Anda di halaman 1dari 111

TESIS - TK 142541

EKSTRAKSI MINYAK ATSIRI DARI AKAR


WANGI (Vetiveria Zizanoides) DAN KAYU
MANIS (Cinnamomum Verum) DENGAN
MENGGUNAKAN METODE MICROWAVE
HYDRODISTILLATION DAN MICROWAVE
AIR-HYDRODISTILLATION

LAELA RATMAWATI
NRP 2315 201 003

DOSEN PEMBIMBING
Prof. Dr. Ir. Mahfud, DEA
Dr. Lailatul Qadariyah, S.T.,M.T.

PROGRAM MAGISTER
BIDANG KEAHLIAN TEKNOLOGI PROSES
DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
SURABAYA
2017
ii
ATSIRI DARI AKAR WANGI (Vetiveria zizanoides) DAN KAYU
MANIS (Cinnamomun verum) DENGAN MENGGUNAKAN
METODE MICROWAVE HYDRODISTILLATION DAN
MICROWAVE AIR-HYDRODISTILLATION

Dosen Pembimbing : Prof. Dr. Ir. Mahfud, DEA


Dr. Lailatul Qadariyah, S.T., M.T.

Disusun oleh : Laela Ratmawati (2315 201 003)

ABSTRAK

Minyak akar wangi dan minyak kayu manis biasanya dihasilkan dari penyulingan
secara konvensional yang prosesnya memerlukan waktu yang lama, jumlah pelarut yang
banyak, dan energi yang besar. Oleh sebab itu perlu digunakan teknik baru dalam ekstraksi
minyak atsiri dengan penggunaan energi, pelarut, dan waktu yang minimum. Salah satu
metode ekstraksi yang telah dikembangkan adalah metode microwave hydrodistillation.
Pada penelitian ini metode yang akan digunakan adalah microwave hydrodistillation dan
pengembangannya yaitu microwave air-hydrodistillation untuk mengoptimalkan ekstraksi
minyak akar wangi dan minyak kayu manis. Tujuan dalam penelitian ini adalah
mempelajari faktor-faktor yang berpengaruh terhadap metode microwave hydrodistillation
dan microwave air-hydrodistillation, yang meliputi daya microwave, lama waktu ekstraksi,
rasio antara bahan baku yang akan diekstrak dengan pelarut (F/S), pengaruh dari ada
tidaknya penambahan aliran udara, dan ukuran bahan yang diekstrak. Selain itu pada
penelitian ini juga akan dipelajari pemodelan kinetika untuk ekstraksi minyak akar wangi
dan minyak kayu manis menggunakan metode microwave hydrodistillation dan microwave
air-hydrodistillation.
Bahan yang digunakan pada penelitian ini meliputi akar wangi dan kayu manis. Pada
ekstraksi dengan metode microwave hydrodistillation dan microwave air-hydrodistillation
menggunakan daya microwave 300, 450, 600, 800 W, rasio antara bahan baku yang akan
diekstrak dengan pelarut (F/S) adalah 0,3, 0,4, 0,5, dan 0,6 g/mL, waktu ekstraksi selama
1, 2, 3 jam, dan ukuran bahan yang berupa serbuk, ±1 cm, dan ±2 cm. Untuk ekstraksi
dengan metode microwave air-hydrodistillation laju aliran udara yang digunakan 0,6 dan
1,2 L/min.

iii
Dari hasil penelitian ini dapat dilihat bahwa ekstraksi minyak akar wangi dan minyak
kayu manis menggunakan metode microwave air-hydrodistillation menghasilkan yield
yang lebih tinggi apabila dibandingkan dengan ekstraksi yang dilakukan menggunakan
metode microwave hydrodistillation. Kondisi operasi yang optimal untuk ekstraksi minyak
akar wangi dan minyak kayu manis menggunakan metode microwave hydrodistillation dan
microwave air-hydrodistillation diperoleh ketika menggunakan bahan yang berukuran
serbuk, daya microwave sebesar 300 W untuk ekstraksi minyak akar wangi dan 450 W
untuk ekstraksi minyak kayu manis, dan laju aliran udara sebesar 1,2 L/min. Sedangkan
rasio antara bahan baku terhadap pelarut (F/S) yang optimal untuk ekstraksi minyak akar
wangi menggunakan metode microwave hydrodistillation dan microwave air-
hydrodistillation adalah 0,3 g/mL, untuk ekstraksi minyak kayu manis menggunakan
metode microwave hydrodistillation adalah 0,6 g/mL, dan untuk ekstraksi minyak kayu
manis menggunakan metode microwave air-hydrodistillation adalah 0,4 g/mL.

Kata kunci: minyak akar wangi, minyak kayu manis, microwave hydrodistillation,
microwave air-hydrodistillation, Vetiveria zizanoides, Cinnamomun verum

iv
ESSENTIAL OIL OF Vetiveria zizanoides AND Cinnamomun
verum USING MICROWAVE HYDRODISTILLATION AND
MICROWAVE AIR-HYDRODISTILLATION

Dosen Pembimbing : Prof. Dr. Ir. Mahfud, DEA


Dr. Lailatul Qadariyah, S.T., M.T.

Disusun oleh : Laela Ratmawati (2315 201 003)

ABSTRACT

Vetiver oil and cinnamon oil is usually produced from conventional distillation
process which requires great energy, solvents in significant amounts, and quite a long
time. Therefore, should be considered to use "green technique" in the extraction of
essential oils with the minimum energy, solvent, and time. One method of extraction is
successfully developed is microwave hydrodistillation method. This research will use
the development of microwave hydrodistillation method is microwave air-
hydrodistillation method to optimize the extraction of essential oils. The purpose of this
research is to study the factors that influence the microwave hydrodistillation and
microwave air-hydrodistillation methods, which include microwave power, extraction
time, the ratio of raw material to be extracted with a solvent, and the influence of the
presence or absence of additional air flow. Additionally in this study also determined
the kinetics models for the extraction of Vetiver oil and cinnamon oil by using the
microwave hydrodistillation and microwave air-hydrodistillation methods.
Materials used in this study include vetiver and cinnamon. In the extraction using
microwave hydrodistillation and microwave air-hydrodistillation methods the power 300,
450, 600, 800 W, the ratio of raw materials to be extracted with solvents (F/S) was 0.3, 0.4,
0.5, and 0.6 g/mL, the extraction time for 1, 2, 3 hours, and material size: powder, ± 1 cm,
and ± 2 cm. For extraction with microwave air-hydrodistillation method air flow rate used
was 0.6 and 1.2 L/min.
From the research result it can be seen that the extraction of vetiver oil and cinnamon
oil using microwave air-hydrodistillation method produce higher yield when compared to
the is done extraction using microwave hydrodistillation method. Optimal operating

v
conditions for extraction of vetiver oil and cinnamon oil by using microwave
hydrodistillation and microwave air-hydrodistillation methods obtained when using a
powder-sized material, 300 W of microwave power for extraction of vetiver oil and 450 W
for cinnamon oil extraction, and Air flow rate of 1.2 L/min. While the ratio of raw material
to solvent (F/S) optimal for extraction of vetiver oil using microwave hydrodistillation
method and microwave air-hydrodistillation is 0.3 g/mL, for extraction of cinnamon oil
using microwave hydrodistillation method is 0.6 g/mL, and for cinnamon oil extraction
using microwave air-hydrodistillation method is 0.4 g/mL.

