Anda di halaman 1dari 8

EMANSIPASI WANITA DI ERA GLOBALISASI

EMANSIPASI WANITA DI ERA GLOBALISASI

1. 1.      PENGERTIAN EMANSIPASI 


Emansipasi ialah istilah yang digunakan untuk menjelaskan sejumlah usaha untuk mendapatkan hak
politik maupun persamaan derajat, sering bagi kelompok yang tak diberi hak secara spesifik, atau secara lebih
umum dalam pembahasan masalah seperti itu.
Menurut kamus besar bahasa Indonesia emansipasi ialah pembebasan dari perbudakan, persamaan hak dl
berbagai aspek kehidupan masyarakat

Emansipasi wanita ialah proses pelesapan diri para wanita dari kedudukan sosial ekonomi yang rendah atau dari
pengekangan hukum yang membatasi kemungkinan untuk berkembang dan untuk maju.

Dan bicara emansipasi wanita, maka pasti membicarakan Kartini, seorang wanita priyayi Jawa yang memiliki
pemikiran maju di masanya yang kemudian diangkat namanya menjadi penggerak emansipasi wanita Indonesia,
berkat surat-surat2 korespondennya pada sahabat Belandanya yang kemudian diangkat menjadi sebuah buku
berjudul ‘Habis Terang Terbitlah Terang’.

Jadi bila disimpulkan arti Emansipasi dan apa yang dimaksudkan oleh Kartini adalah agar wanita mendapatkan
hak  untuk mendapatkan pendidikan, seluas-luasnya, setinggitingginya. Agar wanita juga di akui kecerdasannya
dan diberi kesempatan yang sama untuk mengaplikasikan keilmuan yang dimilikinya dan Agar wanita tidak
merendahkan dan di rendahkan derajatnya di mata pria.

Dalam hal ini tidak ada perkara yang menyatakan bahwa wanita menginginkan kesamaan hak keseluruhan dari
pria, karena pada hakikatnya pria dan wanita memliki kelebihannya masing- masing.

Lantas sekarang, emansipasi dijadikan kedok ‘kebebasan’ para wanita.  Jadi akan menjadi sangat miris bila
pengertian emansipasi wanita ini lantas di anggap sebagai pemberontakan wanita dari kodrat kewanitaannya.
Dimana wanita melupakan ‘kewanitaannya’ dan lebih menunjukkan keperkasaannya secara fisik, yang notabene
bukan ‘lahannya’ namun memaksakan agar ‘diakui’. Saat wanita lupa bahwa selain cerdas di luar sana juga
harus cerdas didalam rumahnya.

Dan emansipasi wanitapun dijadikan kedok untuk memperdagangkan diri dalam balutan kontes putri dan ratu
dengan tameng menguji kecerdasan kontestannya.Apakah hubungannya kecerdasan yang dinilai dalam balutan
baju seksi dan wajah mempesona?? Dan ada juga yang menjual kecantikan untuk memperoleh ‘nilai’ lebih
dalam hal pendidikan, pekerjaan bahkan status sosial, suatu bentuk pelacuran terselubung yang malah
menghancurkan derajat wanita dimata pria.

Lantas di mana letak kebanggaan seorang wanita?? Jadi apa arti emansipasi bila akhirnya hanya menjadi olok-
olokan??
‘Jika Kartini sekarang masih hidup, dia pasti akan menyerang pengertian emansipasi yang ada seperti
sekarang ini. Kartini akan menyerang kontes ratu-ratuan yang mengumbar aurat, Kartini akan menyerang
keinginan perempuan untuk menjadi seperti pria yang sebenarnya berangkat dari perasaan rendah diri dan
pengakuan jika pria lebih unggul, sebab menurut Kartini, perempuan dan laki-laki itu memiliki keunggulan dan
juga kelemahannya masing-masing yang unik, sebab itu mereka memerlukan satu dengan yang lainnya, saling
melengkapi‘
1. ARAH PERJUANGAN KARTINI
Sejarah bangsa merupakan catatan pengalaman perkembangan bangsa.  Pri bahasa mengatakan bahwa
pengalaman adalah guru yang terbaik.  Oleh karena itu bangsa yang mau maju sudah tentu harus belajar sejarah.

