Anda di halaman 1dari 18

IMPLEMENTASI MANUSIA SEBAGAI KHALIFAH DAN PENERAPANNYA KEPADA

LINGKUNGAN DI SD N 2 BANJAR REJO KEC. BATANGHARI

Darma Krisnanto, Dini Palupi


IAIN Metro, Prodi Akuntansi Syariah
Email :wijdarma@gmail.com , palupidini7@gmail.com

Abstrak
Lingkungan hidup berperan dalam mempengaruhi proses tumbuh kembang anak-
anak, serta makhluk hidup yang ada di dalamnya. Institusi pendidikan menjadi salah
satu faktor utama dalam proses tersebut. Pendidikan Sekolah Dasar (SD)
mengajarkan kepada siswa bahwa mereka merupakan khalifah atau pemimpin bagi
lingkungan sekitar mereka tinggal. Dengan pemahaman tersebut, diharapkan siswa
dapat menimbulkan kebiasaan untuk menjaga lingkungan sekolah dan
menerapkannya di lingkungan sekitar mereka. Namun, seringkali siswa melanggar
aturan sekolah dengan membuang sampah secara sembarangan. Program K3
(Kebersihan, Keindahan, dan Kerapihan) yang meliputi piket harian di kelas, dan
merawat tumbuhan merupakan program yang biasa siswa lakukan di lingkungan
sekolah. Program ini diharapkan dapat membantu siswa dalam menjaga kebersihan
lingkungan. Dengan bersihnya lingkungan di sekolah, maka proses pengajaran dapat
berlangsung dengan nyaman dan tidak mengganggu konsentrasi siswa.
Kata kunci : Khalifah, Peduli Lingkungan, Menjaga Kebersihan.
Abstract
The living environment plays a role in influencing the process of growth and
developtment of children, as well as the living things in it. Educational institutions
are one of the main factors in this process. Elementary school teaches student that
they are caliphs or leaders for the environment in which they live. With this
understanding, studen are expected to create habits to protect the school
environment and apply it in their surroundings. However, students often often violate
school rules by littering. The K3 program (Cleanliness, Beauty and Tidiness) which
includes daily pickets in class and caring for plants is a program that students
usually do in the school environment. This programm expectet students in keeping
the environment clean. With a clean environment at school, the teaching process can
take place comfortably and does not disturb students' concentration.
Keywords: Caliph, Care for the Environment, Maintaining Cleanliness.

1
PENDAHULUAN

Dalam Islam kita di ajarkan untuk senantiasa peduli terhadap alam. Di dalam Al-
Qur’an terdapat banyak ayat yang memerintahkan manusia untuk memelihara alam dan
memberdayakan nya agar manusia melangsungkan kehidupanya . Kepedulian terhadap
lingkungan dapat diartikan sebagai gerakan pencegahan terjadinya kerusakan terhadap
lingkungan alam serta melakukan perbaikan pada kerusakan yang terjadi di masa lampau.
Permasalahan lingkungan yang sering terjadi pada lingkungan hijau yang banyak menjadi tempat
pemukiman, seperti banjir yang disebabkan karena berkurangnya tempat resapan air ketika hujan
disebabkan oleh tidak pedulinya seseorang terhadap lingkungan. Yang semula lahan hijau seperti
perkebunan, hutan, dan sawah kini dialih fungsikan tempat usaha, tempat rekreasi, perumahan,
perkantoran, dan lain sebagainya merupakan bukti dari ketidakpedulian tersebut. Pembetukan
karakter diperlukan untuk mengatasi permasalahan yang ada tersebut, apalagi pembentukan
karakter yang dimulai sejak dini. Pembelajaran yang berwawasan lingkungan hidup merupakan
salah satu contoh pembentukan karakter tersebut. Dengan itu, diharapkan siswa dapat sadar akan
pentingnya menjaga dan mencintai lingkungan. Hal-hal kecil semacam piket harian, larangan
membuang sampah sembarangan, dan lain sebagainya merupakan tahap awal dari dimulainya
menanamkan sikap peduli lingkungan terhadap siswa. Pada dasarnya, menanamkan kesadaran
akan keseharian yang selalu mengutamakan kebersihan dan kesehatan merupakan salah satu
program penumbuhan karakter peduli lingkungan.1

Guru dan siswa berbagi tanggung jawab untuk menjaga lingkungan sekolah.
Mengenai kebersihan lingkungan, jumlah sekolah yang tidak terjaga kebersihan lingkunganya
jumlahnya tidak sedikit. Hal tersebut dikarenakan kurangnya kesadaran akan memelihara
kebersihan lingkungan pembelajaran yang menyebabkan sekolah terliat kotor. Guru sebagai
sosok yang menjadi contoh bagi siswa harus mengajak dan mencontohkan perilaku ini. Dengan
begitu, siswa pun akan sadar dengan mencontoh perilaku guru.

Landasan pembentukan karakter anak di masyarakat masa depan adalah pendidikan


dasar yang menanamkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap. Pendidikan tentang praktik
peduli lingkungan dan menjaga kebersihan lingkungan dapat menjadi salah satu bentuk

1
Sifaun Naziyah dkk., “Implementasi Pendidikan Karakter Peduli Lingkungan di Sekolah Dasar,” Jurnal
Basicedu 5, no. 5 (22 Agustus 2021): 3482–89, https://doi.org/10.31004/basicedu.v5i5.1344.

