Anda di halaman 1dari 25

Contoh Karya Ilmiyah Makalah Emansipasi Wanita

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Makalah ini berisi tentang Emansiapsi Wanita dan perjaungan Wanita
untuk menyamakan derajat Wanita terhadap kaum Pria. Memang secara fisik
Wanita lebih lemah dari Pria, Namun pada dasarnya antara wanita dan pria
memiliki hak dan kedudukan yang sama sesuai dengan UUD No 39 tahun 1999
Pasal 46 yang berbunyi pemberian kesempatan dan kedudukan yang sama bagi
wanita untuk melaksanakan peranannya dalam bidang eksekutif , yudikatif,
legislatif, kepartaian, dan pemilihan umum menuju keadilan dan kesetaraan
jender.
Dan Di dalam Al-quran di jelaskan S. An Nisa:
Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Alloh telah
melebihkan sebagian mereka (laki-laki) atas sebagian yang lain (wanita). (QS.
An Nisa: 34).
Pada Ayat di atas bisa di artikan bahwa seorang Wanita tidak akan bisa sama
dengan kaum Pria. Karena Alloh telah menciptakan kaum elaki lebih daripada
kaum pria. Dalam arti Alloh menciptakan kaum pria untuk melindungi kaum
Wanita. Sebagai kaum Wanita tidak ada salahnya jika ingin menyamakan derajat
tersebut namun persamaan derajat antara kaum wanita dengan kaum pria tidaklah
berlebihan hingga menentang hokum syariat islam. Telah di jelaskan di dalam
Al-Quran S.An Nisa:35
Kaum lelaki itu adalah sebagai pemimpin (pelindung) bagi kaum wanita. (An
Nisa: 35).
Dari ayat diatas, sangat memberatkan bagi kaum Wanita, karena hal
tersebut mengekang kaum wanita untuk bebas, bebas dalam arti bisa keluar
kemana-mana seperti kaum pria. Tapi kaum wanita tidak perlu
mengkhawatirkannya. Allah subhanahu wataala Yang Maha Mengetahui tentang
maslahat (kebaikan) hambanya di dunia maupun diakhirat yaitu kewajiban wanita
untuk tetap tinggal di rumah. Namun bila ada kepentingan, diperbolehkan baginya
keluar rumah untuk memenuhi kebutuhannya. Rasulullah shallallahu alaihi
wasallam bersabda:

Allah telah mengijinkan kalian untuk keluar rumah guna menunaikan hajat
kalian. (Muttafaqun alahi)

Namun juga ingat petuah Rasulullah shallallahu alaihi wasallam yang lainnya:

Wanita itu adalah aurat maka bila ia keluar rumah syaithan menyambutnya.
(HR. At Tirmidzi, shahih lihat Al Irwa no. 273 dan Shahihul Musnad 2/36)

Sehingga wajib baginya ketika hendak keluar harus memperhatikan adab yang
telah disyariatkan oleh Allah subhanahu wataala dan Rasul-Nya shallallahu
alaihi wasallam, yaitu:

a. Memakai jilbab yang syari sebagaimana dalam surat Al Ahzab: 59.


b. Atas izin dari suaminya, bila ia sudah menikah.
c. Tidak boleh bersafar kecuali dengan mahramnya. (HR. Muslim no. 1341)
d. Menundukkan pandangan. (An Nur: 31)
e. Berbicara dengan wajar tanpa mendayu-dayu (melembut-lembutkan). (Al
Ahzab: 32)
f. Tidak boleh melenggak lenggok ketika berjalan.
g. Hindari memakai wewangian. (Al Jamiush Shahih: 4/311)
h. Tidak boleh menghentakkan kaki ketika berjalan agar diketahui perhiasannya.
(An Nur: 31)
i. Tidak boleh khalwat (menyepi dengan pria lain yang bukan mahram) (Lihat
Shahih Muslim 2/978).
Maka hati hatilah para kaum Wanita dalam mengartikan Emansipasi
Wanita dan janganlah kalian iri terhadap apa yang telah diciptakan oleh Alloh.
Karena Alloh sudah mengatur semuanya dengan Adil. Sebagai hambanya kita
harus mematuhinya. Dan ingatlah Emansipasi bukan berarti kaum Wanita harus
sama seperti kaum pria melainkan menyamakan hak antara kaum wanita dengan
kaum pria.

B. Permasalahan / Rumusan Masalah


1. Apa Makna Emansipasi Wanita sebenarnya?
2. Bagaimana Emansipasi Wanita dalam islam?
3. Apa dampak yang ditimbulkan apabila seseorang menyalahgunakan arti dari
emansipasi Wanita sebenarnya?
4. Bagaimana tindakan yang dapat kita ambil dari Emansipasi Wanita?
B. Tujuan
Makalah ini bertujuan untuk

1. Atas dasar tuntutan dalam mata pelajaran PKn.


2. Untuk menambah wawasan para pembaca
3. Untuk mengetahui Arti sebenarnya Emansipasi Wanita
4. Bentuk Emansipasi Wanita dalam Islam Maupun dalam tata Negara.
5. Tidak Menyalahgunakan Hukum Negara tentang Emansiapsi Wanita
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian / Deskripsi
Emansipasi berasal dari bahasa latin "emancipatio" yang artinya
pembebasan dari tangan kekuasaan. Di zaman Romawi dulu, membebaskan
seorang anak yang belum dewasa dari kekuasaan orang tua, sama halnya dengan
mengangkat hak dan derajatnya.
Adapun makna emansipasi wanita adalah perjuangan sejak abad ke-14 M.
Dalam rangka memperoleh persamaan hak dan kebebasan seperti hak kaum laki-
laki.
Jadi para penyeru emansipasi wanita menginginkan agar para wanita
disejajarkan dengan kaum pria disegala bidang kehidupan, baik dalam pendidikan,
pekerjaan, perekonomian maupun dalam pemerintahan.asalkan tidak kebablasan
Menurut kami Emansipasi Wanita adalah persamaan hak antara kaum
Wanita dengan kaum Pria. Dalam arti bukan harus bertindakan seperti kaum Pria.
Namun hak disini berarti kaum Wanita berhak melakukan sesuatu namun atas
dasar izin dari kaum Wanita (untuk yang sudah memiliki suami) . karena semua
kebutuhan yang ada dalam kehidupan rumah tangga sudah menjadi kewajiban
seorang Pria, dan sebagai seorang wanita bisa membantu bekerja asalkan
mendapatkan izin dari kaum lelaki dan juga tidak sampai melupakan kewajiban
seorang Wanita.

