Anda di halaman 1dari 12

IMPLEMENTASI PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP DALAM

MEWUJUDKAN SEKOLAH BERBUDAYA LINGKUNGAN (Suatu


Inovasi dan Kreatifias sebagai Karakter Pengelolaan Sekolah)
[1]

Dr.Martiman S. Sarumaha, M.Pd1


eumanava@yahoo.com

[2]

Dety Mulyanti, S.Pd, M.Pd2


Dt9alv@yahoo.com

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pendidikan merupakan salah satu bentuk perwujudan kebudayaan manusia
yang dinamis dan sarat perkembangan. Karena itu, perubahan atau perkembangan
pendidikan adalah hal yang memang seharusnya terjadi sejalan dengan perubahan
budaya kehidupan. Perubahan dalam arti perbaikan pendidikan pada semua
tingkat dan pada setiap bidang keilmuan terus menerus dilakukan sebagai
antisipasi kepentingan masa depan.
Proses pendidikan mencakup proses hominisasi dan proses humanisasi.
Pendidikan dalam pengertian ini perlu dijadikan upaya mengembangkan manusia
sebagai makhluk hidup, dan makhluk yang mampu bertanggung jawab terhadap
diri sendiri maupun terhadap kesejahteraan masyarakat. Oleh karena itu
kesempatan untuk belajar bertanggung jawab mengenal dan menghayati serta
melaksanakan nilai-nilai moral perlu ditumbuhkembangkan dalam pendidikan.
Terkait dengan itu relevanlah budaya demokrasi dihidupkan dalam seluruh proses
belajar mengajar. Dengan budaya seperti itu jiwa demokrasi akan tumbuh dan
berkembang secara baik.
Fungsi pendidikan sebagai pengembang dan pembentuk kemampuan,
kepribadian, watak, serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa memiliki peran penting dalam menanamkan
nilai-nilai pendidikan lingkungan hidup terhadap generasi penerus bangsa.
Perubahan pendidikan kearah yang lebih baik dapat dilakukan dengan
berbagai upaya, diantaranya dengan menciptakan tempat yang baik dan ideal
untuk memperoleh segala ilmu pengetahuan dan berbagai norma serta etika yang
dapat menjadi dasar manusia menuju terciptanya kesejahteraan hidup dan menuju
kepada cita-cita pembangunan berkelanjutan.Menciptakan kondisi yang baik bagi
sekolah untuk menjadi tempat pembelajaran dan penyadaran warga sekolah,
sehingga di kemudian hari warga sekolah tersebut dapat turut bertanggung jawab
dalam upaya-upaya penyelamatan lingkungan hidup dan pembangunan
berkelanjutan.
1[1]Dosen Tetap Yayasan Pendidikan Nias Selatan di Sekolah Tinggi Keguruan
dan Ilmu Pendidikan (STKIP) Nias Selatan, Sumatera Utara, Doktor Manajemen
Pendidikan, UNJ
2[2]Dosen Universitas Bale Endah, Bandung, Jawa Barat

Kegiatan utama diarahkan pada terwujudnya kelembagaan sekolah yang


peduli dan berbudaya lingkungan. Disamping pengembangan norma-norma dasar
yang antara lain: kebersamaan, keterbukaan, kesetaraan, kejujuran, keadilan, dan
kelestarian fungsi lingkungan hidup dan sumber daya alam. Serta penerapan
prinsip dasar yaitu: partisipatif, dimana komunitas sekolah terlibat dalam
manajemen sekolah yang meliputi keseluruhan proses perencanaan, pelaksanaan
dan evaluasi sesuai tanggung jawab dan peran; serta berkelanjutan, dimana
seluruh kegiatan harus dilakukan secara terencana dan terus menerus secara
komperehensif
Pembelajaran Pendidikan Lingkungan Hidup yang kini telah dan semakin
marak diterapkan di sekolah adalah bukan mempekerjakan siswa sebagai pekerja
di lingkungan sekolah, tetapi membangun jiwa cinta lingkungan, dengan harapan
bahwa generasi berikut menjadi generasi yang berbudaya lingkungan dan menjadi
sebuah habit bagi semua civitas sekolah.Untuk maksud tersebut, sekolah dan
semua stake-holder serta pemerhati lingkungan hidup melakukan konsistentisasi
yang holistik kepada konsumen pendidikan tentang peran lingkungan terhadap
keberlangsungan kehidupan di bumi, ancaman terhadap kehidupan dan solusi
penyelamatan kehidupan di bumi, serta menjelaskan tentang porsi perhatian
sekolah dalam hal ini siswa terhadap ekosistim lingkungan hidup sekitarnya.
Kurikulum muatan lokal Pendidikan Lingkungan Hidup merupakan
kebijakan pemerintah provinsi Jawa Barat yang wajib dilaksanakan sebagai upaya
peningkatan kualitas peserta didik dalam mengelola keseimbangan lingkungan
hidup yang bertujuan untuk membentuk pribadi peserta didik yang harmonis
dengan memperhatikan kebutuhan perkembangan anak dalam mencapai
kecerdasan intrapersonal, interpersonal, visual spasial, musikal, kecerdasan
advertensi, kecerdasan kreativitas, kecerdasan spiritual dan moral, serta
kecerdasan emosional dalam mengelola keseimbangan lingkungan. Untuk itu
diperlukan adanya upaya simultan dan berkesinambungan dengan melaksanakan
pembelajaran muatan lokal Pendidikan Lingkungan Hidup di lingkungan satuan
pendidikan Sekolah Menengah Pertama.
Tujuan lainnya adalah dalam rangka mendorong terciptanya pengetahuan
dan kesadaran warga sekolah dalam upaya pelestarian lingkungan hidup secara
umum, juga untuk dapat mengajak warga sekolah melaksanakan proses belajar
mengajar materi lingkungan hidup dan turut berpartisipasi melestarikan serta
menjaga lingkungan hidup di sekolah dan sekitarnya.
Untuk merealisasikan kegiatan dimaksud, maka diperlukan sebuah
program kegiatan berkelanjutan melalui kegiatan pembinaan pendidikan
kesadaran lingkungan hidup bagi seluruh warga sekolah, sehingga tercipta sekolah
yang berbudaya lingkungan.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat dirumuskan hal-hal yang akan
menjadi bahan pembahasan dari makalah ini, yaitu:
a. Bagaimana pendidikan lingkungan hidup dilaksanakan di sekolah?
b. Bagaimanakah implementasi pendidikan lingkungan hidup terhadap terwujudnya
sekolah berbudaya lingkungan?
1.3 Tujuan Penulisan