Keywords: Vetiver oil, cinnamon oil, microwave hydrodistillation, microwave air-


hydrodistillation, Vetiveria zizanoides, Cinnamomun verum

vi
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami kepada Allah SWT karena atas berkah, rahmatNya kami dapat
menyelesaikan laporan akhir tesis yang berjudul, “ ekstraksi minyak atsiri dari akar wangi
(vetiveria zizanoides) dan kayu manis (cinnamomun verum) dengan menggunakan metode
microwave hydrodistillation dan microwave air-hydrodistillation”. Tugas ini merupakan
salah satu prasyarat meraih gelar master di Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknologi
Industri, Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya (FTI-ITS). Selama penyusunan
laporan kemajuan tesis ini, kami banyak mendapat bimbingan, bantuan dan dorongan dari
berbagai bayak pihak. Untuk itu kami ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Juwari, S.T, M.Eng, Ph.D, selaku Ketua Jurusan Teknik Kimia Fakultas
Teknologi Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember.
2. Prof. Dr. Ir. Mahfud, DEA, selaku Kepala Laboratorium Teknologi Proses yang telah
memberikan waktu, tenaga dan ilmu dalam penyelesaian proposal tesis ini.
3. Prof. Dr. Ir. Mahfud, DEA dan Ibu Dr. Lailatul Qadariyah, S.T.,M.T. selaku Dosen
Pembimbing saya atas bimbingan dan saran yang telah diberikan.
4. Bapak dan Ibu Dosen Pengajar serta serta seluruh karyawan jurusan Teknik Kimia FTI-
ITS Surabaya.
5. Orang tua serta saudara-saudara kami atas doa, dukungan dan bimbingan,
perhatian dan kasih sayang yang selalu tercurah selama ini.
6. Teman-teman di Laboratorium Teknologi Proses.
Kami menyadari bahwa penulisan laporan ini masih banyak kekurangan oleh
karena itu kami sangat mengharapkan saran dan masukan yang konstruktif untuk
kesempurnaan laporan ini.
Surabaya, 17 Juli 2017

Penulis

vii
DAFTAR ISI

COVER ...................................................................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN ....................................................................................... ii
ABSTRAK ................................................................................................................ iii
KATA PENGANTAR ............................................................................................... v
DAFTAR ISI ............................................................................................................. vii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................ ix
DAFTAR TABEL ..................................................................................................... xiii
BAB I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ........................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah ...................................................................... 7
1.3. Tujuan Penelitian ....................................................................... 7
1.4. Manfaat Penelitian ..................................................................... 8
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tinjauan Umum Akar Wangi ...................................................... 9
2.2. Minyak Akar Wangi .................................................................... 10
2.3. Tinjauan Umum Kayu Manis ...................................................... 12
2.4. Minyak Kayu Manis .................................................................. 13
2.5. Proses Pengambilan Minyak Atsiri ............................................. 14
2.6. Gelombang Mikro ....................................................................... 17
2.7. Penyulingan dengan Microwave (Microwave-assisted Extraction)
...................................................................................................... 18
2.8. Parameter Minyak Atsiri.............................................................. 19
2.9. Pemodelan Kinetika pada Proses Ekstraksi................................. 20
2.10. Penelitian Terdahulu………………………………………….... 23
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Rancangan Penelitian .................................................................... 25
3.2. Bahan dan Alat .............................................................................. 25
3.3. Prosedur Penelitian ........................................................................ 28
3.4. Diagram Prosedur Penelitian ......................................................... 31
3.5. Kondisi Operasi dan Variabel Penelitian ....................................... 33

viii
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Mekanisme Pemanasan Dengan Gelombang Mikro (Microwave) .. 35
4.2. Parameter yang Berpengaruh pada Ekstraksi Minyak Akar Wangi dan
Minyak Kayu Manis dengan Metode Microwave Hydrodistillation dan
Microwave Air-Hydrodistillation .................................................... 36
4.3. Hasil Recovery pada Ekstraksi Minyak Akar Wangi dan Minyak Kayu
Mnis dengan Metode Microwave Hydrodistillation dan Microwave Air-
Hydrodistillation.............................................................................. 53
4.4.Pemodelan Kinetika pada Ekstraksi Minyak Akar Wangi dan Minyak
Kayu Manis dengan Metode Microwave Hydrodistillation dan
Microwave Air-Hydrodistillation .................................................... 56
4.5. Hasil Analisa Properti Fisik dan Kimia Minyak Atsiri Akar Wangi dan
Kayu manis ...................................................................................... 61
4.6. Hasil Analisa SEM Akar Wangi dan Kayu Manis ........................... 63
4.7. Hasil Analisa GC-MS Minyak Akar Wangi……………………….. 66
BAB V. KESIMPULAN SEMENTARA DAN RENCANA SELANJUTNYA
5.1. Kesimpulan Sementara .................................................................. 75
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 77

ix
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Tanaman Akar Wangi (Vetiveria zizanoides) ………….....…. 9


Gambar 2.2. Kayu Manis ................................................................................ 12
Gambar 2.3. Destilasi dengan air (hydro distillation) ................................... 15
Gambar 2.4. Destilasi Uap dan Air (Steam – hydro distillation) .................. 16
Gambar 2.5. Destilasi dengan Uap (Steam distillation) ……………………. 17
Gambar 2.6 Skema Peralatan Microwave-Assisted Hydrodistillation ……. 19
Gambar 3.1 Skema alat ekstraksi dengan Metode Microwave
Hydrodistillation ……………………………………………... 26
Gambar 3.2 Skema alat ekstraksi dengan Metode Microwave- Air Hydrodistillation
…………………………………………….. 27
Gambar 3.3 Diagram Prosedur Penelitian Menggunakan Metode Microwave
Hydrodistillation …………………………………………….. 31
Gambar 3.4 Diagram Prosedur Penelitian Menggunakan Metode Microwave Air-
Hydrodistillation ………………………………………… 32
Gambar 4.1 Profil waktu-suhu untuk berbagai daya microwave dengan bahan akar
wangi kering berukuran 1 cm: (a) menggunakan metode microwave
hydrodistillation, dan rasio F/S 0,3 g/ml, (b) menggunakan metode
microwave air-hydrodistillation dan rasio F/S 0,3
g/ml……………………………………………………..38
Gambar 4.2 Pengaruh daya microwave terhadap yield minyak akar wangi yang
diperoleh dengan metode: (a) microwave hydrodistillation, ukuran
2 cm, dan waktu ekstraksi 1 jam, (b) metode microwave
hydrodistillation dan microwave air-hydrodistillation, ukuran
serbuk, dan waktu ekstraksi 2 jam ………………………………39
Gambar 4.3 Pengaruh daya microwave terhadap yield minyak kayu manis yang
berukuran serbuk diperoleh dengan metode: (a) metode microwave
hydrodistillation, (b) microwave hydrodistillation dan microwave
air-hydrodistillation….…………………………………………...41
Gambar 4.4. Pengaruh rasio antara bahan baku dengan pelarut terhadap yield
minyak akar wangi berukuran serbuk yang diperoleh dengan: (a)
metode microwave hydrodistillation dengan waktu ekstraksi 1, 2,

