Anda di halaman 1dari 16

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN GERAKAN PEDULI DAN BERBUDAYA

LINGKUNGAN HIDUP DI SEKOLAH (PBLHS) MELALUI


PEMBELAJARAN PROJECT BASED LEARNING DALAM
MEMBENTUK KARAKTER PEDULI LINGKUNGAN SISWA SMA
KATOLIK SANTO THOMAS AQUINO TULUNGAGUNG

PROPOSAL

Dosen Pembimbing
Dr. Tarzan Purnomo, M.Si.
Dr. Pramita Yakub, S.Pd., M.Pd.

Oleh
Wily Hartanto
NIM 22071465005

UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA


PASCASARJANA
PROGRAM STUDI S-2 PENDIDIKAN BIOLOGI
2022
HALAMAN PERSETUJUAN PROPOSAL

PERSETUJUAN
HALAMAN PENGESAHAN PROPOSAL

PENGESAHAN
ABSTRAK
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian


Saat ini kerusakan lingkungan telah menjadi masalah yang sangat
mengkhawatirkan bagi masyarakat, dan di era ini telah menjadi masalah global.
Hal ini merupakan hasil dari pertumbuhan ekonomi yang pesat, yang ditopang
oleh pembangunan jalur industri dan infrastruktur. Di sisi lain, industri
berpengaruh positif bagi kehidupan sosial, misalnya mengurangi pengangguran,
meningkatkan tingkat kesejahteraan lingkungan kawasan industri, tetapi dari
sudut pandang lingkungan, industri memiliki efek negatif, seperti polusi, polusi
udara. dan seterusnya.
Secara hukum, kebijakan lingkungan hidup Indonesia diatur dalam UU no.
Tahun 1982 tentang Ketentuan Pokok Perlindungan Lingkungan, yang diganti
dengan UU Pengelolaan Lingkungan Hidup No. 23 Tahun 1997 (selanjutnya
UUPLH) dan kemudian dengan UU No. 32 tahun 2009 tentang perlindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup yang menjadi payung hukum bagi semua peraturan
lingkungan hidup.
Dalam penjabaran rinci dari undang-undang tersebut, yakni U.U.P.L.H.
Nomor 32 Tahun 2009, pasal 1 dan 16 menjelaskan bahwa pencemaran
lingkungan hidup adalah terlepasnya benda hidup, zat, energi, dan/atau komponen
lain ke dalam atau ke dalam lingkungan hidup. lingkungan antropogenik di mana
melebihi standar kualitas lingkungan yang ditetapkan. Sedangkan perusakan
lingkungan hidup adalah perbuatan seseorang yang menyebabkan perubahan
langsung atau tidak langsung terhadap sifat fisik, kimia, dan/atau biologi
lingkungan hidup sehingga melebihi kriteria baku penyebab kerusakan
lingkungan.
Kegiatan pembangunan yang mengabaikan lingkungan dapat
mengakibatkan hilangnya keseimbangan ekologi dan degradasi lingkungan,
seperti tanah longsor, erosi, sedimentasi, penggundulan hutan, peningkatan
pencemaran lahan kritis, tanah, air dan udara, penipisan pantai dan berkurangnya
limpasan air tanah menyebabkan kerusakan. Kondisi seperti itu menurunkan
kualitas lingkungan dan membuatnya tidak layak untuk digunakan sebagai tempat
tinggal.
Permasalahan lingkungan yang semakin hari semakin meningkat menuntut
adanya kebijakan pengelolaan lingkungan untuk mengurangi jumlah
permasalahan tersebut agar tidak semakin memperburuk kerusakan lingkungan.
Adanya kebijakan pengelolaan lingkungan diharapkan dapat meningkatkan
kualitas lingkungan. Pembangunan nasional bertujuan untuk menerapkan konsep
pembangunan berwawasan lingkungan atau sustainable development. Salah satu
elemen dari konsep pembangunan berkelanjutan adalah pendidikan lingkungan di
lingkungan sekolah.
Pendidikan masih dianggap sebagai salah satu media yang paling ampuh
untuk pengembangan kecerdasan dan kepribadian manusia yang lebih baik.
Pendidikan memberikan harapan peningkatan kualitas generasi muda bangsa dari
berbagai kalangan, mampu meminimalisir dan mengentaskan permasalahan
budaya dan kepribadian yang dihadapi bangsa. Dampaknya tidak dirasakan secara
langsung, berdampak kuat pada masyarakat. Karakter adalah bagian dari
pendidikan yang perlu ditanamkan segera.
Karakter adalah watak, tabiat, tabiat, dan watak seseorang, yang terbentuk
dari internalisasi berbagai kebajikan (virtues) yang dipercaya dan dijadikan
landasan berpikir, bertindak, berpikir, dan bertindak atau individualitas. Kebajikan
ini terdiri dari seperangkat norma, nilai, dan moral seperti integritas, keberanian
untuk bertindak, keandalan, dan rasa hormat terhadap orang lain. Interaksi
masyarakat dapat mengembangkan karakter masyarakat dan karakter bangsa.
Berbagai upaya telah dilakukan untuk mengembangkan pendidikan karakter
bangsa di berbagai lembaga pendidikan dan berbagai instansi pemerintah