Sesuai dengan rumusan masalah, maka tujuan penulisan makalah ini adalah :
a. Mengetahui pelaksanaan pendidikan lingkungan hidup di sekolah
b. Mengetahui implementasi pendidikan lingkungan hidup terhadap terwujudnya
sekolah berbudaya lingkungan
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Lingkungan Hidup
Kehidupan manusia tidak bisa dipisahkan dari lingkungannya. Baik
lingkungan alam maupun lingkungan sosial. Kita bernapas memerlukan udara dari
lingkungan sekitar. Kita makan, minum, menjaga kesehatan, semuanya
memerlukan lingkungan. Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar
manusia yang memengaruhi perkembangan kehidupan manusia baik langsung
maupun tidak langsung (Pratomo, 2008: 6).
Lingkungan bisa dibedakan menjadi lingkungan biotik dan abiotik. Jika
berada di sekolah, lingkungan biotiknya siswa, guru, dan semua orang yang ada di
sekolah, juga berbagai jenis tumbuhan yang ada di kebun sekolah serta hewanhewan yang ada di sekitarnya. Adapun lingkungan abiotik berupa udara, meja
kursi, papan tulis, gedung sekolah, dan berbagai macam benda mati yang ada di
sekitar.Seringkali lingkungan yang terdiri dari sesama manusia disebut juga
sebagai lingkungan sosial. Lingkungan sosial inilah yang membentuk sistem
pergaulan yang besar peranannya dalam membentuk kepribadian seseorang.
Secara khusus, sering digunakan istilah lingkungan hidup untuk
menyebutkan segala sesuatu yang berpengaruh terhadap kelangsungan hidup
segenap makhluk hidup di bumi.Adapun menurut UU No. 23 Tahun 1997,
lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda dan kesatuan
makhluk hidup termasuk di dalamnya manusia dan perilakunya yang
melangsungkan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup
lainnya (Pratomo, 2008: 8)
Unsur-unsur lingkungan hidup dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu:
a. Unsur Hayati (Biotik)
Unsur hayati (biotik), yaitu unsur lingkungan hidup yang terdiri dari makhluk
hidup, seperti manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan, dan jasad renik. Jika kalian
berada di kebun sekolah, maka lingkungan hayatinya didominasi oleh tumbuhan.
Tetapi jika berada di dalam kelas, maka lingkungan hayati yang dominan adalah
teman-teman atau sesama manusia.
b. Unsur Sosial Budaya
Unsur sosial budaya, yaitu lingkungan sosial dan budaya yang dibuat manusia
yang merupakan sistem nilai, gagasan, dan keyakinan dalam perilaku sebagai
makhluk sosial. Kehidupan masyarakat dapat mencapai keteraturan berkat adanya
sistem nilai dan norma yang diakui dan ditaati oleh segenap anggota masyarakat.
c. Unsur Fisik (Abiotik)
Unsur fisik (abiotik), yaitu unsur lingkungan hidup yang terdiri dari benda-benda
tidak hidup, seperti tanah, air, udara, iklim, dan lain-lain. Keberadaan lingkungan
fisik sangat besar peranannya bagi kelangsungan hidup segenap kehidupan di
bumi. Bayangkan, apa yang terjadi jika air tak ada lagi di muka bumi atau udara