Kalau bangsa ini ingin memiliki masyarakat wanita yang maju sesuai dengan cita-cita dan perjuangan Kartini,
maka sejarah Kartini perlu dicermati kembali.  Sebab kalau tidak demikian perjuangan para Kartini masa kini
bisa saja kurang sesuai lagi dengan apa yang menjadi cita-cita ibu Kartini, walaupun sekarang ini sudah banyak
wanita Indonesia yang berpendidikan tinggi dan menduduki jabatan penting di berbagai instansi.

Perjuangan Kartini dilator belakangi kehidupan para wanita pada zamannya yang pada umumnya hanya
menjalankan kehidupan sebagai ibu rumah tangga.  Apa yang dikerjakan ibu rumah tangga pada waktu itu juga
terbatas pada tugas menjalankan fungsi sebagai istri, mengasuh anak, mengurus dapur, dan pekerjaan rumah
tangga lainnya.

Kartini melihat para wanita pada waktu itu tidak memiliki hak dan kebebasan yang sama dengan kaum lelaki
untuk mengenyam pendidikan tinggi.  Dalam kondisi seperti itu Kartini juga melihat adanya
kesenjangan intelektual di antara suami istri dalam hal pendidikan.  Padahal untuk bisa membentuk keluarga
yang baik, terutama dalam mendidik anak, selain diperlukan seorang ayah yang berpendidikan tinggi, juga
diperlukan seorang  ibu yang  juga berpendidikan tinggi.

Dari latar belakang sejarah perjuangan Kartini sudah jelaslah bahwa arah perjuangan Kartini adalah memajukan
kaum wanita yang dimulai dari pendidikan.  Kartini tidak pernah menganggap pekerjaan sebagai ibu rumah
tangga sebagai pekerjaan yang lebih rendah daripada pekerjaan yang dilakukan oleh kaum lelaki.

Dalam perjuangannya untuk memajukan kaum wanita Indonesia yang antara lain melalui buku yang ditulisnya
dengan judul “Habis Gelap Terbitlah terang” ternyata Kartini mendapat dukungan penuh dari suaminya.  Ini
artinya perjuangan Kartini tidak dimaksudkan untuk bersaing atau mengalahkan kaum lelaki.

Sisi lain yang sangat penting dari kenyataan tersebut adalah bahwa suami Ibu Kartini adalah seorang lelaki
yang hidup pada zaman dulu tapi berpikir maju atau modern.  Dukungan terhadap istrinya yang
memperjuangkan persamaan hak wanita menunjukkan bahwa suami Ibu Kartini sangat mengerti kalau
perjuangan hak azasi adalah perjuangan universal yang sebetulnya tidak perlu memandang jenis kelamin.   
Sikap suami Ibu Kartini tersebut kiranya cukup layak dicontoh oleh kaum lelaki Indonesia dalam menyikapi
perjuangan emansipasi wanita Indonesia masa kini.

1. PERJUANGAN KARTINI MASA KINI


Sekarang ini kita sudah bisa melihat kemajuan para wanita Indonesia dalam suatu indikasi di mana pekerjaan
atau jabatan yang dulu hanya diduduki oleh kaum lelaki sudah banyak yang diduduki oleh kaum
wanita.  Berbagai pekerjaan atau jabatan mulai dari pegawai negeri / swasta, pilot, pengacara, notaris, dokter,
direktur, menteri, bahkan sampai jabatan presiden sudah banyak diperankan oleh wanita Indonesia.

Pertanyaan yang mungkin perlu direnungkan adalah, apakah peran sebagai ibu rumah tangga pada zaman
sekarang ini dianggap lebih rendah daripada peran sebagai wanita karir ?Apakah wanita yang tetap memilih
kehidupan sebagai ibu rumah tangga dapat  dianggap sebagai ketinggalan zaman ?

Perlu diingat kembali bahwa pada zaman dulu di mana belum banyak bermuncuan wanita karir, para ibu rumah
tangga sangat menguasai paling sedikit 2 macam keterampilan yang tidak banyak dikuasai kaum lelaki, yaitu
memasak dan menjahit.

Ke dua macam keterampilan tersebut sampai sekarang dan sampai kapanpun dapat dijadikan lahan bisnis yang
menjanjikan.  Pada zaman sekarang ini, makin sedikit saja ibu rumah tangga yang bisa memasak dan menjahit. 
Bahkan lebih dari itu kelihatannya lebih banyak kaum lelaki yang bisa memasak dan menjahit.  Apakah ini
suatu kemajuan ataukah kemunduran ?