khususnya di berbagai departemen di Kementerian Pendidikan Nasional. Upaya
pengembangan pendidikan karakter, meski tidak menyeluruh, dilakukan di
berbagai jenjang dan jalur pendidikan. Warga negara Indonesia.
Pasal 65 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan
dan Perlindungan Lingkungan Hidup menyatakan: Untuk konteksnya, lembaga
pendidikan juga diharapkan dapat berpartisipasi dalam pengelolaan lingkungan.
Sekolah adalah tempat yang tepat untuk mengembangkan kesadaran lingkungan
pada anak-anak sejak usia dini.
Peduli terhadap lingkungan merupakan sikap dan tindakan yang berupaya
untuk mencegah kerusakan pada lingkungan alam di sekitarnya, dan juga
berupaya untuk memperbaiki kerusakan- kerusakan alam yang sudah terjadi.
Karakter peduli lingkungan dapat mencerminkan kepedulian dan kepekaan siswa
terhadap lingkungannya. Salah satu upaya untuk mengatasi permasalahan
lingkungan tersebut yaitu melalui pembentukan karakter yang dimulai sejak usia
dini. Pembentukan karakter ini dapat dilakukan melalui pembelajaran yang
berwawasan lingkungan hidup. Dengan adanya pembelajaran sikap peduli
lingkungan, diharapkan dapat menyadarkan siswa agar memiliki kepedulian
terhadap alam dan lingkungan disekitarnya. Menanamkan sikap peduli lingkungan
terhadap siswa dapat dimulai dari menjaga kebersihan kelas dan sekolah dengan
cara membuang sampah di tempatnya, melakukan piket kelas, merawat tanaman,
dan sebagainya.
Maka dari itu gerakan peduli lingkungan sangat dibutuhkan untuk menjaga
lingkungan agar tetap bersih. Pendidikan karakter memiliki peran yang sangat
penting untuk memperkuat mental dan karakter generasi penerus agar sejalan
dengan tujuan pendidikan, yaitu membentuk karakter yang baik.
Sehubungan dengan pendidikan karakter di sekolah adiwiyata, perlu
diketahui bahwa sekolah adiwiyata adalah sekolah yang bertujuan untuk
membentuk dan memajukan budaya dan peduli lingkungan dalam
mengembangkan dan melestarikan lingkungan untuk generasi sekarang dan yang
akan datang.
Adiwiyata merupakan penghargaan yang diberikan kepada sekolah yang
melaksanakan pendidikan lingkungan hidup. Penghargaan Adiwiyata diberikan
kepada sekolah-sekolah yang berhasil melaksanakan upaya peningkatan
pendidikan lingkungan hidup sesuai standar yang telah ditetapkan. Pengakuan
terjadi pada fase Pemberdayaan (durasi kurang dari 3 tahun) dan fase Mandiri
(durasi lebih dari 3 tahun).
Pelaksanaan Program Adiwiyata juga diatur dalam Peraturan Menteri
Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 05 Tahun 2013 tentang Pedoman
Pelaksanaan Program Adiwiyata. Dan selanjutnya, telah disempurnakan menjadi
Peraturan Menteri LHK Nomor 52 Tahun 2019 tentang Gerakan Peduli dan
Berbudaya Lingkungan Hidup di Sekolah serta Peraturan Menteri LHK Nomor 53
Tahun 2019 tentang Penghargaan Adiwiyata.
Gerakan Peduli dan Berbudaya Lingkungan Hidup di Sekolah (PBLHS)
adalah aksi kolektif secara sadar, sukarela, berjejaring, dan berkelanjutan yang
dilakukan oleh sekolah dalam menerapkan perilaku ramah lingkungan hidup.
Adapun peraturan tersebut menyatakan bahwa sekolah Adiwiyata adalah
sekolah yang peduli dan berwawasan lingkungan. Kaitannya dengan Adiwiyata
tidak lepas dari pendidikan lingkungan. Pendidikan lingkungan dapat memberikan
efek internalisasi secara langsung maupun tidak langsung dalam membentuk
kepribadian yang mandiri, membentuk perilaku dan pemikiran peserta didik serta
merefleksikannya dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, sekolah
Adwiyata diorientasikan untuk memberikan pendidikan karakter tentang budidaya
dan perlindungan lingkungan.
Sedangkan dasar pelaksanaan program Adiwiyata atau yang sekarang
dikenal dengan sebutan Gerakan Peduli dan Berbudaya Lingkungan Hidup di
Sekolah (PBLHS)
1. Surat Keputusan Bersama antara Menteri Negara Lingkungan Hidup dengan
Menteri Pendidikan Nasional No.KEP.07/ MENLH/06/2005 dan No.
05/VI/KB/ 2005 diperbarui 1 Februari 2010 tentang Pembinaan dan
Pengembangan Pendidikan Lingkungan Hidup (PLH).
2. Sebagai tindak lanjut Tahun 2006 dicanangkan Tahun 2006 dicanangkan
Tahun Adiwiyata (Program Sekolah Peduli dan Berbudaya Lingkungan).
3. Surat Deputi Menteri Negara Lingkungan Hidup bidang Komunikasi
Lingkungan dan Pemberdayaan Masyarakat tanggal 30 Oktober 2009
Nomor B8126/Dep.VI/LH/10/2009 tentang Program Adiwiyata tahun 2010.