x
dan 3 jam, (b) metode microwave hydrodistillation dan microwave
air-hydrodistillation dan waktu ekstraksi 3
jam………………………………………..……………………. 43
Gambar 4.5. Pengaruh rasio antara bahan baku dengan pelarut terhadap yield
minyak kayu manis berukuran serbuk yang diperoleh dengan: (a)
metode microwave hydrodistillation, (b) microwave
hydrodistillation dan microwave air-
hydrodistillation………………………………………….…….. 46
Gambar 4.6. Pengaruh laju aliran udara terhadap yield minyak akar wangi
berukuran 1cm : (a) waktu ekstraksi 2 jam, (b) waktu ekstraksi 1
jam ……………………………………………………………… 48
Gambar 4.7. Pengaruh laju aliran udara terhadap yield minyak kayu manis
berukuran serbuk yang diekstraksi pada :(a) dengan berbagai daya
microwave, (b) berbagai rasio antara akar wangi dengan akuades
(F/S) ………………………………...………………………….. 50
Gambar 4.8 Pengaruh ukuran bahan terhadap yield minyak akar wangi yang
diekstraksi pada daya 300 W, rasio antara akar wangi dengan
akuades (F/S) sebesar 0,3 g/mL dan waktu ekstraksi selama 3 jam
………………………………...………………………………... 52
Gambar 4.9. Akumulasi recovery dari minyak akar wangi ukuran serbuk yang
diperoleh dengan metode microwave hydrodistillation dan
microwave air-hydrodistillation dengan laju aliran udara 0,6 L/min
dan 1,2 L/min (rasio antara daun nilam dengan akuades sebesar 0,3
g/mL)…………………………...…...………………………….. 53
Gambar 4.10. Akumulasi recovery dari minyak akar wangi ukuran 1 cm yang
diperoleh dengan metode microwave hydrodistillation dan
microwave air-hydrodistillation dengan laju aliran udara 0,6 L/min
(rasio antara daun nilam dengan akuades sebesar 0,3 g/mL….... 54
Gambar 4.11. Akumulasi recovery dari minyak kayu manis yang diperoleh dengan
metode microwave hydrodistillation dan microwave air-
hydrodistillation dengan laju aliran udara 0,6 L/min (rasio antara

xi
daun nilam dengan akuades sebesar 0,3
g/mL)………………………………...…………………………...55
Gambar 4.12. Perbandingan antara model kinetika orde satu dan orde dua dengan
hasil eksperimen pada ekstraksi minyak akar wangi yang diperoleh
dengan metode: (a) microwave hydrodistillation dan (b) microwave
air-hydrodistillation dengan laju aliran udara 1,2 L/min (daya
microwave 450 W dan rasio antara daun nilam dengan akuades
sebesar 0,4 g/mL) ………………………………...…………….. 58
Gambar 4.13. Perbandingan antara model kinetika orde satu dan orde dua dengan
hasil eksperimen pada ekstraksi minyak kayu manis yang diperoleh
dengan metode: (a) microwave hydrodistillation dan (b) microwave
air-hydrodistillation dengan laju aliran udara 1,2 L/min (daya
microwave 450 W dan rasio antara daun nilam dengan akuades
sebesar 0,4 g/mL)……………………………………………….. 61
Gambar 4.14. Hasil SEM Akar Wangi Sebelum Ekstraksi: (a) akar wangi ukuran
±1 cm (perbesaran 2500 kali), (b) akar wangi ukuran serbuk
(perbesaran 10000 kali)………………………………...……….. 63
Gambar 4.15. Hasil SEM Akar Wangi dengan Perbesaran 2.500 kali Ukuran ± 1
cm . Sesudah Ekstraksi: (a) Sesudah Ekstraksi MHD Dengan Daya
Microwave 450 W, (b) Sesudah Ekstraksi MAHD Dengan Daya
Microwave 450 W, (c) Sesudah Ekstraksi MAHD Dengan Daya
Microwave 800 W, (d) Sesudah Ekstraksi MAHD Bahan Kering
Ukuran Serbuk Dengan Daya Microwave 800 W (perbesaran
10.000 kali)………………………………….………...……….. 64
Gambar4.16. Hasil SEM Kayu Manis Sebelum Ekstraksi ukuran serbuk
(perbesaran 10.000 kali)…………………………..…...……….. 65
Gambar 4.17. Hasil SEM Kayu Manis dengan Perbesaran 10.000 Kali Ukuran
Serbuk. Sesudah Ekstraksi: (a) Sesudah Ekstraksi MHD Dengan
Daya Microwave 450 W, (b) Sesudah Ekstraksi MHD Dengan Daya
Microwave 800 W, (c) Sesudah Ekstraksi MAHD Daya Microwave
450 W, (d) Sesudah Ekstraksi MAHD Dengan Daya Microwave 800
W.……………………………………………….……...……….. 66

xii
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Standar Mutu Minyak Akar Wangi Menurut SNI…………………11


Tabel 2.2. Spesifikasi Minyak Kayu Manis Berdasarkan SNI........................14
Tabel 2.3. Penelitian Terdahulu……………………………………………...23
Tabel 4.1. linierisasi Model Kinetika Orde Satu Dari Ekstraksi Minyak Akar Wangi
yang Diperoleh Dengan Metode Microwave Hydrodistillation dan
Microwave Air-hydrodistillation Dengan Laju Aliran Udara 1,2 l/min
(Daya Microwave 450 w; Rasio Antara Akar Wangi Dengan Akuades
Sebesar 0,4
g/ml)…..……….......................................................................................57
Tabel 4.2. Linierisasi Model Kinetika Orde Satu Dari Ekstraksi Minyak Kayu
Manis yang Diperoleh Dengan Metode Microwave Hydrodistillation dan
Microwave Air-hydrodistillation Dengan Laju Aliran Adara 1,2 L/min
(Daya Microwave 450 W; Rasio Antara Akar Wangi Dengan Akuades
Sebesar 0,4
g/mL)…..……………………………………………………..………....60
Tabel 4.3. Hasil Analisa Properti Fisik Minyak Atsiri Akar Wangi ….............…...62
Tabel 4.4. Hasil Analisa Properti Fisik Minyak Atsiri Kayu Manis
……………………………………………………....…………..63
Tabel 4.5. Hasil GC-MS Minyak Akar Wangi…………….….…..….……..67
Tabel 4.6. Hasil GC-MS Minyak Kayu Manis …………….….…..………..71

xiii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Minyak atsiri merupakan salah satu jenis minyak nabati yang
multimanfaat dan mudah menguap. Karakteristik fisiknya berupa cairan kental
yang dapat disimpan pada suhu ruang. Bahan baku minyak ini diperoleh dari
berbagai bagian tanaman seperti daun, bunga, buah, akar, atau rimpang
(Armando, 2009).
Minyak atsiri yang dihasilkan dari tanaman aromatik merupakan
komoditas ekspor non-migas yang dibutuhkan di berbagai industri seperti
dalam industri parfum, kosmetika, farmasi/obat-obatan, serta industri makanan
dan minuman. Dalam dunia perdagangan, komoditas ini dipandang memiliki
peran strategis dalam menghasilkan produk primer maupun sekunder, baik
untuk kebutuhan domestik maupun ekspor.
Komoditas minyak atsiri tetap populer walaupun terjadi fluktuasi harga.
Dengan begitu, petani maupun produsen masih tetap diuntungkan. Apalagi saat
ini dikembangkan jenis-jenis minyak atsiri baru yang harganya lumayan tinggi.
Untuk minyak dari bunga-bungaan, harga minyak dapat mencapai puluhan juta
rupiah. Sementara minyak dari tumbuhan terna (tumbuhan yang batangnya
lunak karena tidak membentuk kayu), baik daun, ranting, dan biji dihargai
ratusan ribu rupiah per kilogramnya (Armando, 2009).
Tanaman aromatika dunia yang menghasilkan minyak atsiri
diperkirakan meliputi 160-200 jenis tanaman dari family Labiatae,
Compositae, Lauraceae, Graminae, Myrtaceae, dan Umbiliferae. Dalam dunia
perdagangan telah beredar sekitar 80 jenis minyak asiri, diantaranya minyak
nilam, serai wangi, cengkeh, jahe, pala, dan jasmin. Sementara itu,
diperkirakan terdapat 12 jenis minyak asiri Indonesia yang diekspor ke pasar
dunia. Jenis-jenis minyak asiri Indonesia yang telah memasuki pasaran
internasional di antaranya minyak nilam, serai wangi, akar wangi, kenanga,
jahe, dan pala (Armando, 2009).