B. Sejarah dan Tokoh Emansipasi Wanita


Tokoh emansipasi Wanita di Indonesia adalah Raden Adjeng Kartini (lahir
di Jepara, Jawa Tengah, 21 April 1879 meninggal di Rembang, Jawa Tengah, 17
September 1904 pada umur 25 tahun) Inilah sedikit cerita dan sejarah tentang
Tokoh Emansipasi Wanita di negri Pertiwi.
1. Biografi
Raden Adjeng Kartini adalah seseorang dari kalangan priyayi atau kelas
bangsawan Jawa, putri Raden Mas Adipati Ario Sosroningrat, bupati Jepara. Ia
adalah putri dari istri pertama, tetapi bukan istri utama. Ibunya bernama M.A.
Ngasirah, putri dari Nyai Haji Siti Aminah dan Kyai Haji Madirono, seorang guru
agama di Telukawur, Jepara.
Ayah Kartini pada mulanya adalah seorang wedana di Mayong. Peraturan
kolonial waktu itu mengharuskan seorang bupati beristerikan seorang bangsawan.
Karena M.A. Ngasirah bukanlah bangsawan tinggi, maka ayahnya menikah lagi
dengan Raden Adjeng Woerjan (Moerjam), keturunan langsung Raja Madura.
Setelah perkawinan itu, maka ayah Kartini diangkat menjadi bupati di Jepara
menggantikan kedudukan ayah kandung R.A. Woerjan, R.A.A. Tjitrowikromo.
Kartini adalah anak ke-5 dari 11 bersaudara kandung dan tiri. Dari
kesemua saudara sekandung, Kartini adalah anak perempuan tertua. Kakeknya,
Pangeran Ario Tjondronegoro IV, diangkat bupati dalam usia 25 tahun. Kakak
Kartini, Sosrokartono, adalah seorang yang pintar dalam bidang bahasa. Sampai
usia 12 tahun, Kartini diperbolehkan bersekolah di ELS (Europese Lagere
School). Di sini antara lain Kartini belajar bahasa Belanda. Tetapi setelah usia 12
tahun, ia harus tinggal di rumah karena sudah bisa dipingit.
Karena Kartini bisa berbahasa Belanda, maka di rumah ia mulai belajar
sendiri dan menulis surat kepada teman-teman korespondensi yang berasal dari
Belanda. Salah satunya adalah Rosa Abendanon yang banyak mendukungnya.
Dari buku-buku, koran, dan majalah Eropa, Kartini tertarik pada kemajuan
berpikir perempuan Eropa. Timbul keinginannya untuk memajukan perempuan
pribumi, karena ia melihat bahwa perempuan pribumi berada pada status sosial
yang rendah.
Kartini banyak membaca surat kabar Semarang De Locomotief yang
diasuh Pieter Brooshooft, ia juga menerima leestrommel (paket majalah yang
diedarkan toko buku kepada langganan). Di antaranya terdapat majalah
kebudayaan dan ilmu pengetahuan yang cukup berat, juga ada majalah wanita
Belanda De Hollandsche Lelie. Kartini pun kemudian beberapa kali mengirimkan
tulisannya dan dimuat di De Hollandsche Lelie. Dari surat-suratnya tampak
Kartini membaca apa saja dengan penuh perhatian, sambil membuat catatan-
catatan. Kadang-kadang Kartini menyebut salah satu karangan atau mengutip
beberapa kalimat. Perhatiannya tidak hanya semata-mata soal emansipasi wanita,
tapi juga masalah sosial umum. Kartini melihat perjuangan wanita agar
memperoleh kebebasan, otonomi dan persamaan hukum sebagai bagian dari
gerakan yang lebih luas. Di antara buku yang dibaca Kartini sebelum berumur 20,
terdapat judul Max Havelaar dan Surat-Surat Cinta karya Multatuli, yang pada
November 1901 sudah dibacanya dua kali. Lalu De Stille Kraacht (Kekuatan
Gaib) karya Louis Coperus. Kemudian karya Van Eeden yang bermutu tinggi,
karya Augusta de Witt yang sedang-sedang saja, roman-feminis karya Nyonya
Goekoop de-Jong Van Beek dan sebuah roman anti-perang karangan Berta Von
Suttner, Die Waffen Nieder (Letakkan Senjata). Semuanya berbahasa Belanda.
Oleh orangtuanya, Kartini disuruh menikah dengan bupati Rembang,
K.R.M. Adipati Ario Singgih Djojo Adhiningrat, yang sudah pernah memiliki tiga
istri. Kartini menikah pada tanggal 12 November 1903. Suaminya mengerti
keinginan Kartini dan Kartini diberi kebebasan dan didukung mendirikan sekolah
wanita di sebelah timur pintu gerbang kompleks kantor kabupaten Rembang, atau
di sebuah bangunan yang kini digunakan sebagai Gedung Pramuka.
Anak pertama dan sekaligus terakhirnya, R.M. Soesalit, lahir pada tanggal
13 September 1904. Beberapa hari kemudian, 17 September 1904, Kartini
meninggal pada usia 25 tahun. Kartini dimakamkan di Desa Bulu, Kecamatan
Bulu, Rembang.
Berkat kegigihannya Kartini, kemudian didirikan Sekolah Wanita oleh
Yayasan Kartini di Semarang pada 1912, dan kemudian di Surabaya, Yogyakarta,
Malang, Madiun, Cirebon dan daerah lainnya. Nama sekolah tersebut adalah
"Sekolah Kartini". Yayasan Kartini ini didirikan oleh keluarga Van Deventer,
seorang tokoh Politik Etis.
