Anda di halaman 1dari 8

MEMBUDAYAKAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN YANG BERTANGGUNG JAWAB:

MEMBUMIKAN ETIKA LINGKUNGAN


(Studi Kasus : Ecoliteracy Siswa Melalui Pendidikan Lingkungan Hidup)

Abstrak
Saat ini, masalah lingkungan menjadi hal yang sangat penting. Pola pikir untuk menghancurkan
kualitas lingkungan merupakan langkah untuk menghancurkan masa depan umat manusia. Maka,
dengan rasa tanggung jawab bersama, alam harus diperlakukan dengan penuh kasih sayang.
Sesungguhnya, setiap orang baik individu, keluarga, masyarakat, dan bangsa bertanggung jawab
atas hal ini. Sebagai sebuah peradaban, idealnya kita harus mendasarkan semua keputusan kita pada
prinsip-prinsip moral dan etika, dan idealisme ini juga berlaku pada cara kita menangani
lingkungan. Jumlah manusia semakin banyak seiring berjalannya waktu. Masalah lingkungan
disebabkan oleh pertumbuhan penduduk. Eksploitasi alam yang serakah oleh manusia adalah
penyebab masalah lingkungan. Dampak dari eksploitasi manusia tidak lagi diperhatikan oleh
manusia. Pendidikan lingkungan hidup diajarkan di sekolah-sekolah seiring dengan isu-isu
tersebut. Dengan bantuan pendidikan lingkungan ini, anak-anak diharapkan memiliki pemahaman
yang lebih dalam tentang lingkungan mereka dan efek yang mungkin timbul dari penggunaan
lingkungan yang berlebihan. Mengetahui bagaimana pendidikan lingkungan hidup berpengaruh
terhadap ecoliteracy merupakan tujuan dari penelitian ini. Pendekatan penelitian yang digunakan
dalam penelitian ini adalah penelitian kepustakaan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
pendidikan lingkungan di sekolah dapat membantu siswa untuk menjadi lebih melek lingkungan.
Sangatlah penting untuk mempromosikan pengelolaan lingkungan yang beretika. Tujuan mendasar
dari etika lingkungan adalah untuk membina hubungan yang saling menghormati antara manusia
dan lingkungannya.
Kata Kunci: Manajemen Tanggung Jawab Lingkungan, Etika Lingkungan, Ecoliteracy

Abstract
Today, environmental issues are of paramount importance. The mindset of destroying the quality of
the environment is a step towards destroying the future of mankind. So, with a sense of shared
responsibility, nature must be treated with compassion.
Indeed, every individual, family, community and nation is responsible for this. As a civilization, we
should ideally base all our decisions on moral and ethical principles, and this idealism also applies
to how we handle the environment. The number of humans is increasing over time. Environmental

1
problems are caused by population growth. Greedy exploitation of nature by humans is the cause
of environmental problems. The impact of human exploitation is no longer considered by humans.
Environmental education is taught in schools along with these issues. With the help of this
environmental education, children are expected to have a deeper understanding of their environment
and the possible effects of overusing it. Knowing how environmental education affects ecoliteracy
is the purpose of this study. The research approach used in this study is library research. The
results of this study show that environmental education in schools can help students to become
more environmentally literate. It is important to promote ethical environmental management. The
fundamental goal of environmental ethics is to foster a respectful relationship between humans and
their environment.
Keywords: Environmental Responsibility Management, Environmental Ethics, Ecoliteracy

1. Pendahuluan
Planet Bumi adalah rumah bagi berbagai makhluk hidup, termasuk manusia, hewan, dan
tumbuhan. Setiap kehidupan di bumi bergantung pada kehidupan lainnya. Sebagai contoh, hewan
bergantung pada orang agar bisa membantu memelihara habitatnya agar tetap terjaga, begitu pula
manusia bergantung pada tumbuhan dan hewan untuk mempertahankan hidupnya. Selama ini,
manusia lah yang telah memperburuk tempat tinggal hewan. "Jika orang-orang menghilang dari
muka bumi, bisa jadi tak berpengeruh banyak pada spesies organisme lainnya, tetapi jika tumbuhan
dan hewan menghilang, maka manusia juga akan menghilang," klaim Barlia (2008:1). Hal ini
menunjukkan betapa saling terkaitnya mereka. Alam semesta dan manusia adalah konsep yang
tidak cocok. Terpisah. Alam semesta dan lingkungan tempat ia tinggal adalah dua hal yang berbeda
dengan manusia sebagai mikrokosmos. Makrokosmos adalah lingkungan tempat ia tinggal.
Keduanya saling berinteraksi, berhubungan satu sama lain, dan saling terkait. Tidak dapat
dipisahkan.
Ternyata topik tentang bagaimana manusia berinteraksi dengan lingkungan masih terus
diperbincangkan hingga saat ini dan bahkan telah merambah menjadi perhatian dunia. Karena
kemampuan kita untuk mengendalikan alam dan memaksimalkan kegunaannya bagi keinginan dan
kepentingan manusia, lingkungan telah menjadi tantangan di abad ke-21 ini. Sehubungan dengan
hal ini, keadaan yang ada saat ini benar-benar meniadakan segala upaya untuk menjaga
keharmonisan, keselarasan, dan kesinambungan dengan alam. Pada kenyataannya, alam saat ini
dipandang sebagai makhluk hidup yang dieksploitasi tanpa henti oleh manusia. Manusia tidak