4. Permen LHK No. 52 Tahun 2019 Tentang Gerakan Peduli dan Berbudaya
Lingkungan Hidup di Sekolah (GPBLHS).
5. Permen LKH No. 53 Tahun 2019 Tentang Penghargaan Adiwiyata.
Sekolah yang ingin mendapatkan gelar Adiwiyata harus mengembangkan
kebijakan sekolah yang peka dan ramah lingkungan. Pedoman Adiwiyata 2013
menjelaskan beberapa aspek yang dijadikan indikator terwujudnya sekolah
Adiwiyata: mengembangkan kebijakan sekolah hijau, menerapkan kurikulum
hijau, kegiatan lingkungan partisipatif, dan mengelola fasilitas pendukung hijau.
Dengan semakin meningkatnya kerusakan lingkungan dan semakin menurunnya
kesadaran lingkungan, program Adiwiyata menjadi program penting untuk
membangun generasi yang cinta dan peduli lingkungan.
Sekolah ramah lingkungan (adiwiyata) adalah bentuk sekolah yang tidak
hanya memiliki tampilan fisik sekolah yang hijau atau teduh, tetapi juga program
dan kegiatan pendidikan yang berwawasan dan berwawasan lingkungan. Sekolah
Adiwiyata menerapkan kurikulum ramah lingkungan, hemat listrik, air dan alat
tulis, serta memiliki karakteristik sekolah yang nyaman dan ramah lingkungan.
Tentunya kami selalu menjaga kebersihan dan berusaha untuk mengelola
lingkungan.
Tidak hanya itu, selain diharapkan mampu mengembangkan karakter yang
peduli dan berpendidikan lingkungan hidup, sekolah adiwiyata diharapkan
mampu mengatur manajemen program adiwiyata tersebut dalam kaitannya
mengembangkan karakter siswa dan warga sekola yang peduli dan memiliki
wawasan lingkungan hidup yang tinggi.
Menumbuhkan sikap peduli lingkungan dapat dikemas dengan
pembelajaran saintifik menggunakan model pembelajaran berbasis proyek (PjBL)
(Karjiyati dan Agusdianita, 2017). Pembelajaran berbasis proyek merupakan
model pembelajaran inovatif yang menekankan pembelajaran kontekstual melalui
aktivitas yang kompleks. Pembelajaran berbasis proyek merupakan model
pembelajaran yang menawarkan kesempatan kepada guru untuk mengarahkan
pembelajaran di kelas melalui kerja proyek, kreativitas dan motivasi siswa dapat
tumbuh melalui pembelajaran melalui kerja proyek (Ayu dan Dita, 2017).
Dalam pembelajaran berbasis proyek, sifat peduli lingkungan dapat
dikembangkan dengan memberikan tugas kepada siswa melalui diskusi,
percobaan, simulasi, dan kegiatan proyek. Pembelajaran berbasis proyek adalah
model pembelajaran yang memungkinkan pengetahuan dan keterampilan siswa
dieksplorasi berdasarkan pengalaman hidup nyata sehari-hari. Model
pembelajaran ini dapat membentuk sifat peduli lingkungan dengan memberikan
kesempatan kepada siswa untuk lebih mengenal lingkungan melalui proyek
sehingga siswa dapat meningkatkan pengetahuannya baik secara mandiri maupun
melalui tugas kelompok. Sifat peduli lingkungan juga dibangun secara sosial,
karena tugas dapat diselesaikan dalam kelompok, misalnya mengubah sampah
organik menjadi kompos, atau merubah sampah anorganik menjadi produk daur
ulang yang bernilai ekonomi dan edukatif.
Berdasarkan analisis dari latar belakang tersebut, peneliti akan melakukan
penelitian pada SMA Katolik Santo Thomas Aquino Tulungagung yang
merupakan sekolah dengan predikat adiwiyata mandiri tingkat nasional dan peraih
penghargaan sebagai sekolah dengan Gerakan Peduli dan Berbudaya Lingkungan
Hidup di Sekolah (PBLHS) di tahun 2020. Diharapkan nantinya dapat diketahui
bagaimana aplikasi program adiwiyata di sekolah dalam rangka mewujudkan
karakter peduli lingkungan hidup dan implementasi apa saja yang telah dilakukan
oleh SMA tersebut. Dengan tujuan supaya dapat disebarluaskan dan diaplikasikan
di sekolah-sekolah lainnya khususnya di wilayah Kabupaten Tulungagung.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana implementasi kebijakan program Gerakan Peduli dan Berbudaya
Lingkungan Hidup di Sekolah (PBLHS) melalui PjBL dalam membentuk
karakter peduli lingkungan siswa SMA Katolik Santo Thomas Aquino
Tulungagung?
2. Bagaimana bentuk-bentuk program Gerakan Peduli dan Berbudaya
Lingkungan Hidup di Sekolah (PBLHS) melalui PjBL tersebut dalam
membentuk karakter peduli lingkungan siswa SMA Katolik Santo Thomas
Aquino Tulungagung?
3. Bagaimana karakter peduli lingkungan siswa SMA Katolik Santo Thomas
Aquino Tulungagung setelah diimplementasikan kebijakan program Gerakan
Peduli dan Berbudaya Lingkungan Hidup di Sekolah (PBLHS) melalui PjBL?

