BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Makalah ini berisi tentang Emansiapsi Wanita dan perjaungan Wanita
untuk menyamakan derajat Wanita terhadap kaum Pria. Memang secara fisik
Wanita lebih lemah dari Pria, Namun pada dasarnya antara wanita dan pria
memiliki hak dan kedudukan yang sama sesuai dengan UUD No 39 tahun 1999
Pasal 46 yang berbunyi pemberian kesempatan dan kedudukan yang sama bagi
wanita untuk melaksanakan peranannya dalam bidang eksekutif , yudikatif,
legislatif, kepartaian, dan pemilihan umum menuju keadilan dan kesetaraan
jender.
Dan Di dalam Al-quran di jelaskan S. An Nisa:
Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Alloh telah
melebihkan sebagian mereka (laki-laki) atas sebagian yang lain (wanita). (QS.
An Nisa: 34).
Pada Ayat di atas bisa di artikan bahwa seorang Wanita tidak akan bisa sama
dengan kaum Pria. Karena Alloh telah menciptakan kaum elaki lebih daripada
kaum pria. Dalam arti Alloh menciptakan kaum pria untuk melindungi kaum
Wanita. Sebagai kaum Wanita tidak ada salahnya jika ingin menyamakan derajat
tersebut namun persamaan derajat antara kaum wanita dengan kaum pria tidaklah
berlebihan hingga menentang hokum syariat islam. Telah di jelaskan di dalam
Al-Quran S.An Nisa:35
Kaum lelaki itu adalah sebagai pemimpin (pelindung) bagi kaum wanita. (An
Nisa: 35).
Dari ayat diatas, sangat memberatkan bagi kaum Wanita, karena hal
tersebut mengekang kaum wanita untuk bebas, bebas dalam arti bisa keluar
kemana-mana seperti kaum pria. Tapi kaum wanita tidak perlu
mengkhawatirkannya. Allah subhanahu wataala Yang Maha Mengetahui tentang
maslahat (kebaikan) hambanya di dunia maupun diakhirat yaitu kewajiban wanita
untuk tetap tinggal di rumah. Namun bila ada kepentingan, diperbolehkan baginya
keluar rumah untuk memenuhi kebutuhannya. Rasulullah shallallahu alaihi
wasallam bersabda:
Allah telah mengijinkan kalian untuk keluar rumah guna menunaikan hajat
kalian. (Muttafaqun alahi)
Namun juga ingat petuah Rasulullah shallallahu alaihi wasallam yang lainnya:
Wanita itu adalah aurat maka bila ia keluar rumah syaithan menyambutnya.
(HR. At Tirmidzi, shahih lihat Al Irwa no. 273 dan Shahihul Musnad 2/36)
Sehingga wajib baginya ketika hendak keluar harus memperhatikan adab yang
telah disyariatkan oleh Allah subhanahu wataala dan Rasul-Nya shallallahu
alaihi wasallam, yaitu:
A. Pengertian / Deskripsi
Emansipasi berasal dari bahasa latin "emancipatio" yang artinya
pembebasan dari tangan kekuasaan. Di zaman Romawi dulu, membebaskan
seorang anak yang belum dewasa dari kekuasaan orang tua, sama halnya dengan
mengangkat hak dan derajatnya.
Adapun makna emansipasi wanita adalah perjuangan sejak abad ke-14 M.
Dalam rangka memperoleh persamaan hak dan kebebasan seperti hak kaum laki-
laki.
Jadi para penyeru emansipasi wanita menginginkan agar para wanita
disejajarkan dengan kaum pria disegala bidang kehidupan, baik dalam pendidikan,
pekerjaan, perekonomian maupun dalam pemerintahan.asalkan tidak kebablasan
Menurut kami Emansipasi Wanita adalah persamaan hak antara kaum
Wanita dengan kaum Pria. Dalam arti bukan harus bertindakan seperti kaum Pria.