2
mempertimbangkan bagaimana eksploitasi yang dilakukannya terhadap alam dapat mempengaruhi
generasi manusia di masa depan dan menjadi ancaman bagi mereka. Agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat,
bangsa, dan Negara, maka pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran.
Selain itu, hal ini juga disebab Lingkungan dan sumber daya alam sering kali diperlakukan
sebagai tujuan eksploitasi sains. Untuk memajukan kehidupan manusia, Kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi sangat diperlukan. Teknologi dan sains harus digunakan untuk
kepentingan manusia dan makhluk hidup lainnya. Kebutuhan manusia selalu berkembang dan harus
dipenuhi; untungnya, sebagian besar dari apa yang dibutuhkan manusia dapat ditemukan di alam.
Ketika kenyataan dilihat dengan cara ini, masalah lingkungan menjadi sangat sulit untuk
dipecahkan. kan oleh kemajuan dan penggunaan teknologi dan penelitian yang berbahaya bagi
lingkungan. Untuk mengatasi masalah ini, kita perlu mengedukasi masyarakat tentang lingkungan.
Pendidikan lingkungan hidup akan diterapkan di sekolah-sekolah, yang diharapkan dapat
meningkatkan pemahaman dan kepedulian siswa terhadap perlindungan lingkungan hidup.
Pendidikan lingkungan hidup dapat diterapkan di sekolah melalui teknik interdisipliner,
multidisipliner, dan transdisipliner, serta melalui mata pelajaran. Tindakan, sikap, dan komitmen
yang diperlukan untuk membangun masyarakat yang berkelanjutan adalah komponen emosional
dari PLH. Mungkin sulit untuk mencapai tujuan emosional ini dalam banyak hal. Oleh karena itu,
para pendidik harus menggunakan metode di kelas mereka yang memungkinkan siswa untuk
memahami dan menginternalisasi nilai-nilai. Harus dijelaskan atau diajarkan dalam PLH bahwa
setiap orang memiliki nilai-nilai yang beragam dalam kenyataannya.
Yaitu ada beberapa komponen kebutuhan manusia, perspektif lingkungan, dan pemahaman yang
ideal tentang bagaimana manusia harus mengelola lahan mereka, di antaranya. Mengingat bahwa
masalah ini sangat kompleks, orang harus benar-benar memperhatikan dan memiliki pemahaman
yang mendalam untuk dapat memahaminya.
Manusia adalah spesies yang paling bergantung pada lingkungannya, ini adalah sebuah
kebenaran. Seberapa penting manusia bagi lingkungan? Manusia adalah spesies sosial. Idealnya,
tindakannya harus selalu benar secara etis dan bertanggung jawab, terutama dalam
hallingkungan.Mempromosikan pengelolaan lingkungan yang bertanggung jawab Pengelolaan
lingkungan yang bertanggung jawab harus dipupuk. Di sinilah moralitas dan etika memainkan
peran kunci dalam mengembangkan hubungan antara manusia dan lingkungan.

3
Berdasarkan hal ini, penulis ingin mengetahui bagaimana MEMBUDAYAKAN
PENGELOLAAN LINGKUNGAN YANG BERTANGGUNG JAWAB: MEMBUMIKAN ETIKA
LINGKUNGAN dengan Studi Kasus : Ecoliteracy Siswa Melalui Pendidikan Lingkungan Hidup.