Di masa sekarang dan masa yang akan datang, sesuai dengan kemajuan teknologi terutama dalam bidang
internet, sangat mungkin akan semakin banyak orang yang memilih untuk bekerja di rumah.  Saya dan istri telah
memulai sejak beberapa tahun yang lalu.  Bukankah hal ini bisa menjadi salah satu indikasi bahwa persamaan
hak perlu diperjuangkan oleh kaum wanita dengan dukungan dari kaum lelaki seperti yang dilakukan oleh Ibu
Kartini dan suaminya ?

4.      KEBEBASAN DALAM EMANSIPASI


     Kebebasan dari emansipasi adalah kebebasan dari perbudakan, persamaaan hak dalam berbagai aspek
kehidupan masyarakat, misal : persamaan hak, seperti kaum wanita dengan kaum pria. Di zaman modern seperti
sekarang ini banyak kaum wanita menganggap bahwa emansipasi menunjukkan tidak ada lagi diferensiasi
antara kaum wanita dengan kaum pria dalam berbagai bidang kehidupan masyarakat.

       Masalah inilah yang timbul dan saat ini menjadi kendala besar untuk meningkatkan martabat kaum wanita,
padahal menurut ilmu histories, pelopor emansipasi kaum wanita R.A Kartini menguraikan bahwa emansipasi
bertujuan untuk membebaskan kaum wanita dari perbudakan dan keterbelakangan, misal pada waktu dijajah
pada pada waktu dijajah oleh bangsa Belanda kaum wanita tidak diperbolehkan untuk sekolah seperti kaum pria,
kaum wanita pada waktu itu hanya dijadikan budak penjajah dan mengurusi semua keperluan dapur. Maka dari
itu emansipasi dijadikan sebagai tonggak baru untuk mengangkat dan memajukan derajat kaum wanita dan
untuk bias mewujudkannya beliau mendirikan sebuah sekolah yang khusus untuk kaum wanita.

Semenjak terdapat sekolah untuk kaum wanita yang didirikan R.A Kartini, banyak putrid bangsa ini yang
mampu meningkatkan martabat kaum wanita dengan kepandaian dan keuletannyadalam berbagai
bidang.Terbukti di zaman modern sekarang ini yang sudah merdeka, banyak anak- anak sekolah yang
berprestrasi bahkan sebagian besar prestasi banyak diraih oleh kaum wanita.
Tetapi dengan adanya prestasi-prestasi itulah kaum wanita sekarang merasa bias menandingi kemampuan dan
berbagai kegiatan yang dimiliki kaum pria, misalkan saja dalam hal pacaran seorang wanita tidak malu untuk
menyatakan perasaannya kepada kaum pria dan juga dalam hal kegiatan olahraga, seni, dll. Biasanya jika
terdapat kejadian seperti orang-orang akan mengatakan bahwa ini adalah zamannya emansipasi, jadi harus
menyamakan dengan kaum pria. Tetapi itu merupakan sebuah kesalahan, kita pasti sudah tahu bahwa kodrat
kaum wanita pasti dibawahnya kaum pria dan bila kaum wanita di atas kaum pria itu tidak akan terjadi bahkan
itu bisa menjatuhkan kehormatan dan martabat kaum wanita itu sendiri di mata masyarakat.
Kesalahan kaum wanita yang lain adalah merokok, minum-minuman keras, pecandu narkoba, pergaulan bebas,
dan masih banyak lagi, bukankah itu semua dilarang oleh agama islam baik kaum pria dan kaum wanita.
Masalah lainnya yaitu bolos sekolah untuk anak-anak yang masih sekolah dan pecandu narkoba untuk orang
yang suka memakai, kalau kedua hal itu sudah jelas ada dalam UUD dan pasti orang yang melakukannya akan
mendapatkan hukuman. Jadi disini jika sampai ketahuan terdapat kaum wanita yang melakukannya, dimana rasa
malu mereka ?dan dimana rasa kasihan mereka terhadap kaum wanita lainnya ? yang tidak tahu apa-apa tetapi
malah menerima dampak buruknya.

