Anda di halaman 1dari 13

I.

LATAR BELAKANG
Pada awalnya merangkai kata tidak berkaitan dengan kegiatan menulis. Operasional
atau cakupan makna kata merangkai mula-mula terbatas pada kata pekerjaan yang
berhubungan dengan benda konkret seperti merangkai bunga atau merangkai benda
lain. Sejalan dengan kemajuan komunikasi dan bahasa, lama kelamaan timbul istilah
merangkai kata. Lalu berlanjut dengan merangkai kalimat, kemudian jadilah apa yang
disebut sebagai karangan. Orang yang merangkai atau menyusun kata atau kalimat,
dan alinea tidak disebut perangkai, tetapi penyusun atau pengarang untuk
membedakannya dengan perangkai bunga. Belakangan muncul sebutan penulis
karena karangan tertulis juga disebut tulisan.

Sebenarnya mengarang tidak hanya dan tidak harus tertulis. Seperti halnya
berkomunikasi, kegiatan mengarang yang juga menggunakan bahasa sebagai medium
dapat berlangsung secara lisan. Seseorang yang berbicara, misalnya dalam sebuah
diskusi atau berpidato secara serta-merta (impromtu) otaknya terlebih dahulu harus
mengarang sebelum mulutnya berbicara. Pada saat berbicara sang pembicara itu
sebetulnya bekerja keras mengorganisasikan isi pembicaraannya agar teratur,
terarah/terfokus, sambil memikir-mikirkan urut-urutan kata, pilihan kata, struktur
kalimat. Bahkan cara penyajiannya (misalnya deduktif atau induktif, klimaks atau
anti-klimaks). Apa yang didengar atau ditangkap orang dari penyajian lisan itu, itulah
karangan lisan. Namun, karena tujuan penguraian dalam makalah ini terutama
mengenai karangan tertulis, pembicaraan tentang karangan lisan tidak dilanjutkan.
Uraian singkat tentang mengarang secara lisan itu tadi hanya dimaksudkan untuk
membantu pemahaman akan arti kata mengarang.

II.

RUMUSAN MASALAH
2.1 Apa yang dimaksud dengan tulisan?
2.2 Apa yang dimaksud tulisan ilmiah?
2.3 Apa yang dimaksud tulisan semi ilmiah?
2.4 Apa yang dimaksud tulisan non-ilmiah?
2.5 Apa perbedaan dari tulisan ilmiah, semi ilmiah, dan non-ilmiah?

III.

PEMBAHASAN
Pada penulisan ini, penulis akan mencoba membatasi masalah pada perbedaan
karangan ilmiah, semi ilmiah, non ilmiah berdasarkan informasi yang didapat.

3.1 Pengertian Karangan/Tulisan


Menurut Lamuddin Finozza, karangan adalah hasil penjabaran suatu gagasan secara
resmi dan teratur tentang suatu topic atau pokok bahasan. Setiap karangan yang ideal
pada prinsipnya merupakan uraian yang lebih tinggi atau lebih luas dari alinea.
3.2 Penggolongan Karangan/Tulisan
Penggolongan karang menurut bobot isinya, karangan dapat bagi menjadi tiga jenis
yaitu, karangan ilmiah, semi ilmiah, dan nonilmiah.
a. Tulisan Ilmiah
Tulisan ilmiah adalah hasil pemikiran ilmiah seorang ilmuwan (yang berupa hasil
pengembangan) yang ingin mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi, dan
seni yang diperoleh melalui kepustakaan, kumpulan pengalaman, penelitian, dan
pengetahuan orang lain sebelumnya. (Dwiloka, 2005 : 2).

