Anda di halaman 1dari 13

SINTESIS

“Strategi Pembelajaran Pendidikan Lingkungan Secara Terintegrasi dalam


Meningkatkan Literasi Lingkungan dan Karakter Mahasiswa”

Diajukan sebagai salah satu tugas mata kuliah Analisis Hasil Studi Internasional
yang diberikan oleh Dr. Riandi, M.Si dan Prof. Hertien KS, MScES, PhD

NUR ROKHMANI TRI SISWI

1706713

Environmental Worldviews in Higher Education : Case Study in Turkish College


Student
Pre-service High School Biology Teachers’ Candidates and Environmental Phenomena
Implementation of Ecological Education in a Higher Education
The Complexity of Environmental Education : Teaching Ideas and Strategies from
Teachers
Active Learning Methods in Environmental Education of Students
Analysis of Science Teacher Candidates’ Environmental Knowledge, Environmental
Behavior and Self-Efficacy Through a Project Called “Environment and Energy with
Professional Science Education”
The Effect of Environmental Education on the Pre-Service Teachers’ Affective
Tendency Towards the Environment and Cognitive Structure
The Relationship Between Environmental Literacy and Self-Efficacy Beliefs Towards
Environmental Education
The Significance of Environmental Contents in Character Education For Quality of Life
Education on Climate Risks and Their Implications For Health
BAB 1. PENDAHULUAN

Isu lingkungan merupakan isu yang menarik perhatian bagi berbagai


kalangan saat ini. masalah lingkungan baik secara global maupun lokal dianggap
sebagai masalah bersama yang perlu dicarikan solusinya. Solusi dapat berupa
tindakan jangka pendek dan tindakan jangka panjang. Solusi yang dihadirkan
diharapkan dapat membantu bumi tempat kita tinggal saat ini bertahan dari
kerusakan.

Lingkungan merupakan bagian yang akan kita wariskan kepada generasi


mendatang. Pemuda merupakan kelompok yang akan memimpin dan menentukan
bagaimana dan akan menjadi apa lingkungan dimasa depan. Penyadaran bagi
generasi masa depan, terutama kalangan terdidik seperti mahasiswa, dengan cara
meningkatkan pengetahuan, kesadaran, dan partisipasi untuk menjaga lingkungan
dianggap sebagai hal yang penting. Oleh karena itu, perlu kiranya menumbuhkan
budaya lingkungan yang menggabungkan antara pengetahuan, pandangan, sikap,
dan keterampilan memberikan solusi bagi perbaikan lingkungan.

Beberapa penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan


mahasiswa tentang isu lingkungan tidak sebanding dengan tingkat kesadarannya
tentang lingkungan (Erdogan, 2013). Penelitian lain menunjukkan bahwa masih
ada sebagian mahasiswa biologi calon guru yang masih kurang sadar akan
kejadian-kejadian yang menjadi alasan penyebab masalah lingkungan (Oztas,
2014). Hal-hal yang menjadi dasar penemuan-penemuan ini adalah bahwa
mahasiswa belum memiliki kesadaran yang cukup tentang pengetahuan dasar,
kebiasaan, dan aktivitas yang pro lingkungan (Oztas, 2014).

Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kesadaran


lingkungan generasi muda adalah melalui pendidikan lingkungan. Pendidikan
lingkungan yang baik adalah pendidikan yang dapat melibatkan siswa dalam
melakukan perbaikan bagi lingkungan. Pendidikan lingkungan yang terdiri dari
pembelajaran teori dan praktik, dapat membantu menumbuhkan budaya
lingkungan yang baik jika dilakukan secara bertahap dan berkelanjutan (Kallas, et.
al, 2015). Melalui pendidikan lingkungan yang baik, siswa yang sadar akan
kondisi lingkungan akan ikut berkontribusi untuk berpikir dan memilihkan solusi
yang baik bagi perubahan lingkungan dalam kehidupan sehari-hari (Onder dan
Kocaeren, 2015).

Pelaksanaan pendidikan lingkungan berbasis teori dan praktik dapat


dilakukan dengan melakukan pembelajaran melalui observasi langsung dan
melakukan penyelidikan terkait kondisi lingkungan yang ada disekitarnya (Kallas
et.al, 2015). Untuk mendukung kegiatan observasi dan penyelidikan, dapat
dilakukan dengan cara menstimulus siswa untuk memprediksi, menjelaskan,
berdiskusi, dan mengevaluasi. Dengan demikian, siswa dapat belajar secara teori
dan praktik secara bersamaan.