 Dengan adanya masalah-masalah yang terjadi di atas, sudah dapat disimpulkan bahwa emansipasi, awalnya
memang sebuah kemajuan tetapi di akhir berbanding terbalik, yaitu kemunduran yang didapatkan mungkin itu
semua didasari karena masalah intern, misal : terlalu dibebaskan pergaulan kita oleh orang tuanya, tidak
diperhatikan keluarganya atau ditinggal bekerja orang tuanya, jadi emansipasi disini termasuk kebebasan yang
kebablasan.
Jadi sebaiknya para orang tua harus hati-hati menjaga anak-anaknya, khususnya anak perempuan khususnya
dalam bidang pergaulan. Apalagi anak-anak remaja perempuan sekarang mudah sekali untuk dirayu, dibujuk
dan dipengaruhi, jadi jangan sampai orang tua membebaskan anak-anak perempuanya dalam pergaulan karena
akan cepat merubah perkembangannya dan itu adalah perkembangan yang negative. Dan bagi perempuan-
perempuan dewasa yang dianggap sudah bisa mengatur diri sendiri harus tetap diawasi dalam pergaulan, misal :
hal pacaran, orang tua harus tetap membatasinya, karena jika terlalu dibebaskan mungkin hanya akan
mengakibatkan penyesalan bagi semua oran terutama orang tua.

 
1. 5.      Emansipasi Perempuan di Era Globalisasi
Seiring dengan perkembangan zaman, melalui gerakan emansipasi ini, perempuan Indonesia akhirnya dapat
mensejajarkan diri dengan kaum pria dalam berbagai bidang kehidupan, baik di bidang politik, ekonomi
maupun sosial. Perempuan sudah dapat men-duduki posisi-posisi penting di bidang birokrasi. Perempuan juga
sudah dapat berkiprah di bidang politik. Selain itu, perempuan juga sudah banyak yang sukses di bidang sosial
dan ekonomi.

Di era globalisasi ini, perempuan tidak hanya bekerja di lingkungan rumah ataupun melayani suami walaupun
hal tersebut adalah salah satu kewajiban perempuan mengikuti kodratnya. Akan tetapi, perempuan juga dapat
berperan untuk bangsa di ranah politik, ekonomi dan sosial. Bukti nyata dari hal tersebut dapat dilihat pada
Pasal 65 ayat 1 UU (Undang-Undang)  Nomor 12 Tahun 18 Februari 2003 yang berbunyi “Setiap partai politik
peserta pemilu dapat mengajukan calon anggota DPR (Dewan Perwakilan Rakyat), DPRD (Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah) provinsi dan DPRD (Dewan Perwakilan Rakyat Daerah) kabupaten/kota untuk setiap daerah
pemilihan dengan memperhatikan keterwakilan perempuan sekurang-kurangnya 30%”. Ketentuan dari UU
(Undang-Undang) di atas merupakan tindak lanjut dari konvensi PBB (Persatuan Bangsa-Bangsa), yaitu
persoalan yang menyangkut penghapusan segala bentuk diskriminasi terhadap perempuan. Selain itu, Uni Antar
Parlemen (Inter Parliamentary Union) pada tahun 1997 di New Delhi mendeklarasikan “Hak politik perempuan
harus dianggapi sebagai satu kesatuan dengan hak asasi manusia. Oleh karena itu, hak politik perempuan tidak
dapat dipisahkan dari hak asasi manusia”. UU (Undang-Undang) dan konvensi PBB (Persatuan Bangsa-Bangsa)
tersebut menandakan bahwa dalam ranah politik peran perempuan sudah mulai diakui dan diperhitungkan.
Di bidang ekonomi, tidak sedikit perempuan yang menjadi tulang punggung keluarga atau membantu  suami
bekerja. Bahkan, ada beberapa perempuan yang mengerjakan pekerja-an laki-laki sebagai supir bus. Hal ini
terlihat pada Perusahaan Transjakarta Busway  yang memiliki 80 pengemudi perempuan. Dalam bidang sosial,
perempuan yang dulu lekat dengan stigma kasur, sumur, dan dapur sekarang telah mampu bangkit dan
menggeser stigma kasar tersebut. Bahkan, dalam bidang sosial ini kaum perempuan telah memiliki benteng
untuk melindungi diri dari pengaruh globalisasi dalam bidang sosial ini. Kaum perempuan telah dilindungi oleh
UU (Undang-Undang) pornografi dan pornoaksi yang banyak menyita perhatian khalayak. Pada hakikatnya UU
(Undang-Undang) tersebut adalah sebuah bentuk perlindungan kehormatan perempuan yang dijadikan bahan
eksploitasi oleh pihak-pihak yang berkepentingan.
Beberapa perempuan Indonesia sudah membuktikan kepada bangsa bahwa mereka mampu memegang peran
penting dalam membangun bangsa. Salah satu dari mereka adalah  Mari Elka Pangestu seorang ekonom
Indonesia kelas dunia. Kita juga mengenal Susi Susanti yang sudah mengharumkan nama Indonesia dalam
bidang olahraga (bulu tangkis), beliau adalah peraih piala emas Olimpiade Bercelona pada tahun 2002. Sosok
yang masih tergambar jelas di hati rakyat adalah mantan presiden kelima kita yaitu Megawati Soekarnoputri,
wanita pertama yang pernah memerintah negara ini. Mereka semua adalah pelaku emansipasi perempuan.
Mereka memanfaatkan jasa Raden Ajeng Kartini tersebut untuk membekali diri mereka sendiri dengan
keahlian, pengetahuan, dan wawasan berfikir yang luas. Mereka mencari dan menggali potensi mereka tanpa
menuntut selalu diistimewakan sebagai perempuan. Ibu kita Kartini pasti bangga pada mereka.
Lain halnya dengan generasi sekarang, perempuan generasi muda sekarang sudah telah banyak terlena dan
terombang-ambing oleh arus globalisasi yang semakin mewarnai dan meracuni bangsa. Tidak sedikit efek dari
era globalisasi ini berpengaruh negatif sehingga tidak menutup kemungkinan partisipasi perempuan dalam
pembangunan bangsa pada masa mendatang tidak dapat berjalan, sehingga tidak ada lagi pembuktian bahwa
perempuan mampu berdiri membangun bangsa. Bahkan, persoalan ini apabila dibiarkan dan tidak ada usaha
untuk melakukan perbaikan akan dapat menciptakan generasi muda yang bimbang dan tidak memiliki masa
depan yang pasti.