Tulisan ilmiah adalah hasil pemikiran ilmiah pada suatu disiplin ilmu terterntu
yang disusun secara sistematis, ilmiah, logis, benar, bertanggung jawab, dan
menggunakan bahasa yang baik dan benar. (Pateda, 1993 : 91)

Tulisan ilmiah juga dapat didekskripsikan suatu tulisan tulis yang disajikan secara
ilmiah dalam sebuah forum atau media ilmiah. Karakteristik keilmiahan sebuah
tulisan terdapat pada isi, penyajian, dan bahasa yang digunakan. Isi tulisan ilmiah
tentu bersifat keilmuan, yakni rasional, objektif, tidak memihak, dan berbicara apa
adanya. Isi sebuah tulisan ilmiah harus fokus dan bersifat spesifik pada sebuah
bidang keilmuan secara mendalam. Kedalaman tulisan tentu sangat disesuaikan
dengan kemampuan sang ilmuwan. Bahasa yang digunakan juga harus bersifat
baku, disesuaikan dengan sistem ejaan yang berlaku di Indonesia. Bahasa ilmiah

tidak menggunakan bahasa pergaulan, tetapi harus menggunakan bahasa ilmu


pengetahuan, mengandung hal-hal yang teknis sesuai dengan bidang keilmuannya.
Pada dasarnya tulisan ilmiah merupakan kegiatan yang sama dengan proses
penulisan

pada

umumnya.

Kegiatan

menulis

pada

dasarnya

kegiatan

menyampaikan atau menyajikan gagasan atau pikiran, informasi, kehendak,


kepentingan dan berbagai pesan kepada pihak lain dalam bahasa tulis. Kegiatan
menulis tulisan ilmiah tentu dipahami sebagai kegiatan menyampaikan
pengetahuan dan temuan baru dalam suatu bidang ilmu dalam bahasa tulis.
Tulisan ilmiah juga biasanya menggunakan media ilmiah, seperti jurnal ilmiah
atau forum ilmiah.

Fungsi Tulisan Ilmiah


Secara mendasar fungsi tulisan ilmiah adalah sebagai sarana komunikasi
akademik dalam sebuah bidang kajian keilmuan. Fungsi lainnya adalah sebagai
fungsi ekpresif dan fungsi instrumental. Fungsi ekspresif adalah seseorang dapat
menuangkan berbagai gagasan tertulis yang dikomunikasikan kepada pihak lain.
Menulis berdasarkan fungsi ini adalah usaha pemenuhan kebutuhan diri seseorang
sebagai ilmuwan atau sebagai manusia yang berpikir. Sementara itu, fungsi
instrumental adalah bahwa menulis menjadi media bagi seseorang untuk meraih
tujuan-tujuan lainnya.

Apabila kita bersepakat bahwa menulis itu berkomunikasi dengan orang lain,
maka akan didapati fungsi menulis sebagaimana fungsi komunikasi, yakni:
1. Fungsi sosial.
Menulis akan menentukan citra diri dan eksistensi diri para penulis secara
sosial. Bagi kalangan akademik, kemampuan menulis merupakan kebanggaan,
karena mereka menyadari bahwa menulis merupakan keterampilan tingkat
tinggi yang tidak dimiliki setiap orang. Dengan kemampuan menulis, orang
akan mendapatkan posisi-posisi sosial yang sebelumnya tidak diperoleh.
Popularitas dan legalitas sosial merupakan hal yang secara nyata bersignifikan
dengan kebiasaan menulis seseorang.
2. Fungsi ekspresi.
Menulis diyakini sebagai media untuk mengekspresikan pikiran, ide, gagasan,
imajinasi si penulis. Melalui tulisan, para penulis bisa menyampaikan

keinginan, penyesalan, kegalauan, angan-angan, ambisi, pendapat, bahkan


cita-cita hidupnya. Melalui tulisan pula seseorang bisa mengetahui pikiran dan
perasaan orang lain.
3. Fungsi Ritual.
Mungkin saja dengan menulis dan membacakannya kegiatan ritual
disampaikan. Melalui tulisan orang menyampaikan bela sungkawa. Melalui
tulisan pula orang menyampaikan doa dan ucapan selamat. Tulisan mungkin
saja telah menyebabkan orang yang stress dan prustasi menjadi semangat dan
optimis. Menulis ternyata bisa berfungsi ritual dalam konteks ini.
4. Fungsi instrumental.
Menulis juga bisa menjadi alat untuk mengubah sesuatu (informasi, sikap,
pendapat, pandangan) seseorang terhadap sesuatu. Seseorang yang semula
berpandangan picik terhadap reformasi mahasiswa, mungkin saja berubah
ketika membaca sebuah tulisan tentang reformasi. Seseorang yang memiliki
sikap jahat mungkin saja sadar akan perbuatannya setelah membaca sebuah
buku keagamaan. Inilah yang dimaksud dengan fungsi intrumental menulis.