2
pembinaan karakter. Masalah sampah merupakan salah satu kepedulian lingkungan sekolah.
Setiap orang harus senantiasa sadar untuk menjaga lingkungan dan merawat lingkungan karena
masalah sampah. Maka, untuk menjaga kebersihan lingkungan diperlukan gerakan lingkungan.
Pendidikan karakter sejalan dengan tujuan pendidikan untuk mengembangkan karakter unggul
dan berperan penting dalam memantapkan jiwa dan karakter penerus bangsa.

Nilai-nilai karakter nasionalis meliputi gerakan lingkungan, merupakan salah


gerakan peduli lingkungan yang dapat di ajarkan kepada siswa sekolah dasar.2

Siswa dapat menciptakan gaya hidup yang bertanggung jawab terhadap lingkungan
dengan melakukan kebiasaan mencuci tangan baik sebelum atau sesudah makan, maupun setelah
tangan mereka kotor setelah istirahat. Siswa diajarkan untuk menggunakan tong sampah yang
disediakan. Mereka juga dilatih untuk memilah sampah, sehingga mereka menyimpan botol
plastik, gelas air mineral, dan sampah lainnya. Setelah sampah dalam jumlah besar terkumpul,
siswa menjualnya dan menggunakan uang hasil penjualan untuk membayar studi mereka.3

Salah satu komponen yang dinilai penting di bidang pendidikan dalam upaya
penciptaan sumber daya manusia yang diperlukan untuk pembangunan adalah Guru. Guru
terlibat dalam membangun posisi profesional untuk memenuhi kebutuhan masyarakat yang
sedang berkembang. Karena ia berinteraksi langsung dengan siswa dan memberikan
pengetahuan, guru memerankan peran yang sangat penting dalam meningkatkan kualitas
pengajaran. Sekolah merupakan salah satu lembaga pendidikan yang bertugas membentuk
karakter siswa. Guru menanamkan kepada siswa nilai-nilai yang membangun karakter mereka,
dan karakter yang dipelajari akhirnya tumbuh menjadi kebiaasan. Kepedulian terhadap
lingkungan dapat menjadi cerminan betapapeka dan sadar siswa terhadap lingkungannya.
Dengan pembinaan sikap yang terjalin ke dalam kurikulum, pendidikan karakter bagi siswa
MI/SD dapat dilaksankan dari perspektif lingkungan4.

2
M. Jen Ismail, “PENDIDIKAN KARAKTER PEDULI LINGKUNGAN DAN MENJAGA
KEBERSIHAN DI SEKOLAH,” Guru Tua : Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran 4, no. 1 (2 Mei 2021):
59–68, https://doi.org/10.31970/gurutua.v4i1.67.
3
Lampola Sitorus dan Aldi Herindra Lasso, “Pendidikan Karakter Peduli Lingkungan Melalui Pembiasaan
dan Pembudayaan di Sekolah Menengah Pertama,” EDUKATIF : JURNAL ILMU PENDIDIKAN 3, no. 5 (1
Juli 2021): 2206–16, https://doi.org/10.31004/edukatif.v3i5.755.
4
Sitorus dan Lasso.

3
Ahmad Muhaimmin Azet (2013) mengklaim, seiring bertambahnya usiadunia dan
kebutuhan manusia terhadap alam, masalah lingkungan menjadi lebih signifikan dan harus
diperhitungkan. Dia mengatakan bahwa hanya ada satu bumi dan sudah terasa sangat kecil, yang
mirip dengan pernyataan Philip Shabechoff (1999:xviii). Untuk mencapai itu, kita harus merawat
dan memelihara bumi dengan baik. Dalam konteks ini, sangat penting menanamkan kepada
siswa MI/SD khususnya nilai sadar lingkungan sebagai salah satu nilai pendidikan karakter sejak
dini.5

Orang dapat melakukan berbagai tindakan untuk lebih memahami lingkungannya,


seperti informasi, saran, arahan, dan pendidikan (Formal dan Informal, Taman kanak-kanak
hingga Sekolah Dasar dan Perguruan Tinggi). Menurut Hamzah (2013:43), perbuatannya
merupakan cerminan dari sikap pribadinya terhadap lingkungan. Karakter dapat dicirikan
sebagai memiliki sikap mental dan peraku tertentu, klaim Tadkiroatun Musfiroh dari
Sulistyowati (2012:20). Karakter mengacu pada perilaku, moral, juga keperibadian seseorang
ynag muncul dari inernalisasi kebaikan mereka, yang berperan sebagai landsan bagi tindakan dan
perspektif mereka tentang tindakan tersebut. Menurut Syukri Hamzah (2013:43), kesadaran
lingkungan bukan hanya hasil dari proses belajar dan mengjar, tetapi juga merupakan
keterampilan atau insting bawaan. Lingkungan seseorang dapat mengembangkan karakter negatif
sebagai dampak dari pola asuh yang buruk. Maka dri itu, setiap orang perlu mengembangkan
karakter yang baik untuk memotivasi perilaku dan tindakannnya.6

Sebagai bagian dari program adiwiyata, Kementerian Lingkungan Hidup telah


membuat kurikulum pendidikan lingkungan yang digunakan pada sekolah dasar dan menengah
yang di luncurkan pada tahun 2006. Salah satu inisiatif Kementerian Negara Lingkungan Hidup
adalah program Adiwiyata yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan kesadaran
dikalangan anak sekolah agar mereka menjadi probadi yang peduli terhadap lingkungan.
Madrasah bertajuk Adiwiyata dinilai telah berhasil mengembangkan kepedulian terhadap
lingkunjgan.7

5
Nurul Anisa dan Zaka Hadikusuma Ramadan, “Peran Kepala Sekolah dan Guru dalam Menumbuhkan
Perilaku Hidup Sehat pada Siswa Sekolah Dasar,” Jurnal Basicedu 5, no. 4 (16 Juli 2021): 2263–69,
https://doi.org/10.31004/basicedu.v5i4.1196.
6
Nova Muhani dkk., “PENYULUHAN PENERAPAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT
(PHBS) TATANAN SEKOLAH DI SDN 01 LANGKAPURA” 4, no. 1 (2022).
7
Muhani dkk.

