[2]
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pendidikan merupakan salah satu bentuk perwujudan kebudayaan manusia
yang dinamis dan sarat perkembangan. Karena itu, perubahan atau perkembangan
pendidikan adalah hal yang memang seharusnya terjadi sejalan dengan perubahan
budaya kehidupan. Perubahan dalam arti perbaikan pendidikan pada semua
tingkat dan pada setiap bidang keilmuan terus menerus dilakukan sebagai
antisipasi kepentingan masa depan.
Proses pendidikan mencakup proses hominisasi dan proses humanisasi.
Pendidikan dalam pengertian ini perlu dijadikan upaya mengembangkan manusia
sebagai makhluk hidup, dan makhluk yang mampu bertanggung jawab terhadap
diri sendiri maupun terhadap kesejahteraan masyarakat. Oleh karena itu
kesempatan untuk belajar bertanggung jawab mengenal dan menghayati serta
melaksanakan nilai-nilai moral perlu ditumbuhkembangkan dalam pendidikan.
Terkait dengan itu relevanlah budaya demokrasi dihidupkan dalam seluruh proses
belajar mengajar. Dengan budaya seperti itu jiwa demokrasi akan tumbuh dan
berkembang secara baik.
Fungsi pendidikan sebagai pengembang dan pembentuk kemampuan,
kepribadian, watak, serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa memiliki peran penting dalam menanamkan
nilai-nilai pendidikan lingkungan hidup terhadap generasi penerus bangsa.
Perubahan pendidikan kearah yang lebih baik dapat dilakukan dengan
berbagai upaya, diantaranya dengan menciptakan tempat yang baik dan ideal
untuk memperoleh segala ilmu pengetahuan dan berbagai norma serta etika yang
dapat menjadi dasar manusia menuju terciptanya kesejahteraan hidup dan menuju
kepada cita-cita pembangunan berkelanjutan.Menciptakan kondisi yang baik bagi
sekolah untuk menjadi tempat pembelajaran dan penyadaran warga sekolah,
sehingga di kemudian hari warga sekolah tersebut dapat turut bertanggung jawab
dalam upaya-upaya penyelamatan lingkungan hidup dan pembangunan
berkelanjutan.
1[1]Dosen Tetap Yayasan Pendidikan Nias Selatan di Sekolah Tinggi Keguruan
dan Ilmu Pendidikan (STKIP) Nias Selatan, Sumatera Utara, Doktor Manajemen
Pendidikan, UNJ
2[2]Dosen Universitas Bale Endah, Bandung, Jawa Barat
Sesuai dengan rumusan masalah, maka tujuan penulisan makalah ini adalah :
a. Mengetahui pelaksanaan pendidikan lingkungan hidup di sekolah
b. Mengetahui implementasi pendidikan lingkungan hidup terhadap terwujudnya
sekolah berbudaya lingkungan
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Lingkungan Hidup
Kehidupan manusia tidak bisa dipisahkan dari lingkungannya. Baik
lingkungan alam maupun lingkungan sosial. Kita bernapas memerlukan udara dari
lingkungan sekitar. Kita makan, minum, menjaga kesehatan, semuanya
memerlukan lingkungan. Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar
manusia yang memengaruhi perkembangan kehidupan manusia baik langsung
maupun tidak langsung (Pratomo, 2008: 6).
Lingkungan bisa dibedakan menjadi lingkungan biotik dan abiotik. Jika
berada di sekolah, lingkungan biotiknya siswa, guru, dan semua orang yang ada di
sekolah, juga berbagai jenis tumbuhan yang ada di kebun sekolah serta hewanhewan yang ada di sekitarnya. Adapun lingkungan abiotik berupa udara, meja
kursi, papan tulis, gedung sekolah, dan berbagai macam benda mati yang ada di
sekitar.Seringkali lingkungan yang terdiri dari sesama manusia disebut juga
sebagai lingkungan sosial. Lingkungan sosial inilah yang membentuk sistem
pergaulan yang besar peranannya dalam membentuk kepribadian seseorang.
Secara khusus, sering digunakan istilah lingkungan hidup untuk
menyebutkan segala sesuatu yang berpengaruh terhadap kelangsungan hidup
segenap makhluk hidup di bumi.Adapun menurut UU No. 23 Tahun 1997,
lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda dan kesatuan
makhluk hidup termasuk di dalamnya manusia dan perilakunya yang
melangsungkan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup
lainnya (Pratomo, 2008: 8)
Unsur-unsur lingkungan hidup dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu:
a. Unsur Hayati (Biotik)
Unsur hayati (biotik), yaitu unsur lingkungan hidup yang terdiri dari makhluk
hidup, seperti manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan, dan jasad renik. Jika kalian
berada di kebun sekolah, maka lingkungan hayatinya didominasi oleh tumbuhan.