Dalam makalah ini, akan dibahas tentang strategi pembelajaran pendidikan


lingkungan secara terintegrasi untuk meningkatkan literasi lingkungan dan
karakter mahasiswa. Diantara nya akan dibahas tentang pendidikan lingkungan,
literasi lingkungan, karakter dalam pendidikan lingkungan, dan pentingnya
peningkatan literasi lingkungan dan karakter dalam pendidikan lingkungan.

BAB 2. ISI

2.1 Pendidikan Lingkungan


Pendidikan ekologi, sebagai bagian dari pendidikan lingkungan, dinyatakan
sebagai "proses belajar dan pengembangan pribadi yang permanen yang diarahkan
pada pembentukan sistem pengetahuan dan keterampilan ilmiah dan praktis,
orientasi yang berharga, hubungan moral dan estetika yang memberikan tanggung
jawab ekologis seseorang untuk negara dan perbaikan lingkungan” (Zverev, 1995
dalam Kallas et. Al, 2015). Pendidikan ekologis adalah salah satu instrument
untuk membangun pengetahuan tentang lingkungan, tentang sebab dan akibat
bencana ekologi, keamanan ekologis, dan konsep tentang eksistensi manusia di
alam. Pendidikan ekologi mengarahkan aktivitas manusia dalam proses menuju
ekonomi sumber daya alam, prediksi konsekuensi dampak antropogenik terhadap
lingkungan, pencarian metode konservasi energi, memahami fakta bahwa
pengetahuan ekologis memungkinkan membuat dunia kita lebih aman dan sehat.
Pendidikan lingkungan adalah dorongan untuk mengajak partisipasi
masyarakat dalam pelestarian sistem lingkungan (Romero, R.M., 2014 dalam
Hernandez et al, 2017). Pendidikan lingkungan juga merupakan cara belajar
tentang lingkungan dan memahami cara-cara untuk mengatasi masalah
lingkungan (Hernandez et al, 2017). Pendidikan lingkungan selayaknya memiliki
petunjuk dasar seperti sosialisasi kondisi masa depan, pengembangan konsep
siswa tentang kesatuan antara manusia dan alam, dan orientasi pada prinsip
pembangunan yang stabil dalam pengelolaan lingkungan (Kallas et.al, 2015).
Pendidikan lingkungan, diharapkan dapat meningkatkan kesadaran dan kepekaan
terhadap lingkungan bagi setiap individu. Setiap individu yang telah sadar akan
kondisi lingkungan akan ikut berkontribusi untuk berpikir dan memilihkan solusi
yang baik bagi perubahan lingkungan (Onder dan Kocaeren, 2015).
Pendidikan lingkungan memiliki dua tujuan utama (Pane dan Patriana, 2016).
Pertama adalah untuk meningkatkan kesadaran lingkungan sehingga dapat
mencegah perilaku merusak lingkunga. Kedua adalah untuk mengembangkan
pemahaman bahwa pelestarian dan perbaikan kualitas lingkungan akan
menghasilkan kehidupan yang nyaman. Kehidupan yang nyaman akan berdampak
pada peningkatan kualitas hidup (Pane dan Patriana, 2016).

2.2 Literasi Lingkungan


Literasi lingkungan dilihat sebagai kapasitas seseorang dalam memandang,
menginterpretasi kondisi sistem lingkungan dan mengambil langkah yang sesuai
untuk memelihara, memperbaiki, dan meningkatkan keadaan sistem lingkungan
(tuncer et al, 2009 dalam Saribas et al, 2014). Literasi lingkungan terdiri dari 4
komponen yaitu:
a. Pengetahuan lingkungan
b. Sikap lingkungan
c. Persepsi tentang perilaku lingkungan, dan
d. Perhatian tentang lingkungan.
Literasi lingkungan diperlukan untuk bisa menumbuhkan kepercayaan
bahwa dirinya mampu memberikan solusi bagi kondisi lingkungan. Hasil
penelitian Saribas dan rekan-rekannya (2014), menunjukkan bahwa mahasiswa
calon guru memiliki sikap, pandangan tentang perilaku lingkungan, dan perhatian
tentang lingkungan yang tinggi. Tetapi literasi lingkungannya masih berada di
level pertengahan. Hal ini disebabkan oleh tingkat pengetahuan lingkungan yang
masih kurang memadai.