4
Dalam pendidikan karakter, kami berpendapat bahwa semua moralitas adalah
mutlak. Generasi penerus perlu diajari moralitas ini ika ingin memliki pemahaman yag jelas
tentang kebaikan dan keadilan. Selain itu, pengajaran benar dan salah serta pendidikan karakter
lebih penting daripada pendidikan moral. Menanamkan perilaku baik dan buruk, pengaturan
emosi, dan kemampuan menghayati nilai-nilaiyang baik adalah semua aspek pengembangan
karakter (ranah perilaku) (Akib, 2012 : 90). Dengan demikian, mengembangkan kebiasaan yang
bak sangat erat kaitannya dengan pengembangan karakter yang baik karena diantisipasi bahwa
kebiasaan yang baik kan berdampak pada erkembangan kognitif, emosional, dan psikomotorik
siswa dalam tiga cara yang berebda dan memilii kemampuan untuk melakukannya.

Pendidikan, pembelajaran, dan pengasuhan anak semuanya dapat berkontribusi pada


pengembangan karakter suatu negara. Pengembangan karakter dilakukan melalui pendidikan
baik tingkat makro maupun lokal. Semua tindakan perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan,
dan pengendalian mutu yang dilakukan oleh semua satuan utama pelaku pendididkan nasional
termasuk dalam kerangka makro penyelenggaraan pendididkan karakter. Sementara itu,
pendidikan karakter dilaksanakan di tingkat kelas dalam setting mikro (Sulistyowati, 2012 : 11).
Pelaksanaan pendidikan dalam konteks mikro menitik beratkan pada pelaksanaan pendidikan
yang melibatkan pembentukan karakter di sekolah. Pendidikan ini menjadi fokus utama
pelaksanaan pendidikan di lingkungan mikro. Sekolah merupakan sektor yang paling krusial
untuk memaksimalkan linhkungan belajar saat ini dan memungkinkan untuk menginisiasi,
memperkuat, dan memperbaiki secara terus menerus melalui proses pembangunan karakter
sekolah. Pendidikan merupakan grada terdepan dalam membentuk karakter bangsa indonesia
yang sebenarnya.8

Dari hasil wawancara yang dilakukan pada tanggal 7 Desember 2022, serta
pengamatan di SD N 1 Banjar Rejo, ditemukan bahwa masih banyak siswa yang melangar aturan
sekolah dengan membuang sampah tidak pada tematnya. Walaupun sekolah sudah menyediakan
tempat sampah di kelas dan di beberapa tempat, siswa masih sering membuang sampah di luar
tempatnya. Di dalam kelas juga masih terlihat kotor, dengan adanya plastik bekas makanan dan
minuman di bawah meja, serta coretan yang ada di atas meja siswa. Peneliti juga menemukan
sebagian lingkungan sekolah yang tidak terawat. dengan banyaknya plastik bekas makanan dan

8
Muhani dkk.

5
minuman berceceran di selokan, serta halaman sekolah . Hal ini menunjukkan kurangnya
kesadaran siswa dalam menjaga kebersihan.

Munculnya permasalahan yang terkait dengan manusia sebagai khalifah serta


penerapannya di lingkungan pada SD N 2 Banjar Rejo Kec. Batanghari, membuat penulis
akhirnya melakukan penelitian yang diberikan judul "Implementasi Manusia Sebagai Khalifah
Dan Penerapannya Pada Lingkungan di Sd N 2 Banjar Rejo Kec. Batanghari".

METODOLOGI PENELITIAN

Metode penelitian yang peneliti gunakan dalam karya tulis ini merupakan metode
penelitian kualitatif yang melibatkan langsung ke lokasi penelitian. Dalam penelitian kualitatif,
deskripsi yang tertulis ataupun lisan tentang tindakan atau bahkan perilaku orang yang terlihat
dari perspektif sebuah kelompok manusia atau kelomok budaya yang digunakan untuk
menghasilkan karya ilmiah yang masuk akal.9 Penelitian dilakukan dengan menggunakan
metodologi deskriptif kualitatif, yaitu penelitian yang tidak berhubungan dengan angka dan
bertujuan menjelaskan situasi sosial secara detail dengan menggunakan deskripsi kalimat. 10
Serangkaian prosedur untuk mengumpulkandata perpustakaan, meninjau sumber perpustakaan
dan mendokumentasikan temuan, dan mengatur bahan penelitian disebut metode kualitatif dalam
penelitian perpustakaan atau literatur.11

Dengan kata lain, melakukan penelitian perpustakaan memerlukan pengumpulan data


tentang bahan bacaan dan literatur yang relevan untuk digunakan dalam penelitian. Kasus ini
melibatkan penggunaan buku, jurnal, internet, dan sumber daya lainnya untuk melakukan
penelitian perpustakaan. melakukan studi observasional dari studi sebelumnya adalah pilihan
lain. Data dikumpulkan langsung dari lapangan, termasuk informasi tentang konsep yang diteliti,
serta dari buku, jurnal, artikel ilmiah, literatur review, dan sumber lainnya.