2. Surat-surat
Setelah Kartini wafat, Mr. J.H. Abendanon mengumpulkan dan
membukukan surat-surat yang pernah dikirimkan R.A Kartini pada teman-
temannya di Eropa. Abendanon saat itu menjabat sebagai Menteri Kebudayaan,
Agama, dan Kerajinan Hindia Belanda. Buku itu diberi judul Door Duisternis tot
Licht yang arti harfiahnya "Dari Kegelapan Menuju Cahaya". Buku kumpulan
surat Kartini ini diterbitkan pada 1911. Buku ini dicetak sebanyak lima kali, dan
pada cetakan terakhir terdapat tambahan surat Kartini.
Pada tahun 1922, Balai Pustaka menerbitkannya dalam bahasa Melayu
dengan judul yang diterjemahkan menjadi Habis Gelap Terbitlah Terang: Boeah
Pikiran, yang merupakan terjemahan oleh Empat Saudara. Kemudian tahun 1938,
keluarlah Habis Gelap Terbitlah Terang versi Armijn Pane seorang sastrawan
Pujangga Baru. Armijn membagi buku menjadi lima bab pembahasan untuk
menunjukkan perubahan cara berpikir Kartini sepanjang waktu korespondensinya.
Versi ini sempat dicetak sebanyak sebelas kali. Surat-surat Kartini dalam bahasa
Inggris juga pernah diterjemahkan oleh Agnes L. Symmers. Selain itu, surat-surat
Kartini juga pernah diterjemahkan ke dalam bahasa-bahasa Jawa dan Sunda.
Terbitnya surat-surat Kartini, seorang perempuan pribumi, sangat menarik
perhatian masyarakat Belanda, dan pemikiran-pemikiran Kartini mulai mengubah
pandangan masyarakat Belanda terhadap perempuan pribumi di Jawa. Pemikiran-
pemikiran Kartini yang tertuang dalam surat-suratnya juga menjadi inspirasi bagi
tokoh-tokoh kebangkitan nasional Indonesia, antara lain W.R. Soepratman yang
menciptakan lagu berjudul Ibu Kita Kartini.
3. Kontroversi
Ada kalangan yang meragukan kebenaran surat-surat Kartini. Ada dugaan
J.H. Abendanon, Menteri Kebudayaan, Agama, dan Kerajinan saat itu,
merekayasa surat-surat Kartini. Kecurigaan ini timbul karena memang buku
Kartini terbit saat pemerintahan kolonial Belanda menjalankan politik etis di
Hindia Belanda, dan Abendanon termasuk yang berkepentingan dan mendukung
politik etis. Hingga saat ini pun sebagian besar naskah asli surat tak diketahui
keberadaannya. Menurut almarhumah Sulastin Sutrisno, jejak keturunan J.H.
Abendanon pun sukar untuk dilacak Pemerintah Belanda.
Penetapan tanggal kelahiran Kartini sebagai hari besar juga agak
diperdebatkan. Pihak yang tidak begitu menyetujui, mengusulkan agar tidak
hanya merayakan Hari Kartini saja, namun merayakannya sekaligus dengan Hari
Ibu pada tanggal 22 Desember. Alasan mereka adalah agar tidak pilih kasih
dengan pahlawan-pahlawan wanita Indonesia lainnya, karena masih ada pahlawan
wanita lain yang tidak kalah hebat dengan Kartini seperti Cut Nyak Dhien, Martha
Christina Tiahahu,Dewi Sartika dan lain-lain.Menurut mereka, wilayah
perjuangan Kartini itu hanyalah di Jepara dan Rembang saja, Kartini juga tidak
pernah memanggul senjata melawan penjajah. Sikapnya yang pro terhadap
poligami juga bertentangan dengan pandangan kaum feminis tentang arti
emansipasi wanita. Dan berbagai alasan lainnya. Pihak yang pro mengatakan
bahwa Kartini tidak hanya seorang tokoh emansipasi wanita yang mengangkat
derajat kaum wanita Indonesia saja, melainkan adalah tokoh nasional; artinya,
dengan ide dan gagasan pembaruannya tersebut dia telah berjuang untuk
kepentingan bangsanya. Cara pikirnya sudah melingkupi perjuangan nasional.
4. Peringatan Hari Kartini
Presiden Soekarno mengeluarkan Keputusan Presiden Republik Indonesia
No.108 Tahun 1964, tanggal 2 Mei 1964, yang menetapkan Kartini sebagai
Pahlawan Kemerdekaan Nasional sekaligus menetapkan hari lahir Kartini, tanggal
21 April, untuk diperingati setiap tahun sebagai hari besar yang kemudian dikenal
sebagai Hari Kartini.
C. Emansipasi Wanita di Mata Islam
Banyak orang mengira bahwa faktor kemunduran suatu bangsa berasal
dari kemunduran mereka di bidang industri atau militer atau lemahnya ekonomi.
Bila suatu bangsa dapat menguasai semua itu maka akan menjadi bangsa terdepan
dan terkuat dalam memimpin bangsa-bangsa lain.
Tetapi bila kita renungkan secara seksama penyataan tersebut sangat keliru
dan penuh dengan kabut yang menutupi mata orang yang berpendapat demikian,
sehingga tidak mampu memandang secara sempurna. Kelemahan umat yang
sebenarnya adalah karena umat mengalami krisis moralitas dan kualitas sebagai
sumber daya manusia baik dari segi intelektual, pemahaman dan kadar
kemampuan.
1. WANITAKAH PENYEBANYA ?