Terdapat dua pandangan tentang lingkungan yang akan berpengaruh pada


pengetahuan, kesadaran, dan sikap seseorang terhadap lingkungan. Dua
pandangan tersebut disebut sebagai Dominant Social Paradigm (DSP) dan
Ecosentric Paradigm (EP) (Erdogan, 2013). Kerangka paradigma sosial terdiri
dari beberapa pandangan yang bersifat antroposentris, seperti :
a. Manusia lebih unggul dari alam
b. Manusia tidak termasuk ke dalam kendala ekologis
c. Manusia mampu mengadaptasikan alam
d. Sumber daya melimpah (pertumbuhan ekonomi sangat penting)
e. Sains teknologi dapat menyelesaikan masalah
f. Properti pribadi adalah suatu yang wajib di atas kepekaan kepedulian
terhadap lingkungan
Sedangkan kerangka pada paradigma ekosentris diantaranya adalah:
a. Penilaian yang tinggi tentang alam
b. Memiliki kasih sayang terhadap spesies lain
c. Perencanaan dan tindakan yang hati-hati
d. Ada batas pertumbuhan yang dapat ditampung oleh alam
e. Sifat kerja sama, keterbukaan dan partisipasi
f. Penekanan pada pandangan ke depan dan perencanaan.

2.3 Karakter dalam Pendidikan Lingkungan


Karakter adalah nilai-nilai yang melibatkan pengetahuan, perasaan, dan
tindakan (Goleman, 2001 dalam Pane dan Patriana, 2016). Salah satu tujuan
pendidikan adalah membentuk karakter. Karakter yang hanya melibatkan
pengetahuan saja dianggap tidak cukup untuk mewakili karakter yang harus
dibangun dalam pendidikan. Karakter yang diperlukan adalah karakter yang juga
muncul dalam bentuk moral perasaan (Pane dan Patriana, 2016). Karakter yang
muncul dalam bentuk moral perasaan meliputi:
a. Hati nurani
b. Percaya diri
c. Empati
d. Kebaikan perilaku
e. Kontrol diri, dan
f. Kerendahan hati
Sesuai dengan pernyataan Goleman di atas, karakter yang baik dapat
dibangun dalam diri seseorang, jika dalam dirinya terdapat pengetahuan, perasaan,
dan tindakan yang baik. Pendidikan lingkungan sebagai salah satu materi yang
penting dan menyangkut tentang masalah yang sedang dihadapi bersama dapat
menjadi salah satu upaya untuk membangun karakter pada diri seseorang (Kallas
et al, 2015; Hernandez et al, 2017; Derevenskaia, 2014). Hasil penelitian
menyebutkan bahwa dengan melakukan pendidikan lingkungan yang baik,
mengakibatkan kecenderungan sikap terhadap lingkungan menjadi lebih positif
(Özgür dan Yilmaz, 2013). Pendidikan lingkungan yang baik, akan membantu
untuk menumbuhkan budaya lingkungan yang baik. Budaya lingkungan akan
memberikan kesempatan bagi generasi muda untuk memperbaiki kondisi
lingkungan dan menyelesaikan masalah yang sedang dihadapi (Derevenskaia,
2017).
Disisi lain, karakter yang tumbuh dari perasaan dan tindakan akan bermuara
pada penemuan solusi bagi masalah yang dihadapi. Penemuan solusi ini, harus
dimulai dari kesadaran individu tentang masalah yang dihadapi. Seperti halnya
masalah lingkungan, maka untuk menemukan solusi tentang lingkungan perlu
adanya kesadaran yang baik tentang masalah lingkungan (Onder dan Kocaeren,
2015).
Karakter juga berhubungan dengan sikap seseorang. Menurut Oztas (2014),
terdapat dua kriteria untuk menganalisis sikap lingkungan mahasiswa. Dua
kriteria tersebut adalah pengetahuan dasar tentang lingkungan dan perilaku serta
aktivitas yang pro lingkungan. Namun, menurutnya ada kemungkinan faktor
emosional juga memegang peran penting dalam munculnya sikap seseorang. Hal
ini didasarkan pada pendapat yang menyebutkan bahwa faktor emosional
memegang peranan penting dalam menimbulkan perilaku primer seseorang
tentang lingkungan (Aronson, 1975 dalam Oztas, 2014).