yang dipenuhi asap? Tentu saja kehidupan di muka bumi tidak akan berlangsung
secara wajar. Akan terjadi bencana kekeringan, banyak hewan dan tumbuhan
mati,perubahan musim yang tidak teratur, munculnya berbagai penyakit, dan lainlain.
2.2 Pendidikan Lingkungan Hidup
Ilmu lingkungan adalah ilmu tentang kenyataan lingkungan hidup, serta
bagaimana pengelolaannya agar menjaga dan menjamin kelangsungan kehidupan
dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lainnya. Landasan dasar dari ilmu
lingkungan adalah ekologi yang mengajarkan struktur, interaksi, dan
ketergantungan semua komponen dalam kehidupan yang satu dengan yang
lainnya. Semua komponen memiliki peran yang sama penting, sehingga eksistensi
serta kesejahteraannya harus dipelihara. Secara ekologi, semua komponen tersebut
berperan dalam jaring-jaring kehidupan, di mana manusia hanyalah satu di antara
ratusan ribu jenis yang ada. Sebagai manusia, kita mempunyai keterbatasan untuk
mengerti apa yang sebenarnya dikehendaki oleh setiap individu atau setiap jenis
makhluk hidup lainnya.
Menurut Pratomo (2008: 26) bahwa pendidikan lingkungan hidup
sangatlah penting. Dengan diberikannya pendidikan ini pada masyarakat,
diharapkan munculnya kesadaran agar lingkungan tumbuh dan berkembang
dengan baik, untuk selanjutnya terjadi perubahan sikap pandangan serta perilaku
terhadap lingkungan. Oleh karena itu, pendidikan lingkungan hidup harus
diberikan untuk semua tingkatan dan umur, baik melalui jalur sekolah maupun
luar sekolah. Pendidikan lingkungan merupakan salah satu faktor penting untuk
meminimalisasi kerusakan lingkungan hidup dan merupakan sarana yangpenting
dalam menghasilkan sumber daya manusia yang dapat melaksanakan prinsip
pembangunan berkelanjutan.
Pada tahun 1986, pendidikan lingkungan hidup dimasukkan ke dalam
pendidikan formal dengan dibentuknya mata pelajaran Pendidikan Kependudukan
dan Lingkungan Hidup. Depdikbud merasa perlu untuk mulai mengintegrasikan
PKLH ke dalam semua mata pelajaran. Pada jenjang pendidikan dasar dan
menegah (menengah umum dan kejuruan), penyampaian mata ajar tentang
masalah kependudukan dan lingkungan hidup secara integratif dituangkan dalam
sistem kurikulum dengan memasukkan masalah-masalah kependudukan dan
lingkungan hidup ke dalam hampir semua mata pelajaran. Pendidikan lingkungan
hidup dilakukan sebagai upaya untuk meningkatkan pemahaman dan kepedulian
masyarakat dalam mencari pemecahan dan pencegahan timbulnya masalah
lingkungan. Pendidikan lingkungan bertujuan meningkatkan kesadaran dan
sensitifitas terhadap lingkungan dan berbagai masalahnya.
Tujuan pendidikan lingkungan hidup adalah menjadikan masyarakat sadar
dan sensitif terhadap lingkungan dan berbagai masalahnya, serta memiliki
pengetahuan, keterampilan, sikap, motivasi, dan kesediaan untuk bekerja secara
perorangan atau kelompok ke arah pemecahan dan pencegahan masalah-masalah
lingkungan hidup (Karim, 2003: 46). Pendidikan memainkan peranan sebagai
pembentuk dan penyebar nilai-nilai baru yang diperlukan untuk menghadapi
tuntutan-tuntutan lingkungan. Dalam kaitannya dengan usaha pengembangan
sumber daya manusia, diarahkan pada tujuan khusus seperti pembangunan
nasional, pengawasan lingkungan, dan tujuan lain. Namun, pada akhirnya usaha

ini harus dipahami sebagai usaha mempertinggi martabat manusia dan


mempertinggi mutu hidup manusia. Inilah fungsi yang melekat pada pendidikan
lingkungan, tidak hanya sekedar menjaga kelestarian kehadiran manusia di bumi,
melainkan juga meraih mutu hidup tertinggi sesuai martabatnya.
Pendidikan lingkungan hidup memasukkan aspek afektif yaitu tingkah
laku, nilai dan komitmen yang diperlukan untuk membangun masyarakat yang
berkelanjutan (sustainable). Pencapaian tujuan afektif ini biasanya sukar
dilakukan. Oleh karena itu, dalam pembelajaran guru perlu memasukkan metodemetode yang memungkinkan berlangsungnya klarifikasi dan internalisasi nilainilai. Dalam pendidikan lingkungan hidup perlu dimunculkan atau dijelaskan
bahwa dalam kehidupan nyata memang selalu terdapat perbedaan nilai-nilai yang
dianut oleh individu. Perbedaan nilai tersebut dapat menimbulkan
kontroversi/pertentangan pendapat. Oleh karena itu, pendidikan lingkungan hidup
perlu memberikan kesempatan kepada siswa untuk membangun ketrampilan yang
dapat meningkatkan kemampuan memecahkan masalah.
Beberapa ketrampilan yang diperlukan untuk memecahkan masalah
diantaranya : 1) Kemampuan berkomunikasi, yakni mendengarkan, berbicara di
depan umum, menulis secara persuasif, dan desain grafis; 2) Investigasi
(investigation), yakni merancang survey, studi pustaka, melakukan wawancara,
menganalisa data; 3) Ketrampilan bekerja dalam kelompok (group process), yakni
kepemimpinan, pengambilan keputusan dan kerjasama (Zahara, 2003 : 22)
2.1.1
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.