Namun hak disini berarti kaum Wanita berhak melakukan sesuatu namun atas
dasar izin dari kaum Wanita (untuk yang sudah memiliki suami) . karena semua
kebutuhan yang ada dalam kehidupan rumah tangga sudah menjadi kewajiban
seorang Pria, dan sebagai seorang wanita bisa membantu bekerja asalkan
mendapatkan izin dari kaum lelaki dan juga tidak sampai melupakan kewajiban
seorang Wanita.
WANITA TERJERAT
Sebuah propaganda busuk kaum kafir yang bertajuk emansipasi dengan dalih
mengangkat derajat wanita atau dikatakan sebagai pembebasan wanita, justru
akan mengeluarkan wanita dari agama dan syariat Nabi-Nya saw, ke jalanyang
amat jauh dari jalan yang diridhoi Allah. Mereka hendak mengubah aqidah dan
agama Allah menjadi sebuah ideology buatan manusia yang penuh hawa nafsu.
Wanita terjajah, terjerat, terekploitasi habis-habisan, dan mudah dinikmati siapa
saja.
Para penyeru kebebasan wanita berusaha sekuat tenaga menodai kehormatan dan
kedudukan para wanita, menyeret wanita agar memiliki kedudukan yang setara
dengan laki-laki, agar wanita meninggalkan busana muslimahnya (jilbab), agar
wanita berhias secantik mungkin, supel, feminim, tampil menawan bagi kaum
laki-laki ketika keluar dari rumahnya. Semuanya nampak manis dan menggiurkan,
namun pada hakekatnya pahit dan menghancurkan.
Tidaklah aku tinggalkan fitnah yang lebih berbahaya bagi kaum laki-laki daripada
fitnahnya kaum wanita (Muttafaqun alaihi)
Gerakan emansipasi wanita ini sebenarnya tumbuh subur dari akar system sekuler
tatkala mereka memisahkan nilai agama dari kehidupan, mengganti dengan
pemikiran yang bersumber dari ideology materialisme, rasionalisme, komunisme,
kapitalisme, nasionalisme, sosialisme serta liberalisme. Semua pemikiran tersebut
berangkat dari sikap penolakan wahyu dan mengingkari adanya Allah sehingga
menuhankan diri sendiri dan membuat aturan sendiri. Emansipasi wanita sangat
giat dalam memutarbalikkan jebenaran dan pemahaman yang dipengaruhi oleh
kepentingan materi serta pemikiran social untuk menghilangkan nilai agama dan
melunturkan aqidah bahkan mempromosikan pemikiran atheis.
Hak asasi wanita menurut konsep mereka adalah dengan menelantarkan pekerjaan
rumah tangga, mengabaikan dalam mengasuh anak, karena pekerjaan rumah
tangga adalah sebagai bentuk usaha yang tidak menghasilkan keuntungan materi,
dan merupakan tugas sampingan yang bersifat sukarela dan menyibukkan wanita
di rumah akan membunuh kreatifitas dan potensi SDM. Bagaimana bisa mendidik
anak, menjaga martabat, membina keutuhan keluarga dan menciptakan
ketenangan jiwa, jika semua itu mereka anggap merugikan dan membunuh
kreatifitas? Justru orang yang tidak kreatiflah yang berfikiran seperti itu. Wanita
sebagai ibu rumah tangga tetap bisa mengeluarkan kreatifitasnya. Yaitu dengan
melakukan pekerjaan-pekerjaan di rumah yang sesuai dengan tabiatnya. Seperti
menjahit, memasak, merawat tanaman, dan sebagainya.
