yang terjadi darinya yang
terdapat di permukaan bumi, di dalam bumi dan di luar angkasa (Irianto, 2014).
Poerwadarminta berpendapat bahwa pada dasarnya pengertian
lingkungan adalah sama, yaitu lingkungan adalah sekeliling atau sekitar, bulatan
yang melingkupi, sekalian yang terlingkup di suatu daerah dan sekitarnya,
termasuk orang-orangnya dalam pergaulan hidup yang mempengaruhi
kehidupan dan kebudayaannya. Segala sesuatu yang ada di luar suatu organisme
meliputi lingkungan abiotik dan biotik, faktor-faktor yang membentuk
lingkungan sekitar organisme, terutama komponen-komponen yang
mempengaruhi perilaku reproduksi, dan kelestariannya (Amos, 2008).
Lingkungan hidup didefinisikan sebagai kesatuan ruang dengan semua
benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya,
yang mempengaruhi kelangsungan peri kehidupan dan kesejahteraan manusia
serta makhluk hidup lain. Ilmu lingkungan bertujuan untuk mempelajari dan
memecahkan masalah yang menyangkut hubungan antara makhluk hidup
dengan lingkungannya (Manik, 2003).
Pengertian lingkungan dapat disimpulkan bahwa, lingkungan adalah
segala sesuatu yang di tempati makhluk hidup, benda hidup dan tidak hidup
termasuk didalamnya manusia dan perilakunya. Sedangkan pengetahuan
lingkungan adalah segala sesuatu yang kita ketahui tentang lingkungan baik
kondisi atau keadaan, gejala ataupun fenomena yang terjadi.
2) Pengelolaan Lingkungan Hidup
Pengelolaan berarti mengerjakan sesuatu secara bertanggung jawab
untuk mencapai tujuan yang ditetapkan. Sehingga ukuran-ukurannya harus jelas
dan terukur, yaitu tidak merusak cadangan SDA, berapa persen mampu
meningkatkan sosial-ekonomi masyarakat, dan beberapa persen mampu
meningkatkan pendapatan asli daerah (PAD). Seringkali para pengelola SDA
banyak yang tidak bertanggungjawab terhadap perlindungan lingkungannya,
yaitu dicirikan dengan orientasinya yang hanya ditujukan pada keuntungan
ekonomi sesaat, bukan keuntungan ekologi dan ekonomi jangka panjang
(Alikodra, 2012).
Pengelolaan lingkungan adalah usaha secara sadar untuk memelihara dan
atau memperbaiki mutu lingkungan agar kebutuhan dasar manusia dapat
terpenuhi dengan sebaik-baiknya. Usaha tersebut merupakan upaya terpadu
dalam pemanfaatan, penataan, pemeliharaan, pengawasan, pengendalian,
pemulihan, dan pengembangan lingkungan. Ruang lingkup pengelolaan
lingkungan antara lain seperti:
a) Pemeliharaan lingkungan secara terus-menerus.
b) Perencanaan awal untuk memperbaiki lingkungan suatu daerah menjadi
dasar dan tuntutan bagi perencanaan pembangunan.
c) Perencanaan pengelolaan lingkungan berdasarkan perkiraan dampak
lingkungan, misalnya sebagai akibat suatu proyek pembangunan yang
sedang direncanakan.
d) Pengelolaan lingkungan untuk memperbaiki lingkungan yang mengalami
kerusakan, baik karena sebab alamiah maupun tindakan manusia ( Irianto,
2014).
Membangun tanpa merusak lingkungan dan sekaligus melestarikan
lingkungan diperlukan suatu kebijakan dan strategi pengelolaan lingkungan yang
tepat dan konsep pembangunan yang berwawasan lingkungan, sehingga
pembangunan dapat berkelanjutan. Kebijakan pengelolaan lingkungan hidup
diarahkan dan diwarnai dengan hukum-hukum dan prinsip ekologi. Kebijakan
yang diambil oleh pemerintah meliputi:
a) Pemilihan lokasi pembangunan
b) Pengurangan produksi limbah
c) Pengelolaan limbah
d) Penetapan baku mutu lingkungan
e) Pelestarian alam dan rehabilitas sumber daya alam, lingkungan hidup
f) Pengembangan kelembagaan, peraturan perundang-undangan perananan
masyarakat dan sumber daya manusia (Santosa, 2004).
Perencanaan pengelolaan lingkungan untuk rencana proyek
pembangunan umumnya dilakukan berdasarkan perkiraan dampak apa yang
akan diakibatkan oleh proyek tersebut. Metode perencanaan pengelolaan
lingkungan yang demikian itu disebut Analisis Dampak Lingkungan (ADL).
Analisis dampak lingkungan merupakan sarana untuk memeriksa kelayakan
rencana proyek dari segi lingkungan. karena itu dalam bahasa Inggris ADL
disebut juga pre-audit, jadi harus dilakukan sebelum proyek itu dilaksanakan
(Soemarwoto, 2004).
Indonesia telah menerapkan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan
(AMDAL) yang tercantum dalam Pasal 16 UU No. 4 tahun 1982, yang
menyatakan: “Semua rencana proyek yang diperkirakan mempunyai dampak