2.4 Strategi Pembelajaran dalam Pendidikan Lingkungan


Pembelajaran dalam pendidikan lingkungan merupakan pembelajaran yang
melibatkan interdisiplin ilmu. Dengan melakukan pembelajaran interdisiplin,
siswa dapat memperoleh informasi yang komprehensif tentang lingkungan
sehingga persepsi yang terbentuk akan lebih baik (Roldan et. Al, 2017). Menurut
Derevenskaia (2017) pembelajaran dalam pendidikan lingkungan dapat dilakukan
dengan menggunakan pembelajaran aktif dan inovatif menggunakan metode
proyek. Penggunaan metode proyek dalam pendidikan lingkungan dinilai lebih
baik dibandingkan bentuk pendidikan tradisional dalam bentuk pelajaran di kelas.
Pembelajaran yang melibatkan multi komponen dan multi level dalam ekosistem
memungkinkan siswa untuk mengilustrasikan berbagai hukum lingkungan dalam
praktik di pembelajaran.
Syarat dasar untuk melakukan metode proyek adalah sebagai berikut: (1)
adanya masalah yang signifikan; (2) dilakukan secara praktis, teoritis, dan
melibatkan proses kognitif; (3) aktivitas mandiri siswa; (4) identifikasi tujuan
akhir proyek bersama atau secara individu; (5) identifikasi pengetahuan dasar dari
berbagai bidang yang diperlukan untuk mengerjakan proyek; (6) menguraikan isi
proyek; dan (7) penerapan metode penelitian (Mingazova 2008 dalam
Derevenskaia, 2017). Dalam pendidikan lingkungan menggunakan metode proyek,
beberapa hal yang dapat di ukur antara lain suhu air, konduktifitas, DO (Dissolve
Oxygen), dan pH air (Derevenskaia, 2017).
Kallas dalam penelitiannya menyebutkan bahwa pendidikan ekologi harus
diimplementasikan sebagai proses yang multi-bertahap, yang terdiri dari kuliah
teori dan praktek lapangan (Kallas et. Al, 2015). Tahap yang dilakukan adalah (1)
akuisisi pengetahuan umum, (2) pembentukan pengetahuan dan keterampilan
ekologi, dan (3) penerapan pengetahuan dan keterampilan. Dengan melakukan
pendidikan lingkungan dengan pendekatan multitahap dan berkesinambungan,
pendidik dapat melihat kemampuan siswa dalam mengungkapkan kesadaran
lingkungan, memahami kepentingan sosial dari isu ekologis, dan pengetahuan
tentang prinsip pemantauan, evaluasi konservasi dan perencanaan (Kallas et. Al,
2015).
Disisi lain, sebagian besar guru cenderung menganjurkan beberapa strategi
dalam pembelajaran lingkungan (Hernandez et. Al, 2017). Beberapa strategi
tersebut diantaranya adalah:
1) melakukan penilaian dalam pelaksanaan pendidikan lingkungan
2) menggunakan buku teks sebagai alat utama dalam pembelajaran dan
evaluasi pendidikan lingkungan di sekolah, dan
3) mengajarkan pemahaman terhadap pendidikan lingkungan dengan
dimulai dari memahami penyebab dan fenomena nya secara terpisah.

Hal-hal di atas, menunjukkan bahwa sebagian guru masih mendukung strategi


atau cara lama dalam mengajarkan pendidikan lingkungan di sekolah.

2.5 Pentingnya Peningkatan Literasi dan Pembentukan Karakter


Lingkungan

Literasi lingkungan dianggap hal yang penting untuk ditanamkan dari sejak
dini sebab literasi lingkungan memiliki pengaruh positif terhadap sikap terhadap
lingkungan (Özgür dan Yilmaz, 2013). Literasi lingkungan dilihat sebagai
kapasitas seseorang dalam memandang, menginterpretasi kondisi sistem
lingkungan dan mengambil langkah yang sesuai dengan melibatkan pengetahuan,
Sikap lingkungan, Persepsi tentang perilaku lingkungan, dan Perhatian tentang
lingkungan (tuncer et al, 2009 dalam Saribas et al, 2014). Dengan demikian,
literasi lingkungan yang baik akan membantu seseorang untuk berkontribusi
dalam masalah lingkungan (Onder dan Kocaeren, 2015).