Tetapi jika berada di dalam kelas, maka lingkungan hayati yang dominan adalah
teman-teman atau sesama manusia.
b. Unsur Sosial Budaya
Unsur sosial budaya, yaitu lingkungan sosial dan budaya yang dibuat manusia
yang merupakan sistem nilai, gagasan, dan keyakinan dalam perilaku sebagai
makhluk sosial. Kehidupan masyarakat dapat mencapai keteraturan berkat adanya
sistem nilai dan norma yang diakui dan ditaati oleh segenap anggota masyarakat.
c. Unsur Fisik (Abiotik)
Unsur fisik (abiotik), yaitu unsur lingkungan hidup yang terdiri dari benda-benda
tidak hidup, seperti tanah, air, udara, iklim, dan lain-lain. Keberadaan lingkungan
fisik sangat besar peranannya bagi kelangsungan hidup segenap kehidupan di
bumi. Bayangkan, apa yang terjadi jika air tak ada lagi di muka bumi atau udara
yang dipenuhi asap? Tentu saja kehidupan di muka bumi tidak akan berlangsung
secara wajar. Akan terjadi bencana kekeringan, banyak hewan dan tumbuhan
mati,perubahan musim yang tidak teratur, munculnya berbagai penyakit, dan lainlain.
2.2 Pendidikan Lingkungan Hidup
Ilmu lingkungan adalah ilmu tentang kenyataan lingkungan hidup, serta
bagaimana pengelolaannya agar menjaga dan menjamin kelangsungan kehidupan
dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lainnya. Landasan dasar dari ilmu
lingkungan adalah ekologi yang mengajarkan struktur, interaksi, dan
ketergantungan semua komponen dalam kehidupan yang satu dengan yang
lainnya. Semua komponen memiliki peran yang sama penting, sehingga eksistensi
serta kesejahteraannya harus dipelihara. Secara ekologi, semua komponen tersebut
berperan dalam jaring-jaring kehidupan, di mana manusia hanyalah satu di antara
ratusan ribu jenis yang ada. Sebagai manusia, kita mempunyai keterbatasan untuk
mengerti apa yang sebenarnya dikehendaki oleh setiap individu atau setiap jenis
makhluk hidup lainnya.
Menurut Pratomo (2008: 26) bahwa pendidikan lingkungan hidup
sangatlah penting. Dengan diberikannya pendidikan ini pada masyarakat,
diharapkan munculnya kesadaran agar lingkungan tumbuh dan berkembang
dengan baik, untuk selanjutnya terjadi perubahan sikap pandangan serta perilaku
terhadap lingkungan. Oleh karena itu, pendidikan lingkungan hidup harus
diberikan untuk semua tingkatan dan umur, baik melalui jalur sekolah maupun
luar sekolah. Pendidikan lingkungan merupakan salah satu faktor penting untuk
meminimalisasi kerusakan lingkungan hidup dan merupakan sarana yangpenting
dalam menghasilkan sumber daya manusia yang dapat melaksanakan prinsip
pembangunan berkelanjutan.
Pada tahun 1986, pendidikan lingkungan hidup dimasukkan ke dalam
pendidikan formal dengan dibentuknya mata pelajaran Pendidikan Kependudukan
dan Lingkungan Hidup. Depdikbud merasa perlu untuk mulai mengintegrasikan
PKLH ke dalam semua mata pelajaran. Pada jenjang pendidikan dasar dan
menegah (menengah umum dan kejuruan), penyampaian mata ajar tentang
masalah kependudukan dan lingkungan hidup secara integratif dituangkan dalam
sistem kurikulum dengan memasukkan masalah-masalah kependudukan dan
lingkungan hidup ke dalam hampir semua mata pelajaran. Pendidikan lingkungan
hidup dilakukan sebagai upaya untuk meningkatkan pemahaman dan kepedulian
masyarakat dalam mencari pemecahan dan pencegahan timbulnya masalah
lingkungan. Pendidikan lingkungan bertujuan meningkatkan kesadaran dan
sensitifitas terhadap lingkungan dan berbagai masalahnya.