Prinsip-prinsip Pendidikan Lingkungan Hidup


Mempertimbangkan lingkungan sebagai suatu totalitas-alami dan buatan, bersifat
teknologi dan sosial (ekonomi, politik, kultural, historis, moral, estetika);
Merupakan suatu proses yang berjalan secara terus menerus dan sepanjang hidup,
dimulai pada jaman prasekolah, dan berlanjut ke tahap pendidikan formal maupun
non formal;
Mempunyai pendekatan yang sifatnya interdisipliner, dengan menarik/mengambil
isi atau ciri spesifik dari masing-masing disiplin ilmu sehingga memungkinkan
suatu pendekatan yang holistik dan perspektif yang seimbang.
Meneliti (examine) isu lingkungan yang utama dari sudut pandang lokal, nasional,
regional dan internasional, sehingga siswa dapat menerima insight mengenai
kondisi lingkungan di wilayah geografis yang lain;
Memberi tekanan pada situasi lingkungan saat ini dan situasi lingkungan yang
potensial, dengan memasukkan pertimbangan perspektif historisnya;
Mempromosikan nilai dan pentingnya kerjasama lokal, nasional dan internasional
untuk mencegah dan memecahkan masalah-masalah lingkungan;
Secara eksplisit mempertimbangkan/memperhitungkan aspek lingkungan dalam
rencana pembangunan dan pertumbuhan;
Memampukan peserta didik untuk mempunyai peran dalam merencanakan
pengalaman belajar mereka, dan memberi kesempatan pada mereka untuk
membuat keputusan dan menerima konsekuensi dari keputusan tersebut;
Menghubungkan (relate) kepekaan kepada lingkungan, pengetahuan, ketrampilan
untuk memecahkan masalah dan klarifikasi nilai pada setiap tahap umur, tetapi
bagi umur muda (tahun-tahun pertama) diberikan tekanan yang khusus terhadap
kepekaan lingkungan terhadap lingkungan tempat mereka hidup;

j.

Membantu peserta didik untuk menemukan (discover), gejala-gejala dan


penyebab dari masalah lingkungan;
k. Memberi tekanan mengenai kompleksitas masalah lingkungan, sehingga
diperlukan kemampuan untuk berfikir secara kritis dengan ketrampilan untuk
memecahkan masalah.
l. Memanfaatkan beraneka ragam situasi pembelajaran (learning environment) dan
berbagai pendekatan dalam pembelajaran mengenai dan dari lingkungan dengan
tekanan yang kuat pada kegiatan-kegiatan yang sifatnya praktis dan memberikan
pengalaman secara langsung (first-hand experience). (Pratomo, 2008: 30)
2.1.2 Pilar Pembangunan Berkelanjutan
Persoalan lingkungan hidup merupakan persoalan yang bersifat sistemik,
kompleks, serta memiliki cakupan yang luas. Oleh sebab itu, materi atau isu yang
diangkat dalam penyelenggaraan kegiatan pendidikan lingkungan hidup juga
sangat beragam. Sesuai dengan kesepakatan nasional tentang pembangunan
berkelanjutan yang ditetapkan dalam Indonesian Summit on Sustainable
Development (ISSD) di Yogyakarta pada tanggal 21 Januari 2004, telah ditetapkan
3 (tiga) pilar pembangunan berkelanjutan yaitu ekonomi, sosial, dan lingkungan.
Ketiga pilar tersebut merupakan satu kesatuan yang bersifat saling ketergantungan
dan saling memperkuat. Adapun inti dari masing-masing pilar adalah (Zahara,
2003 : 47) :
a. Pilar Ekonomi
Menekankan pada perubahan sistem ekonomi agar semakin ramah terhadap
lingkungan hidup sesuai dengan prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan. Isu
atau materi yang berkaitan adalah pola konsumsi dan produksi, teknologi bersih,
pendanaan/pembiayaan, kemitraan usaha, pertanian, kehutanan, perikanan,
pertambangan, industri, dan perdagangan
b. Pilar Sosial
Menekankan pada upaya-upaya pemberdayaan masyarakat dalam upaya
pelestarian lingkungan hidup. Isu atau materi yang berkaitan adalah kemiskinan,
kesehatan, pendidikan, kearifan/budaya lokal, masyarakat pedesaan, masyarakat
perkotaan, masyarakat terasing/terpencil, kepemerintahan/ kelembagaan yang
baik, serta hukum dan pengawasan.
c. Pilar Lingkungan
Menekankan pada pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan yang
berkelanjutan. Isu atau materi yang berkaitan adalah pengelolaan sumberdaya air,
pengelolaan sumberdaya lahan, pengelolaan sumberdaya udara, pengelolaan
sumberdaya laut dan pesisir, energi dan sumberdaya mineral, konservasi
satwa/tumbuhan langka, keanekaragaman hayati, dan penataan ruang
2.3 Sekolah Berbudaya Lingkungan
2.3.1 Pengertian Sekolah Berbudaya Lingkungan
Sekolah berbudaya lingkungan merupakan
salah satu program
Kementrian Negara Lingkungan Hidup dalam rangka mendorong terciptanya
pengetahuan dan kesadaran warga sekolah dalam upaya pelestarian lingkungan
hidup. Dalam pelaksanaannya Kementrian Negara Lingkungan Hidup
bekerjasama dengan para steakholder, menggulirkan program sekolah berbudaya
lingkungan dengan harapan dapat mengajak warga sekolah melaksanakan proses