Wanita, merupakan bagian terbesar dari komunitas masyarakat secara umum.


Apabila mereka baik, maka masyarakatpun akan menjadi baik. Sebaliknya apabila
mereka rusak, maka rusaklah masyarakat itu. Sungguh, apabila mereka benar-
benar memahami agama, menjaga kehormatan, hukum dan syariat Allah, niscaya
mereka akan mapu melahirkan generasi-generasi yang tangguh dan berguna untuk
memajukan suatu bangsa.

WANITA TERJERAT

Sebuah propaganda busuk kaum kafir yang bertajuk emansipasi dengan dalih
mengangkat derajat wanita atau dikatakan sebagai pembebasan wanita, justru
akan mengeluarkan wanita dari agama dan syariat Nabi-Nya saw, ke jalanyang
amat jauh dari jalan yang diridhoi Allah. Mereka hendak mengubah aqidah dan
agama Allah menjadi sebuah ideology buatan manusia yang penuh hawa nafsu.
Wanita terjajah, terjerat, terekploitasi habis-habisan, dan mudah dinikmati siapa
saja.

Para penyeru kebebasan wanita berusaha sekuat tenaga menodai kehormatan dan
kedudukan para wanita, menyeret wanita agar memiliki kedudukan yang setara
dengan laki-laki, agar wanita meninggalkan busana muslimahnya (jilbab), agar
wanita berhias secantik mungkin, supel, feminim, tampil menawan bagi kaum
laki-laki ketika keluar dari rumahnya. Semuanya nampak manis dan menggiurkan,
namun pada hakekatnya pahit dan menghancurkan.

Emansipasi hanya akan menghancurkan sendi dan kaidah dasar kehidupan


masyarkat untuk menebarkan benih kebebasan dan pemikiran sesat yang membuat
hidup egois dan angkuh. Melalui sarana informasi, kaum wanita sangat mudah
diekspos, bahkan dikomersialkan. Akhirnya wanita tidak memiliki harapan untuk
menjadi seorang istri, ibu, saudara, atau anak yang taat. Tabiat wanita berubah
menjadi jalang, beringas dan reaktif seperti laki-laki. Anehnya, mereka malah
menyukai, dan merasa bangga bisa seperti laki-laki, amat langka sekali wanita
yang membencinya. Benarlah sabda Nabi Muhammad saw :

Tidaklah aku tinggalkan fitnah yang lebih berbahaya bagi kaum laki-laki daripada
fitnahnya kaum wanita (Muttafaqun alaihi)

WANITA KORBAN SEKULERISME

Gerakan emansipasi wanita ini sebenarnya tumbuh subur dari akar system sekuler
tatkala mereka memisahkan nilai agama dari kehidupan, mengganti dengan
pemikiran yang bersumber dari ideology materialisme, rasionalisme, komunisme,
kapitalisme, nasionalisme, sosialisme serta liberalisme. Semua pemikiran tersebut
berangkat dari sikap penolakan wahyu dan mengingkari adanya Allah sehingga
menuhankan diri sendiri dan membuat aturan sendiri. Emansipasi wanita sangat
giat dalam memutarbalikkan jebenaran dan pemahaman yang dipengaruhi oleh
kepentingan materi serta pemikiran social untuk menghilangkan nilai agama dan
melunturkan aqidah bahkan mempromosikan pemikiran atheis.

Hak asasi wanita menurut konsep mereka adalah dengan menelantarkan pekerjaan
rumah tangga, mengabaikan dalam mengasuh anak, karena pekerjaan rumah
tangga adalah sebagai bentuk usaha yang tidak menghasilkan keuntungan materi,
dan merupakan tugas sampingan yang bersifat sukarela dan menyibukkan wanita
di rumah akan membunuh kreatifitas dan potensi SDM. Bagaimana bisa mendidik
anak, menjaga martabat, membina keutuhan keluarga dan menciptakan
ketenangan jiwa, jika semua itu mereka anggap merugikan dan membunuh
kreatifitas? Justru orang yang tidak kreatiflah yang berfikiran seperti itu. Wanita
sebagai ibu rumah tangga tetap bisa mengeluarkan kreatifitasnya. Yaitu dengan
melakukan pekerjaan-pekerjaan di rumah yang sesuai dengan tabiatnya. Seperti
menjahit, memasak, merawat tanaman, dan sebagainya.

WANITA TETAP MERUGI

Semua orang yang berakal sehat pasti paham bahwa cita-cita pembebasan wanita
dari dalam rumahnya hanya akan berujung pada kerusakan. Meskipun mereka
benar-benar telah memberi kebebasan dan mengadakan pembelaan tetapi tetap
saja mereka meletakkan wanita pada barisan yang paling belakang dalam tingkat
kemampuan, jabatan dan SDM, walaupun wanita telah menguras keringat dan
banting tulang siang malam. Apabila wanita sudah gandrung keluar rumah,
dampak yang timbl adalah kehancuran social, dan tatanan masyarakat yang porak
poranda. Wanita dengan terpaksa (atau dengan senang hati) melepas prinsip dan
nilai dasar kehidupan untuk menyesuaikan dengan tuntutan zaman, kemudian dia
harus melangkahi naluri untuk mendapatkan peluang kerja dan usaha serra untuk
mempertahankan hidupnya, kemudian wanita harus bertopeng seram dengan
model pakaian yang melawan fitrahnya untuk bisa bersaing dan menarik
perhatian. Mereka yang berkoar tentang emansipasi dan pergaulan bebas atas
kemajuan adalah pembohong dilihat dari dua sebab : pertama, karena itu semua
mereka lakukan hanya untuk memberi kepuasan pada diri mereka sendiri,
memberikan kenikmatan-kenikmatan melihat anggota badan yang terbuka dan
kenikmatan lain yang mereka bayangkan. Kedua, karena mereka adalah para
makmum bangsa Eropa, manjadikan eropa bagaikan kiblat, dan mereka tidak
dapat memahami kebenaran kecuali apa-apa yang datang dari Paris, Itali, London,
New York dan Negara kaum kafir lainnya. Sekalipun berupa dansa, pergaulan
bebas di sekolah, buka aurat di lapangan, telanjang di kolam renang atau pantai.
Bagi mereka kebatilan adalah segala yang datang dari timur, sekolah-sekolah
Islam, dan masjid-masjid walaupun berupa kehormatan, kemuliaan, kesucian dan
petunjuk. Seperti perkataan bahwa orang arab yang poligami itu karena libido
mereka tinggi, dan dengan pergaulan bebas dapat mengurangi nafsu birahi,
mendidik watak dan menekan libido.