Dewasa ini emansipasi seringkali disala artikan. Emansipasi sering kali menjadi alasan yang dicari bagi kaum
perempuan, khususnya remaja putri untuk mendapatkan kebebasan seluas-luasnya, dan seringkali berlebihan
kadarnya. Kita bisa melihat fakta-fakta yang terjadi di era ini, seperti riset yang dilakukan yang menyatakan
bahwa dari data yang dihimpun dari 100 remaja, terdapat 51 remaja perempuannya sudah tidak lagi perawan.
Hasil Riset ini disampaikan oleh Sugiri kepada sejumlah media dalam Grand Final Kontes Rap dalam
memperingati Hari AIDS sedunia di lapangan parkir IRTI Monas, Minggu (28/ 11/2010). Sugiri juga
merincikan bahwa di Surabaya perempuan yang sudah tidak perawan lagi mencapai 54%,  di Medan 52%, serta
Bandung mencapai 47% dan data ini dikumpulkan selama kurun waktu 2010 saja. Selain itu, lebih ekstrim lagi
jika kita membicarakan pelacur-an anak gadis di bawah umur. Wajah lugu dan pikiran yang masih polos
diracuni oleh paham-paham hidup senang secara praktis. Sungguh mengerikan, karena paham itu ditanamkan
orang tua mereka sendiri. Akibatnya, tidak jarang kita temui orang tua yang tega menjual anaknya demi materi.
Selebihnya dilakukan sendiri oleh si perempuan muda tersebut  dengan alasan  untuk mendapatkan hidup yang
lebih layak dan untuk menghidupi orangtuanya di rumah. Perbuatan ini tanpa mereka sadari telah menjatuhkan
harga diri perempuan secara global.