penting terhadap lingkungan harus dibuat AMDAL”. Fungsi AMDAL adalah
memberikan informasi penting yang harus diperhatikan dalam proses
pengambilan keputusan. AMDAL juga diperuntukkan bagi rencana kegiatan
serta sebagai sarana perencanaan (Amos, 2008).
3) Masalah Lingkungan Hidup
Salah satu sumber yang menimbulkan permasalahan lingkungan ialah
ulah manusia yang dalam aktivitasnya tidak memedulikan keseimbangan dan
keselarasan lingkungan. Manusia yang selalu berusaha untuk memenuhi
kebutuhan dan keinginannya akan melampaui kemampuan lingkungan dalam
mendukung perikehidupan. Aktivitas berupa eksploitasi yang berlebihan itulah
yang menyebabkan terganggunya keseimbangan dan keserasian lingkungan .
Tidak jarang terjadi manusia yang melakukan tindakan over eksploitasii karena
didorong oleh motivasi untuk mencari keuntungan materi (Kutanegara, 2004).
Faktor penyebab kerusakan lingkungan hidup dibedakan menjadi 2 (dua)
jenis, yaitu faktor alam dan faktor manusia.
a) Kerusakan lingkungan hidup akibat faktor alam
Bentuk bencana alam yang akhir-akhir ini banyak melanda Indonesia
telah menimbulkan dampak rusaknya lingkungan hidup. Yaitu peristiwa alam
yang berdampak pada kerusakan lingkungan hidup antara lain; letusan gunung
berapi, gempa bumi, angin topan, banjir, dan lain sebagainya. Peristiwa-
peristiwa alam tersebut yang menimbulkan kerusakan pada lingkungan hidup.
b) Kerusakan lingkungan hidup akibat faktor manusia
Manusia sebagai penguasa lingkungan hidup di bumi berperan besar
dalam menentukan kelestarian lingkungan hidup, yang dilakukan manusia tidak
diimbangi dengan pemikiran akan masa depan kehidupan generasi berikutnya.
Manusia merupakan salah satu kategori faktor yang menimbulkan kerusakan
lingkungan hidup (Christie, 2013)
(1) Pemanfaatan sumber daya alam secara berlebihan
Pemanfaatan atau eksploitasi sumber daya alam yang dilakukan
secara berlebihan atau kurang bijaksana akan menimbulkan berbagai
masalah lingkungan hidup.
Kemajuan teknologi produksi dalam eksploitasi atau
penambangan batu bara, minyak bumi, bijih besi, emas, timah, bauksit,
dan sumber daya alam lainnya, telah mengakibatkan kerusakan dan
pencemaran lingkungan hidup. Eksploitasi tersebut mengakibatkan
terjadinya perubahan bentang alam, meningkatnya frekuensi tanah
longsor, terbentuknya terowongan, waduk atau genangan air yang tidak
dikehendaki, serta gangguan terhadap kehidupan satwa liar.
Pengolahan, pengangkutan, dan proses lebih lanjut bahan yang
dieksploitasi itu juga akan mencemari tanah, air, dan udara.
(2) Industrialisasi
Sejak revolusi industri, kebutuhan akan produk-produk yang
dibutuhkan manusia kian meningkat. Pada awalnya, kebutuhan untuk
menggerakkan mesin-mesin industri digunakan kayu sebagai bahan
bakar. Untuk itu maka penggundulan hutan tidak bisa dihindari. Hal
tersebut diperparah lagi, karena tidak diimbangi dengan penerapan
reboisasi yang baik, dan kondisi tersebut masih berlangsung hingga
sekarang. Dengan ditemukan mesin-mesin yang menggunakan bahan
bakar minyak bumi lebih mempercepat proses industrialisasi.
Percepatan proses industrialisasi juga berpengaruh dengan
meningkatnya eksplorasi minyak bumi. Seiring dengan meningkatnya
proses industrialisasi, berdampak pada pencemaran terhadap lingkungan
seperti:
(a) Pencemaran udara
(b) Pencemaran air
(c) Kebisingan
Industri kimia dan industri yang menggunakan bahan-bahan
kimia merupakan salah satu jenis industri yang berpotensi untuk
mencemari lingkungan. Hal tersebut dapat terjadi karena limbahnya tidak
dapat dengan mudah didegradasi dibandingkan dengan senyawa-senyawa
lainnya (Irianto, 2014)
(3) Transfortasi
Transportasi pada ahirnya merupakan tuntutan dan bukan sekedar
keinginan. Tranportasi dibutuhkan untuk mendukung mobilitas
penduduk dari tempat tinggal ke tempat kerja atau dari satu tempat ke
tempat lain. Ketika tuntutan transportasi menjadi cukup tinggi, peluang
terjadinya polusi udara dan emisi juga meningkat. Terlebih bahan bakar
adalah jenis sumber daya tidak terbarui sehingga apabila tidak ada
kepedulian dalam penggunaannya, kemungkinan punah akan sangat
besar (Kutanegara, 2004).
(4) Sampah
Sampah yang dibuang di sembarang tempat dapat menimbulkan dampak
negatif, antara lain menimbulkan penyumbatan pada saluran drainase dan