Tujuan pendidikan lingkungan hidup adalah menjadikan masyarakat sadar
dan sensitif terhadap lingkungan dan berbagai masalahnya, serta memiliki
pengetahuan, keterampilan, sikap, motivasi, dan kesediaan untuk bekerja secara
perorangan atau kelompok ke arah pemecahan dan pencegahan masalah-masalah
lingkungan hidup (Karim, 2003: 46). Pendidikan memainkan peranan sebagai
pembentuk dan penyebar nilai-nilai baru yang diperlukan untuk menghadapi
tuntutan-tuntutan lingkungan. Dalam kaitannya dengan usaha pengembangan
sumber daya manusia, diarahkan pada tujuan khusus seperti pembangunan
nasional, pengawasan lingkungan, dan tujuan lain. Namun, pada akhirnya usaha
j.
a.
b.
c.
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
a.
b.
c.
d.
BAB III
PEMBAHASAN
a.
b.
c.
d.
3.2
a.
b.
a.
1)
2)
3)
4)
5)
6)
7)
8)
b.
1)
2)
3)
4)
c.
1)
2)
3)
d.
e.
1)
2)
3)
4)
5)
3.2.3
a.
b.
1)
2)
3)
4)
5)
c.
d.
e.
f.
g.
h.
lingkungan global, nasional dan lokal yang sedang terjadi, gerakan kebersihan
lingkungan sekolah, pasar, perumahan, gerakan penggunaan sepeda, jalan kaki,
bus umum, lomba karya ilmia, kampanye lingkungan, dan lain sebagainya sesuai
kebutuhan dan kondisi lingkungan sekolah dan masyarakat. Pelaksanaan
pengintegrasian materi lingkungan hidup pada kegiatan ektrakurikuler dapat
memilih metode dan media sesuai dengan kondisi lapangan. Kegiatan ini
diarahkan untuk membentuk sikap dan perilaku siswa dalam mewujudkan
pembangunan yang berkelanjutan.
Kegiatan ekstrakurikuler yang mendukung pengembangan pendidikan lingkungan
hidup diantaranya: Pramuka, PMR, Jurnalistik, KIR IPA, Duta Lingkungan dan
Tim Peneliti.
Pengelolaan dan atau Pengembangan Sarana Pendukung Sekolah
Dalam mewujudkan sekolah yang peduli dan berbudaya lingkungan perlu
didukung sarana prasarana yang mencerminkan upaya pengelolaan lingkungan
hidup. Pengelolaan dan pengembangan sarana tersebut meliputi;
Pengembangan fungsi sarana pendukung sekolah yang ada untuk pendidikan
lingkungan hidup;
Peningkatan kualitas pengelolaan lingkungan di dalam dan di luar kawasan
sekolah;
Penghematan sumberdaya alam (air, listrik, energi) dan ATK;
Peningkatan kualitas pelayanan gizi sehat;
Pengembangan sistem pengelolaan sampah.
Penampilan Sekolah
Dalam mewujudkan sekolah berbudaya lingkungan (sekolah yang
menanamkan nilai-nilai lingkungan hidup kepada seluruh warga dan masyarakat
sekitarnya) dapat dikembangkan untuk mengantisipasi berbagai macam persoalan
lingkungan, khususnya kegiatan yang memiliki dampak atau akibat aktivitas
kegiatan belajar mengajar yang ada di sekolah.
Penampilan sekolah berbudaya lingkungan secara umum dapat dinilai dari
adanya :
Penerapan hemat energi
Manajemen/ pengelolaan pemisahan sampah
Penyediaan tempat sampah yg terpisah organik dan anorganik (sampah basahkering)
Sistim pengangkutan sampah (tersedia gerobak, TPS dll)
Ada kegiatan pengomposan dan pemanfaatan sampah (3R)
Ada tenaga kebersihan dan keterlibatan siswa dan guru dalam kebersihan sekolah
Ada jadwal pengangkutan sampah dan catatan jumlah timbulan sampah dan
komposting
Pengelolaan air bersih dan kotor
Pengelolaan emisi/gas buang
Taman toga/apotek hidup (ada tulisan nama, kegunaan) dan tanaman hias.
Green house, kebun sekolah, taman, hutan sekolah, dan tanaman penghijauan
sebagai paru-paru sekolah
Kolam ikan, rumah burung
Logo dan slogan-slogan/baliho
3.2.4 Sikap dan Perilaku Warga Sekolah
b.