C. Tujuan Penelitian
1. Mendeskripsikan implementasi kebijakan program Gerakan Peduli dan
Berbudaya Lingkungan Hidup di Sekolah (PBLHS) melalui PjBL dalam
membentuk karakter peduli lingkungan siswa SMA Katolik Santo Thomas
Aquino Tulungagung?
2. Menjelaskan secara rinci bentuk-bentuk program Gerakan Peduli dan
Berbudaya Lingkungan Hidup di Sekolah (PBLHS) melalui PjBL tersebut
dalam membentuk karakter peduli lingkungan siswa SMA Katolik Santo
Thomas Aquino Tulungagung?
3. Mendeskripsikan karakter peduli lingkungan siswa SMA Katolik Santo
Thomas Aquino Tulungagung setelah diimplementasikan kebijakan program
Gerakan Peduli dan Berbudaya Lingkungan Hidup di Sekolah (PBLHS)
melalui PjBL?

D. Kegunaan Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi positif bagi
perkembangan endidi endidikan di bidang Gerakan Peduli dan Berbudaya
Lingkungan Hidup di Sekolah (PBLHS) dalam membentuk karakter
peduli lingkungan di sekolah-sekolah Kabupaten Tulungagung. Penelitian
ini bukan tentang memahami program Adiwiyata saja, namun mengenai
implementasi program Gerakan Peduli dan Berbudaya Lingkungan Hidup
di Sekolah (PBLHS) dalam membentuk karakter peduli lingkungan bagi
siswa di sekolah-sekolah Kabupaten Tulungagung secara umum, dan
secara khusus bagi siswa di SMA Katolik Santo Thomas Aquino
Tulungagung melalui model pembelajaran PjBL.