Tulisan ilmiah mempergunakan bahasa keilmuan, yaitu ragam bahasa yang


menggunakan istilah-istilah keilmuan yang khusus dan hanya dapat dipahami
oleh pakar pada bidang tertentu.

Ciri Tulisan Ilmiah


Ciri-ciri bahasa keilmuan sebagai media tulisan ilmiah menurut Jujun S.
Suriasumantri (1999: 184), antara lain;
1. Reproduktif, artinya bahwa maksud yang ditulis oleh penulisannya
diterima dengan makna yang sama oleh pembaca.
2. Tidak ambigu, artinya penyusunan kalimatnya tidak menciptakan makna
ganda.
3. Tidak emotif, artinya tidak melibatkan aspek perasaan penulisan.
4. Penggunaan bahasa baku dalam ejaan, kata, kalimat, dan paragraf.
5. Penggunaan istilah keilmuan.
6. Bersifat denotatif, artinya penulis dalam tulisan ilmiah harus menggunakan
istilah atau kata yang hanya memiliki satu makna.

7. Rasional, artinya penulis harus menonjolkan keruntutan pikiran yang logis,


alur pemikiran yang lancer, dan kecermatan penulisan.
8. Ada kohesi antarkalimat pada setiap paragraph dan koherensi antarparagraf
dalam setiap bab.
9. Bersifat langsung ke sasaran.
10. Menggunakan kalimat efektif.

Namun menurut Lamuddin Finoza, terdapat tiga ciri karangan ilmiah. Pertama,
karangan ilmiah harus merupakan pembahasan suatu hasil penelitian (factual
objectif). Faktual objektif berarti faktanya sesuai dengan objek yang diteliti.
Kesesuaian ini harus dibuktikan dengan pengamatan atau empiri. Objektif juga
mengandung pengertian adanya sikap jujur dan tidak memihak, serta memakai
ukuran umum dalam menilai sesuatu, bukan ukuran yang subjektif (selera
perseorangan). Objektifitas tersebutlah yang membuat kebenaran ilmiah
berlaku umum dan universal. Dengan kata lain kebenaran ilmiah harus dapat
dibuktikan memlalui eksperimen bahwa dengan kondisi dan metode yang
sama dapat dihasilkan kesimpulan yang sama pula.
Kedua, tulisan ilmiah bersifat metodis dan sistematis. Artinya dalam
pembahasan masalah digunakan metode atau cara tertentu dengan langkahlangkah

yang

teratur

(sistematis)

dan

terkontrol

melalui

proses

pengidentifikasian masalah dan penentuan strategi.


Ketiga, dalam pembahasannya tulisan ilmiah menggunakan ragam bahasa
ilmiah. Bahas aiulmiah harus baku, baik ejaan, pembentukan kata, maupun
struktur kalimatnya. Selain itu bahasa ilmiah bersifat lugas agar tidak
menimbulkan penafsiran dan makna ganda (ambigu). Ciri lain bahasa ilmiah
adalah menggunakan istilah spesifik yang berlaku khusus dalam disiplin ilmu
masing-masing.

Dalam hal ini, seorang pakar penulisan ilmiah, Jujun Suriasumantri (1986:58)
berpesan secara khusus kepada penulis sebagai berikut,
Penulis ilmiah harus menggunakan bahasa yang baik dan benar sebuah
kalimat yang tidak bisa diidentifikasikan mana yang merupakan subjek dan
mana yang merupakan predikat kemungkinan besar akan merupakan
informasi yang tidak jelas. Tata bahasa merupakan ekspresi dari logika

berpikir, tata bahasa yang tidak cermat merupakan logika ang tidak cermat
pula. Oleh sebab itu, labgkah pertama dalam menulis karangan ilmiah yang
baik adalah menggunakan tata bahasa yang benar.