a.
b.
c.

a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.

a.
b.
c.
d.

belajar mengajar materi lingkungan hidup dan turut berpartisipasi melestarikan


serta menjaga lingkungan hidup di sekolah dan sekitarnya.
2.3.2. Tujuan Program Sekolah Berbudaya Lingkungan
Tujuan sekolah berbudaya lingkungan adalah menciptakan kondisi yang
baik bagi sekolah untuk menjadi tempat pembelajaran dan penyadaran warga
sekolah, sehingga dikemudian hari warga sekolah tersebut dapat turut
bertanggungjawab dalam upaya-upaya penyelamatan lingkungan hidup dan
pembangunan berkelanjutan. Kegiatan utama sekolah berbudaya lingkungan
adalah mewujudkan kelembagaan sekolah yang peduli dan berbudaya lingkungan
bagi sekolah dasar dan menengah di Indonesia.
2.3.3 Landasan KebijakanProgram Sekolah Berbudaya Lingkungan
UU Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup;
UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional;
Kesepakatan Bersama Kementrian Negara Lingkungan Hidup Dengan
Departemen Pendidikan Nasional KEP. 7/MENLH/06/2005 dan Nomor:
05/VI/KB/2005
2.3.4.Prinsip danNorma Dasar Program Sekolah Berbudaya Lingkungan
Program dan kegiatan yang dikembangkan harus berdasarkan normanorma dasar dan berkehidupan yang meliputi antara lain kebersaaan, keterbukaan,
kejujuran, keadilan, dan kelestarian fungsi lingkungan hidup dan sumber daya
alam. Adapun prinsip dasar program sekolah berbudaya lingkungan adalah
partisipatif dan berkelanjutan. Partisipatif maksudnya adalah bahwa komunitas
sekolah (kepala sekolah, guru, siswa dan karyawan) terlibat dalam manajemen
sekolah yang meliputi keseluruhan proses perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi
sesuai dengan tanggung jawab dan perannya. Sedangkan berkelanjutan,
mengandung maksud bahwa seluruh kegiatan harus dilakukan secara terencana
dan terus menerus secara komprehensif.
2.3.5 KeuntunganProgram Sekolah Berbudaya Lingkungan
Keuntungan sekolah berbudaya lingkungan adalah :
Meningkatkan efisiensi dalam pelaksanaan kegiatan operasional sekolah dan
penggunaan berbagai sumber daya;
Meningkatkan penghematan sumber daya melalui pengurangan konsumsi
berbagai sumber daya dan energi;
Meningkatkan kondisi belajar mengajar yang lebih nyaman dan kondusif bagi
semua warga sekolah;
Menciptakan kondisi kebersamaan bagi semua warga sekolah;
Meningkatkan upaya menghindari berbagai resiko dampak lingkungan negatif
dimasa yang akan datang;
Menjadi tempat pembelajaran bagi generasi muda tentang nilai-nilai pemeliharaan
dan pengelolaan lingkungan hidup yang baik dan benar;
Mendapat penghargaan dari pemerintah dalam bentuk Adiwiyata.
2.3.6 Indikator dan Kriteria Program Sekolah Berbudaya Lingkungan
Dalam mewujudkan sekolah berbudaya lingkungan perlu ditetapkan berbagai
indikator, yakni :
Pengembangan kebijakan sekolah peduli dan berbudaya lingkungan;
Pengembangan kurikulum berbasis lingkungan;
Pengembangan kegiatan berbasis partisipatif;
Pengembangan dan atau pengelolaan sarana pendukung sekolah.

BAB III
PEMBAHASAN

a.

b.

c.

d.

3.2

a.
b.