2. Manfaat Praktis
a. Bagi Peneliti
Memperoleh pemahaman yang lebih baik tentang implementasi program
Gerakan Peduli dan Berbudaya Lingkungan Hidup di Sekolah (PBLHS)
melalui PjBL dalam membentuk karakter peduli lingkungan di sekolah
menengah atas dan internalisasinya oleh siswa. Penelitian ini juga dapat
dijadikan referensi bagi peneliti untuk memberikan saran kepada institusi
endidikan lain dalam pengembangan endidikan lingkungan.
b. Bagi Sekolah
Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan masukan dan evaluasi bagi para
pemangku kebijakan sekolah dalam melaksanakan program Adiwiyata ke
depannya. Aplikasi Adiwiyata juga untuk membantu sekolah mencapai
tujuannya yaitu membentuk kepribadian sadar lingkungan untuk seluruh
warga sekolah.
c. Bagi Peserta Didik
Diharapkan hasil penelitian ini dapat meningkatkan minat dan kepedulian
siswa terhadap lingkungan hidup. Baik di lingkungan sekolah, di rumah,
atau di lingkungan tempat tinggal siswa.
d. Bagi Sekolah Lain dan Pembaca
Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat memberi referensi dan
pengetahuan tentang bagaimana pelaksanaan dan contoh program Gerakan
Peduli dan Berbudaya Lingkungan Hidup di Sekolah (PBLHS) yang
nantinya dapat dipraktekkan di sekolah-sekolah lain yang ada di wilayah
Kabupaten Tulungagung.
BAB II
KAJIAN TEORI

A. Landasan Teori
2.1 Program Adiwiyata
Tujuan program Adiwiyata adalah menciptakan kondisi yang baik bagi sekolah
untuk menjadi tempat belajar. Menurut Monalisa (2013:3), pada prinispinya kata
ADIWIYATA sebagian besar berasal dari bahasa Sansekerta. "ADI" berarti sangat baik,
unggul, baik, pengetahuan dan "WIYATA" berarti dari mana pengetahuan dan standar
berasal. Dengan demikian, ADIWIYATA berarti tempat yang baik dan ideal untuk
memperoleh pengetahuan, standar dan etika, yang merupakan landasan keberhasilan
hidup bagi orang. Sedangkan menurut PERMEN Lingkungan No.5 Tahun 2013 Adiwiyata
adalah program untuk mewujudkan sekolah budaya lingkungan, oleh karena itu program
Adiwiyata memiliki prinsip sebagai berikut:
1. Edukatif, mampu memberikan pengetahuan dan etika tentang perlindungan
lingkungan dan pengelolaan kehidupan.
2. Partisipatif, seluruh warga sekolah dapat terlibat aktif dalam melaksanakan
semua program yang telah disepakati dalam mewujudkan program Adiwiyata.
3. Berkelanjutan, program Adiwiyata yang dilaksanakan harus dilakukan secara
terencana dan terus menerus.
Program Adiwiyata merupakan program untuk mewujudkan sekolah yang
berbudaya lingkungan. Program ini merupakan hasil kerjasama Kementerian Lingkungan
Hidup dan Kementerian Pendidikan. Menurut Mulyana (2009: 175), program Adiwiyata
disalurkan dalam bentuk hadiah Adiwiyata kepada sekolah yang berhak. PERMEN
Lingkungan Hidup No. 02 Tahun 2013 tentang Pedoman Pelaksanaan Program Adiwiyata
Pasal 1, yang dimaksud dengan Adiwiyata adalah sekolah yang baik dan ideal sebagai
tempat menimba ilmu serta berbagi standar dan etika yang dapat menjadi landasan
manusia dalam menciptakan kesejahteraan dan upaya pembangunan berkelanjutan.
menciptakan cita-cita kesejahteraan dan pembangunan berkelanjutan.