Syarat-syarat Tulisan Ilmiah


Ada beberapa syarat yang harus dipenuhi agar suatu tulisan layak disebut
sebagai tulisan ilmiah. Syarat-syarat itu antara lain sebagai berikut,
1. Komunikatif;
2. Bernalar;
3. Ekonomis;
4. Berdasarkan landasan teoritis yang kuat;
5. Tulisan harus relavan dengan disiplin ilmu tertentu;
6. Memiliki sumber penopang mutakhir;
7. Bertanggung jawab.

Jenis-jenis Tulisan Ilmiah


Tulisan tulis ilmiah secara umum dapat dikelompokkan ke dalam dua kategori,
yakni tulisan tulis ilmiah sebagai laporan hasil pengkajian/penelitian, dan
tulisan tulis ilmiah berupa hasil pemikiran yang bersifat ilmiah. Keduanya
dapat disajikan dalam bentuk laporan hasil penelitian, buku, diktat, modul,
tulisan terjemahan, makalah, tulisan di jurnal, atau berupa artikel yang dimuat
di media masa.
Jenis-jenis tulisan ilmiah yang terdapat dalam dunia perguruan tinggi antara
lain makalah, skripsi, tesis, dan disertasi.
1. Makalah
Makalah adalah tulisan ilmiah yang pembahasannya berdasarkan data di
lapangan yang bersifat empiris-objektif. Makalah disusun untuk memenuhi
tugas-tugas mata kuliah tertentu atau memberikan saran pemecahan
tentang masalah tertentu secara ilmiah. Makalah dapat juga berupa hasil
penelitian yang disusun untuk dibahas dalam pertemuan ilmiah, misalnya
seminar atau lokatulisan.
Makalah biasanya terdiri dari 3 bagian, yaitu bagian awall, bagian inti, dan
bagian akhir. Bagian awal terdiri dari halaman sampul, daftar isi, dan
daftar tabel atau gambar (jika ada). Bagian inti terdiri dari latar belakang

masalah, perumusan masalah, tujuan penulisan makalah, pembahasan,


kesimpulan dan saran. Bagian akhir terdiri dari daftar rujukan dan lampiran
(jika ada).
2. Skripsi
Skripsi adalah tulisan ilmiah untuk memenuhi persyaratan mengakhiri
studi S-1 dan mencapai gelar sarjana. Isinya berupa penelitian lapangan
atau penelitian pustaka, penelitian berbentuk kualitatif atau penelitian
kuantitatif dengan sistematika ilmiah yang harus ditaati secara ketat.
Tujuan penulisan skripsi

adalah melatih mahasiswa menerapkan

pengetahuannya melalui pemecahan masalah yang berkenaan dengan


bidang studi.
3. Tesis
Tesis adalah tulisan ilmiah yang disusun untuk memenuhi persyaratan
menuju ujian S-2 dan mencapai gelar magister. Landasan teori yang lebih
kuat dan pembahasan yang lebih mendalam daripada skripsi merupakan
syarat mutlak dalam penulisan tesis.
4. Disertasi
Disertasi adalah tulisan ilmiah yang disusun untuk mencapai derajat
akademis doctor (S-3). Perbedaan antara skripsi, tesis dan disertasi
biasanya terletak pada objek, metode, dan temuan penelitiannya.

b. Tulisan Semi Ilmiah


Tulisan semi Ilmiah adalah karangan ilmu pengatahun yang menyajikan fakta
umum dan menurut metodologi penulisan yang baik dan benar, ditulis dengan
bahasa konkret, gaya bahasanya formal, kata-katanya teknis dan didukung dengan
fakta umum yang dapat dibuktikan benar atau tidaknya atau sebuah penulisan
yang menyajikan fakta dan fiksi dalam satu tulisan dan penulisannya pun tidak
semi-formal tetapi tidak sepenuhnya mengikuti metode ilmiah yang sintesisanalitis karena sering dimasukkan karangan non-ilmiah. Maksud dari karangan
non-ilmiah tersebut ialah karena jenis semi ilmiah memang masih banyak
digunakan misal dalam komik, anekdot, dongeng, hikayat, novel, roman dan
cerpen.