saluran air hujan sehingga mengakibatkan banjir, mencemari lingkungan,
mengganggu kesehatan dan menjadi sumber penyakit serta dampak negatif
lainnya (Kutanegara, 2004)
4) Tanggung Jawab Manusia terhadap Lingkungan
Manusia harus sadar bahwa kita semua merupakan bagian dari
ekosistem. Manusia sadar bahwa hakikat kehidupan dan kelangsungan
eksistensinya sangat bergantung pula pada sikap manusia dalam mempengaruhi
lingkungannya.Karena itu manusia dalam tingkah lakunya harus selalu menjaga
agar keseimbangan sistem ekologi tidak terganggu. Lingkungan dijaga agar
keharmonisan dan keseimbangannya lestari. Dengan begitu terjamin pula
kelangsungan hidup dari semua organisme hidup lain, termasuk manusia. Dalam
hal ini manusia berperan sebagai “pelestari lingkungan”.
Manusia mempunyai kesadaran dan tanggung jawab atas tingkat kualitas
lingkungan hidup. Kini manusia berkeyakinan bahwa makin tinggi kualitas
lingkungan, makin banyak manusia dapat mengambil keuntungan, dan makin
besar pula daya dukung lingkungan hidup untuk manusia. Karena itu dengan
segala usaha serta penggunaan alat teknologi modern yang dimilikinya, manusia,
sambil memanfaatkan sumber daya alam lingkungan, juga meningkatkan
kualitas lingkungannya (Irianto, 2014).
Alam sendiri mempunyai makna sebagai penopang kehidupan, maka
alam patut dihargai dan diperlakukan dengan baik. Alam sangat penting
perannya bagi seluruh kehidupan, maka ia berada bukan hanya untuk manusia
melainkan untuk seluruh ciptaan Tuhan. Oleh karena itu, manusia harus menjaga
dan memelihara alam untuk kepentingan bersama atau kepentingan semua
(Alikodra, 2012)
Prinsip dalam rangka mewujudkan tanggung jawab terhadap lingkungan
yang relevan untuk lingkungan hidup meliputi:
a) Sikap Hormat terhadap Alam (Respect for Nature)
b) Prinsip Tanggung Jawab (Moral Responsibility for Nature)
c) Solidaritas Kosmis (Cosmic Solidarity)
d) Prinsip Kasih Sayang dan Kepedulian terhadap Alam (Caring for Nature)
e) Prinsip “No Harm”
f) Prinsip Hidup Sederhana dan Selaras dengan alam (Dwiyatmo, 2007)
5) Pelestarian Lingkungan Hidup
Setiap kegiatan atau proyek pembangunan memerlukan lokasi dan lokasi
ini dapat merupakan suatu ekosistem atau bagian suatu ekosistem. Hal ini
menunjukkan bahwa setiap kegiatan akan mengakibatkan dampak atau
gangguan terhadap komponen-komponen ekosistem itu (lingkungan). Artinya,
dampak proyek pembangunan tidak mungkin ditiadakan atau dihilangkan secara
total. Upaya yang dapat dilakukan adalah memaksimalkan dampak positif dan
meminimalkan dampak negatif sehingga kerusakan dan pencemaran yang timbul
dapat ditoleransi oleh lingkungan. untuk mewujudkannya adalah dengan
pengelolaan lingkungan yang berasaskan pelestarian lingkungan. Untuk itu,
diperlukan pemahaman tentang konsep ekosistem, asas ekologi atau lingkungan,
dan pengetahuan lainnya yang berkaitan dengan lingkungan hidup.
Perlu diperhatikan bahwa pelestarian lingkungan hidup mengandung dua
pengertian, yaitu:
a) Yang dilestarikan adalah fungsi lingkungan hidup itu sendiri. Suatu
lingkungan bisa saja berubah karena adanya pembangunan, tetapi fungsi
lingkungan itu tetap dipertahankan. Misalnya, suatu areal yang ditumbuhi
pohon-pohonan akan dibangun menjadi kawasan industri. Pohon boleh
ditebang, tetapi dalam perencanaan harus disediakan areal terbuka dan lokasi
untuk tanaman penghijauan. Dalam hal ini, fungsi pohon-pohonan yang
ditebang menjelang pembangunan, diganti oleh areal terbuka dan pohon
tanaman penghijauan setelah proyek berjalan.
b) Yang dilestarikan adalah lingkungan itu sendiri, ansich. Sebagai contoh
adalah keberadaan hutan lindung, Taman Nasional, dan Cagar Alam, yang
harus tetap dipertahankan (tidak boleh diganggu). Artinya, kegiatan
pembangunan tidak boleh dilakukan di lingkungan itu karena fungsinya
tidak mungkin dilestarikan dengan adanya kegiatan pembangunan (Manik,
2003).
Pelestarian lingkungan hidup yang dilakukan di Indonesia mengacu pada
Undang-Undang no.23 tahun 1997. Undang-Undang ini berisi tentang rangkaian
upaya untuk melindungi kemampuan lingkungan hidup terhadap tekanan
perubahan dan dampak negatif yang ditimbulkan suatu kegiatan. Upaya ini
dilakukan agar kekayaan sumber daya alam yang ada dapat berlanjut selama ada
kehidupan