1
Tanaman akar wangi (Vetiveria zizanioides) merupakan salah satu jenis
tanaman penghasil minyak atsiri. Minyak akar wangi dikenal dengan Java
vetiver oil. Sentra penghasil minyak akar wangi di Indonesia terdapat di daerah
Kabupaten Garut (Jawa Barat). Indonesia pernah sukses sebagai penghasil
utama akar wangi, namun saat ini hanya mampu memasok 26,5% dari
kebutuhan pasar minyak akar wangi dunia. Area tanaman akar wangi adalah
sekitar 3.200 ha, dengan produksi akar segar rata-rata 64.000 ton, 128.000 ton
brangkasan, dan 24.000 ton ampas penyulingan. Tanaman akar wangi tidak
hanya menghasilkan minyak, tetapi juga dapat digunakan sebagai bahan
industri kerajinan (tikar, boneka, tas dan sebagainya) seperti yang dilakukan
pengrajin di Jawa Tengah; brangkasannya (daun) dapat diolah menjadi
kompos, industri kerajinan, atau untuk bahan industri kertas (pulp); ampas
sisa penyulingan selain dapat dijadikan kompos juga dapat dijadikan bahan
industri obat nyamuk bakar organik (Emmyzar, 2003).
Minyak akar wangi bagi Indonesia merupakan salah satu komoditas
yang memberikan peranan penting untuk pendapatan devisa negara dari hasil
ekspor minyak atsiri secara keseluruhan. Indonesia merupakan penghasil
utama minyak akar wangi terbesar ketiga setelah Haiti dan Bourbon. Minyak
akar wangi merupakan salah satu bahan pewangi yang potensial. Biasanya
dipakai secara meluas pada pembuatan parfum, bahan kosmetika, dan sebagai
bahan pewangi sabun. Minyak akar wangi selain berfungsi sebagai zat
pengikat (fiksatif), juga memberikan bau wangi yang menyenangkan, tahan
lama, dan keras. Penggunaan minyak akar wangi ini biasanya di campur
dengan minyak nilam dan minyak cendana (Hanief, 2013).
Selain akar wangi, kayu manis juga memiliki potensi dalam dunia
perdagangan. Kayu manis Indonesia cukup disukai di luar negeri karena
memiliki aroma yang khas. Produk utama dari tanaman kayu manis adalah
kulit kering kayu manis yang digunakan sebagai rempah-rempah untuk
penyedap makanan. Dari kulit kayu manis juga dapat dihasilkan beberapa
produk lain seperti bubuk kayu manis, minyak atsiri kayu manis, dan oleoresin
kayu manis. Pasar utama produk kayu manis adalah Amerika Serikat yang
mengimpor sekitar 80% dari jumlah kulit kayu manis yang tersedia untuk

2
ekspor. Negara pengimpor lainnya adalah negara-negara di Eropa Barat,
Kanada, dan Singapura. Hanya sedikit dari produksi kayu manis yang
digunakan untuk pasaran dalam negeri (Fitriyeni, 2011).
Minyak kayu manis dapat diperoleh dari kulit, ranting, dan daun dengan cara
penyulingan. Di dunia perdagangan, produk yang diminta dari minyak kayu manis
didasarkan pada jenis kayu manis dan asal bahan, yaitu cinnamon leaf oil, cinnamon
bark oil, dan cassia oil. Cinnamon leaf oil adalah minyak yang diperoleh dari daun
kayu manis jenis Cinnamomum zeylanicum. Cinnamon bark oil adalah minyak yang
diperoleh dari kulit. Sedangkan cassia oil adalah minyak yang diperoleh dari daun,
ranting, dan bubuk kulit kayu manis jenis Cinnamomum burmanni atau Cinnamomum
cassia. Manfaat minyak kayu manis selain untuk menambah citarasa masakan dan
penambah aroma pada kue, juga dimanfaatkan sebagai obat herbal (Gusmailina,
2014).
Mengingat minyak akar wangi dan kayu manis merupakan beberapa
komoditas ekspor penghasil devisa yang penting bagi Indonesia, maka
seharusnya teknologi penyulingan dan usaha budidaya tanaman penghasil
minyak atsiri juga lebih diperhatikan agar bisnis minyak atsiri dapat
berkembang dalam hal kualitas dan kuantitas untuk mencukupi kebutuhan
dunia dan meningkatkan daya saing dengan pemasok dari negara lain. Hal ini
dapat dilihat dari proses pengambilan minyak akar wangi (Vetiveria
zizanoides) dan minyak kayu manis (Cinnamomum verum) yang pada
umumnya masih dilakukan dengan cara penyulingan air (hydrodistillation),
penyulingan uap dan air (steam-hydrodistillation), dan penyulingan uap
langsung (steam distillation). Oleh karena itu perlu dilakukan pengembangan
metode pengambilan minyak atsiri yaitu dengan menggunakan metode
Microwave-Assisted Extraction (MAE) yang dalam prosesnya menggunakan
energi, pelarut, dan waktu yang minimum (Hanief, 2013).
Beberapa penelitian terdahulu tentang pengambilan minyak atsiri
contohnya pengambilan minyak akar wangi telah dilakukan dengan
menggunakan metode microwave-assisted extraction. Dimana dari beberapa
penelitian terdahulu tersebut dapat diketahui bahwa metode microwave-
assisted extraction lebih efektif dan efisien apabila dibandingkan dengan

3
metode konvensional. Hal ini dapat dilihat pada ekstraksi minyak akar wangi
yang dilakukan menggunakan metode konvensional (hydrodistillation dan
steam-hydrodistillation) yang dalam prosesnya membutuhkan waktu yang
lama. Pada ekstraksi minyak akar wangi ini digunakan kondisi operasi sebagai
berikut: temperatur 100oC dan tekanan atmosferik (dianggap konstan) dengan
lama waktu penyulingan adalah 6, 8, dan 10 jam. Metode hydrodistillation
mampu menghasilkan rendemen antara 0,2594-0,3411% sedangkan metode
steam-hydrodistillation mampu menghasilkan rendemen 0,2354-0,3112%.
Metode hydrodistillation secara kuantitas menghasilkan rendemen yang lebih
besar daripada metode steam-hydrodistillation, namun metode steam-
hydrodistillation memberikan kualitas (sifat fisik dan kimia) minyak akar
wangi yang lebih baik daripada metode hydrodistillation (Adicahyo, 2010).
Selain itu pada tahun 2013, Hanief juga telah melakukan penelitian
tentang ekstraksi minyak atsiri dari akar wangi menggunakan metode
microwave steam-hydrodistillation dan microwave hydrodistillation. Dengan
menggunakan metode microwave hydrodistillation, rasio 0,1 g/mL, daya 400
W, dan waktu ekstraksi selama 4 jam diperoleh yield 1,02 % lebih kecil
dibandingkan dengan menggunakan metode microwave steam-
hydrodistillation, rasio 0,1 g/mL, daya 400 W, dan waktu selama 4 jam
diperoleh yield 1,35 %. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa minyak
akar wangi yang diekstraksi dengan metode microwave steam-
hydrodistillation memiliki rendemen kumulatif yang lebih tinggi serta sifat
fisik dan kimia yang lebih baik apabila dibandingkan dengan hasil penelitian
terdahulu yang tidak memanfaatkan gelombang mikro (Hanief, 2013).
Selanjutnya pada tahun 2014, Adhiksana telah melakukan penelitian
tentang ekstraksi minyak atsiri dari kayu manis dan kayu cengkeh
menggunakan metode microwave hydrodistillation dan hydrodistillation. Dari
penelitian tersebut dapat dikatakan bahwa metode microwave hydrodistillation
mampu menghasilkan rendemen yang lebih tinggi dengan waktu ekstraksi
yang relatif lebih cepat apabila dibandingkan dengan metode hydrodistillation.
Hal ini dapat dilihat dari lebih besarnya yield yang diperoleh apabila ekstraksi
dilakukan dengan metode microwave hydrodistillation dibandingkan dengan