Ciri-ciri karangan semi ilmiah atau ilmiah popular, yaitu :

ditulis berdasarkan fakta pribadi;

fakta yang disimpulkan subjektif;

gaya bahasa formal dan popular;

mementingkan diri penulis;

melebih-lebihkan sesuatu;

usulan-usulan bersifat argumentative;

bersifat persuasive.

Contoh tulisan yang termasuk jenis karangan semi ilmiah yaitu; artikel, editorial,
opini, tips, reportase, dan resensi buku. Resensi buku adalah bentuk kombinasi
antara uraian, ringkasan, dan kritik objektif terhadap sebuah buku.
c. Tulisan Non-Ilmiah
Tulisan atau karangan non-ilmiah adalah karangan yang menyajikan fakta pribadi
tentang pengetahuan dan pengalaman dalam kehidupan sehari-hari, bersifat
subyektif, tidak didukung fakta umum, dan biasanya menggunakan gaya bahasa
yang popular atau biasa digunakan (tidak terlalu formal).
Ciri-ciri Tulisan Tulis Non-Ilmiah:

Ditulis berdasarkan fakta pribadi.

Fakta yang disimpulkan subyektif.

Gaya bahasa konotatif dan populer.

Tidak memuat hipotesis.

Penyajian dibarengi dengan sejarah.

Bersifat imajinatif.

Situasi didramatisir.

Bersifat persuasif.

Tanpa dukungan bukti.

Tulisan yang termasuk jenis karangan non-ilmiah adalah dongeng, cerpen, novel,
drama, dan roman
3.3 Perbedaan antara Tulisan Ilmiah, Semi Ilmiah, dan Non-Ilmiah

Istilah karangan ilmiah dan nonilmiah merupakan istilah yang sudah sangat lazim
diketahui orang dalam dunia tulis-menulis. Berkaitan dengan istilah ini, ada juga
sebagian ahli bahasa menyebutkan tulisan fiksi dan nonfiksi. Terlepas dari
bervariasinya penamaan tersebut, hal yang sangat penting untuk diketahui adalah baik
tulisan ilmiah maupun nonilmiah/fiksi dan nonfiksi atau apa pun namanya, keduakeduanya memiliki perbedaan yang signifikan.
Perbedaan-perbedaan yang dimaksud dapat dicermati dari beberapa aspek. Pertama,
tulisan ilmiah harus merupakan pembahasan suatu hasil penelitian (faktual objektif).
Faktual objektif adalah adanya kesesuaian antara fakta dan objek yang diteliti.
Kesesuaian ini harus dibuktikan dengan pengamatan atau empiri. Kedua, tulisan
ilmiah bersifat metodis dan sistematis. Artinya, dalam pembahasan masalah
digunakan metode atau cara-cara tertentu dengan langkah-langkah yang teratur dan
terkontrol melalui proses pengidentifikasian masalah dan penentuan strategi. Ketiga,
dalam pembahasannya, tulisan ilmiah menggunakan ragam bahasa ilmiah. Dengan
kata lain, ia ditulis dengan menggunakan kode etik penulisan tulisan ilmiah.
Perbedaan-perbedaan inilah yang dijadikan dasar para ahli bahasa dalam melakukan
pengklasifikasian.
Selain karangan ilmiah dan nonilmiah yang telah disebutkan di atas, terdapat juga
karangan yang berbentuk semi-ilmiah/ilmiah populer. Sebagian ahli bahasa
membedakan dengan tegas antara karangan semi-ilmiah ini dengan karangan ilmiah
dan nonilmiah. Finoza (2005:193) menyebutkan bahwa karakteristik yang
membedakan antara karangan ilmiah, semi-ilmiah, dan non-ilmiah adalah pada
pemakaian bahasa, struktur, dan kodifikasi karangan. Jika dalam karangan ilmiah
digunakan bahasa yang khusus dalam di bidang ilmu tertentu, dalam karangan semiilmiah bahasa yang terlalu teknis tersebut sedapat mungkin dihindari. Dengan kata
lain, karangan semi-ilmiah lebih mengutamakan pemakaian istilah-istilah umum
daripada istilah-istilah khusus. Jika diperhatikan dari segi sistematika penulisan,
karangan ilmiah menaati kaidah konvensi penulisan dengan kodifikasi secara ketat
dan sistematis, sedangkan karangan semi-ilmiah agak longgar meskipun tetap
sistematis. Dari segi bentuk, karangan ilmiah memiliki pendahuluan (preliminaris)
yang tidak selalu terdapat pada karangan semi-ilmiah.