2.2 Pelaksanaan Program Adiwiyata


Dalam melaksanakan program adiwiyata nasional, pemerintah membuat aturan
dan dasar hukum Program Sekolah Adiwiyata yaitu melalui Permen LHK No. 52 Tahun
2019 Tentang Gerakan Peduli dan Berbudaya Lingkungan Hidup di Sekolah (GPBLHS)
dan Permen LKH No. 53 Tahun 2019 Tentang Penghargaan Adiwiyata.
Dalam rangka mewujudkan program Adiwiyata, sekolah harus berusaha
memenuhi empat indikator yaitu:
a. Penyusunan Program Berwawasan Lingkungan
Menurut Rohman (2009: 134), implementasi kebijakan dimaksud sebagai
keseluruhan tindakan yang dilakukan oleh individu-individu, pejabat-pejabat, kelompok-
kelompok pemerintah atau swasta yang diarahkan kepada pencapaian tujuan kebijakan
yang telah ditentukan terlebih dahulu. Sedangkan menurut Sudiyono (2007: 81),
mengatakan bahwa implementasi kebijakan mencakup empat aspek, yaitu: siapa yang
terlibat dalam implementasi kebijakan, esensi proses administratif, kepatuhan terhadap
kebijakan, dan pengaruh implementasi pada isi dan dampak kebijakan.
b. Program Kurikulum Berbasis Lingkungan
Kurikulum berwawasan lingkungan mencakup materi tentang pengelolaan dan
perlindungan lingkungan. Suryosubroto (2007: 32), mengatakan bahwa kurikulum
adalah semua pengalaman pendidikan yang diberikan sekolah kepada semua siswanya
baik di dalam maupun di luar sekolah. Kemudian menurut Rusman, kurikulum adalah
suatu perangkat rencana dan peraturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta
cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk
mencapai tujuan pendidikan tertentu.
c. Program Kegiatan Lingkungan Berbasis Partisipatif
Yang dimaksud kegiatan lingkungan partisipatif yaitu, dimana warga sekolah dan
masyarakat dilibatkan dalam pelaksanaan kegiatan dalam bentuk kerjasama. Menurut
Fajarisma (2014: 167), kegiatan berbasis kegiatan lingkungan partisipatif dapat
dilaksanakan dengan mengembangkan kegiatan ekstrakurikuler untuk meningkatkan
kesadaran lingkungan dan lingkungan siswa. Sementara itu, menurut panduan Adiwiyata
(2012: 2), dijelaskan bahwa perkembangan kegiatan inklusi ditandai dengan terciptanya
berbagai kegiatan ekstrakurikuler bagi anak sekolah untuk membiasakan diri dengan
masalah lingkungan.
d. Pengelolaan Sarana Pendukung Ramah Lingkungan
Sarana dan prasarana merupakan komponen secara tidak langsung menunjang arus
jalannya proses pendidikan. Menurut Suharno (2008:30) manajemen sarana dan
prasarana pendidikan bertugas mengatur dan menjaga sarana dan prasarana pendidikan
agar dapat memberikan konstribusi secara optimal dan berarti pada jalannya proses
pendidikan. Menurut Ibrahim (2008:2) mengatakan bahwa manajemen perlengkapan
sekolah adalah proses kerja sama pendayagunaan semua perlengkapan pendidikan
secara efektif dan efesien.
Dalam pelaksanaan Program Adiwiyata setiap sekolah wajib memuat visi, misi, tujuan
dan sasaran yang memuat kebijakan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup.
Di mana visi, misi, tujuan dan sasaran itu dituangkan dalam Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) dan termuat dalam seluruh mata pelajaran. Baik dalam mata
pelajaran wajib, muatan lokal maupun pengembangan diri pada Pendidikan Lingkungan
Hidup (PLH). Untuk mencapai hal itu, sekolah harus menganggarkan kegiatan
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup minimal 20% dari total anggaran
sekolah selama 1 tahun. Anggaran tersebut dapat dialokasikan kepada kegiatan
kesiswaan berbasis lingkungan hidup, kurikulum dan kegiatan pembelajaran
berbasis lingkungan hidup. Sekolah harus bekerjasama atau bermitra dengan berbagai
pihak, serta adanya peningkatan dan pengembangan mutu berbasis lingkungan hidup.
Yang paling penting adalah, seluruh warga sekolah harus berkarakter dan
berbudaya lingkungan hidup dalam kegiatan sehari-hari, baik di sekolah maupun di
rumah.