WANITA MERAMBAH KEHIDUPAN

Emansipasi berasal dari bahasa latin emancipatio yang artinya pembebasan dari
tangan kekuasaan. Di zaman Romawi dulu, membebaskan seorang anak yang
belum dewasa dari kekuasaan orang tua, sama halnya dengan mengangkat hak dan
derajatnya. Adapun makna emansipasi wanita adalah perjuangan sejak abad ke 14
M, dalam rangka memperoleh persamaan hak dan kebebasan seperti hak kaum
laki-laki (Kamus ilmiah Populer hal 74-75). Jadi para penyeru emansipasi wanita
menginginkan agar para wanita disejajarkan dengan kaum pria di segala bidang
kehidupan.
Emansipasi Pendidikan

Mereka menyerukan agar para wanita menuntut ilmu di bangku-bangku perguruan


tinggi, sekalipun harus mengorbankan nilai-nilai agamanya. Seperti ikhtilath,
bepergian tanpa mahram, pergaulan bebas, bersikap toleran terhadap
kemungkaran yang ada di depan mata, yang penting dapat ijazah dan bergelar.

Emansipasi Pekerjaan

Jika telah menyelesaikan pendidikan, wanita dituntut bekerja di lingkungan luar


dan kasar mengingkari kodratnya, untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Wanita
memasuki sector-sektor pekerjaan kaum laki-laki, bercampur baur dengan
mereka. Semestinya kaum wanita menjadikan rumahnya seperti istananya, karena
memang rumah adalah medan kerja mereka.

Dan hendaklah kamu tetap di rumahmu dan janganlah kamu berhias dan
bertingkah laku seperti orangorang jahiliah yang dahulu (Al-Ahzab:33).

Rasulullah bersabda :

Dan wanita adalah penanggung jawab di dalam rumah suaminya, ia akan


dimintai pertanggungjawaban atas tugasnya (HR. Bukhari Muslim).

Pada hakekatnya Allah tidaklah membebani kaum wanita untuk bekerja mencari
nafkah keluarga, karena itu merupakan kewajiban kaum laki-laki.

Dan kewajiban ayah memberi makan dan pakaian kepada para ibu dengan cara
yang maruf (baik) (Al-Baqarah:233).
Emansipasi Pemerintahan dan Politik

Hal ini terjadi disebabkan antusiasnya kaum hawa untuk terjun dalam kancah
politik. Bahkan kalau perlu dan bisa (dengan memaksa) ketuanya adalah wanita.
Padahal anggota (yang dipimpinnya) mayoritas terdiri dari kaum laki-laki. Ada
sebuah partai politik (yang membawa bendera Islam) dalam negeri yang
memasang slogan bahwa para wanita dijamin mendapatkan jabatan dalam
pemerintahannya hingga 30 % dari anggota pemerintah. Lagi-lagi dengan dalih
pemberdayaan wanita.

Hal ini sangat bertentangan dengan firman Allah swt:

Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah
melebihkan sebagian mereka (laki-laki) atas sebagian yang lain (wanita) (An-
Nisa:34)

Dan orang laki-laki tidaklah sama seperti orang perempuan (Ali Imron:36)

WANITA MEMANG SALAH

Apabila wanita (ibu) sudah suka keluar rumah, bahkan itu dianggap sebagai
kewajiban maka tak heran jika timbul berbagai dampak yang mengerikan.
Timbulnya pengangguran bagi kaum laki-laki. Sebab lapangan pekerjaan telah
dibanjiri oleh kebanyakan kaum wanita.
pecahnya keharmonisan rumah tangga. Sebab sang ibu lalai dengan tugas-tugas
utamanya dalam rumah seperti memasak, mencuci, membersihkan rumah,
melayani suami dan anggota keluarga. Akibatnya rumah berantakan tak terurus.
Keadaan perkembangan anak jadi kurang terkontrol. Lantaran ayah dan ibu sibuk
bekerja di luar rumah. Dari celah inilah, akhirnya muncul dengan subur kenakalan
anak-anak dan remaja.
Terjadinya percekcokan dan perseteruan antara suami-istri, karena ketika suami
menuntut pelayanan dari sang istri dengan sebaik-baiknya, si istri merasa capek
dan lelah, lantaran seharian kerja di luar rumah.
Terjadinya perselingkuhan, karena suburnya budaya ikhtilath dan tabarruj.
Perselingkuhan bisa juga disebabkan dari sisi dalam rumah, jika ketika suami ada
di rumah dan istri sering tidak ada di rumah, tak jarang terjadi perselingkuhan
antara pembantu dengan tuannya.
Jika wanita itu masih gadis, maka ia akan menjadi gadis yang liar dan doyan
kelayapan. Menjadi santapan para laki-laki jalanan. Suka bersuara keras di jalan
dengan berteriak dan suka tertawa terkekeh-kekeh untuk mencari perhatian laki-
laki. Sehingga jauhlah dia dari nilai wanita dan anak yang sholehah.

Dan masih banyak lagi dampak negative yang ditimbulkan dari adanya
emansipasi ini.

Akhirnya, wahai para ibu, para gadis, pulanglah kalian ke rumah. Rumah adalh
sebaik-baik hijab bagimu. Jangan menjadi wanita jalanan. Emansipasi hanyalah
propaganda kaum kafir untuk menghancurkan Islam. Sadarlah bahwa diri kalian
berbeda dengan kaum laki-laki. Kalian bertanggung jawab terhadap rumah tangga.
Kalian banyak sekali kelemahan. Kalian harus haid setiap bulan, harus hamil,
nifas, menyususi dan mengasuh anak. Lakukanlah pekerjaan yang sesuai dengan
tabiatmu. Kalian tak bakalan sanggup menandingi kaum pria dalam segala
pekerjaan. Ingatlah anak-anak di rumah, siapa yang mendidik mereka agar
menjadi generasi Islam yang tangguh yang menolong agama Allah.