2. Sikap Peduli Lingkungan


Sikap merupakan cerminan jiwa seseorang sebagai suatu cara untuk
mengkomunikasikan perasaan kepada orang lain melalui perilaku. Sikap
merupakan sesuatu yang dapat dipelajari. Pembentukan sikap yang paling efektif
adalah melalui pengalaman sendiri. Pengalaman yang dimiliki akan berperan
dalam membentuk kognisi dan perasaan seseorang terhadap objek sikap tertentu
yang dapat digunakan untuk mengetahui kecenderungan perilaku seseorang
(Hutagalung, 2007). Sesuai dengan pernyataan yang dikemukakan oleh Elsa,
dkk. (2014) bahwa sikap merupakan kecenderungan pada tingkah laku manusia
untuk melakukan tindakan dengan cara dan pola tertentu yang menunjukkan
perilaku seseorang.
Sikap merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap rangsangan
lingkungan sosial. Berbagai faktor seperti hakikat stimulus, latar belakang
pengalaman individu, motivasi dan sebagainya ikut berperan dalam menentukan
reaksi seseorang terhadap stimulus lingkungan dan sosial (Azwar, 2013). Sikap
merupakan organisasi dari pendapat dan keyakinan terhadap suatu objek yang
relatif tetap disertai dengan perasaan yang menjadi dasar seseorang untuk
membuat respon atau berperilaku tertentu (Walgito, 1999). Berdasarkan
beberapa uraian definisi sikap di atas dapat disimpulkan bahwa sikap peduli
lingkungan merupakan kesatuan dari pendapat dan keyakinan seseorang dalam
memperhatikan kelestarian lingkungan alam sebagai dasar respon untuk
berperilaku ramah lingkungan.
Hutagalung (2007) menjelaskan bahwa ciri khas dari sikap adalah
mempunyai objek tertentu (orang, perilaku, konsep, benda) dan mengandung
penilaian (setuju-tidak setuju, suka-tidak suka). Sikap mengandung tiga bagian
yaitu kognitif (keyakinan, kesadaran), afektif (perasaan) dan konatif (perilaku).
Komponen kognitif adalah komponen yang berisikan apa yang diyakini dan
diperkirakan seseorang mengenai objek tertentu. Komponen afektif terdiri atas
seluruh perasaan atau emosi seseorang terhadap objek. Komponen perilaku
terdiri dari kesiapan seseorang untuk bereaksi atau kecenderungan untuk
bertindak terhadap objek. Heberlein (1997) mengatakan bahwa sikap terdiri atas
dua komponen yaitu dimensi emosional yang melibatkan perasaan dan aspek
kognitif yang mengacu pada fakta dan keyakinan seseorang.
Sikap merupakan hasil interaksi dan pengalaman. Sikap dinyatakan
sebagai hasil belajar karena sikap dapat mengalami perubahan. Sikap ditentukan
oleh dua faktor yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal yaitu cara
individu dalam menanggapi dunia luar. Faktor eksternal yaitu keadaan diluar
individu yang merupakan stimulus untuk membentuk atau mengubah sikap
melalui pengaruh sosial, kebudayaan serta informasi yang diterima individu
(Widyastuti, 2014). Perolehan informasi melalui pendidikan merupakan salah
satu faktor yang mempengaruhi perubahan sikap. Pendidikan memberikan
pengetahuan yang mampu mengubah nilai dan keyakinan seseorang yang
berakhir pada perubahan sikap positif (Arbuthnott, 2009).
4. Penelitian yang Relevan
Penelitian yang relevan dengan skripsi ini, ada beberapa refensi dari
jurnal dan tesis antara lain :
1) Penguasaan Konsep Lingkungan dan Sikap Peduli Lingkungan Siswa
SMA Adiwiyata Mandiri di Kabupaten Mojokerto (Jurnal BioEdu
volume. 3, Nomor. 3) oleh Maisyarotul Huril Aini (2014). Penelitian ini
bertujuan untuk mendeskripsikan penguasaan konsep lingkungan dan
sikap peduli lingkungan siswa SMA adiwiyata mandiri di kabupaten
Mojokerto. Penelitian ini merupakan penelitian evaluasi yang
menggunakan model CIPP (context, input, process, product) dengan
pendekatan kuantitatif. Sasaran penelitian ini adalah 34 siswa SMAN 1
Puri, Mojokerto. Penguasaan konsep siswa didapatkan dari hasil tes
sedangkan sikap peduli lingkungan dari hasil observasi dan angket. Data
dikumpulkan menggunakan teknik observasi, dokumentasi, tes dan
angket. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penguasaan konsep
lingkungan siswa sudah baik dan sikap peduli lingkungan siswa masih
kurang.
2) Hubungan Pengetahuan Lingkungan Hidup, Tingkat Sosial Ekonomi dan
Tingkat Pendidikan Terhadap Sikap Peduli Lingkungan (Jurnal Geo Eco
Volume.2 Nomor.2) oleh Dwi Saputro (2016). Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui hubungan antara (1) pengetahuan lingkungan hidup
terhadap kesadaran lingkungan; (2) tingkat sosioekonomi pada kesadaran
lingkungan; (3) tingkat pendidikan di kesadaran lingkungan; (4)
pengetahuan tentang lingkungan hidup, tingkat sosial ekonomi dan
tingkat pendidikan secara kolektif kesadaran lingkungan; (5) Sebagai
sumber belajar tema lingkungan belajar pada siswa kelas XI SMA.
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif. Populasinya adalah ibu
rumah tangga terdiri dari 712 keluarga. Itu Sampel adalah 142 ibu rumah
tangga Sampel penelitian adalah teknik pengambilan sampel secara
random. Teknik pengumpulan data itu Dilakukan dengan menggunakan
observasi dan kuesioner. Teknik analisis data adalah analisis linier
berganda. Hasil Menunjukkan bahwa (1) ada hubungan positif dan
signifikan antara lingkungan hidup terhadap lingkungan Kesadaran, hal
ini ditunjukkan oleh besarnya korelasi antara variabel X1> Y (0,262>
0,166); (2) ada Positif dan signifikan antara tingkat sosioekonomi
terhadap kesadaran lingkungan Ditunjukkan oleh besarnya korelasi
antara X2> Y (0.186> 0.165); (3) Ada yang positif dan signifikan
Hubungan antara tingkat pendidikan terhadap kesadaran lingkungan, hal
ini ditunjukkan dengan besarnya korelasi Antara X3> Y (0.173> 0.165;