2.3 Gerakan Peduli dan Berbudaya Lingkungan Hidup di Sekolah (PBLHS)


Sekolah Adiwiyata adalah sekolah yang menerapkan hidup peduli lingkungan. Sekolah
Adiwiyata bertujuan menyadarkan warga sekolah akan lingkungan sehingga dapat turut
bertanggung jawab dalam penyelamatan lingkungan. Di samping itu, sekolah Adiwiyata
juga menciptakan kondisi yang baik bagi sekolah sebagai tempat kegiatan pembelajaran.
Pelaksanaan program Adiwiyata tertuang dalam Peraturan Menteri Lingkungan Hidup RI
Nomor 05/2013 tentang Pedoman Pelaksanaan Program Adiwiyata.
Sekolah adiwiyata merupakan sekolah yang memiliki lingkungan yang bersih
dan sehat. Ciri-ciri sekolah adiwiyata diantaranya yaitu : mempunyai tempat
sampah di setiap tempat, mempunyai taman yang ditumbuhi berbagai tanaman,
terdapat slogan tentang kebersihan. Gelar 'Sekolah Adiwiyata' diberikan
pada sekolah yang peduli dan berbudaya lingkungan.
Program Adiwiyata sendiri merupakan sebuah program dengan tujuan untuk
mewujudkan sekolah yang demikian. Program ini dilaksanakan dengan
berdasarkan pada tiga prinsip utama, yaitu edukatif, partisipatif, dan
berkelanjutan.
Adapun tugas tim adiwiyata sekolah dalam mewujudkan sekolah adiwiyata dibagi
menjadi 10 garis besar yaitu:
1. Mewujudkan sekolah yang hijau/ Go Green
2. Melakukan penghijauan di lingkungan sekolah/ di luar sekolah.
3. Mengkoordinir penataan taman di depan/belakang kelas dan lingkungan
sekolah.
4. Menanam, menjaga dan merawat taman kelas dan lingkungan sekolah.
5. Membuat dan menjaga tulisan/ papan nama tanaman di lingkungan sekolah.
6. Bagian Green House, Toga dan Pembibitan.
7. Menanam, menjaga dan merawat Green House.
8. Menanam, menjaga dan merawat Toga di lingkungan sekolah.
9. Melakukan pembibitan tanaman.
10. Merawat bagian Kebun Sekolah dan sekitarnya.
Sekolah Adiwiyata diharapkan menjadi stimulus yang tepat dalam menumbuhkan
perilaku konsumsi berwawasan lingkungan pada warga sekolah. Tujuan utama dari
Adiwiyata yakni merealisasikan warga sekolah dengan kewajiban melindungi dan
mengelola lingkungan melalui tata kelola sekolah guna mendukung pembangunan
berkelanjutan (Desfandi, 2015). Penghargaan Adiwiyata diberikan apabila sekolah
berhasil melaksanakan Gerakan PBLHS (Peduli dan Berbudaya Lingkungan Hidup di
Sekolah).
Permen Lingkungan Hidup dan Kehutanan no. P52 Tahun 2019 mencatat bahwa
Gerakan PBLHS lahir untuk meningkatkan kualitas lingkungan hidup dan mengupayakan
kelestarian. Gerakan PBLHS merupakan kerjasama sekolah secara sadar, sukarela, online
dan berkelanjutan untuk melaksanakan kegiatan ramah lingkungan.
Salah satu kegiatan khusus pemerintah dalam sistem pendidikan Indonesia adalah
meningkatkan kesadaran, pengetahuan dan kepedulian tentang pentingnya
perlindungan lingkungan melalui pembuatan kebijakan. Menteri Lingkungan Hidup dan
Kehutanan Republik mendirikan Gerakan Pemeliharaan dan Budaya Lingkungan di
sekolah-sekolah. Tujuannya adalah untuk menerapkan perilaku ekologis warga sekolah.
Sekolah yang berhasil melaksanakan gerakan pelestarian lingkungan dan budaya
idealnya memiliki siswa yang bertujuan untuk memperbaiki lingkungan sekitar, namun
kenyataannya semakin banyak sekolah yang berhasil melaksanakan gerakan tersebut
dan mendapatkan Penghargaan Adiwiyata, tampaknya menjadi tujuan. pergerakan
belum sepenuhnya diasuransikan.
Gerakan Peduli dan Berbudaya Lingkungan Hidup di Sekolah (PBLHS)
adalah aksi kolektif secara sadar, sukarela, berjejaring, dan berkelanjutan
yang dilakukan oleh sekolah dalam menerapkan perilaku ramah lingkungan
hidup.  Gerakan PBLHS ini bertujuan untuk mewujudkan perilaku warga sekolah yang
bertanggung jawab dalam upaya pelestarian lingkungan hidup dan juga bertujuan untuk
meningkatkan kualitas lingkungan hidup serta merupakan suatu upaya dalam mendukung
ketahanan bencana warga sekolah.

Anda mungkin juga menyukai