2. Metode
Penelitian ini menggunakan penelitian kepustakaan sebagai metodologinya. Menurut Hasan
(2002:11), penelitian kepustakaan mengacu pada penelitian yang memanfaatkan sumber-sumber
tertulis seperti buku, dokumen, atau makalah penelitian dari penelitian-penelitian sebelumnya.
Sumber utama data penelitian adalah dokumen atau studi dokumen. Dalam melaksanakan studi
dokumen, dicari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat
kabar, majalah, prasasti, agenda, notulen rapat, dan bahan-bahan lain yang sejenis (Arikunto,
2010:275).

3. Hasil dan Pembahasan


3.1 Implementasi Lingkungan Hidup
Masalah lingkungan harus segera diatasi karena masalah ini sudah ada sejak lama.
Masyarakat dan pemerintah sama-sama bekerja keras untuk melestarikan dan menjaga
lingkungan hidup. Palmer (2003, h. 19) menyatakan bahwa ada tiga pendekatan untuk
menciptakan pendidikan lingkungan hidup dalam praktiknya: (1) pendidikan TENTANG
lingkungan hidup, (2) pendidikan DARI lingkungan hidup, dan (3) pendidikan UNTUK
lingkungan hidup. Dapat dikatakan bahwa pembelajaran tentang lingkungan alam adalah
materi pelajaran itu sendiri dalam pendidikan TENTANG lingkungan. Tujuan utama dari
pembelajaran ini hanya terbatas pada komponen kognitif, dan hal ini dapat dicapai melalui
metode eksplorasi atau penemuan. Dalam pendidikan DARI lingkungan, Lingkungan
digunakan sebagai sumber daya untuk belajar dalam rangka mencapai pembelajaran. Salah satu
dari dua metode dapat digunakan untuk melakukan hal ini: baik sebagai platform untuk
melakukan proses penyelidikan dan penemuan dalam upaya meningkatkan pembelajaran, atau
sebagai pasokan sumber daya untuk kegiatan pembelajaranyang sebenarnya.
Pendidikan prasekolah hingga pendidikan tinggi dapat menggunakan pendidikan lingkungan
hidup. Materi yang berkaitan dengan lingkungan dapat dimasukkan ke dalam mata kuliah atau
disiplin ilmu lain selain berdiri sendiri sebagai mata kuliah atau disiplin ilmu. Pendidikan
lingkungan hidup dapat berbentuk tindakan fisik baik di dalam kelas maupun di masyarakat.
Tidak hanya terbatas pada interaksi tatap muka. Menurut Keraf (2013, hlm. 55), tindakan-

4
tindakan spesifik tersebut antara lain mendorong kampanye penanaman pohon di sekolah dan
di masyarakat, mengurangi penggunaan air, listrik, dan kendaraan bermotor, mengawasi
jajanan yang dijual di kantin sekolah, meminimalisir penggunaan buku dan alat tulis, serta
melakukan kegiatan-kegiatan lain yang mendukung upaya perlindungan lingkungan. PLH
dapat dimasukkan ke dalam kurikulum pendidikan formal dengan menggunakan salah satu dari
tiga strategi: integrasi, infusi, atau sebagai mata pelajaran terpisah. Istilah "infusi" mengacu
pada pengintegrasian mata pelajaran lingkungan hidup ke dalam kurikulum yang sedang
berjalan. Infusi mengacu pada peningkatan dan pengembangan kurikulum dan materi
pembelajaran. Strategi ini menjaga materi pelajaran tetap konstan sambil mengganti contoh-
contohnya, sedangkan strategi integrasi menghapuskan perbedaan antar mata pelajaran.
Berpartisipasi dalam inisiatif Adiwiyata adalah salah satu cara untuk memperkenalkan PLH
di ruang kelas. Inisiatif Pemerintah memberikan penghargaan kepada sekolah-sekolah yang
telah menciptakan kurikulum ramah lingkungan melalui program Adiwiyata. Program
Adiwiyata berusaha untuk menghasilkan warga sekolah yang bertanggung jawab dalam
mengelola dan menjaga lingkungan dalam rangka mendukung pembangunan berkelanjutan.
Program Adiwiyata menganut paham partisipatif dan berkelanjutan (BLH, 2016: 3).
Implementasi program Adiwiyata terdiri dari empat komponen yaitu peraturan perundang-
undangan yang berwawasan lingkungan, kurikulum berbasis lingkungan, kegiatan lingkungan
berbasis partisipatif, dan sarana pendukung ramah lingkungan. Salah satu contoh bagaimana
pendidikan berbasis pendidikan lingkungan hidup untuk pembangunan berkelanjutan secara
konsisten digunakan di sekolah-sekolah adalah program Eco School.
Sebuah inisiatif multinasional yang disebut Program Sekolah Ramah Lingkungan berupaya
meningkatkan literasi lingkungan para siswa. Foundation of Enviromental Education (FEE)
menciptakan program Eco School pada tahun 1994 sebagai tanggapan atas kebutuhan untuk
melibatkan kaum muda dalam pembangunan berkelanjutan lokal dan pemecahan masalah
lingkungan. Pengembangan Sekolah Ramah Lingkungan merupakan hasil dari keinginan yang
meluas untuk meningkatkan standar lingkungan. Berbagai upaya telah dilakukan untuk
meningkatkan kualitas lingkungan, termasuk penghijauan, membersihkan sungai, Jumat bersih,
dan kampanye kesadaran akan kebersihan. Langkah-langkah ini juga mencakup penyuluhan,
pelatihan, bimbingan, dan proyek percontohan. Kurikulum Eco School memadukan pendidikan
dan aktivisme, menawarkan cara yang ampuh untuk mempengaruhi perubahan.
Ketidakmampuan manusia untuk menciptakan sistem nilai sosial dan cara hidup yang dapat
membawa keberadaan kita selaras dengan lingkungan adalah hal yang menyebabkan