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Definisi/Pengertian Khalifah

9
Moloeng Lexy J., Metodologi penelitian kualitatif, Edisi revisi ; Cetakan ketiga puluh delapan, Juli 2018
(Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2018).
10
Suharsimi Arikunto, Prosedur penelitian : suatu pendekatan praktik (Jakarta: Rineka Cipta, 2011).
11
Mestika Zed, Metode penelitian kepustakaan (Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia, 2004).

6
Keberlangsungan ekosistem kehidupan merupakan tanggung jawab manusia
sebagaumana yang ditugaskan Allah bahwa manusia adalah Khalifah di muka bumi (Nahdi,
2008). Manusia telah dikaruniai kemampuan berpikir kritis dan spiritual, serta memenuhi
perannya sebagai khalifah (Hafsin, 2007). Manusia memiliki tugas dan tanggung jawab etik yang
paling tinngi terhada semua makhluk hidup terhadap kingkungan hidup, menurut Undang-
Undang RI No. 23 Tahun 1997, yang menggariskan arti penting lingkungan hidup, serta peran
dan perilaku manusia dalam kesejahteraan makhluk hidup dan diri mereka sendiri.12

Manusia yang ditugaskan Allah sebagai khalifah mempunyai tugas yang secara garis
besar dapat dibagi menjadi 3 (tiga) bagian, yaitu:

1. Manusia sebagai khalifah bagi diri sendiri

Tidak mungkin memisahkan kewajiban bagi manusia untuk mencapai yang terbaik,
terutama untuk dirinya sendiri sebagi makhluk ciptaan Tuhan. Sebelum berbuat lebih
banyak untuk orang lain di jalan kehidupan, seorang pemimpin harus mampu merawat
dirinya sendiri. Manusia perlu sembuh, mencari pertolongan, dan bersiap-siap untuk muai
menjalakan kehendak Tuhan. Logikanya, individu dapat memenuhi tanggung jawabnya jika
memiliki pengendalian diri.13

2. Tugas manusia sebagai khalifah bagi masyarakat


Manusia memiliki tanggung jawab untuk menjaga warganya dalam segala aktivitas dan
menjaga keutuhan lingkungan untuk mencegah kerusakan yangdapat mengubah ekologi
lokal. Duduk di posisi pemerintahan bukanlah satu-satunya tugas ini, sebaliknya menjalani
hidup dalam rakyat modern serta memupuk perdamaian adalaha upaya untuk menjalankan
cita-cita khalifah. Ada pula jabatan pimpinan formal seperti yang dipegang oleh pejabat
pemerintah.14

3. Tugas manusia sebagai khalifah bagi lingkungan alam


Manusia yang ditugaskan oleh Allah untuk menjadi khaifah di bumi diberikan
kekuasaan untuk menjelajahi bumi serta mengatur dan menjaga alam semesta beserta segala
12
Salamah Eka Susanti, “Epistemologi Manusia Sebagai Khalifah Di Alam Semesta,” HUMANISTIKA :
Jurnal Keislaman 6, no. 1 (23 Maret 2020): 85–99, https://doi.org/10.55210/humanistika.v6i1.321.
13
Ahmad Azhar Basyir, Falsafah Ibadah Dalam Islam (Yogyakarta: Perpustakaan Pusat UII, 1984).
14
Ahmad Azhar Basyir.

7
isinya. Meskipun begitu, kita sebagai manusia tidak boleh semena-mena dalam pengelolaan
alam tersebut. Ketika berhubungan dengan alam, kita sebagai mahluk berakal diberikan
penjelasan di dalam Al-Qur’an dan hadist dalam proses pengelolaan alam. Prinsip-prinsip
yang menjadi dasar dalam pengelolaan alam tersebur ialah amanah, tauhid, ‘ada, slah,
iqtisad, rahmah, ri’ayah, hirasa, dan hafazah.15

B. Menjaga Kebersihan Sekolah


Dalam menjalani kehidupan kita sehari-hari sebagai manusia, kebersiha merupakan
hal yang sangat penting, karena untuk beraktivitas seseorang sealalu berhubungan dengan
lingkungannya. Kita akan menikmati kegiatan sehari-hari ketika lingkungan teratur dan rapi.
Siswa dan guru sama-sama menghargai tugas mengajar dan belajar mereka ketika sekolah dijaga
kebersihannya. Salah satu hal yang membuat kebersihan sangat penting ialah karena kebersihan
dapat secara langsung maupun tidak langsung mempengaruhi keberlangsungan kehidupan
sekitarnya. Menjaga kebersihan perlu pembinaan suasana yang sehat yang bebas dari penyakit
dan kebal tehadap infeksi.16

Kebersihan lingkungan merupakan komponen penting dari ilmu kesehatan dan


pencegahan penyakit dan tidak dipisahkan dari kehidupan manusia. Agar sehat sebagai manusia
hendaklah mencegah penyebaran penyakit satu sama lain dengan menjaga kebersihan
lingkungan. Teknik-teknik seperti tidak sembarangan membuang sampah, melakukan piket kelas
harian, mendaur ulang sampah menjadi barang bernilai, dan lain sebagainya merupakan bentuk
usaha untuk menjaga kelestarian lingkungan sekolah. Suasana sekolah dapat menjadi buruk dan
berdampak padaproses belajar mengajar jika siswa tidak dapat menjaga kebersihannya. Dengan
suasana sekolah ynag bersih, dengan nyaman, udaranya menyenangkan, dan tidak ada penyakit
yang perlu dikhawatirkan, karena banyak keuntungan menjaga kebersihan lingkungan sekolah
dalam kehidupan sehari-hari, jadi kita harus selalu memperhatikan hal tersebut.17

15
Watsiqotul Mardliyah, S. Sunardi, dan Leo Agung, “Peran Manusia Sebagai Khalifah Allah di Muka
Bumi: Perspektif Ekologis dalam Ajaran Islam,” JURNAL PENELITIAN 12, no. 2 (1 Agustus 2018): 355,
https://doi.org/10.21043/jp.v12i2.3523.
16
Sitorus dan Lasso, “Pendidikan Karakter Peduli Lingkungan Melalui Pembiasaan dan Pembudayaan di
Sekolah Menengah Pertama.”
17
Rini Anggraeni dkk., “Edukasi perilaku hidup bersih dan sehat untuk meningkatkan pengetahuan murid
sekolah dasar,” 2022, 10.