4
metode hydrodistillation dengan waktu ekstraksi yang sama selama 4 jam.
Minyak kayu manis yang diperoleh dari ekstraksi dengan metode microwave
hydrodistillation memiliki rendemen (0,344-0,90%) yang lebih tinggi dari
ekstraksi dengan metode hydrodistillation (0,20-0,40%). Sedangkan minyak
cengkeh yang diperoleh dari ekstraksi menggunakan metode microwave
hydrodistillation juga memiliki rendemen (2,53-4,09%) yang lebih tinggi dari
ekstraksi dengan metode hydrodistillation (1,69-2,08%).
Penelitian selanjutnya pada tahun 2016a yang telah dilakukan oleh
Kusuma dan Mahfud tentang ekstraksi minyak nilam dengan metode
microwave-assisted hydrodistillation (MAHD), solvent-free microwave
extraction (SFME) dan konvensional (hydrodistillation) juga menunjukkan
bahwa ekstraksi dengan bantuan microwave lebih menguntungkan
dibandingkan dengan metode konvensional, terutama dalam hal waktu. Hal ini
dapat dilihat dari ekstraksi menggunakan metode MAHD yang prosesnya
membutuhkan waktu selama 66 menit dan metode SFME membutuhkan waktu
selama 45 menit. Sedangkan untuk metode konvensional (hydrodistillation)
membutuhkan waktu selama 417 menit. Dimana dengan waktu ekstraksi yang
berbeda-beda tersebut diperoleh yield minyak nilam dari ketiga metode adalah
hampir sama (2,177% untuk MAHD, 2,374% untuk SFME, dan 2,622% untuk
HD konvensional).
Dari beberapa ekstraksi yang telah dilakukan pada penelitian
sebelumnya dengan menggunakan metode microwave hydrodistillation, maka
pada penelitian ini untuk mengoptimalkan proses ekstraksi minyak atsiri akan
digunakan pengembangan dari metode microwave hydrodistillation yaitu
metode microwave air-hydrodistillation. Dimana pada metode microwave air-
hydrodistillation ini secara umum terdiri dari tiga bagian utama yaitu
kompresor yang berfungsi untuk menginjeksikan udara ke dalam distiller yang
berisi matriks (bagian tanaman yang akan diambil minyak atsirinya) dan
pelarut, microwave yang berfungsi sebagai pemanas, dan kondensor yang
berfungsi sebagai sistem pendingin (Chemat dan Cravotto, 2013).
Adanya penambahan aliran udara pada metode microwave air-
hydrodistillation diharapkan dapat meningkatkan yield dan kualitas dari

5
minyak atsiri (minyak akar wangi dan minyak kayu manis) yang diperoleh.
Dimana adanya penambahan aliran udara tersebut diduga berperan dalam
membantu mengoptimalkan proses pengadukan pada saat ekstraksi dan
membawa komponen minyak penting yang berada di dalam membran sel atau
jaringan tanaman yang sulit terdifusi keluar. Hal ini disebabkan karena minyak
akar wangi dan minyak kayu manis termasuk minyak berat yang sulit
terekstrak tanpa adanya penambahan aliran udara.
Penelitian tentang penggunaan metode microwave air-hydrodistillation
telah dilakukan oleh Kusuma dan Mahfud (2016b) dimana dalam penelitiannya
tersebut dilakukan ekstraksi minyak cendana dengan metode microwave air-
hydrodistillation dan metode microwave hydrodistillation, dengan daya 600
W; rasio bahan baku yang akan diekstraksi dan pelarut 0,05 g/mL dan waktu
ekstraksi selama 120 menit. Hasil dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa
ekstraksi minyak cendana dengan metode microwave air-hydrodistillation
lebih cepat dan menghasilkan menghasilkan yield yang lebih banyak. Yield
yang diperoleh dari metode microwave air-hydrodistillation (1,3170 ± 0,0973
%) lebih besar dibandingkan menggunakan metode microwave
hydrodistillation (1,2184 ± 0,1139%). Dengan metode microwave
hydrodistillation membutuhkan waktu 80 menit untuk mendapatkan yield
sebesar 1,1930 ± 0.0404 % sedangkan metode microwave air-hydrodistillation
membutuhkan waktu 40 menit untuk mendapatkan yield yang hampir sama
sebesar 1,1938 ± 0,0979%. Hal tersebut menunjukkan bahwa proses ekstraksi
dengan metode microwave air-hydrodistillation lebih cepat dibandingkan
metode microwave hydrodistillation.
Selain itu pada tahun 2016c Kusuma dan Mahfud juga telah melakukan
minyak nilam menggunakan metode microwave hydrodistillation dan
microwave air-hydrodistillation. Dimana ekstraksi minyak nilam dengan
menggunakan metode microwave air-hydrodistillation prosesnya berjalan
lebih cepat dan menghasilkan yield serta akumulasi recovery yang lebih tinggi
dibandingkan dengan ekstraksi menggunakan metode microwave
hydrodistillation.

6
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan tersebut, maka pada
penelitian ini ekstraksi minyak akar wangi dan kayu manis dilakukan dengan
metode microwave hydrodistillation dan microwave air-hydrodistillation.
Selain itu dalam penelitian ini juga dipelajari parameter yang berpengaruh
terhadap yield dan kualitas dari minyak atsiri (minyak akar wangi dan minyak
kayu manis) yang diperoleh dengan menggunakan metode microwave
hydrodistillation dan microwave air-hydrodistillation, meliputi daya
microwave, lama waktu ekstraksi, rasio antara bahan baku yang akan diekstrak
dengan pelarut, dan laju aliran udara yang digunakan.
1.2 Rumusan Masalah
Penyulingan minyak akar wangi dan kayu manis di Indonesia saat ini
dilakukan dengan menggunakan metode konvensional. Dimana penyulingan
dengan menggunakan metode konvensional ini dalam prosesnya memerlukan
energi yang besar, pelarut dalam jumlah yang banyak, dan waktu yang cukup
lama. Oleh karena itu perlu dipertimbangkan untuk menggunakan teknologi
baru dalam ekstraksi minyak akar wangi dan kayu manis dengan penggunaan
energi, pelarut, dan waktu yang minimum. Dimana pada penelitian ini akan
digunakan metode microwave hydrodistillation dan microwave air-
hydrodistillation untuk ekstraksi minyak akar wangi dan minyak kayu manis.
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Membandingkan proses ekstraksi minyak akar wangi (Vetiveria
zizanoides) dan minyak kayu manis (Cinnamomum verum) dengan
menggunakan metode microwave hydrodistillation dan microwave air-
hydrodistillation.
2. Menentukan kondisi operasi yang optimal (daya microwave, lama waktu
ekstraksi, dan rasio antara bahan baku yang akan diekstrak dengan
pelarut yang digunakan) dari ekstraksi minyak akar wangi (Vetiveria
zizanoides) dan minyak kayu manis (Cinnamomum verum) dengan
menggunakan metode microwave hydrodistillation dan microwave air-
hydrodistillation.