D. Kedudukan Wanita Dalam Islam


Wanita di Masa Jahiliyah

Wanita di masa jahiliyah (sebelum diutusnya Rasulullah shallallahu alaihi


wasallam) pada umumnya tertindas dan terkungkung khususnya di lingkungan
bangsa Arab, tetapi tidak menutup kemungkinan fenomena ini menimpa di
seluruh belahan dunia. Bentuk penindasan ini di mulia sejak kelahiran sang bayi,
aib besar bagi sang ayah bila memiliki anak perempuan. Sebagian mereka tega
menguburnya hidup-hidup dan ada yang membiarkan hidup tetapi dalam keadaan
rendah dan hina bahkan dijadikan sebagai harta warisan dan bukan termasuk ahli
waris. Allah subhanahu wataala berfirman (artinya):

Dan apabila seorang dari mereka diberi khabar dengan kelahiran anak
perempuan, merah padamlah mukanya dan dia sangat marah. Ia menyembunyikan
dirinya dari orang banyak, disebabkan buruknya berita yang disampaikan
kepadanya. Apakah dia memeliharanya dengan menanggung kehinaan ataukah
akan menguburkannya ke dalam tanah (hidup-hidup)? Ketahuilah. Alangkah
buruknya apa yang mereka tetapkan itu. (An Nahl: 58-59)

Islam Menjunjung Martabat Wanita

Dienul Islam sebagai rahmatal lilalamin, menghapus seluruh bentuk kezhaliman-


kezhaliman yang menimpa kaum wanita dan mengangkat derajatnya sebagai
martabat manusiawi. Timbangan kemulian dan ketinggian martabat di sisi Allah
subhanahu wataala adalah takwa, sebagaiman yang terkandung dalam Q.S Al
Hujurat: 33). Lebih dari itu Allah subhanahu wataala menegaskan dalam firman-
Nya yang lain (artinya):

Barangsiapa yang mengerjakan amalan shalih, baik laki-laki maupun perempuan


dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan kami berikan kepadanya
kehidupan yang baik dan akan kami beri balasan pula kepada mereka dengan
pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan. (An Nahl: 97)

Ambisi Musuh-Musuh Islam untuk Merampas Kehormatan Wanita

Dalih emansipasi atau kesamarataan posisi dan tanggung jawab antara pria dan
wanita telah semarak di panggung modernisasi dewasa ini. Sebagai peluang dan
jembatan emas buat musuh-musuh Islam dari kaum feminis dan aktivis
perempuan anti Islam untuk menyebarkan opini-opini sesat. Pemberdayaan
perempuan, kesetaraan gender, kungkungan budaya patriarkhi adalah
sebagai propaganda yang tiada henti dijejalkan di benak-benak wanita Islam.
Dikesankan wanita-wanita muslimah yang menjaga kehormatannya dan
kesuciannya dengan tinggal di rumah adalah wanita-wanita pengangguran dan
terbelakang. Menutup aurat dengan jilbab atau kerudung atau menegakkan hijab
(pembatas) kepada yang bukan mahramnya, direklamekan sebagai tindakan
jumud (kaku) dan penghambat kemajuan budaya. Sehingga teropinikan wanita
muslimah itu tak lebih dari sekedar calon ibu rumah tangga yang tahunya hanya
dapur, sumur, dan kasur. Oleh karena itu agar wanita bisa maju, harus direposisi
ke ruang rubrik yang seluas-luasnya untuk bebas berkarya, berkomunikasi dan
berinteraksi dengan cara apapun seperti halnya kaum lelaki di masa moderen
dewasa ini.

Ketahuilah wahai muslimah! Suara-suara sumbang yang penuh kamuflase dari


musuh-musuh Allah subhanahu wataala itu merupakan kepanjangan lidah dari
syaithan. Allah subhanahu wataala berfirman (artinya):

Hai anak Adam, janganlah sekali-kali kamu dapat ditipu oleh syaithan
sebagaimana ia telah mengeluarkan kedua ibu bapak kalian dari jannah, ia
menanggalkan dari kedua pakaiannya untuk memperlihatkan kepada keduanya
auratnya. (Al Araf: 27)

Peran Wanita dalam Rumah Tangga

Telah termaktub dalam Al Quran sebagai petunjuk bagi umat manusia yang
datang dari Rabbull Alamin Allah Yang Maha Memilki Hikmah:

Dan tetaplah kalian (kaum wanita) tinggal di rumah-rumah kalian. (Al Ahzab:
33)

Maha benar Allah subhanahu wataala dalam segala firman-Nya, posisi wanita
sebagai sang istri atau ibu rumah tangga memilki arti yang sangat urgen, bahkan
dia merupakan salah satu tiang penegak kehidupan keluarga dan termasuk
pemeran utama dalam mencetak tokoh-tokoh besar. Sehingga tepat sekali
ungkapan: Dibalik setipa orang besar ada seorang wanita yang mengasuh dan
mendidiknya.

Asy Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin rahimahullah berkta: Perbaikan


masyarakat dapat dilakukan dengan dua cara:

Pertama: perbaikan secara dhahir, di pasar-pasar, di masjid-masjid dan selainnya


dari perkara-perkara dhahir. Ini didominasi oleh lelaki karena merekalah yang bisa
tampil di depan umum.

Kedua: perbaikan masyarakat dilakukan yang di rumah-rumah, secara umum hal


ini merupakan tanggung jawab kaum wanita. Karena merekalah yang sangat
berperan sebagai pengatur dalam rumahnya. Sebagaiman Allah subhanahu
wataala berfirman (artinya):

Tetaplah kalian tinggal di dalam rumah-rumah kalian dan janganlah bertabarruj


(berpenampilan) sebagaimana penampilannya orang-orang jahiliyah yang
pertama. Tegakkanlah shalat, tunaikan zakat, dan taatlah kepada Allah dan Rasul-
Nya. Allah hanyalah berkehendak untuk menghilangkan dosa-dosa kalian wahai
Ahlul bait dan mensucikan kalian dengan sebersih-bersihnya. (Al Ahzab: 33)

Kami yakin setelah ini, tidaklah salah bila kami katakan perbaikan setengah
masyarakat itu atau bahkan mayoritas tergantung kepada wanita dikarenakan dua
sebab:

1. Kaum wanita jumlahnya sama dengan kaum laki-laki bahkan lebih banyak,
yakni keturunan Adam mayoritasnya wanita sebagamana hal ini ditunjukkan oleh
As Sunnah An Nabawiyah. Akan tetapi hal itu tentunya berbeda antara satu negeri
dengan negeri lain, satu jaman dengan jaman lain. Terkadang di suatu negeri
jumlah kaum wanita lebih dominan dari pada jumlah lelaki atau sebaliknya
Apapun keadaannya wanita memiliki peran yang sangat besar dalam memperbaiki
masyarakat.