8
Islam juga menekankan kebersihan lingkungan, yang meliputi kebersihan sumber air,
pekarangan, dan jalan raya, serta kebersihan makanan, minuman, dan kebersihan keluarga.
Kebersihan adalah bagian dari iman, menurut sebuah hadits yang dikaitkan dengan Nabi
Muhammad. Pepatah “Kebersihan sebagian dari iman” masih digunakan di lingkungan
pendidikan dan lembaga terkait lainnya. Bekerja sama dengan berbagai pihak untuk memulai
amal saleh sebagai bagian dari iman itu perlu. Menerapkan perilaku ini membutuhkan
keterlibatan pihak tertentu untuk bersama-sama merealisasikan hal tersebut. Pembelajaran
tentang lingkungan hidup harus diberikan sejak anak masih berada di bangku sekolah
dikarenakan menjaaga lingkungan sekolah yang bersih dapat membentuk pribadi yang
bertanggung jawab dengan lingkungan.18

Salah satu motivator yang palinng dekat dengan siswa ialah guru. 19 Kecenderungan
anak-anak merupakan melihat dan kemudian meniru apa yang mereka lihat tersebut. Maka dari
itu, menunjukkan secara langsung cara menjaga lingkungan yang baik dan benar dapat membuat
siswa lebih cepat memahaminya. Berikut adalah bagaimana cara menciptakan sebuah lingkungan
sekolah yang bersih dan sehat :

1. Program Green School merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan dalam rangka
melestarikan lingkungan sekolah siswa. Program Green School merupakan kegiatan yang
mengajak siswa untuk melakukan kegiatan pelestarian lingkungan dengan harapan
kegiatan belajar dan mengajar dapat berjalan dengan nyaman.
2. Mengikuti peraturan sekolah dan selalu menjaga lingkungan agar tetap bersih.
3. Mendorong siswa untuk mengadopsi perilaku cinta lingkungan dengan menerapkan
berbagai macam inisatif yang dapat membantu mereka memahami nilai menjaga
lingkungan belajar yang aman dan sehat.
4. Untuk mendorong siswa sekolah agar secara sadar dan sungguh-sungguh mau mentaati
peraturan sekolah, melaksanakan pengawasan dan penegakan peraturan sekolah secara
ketat.
5. Memulai kampanye untuk menjaga lingkungan atau membersihkan sekolah.

18
Rini Anggraeni dkk.
19
Proyek Peningkatan Peranan Wanita, Pelestarian Lingkungan (Jakarta: Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan, Dirjen Pendidikan Luar Sekolah, Pemuda dan Olah raga, Direktorat Pendidikan masyarakat,
Proyek Peningkatan Peranan Wanita, 1992).

9
6. Menggunakan kesempatan pada saat hari libur nasional untuk melakukan kegiatan cinta
lingkungan seperti kerja bakti di lingungan sosial, mempercantik halaman sekolah atau
dapat juga mempromosikan inisiatif peduli lingkungan.20

Guru dapat mendorong siswanya agar melakukan perilaku hidup sehat dan bersih di
kelas, seperti membersihkan tangan sebelum makan atau minum, dan membawa makanan sendiri
dari rumah agar mereka tidak sembarangan membeli makanan, hal ini dapat meningkatkan
kesehatan siswa dan mencegah penyakit. Untuk turut aktif menjaga lingkungan yang bersih dan
sehat, siswa juga dapat menciptakan wadah sampah sendiri di kelas.21

C. Pembentukan Karakter Peduli Lingkungan Bagi Siswa SD


Pendidikan karakter sejak dini mengajarkan kepada anak-anak tentang kebajikan
sehingga mereka dapat mengembangkan penilaian moral dan menerapkannya dalam kehidupan
sehari-hari. Kata bahasa inggris “character” yang berasal darikata latin “character” memiliki arti
(karakter, sifat psikologis, tabiat, kepribadian dan moral). Tujuan pendidikan karakter adalah
membentuk kepribadian anak sejak dini (Fitri, 2012: 21). Oleh karena itu, pendidikan karakter
bertujuan untuk mempengaruhi perkembangan kognitif, afektif, dan psikomotor siswa agar
mereka tidak hanya memahami apa yang telah mereka pelajari tetapi juga mau
mempraktekkannya. Pendidikan karakter dan kebiasaan atau perilaku yang konsisten merupakan
konsep yang berhubungan erat.22
Pendidikan karakter pada sekolah dassar mendukung pengembangan karakter yang
utuh, terpadu,dan seimbang serta berakhlak mulia sesuai dengan kriteria kompetensi lulusan,
dengan tujuan untuk meningkatkan mutu proses dan hasil pendidikan. Anak dikatakan
memperoleh pengetahuan dan keterampilan, serta cit-cita moral dan perilaku teladan, memlalui
pendidikan karakter.23
Berikut ini adalah beberapa metode untuk menumbuhkan budaya sadar lingkungan di
sekolah :
20
Rini Anggraeni dkk., “Edukasi perilaku hidup bersih dan sehat untuk meningkatkan pengetahuan murid
sekolah dasar.”
21
Titin Nasiatin dan Irma Nurul Hadi, “Determinan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat Pada Siswa Sekolah
Dasar Negeri,” Faletehan Health Journal 6, no. 3 (28 November 2019): 118–24,
https://doi.org/10.33746/fhj.v6i3.111.
22
Muhani dkk., “PENYULUHAN PENERAPAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS)
TATANAN SEKOLAH DI SDN 01 LANGKAPURA.”
23
Anisa dan Ramadan, “Peran Kepala Sekolah dan Guru dalam Menumbuhkan Perilaku Hidup Sehat pada
Siswa Sekolah Dasar.”