7
3. Membandingkan pengaruh dari ada tidaknya penambahan aliran udara
yang dimasukkan pada metode microwave air-hydrodistillation dengan
metode microwave hydrodistillation terhadap yield dari minyak atsiri
(minyak akar wangi dan minyak kayu manis) yang dihasilkan.
4. Membandingkan kualitas minyak atsiri dari kayu akar wangi (Vetiveria
zizanoides) dan kayu manis (Cinnamomum verum) yang diekstraksi
dengan metode microwave hydrodistillation dan microwave air-
hydrodistillation.
5. Menentukan model kinetika untuk ekstraksi minyak akar wangi (Vetiveria
zizanoides) dan kayu manis (Cinnamomum verum) dengan menggunakan
metode microwave hydrodistillation dan microwave air-hydrodistillation.
1.4 Manfaat Penelitian

Dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, antara lain:


1. Memberikan informasi mengenai proses ekstraksi minyak akar wangi
(Vetiveria zizanoides) dan minyak kayu manis (Cinnamomum verum)
dengan metode microwave hydrodistillation dan microwave air-
hydrodistillation yang tepat dan efektif dalam mendapatkan yield yang
optimal.
2. Sebagai bahan referensi bagi para penyuling minyak akar wangi (Vetiveria
zizanoides) dan minyak kayu manis (Cinnamomum verum) agar dapat
menghasilkan minyak atsiri yang sesuai dengan SNI.
3. Sebagai bahan referensi dan informasi bagi penulis selanjutnya yang
tertarik untuk mengkaji dan meneliti tentang ekstraksi minyak akar wangi
(Vetiveria zizanoides) dan minyak kayu manis (Cinnamomum verum).

8
BAB II
KAJIAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

2.1 Tinjauan Umum Akar Wangi (Vetiveria zizanoides)


2.1.1 Klasifikasi
Spesies : Akar wangi
Nama Inggris : Vetiver (gras), khus, khus-khus
Nama Indonesia : Akar wangi
Nama Lokal : Larasetu (Jawa), usar (sunda)
Kerajaan : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Famili : Poaceae
Genus : Vetiver
Spesies : Vetiveria zizanoides

Gambar 2.1 Tanaman akar wangi (Vetiveria zizanoides)

2.1.2 Deskripsi Tanaman

a. Nama Lokal
Useur (Gayo);hapias ,usar (Batak); akar babau (Minangkabau); akar banda
(Timor); iser, morwastu (Sumatera Utara); usa, urek usa (Makasar); janur,
narawastu, usar (Sunda); dan larasetu, larawastu, rarawestu (Jawa).
b. Morfologi dan penyebarannya
Akar wangi merupakan rumput tegak tahunan dengan tinggi antara 1,50-2,50
m. Batang tegak, lunak, beruas-ruas, dan berwarna putih. Daun tunggal berbentuk
pita, panjang, agak kaku, dan berwarna hijau sebam. Bunga berbentuk bulir tumbuh

9
di ujung batang. Buah berbentuk padi, berduri, dan berwarna putih kotor. Akar
serabut, berwarna kuning, dan mengeluarkan bau wangi yang keras.
c. Kegunaan
Tanaman akar wangi dapat digunakan sebagai pengusir serangga, bahan utama
pembuatan minyak vetiveria (minyak esensial), dan digunakan sebagai bahan
dalam industry kosmetik, parfum, dan sabun mandi. Selain itu, juga dipakai sebagai
obat kumur yang berkhasiat mencegah bau mulut bau badan, sebagai obat gososk
untuk rematik (obat luar), dan bahan arak obat (Utami, 2008). Penyebaran tanaman
akar wangi di Indonesia terdapat dibeberapa daerah, yaitu Jawa Barat, meliputi
Garut, Sukabumi, Bandung, Sumedang, dan Kuningan; Jawa Tengah, meliputi
Wonosobo dan Purwokerto; dan sebagian wilayah Sumatera Utara (Kardinan,
2005).
2.2 Minyak Akar Wangi

2.2.1 Karakteristik Minyak Akar Wangi


Minyak akar wangi merupakan salah satu jenis minyak atsiri bernilai ekonomi
tinggi yang dihasilkan dari tanaman akar wangi (Vetiveria zizanioides). Bagian
tanaman yang mengandung minyak yaitu akar, sedangkan bagian lainnya seperti
batang dan daun tidak mengandung minyak. Rumpun tanaman akar wangi terdiri
atas sejumlah akar-akar halus yang berwarna kuning pucat atau abu-abu sampai
merah tua dan mengandung minyak atsiri yang kental dengan bau halus dan tahan
lama.
Minyak akar wangi merupakan salah satu bahan baku yang penting untuk
parfum. Minyak ini dalam parfum menghasilkan bau kuat yang menyenangkan dan
tahan lama. Namun, jika pemakaiannya berlebihan dapat mengakibatkan kesan bau
woody. Minyak akar wangi baik untuk campuran dengan minyak atsiri lain terutama
minyak cendana, nilam dan mawar. Minyak ini mempunyai aroma yang lembut dan
halus disebabkan oleh senyawa ester, asam vetivenat, vetiveron serta vetiverol yang
saat ini belum dapat dibuat senyawa sintesisnya.
Komponen utama penyusun minyak akar wangi terdiri dari sesquiterpen
hidrokarbon (γ-cadinen, cloven, α-amorphine, aromadendren, junipen, dan turunan
alkoholnya), vetiverol (khusimol, epiglobulol, spathulenol, khusinol, serta turunan

10
karbonilnya), dan vetivon (α-vetivon, β-vetivon, khusimon dan turunan esternya).
Di antara komponen-komponen tersebut, α-vetivon, β-vetivon, dan khusimon
merupakan komponen utama sebagai penentu aroma minyak akar wangi. Ketiga
komponen ini disebut sebagai sidik jari (finger print) minyak akar wangi. Rumus
molekul dari vetivon adalah C15H22O. Komponen penting lainnya adalah vetiverol,
senyawa ini sangat mempengaruhi bilangan ester setelah asetilasi. Rumus molekul
vetiverol adalah C15H24O. Peningkatan kadar vetiverol di dalam minyak akar wangi
sekaligus dapat meningkatkan mutu minyaknya (Mulyono, 2012).
2.2.2 Standar Mutu Minyak Akar Wangi
Standar mutu minyak akar wangi dalam perdagangan internasional belum
seragam, masing-masing negara penghasil dan pengimpor menentukan standar
minyak akar wangi menurut kebutuhan sendiri. Standar mutu minyak akar wangi
Indonesia di tentukan menurut Standar Nasional Indonesia (SNI).
Tabel 2.1. Standar mutu minyak akar wangi menurut Standar Nasioanal Indonesia
(SNI) 06-2386-2006
No. Jenis Uji Persyaratan
1. Keadaan
- Warna Kuning muda – coklat kemerahan
- Bau Khas akar wangi
2. Bobot jenis 0,980 – 1,003
3. Indeks bias 20o C 1,520-1,530
4. Kelarutan dalam etanol 95% 1:1 jernih, seterusnya jernih
5. Bilangan asam 10-35
6. Bilangan ester 5-26
7. Bilangan ester setelah 100-50
asetilasi
8. Vetiverol total, % Minimum 50

11
2.3 Tinjauan Umum Kayu Manis
2.3.1 Klasifikasi
Kerajaan : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Laurales
Famili : Lauraceae
Genus : Cinnamomum
Spesies : Cinnamomum verum

Gambar 2.2. Kayu manis

2.3.2 Deskripsi Tanaman


a. Nama lokal
Kayu manis (Padang)
b. Mofologi
Cinnamomum verum merupakan pohon dengan tinggi mencapai 15 m. Batang
berkayu dan bercabang-cabang. Daun tunggal, berbentuk lanset, warna daun muda
merah pucat, dan setelah tua berwarna hijau. Perbungaan bentuk malai, tumbuh di
ketiak daun, dan berwarna kuning. Buah muda pohon kayu manis berwarna hijau
dan setelah tua berwarna hitam, akar pohon kayu manis bentuknya akar tunggal.
c. Kegunaan
Kayu manis banyak dimanfaatkan sebagai obat tradisional. Kayu manis
digunakan untuk analgesik, stomakik, peluruh kentut (karminatif), dan aroma
(Utami, 2008).