(4) Ada hubungan positif dan signifikan antara pengetahuan Lingkungan,
tingkat sosioekonomi, dan tingkat pendidikan bersama-sama terhadap
kesadaran lingkungan, ditandai dengan Besarnya korelasi berganda
koefisien (0,408> 0,166); (5) Tema pengetahuan lingkungan, Tingkat
sosioekonomi dan tingkat pendidikan kesadaran lingkungan dapat
digunakan sebagai sumber belajar di Topik: lingkungan belajar di kelas
XI siswa SMA.
3) Pengembangan Subject Specific Pedagogy Berbasis Problem Based
Learning Untuk Penguatan Sikap Peduli Lingkungan Siswa Kelas VII
SMP (Jurnal Bio-Pedagogi Volume 5, Nomor 2 ) oleh Wahyu Adhi
Nugroho. Penelitian ini dinilai sebagai Penelitian dan Pengembangan.
Penelitian ini dilakukan dari bulan Januari sampai Mei 2016. Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk mengembangkan Subjek Pembelajaran
Spesifik (SSP) berdasarkan Problem Based Learning (PBL) untuk
memperkuat sikap kepedulian terhadap lingkungan siswa di kelas VII
SMP Negeri A Karanganyar tahun 2015/2016 . Populasi penelitian ini
adalah kelas VII di SMP N A Karanganyar. Kelas VII H dan VII saya
terpilih sebagai sampel penelitian. Desain penelitiannya adalah 4D
(empat-D) oleh Thiagarajan. Model penelitian ini terdiri dari define,
design, dan develope. Tahap penyebarannya dikecualikan dalam
penelitian ini karena tujuan penelitian ini hanya mengembangkan produk
SSP berbasis PBL. Karakteristik produk adalah integrasi sintaks PBL
dan subjek enviromental. Hasil validasi dari penilaian ahli menunjukkan
bahwa 90% pada RPP (berlaku), 90% pada modul (valid), 90% pada
LKS (valid), dan 83% pada instrumen evaluasi (valid). Hasil pengujian
pengembangan dari guru dan siswa menunjukkan bahwa 84% dan 79%
pada modul dan LKS (berlaku). SSP berbasis PBL efektif untuk
memperbaiki sikap peduli lingkungan. Data NEP menunjukkan bahwa
nilai rata-rata dari semua aspek telah meningkat dari 48,39% menjadi
54,86%. Uji t sampel berpasangan menunjukkan bahwa sig = 0,000 <α =
0,05 itu berarti ada perbedaan sikap peduli lingkungan siswa antara pra
dan pasca perawatan. Kesimpulan dari penelitian ini menunjukkan
bahwa SSP berdasarkan PBL valid dan tepat untuk Kelas VII SMP N A
Karanganyar.
4) Hubungan Pengetahuan dan Etika Lingkungan dengan Sikap dan
Perilaku Menjaga Kelestarian Lingkungan (Jurnal Ilmu Lingkungan
Volume 13 Issue 1: 36-41) oleh Azhar karim. Penelitian ini adalah
penelitian korelasional yang terdiri dari dua variabel bebas yaitu
pengetahuan lingkungan hidup (PLH) dan pengetahuan etika lingkungan
(PEL) serta dua variabel terikat yaitu sikap menjaga kelestarian
lingkungan (SMKL) dan perilaku menjaga kelestarian lingkungan
(PMKL). Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui apakah terdapat
hubungan antara pengetahuan lingkungan hidup dan etika lingkungan
dengan sikap dan perilaku menjaga kelestarian lingkungan. Penelitian ini
dilaksanakan pada sekolah menengah (SMA/SMK/MA) di Kota Pagar
Alam Sumatera Selatan tahun 2015, dengan sampel 335 orang yang
diambil secara stratified random sampling. Pengumpulan data primer
menggunakan teknik kuisoner dan observasi lapangan. Data dianalisis
menggunakan program SPSS 17.0 dengan statistik deskriptif, uji korelasi
dan regresi linear sederhana serta berganda. Intrumen penelitian
menggunakan skala Likert dengan lima alternatif jawaban. Hasil uji
korelasi dan regresi pada taraf signifikan a = 0.05, mendapatkan empat
kesimpulan yaitu : (1) terdapat hubungan positif yang cukup signifikan
antara pengetahuan lingkungan hidup dengan sikap menjaga kelestarian
lingkungan yang persamaan garis regresinya Y1 = 0,528X1 + 43,427,
dengan nilai koefisien korelasi rx1y1 sebesar 0,506; (2) terdapat
hubungan positif yang cukup signifikan antara pengetahuan etika
lingkungan dengan sikap menjaga kelestarian lingkungan yang
persamaan garis regresinya Y1 = 0,540X2 + 42,825, dengan nilai
koefisien korelasi rx2y1 sebesar 0,395; (3) terdapat hubungan positif
yang cukup signifikan antara pengetahuan lingkungan hidup dan
pengetahuan etika lingkungan secara bersama-sama dengan sikap
menjaga kelestarian lingkungan yang persamaan regresinya Y1 =
0,429X1 + 0,261X2 + 32,008, dengan nilai koefisien korelasi rx1x2y1
sebesar 0,532; (4) terdapat hubungan positif yang cukup signifikan
antara sikap menjaga kelestarian lingkungan dengan perilaku menjaga
kelestarian lingkungan yang persamaan regresinya Y2 = 0,353Y1 +
42,682, dengan nilai koefisien korelasi ry1y2 sebesar 0,363. Dalam
rangka meningkatkan perilaku siswa dalam menjaga kelestarian
lingkungan di sekolah disarankan sekolah untuk memberikan mata
pelajaran pendidikan lingkungan hidup dan etika lingkungan, Dinas
Pendidikan menyarankan agar mata pelajaran muatan lokal diarahkan ke
pendidikan lingkungan hidup dan etika lingkungan, dan agar Badan
Lingkungan Hidup mendorong semakin banyaknya sekolah yang
mengikuti program Adiwiyata.
5. Kerangka Berpikir
Pengelolaan lingkungan sangat penting untuk memelihara dan
memperbaiki mutu lingkungan agar kebutuhan dasar manusia dapat terpenuhi
dengan sebaik-baiknya. Usaha tersebut merupakan upaya terpadu dalam
pemanfaatan, penataan, pemeliharaan, pengawasan, pengendalian, pemulihan,
dan pengembangan lingkungan.46 Kesadaran manusia sangat dominan sekali
dalam upaya pelestarian lingkungan hidup. Semuanya berporos pada peran
manusia sebagai makhluk yang berakal dalam mengelola lingkungan agar dalam
pemanfaatannya tidak boros, merusak dan merugikan lingkungan. Sehingga
kelestarian lingkungan akan tetap terjaga kelestariannya.