IV.

KESIMPULAN
Pengertian karangan menurut penulis adalah hasil penjabaran suatu gagasan secara
resmi dan teratur tentang suatu topik atau pokok bahasan. Setiap karangan yang ideal
pada prinsipnya merupakan uraian yang lebih luas atau lebih tinggi dari alinea.
Berdasarkan bobot isinya, karangan dapat dibagi atas tiga jenis, yaitu karangan
ilmiah, semi ilmiah , dan non-ilmiah.
Perbedaan Karangan Ilmiah dengan Non-ilmiah dan Semi Ilmiah dapat dicermati dari
beberapa aspek. Pertama, tulisan ilmiah harus merupakan pembahasan suatu hasil
penelitian (faktual objektif). Kedua, tulisan ilmiah bersifat metodis dan sistematis.
Ketiga, dalam pembahasannya, tulisan ilmiah menggunakan ragam bahasa ilmiah.
Dengan kata lain, ia ditulis dengan menggunakan kode etik penulisan tulisan ilmiah.
Sedangkan tulisan semi ilmiah dalam penggunaan bahasa, lebih bersifat teknis dan
pedoman penulisan cenderung argumentatif dan persuasif. Lain halnya dengan tulisan
non-ilmiah dengan penggunaan bahasa yang lebih seperti bahasa sehari-hari dengan
kebanyakan pedoman penulisan yang imajinatif sehingga kebenarannya tidak dapat
dibuktikan.
Ketiga klasifikasi jenis tulisan tersebut membantu kita untuk bijak dalam
mengungkapkan buah pemikiran, perasaan dan aspirasi tertulis dalam golongan
tulisan yang sesuai. Sehingga tersampaikan semua informasi yang hendak kita
sampaikan kepada pembaca dengan baik dan sesuai kaidah yang berlaku.

10

DAFTAR PUSTAKA
Finoza, Lamudin.2005.Komposisi Bahasa Indonesia.Jakarta:Diksi Insan Mulia
Nasucha, Yakub dkk.2012.Bahasa Indonesia untuk Penulisan Karya Tulis
Ilmiah.Yogyakarta:Media Perkasa
Suriasumantri, Jujun.2001.Filsafat Ilmu: Sebuah Pengantar Populer.Jakarta:Sinar Harapan

11

LAMPIRAN

Pertanyaan
1. Disebut tulisan apakah yang isinya merupakan hasil pemikiran seorang ilmiah?
a. Tulisan Non-ilmiah
b. Tulisan Fiksi
c. Tulisan Semi-ilmiah
d. Tulisan Ilmiah
e. Tidak ada jawaban
2. Disebut tulisan apakah yang isinya karangan ilmu pengatahun yang menyajikan fakta
umum?
a. Tulisan Semi-ilmiah
b. Tulisan Non-ilmiah
c. Tulisan Ilmiah
d. Tidak ada jawaban
e. Tulisan Fiksi
3. Disebut tulisan apakah yang isinya karangan yang menyajikan fakta pribadi tentang
pengetahuan dan pengalaman dalam kehidupan sehari-hari?
a. Tulisan Ilmiah
b. Tulisan Fiksi
c. Tidak ada jawaban
d. Tulisan Non-ilmiah
e. Tulisan Semi-ilmiah
4. Cerpen termasuk karya tulis yang termasuk dalam golongan tulisan.
a. Tulisan Ilmiah
b. Tulisan Semi-ilmiah
c. Tulisan Fiksi
d. Tulisan Non-ilmiah
e. Semua Benar

12

5. Berikut adalah karangan yang tergolong tulisan non-ilmiah kecuali.


a. Cerpen
b. Novel
c. Komik
d. Skripsi
e. Fable

13

Anda mungkin juga menyukai