10
1. Beberapa kegiatan rutin yang dapat dilakukan untuk mendorong anak mengembangkan sifat
peduli lingkungan, siswa mengikuti kegiatan sehari-hari seperti piket kelas yang menjadi
kebiasaan. Rutinitas yang diulang setiap minggu, seperti jumat bersih yang dilakukan setiap
jumat. Selain itu, ada kegiatan rutin yang berulang seperti perayaan Hari Bumi yang waktu
dan pelaksanaannya disesuaikan dengan jatuh pada hari yang telah ditentukan.
2. Guru dan kepala sekolah harus memeberikan contoh untuk medoronggenerasi muda peduli
lingkungan.
3. Salah satu strateginya adalah dengan menyampaikan ajakan atau dorongan dari guru atau
kepala sekolah untuk selalu menjaga kebersihan lingkungan. Salah satu cara untuk
melakukannya adalah dengan memberikan peringatan atau teguran kepada siswa yang tidak
menunjukkan kesadaran lingkungan. Anak-anak selanjutnya akan membentuk kebiasaan
peduli terhadap lingkungan.
4. Sekolah dapat membantu pembentukan kepribadian siswa yangberwawasan lingkungan
dengan menyediakan sarana dan prasarana yang dibutuhkan. Misalnya dengan menyediakan
bebrbagai jenis tong sampah, tempat cuci tangan di setiap kelas, air bersih yang cukup, dan
toilet yang sesuai dengan jumlah siswa. Selain itu, sekolah dapat menampilkan pesan yang
menyerukan rasa hormat terhadap lingkungan tempat mereka beroperasi. Oleh karena itu,
siswa akan terbiasa dengan lingkngan yang aman dan rapi.24

Ada empat jenis pendidikan karakter yang dikenal dan digunakan dakamproses
pendidikan, menurut Asmani J.M. berikut adalah empat kategori pendidikan karakter.:

1. Pendidikan karakter berbasis moral yang menyangkut nilai religius,


2. Pendidikan karakter berbasis kebudayaan, yang menyangkut konservasi lingkungan,
3. Pendidikan karakter berbasis lingkungan yang menyangkut konservasi lingkungan,
4. Dan pendidikan berbasis kompetensi diri.

Ketika sekolah melaksanakan penanaman pendidikan karakter peduli lingkungan


maka tingkat pendidikan harus diperhatikan. Perkembangan anak-anak di sekolah dasar dibagi
menjadi dua kategori : kelas rendah (kelas 1-3) dan kelas tinggi (kellas 4-6) yang masing-masing
memiliki karakterisik tertentu. Untuk menanamkan sikap pedulii lingkungan pada siswa kelas

24
Muhani dkk., “PENYULUHAN PENERAPAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS)
TATANAN SEKOLAH DI SDN 01 LANGKAPURA.”

11
rendah (kelas1-3) ada beberapa syarat yang harus dipenuhi, menurut Daryanto dan Darmiatun
(2013), antara lain :

1. Membuang air kecil dan besar pada tempatnya,


2. Tidak membuang sampah sembarangan,
3. Membersihkan kelas,
4. Tidak memetik bunga yang ada di taman sekolah,
5. Bersikap peduli terhadap lingkungan.

Sedangkan untuk siswa kelas atas (kelas 4-6), indikator berikut ini harus dipenuhi
dalam rangka pembinaan karakter berwawasan lingkungan :
1. Membersihkan toilet sekolah,
2. Membersihkan tempat sampah,
3. Bersikap peduli terhadap lingkungan,
4. Menanam tanaman agar kelas dan sekolah menjadi indah,
5. Mampu mengajak orang lain untuk peduli terhadap lingkungan (Naziyah dkk., 2021).

Sangat penting untuk mengintegrasikan pendidikan karakter ke dalam budaya


sekolah untuk membantu siswa mengembangkan kepribadian yang lebih kuat. Jika prosedur ini
dimulai pada usia muda, maka akan lebih berhasil. Karena akan menjadi fondasi karakter siswa
di masa depan, hal ini juga penting di sekolah dasar. Untuk mempersiapkan peserta didik
memasuki pendidikan tinggi, pendidikan dasar harus mengajarkan dasar-dasar kecerdasan
intelektual, sosial, emosional, dan spiritual. Tujuan ini didukung melalui pendidikan karakter di
sekolah dasar25.

Contoh indikator kinerja yang digunakan untuk mengembangkan perilaku peduli


lingkungan antara lain sebagai berikut :

Tabel 1.

Aspek
No.

Peduli Lingkungan Tanggung Jawab Kerjasama


25
Anisa dan Ramadan, “Peran Kepala Sekolah dan Guru dalam Menumbuhkan Perilaku Hidup Sehat pada
Siswa Sekolah Dasar.”

12
1 Penanaman tanaman Mengerjakan tugas Bekerja sama tanpa bias.
seperti bunga dan pohon yang diberikan.