12
2.4 Minyak Kayu Manis
2.4.1 Karakteristik Minyak Kayu Manis
Minyak Atsiri kayu manis dapat diperoleh dari kulit, ranting dan daun. Di
dunia perdagangan kayu manis, produk yang diminta dari minyak kayu manis
didasarkan pada jenis kayu manis dan asal bahan, yaitu cinnamon leaf oil, cinnamon
bark oil, dan cassia oil. Cinnamon leaf oil adalah minyak yang diperoleh dari daun
kayu manis jenis Cinnamomum zeylanicum. Cinnamon bark oil adalah minyak yang
diperoleh dari kulit. Sedangkan cassia oil adalah minyak yang diperoleh dari daun,
ranting dan bubuk kulit kayu manis jenis Cinnamomum burmanni atau
Cinnamomum cassia. Komponen utama yang terkandung dalam minyak kayu
manis adalah eugenol, eceteugenol dan aldehida. Selain itu masih ada kandungan
lain yang menentukan aroma specifik dari kayu manis. Kandungan terbesar dalam
minyak kayu manis adalah eugenol, yaitu sekitar 80-90 %.
Minyak atsiri kayu manis banyak diminta oleh Amerika Serikat dan Eropa
untuk keperluan industri, baik makanan maupun farmasi. Minyak atsiri kayu manis
Cinnamomum cassia banyak diproduksi di Cina, Vietnam dan Taiwan. Indonesia
sendiri memproduksi minyak dari jenis Cainnamomum zeylanicum dan
Cinnamomum burmanni baik dari ranting maupun daun. Kandungan senyawa aktif
minyak atsiri daun kayu manis umumnya adalah L-Linalool 34,40%, 1,8-Cineole
18,18%, dan α Pinene 13,96% (Gusmailina, 2014).
Tabel 2.2 Spesifikasi Minyak Kayu Manis Berdasarkan SNI 06-3734-2006
No Jenis Uji Persyaratan
1. Warna Kuning muda-coklat muda
2. Bau Khas kayu manis
3. Bobot jenis 20o C/ 20o C 1,008-1,030
4. Indeks bias 1,599-1,595
5. Putaran Optik (-5o) s/d (0o)
6. Kadar Sinamaldehid Min. 50%
7. kelarutan dalam alkohol (etanol) (70%) 1:3

13
2.5 Proses Pengambilan Minyak Atsiri
2.5.1 Ekstraksi
Ekstraksi merupakan proses pemisahan bahan padat maupun bahan cair dengan
bantuan pelarut. Pelarut yang digunakan harus dapat mengekstrak substansi yang
diinginkan tanpa melarutkan material lainnya.
Ekstrasi padat-cair atau leaching adalah transfer difusi komponen terlarut dari
padatan inert ke dalam pelarutnya. Ekstrak dari bahan padat dapat dilakukan jika bahan
yang diinginkan dapat larut dalam pelarut pengekstraksi. Ekstraksi tergantung dari
beberapa faktor antara lain: ukuran partikel, jenis zat pelarut, temperatur, dan
pengadukan.
Ekstraksi termasuk proses pemisahan melalui dasar operasi difusi. Secara difusi,
proses pemisahan terjadi karena adanya perpindahan solute, sebagai akibat adanya beda
konsentrasi diantara dua fasa yang saling kontak. Perbedaan konsentrasi yang ada pada
dua fasa disebut gradien konsentrasi. Difusi akan terus terjadi hingga seluruh partikel
tersebar luas secara merata atau mencapai keadaan kesetimbangan dimana perpindahan
molekul tetap terjadi walaupun tidak ada perbedaan konsentrasi. Pada ekstraksi solvent
yang digunakan diharapkan dapat melarutkan solute dengan cukup baik, memiliki
perbedaan titik didih dengan solute yang cukup besar, tidak beracun, tidak bereaksi
secara kimia dengan solute maupun diluen, murah, dan mudah diperoleh (Guenther,
1987).

2.5.2 Metode Destilasi


Destilasi atau penyulingan adalah suatu proses pemisahan komponen-komponen
suatu campuran yang terdiri atas dua jenis campuran atau lebih berdasarkan perbedaan
tekanan uap atau berdasarkan perbedaan titik didih dari komponen-komponen senyawa
tersebut. Dalam industri minyak atsiri dikenal 3 (tiga) macam tipe destilasi berdasarkan
kontak antara uap dan bahan yang akan disuling, yaitu:
1. Destilasi dengan air (Hydro Distillation)
Pada metode ini, bahan yang akan disuling mengalami kontak langsung dengan air
mendidih. Bahan tersebut mengapung di atas air atau terendam secara sempurna
tergantung dari bobot jenis dan jumlah bahan yang disuling. Air dipanaskan dengan
metode pemanasan yang biasa dilakukan, yaitu dengan panas langsung, mantel uap,
pipa uap melingkar tertutup, atau dengan memakai pipa uap melingkar terbuka atau

14
berlubang. Ciri khas dari metode ini ialah kontak langsung antara bahan dengan air
mendidih. Beberapa jenis bahan (misalnya bubuk buah badam, bunga mawar, dan
orange blossoms) harus disuling dengan metode ini, karena bahan harus tercelup dan
bergerak bebas dalam air mendidih. Jika disuling dengan metode uap langsung, bahan
ini akan merekat dan membentuk gumpalan besar yang kompak, sehingga uap tidak
dapat berpenetrasi ke dalam bahan (Guenther, 1987).

Gambar 2.3. Destilasi dengan air (hydro distillation)

2. Destilasi dengan uap dan air (Steam-Hydro Distillation)


Pada metode penyulingan ini, bahan olah diletakkan di atas rak-rak atau saringan
berlubang. Ketel suling diisi dengan air sampai permukaan air berada tidak jauh di
bawah saringan. Air dapat dipanaskan dengan berbagai cara yaitu dengan uap jenuh
yang basah dan bertekanan rendah. Ciri khas dari metode ini adalah:
a. uap selalu dalam keadaan basah, jenuh, dan tidak terlalu panas.
b. bahan yang disuling hanya berhubungan dengan uap dan tidak dengan air panas
(Guenther, 1987).

15
Gambar 2.4. Destilasi dengan uap dan air (steam-hydro distillation)

3. Destilasi dengan uap (Steam Distillation)


Metode ketiga disebut penyulingan uap atau penyulingan uap langsung dan
prinsipnya sama dengan yang telah dibicarakan di atas, kecuali air tidak diisikan dalam
ketel. Uap yang digunakan adalah uap jenuh atau uap terlewat panas pada tekanan lebih
dari 1 atmosfer. Uap dialirkan melalui pipa uap melingkar yang berpori yang terletak
dibawah bahan, dan uap bergerak keatas melalui bahan yang terletak di atas saringan
(Guenther, 1987).
Pada dasarnya tidak ada perbedaan yang mendasar dari ketiga proses penyulingan.
Tetapi bagaimanapun juga dalam prakteknya hasilnya akan berbeda bahkan kadang-
kadang perbedaan ini sangat berarti, karena tergantung pada metode yang dipakai dan
reaksi-reaksi kimia yang terjadi selama berlangsungnya penyulingan (Guenther, 1987).