Permasalahan di atas menyebabkan status perempuan semakin tenggelam dalam kekelaman masa. Harapan,
angan-angan untuk maju telah ternoda dengan kenyataan tersebut. Akibat dari permasalahan tersebut,
perempuan semakin direndahkan. Tidak ada lagi rasa nasionalisme mengingat jasa pahlawan yang sudah
memperjuangkan emansipasi. Harga diri wanita yang semakin rendah dengan perbuatan keji seperti itu jelas-
jelas Raden Ajeng Kartinikecewa. Kecewa dengan kaum penerusnya yang menyalahgunakan perjuangannya
untuk meningkatkan harkat perempuan. Pembebasan atas diskriminasi pada perempuan seharusnya
dimanfaatkan untuk mengembangkan dan membangkitkan eksistensi kaum perempuan secara terhormat, bukan
menginjak dan menurunkan harga diri kaum perempuan itu sendiri.
Di zaman yang semakin maju dan semakin pesat ini apakah emansipasi perempuan akan dibiarkan seperti ini?
Mengingat perjuangan para pahlawan yang mengabdikan dirinya hanya untuk bangsa tercinta ini. Sedikit pun
mereka tidak mau menurunkan harga diri meski harus kehilangan nyawa.

Masih rendahnya keterlibatan dan partisipasi perempuan khususnya generasi muda di dalam pembangunan
ekonomi, sosial, politik dan bidang lainnya yang bersifat membangun bangsa ditambah lagi oleh efek negatif
globalisasi yang mempengaruhi pikiran-pikiran gene-rasi muda (perempuan) bangsa harus menjadi musuh
bersama kita, dalam rangka menyukses-kan pembangunan menyeluruh di negeri ini.

Demi membangun bangsa ini agar menjadi lebih baik lagi, kaum perempuan tidak boleh melupakan hakikatnya
sebagai seseorang perempuan yang mempunyai sumber ke-lembutan. Sudah selayaknya kaum perempuan perlu
menyadari akan kodratnya. Perempuan diharapkan bisa menjadi pendidik pertama dan utama bagi anak-anak
yang dilahirkannya. Menjadi Ibu yang dapat membimbing mereka menjadi anak yang kuat, cerdas, dan mem-
punyai etika yang baik agar dapat berguna bagi bangsa, negara, dan agama. Itulah sebenarnya peran wanita yang
utama selain berbagai peran di ketiga bidang kehidupan ekonomi, politik dan sosial. Wanita dituntut untuk
menjalani kehidupan sesuai perannya masing-masing. Wanita telah menjadi sosok yang harus di hormati dan
dilindungi dari berbagai kekerasan dan penganiayaan. Namun, wanita juga harus sadar akan tugas utamanya.
Tugas ini mampu untuk menyadarkan perempuan generasi muda untuk menjadi perempuan yang terhormat,
berharga dan sebagai kebanggaan bangsa.

“Bangsa yang besar adalah bangsa yang tidak pernah melupakan sejarah dan jasa-jasa pahlawannya yang
berjuang hanya untuk bangsa tercinta ini” ujar Ir. Soekarno. Kita seharusnya dapat meman-faatkan emansipasi
perempuan yang sudah diperjuangkan Kartini dengan sebaik-baiknya, yaitu membekali diri untuk berpartisipasi
membangun bangsa ini, mengharumkan nama kaum perempuan, membuat bangga bangsa dan tidak menjadi
seseorang yang menjatuhkan martabatnya sebagai seorang perempuan. Emansipasi perempuan ini seharusnya
dapat men-jadikan generasi muda perempuan yang cerdas bukan menjadi lemah. Jadikan perempuan sebagai
subjek bagi bangsa ini dan tidak hanya menjadi objek. Sekaranglah saatnya generasi muda perempuan
mencatatkan dirinya sebagai pelaku emansipasi yang mampu berdiri meng-ambil peran penting untuk
membangun bangsa yang tercinta ini