2 Larangan membuang Melakukan tugas Bersikap baik kepada orang lain.


sampah sembarangan sesuai alokasi waktu.

3 Menjaga kebersihan Bersedia menjalakan Senang mendiskusikan masalah


lingkungan. tugas. dan menemukan titik temu.

Siswa dapat membangun karakter moral dengan menunjukkan kepedulian terhadap


lingkungan melalui tidakan sederhana seperti membuang sampah pada tempatnya, membawa
peralatan sendiri saat membeli makanan di kantin, mematikan mesin kendaraan saat sampai di
sekolah, dan sebagainya. Guru dan siswa juga dapat bekerja sama dalam inisiatif lingkungan
seperti mengisi pekarangan yang tergenang air dan membuat taman mini di depan kelas.

Ada beberapa pendekatan untuk mengembangkan karakter anak yang peduli


lingkungan. Salah satu strateginya adalah dengan mengumpulkan sampah organikdari berbagai
kategori dan membuat kompos yang digunakan sebagai pupuk tanaman. Siswa juga dapat
menanam benih dalam botol plastikbekas, memindahkannya ke pot yang lebih besar saat mulai
tumbuh, dan menyiraminya di depan kelas. Latihan kooperatif juga daat digunakan ketika tugas
membutuhkan kolaborasi antar siswa atau bahkan antara siswa dan guru.

Keterkaitan antara nilai,tingkatan kelas, dan indikator nilai peduli lingkunganpada


tabel di bawah ini. Untuk kelas 1-3 memiliki indikator yang lebih sederhana dibandingkan
dengan kelas 4-6 (kementerian pendidikan nasional dan pengembangan pusat kurikulum, 2010:
31).

Tabel 2.

Nilai Indikator

13
1-3 4-6

Membuang air kecil dan besar


Membersihkan toilet sekolah,
di toilet.

Tidak membuang sampah


Membersihkan tempat sampah,
sembarangan.

Bersikap peduli terhadap


Membersihkan kelas.
lingkungan,
Peduli Lingkungan

Tidak memetik bunga yang ada Menanam tanaman agar kelas


di taman sekolah. dan sekolah menjadi indah,

Mampu mengajak orang lain


Bersikap peduli terhadap
untuk peduli terhadap
lingkungan.
lingkungan

Pentingnya mengajar anak-anak untuk menghormati lingkungan alam. Sadar secara


sosial memerlukan penerapan sikap dantidakan yangmenunjukkan upaya untuk membnatu
mereka yang membutuhkan, baik secara etis maupun finansial. Ini menunjukkan kepekaan
terhadap lingkungan. Sementara itu, melindungi lingkungan alam setempat mencontohkan
keutamaan merawat lingkungan. Dengan mengembalikan kerusakan lingkungan yang telah
terjadi. Selain itu, kualitas ini dapat mendukung kelangsungan alam. Kedua keterampilan ini
harus ditanamkan pada anak-anak agar mereka memiliki pemahaman tentang dunia sosial dan
alam.26

Program Green and Clean juga dapat dilihat sebagai inisiatif untuk mendorong
kepedulian lingkungan pada anak-anak sekolah dasar. Program ini dimulai sebelum dimulainya
program belajar mengajar dan bertujuan untuk secara langsung mengajarkan kepada siswa cara
menghargai dan peduli terhadap lingkungan. Kurikulum ini mendorong mahasiswa untuk terjun

26
Nasiatin dan Hadi, “Determinan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat Pada Siswa Sekolah Dasar Negeri.”

14
langsung dan melakukan kerja nyata di lapangan selain memberikan pengetahuan tentang
pentingnya menjaga lingkungan pada tataran teoritis. Siswa mampu memahami bagaimana
menghargai dan menjaga lingkungan sebagai hasilnya

Program Green And Clean sangat penting dalam membantu siswa mengembangkan
sikap peduli terhadap lingkungan. Melalui kurikulum ini, siswa diajarkan bagaimana cara
merawat lingkungan, termasuk cara membuang sampah dengan benar, melestarikan taman, dan
menjaga kebersihan lingkungan. Dengan melakukan tindakan seperti ini, program ini dapat
berkontribusi pada terciptanya lingkungan belajar yang hijau, menjaga kesejahteraan fisik,
mental, dan kognitif siswa. Lingkungan sekolah yang hijau juga dapat berkontribusi untuk
menurunkan pemanasan global. Lingkungan belajar yang hijau memiliki banyak efek positif bagi
siswa, terutama dalam hal kenyamanan dan perkembangan otak.

Program Green And Grace bertujuan untuk mencapai ha-hal sebagai berikut :

1. Membantu menjaga lingkungan sekolah dengan berpartisipasi dalam kegiatan yang


mendorong perlindungan lingkungan, pengelolaan, dan pemelharaan lingkungan belajara
yang bersih dan teratur.
2. Mendorong anak-anak untuk peduli dengan lingkungan sekolah.
3. Siswa menjadi lebih sadar akan pentingnya membantu membersihkan dan menghijaukan
lingkungan sekolah dan menjadi lebih termotivasi untuk melakukannya.
4. Meningkatkan tingkat kerelawanan di kalangan mahasiswa yang aktif mengikuti kegiatan
ini.27

KESIMPULAN
Menjadi khalifah adalah salah satu tanggung jawab umat manusia di planet kita.
Manusia bertanggung jawab untuk menjaga lingkungan sebagai Khalifah planet ini. Dalam
Islam, kesadaran lingkungan sangat penting. Islam memuat banyak ayat yang menganjurkan
manusia untuk menjaga dan mengatur alam guna menjamin kelangsungan hidup manusia. Salah
satu strategi untuk mengatasi masalah lingkungan adalah pengembangan karakter sejak dini.
Salah satu contoh pengembangan karakter ini adalah pembelajaran lingkungan. Selain itu,

27
Nurul Liyun, Wahidah Nur Khasanah, dan Nurfahana Azda Tsuraya, “MENANAMKAN KARAKTER
CINTA LINGKUNGAN PADA ANAK MELALUI PROGRAM ‘GREEN AND CLEAN,’” t.t.