Semua orang yang berakal sehat pasti paham bahwa cita-cita pembebasan wanita
dari dalam rumahnya hanya akan berujung pada kerusakan. Meskipun mereka
benar-benar telah memberi kebebasan dan mengadakan pembelaan tetapi tetap
saja mereka meletakkan wanita pada barisan yang paling belakang dalam tingkat
kemampuan, jabatan dan SDM, walaupun wanita telah menguras keringat dan
banting tulang siang malam. Apabila wanita sudah gandrung keluar rumah,
dampak yang timbl adalah kehancuran social, dan tatanan masyarakat yang porak
poranda. Wanita dengan terpaksa (atau dengan senang hati) melepas prinsip dan
nilai dasar kehidupan untuk menyesuaikan dengan tuntutan zaman, kemudian dia
harus melangkahi naluri untuk mendapatkan peluang kerja dan usaha serra untuk
mempertahankan hidupnya, kemudian wanita harus bertopeng seram dengan
model pakaian yang melawan fitrahnya untuk bisa bersaing dan menarik
perhatian. Mereka yang berkoar tentang emansipasi dan pergaulan bebas atas
kemajuan adalah pembohong dilihat dari dua sebab : pertama, karena itu semua
mereka lakukan hanya untuk memberi kepuasan pada diri mereka sendiri,
memberikan kenikmatan-kenikmatan melihat anggota badan yang terbuka dan
kenikmatan lain yang mereka bayangkan. Kedua, karena mereka adalah para
makmum bangsa Eropa, manjadikan eropa bagaikan kiblat, dan mereka tidak
dapat memahami kebenaran kecuali apa-apa yang datang dari Paris, Itali, London,
New York dan Negara kaum kafir lainnya. Sekalipun berupa dansa, pergaulan
bebas di sekolah, buka aurat di lapangan, telanjang di kolam renang atau pantai.
Bagi mereka kebatilan adalah segala yang datang dari timur, sekolah-sekolah
Islam, dan masjid-masjid walaupun berupa kehormatan, kemuliaan, kesucian dan
petunjuk. Seperti perkataan bahwa orang arab yang poligami itu karena libido
mereka tinggi, dan dengan pergaulan bebas dapat mengurangi nafsu birahi,
mendidik watak dan menekan libido.
Emansipasi berasal dari bahasa latin emancipatio yang artinya pembebasan dari
tangan kekuasaan. Di zaman Romawi dulu, membebaskan seorang anak yang
belum dewasa dari kekuasaan orang tua, sama halnya dengan mengangkat hak dan
derajatnya. Adapun makna emansipasi wanita adalah perjuangan sejak abad ke 14
M, dalam rangka memperoleh persamaan hak dan kebebasan seperti hak kaum
laki-laki (Kamus ilmiah Populer hal 74-75). Jadi para penyeru emansipasi wanita
menginginkan agar para wanita disejajarkan dengan kaum pria di segala bidang
kehidupan.
Emansipasi Pendidikan
Emansipasi Pekerjaan
Dan hendaklah kamu tetap di rumahmu dan janganlah kamu berhias dan
bertingkah laku seperti orangorang jahiliah yang dahulu (Al-Ahzab:33).
Rasulullah bersabda :
Pada hakekatnya Allah tidaklah membebani kaum wanita untuk bekerja mencari
nafkah keluarga, karena itu merupakan kewajiban kaum laki-laki.
Dan kewajiban ayah memberi makan dan pakaian kepada para ibu dengan cara
yang maruf (baik) (Al-Baqarah:233).
Emansipasi Pemerintahan dan Politik
Hal ini terjadi disebabkan antusiasnya kaum hawa untuk terjun dalam kancah
politik. Bahkan kalau perlu dan bisa (dengan memaksa) ketuanya adalah wanita.
Padahal anggota (yang dipimpinnya) mayoritas terdiri dari kaum laki-laki. Ada
sebuah partai politik (yang membawa bendera Islam) dalam negeri yang
memasang slogan bahwa para wanita dijamin mendapatkan jabatan dalam
pemerintahannya hingga 30 % dari anggota pemerintah. Lagi-lagi dengan dalih
pemberdayaan wanita.
Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah
melebihkan sebagian mereka (laki-laki) atas sebagian yang lain (wanita) (An-
Nisa:34)
Dan orang laki-laki tidaklah sama seperti orang perempuan (Ali Imron:36)
Apabila wanita (ibu) sudah suka keluar rumah, bahkan itu dianggap sebagai
kewajiban maka tak heran jika timbul berbagai dampak yang mengerikan.
Timbulnya pengangguran bagi kaum laki-laki. Sebab lapangan pekerjaan telah
dibanjiri oleh kebanyakan kaum wanita.
pecahnya keharmonisan rumah tangga. Sebab sang ibu lalai dengan tugas-tugas
utamanya dalam rumah seperti memasak, mencuci, membersihkan rumah,
melayani suami dan anggota keluarga. Akibatnya rumah berantakan tak terurus.
Keadaan perkembangan anak jadi kurang terkontrol. Lantaran ayah dan ibu sibuk
bekerja di luar rumah. Dari celah inilah, akhirnya muncul dengan subur kenakalan
anak-anak dan remaja.
Terjadinya percekcokan dan perseteruan antara suami-istri, karena ketika suami
menuntut pelayanan dari sang istri dengan sebaik-baiknya, si istri merasa capek
dan lelah, lantaran seharian kerja di luar rumah.
Terjadinya perselingkuhan, karena suburnya budaya ikhtilath dan tabarruj.
Perselingkuhan bisa juga disebabkan dari sisi dalam rumah, jika ketika suami ada
di rumah dan istri sering tidak ada di rumah, tak jarang terjadi perselingkuhan
antara pembantu dengan tuannya.
Jika wanita itu masih gadis, maka ia akan menjadi gadis yang liar dan doyan
kelayapan. Menjadi santapan para laki-laki jalanan. Suka bersuara keras di jalan
dengan berteriak dan suka tertawa terkekeh-kekeh untuk mencari perhatian laki-
laki. Sehingga jauhlah dia dari nilai wanita dan anak yang sholehah.
Dan masih banyak lagi dampak negative yang ditimbulkan dari adanya
emansipasi ini.
Akhirnya, wahai para ibu, para gadis, pulanglah kalian ke rumah. Rumah adalh
sebaik-baik hijab bagimu. Jangan menjadi wanita jalanan. Emansipasi hanyalah
propaganda kaum kafir untuk menghancurkan Islam. Sadarlah bahwa diri kalian
berbeda dengan kaum laki-laki. Kalian bertanggung jawab terhadap rumah tangga.
Kalian banyak sekali kelemahan. Kalian harus haid setiap bulan, harus hamil,
nifas, menyususi dan mengasuh anak. Lakukanlah pekerjaan yang sesuai dengan
tabiatmu. Kalian tak bakalan sanggup menandingi kaum pria dalam segala
pekerjaan. Ingatlah anak-anak di rumah, siapa yang mendidik mereka agar
menjadi generasi Islam yang tangguh yang menolong agama Allah.
Dan apabila seorang dari mereka diberi khabar dengan kelahiran anak
perempuan, merah padamlah mukanya dan dia sangat marah. Ia menyembunyikan
dirinya dari orang banyak, disebabkan buruknya berita yang disampaikan
kepadanya. Apakah dia memeliharanya dengan menanggung kehinaan ataukah
akan menguburkannya ke dalam tanah (hidup-hidup)? Ketahuilah. Alangkah
buruknya apa yang mereka tetapkan itu. (An Nahl: 58-59)
Dalih emansipasi atau kesamarataan posisi dan tanggung jawab antara pria dan
wanita telah semarak di panggung modernisasi dewasa ini. Sebagai peluang dan
jembatan emas buat musuh-musuh Islam dari kaum feminis dan aktivis
perempuan anti Islam untuk menyebarkan opini-opini sesat. Pemberdayaan
perempuan, kesetaraan gender, kungkungan budaya patriarkhi adalah
sebagai propaganda yang tiada henti dijejalkan di benak-benak wanita Islam.