5
keprihatinan terhadap lingkungan. Dibutuhkan kerja keras dan waktu untuk mengembangkan
cara hidup dan sikap terhadap lingkungan yang memungkinkan seseorang untuk hidup
berdampingan secara damai dengannya. Sebagai hasilnya, pendidikan adalah cara terbaik untuk
menciptakan masyarakat yang menjunjung tinggi etika lingkungan dan keberlanjutan. Rentang
pilihan pendidikan meluas dari taman kanak-kanak hingga ke tingkat universitas. Oleh karena
itu, tujuan jangka panjang PLH adalah menciptakan warga negara yang sadar akan kesulitan
yang dihadapi lingkungan biofisik dan cara mengatasinya secara efektif, serta warga negara
yang dapat hidup di dunia yang mampu mendukung mereka

3.2 Pembelajaran agar terwujudnya Ecoliteracy Siswa


Masalah lingkungan memiliki hubungan yang kuat dengan sistem. Kehidupan manusia akan
dirugikan oleh kerusakan sistem secara default. Karena lingkungan bukan hanya tempat
tinggal, tetapi juga satu-satunya cara manusia untuk bertahan hidup, maka merusak lingkungan
sama saja dengan membunuh diri mereka sendiri. Tidak hanya negara-negara dunia ketiga,
termasuk negara-negara di Asia, Afrika, dan Amerika Latin, yang mengalami kerusakan
lingkungan. Ketika industrialisasi menyerbu wilayah tersebut beberapa abad yang lalu,
kerusakan juga terjadi di Eropa dan Amerika. Hancurnya sekitar dalam skala keseluruhan yaitu
kerjasama kita semuwa.
Secara umum, filosofi dan agama memiliki banyak ajaran yang mendorong orang untuk
melindungi, menghargai, dan hidup selaras dengan lingkungan mereka. Namun, ajaran-ajaran
ini belum bermanfaat karena alam masih dirusak. Tidak ada tindakan alternatif dalam situasi ini
selain menangani masalah ini dengan serius. Jelas bahwa ada kecenderungan untuk berperilaku
tidak tepat atau salah saat berinteraksi dengan lingkungan. Hal ini dimaksudkan agar dapat
memberikan ringkasan kesalahan yang dilakukan yang berkontribusi terhadap situasi
ini.Melalui contoh nyata dari teladan dan pendidikan, perilaku masyarakat dapat diubah untuk
mencerminkan masyarakat yang sadar dan peduli akan kualitas dan keberlanjutan lingkungan.
Sejak dini, Pendidikan formal, informal, dan non-formal harus digunakan untuk memberikan
pendidikan lingkungan. Agar siswa menjadi lebih sadar lingkungan, yang ditunjukkan dengan:
(a) sikap yang mendukung kegiatan yang mendukung terwujudnya lingkungan yang lebih
bersih, indah, dan nyaman melalui minimalisasi sampah, pemanfaatan sampah, dan daur ulang;
dan (b) penggunaan sumber daya alam secara hemat, efisien, dan berkelanjutan; dan (c)
perubahan perilaku, pengajaran berbasis pengetahuan merupakan langkah awal dalam proses
pendidikan.