15
mengajarkan anak-anak di sekolah dasar untuk hidup bersih, sehat dapat mendorong mereka
untuk peduli terhadap lingkungan. Hal ini berdampak signifikan pada bagaimana anak muda
mengembangkan prinsip-prinsip moral pengelolaan lingkungan. Guru dan setiap siswa di
sekolah berbagi tanggung jawab untuk menjaga kebersihan lingkungan sekolah selain anak-anak.
Oleh karena itu, agar anak dapat mengikuti perilaku peduli lingkungan, guru harus
mencontohkan dan mendorongnya.

LAMPIRAN

16
17
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Azhar Basyir. Falsafah Ibadah Dalam Islam. Yogyakarta: Perpustakaan Pusat UII, 1984.
Anisa, Nurul, dan Zaka Hadikusuma Ramadan. “Peran Kepala Sekolah dan Guru dalam
Menumbuhkan Perilaku Hidup Sehat pada Siswa Sekolah Dasar.” Jurnal Basicedu 5, no.
4 (16 Juli 2021): 2263–69. https://doi.org/10.31004/basicedu.v5i4.1196.
Ismail, M. Jen. “PENDIDIKAN KARAKTER PEDULI LINGKUNGAN DAN MENJAGA
KEBERSIHAN DI SEKOLAH.” Guru Tua : Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran 4, no.
1 (2 Mei 2021): 59–68. https://doi.org/10.31970/gurutua.v4i1.67.
Liyun, Nurul, Wahidah Nur Khasanah, dan Nurfahana Azda Tsuraya. “MENANAMKAN
KARAKTER CINTA LINGKUNGAN PADA ANAK MELALUI PROGRAM ‘GREEN
AND CLEAN,’” t.t.
Mardliyah, Watsiqotul, S. Sunardi, dan Leo Agung. “Peran Manusia Sebagai Khalifah Allah di
Muka Bumi: Perspektif Ekologis dalam Ajaran Islam.” JURNAL PENELITIAN 12, no. 2
(1 Agustus 2018): 355. https://doi.org/10.21043/jp.v12i2.3523.
Mestika Zed. Metode penelitian kepustakaan. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia, 2004.
Moloeng Lexy J. Metodologi penelitian kualitatif. Edisi revisi ; Cetakan ketiga puluh delapan,
Juli 2018. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2018.
Muhani, Nova, Christin Angelina Febriani, Dhiny Easter Yanti, Aulyya Rahmah, Echa Rafika,
Fadhilah Amanda Sari, Ghina Gabrilla Yusuf, Renna Oktavia Rudi, dan Yolandha Adinda
Pratiwi. “PENYULUHAN PENERAPAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT
(PHBS) TATANAN SEKOLAH DI SDN 01 LANGKAPURA” 4, no. 1 (2022).
Nasiatin, Titin, dan Irma Nurul Hadi. “Determinan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat Pada Siswa
Sekolah Dasar Negeri.” Faletehan Health Journal 6, no. 3 (28 November 2019): 118–24.
https://doi.org/10.33746/fhj.v6i3.111.
Naziyah, Sifaun, Akhwani Akhwani, Nafiah Nafiah, dan Sri Hartatik. “Implementasi Pendidikan
Karakter Peduli Lingkungan di Sekolah Dasar.” Jurnal Basicedu 5, no. 5 (22 Agustus
2021): 3482–89. https://doi.org/10.31004/basicedu.v5i5.1344.
Proyek Peningkatan Peranan Wanita. Pelestarian Lingkungan. Jakarta: Departemen Pendidikan
dan Kebudayaan, Dirjen Pendidikan Luar Sekolah, Pemuda dan Olah raga, Direktorat
Pendidikan masyarakat, Proyek Peningkatan Peranan Wanita, 1992.
Rini Anggraeni, Alifa Lulu Feisha, Tiara Muflihah, Fauziah Muthmainnah, M. Arie Rifky
Syaifuddin, Waode Sitti Nurul Aulyah, Ika Rezki Pratiwi, Sulindah H. Sultan, Atjo
Wahyu, dan Muhammad Rachmat. “Edukasi perilaku hidup bersih dan sehat untuk
meningkatkan pengetahuan murid sekolah dasar,” 2022, 10.
Sitorus, Lampola, dan Aldi Herindra Lasso. “Pendidikan Karakter Peduli Lingkungan Melalui
Pembiasaan dan Pembudayaan di Sekolah Menengah Pertama.” EDUKATIF : JURNAL
ILMU PENDIDIKAN 3, no. 5 (1 Juli 2021): 2206–16.
https://doi.org/10.31004/edukatif.v3i5.755.
Suharsimi Arikunto. Prosedur penelitian : suatu pendekatan praktik. Jakarta: Rineka Cipta, 2011.
Susanti, Salamah Eka. “Epistemologi Manusia Sebagai Khalifah Di Alam Semesta.”
HUMANISTIKA : Jurnal Keislaman 6, no. 1 (23 Maret 2020): 85–99.
https://doi.org/10.55210/humanistika.v6i1.321.

18

Anda mungkin juga menyukai