3.1 Penerapan Pendidikan Lingkungan Hidup di Sekolah


Pelaksanaan pendidikan lingkungan hidup di sekolah didasari oleh
kebijakan lingkungan, yakni pernyataan lembaga sekolah tentang keinginan dan
prinsip-prinsip yang berkaitan dengan kinerja lingkungan secara keseluruhan.
Kebijakan tersebut merupakan kerangka tindakan dan penentuan sasaran serta
target (objectives and targets). Menajemen puncak, dalam hal ini kepala sekolah,
menetapkan kebijakan pendidikan lingkungan hidup sekolah, struktur, dan
tanggung jawab. Kebijakan pendidikan lingkungan hidup di sekolah dilakukan
melalui penerapan manajemen pendidikan lingkungan hidup yang mengacu pada
prinsip plan, do, check, dan action.
Perencanaan (plan)
Dalam melakukan perencanaan pengelolaan lingkungan di sekolah diperlukan
identifikasi aspek lingkungan, identifikasi peraturan perundang-undangan,
penetapan tujuan dan sasaran lingkungan sekolah, dan penetapan program
lingkungan untuk pencapaiannya.
Pelaksanaan (do)
Untuk melaksanakan pendidikan lingkungan hidup pada sistem ini, sekolah
mengembangkan kemampuan dan mekanisme yang diperlukan untuk mencapai
kebijakan, tujuan, dan sasaran dapat dibuat untuk membentuk pola pengembangan
pendidikan lingkungan hidup di sekolah. Mekanisme prinsip penerapan yang
dibangun seperti disyaratkan, terdiri dari tujuh elemen, yaitu: (1) struktur dan
tanggungjawab; (2) pelatihan, kepedulian dan kompetensi, (3) komunikasi; (4)
dokumentasi dan pengendaliannya; (5) kesiagaan dan tanggap darurat.
Pemeriksaan dan Tindakan Perbaikan
Pemeriksaan dan tindakan koreksi dilaksanakan oleh organisasi untuk mengukur,
memantau dan mengevaluasi kinerja lingkungan sekolah. Prinsip pemeriksaan dan
tindakan koreksi terdiri dari empat elemen, yaitu pemantauan dan pengukuran,
ketidaksesuaian, tindakan koreksi/pencegahan, rekaman, dan audit.
Tinjauan Ulang Manajemen
Hasil dari proses pemeriksaan dan tindakan koreksi tersebut dijadikan masukan
bagi manajemen dalam menerapkan prinsip pengkajian dan penyempurnaan, yaitu
berupa kajian ulang manajemen yang dilaksanakan organisasi setiap enam bulan/
satu tahun sekali, atau bila dianggap perlu.
Implementasi Pendidikan Lingkungan Hidup dalam Mewujudkan Sekolah
Berbudaya Lingkungan
3.2.1 Pengembangan Kebijakan Sekolah
Untuk mewujudkan sekolah yang berbudaya lingkungan maka diperlukan
beberapa kebijakan sekolah yang mendukung dilaksanakannya kegiatan
pendidikan lingkungan hidup oleh semua warga sekolah sesuai dengan prinsipprinsip dasar sekolah berbudaya lingkungan yaitu partisipatif dan berkelanjutan.
Visi dan misi sekolah yang berbudaya lingkungan memiliki indikator :
Mengembangkan pembelajaran pendidikan lingkungan hidup;
Meningkatkan kemampuan sumber daya manusia (tenaga kependidikan dan non
kependidikan) di bidang pendidikan lingkungan hidup;

c. Penghematan sumber daya alam;


d. Mendukung terciptanya lingkungan sekolah yang bersih dan sehat;
e. Pengalokasian dan penggunaan dana bagi kegiatan yang terkait dengan masalah
lingkungan hidup.

a.
1)
2)
3)
4)
5)
6)
7)
8)
b.

1)
2)
3)
4)
c.

1)
2)
3)
d.