Dikesankan wanita-wanita muslimah yang menjaga kehormatannya dan
kesuciannya dengan tinggal di rumah adalah wanita-wanita pengangguran dan
terbelakang. Menutup aurat dengan jilbab atau kerudung atau menegakkan hijab
(pembatas) kepada yang bukan mahramnya, direklamekan sebagai tindakan
jumud (kaku) dan penghambat kemajuan budaya. Sehingga teropinikan wanita
muslimah itu tak lebih dari sekedar calon ibu rumah tangga yang tahunya hanya
dapur, sumur, dan kasur. Oleh karena itu agar wanita bisa maju, harus direposisi
ke ruang rubrik yang seluas-luasnya untuk bebas berkarya, berkomunikasi dan
berinteraksi dengan cara apapun seperti halnya kaum lelaki di masa moderen
dewasa ini.
Hai anak Adam, janganlah sekali-kali kamu dapat ditipu oleh syaithan
sebagaimana ia telah mengeluarkan kedua ibu bapak kalian dari jannah, ia
menanggalkan dari kedua pakaiannya untuk memperlihatkan kepada keduanya
auratnya. (Al Araf: 27)
Telah termaktub dalam Al Quran sebagai petunjuk bagi umat manusia yang
datang dari Rabbull Alamin Allah Yang Maha Memilki Hikmah:
Dan tetaplah kalian (kaum wanita) tinggal di rumah-rumah kalian. (Al Ahzab:
33)
Maha benar Allah subhanahu wataala dalam segala firman-Nya, posisi wanita
sebagai sang istri atau ibu rumah tangga memilki arti yang sangat urgen, bahkan
dia merupakan salah satu tiang penegak kehidupan keluarga dan termasuk
pemeran utama dalam mencetak tokoh-tokoh besar. Sehingga tepat sekali
ungkapan: Dibalik setipa orang besar ada seorang wanita yang mengasuh dan
mendidiknya.
Kami yakin setelah ini, tidaklah salah bila kami katakan perbaikan setengah
masyarakat itu atau bahkan mayoritas tergantung kepada wanita dikarenakan dua
sebab:
1. Kaum wanita jumlahnya sama dengan kaum laki-laki bahkan lebih banyak,
yakni keturunan Adam mayoritasnya wanita sebagamana hal ini ditunjukkan oleh
As Sunnah An Nabawiyah. Akan tetapi hal itu tentunya berbeda antara satu negeri
dengan negeri lain, satu jaman dengan jaman lain. Terkadang di suatu negeri
jumlah kaum wanita lebih dominan dari pada jumlah lelaki atau sebaliknya
Apapun keadaannya wanita memiliki peran yang sangat besar dalam memperbaiki
masyarakat.
- Taat sempurna kepada suaminya dalam perkara yang bukan maksiat bahkan
lebih utama daripada melakukan ibadah-ibdah sunnah. Rasulullah shallallahu
alaihi wasallam bersabda:
Tidak boleh seorang wanita puasa (sunnah) sementara suaminya ada di tempat
kecuali setelah mendapat izin suaminya. (Muttafaqun alaihi)
Al Hafidz Ibnu Hajar berkata: Hadits ini menunjukkan lebih ditekankan kepada
istri untuk memenuhi hak suami daripada mengerjakan kebajikan yang hukumnya
sunnah. Karena hak suami itu wajib sementara menunaikan kewajiban lebih
didahulukan daripada menunaikan perkara yang sunnah. (Fathul Bari 9/356)
Sebaik-baik wanita penunggang unta, adalah wanita yang baik dari kalangan
quraisy yang penuh kasih sayang terhadap anaknya dan sangat menjaga apa yang
dimiliki oleh suami. (Muttafaqun alaihi)
- Mengatur kondisi rumah tangga yang rapi, bersih dan sehat sehingga tampak
menyejukkan pandangan dan membuat betah penghuni rumah.