2. Tumbuh dan berkembangnya satu generasi pada awalnya berada dibawah


asuhan wanita. Atas dasar ini sangat jelaslah bahwa tentang kewajiban wanita
dalam memperbaiki masyarakat. (Daurul Marah Fi Ishlahil Mujtama)

Pekerjaan Wanita di dalam Rumah

Beberapa pekerjaan wanita yang bisa dilakukan di dalam rumah:

1. Beribadah kepada Allah subhanahu wataala. Tinggalnya ia di dalam rumah


merupakan alternatif terbaik karena memang itu perintah dari Allah subhanahu
wataala dan dapat beribadah dengan tenang. Allah subhanahu wataala berfirman
(artinya):

Tetaplah kalian tinggal di dalam rumah-rumah kalian dan janganlah bertabarruj


sebagaimana tabarrujnya orang-orang jahiliyah yang pertama. Tegakkanlah shalat,
tunaikan zakat, dan taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya. (Al Ahzab: 33)

2. Wanita berperan memberikan sakan (ketenangan/keharmonisan) bagi suami.


Namun tidak akan terwujud kecuali ia melakukan beberapa hal berikut ini:

- Taat sempurna kepada suaminya dalam perkara yang bukan maksiat bahkan
lebih utama daripada melakukan ibadah-ibdah sunnah. Rasulullah shallallahu
alaihi wasallam bersabda:

Tidak boleh seorang wanita puasa (sunnah) sementara suaminya ada di tempat
kecuali setelah mendapat izin suaminya. (Muttafaqun alaihi)
Al Hafidz Ibnu Hajar berkata: Hadits ini menunjukkan lebih ditekankan kepada
istri untuk memenuhi hak suami daripada mengerjakan kebajikan yang hukumnya
sunnah. Karena hak suami itu wajib sementara menunaikan kewajiban lebih
didahulukan daripada menunaikan perkara yang sunnah. (Fathul Bari 9/356)

- Menjaga rahasia suami dan kehormatannya dan juga menjaga kehormatan ia


sendiri disaat suaminya tidak ada di tempat. Sehingga menumbuhkan kepercayaan
suami secara penuh terhadapnya.

- Menjaga harta suami. Rasulullah bersabda:

Sebaik-baik wanita penunggang unta, adalah wanita yang baik dari kalangan
quraisy yang penuh kasih sayang terhadap anaknya dan sangat menjaga apa yang
dimiliki oleh suami. (Muttafaqun alaihi)

- Mengatur kondisi rumah tangga yang rapi, bersih dan sehat sehingga tampak
menyejukkan pandangan dan membuat betah penghuni rumah.

3. Mendidik anak yang merupakan salah satu tugas yang termulia untuk
mempersiapkan sebuah generasi yang handal dan diridhai oleh Allah subhanahu
wataala.

Adab Keluar Rumah

Allah subhanahu wataala Yang Maha Mengetahui tentang maslahat (kebaikan)


hambanya di dunia maupun diakhirat yaitu kewajiban wanita untuk tetap tinggal
di rumah. Namun bila ada kepentingan, diperbolehkan baginya keluar rumah
untuk memenuhi kebutuhannya. Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:


Allah telah mengijinkan kalian untuk keluar rumah guna menunaikan hajat
kalian. (Muttafaqun alahi)

Namun juga ingat petuah Rasulullah shallallahu alaihi wasallam yang lainnya:

Wanita itu adalah aurat maka bila ia keluar rumah syaithan menyambutnya.
(HR. At Tirmidzi, shahih lihat Al Irwa no. 273 dan Shahihul Musnad 2/36)

Sehingga wajib baginya ketika hendak keluar harus memperhatikan adab yang
telah disyariatkan oleh Allah subhanahu wataala dan Rasul-Nya shallallahu
alaihi wasallam, yaitu:

a. Memakai jilbab yang syari sebagaimana dalam surat Al Ahzab: 59.


b. Atas izin dari suaminya, bila ia sudah menikah.
c. Tidak boleh bersafar kecuali dengan mahramnya. (HR. Muslim no. 1341)
d. Menundukkan pandangan. (An Nur: 31)
e. Berbicara dengan wajar tanpa mendayu-dayu (melembut-lembutkan). (Al
Ahzab: 32)
f. Tidak boleh melenggak lenggok ketika berjalan.
g. Hindari memakai wewangian. (Al Jamiush Shahih: 4/311)
h. Tidak boleh menghentakkan kaki ketika berjalan agar diketahui perhiasannya.
(An Nur: 31)
i. Tidak boleh ikhtilath (campur baur) antara lawan jenis. (Lihat Shahih Al
Bukhari no. 870)
j. Tidak boleh khalwat (menyepi dengan pria lain yang bukan mahram) (Lihat
Shahih Muslim 2/978).

Hukum Wanita Kerja di Luar Rumah

Allah menciptakan bentuk fisik dan tabiat wanita berbeda dengan pria. Kaum pria
di berikan kelebihan oleh Allah subhanahu wataala baik fisik maupun mental atas
kaum wanita sehingga pantas kaum pria sebagai pemimpin atas kaum wanita.
Allah subhanahu wataala berfirman (artinya):

Kaum lelaki itu adalah sebagai pemimpin (pelindung) bagi kaum wanita. (An
Nisa: 35)

Sehingga secara asal nafkah bagi keluarga itu tanggug jawab kaum lelaki. Asy
syaikh Ibnu Baaz berkata: Islam menetapkan masing-masing dari suami istri
memiliki kewajiban yang khusus agar keduanya menjalankan perannya, hingga
sempurnalah bangunan masyarakat di dalam dan di luar rumah. Suami
berkewajiban mencari nafkah dan penghasilan sedangkan istri berkewajiban
mendidik anak-anaknya, memberikan kasih sayang, menyusui dan mengasuh
mereka serta tugas-tugas lain yang sesuai baginya, mengajar anak-anak
perempuan, mengurusi sekolah mereka, dan mengobati mereka serta pekerjaan
lain yang khusus bagi kaum wanita. Bila wanita sampai meninggalkan kewajiban
dalam rumahnya berarti ia menyia-nyiakan rumah berikut penghuninya. Hal
tersebut berdampak terpecahnya keluarga baik hakiki maupun maknawi.
(Khatharu Musyarakatil Marah lir Rijal fil Maidanil amal, hal. 5)

Bila kaum wanita tidak ada lagi yang mencukupi dan mencarikan nafkah, boleh
baginya keluar rumah untuk bekerja, tentunya ia harus memperhatikan adab-adab
keluar rumah sehingga tetap terjaga iffah (kemulian dan kesucian) harga dirinya.