3.2.2 Adanya Kinerja Pendidikan Lingkungan Hidup di Sekolah


Kinerja pendidikan lingkungan hidup di sekolah dapat diukur melalui
pengintegrasian materi lingkungan hidup dalam berbagai kegiatan, diantaranya :
Memperingati dan berpartisipasi pada hari-hari besar lingkungan hidup, seperti :
Hari Pencanangan Satu Juta Pohon
Hari Kehutanan Sedunia
Hari Air
Hari Bumi
Hari Keanekaragaman Hayati
Hari Lingkungan Hidup Sedunia
Hari Sampah
Hari Cinta Puspa dan Satwa Nasional
Pengembangan Kurikulum Berbasis Lingkungan
Penyampaian materi lingkungan hidup kepada para siswa dapat dilakukan melalui
kurikulum secara terintegrasi atau monolitik. Pengembangan materi, model
pembelajaran dan metode belajar yang bervariasi, dilakukan untuk memberikan
pemahaman kepada siswa tentang lingkungan hidup yang dikaitkan dengan
persoalan lingkungan sehari-hari. Pengembangan kurikulum berbasis lingkungan
hidup untuk mewujudkan sekolah yang pedui dan berbudaya lingkungan dapat
dicapai dengan melakukan hal-hal berikut :
Pengembangan model pembelajaran lintas mata pelajaran;
Penggalian dan pengembangan materi serta persoalan lingkungan hidup yang ada
di masyarakat sekitar;
Pengembangan metode belajar berbasis lingkungan dan budaya;
Pengembangan kegiatan kurikuler untuk peningkatan pengetahuan dan kesadaran
siswa tentang lingkungan hidup.
Pengembangan Kegiatan Berbasis Partisipatif
Untuk mewujudkan sekolah yang peduli dan berbudaya lingkungan, warga
sekolah perlu dilibatkan dalam berbagai aktivitas pembelajaran lingkungan hidup.
Selain itu sekolah juga diharapkan melibatkan masyarakat disekitarnya dalam
melakukan berbagai kegiatan yang memberikan manfaat baik bagi warga sekolah
dalam mengembangkan kegiatan berbasis partisipatif adalah;
Menciptakan kegiatan ekstrakurikuler/kokurikuler di bidang lingkungan hidup
berbasis partisipatif di sekolah;
Mengikuti kegiatan aksi lingkungan hidup yang dilakukan oleh pihak luar;
Membangun dan memprakarsai kegiatan kemitraan dalam pengembangan
pendidikan lingkungan hidup di sekolah.
Kegiatan Ekstrakurikuler
Kegiatan ekstrakurikuler seperti 7 K yang mencakup keamanan, ketertiban,
kebersihan, keindahan, kekeluargaan, kerindangan, dan kesehatan merupakan
suatu wadah yang dapat dimanfaatkan untuk menyampaikan materi lingkungan
kepada siswa dalam kegiatan konkret. Kegiatan konkret tersebut dapat dilakukan
pada perayaan hari internasional, nasional, dan lokal dengan membahas masalah

e.

1)
2)
3)
4)
5)
3.2.3

a.
b.
1)
2)
3)
4)
5)
c.
d.
e.
f.
g.
h.

lingkungan global, nasional dan lokal yang sedang terjadi, gerakan kebersihan
lingkungan sekolah, pasar, perumahan, gerakan penggunaan sepeda, jalan kaki,
bus umum, lomba karya ilmia, kampanye lingkungan, dan lain sebagainya sesuai
kebutuhan dan kondisi lingkungan sekolah dan masyarakat. Pelaksanaan
pengintegrasian materi lingkungan hidup pada kegiatan ektrakurikuler dapat
memilih metode dan media sesuai dengan kondisi lapangan. Kegiatan ini
diarahkan untuk membentuk sikap dan perilaku siswa dalam mewujudkan
pembangunan yang berkelanjutan.
Kegiatan ekstrakurikuler yang mendukung pengembangan pendidikan lingkungan
hidup diantaranya: Pramuka, PMR, Jurnalistik, KIR IPA, Duta Lingkungan dan
Tim Peneliti.
Pengelolaan dan atau Pengembangan Sarana Pendukung Sekolah
Dalam mewujudkan sekolah yang peduli dan berbudaya lingkungan perlu
didukung sarana prasarana yang mencerminkan upaya pengelolaan lingkungan
hidup. Pengelolaan dan pengembangan sarana tersebut meliputi;
Pengembangan fungsi sarana pendukung sekolah yang ada untuk pendidikan
lingkungan hidup;
Peningkatan kualitas pengelolaan lingkungan di dalam dan di luar kawasan
sekolah;
Penghematan sumberdaya alam (air, listrik, energi) dan ATK;
Peningkatan kualitas pelayanan gizi sehat;
Pengembangan sistem pengelolaan sampah.
Penampilan Sekolah
Dalam mewujudkan sekolah berbudaya lingkungan (sekolah yang
menanamkan nilai-nilai lingkungan hidup kepada seluruh warga dan masyarakat
sekitarnya) dapat dikembangkan untuk mengantisipasi berbagai macam persoalan
lingkungan, khususnya kegiatan yang memiliki dampak atau akibat aktivitas
kegiatan belajar mengajar yang ada di sekolah.
Penampilan sekolah berbudaya lingkungan secara umum dapat dinilai dari
adanya :
Penerapan hemat energi
Manajemen/ pengelolaan pemisahan sampah
Penyediaan tempat sampah yg terpisah organik dan anorganik (sampah basahkering)
Sistim pengangkutan sampah (tersedia gerobak, TPS dll)
Ada kegiatan pengomposan dan pemanfaatan sampah (3R)
Ada tenaga kebersihan dan keterlibatan siswa dan guru dalam kebersihan sekolah
Ada jadwal pengangkutan sampah dan catatan jumlah timbulan sampah dan
komposting
Pengelolaan air bersih dan kotor
Pengelolaan emisi/gas buang
Taman toga/apotek hidup (ada tulisan nama, kegunaan) dan tanaman hias.
Green house, kebun sekolah, taman, hutan sekolah, dan tanaman penghijauan
sebagai paru-paru sekolah
Kolam ikan, rumah burung
Logo dan slogan-slogan/baliho
3.2.4 Sikap dan Perilaku Warga Sekolah