Ada dan tidaknya masalah lingkungan sebenarnya bergantung bagaimana


sikap dan hakikat sifat manusia terhadap lingkungan itu sendiri. Sampai
sekarang, pada umumnya sikap manusia baru pada taraf kognitif, artinya
manusia baru mengetahui. Sebagian besar sikap manusia di bumi belum
menunjukkan ke arah perbaikan. Ini disebabkan oleh berbagai faktor yang ada
pada individu masing-masing seperti adanya perbedaan dalam bakat, minat,
pengalaman, pengetahuan, intensitas perasaan dan juga situasi lingkungan.47

Sikap peduli lingkungan dapat dinyatakan dengan sikap mendukung atau


memihak terhadap lingkungan, yang dapat diwujudkan dalam kesediaan diri
untuk menjaga, mengelola dan memanfaatkan secara bijak yang dapat
meningkatkan dan memelihara kualitas lingkungan. Sebagian mahasiswa masih
ada yang belum mempunyai sikap konservasi lingkungan seperti mahasiswa
belum membuang sampah pada tempatnya ini terlihat masih ada sampah yang
masih berserakan. Seharusnya tidak hanya sekedar mengetahui dan memahami
akan tetapi juga diwujudkan dalam bentuk sikap agar dapat memelihara dan
memperbaiki kualitas lingkungan. Rendahnya kepedulian mahasiswa dalam
menjaga tanaman di kampus sehingga tanaman di kampus tidak berkembang
dengan baik. Selain itu mahasiswa juga seharusnya terbiasa mendaur ulang
sampah anorganik agar dapat mengurangi limbah dan menggunakan produk
yang ramah lingkungan.
6. Hipotesis
Berdasarkan tinjauan pustaka dan kerangka berpikir maka hipotesis
penelitian ini dapat dirumuskan, “Terdapat hubungan positif antara pemahaman
pengetahuan lingkungan dengan sikap peduli lingkungan pada Mahasiswa FKIP
Universitas Kristen Indonesia angkatan 2014-2015”.
BAB III
Metodologi Penelitian
A. Metodologi Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian deskriptif analisis dan pengumpulan data
menggunakan kuesioner. Pada penelitian non ekperimental data diperoleh
berdasarkan keadaan yang telah ada pada sampel tanpa ada perlakuan dari peneliti.
Berdasarkan jenis datanya penelitian ini termasuk penelitian ex post facto. Penelitian
ini dilakukan dengan mengukur variabel tingkat pemahaman pengetahuan
lingkungan terhadap ikap peduli lingkungan pada mahasiswa.

B. Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian dilaksanakan di Kampus UKI Cawang, JL.Mayjen Sutoyo NO.2,
RT.09/RW.06, Cawang, Kramatjati, Kota Jakrta Timur, Daerah Khusus Ibukota
Jakarta. Penelitian dilaksanakan pada tanggal 15 Mei sampai Juni 2017.
C. Metode penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif kuantitatif
dengan teknik studi korelasi. Pada penelitian ini terdapat dua variabel penelitian
yaitu pemahaman pengetahuan lingkungan terhadap sikap peduli lingkungan pada
mahasiswa. Variabel yang pertama adalah pemahaman pengetahuan lingkungan
(X). Variabel yang kedua adalah sikap peduli lingkungan (Y).
Indikator pada variabel pemahaman pengetahuan lingkungan (X) adalah :
a. Menjelaskan pengertian lingkungan
b. Mengidentifikasi pengaruh manusia terhadap lingkungan
c. Menyebutkan komponen lingkungan
d. Menjelaskan tujuan Undang-Undang lingkungan hidup
e. Menjelaskan analisis mengenai dampak lingkungan hidup
f. Menjelaskan penyebab masalah lingkungan hidup
g. Memberikan contoh penyebab masalah lingkungan hidup
1) Masalah lingkungan hidup yang disebabkan oleh peristiwa alam
2) Masalah lingkungan hidup yang disebabkan oleh kegiatan manusia
h. Mengidentifikasi penanggulangan masalah lingkungan hidup
1) Cara agar lingkungan tidak rusak
2) Usaha manusia untuk memperbaiki kualitas ligkungan
i. Menjelaskan tentang tanggung jawab manusia terhadap lingkungan
1) Pengertian tanggung jawab manusia terhadap alam
2) Prinsip-prinsip tanggung jawab manusia terhadap lingkungan
j. Menjelaskan tentang pengelolaan lingkungan
k. Bentuk kegiatan konservasi
Indikator pada variabel sikap peduli lingkungan mahasiswa FKIP UKI
adalah :
a. Sikap mahasiswa dalam perlindungan lingkungan
1) Mempengaruhi sekitar agar peduli terhadap lingkungan
2) Merawat tanaman kampus
3) Membuang sampah pada tempatnya
b. Sikap mahasiswa dalam pengawetan lingkungan
1) Pengurangan penggunaan kertas
2) Menggunakan air secukupnya
3) Mematikan lampu yang sudah digunakan
4) Menggunakan sarana dan prasarana ramah lingkungan
5) Mengurangi kendaraan bermotor
c. Sikap mahasiswa dalam pemanfaatan lingkungan
1) Daur ulang sampah
2) Pemanfaatan sampah anorganik
3) Membuat kompos
D. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi target adalah seluruh mahasiswa FKIP UKI. Populasi
terjangkau adalah mahasiswa FKIP UKI angkatan 2014-2015 yang masih aktif
berkuliah dan sedang atau sudah mempelajari mata kuliah Lingkungan Hidup.
2. Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimilki oleh
populasi tersebut. Penentuan populasi dengan menggunakan purposive sampling.
Jumlah sampel 90 dan semua sampel digunakan.
E. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
1. Teknik Tes
Tes sebagai instrumen pengumpulan data adalah serangkaian pertanyaan
atau latihan yang digunakan untuk mengukur keterampilan pengetahuan,
intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok.7
Tes ini digunakan untuk memperoleh data tentang pemahaman pengetahuan
lingkungan. Tes ini diisi oleh mahasiswa FKIP UKI. Skala pengukuran yang
digunakan dalam tes ini adalah setiap soal mempunyai skor 1 untuk jawaban
benar dan skor 0 untuk jawaban salah.
2. Teknik Kuesioner (Angket)
Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan
cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden
untuk menjawabnya (Amirul, 2005). Kuesioner pada penelitian ini bersifat
kuesioner berstruktur atau kuesioner tertutup, berisi pertanyaan-pertanyaan yang
disertai sejumlah jawaban yang terikat pada sejumlah kemungkinan jawaban
yang sudah disediakan. Angket ini digunakan untuk memperoleh data tentang
sikap peduli lingkungan mahasiswa FKIP UKI.
Angket yang digunakan berupa angket tertutup dengan jawaban yang
telah disediakan dalam bentuk pilihan ganda dengan menggunakan Skala Likert.
Skala Likert adalah skala pengukur yang digunakan untuk mengukur sikap,
pendapat dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena
sosial (Sugyono, 2013). Skala Likert dalam instrumen ini, dengan bentuk
pernyataan:
a. Pertanyaan yang bersifat positif
Selalu : skor 4
Sering : skor 3
Kadang-kadang : skor 2
Tidak pernah : skor 1
b. Pertanyaan yang bersifat negatif
Selalu : skor 1
Sering : skor 2
Kadang-kadang : skor 3
Tidak pernah : skor 4
Pemahaman pengetahuan lingkungan dan sikap peduli lingkungan
mahasiswa FKIP UKI angkatan 2014-2015 dapat diketahui dengan
menggunakan analisis deskriptif kualitatif. Analisis deskriptif kualitatif adalah
memberikan predikat kepada variabel yang diteliti sesuai dengan kondisi
sebenarnya. Agar pemberian predikat dapat tepat maka sebelum dilakukan
pemberian predikat, dilakukan kondisi tersebut diukur dengan prosentase, baru
kemudian ditransfer ke predikat (Arikunto, 1990).
n
a. Rumus Prosentase = X 100 %
N
Keterangan : n = skor yang diperoleh
N = jumlah skor tertinggi (100)
b. Pedoman Kategori
1) Kategori “Baik” apabila skor 75 – 100 (75% - 100%)
2) Kategori “Cukup” apabila skor 50 – 74 (50% - 74,16%)
3) Kategori “Kurang” apabila skor 25 – 49 (25% - 49,16%)
4) Kategori “Sangat Kurang” apabila skor 0 – 24 (0% - 24,16%)
F. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data dalam penelitian kuantitatif diolah dengan
menggunakan penghitungan statistik melalui rumus statistik yang sudah
disediakan.15 Metode analisis data adalah suatu cara yang digunakan untuk
mengolah data dari hasil penelitian untuk memperoleh kesimpulan.
Data yang telah ada agar dapat dianalisis maka diperlukan adanya analisis
statistik dengan langkah sebagai berikut:
1. Analisis Uji Instrumen
Uji soal instrumen dilakukan untuk mencari validitas dan reliabilitasnya.
a. Uji Validitas
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan suatu
instrumen. Sebuah item dikatakan valid apabila mempunyai dukungan yang
besar terhadap skor total. Skor pada item menyebabkan skor total menjadi lebih
tinggi atau rendah (Arikunto, 2010). Untuk menghitung validitas item soal
angket digunakan rumus korelasi Product moment dari Parson sebagai berikut :

Keterangan:
r xy= Koefisien korelasi
N = Jumlah subyek
X = Skor nomor tertentu
Y = Skor total item
Hasil r yang didapat dari perhitungan dengan harga r tabel product
moment. Harga rtabel dihitung dengan taraf signifikan 5% dan n sesuai dengan
jumlah peserta didik. Jika r xy >r , maka dapat dinyatakan butir soal tersebut
tabel

valid (Arikunto, 2010).


b. Uji Reabilitas
Reliabilitas adalah ketetapan suatu tes apabila diteskan kepada subyek
yang sama. Uji reliabilitas soal digunakan untuk mengetahui konsistensi
jawaban instrumen. Instrumen dikatakan reliabel atau dapat dipercaya jika
memberikan hasil yang tetap jika diujikan berkali-kali (Arikunto, 2010). Rumus
yang digunakan untuk mencari reliabilitas pada penelitian ini adalah:

Keterangan :
r 11 = koefisien reliabilitas tes
n = banyaknya butir item
1 = bilangan konstan
Σ S21 = jumlah varian skor dari tiap-tiap butir item
S2t = varian total
c. Tingkat Kesukaran Soal
Bermutu atau tidaknya butir-butir tes dapat diketahui dari derajat
kesukaran atau taraf kesulitan yang dimiliki oleh masing-masing butir item
tersebut (Arikunto, 2010). Rumus yang digunakan untuk mengetahui indeks
kesukaran butir soal pilihan ganda adalah sebagai berikut:
B
P=
JS
Keterangan:
P = Indeks kesukaran
B = Banyaknya peserta didik yang menjawab soal dengan benar
JS = Jumlah seluruh peserta didik yang ikut tes
Tabel Kriteria Tingkat Kesukaran
P Interpretasi
0,00-0,30 Sulit
0,30-0,70 sedang
0,70-1 mudah

d. Daya Pembeda Soal


Daya pembeda item adalah kemampuan suatu butir item untuk dapat
membedakan (mendeskriminasi) antara peserta didik yang berkemampuan tinggi
(pandai) dengan peserta didik yang berkemampuan rendah (Arikunto, 2010).
Rumus untuk menentukan indeks diskriminasi untuk butir soal pilihan ganda
adalah :
BA BB
D= - = PA - PB
J A JB
Keterangan :
D = daya pembeda soal
JA = jumlah peserta didikkelompok bawah
JB = jumlah peserta didikkelompok bawah
BA = jumlah siswa kelompok atas yang menjawab soal itu dengan benar atau
jumlah benar untuk kelompok atas
BA
PA = = proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar (P = indeks
JA
kesukaran)
BB
PB = = proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar (P = indeks
JB
kesukaran)
Tabel Angka Indeks Diskrimanasi Item
P Interpretasi
0,00-0,20 Jelek
0,20-0,40 Cukup
0,40 Baik
0,70 Sangat baik

2. Uji Prasyarat Analisis

Uji prasyarat analisis menggunakan uji normalitas terlebih dahulu. Uji


Normalitas ini bertujuan untuk mengetahui apakah sampel yang diambil berasal
dari populasi yang berdistribusi normal atau tidak. Dalam penelitian ini untuk
menguji normal tidaknya sampel dihitung dengan uji One Sample
Kolomogorov-Smirnov dengan menggunakan taraf signifikansi 0,05. Data
dinyatakan berdistribusi normal jika signifikansi lebih besar dari 0,05.

3. Uji Hipotesis

Uji hipotesis menggunakan analisis regresi linier sederhana.


a. Bentuk Persamaan Regresi Linier Sederhana Bentuk umum
persamaan regresi linier sederhana adalah sebagai berikut :
Ŷ = a + Bx
Keterangan:
Ŷ : variabel tak bebas (terikat)
X : variabel bebas

Adapun besar nilai a dan b ditentukan dengan rumus sebagai berikut:

b. Uji Keberartian dan Kelinieran Regresi Linier Sederhana.


1) Uji Keberartian
H0 : koefisien arah regresi tidak berarti (b = 0)
Ha : koefisien arah regresi berarti (b ≠ 0)

Uji hipotesis nol menggunakan statistik Fhitung dibanding dengan


Ftabel untuk taraf kesalahan 5% dengan dk pembilang = 1 dan dk penyebut
= n – 2. Jika Fhitung > Ftabel maka koefisien arah regresi berarti (b ≠ 0)
(Sugyono, 2008).

2) Uji Linearitas

Ho : regresi linear

Ha : regresi non-linear

Uji hipotesis menggunakan Fhitung dibandingkan dengan Ftabel


untuk taraf kesalahan 5% dengan dk pembilang (k-2) dan dk penyebut
(n-k). Jika Fhitung < Ftabel maka data berpola linear.

c. Koefisien Korelasi pada Regresi Linier Sederhana


Koefisien korelasi ini dihitung dengan korelasi product-moment
menggunakan rumus (Sugyono,2008) :

Kriteria koefisien korelasi adalah sebagai berikut:30

Tabel Kriteria Koefisien Korelasi

Interval Koefisien Tingkatan Hubungan

0,00 ≤ rxy < 0,20 Sangat Rendah


0,20 ≤ rxy < 0,40 Rendah
0,40 ≤ rxy < 0,60 Sedang
0,60 ≤ rxy < 0,80 Kuat
0,80 ≤ rxy < 1,00 Sangat kuat

d. Uji Keberartian Koefisien Korelasi

Koefisien korelasi dan tingkat keeratan yang sudah diperoleh


tidak memiliki arti apapun sebelum dilakukan pengujian koefisien
korelasi. Dengan demikian pengujian koefisien korelasi dilakukan untuk
mengetahui berarti tidaknya hubungan antara variabel yang diteliti
hubungannya. Pengujian koefisien korelasi dilakukan dengan langkah-
langkah pengujian hipotesis sebagai berikut :

1) Menentukan rumusan hipotesis statistik yang sesuai dengan hipotesis


penelitian yang diajukan, yaitu:

H0 : koefisien korelasi tidak signifikan

Ha : koefisien korelasi signifikan


2) Menentukan taraf nyata α = 5% dan dk = n – 2

3) Menentukan data menghitung uji statistik yang digunakan dengan


rumus:

4) Membandingkan nilai t yang diperoleh terhadap nilai ttabel dengan


kriteria: jika nilai thitung ttabel, maka H0 ditolak.
5) Membuat kesimpulan.
Koefisien Determinasi pada Regresi Linear Sederhana
Koefisien determinasi merupakan koefisien yang menyatakan berapa
persen besarnya pengaruh variabel X terhadap Y. Adapun rumus
yang digunakan sebagai berikut:
KP = r2 x 100%
Dengan
KP = besarnya koefisien penentu (determinan)
r = koefisien korelasi

Anda mungkin juga menyukai