Wanita adalah Sumber Segala Fitnah

Bila wanita sudah keluar batas dari kodratnya karena melanggar hukum-hukum
Allah subhanahu wataala. Keluar dari rumah bertamengkan slogan bekerja,
belajar, dan berkarya. Meski mengharuskan terjadinya khalwat (campur baur
dengan laki-laki tanpa hijab), membuka auratnya (tanpa berjilbab), tabarruj
(berpenampilan ala jahiliyah), dan mengharuskan komunikasi antar pria dan
wanita dengan sebebas-bebasnya. Itulah pertanda api fitnah telah menyala.
Bila fitnah wanita telah menyala, ia merupakan inti dari tersebarnya segala fitnah-
fitnah yang lainnya. Allah subhanahu wataala berfirman (artinya):

Dijadikan indah pada (pandangan) manusia untuk condong kepada syahwat,


yaitu wanita-wanita, anak-anak dan harta yang banyak . (Ali Imran: 14).

Al Hafizh Ibnu Hajar berkata: Sesunggunya fitnah wanita merupakan fitnah yang
terbesar dari selainnya , karena Allah menjadikan para wanita itu sebagai
sumber segala syahwat. Dan Allah meletakkan para wanita (dalam bagian
syahwat) pada point pertama (dalam ayat di atas) sebelum yang lainnya,
mengisyaratkan bahwa asal dari segala syahwat adalah wanita. (Nashihati
Linnisaai: 114)

Bila fitnah wanita itu telah menjalar, maka tiada yang bisa membendung arus
kebobrokan dan kerusakan moral manusia. Fenomena negara barat atau negara-
negara lainnya yang menyuarakan emansipasi wanita, sebagai bukti kongkrit hasil
dari perjuangan mereka yaitu pornoaksi dan pornografi bukan hal yang tabu
bahkan malah membudaya, foto-foto telanjang dan menggoda lebih menarik daya
beli dan mendongkrak pangsa pasar. Tak lebih harga diri wanita itu seperti budak
pemuas syahwat lelaki. Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:

Sesungguhnya dunia itu manis lagi hijau dan Allah subhanahu wataala
menjadikan kalian berketurunan di atasnya. Allah melihat apa yang kalian
perbuat. Takutlah kepada (fitnah) dunia dan takutlah kepada (fitnah) wanita,
karena sesungguhnya awal fitnah yang menimpa Bani Israil dari wanitanya.
(HR. Muslim)

Setelah mengetahui hak dan tanggung jawab wanita sedemikian rupa, rapi dan
serasi yang diatur oleh Islam, apakah bisa dikatakan sebagai wanita pengangguran
atau kuno? sebaliknya, silahkan lihat kenyataan kini dari para wanita karier
dibalik label emansipasi atau slogan Mari maju menyambut modernisasi?
Renungkanlah wahai kaum wanita, bagaimana kedaan suami dan anak-anak
kalian setelah kalian tinggalkan tanggung jawab sebagai istri penyejuk hati suami
dan penyayang anak-anak?!!!!

Hadits-Hadits Dhoif (Lemah) atau Palsu yang Tersebar di Kalangan Ummat

Tuntutlah Ilmu walau sampai ke negeri Cina.

Keterangan:

Hadits ini adalah bathil, diriwayatkan oleh Ibnu Adiy, Abu Nuaim, Al Khotib,
Al Baihaqi, dan selain mereka. Hadits ini dikritik oleh para ulama seperti Al
Imam Al Bukhori, Ahmad, An Nasai, Abu Hatim, Ibnu Hibban, Al Khotib, dan
selain dari mereka. Karena didalam perawi-perawi hadits ini lemah (dhoif).
(Lihat Adh Dhoifah No.416)
BAB II
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari kajian diatas dapat kita simpulkan bahwa Wanita pada dasarnya tidak
sama dengan kaum pria telah adanya Emansipasi wanita Namun hal tersebut tidak
akan mempengaruhi perbedaan kaum pria dan Wanita yang sangat menonjol.
Mungkin benar Emansipasi Wanita setidaknya dapat mnembebaskan kaum
Wanita dari belenggu yang menuntut mereka untuk selalu menurut pada seorang
pria.
Pengorbanan para Wanita tidak sia-sia mereka telah dapat bebas dari
belenggu peraturan-peraturan yang mengekang mereka dari hak mereka seperti
hak mendapatkan pendidikan, seperti perjuangan kartini untuk membebaskan para
kaum Wanita untuk bias menuntut Ilmu tidak hanya bias memasak di dapur.
Namun Emansipasi tersebut tidak sampai kebablasan

B. Saran
Emansipasi wanita memang menyamakan kaum wanita dengan kaum pria
namun bagaimanapun ke dua insane tersebut tidak ajkan pernah bias sama.
Namun sebagai kaum Wanita setidaknya bias berusaha untuk memperjuangkan
persamaan derajat anatara kaum wanita ddengan pria asal tidak kebablasan karena
jika kebablasan justru akan menajdi mala petaka bagi kaum Wanita.
Emansipasi bukan hanya berarti menyamakan derajat namun adakalanya
emansipasi juga berarti perjuangan terbebas dari belenggu maka dari itu kita
sebagai kaum weanita jangan salah mengarti pengertian Emansipasi secara
mentah-mentah karena akan terjadi kekeliruan dalam mnerap[kan emansipasi
wanita

Anda mungkin juga menyukai