2
Raden Ajeng Kartini adalah simbol perjuangan Wanita Indonesia. Beliau juga merupakan pelopor dari
gerakan emansipasi Wanita. Ia dengan gigih membela dan memperjuangkan hak-hak kaum Wanita. Serta,
beliau rela berdiri dipaling depan demi menyuarakan bahwa Wanita berhak bebas dan terlepas dari
belenggu kaum penjajah. serta Wanita tak semestinya dijajah oleh kaum Pria. Kebebasan Wanita pada saat
itu sangat dibatasi. Budaya patriarki sangat didewakan pada masa itu. Kedudukan dan derajat Wanita
dianggap lebih rendah daripada Pria. Oleh karena itu, mereka tidak memiliki kebebasan sebagaimana yang
dimiliki oleh kaum Pria. Baik itu kebebasan mengeyam pendidikan, kebebasan bekerja, kebebasan
memiliki jabatan bahkan kebebasan atas pendapat. Semua hal tersebut tidak dimilik oleh kaum Wanita.
Atas dasar itulah Raden Ajeng Kartini sebagai seorang gadis yang dilahirkan di lingkungan priayi dan dari
keluarga yang maju. merasa bahwa dirinya harus membawa kaumnya dari belenggu adat istiadat
masyarakat, yang berpendapat bahwa “Derajat Wanita itu lebih rendah daripada kaum Pria”. Kartini
mengawali perjuangannya dengan mencoba mendirikan sekolah untuk anak-anak gadis di kota
kelahirannya Jepara. Ia merasa bahwa ia harus mengangkat derajat dan martabat seorang wanita melalui
ilmu pengetahuan. Berbekal tekad dan kemauan keras ia terus berupaya dalam rangka memperbaiki nasib
kaum wanita disekitarnya. Atas dasar itulah Kartini terus tergerak hatinya untuk membawa perubahan dan
mengupayakan gerakan emansipasi Wanita pada saat itu. Di zaman yang serba modern ini, gerakan
emansipasi telah banyak dilakukan oleh kaum Wanita di dunia tak terkecuali di Indonesia. Kedudukan
Wanita dan Pria pada masa ini sangat jauh berbeda dari masa lampau. Bahkan tidak jarang kedudukan
Wanita justru lebih tinggi daripada Pria. Dan tidak sedikit pula Wanita-wanita yang berprestasi dan
mengharumkan nama Indonesia. Melihat hal yang demikian tentunya, Wanita saat ini tidak bisa dipandang
sebelah mata lagi. Seiring perkembangan zaman itulah, Wanita Indonesia dapat mensejajarkan diri mereka
dengan kaum Pria dari berbagai bidang kehidupan, baik di bidang politik, ekonomi, sosial, pendidikan dan
lain sebagainya. Kartini masa kini adalah sebutan yang paling cocok disandang oleh wanita Indonesia Saat
ini. Kartini masa kini adalah orang yang mandiri, baik secara finansial maupun dalam keperibadian. Serta
mereka memiliki kecerdasan dan daya guna. yang artinya, mampu memberikan manfaat, baik itu untuk diri
mereka sendiri maupun untuk lingkungannya. Akan tetapi, sesuai kodratnya sebagai seorang wanita,
mereka memang diciptakan berbeda dari kaum Pria. Dalam ber-emansipasi, bukan suatu kesalahan sebagai
seorang Wanita berpendidikan tinggi. Dan memiliki derajat yang lebih tinggi daripada Pria. Namun, bukan
juga suatu keharusan seorang Wanita menjalani hidupnya dengan tanggung jawab bekerja ataupun
melakukan tugas-tugas yang seharusnya dilakukan oleh kaum Pria. Selama wanita itu belum memiliki
pasangan hal itu mungkin dapat ditoleran. Namun, akan berbeda cerita jika Wanita tersebut sudah memiliki
pasangan hidupnya. Tantangan yang akan dihadapi oleh kaum Wanita saat ini dalam ber-emansipasi, yakni
harus menjalankan peran ganda tanpa harus meninggalkan kodratnya sebagai seorang Wanita. Disatu sisi,
Wanita dituntut untuk selalu “produktif” dalam karir maupun kehidupan bermasyarakatnya. Namun, di sisi
lain bagi seorang Wanita yang belum memiliki pasangan mereka harus mengabdi pada orang tua. Dan jika
telah memiliki pasangan hidup, Wanita dituntut mengabdi pada suami. Serta menjadi ibu dan panutan bagi
anak-anaknya kelak. Hal itulah yang akan menjadi tantangan terbesar bagi kaum Wanita. Perjuangan R.A.
Kartini bertujuan agar Wanita lebih cakap dalam menjalankan kewajibannya. Bukan untuk membuat