3. Mendidik anak yang merupakan salah satu tugas yang termulia untuk
mempersiapkan sebuah generasi yang handal dan diridhai oleh Allah subhanahu
wataala.
Allah telah mengijinkan kalian untuk keluar rumah guna menunaikan hajat
kalian. (Muttafaqun alahi)
Namun juga ingat petuah Rasulullah shallallahu alaihi wasallam yang lainnya:
Wanita itu adalah aurat maka bila ia keluar rumah syaithan menyambutnya.
(HR. At Tirmidzi, shahih lihat Al Irwa no. 273 dan Shahihul Musnad 2/36)
Sehingga wajib baginya ketika hendak keluar harus memperhatikan adab yang
telah disyariatkan oleh Allah subhanahu wataala dan Rasul-Nya shallallahu
alaihi wasallam, yaitu:
Allah menciptakan bentuk fisik dan tabiat wanita berbeda dengan pria. Kaum pria
di berikan kelebihan oleh Allah subhanahu wataala baik fisik maupun mental atas
kaum wanita sehingga pantas kaum pria sebagai pemimpin atas kaum wanita.
Allah subhanahu wataala berfirman (artinya):
Kaum lelaki itu adalah sebagai pemimpin (pelindung) bagi kaum wanita. (An
Nisa: 35)
Sehingga secara asal nafkah bagi keluarga itu tanggug jawab kaum lelaki. Asy
syaikh Ibnu Baaz berkata: Islam menetapkan masing-masing dari suami istri
memiliki kewajiban yang khusus agar keduanya menjalankan perannya, hingga
sempurnalah bangunan masyarakat di dalam dan di luar rumah. Suami
berkewajiban mencari nafkah dan penghasilan sedangkan istri berkewajiban
mendidik anak-anaknya, memberikan kasih sayang, menyusui dan mengasuh
mereka serta tugas-tugas lain yang sesuai baginya, mengajar anak-anak
perempuan, mengurusi sekolah mereka, dan mengobati mereka serta pekerjaan
lain yang khusus bagi kaum wanita. Bila wanita sampai meninggalkan kewajiban
dalam rumahnya berarti ia menyia-nyiakan rumah berikut penghuninya. Hal
tersebut berdampak terpecahnya keluarga baik hakiki maupun maknawi.
(Khatharu Musyarakatil Marah lir Rijal fil Maidanil amal, hal. 5)
Bila kaum wanita tidak ada lagi yang mencukupi dan mencarikan nafkah, boleh
baginya keluar rumah untuk bekerja, tentunya ia harus memperhatikan adab-adab
keluar rumah sehingga tetap terjaga iffah (kemulian dan kesucian) harga dirinya.
Bila wanita sudah keluar batas dari kodratnya karena melanggar hukum-hukum
Allah subhanahu wataala. Keluar dari rumah bertamengkan slogan bekerja,
belajar, dan berkarya. Meski mengharuskan terjadinya khalwat (campur baur
dengan laki-laki tanpa hijab), membuka auratnya (tanpa berjilbab), tabarruj
(berpenampilan ala jahiliyah), dan mengharuskan komunikasi antar pria dan
wanita dengan sebebas-bebasnya. Itulah pertanda api fitnah telah menyala.