Peningkatan literasi lingkungan dikalangan siswa, mahasiswa dan calon


guru dirasa penting. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian mahasiswa
memiliki pandangan tentang lingkungan hidup tetapi tidak mencerminkan
orientasi pada pandangan yang pro lingkungan secara luas (Erdogan, 2013). Hasil
penelitian lain menunjukkan bahwa keyakinan self-efficacy calon guru dan
pengetahuan tentang lingkungannya masih terbilang rendah, meskipun
ketertarikan, sikap dan perhatian terhadap lingkungan mereka tinggi ( Saribas et al,
2014).

Selain itu, kondisi lingkungan yang semakin memburuk membuat literasi


lingkungan diperlukan untuk membangun solusi bersama. Kondisi lingkungan
yang buruk ditunjukkan dengan adanya perubahan iklim yang menyebabkan
banyaknya bencana seperti kebakaran hutan, banjir, dan tanah longsor (Pane dan
Patriana, 2016). Sebagian besar masyarakat menyadari perubahan lingkungan
yang terjadi. Akan tetapi rendahnya pengetahuan mereka tentang lingkungan,
menyebabkan mereka tidak berkontribusi aktif dalam memelihara lingkungan. Hal
ini sesuai dengan Roldan (et. Al, 2017) yang menyatakan bahwa responden dalam
penelitiannya mengetahui fenomena perubahan iklim dan meyakini hal itu. Lebih
lanjut, Mahasiswa memiliki pengetahuan yang sangat umum tentang perubahan
iklim. Mereka justru tidak memiliki persepsi yang baik terkait fenomena-
fenomena penting akibat perubahan iklim (Roldan et. Al, 2017).

Disisi lain, terdapat korelasi signifikan antara keyakinan tentang self-efficacy


dengan pengetahuan dan sikap atau perilaku masyarakat (Saribas, et. Al, 2014).
Hal ini berarti bahwa literasi lingkungan erat kaitannya dengan pembentukan
karakter seseorang tentang lingkungan. Perubahan sikap, nilai dan persepsi dapat
dikembangkan dan dilatihkan dalam lembaga pendidikan formal atau informal
untuk menciptakan masyarakat dan individu yang bertanggung jawab terhadap
lingkungan. (Roldan et. Al, 2017). Untuk itu, perlu kiranya calon guru
mempersiapkan pembelajaran yang efektif dan memadai untuk membangun
generasi yang akan datang ((Özgür dan Yilmaz, 2013).

BAB 3. KESIMPULAN

Penjelasan pada bagian dua menunjukkan bahwa pendidikan lingkungan


merupakan cara belajar yang dilakukan dengan tujuan membentuk tanggung
jawab individu dan masyarakat tentang lingkungan. Pendidikan lingkungan
merupakan salah satu cara untuk membangun literasi dan karakter lingkungan.
Literasi lingkungan adalah gabungan antara pengetahuan, kesadaran, dan
keterampilan seseorang untuk mengambil tindakan bagi lingkungan. Literasi erat
kaitannya dalam pembentukan karakter melalui pembentukan sikap dan budaya
lingkungan.

Pembelajaran dalam pendidikan lingkungan perlu diarahkan kepada


pendidikan multidisiplin yang dilakukan secara bertahap, melibatkan siswa secara
aktif, dan berorientasi pada tanggung jawab terhadap lingkungan. Pembelajaran
dapat dilakukan dalam berbagai cara seperti, menggunakan active learning,
pembelajaran berbasis proyek, dan pembelajaran- pembelajaran inovatif lainnya.