bahwa kaum Wanita merupakan saingan dari kaum Pria. Kartini tidak pernah mendorong kaum Wanita
dalam meraih kebebasan dengan meninggalkan kewajiban-kewajibannya sebagai seorang Wanita. Sosok
Kartini merupakan gambaran Wanita yang “haus” akan keseimbangan peran sosial- budaya dan agama.
Emansipasi Wanita tidaklah mudah. Perjuangan kaum wanita dalam menyetarakan gender terkadang butuh
pengorbanan yang besar. Seperti halnya yang dilakukan oleh Raden Ajeng Kartini. Kehidupan kaum
Wanita saat ini jauh lebih baik dibanding sebelumnya. Sebagai “Kartini masa kini” tentunya bukan hanya
bisa menerangkan konsep dari emansipasi saja. Akan tetapi, spirit Kartini juga harus ditanamkan untuk
selalu berprestasi dalam segala bidang tanpa melupakan fitrahnya sebagai seorang Wanita. Emansipasi
Wanita janganlah disalahartikan, atau diterjemahkan secara gamblang. Bahwasanya Wanita itu sama
dengan Pria. Tentu saja definisi itu salah besar. Masyarakat juga harus memahami makna kesetaraan
gender yang sebenarnya. Karena pada dasarnya Pria dan Wanita memiliki peranan masing-masing dalam
kehidupanya. Peran kaum Wanita tidak serta-merta menghilangkan peran kaum Pria. Namun, Wanita juga
memiliki hak dan kewajiban dalam mengemban tanggung jawab, baik itu berupa karir ataupun dalam
kehidupan keluarga, masyarakat, bangsa dan negara. Tentunya jasa dari Raden Ajeng Kartini sangatlah
bermanfaat bagi kehidupan bangsa Indonesia khususnya bagi kaum Wanita. Hal ini dibuktikan dengan
adanya Wanita memegang peran penting dalam membangun bangsa. Demi membangun Indonesia tanpa
diskriminasi. Kaum Wanita juga tidak boleh melupakan hakikat sebagai seorang Wanita. Sudah seharusnya
mereka menyadari kodratnya sebagai seorang Wanita, yang diharapkan nantinya menjadi pendidik pertama
bagi anak-anaknya kelak. Sudah sepantasnya Wanita sebagai sosok yang dihormati dan dihargai serta
dilindungi dari berbagai kekerasan dan ancaman. Namun, sudah menjadi tugas Wanita pula mengingatkan
makna kebebasan dan emansipasi yang sebenarnya terhadap generasi muda. Mengingat emansipasi sudah
banyak yang disalahartikan. Saat ini nama Kartini telah menjadi legenda sekaligus menjadi simbol
perjuangan bagi kaum wanita. Tepat tanggal 21 april nanti, bangsa Indonesia khususnya kaum Wanita akan
memeperingati hari lahir Raden Ajeng Kartini, yang saat ini kita kenal dengan hari emansipasi wanita.
Momentum tersebut haruslah menjadi sarana dalam memaknai hakikat kesetaraan gender yang
sesungguhnya. Kehidupan yang serba modern menjadi tantangan tersendiri bagi kaum Wanita dalam
mengambil peran dari berbagai bidang kehidupan. RA Kartini merupakan sosok yang fundamental
sekaligus fenomenal, beliau patut menjadi panutan bagi kaum Wanita masa kini. “Bangsa yang besar
adalah bangsa yang tidak pernah melupakan sejarah dan jasa-jasa pahlawannya yang berjuang hanya untuk
bangsa tercinta ini. Ir. Soekarno.” sebagai generasi penerus bangsa, sudah sepantasnya kita dapat
memanfaatkan dan menghargai apa yang telah diperjuangkan oleh R.A. Kartini dengan sebaik-baiknya.
Salah satunya dengan menjunjung tinggi hak-hak kaum Wanita serta menjadikan Wanita sebagai subjek
dan bukan hanya sebagai objek. Sudah saatnya “Kartini masa kini” mencatatkan dirinya sebagai pelaku
emansipasi yang mampu mengambil peran demi terciptanya bangsa Indonesia yang lebih baik dan
bermartabat. Tanpa harus menghilangkan hakikat dan kodratnya sebagai seorang Wanita. “Habis gelap
terbitlah terang” semoga cita-cita dan spirit Kartini selalu terpendam dalam hati seluruh masyarakat
Indonesia dan senantiasa menjadi penerang dalam memajukan apa yang telah beliau perjuangkan
sebelumnya

Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/suroyo/kodrat-seorang-wanita-sebagai-kartini-masa-
kini_553636fa6ea8342b3eda42d0

Anda mungkin juga menyukai