6
3.3 Pengaturan Kebijakan Etika
Menjaga Ini adalah upaya yang sangat sulit untuk menjaga keseimbangan ekologi sementara
harapan dan keinginan pembangunan. Dalam rangka melaksanakan pembangunan melalui
prakarsanya, pemerintah telah membangun sikap dasar yang sangat peduli terhadap lingkungan
hidup. Untuk menentukan konsekuensi sosial, ekonomi, ekologi, dan politik dari perubahan-
perubahan dalam pola permintaan dan penawaran regional, nasional, dan teknis serta kemajuan
teknologi baru dan lama, komite tersebut.

Setelah itu, hingga tahun 1998, topik lingkungan hidup secara konsisten dicakup dalam
GBHN, dan seorang menteri dibentuk untuk mengawasinya. Untuk melaksanakan
pembangunan secara efektif, sumber daya alam Indonesia harus dimanfaatkan dengan cara-cara
baru. Ekstraksi SDA perlu diperhatikan untuk melindungi lingkungan, dilakukan sesuai dengan
kebijakan yang komprehensif, dan mempertimbangkan tuntutan generasi mendatang.

4. Conclusion
Masalah sekitar di era kontemporer. Memecahkan masalah modernitas adalah hal yang
paling penting. Karena menghancurkan lingkungan juga berarti menghancurkan umat manusia
secara keseluruhan, alam harus diperlakukan dengan hormat dan bertanggung jawab. Individu,
keluarga, masyarakat, dan negara memiliki kewajiban untuk mengatasi masalah lingkungan ini.
Negara (state) intinya pandai memanfaatkan tugasnya. Menjadi lembaga resmi terbesar yang
memiliki wewenang untuk memaksa pelaksanaan program perlindungan lingkungan.

Dengan tujuan utama untuk mempromosikan perlindungan dan sikap penuh pada sekitar,
nelajar dari sekitar adalah cara beljar yang dapat membantu siswa memahami lingkungan.
Tujuan pendidikan lingkungan hidup adalah menciptakan warga negara yang berinteraksi
dengan lingkungan secara bertanggung jawab. Pendidikan lingkungan hidup di sekolah
diharapkan mampu menanamkan rasa cinta lingkungan kepada generasi muda pewaris bumi
demi keberlangsungan kehidupan di bumi. Permasalahan lingkungan yang muncul saat ini
harus segera diatasi dan menjadi tanggung jawab semua elemen masyarakat. Oleh karena itu,
pengajaran tentang sekitar sangat diperlukan. Kemahiran siswa dalam ecoliteracy akan tumbuh
sebagai hasil dari pengajaran tentang sekitar, dan Siswa akan menjadi lebih peduli terhadap
lingkungannya..

7
References
JOURNAL ARTICLE
Noverita, A, Darliana, E, & Darsih, TK (2022). Pendidikan Lingkungan Hidup Untuk
Meningkatkan Ecoliteracy Siswa. Jurnal Sintaksis, jurnal.stkipalmaksum.ac.id,
http://jurnal.stkipalmaksum.ac.id/index.php/Sintaksis/article/view/248

Rusdina, A (2015). Membumikan etika lingkungan bagi upaya membudayakan pengelolaan


lingkungan yang bertanggung jawab. Jurnal Istek, journal.uinsgd.ac.id,
http://journal.uinsgd.ac.id/index.php/istek/article/view/198

Hendra, A, & Marseda, IA (2022). Eco-Etika Dalam Budaya Manugal Dayak Ngaju (Tinjauan
Ekologis Berdasarkan Ensiklik Laudato Si Art. 139). ENGGANG: Jurnal Pendidikan, Bahasa …, e-
journal.upr.ac.id, https://e-journal.upr.ac.id/index.php/enggang/article/view/4938

Purwono, A, & Jannah, T (2020). Pengaruh Wiyata Ligkungan dan Kecerdasan Naturalis Terhadap
Sikap Kepedulian Lingkungan Bagi Siswa MI. Child Education Journal, journal2.unusa.ac.id,
http://journal2.unusa.ac.id/index.php/CEJ/article/view/1518

Subari, A, Chatri, M, & Fadilah, M (2022). Pengembangan E-Modul dengan Pendekatan Inkuiri
Terbimbing Pada Materi Ekologi dan Perubahan Lingkungan di MAN 2 Jambi. Jurnal Penelitian
Pendidikan …, jppipa.unram.ac.id,
https://www.jppipa.unram.ac.id/index.php/jppipa/article/view/2350

Anda mungkin juga menyukai