Sikap dan perilaku warga sekolah terhadap lingkungan hidup merupakan


nilai yang paling penting dalam mewujudkan sekolah berbudaya lingkungan.
Pelaksanaan pendidikan lingkungan hidup disekolah mempunyai sasaran
meningkatkan kepedulian seluruh warga sekolah (kepala sekolah, tenaga
administrasi, guru, dan siswa) terhadap lingkungan. Standar penilaian dapat dibuat
sesuai kebutuhan sekolah. Sebagai contoh untuk menilai sikap dan perilaku siswa
dengan kategori baik atau jelek dapat dilihat dari penampilan kelasnya. Jika kelas
siswa kelihatan kotor, apakah akibat banyak kertas berserakan dan banyak coretan
di dinding, kelasnya dapat dinilai bahwa siswa tersebut belum memiliki
kepedulian terhadap lingkungan. Demikian juga bagi guru, tenaga administrasi,
dan kepala sekolah dapat dinilai dari ruang kerja masing-masing unit. Sedangkan
mengukur keberhasilan (sikap dan perilaku) sekolah dalam mewujudkan sekolah
berbudaya lingkungan dapat dinilai seluruh unsur (warga) yang ada di sekolah.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Fungsi pendidikan sebagai pengembang dan pembentuk kemampuan,
kepribadian, watak, serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa memiliki peran penting dalam menanamkan
nilai-nilai pendidikan lingkungan hidup terhadap generasi penerus bangsa.
Perubahan pendidikan kearah yang lebih baik dapat dilakukan dengan
berbagai upaya, diantaranya dengan menciptakan tempat yang baik dan ideal
untuk memperoleh segala ilmu pengetahuan dan berbagai norma serta etika yang
dapat menjadi dasar manusia menuju terciptanya kesejahteraan hidup dan menuju
kepada cita-cita pembangunan berkelanjutan.Menciptakan kondisi yang baik bagi
sekolah untuk menjadi tempat pembelajaran dan penyadaran warga sekolah,
sehingga di kemudian hari warga sekolah tersebut dapat turut bertanggung jawab
dalam upaya-upaya penyelamatan lingkungan hidup dan pembangunan
berkelanjutan.
Dalam upaya merealisasikan tujuan tersebut, maka perlu adanya inovasi
dan kreatifitas pengelola sekolah yang peduli dan berbudaya lingkungan. Sebab
dengan konsep sekolah berbudaya lingkungan diharapkan dapat meningkatkan
kualitas peserta didik dalam mengelola keseimbangan lingkungan hidup. Tujuan
lainnya adalah membentuk pribadi peserta didik yang harmonis dengan
memperhatikan kebutuhan perkembangan anak dalam mencapai kecerdasan
intrapersonal, interpersonal, visual spasial, musikal, kecerdasan advertensi,
kecerdasan kreativitas, kecerdasan spiritual dan moral, serta kecerdasan emosional
dalam mengelola keseimbangan lingkungan.
4.2 Saran
Kaitannya dengan upaya inovatif dan kreatif pengelola sekolah dalam
mengimplemetasikan pendidikan lingkungan hidup menuju sekolah berbudaya
lingkungan, maka penulis menyampaikan saran-saran sebagai berikut :
a. Dalam upaya mewujudkan sekolah berbudaya lingkungan para pengelola sekolah
hendaknya memiliki inovasi dan kreatifitas supaya program sekolah berbudaya
lingkungan dapat dilaksanakan dengan baik

b.

Supaya sekolah merasa termotivasi untuk mewujudkan sekolah berbudaya


lingkungan, pemerintah daerah hendaknya memberika reward bagi sekolah yang
telah peduli dan berbudaya lingkungan.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2007. Pendidikan Berbasis Lingkungan. Online: Tersedia.


http://tabloid_info.sumenep.go.id, di browsing tanggal 14 Mei 2013
Karim, S.A. 2003. Program PKLH Jalur Sekolah: Kajian dari Perspektif Kurikulum dan
Hakekat Belajar Mengajar. Jakarta: Depdiknas.
Pratomo, Suko. 2008. Pendidikan Lingkungan. Bandung : Sonagar Press.
Suherli. 2007. Menulis Karangan Ilmiah. Depok: Arya Duta.
Zahara, T. Dj. 2003. Perilaku Berwawasan Lingkungan dalam Pembangunan
Berkelanjutan Dilihat dari Keinovatifan dan Pengetahuan Tentang Lingkungan.
Jakarta: Depdiknas.
http://lh.surabaya.go.id/adiwiyata/indikator.html, di browsing tanggal 14 Mei 2013

You might also like:

Anda mungkin juga menyukai