BAB 4. TANGGAPAN

Artikel-artikel yang dibahas pada makalah ini memiliki kesamaan yaitu


membahas terkait pendidikan lingkungan. Sebagian besar artikel menjelaskan
bagaimana hasil survey atau studi kasus terhadap mahasiswa, siswa, atau
masyarakat terkait pandangan, pengetahuan, dan sikap lingkungan mereka. Untuk
dapat meningkatkan literasi lingkungan dan karakter lingkungan, perlu kiranya
sebuah pembelajaran pendidikan lingkungan yang mengarah pada praktek
penentuan solusi dengan menggabungkan pengetahuan, sikap, dan kesadaran
terhadap lingkungan. Pembelajaran aktif dan inovatif yang dilakukan melalui
proyek lingkungan sudah cukup baik dalam membantu membuka wawasan dan
keterampilan lingkungan. Untuk itu perlu kiranya instrument pendukung
pembelajaran lainnya dalam bentuk tugas-tugas yang melibatkan pikiran,
pandangan dan pengetahuan siswa.

Tugas yang berbasis pada kegiatan observasi langsung, menumpahkan ide-


ide dan melakukan kolaborasi bersama merupakan tugas yang dapat mendukung
pembelajaran aktif dalam pendidikan lingkungan. Tugas yang mungkin dapat
digunakan dalam menumbuhkan literasi lingkungan siswa adalah tugas dengan
model POE (Predict-Observe-Explain) yang dimodifikasi. Kegiatan belajar
mengajar dengan menggunakan desain POE membuat siswa memiliki
kemampuan untuk mengembangkan metakognisi dalam diri mereka (Klangmanee,
R., dan Sumranwanich, W., 2011). Ini berarti bahwa siswa memiliki kemampuan
untuk merencanakan, memantau, dan mengevaluasi melalui proses self learning
dan berpikir. Desain modifikasi POE yaitu PDOEDE (Predict-Discuss-Observe-
Explain-Discuss-Explain) juga memungkinkan untuk membantu siswa mencapai
pemahaman yang lebih baik tentang suatu fenomena, dan membuat pemahaman
tersebut berada pada long-term memory siswa (Coştu, et. Al, 2011).
PUSTAKA

Coştu, Bayram., Ayas, Alipaşa., dan Niaz, Mansoor. (2011). Investigating the
effectiveness of a POE-based teaching activity on students’
understanding of condensation. Springer Science, 40, 47-67.
Derevenskaia, O. (2014). Active Learning Methods In Environmental Education
of Students. Science Direct Elsevier, 131, 101-104.

Erdogan, Nazmiye. (2013). Environmental Worldviews in Higher Education: a


Case Study of Turkish College students. Science Direct Elsevier, 106, 1086-
1095.

Hernández, R.V, Alcántara, L, Limón, D. (2017). The Complexity of


Environmental Education: Teaching Ideas and Strategies from Teachers.
Science Direct Elsevier, 237, 968-974.

Kallas, E.V, Solovjeva, T.P, dan Minakova, L.Y. (2015). Implementation of


Ecological Education in a Higher School. Science direct Elsevier, 200, 453-
459.

Klangmanee, R., Sumranwanich, W. (2011). The Development og Grade 5 Thai


Student’s Metacognitive Strategies In Learning about Force and Pressure
Through Predict Observe Explain (POE). Thailand: Khon Kaen University.

Onder, Rasim dan Kocaeren, Aysel, A. (2015). Analysis of Science Teacher


Candidates’ Environmental Knowledge, Environmental Behavior and Self-
Efficacy through a Project called “Environment and Energy with Professional
Science Education”. Science Direct Elsevier, 186, 105-112.

Özgür, Sinem D, dan Yilmaz, Ayhan. (2013). The Effect of Environmental


Education on the Pre-Service Teachers’ Affective Tendency Towards the
Environment and Cognitive Structure. Science Direct Elsevier, 106, 2704-
2713.

Oztas, Haydar. (2014). Pre-Services High School Biology Teachers’ Candidates


and Environmental Phenomena. Science Direct Elsevier, 116, 4482-4486.
Pane, M. M., dan Patriana, Rina. (2016). The Significance of Environmental
Contents in Character Education for Quality of Life. Science Direct Elsevier,
222, 244-252.

Roldan, A.E, Pérez, J.G, dan Cartea, P.M. (2017). Education on Climate Risks
and Their Implication for Health. Science Direct Elsevier, 237, 599-605.

Saribas, D., Teksoz G., dan Ertepinar, H. (2014). The Relationship Between
Environmental Literacy and Self-Efficacy Beliefs Toward Environmental
Education. Science direct Elsevier, 116, 3664-3668.

Anda mungkin juga menyukai