Anda di halaman 1dari 2

Kuliah Daring: Membuktikan Tanggung Jawab sebagai Mahanya Siswa

Pandemi COVID-19 hadir seperti katastrofe bagi Indonesia. Tidak hanya pada kesehatan
dan ekonomi, bidang pendidikan pun ikut terdampak secara signifikan. Berbagai kebijakan yang
diimplementasikan pemerintah, seperti physical distancing, work and school from home, PSBB,
hingga yang terbaru PPKM memaksa masyarakat untuk membatasi mobilitas fisiknya. Mahasiswa
yang awalnya menempuh kuliah luring diharuskan untuk bertransisi menggunakan pembelajaran
daring. Imbauan libur dua minggu yang awalnya dicetuskan pemerintah berakhir berkelanjutan
hingga beberapa semester. Pembatasan kuliah luring ini utamanya ditujukan untuk meminimalisasi
transmisi COVID-19. Mahasiswa yang berada di ruang kelas dalam jangka waktu lama dengan
kondisi ruangan yang tertutup, bahkan mungkin menggunakan pendingin ruangan di beberapa
kampus berpotensi untuk menyebarkan COVID-19 karena sirkulasi udara yang kurang baik.
Belum lagi tingkat kedisiplinan masyarakat terhadap protokol kesehatan yang masih rendah.
Seringkali saat akan masuk ke kampus, pengecekan suhu dilakukan secara asal-asalan, mahasiswa
tidak mencuci tangan, tidak menjaga jarak, dan sebagainya. Pada periode 21-28 Februari 2021
saja, sebanyak 15 juta orang terbukti tidak mematuhi protokol kesehatan.
Meskipun demikian, banyak mahasiswa yang mengeluhkan kebijakan kuliah daring.
Mereka beranggapan bahwa kuliah daring kurang efektif dan membuat mereka kesulitan dalam
menyerap pembelajaran. Menjadi paradoks saat mereka mengeluh, tetapi dalam realitasnya juga
tidak menunaikan kewajiban dengan maksimal. Banyak dari mereka yang tidak bersungguh-
sungguh dalam mengikuti kuliah daring. Sebagai contoh, hanya masuk kedalam virtual meeting,
menonaktifkan kamera dan mikrofon, lalu tidur, bermain smartphone, bahkan tidak jarang
berkuliah sambil melakukan pekerjaan lain. Hal ini tentunya akan memecah fokus dan
mengakibatkan penyerapan materi menjadi kurang optimal.
Disinilah tanggung jawab mahasiswa sebagai mahanya siswa diuji. Sebagai individu yang
seringkali sudah dianggap dewasa, mahasiswa seharusnya mampu bertanggung jawab atas
menjadi kewajiban mereka, terlepas dari hambatan dan kesulitan yang ada. Hal ini mengingat
risiko dari pembelajaran luring yang begitu besar karena vaksin pun belum merata penyebarannya.
Beberapa cara yang dapat dilakukan agar mahasiswa tidak lalai dengan tanggung jawab mereka,
diantaranya mengingat kembali motivasi dan tujuan utama saat memutuskan untuk masuk kuliah.
Dengan tujuan yang jelas, mahasiswa diharapkan memahami urgensi untuk menuntut ilmu dan
akan melakukannya dengan senang hati. Kedua, melaksanakan rutinitas harian yang mirip dengan
saat pembelajaran luring. Sebagai contoh, bangun di waktu yang sama seperti saat berkuliah luring,
mandi pagi, berpenampilan rapi, memiliki meja belajar yang terpisah dari tempat tidur, dan
sebagainya. Rutinitas ini akan memberikan narasi bahwa meskipun berada di rumah, mereka tetap
belajar dan mencegah untuk bermalas-malasan. Ketiga, bersosialisasi dengan teman-teman
melalui sosial media. Hal ini diharapkan dapat memberi nuansa yang mirip dengan saat berkuliah
luring dan akan menjaga kesehatan mental mahasiswa yang seringkali memburuk karena
minimnya sosialisasi.
Pada akhirnya, ada atau tidaknya pandemi COVID-19, hidup harus terus berjalan. Tidak
ada gunanya untuk terus mengeluh dan menyesali keadaan. Justru, pandemi COVID-19 ini
merupakan wahana untuk membuktikan tanggung jawab kita sebagai mahasiswa dalam memenuhi
kewajibannya. Dengan beberapa tips yang sudah diutarakan di atas, diharapkan mahasiswa dapat
melewati kuliah daring dengan maksimal dan nantinya dapat kembali ke normal sebagai individu
yang lebih matang.

Kata Data. 2021. Jutaan Orang Belum Patuh Protokol Kesehatan di Fasilitas Umum. Dalam
jaringan. https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2021/03/07/jutaanorang-belum-
patuh-protokol-kesehatan-di-fasilitas-umum.

Anda mungkin juga menyukai