Bila fitnah wanita telah menyala, ia merupakan inti dari tersebarnya segala fitnah-
fitnah yang lainnya. Allah subhanahu wataala berfirman (artinya):
Al Hafizh Ibnu Hajar berkata: Sesunggunya fitnah wanita merupakan fitnah yang
terbesar dari selainnya , karena Allah menjadikan para wanita itu sebagai
sumber segala syahwat. Dan Allah meletakkan para wanita (dalam bagian
syahwat) pada point pertama (dalam ayat di atas) sebelum yang lainnya,
mengisyaratkan bahwa asal dari segala syahwat adalah wanita. (Nashihati
Linnisaai: 114)
Bila fitnah wanita itu telah menjalar, maka tiada yang bisa membendung arus
kebobrokan dan kerusakan moral manusia. Fenomena negara barat atau negara-
negara lainnya yang menyuarakan emansipasi wanita, sebagai bukti kongkrit hasil
dari perjuangan mereka yaitu pornoaksi dan pornografi bukan hal yang tabu
bahkan malah membudaya, foto-foto telanjang dan menggoda lebih menarik daya
beli dan mendongkrak pangsa pasar. Tak lebih harga diri wanita itu seperti budak
pemuas syahwat lelaki. Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:
Sesungguhnya dunia itu manis lagi hijau dan Allah subhanahu wataala
menjadikan kalian berketurunan di atasnya. Allah melihat apa yang kalian
perbuat. Takutlah kepada (fitnah) dunia dan takutlah kepada (fitnah) wanita,
karena sesungguhnya awal fitnah yang menimpa Bani Israil dari wanitanya.
(HR. Muslim)
Setelah mengetahui hak dan tanggung jawab wanita sedemikian rupa, rapi dan
serasi yang diatur oleh Islam, apakah bisa dikatakan sebagai wanita pengangguran
atau kuno? sebaliknya, silahkan lihat kenyataan kini dari para wanita karier
dibalik label emansipasi atau slogan Mari maju menyambut modernisasi?
Renungkanlah wahai kaum wanita, bagaimana kedaan suami dan anak-anak
kalian setelah kalian tinggalkan tanggung jawab sebagai istri penyejuk hati suami
dan penyayang anak-anak?!!!!
Keterangan:
Hadits ini adalah bathil, diriwayatkan oleh Ibnu Adiy, Abu Nuaim, Al Khotib,
Al Baihaqi, dan selain mereka. Hadits ini dikritik oleh para ulama seperti Al
Imam Al Bukhori, Ahmad, An Nasai, Abu Hatim, Ibnu Hibban, Al Khotib, dan
selain dari mereka. Karena didalam perawi-perawi hadits ini lemah (dhoif).
(Lihat Adh Dhoifah No.416)
BAB II
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari kajian diatas dapat kita simpulkan bahwa Wanita pada dasarnya tidak
sama dengan kaum pria telah adanya Emansipasi wanita Namun hal tersebut tidak
akan mempengaruhi perbedaan kaum pria dan Wanita yang sangat menonjol.
Mungkin benar Emansipasi Wanita setidaknya dapat mnembebaskan kaum
Wanita dari belenggu yang menuntut mereka untuk selalu menurut pada seorang
pria.
Pengorbanan para Wanita tidak sia-sia mereka telah dapat bebas dari
belenggu peraturan-peraturan yang mengekang mereka dari hak mereka seperti
hak mendapatkan pendidikan, seperti perjuangan kartini untuk membebaskan para
kaum Wanita untuk bias menuntut Ilmu tidak hanya bias memasak di dapur.
Namun Emansipasi tersebut tidak sampai kebablasan
B. Saran
Emansipasi wanita memang menyamakan kaum wanita dengan kaum pria
namun bagaimanapun ke dua insane tersebut tidak ajkan pernah bias sama.
Namun sebagai kaum Wanita setidaknya bias berusaha untuk memperjuangkan
persamaan derajat anatara kaum wanita ddengan pria asal tidak kebablasan karena
jika kebablasan justru akan menajdi mala petaka bagi kaum Wanita.
Emansipasi bukan hanya berarti menyamakan derajat namun adakalanya
emansipasi juga berarti perjuangan terbebas dari belenggu maka dari itu kita
sebagai kaum weanita jangan salah mengarti pengertian Emansipasi secara
mentah-mentah karena akan terjadi kekeliruan dalam mnerap[kan emansipasi
wanita