Gambar 2.5. Destilasi dengan uap (steam distillation)

16
2.6 Gelombang Mikro (Microwave)
2.6.1 Definisi Gelombang Mikro (Microwave)
Gelombang mikro atau microwave merupakan salah satu bentuk energi
elektromagnetik dengan panjang gelombang antara 0,01 hingga 1 meter.
Microwave bekerja dengan melewatkan radiasi gelombang mikro pada molekul air,
lemak, maupun gula yang sering terdapat pada suatu bahan. Molekul-molekul ini
akan menyerap energi elektromagnetik tersebut. Proses penyerapan energi ini
disebut sebagai pemanasan dielektrik (dielectric heating). Molekul-molekul pada
suatu bahan bersifat elektrik dipol (electric dipoles), artinya molekul tersebut
memiliki muatan negatif pada satu sisi dan muatan positif pada sisi yang lain.
Akibatnya, dengan kehadiran medan elektrik yang berubah-ubah yang diinduksikan
melalui gelombang mikro pada masing-masing sisi akan berputar untuk saling
mensejajarkan diri satu sama lain. Pergerakan molekul ini akan menciptakan panas
seiring dengan timbulnya gesekan antara molekul yang satu dengan molekul lainnya.
Energi panas yang dihasilkan oleh peristiwa inilah yang berfungsi sebagai agen
pemanasan bahan di dalam dapur microwave (Kingston, 1997).
Dalam microwave terdapat sebuah tabung vakum elektronik yang disebut
magnetron yang menghasilkan pancaran gelombang radio yang sangat pendek
(microwave). Gelombang tersebut dipancarkan ke sebuah kincir yang terbuat dari
logam yang disebut "stirrer" atau pengaduk. Stirrer ini berputar selama magnetron
memancarkan gelombang radio sehingga gelombang radio tersebut terpancarkan
dan terdistribusi secara merata ke dalam ruang masak dari microwave. Dalam ruang
masak, gelombang microwave yang sudah didistribusikan akan mengubah arah
molekul-molekul dari suatu bahan (terutama air). Perubahan tersebut terjadi dengan
sangat cepat yaitu sekitar 2450 megahertz atau 2,45 milyar siklus perdetik.
Perubahan yang sedemikian cepat inilah yang kemudian menimbulkan panas yang
akhirnya memasak bahan tersebut. Microwave memasak bahan dengan cepat
karena panas langsung ditimbulkan di dalam bahan itu sendiri, berbeda dengan oven
konvensional yang cuma memanaskan dinding tempat bahan dan udara di
sekitarnya.

17
2.6.2 Mekanisme Pemanasan dengan Gelombang Mikro (Microwave)
Proses pemanasan dengan gelombang mikro melibatkan agitasi molekul
polar atau ion yang bergetar di bawah pengaruh medan magnet atau listrik yang
bergetar. Dalam medan yang bergetar, partikel-partikel berusaha untuk
mengorientasi diri agar menjadi sefasa. Gerakan partikel-partikel dibatasi oleh gaya
dalam partikel yang menghasilkan gerakan acak hingga akhirnya menghasilkan
panas.
Respon berbagai material terhadap radiasi gelombang mikro beragam dan
tidak semua material dapat mengalami pemanasan oleh gelombang mikro, hanya
material yang mengabsorpsi radiasi gelombang mikro saja yang sesuai dengan
microwave chemistry.
Radiasi gelombang mikro memiliki frekuensi yang sesuai (0,3-30 GHz) untuk
mengosilasi partikel polar dan bernilai cukup besar untuk interaksi intermolekul. Di
samping itu, energi foton gelombang mikro relatif sangat rendah (0,037 kkal/mol)
apabila dibandingkan dengan energi yang dibutuhkan untuk memutuskan ikatan
molekul (80-120 kkal/mol). Oleh karena itu, eksitasi molekul dengan gelombang
mikro tidak mempengaruhi struktur molekul. Interaksi yang terjadi murni kinetik.
2.7 Penyulingan dengan Microwave (Microwave-assisted Extraction)
Pada penyulingan dengan microwave, bahan yang akan diekstrak ditempatkan
di dalam labu yang terbuat dari gelas atau plastik dengan tujuan agar dapat ditembus
oleh radiasi microwave. Pelarut atau bahan kemudian akan menyerap radiasi
tersebut hingga mencapai kelenjar glandular bahan tanaman di dalam dinding sel.
Peristiwa ini menimbulkan panas sehingga dinding sel akan pecah dan minyak atsiri
di dalamnya dapat bebas keluar.
Adanya kandungan air di dalam bahan tanaman dan juga adanya panas akibat
menyerap energi elektromagnetik menyebabkan sebagian minyak atsiri akan larut
dalam air yang terdapat dalam kelenjar tanaman. Campuran minyak dalam air
kemudian akan berdifusi keluar dengan proses osmosis melalui selaput membran
hingga nantinya sampai di permukaan bahan untuk selanjutnya akan menguap.
Difusi minyak atsiri dan air yang melalui membran tanaman inilah yang disebut
proses hidrodifusi.

18
Gambar 2.6. Skema peralatan microwave-assisted hydrodistillation
2.8 Parameter Minyak Atsiri
Beberapa parameter yang biasanya dijadikan standar untuk mengenali
kualitas minyak atsiri meliputi:
1. Berat Jenis
Berat jenis merupakan salah satu kriteria penting dalam menentukan mutu dan
kemurnian minyak atsiri. Nilai berat jenis minyak atsiri didefinisikan sebagai
perbandingan antara berat minyak dengan berat air pada volume air yang sama
dengan volume minyak pada yang sama pula. Berat jenis sering dihubungkan
dengan fraksi berat komponen-komponen yang terkandung didalamnya. Semakin
besar fraksi berat yang terkandung dalam minyak, maka semakin besar pula nilai
densitasnya. Biasanya berat jenis komponen terpen teroksigenasi lebih besar
dibandingka n dengan terpen tak teroksigenasi (Sastrohamidjojo, 2004).
2. Kelarutan dalam Alkohol
Telah diketahui bahwa alkohol merupakan gugus OH. Karena alkohol dapat
larut dengan minyak atsiri maka pada komposisi minyak atsiri yang dihasilkan
tersebut terdapat komponen-komponen terpen teroksigenasi. Hal ini sesuai dengan
pernyataan Guenther (1987) bahwa kelarutan minyak dalam alkohol ditentukan
oleh jenis komponen kimia yang terkandung dalam minyak. Pada umumnya minyak
atsiri yang mengandung persenyawaan terpen teroksigenasi lebih mudah larut
daripada yang mengandung terpen. Makin tinggi kandungan terpen makin rendah
daya larutnya atau makin sukar larut, karena senyawa terpen tak teroksigenasi

19
merupakan senyawa non-polar yang tidak mempunyai gugus fungsional. Hal ini
dapat disimpulkan bahwa semakin kecil kelarutan minyak atsiri pada alkohol
(biasanya alkohol 90%) maka kualitas minyak atsirinya semakin baik
(Sastrohamidjojo, 2004).
2.9 Pemodelan Kinetika pada Proses Ekstraksi
Pada penelitian ini pemodelan kinetika untuk ekstraksi minyak nilam dan
minyak cendana dengan menggunakan metode microwave hydrodistillation dan
microwave air-hydrodistillation dilakukan menggunakan model orde satu dan orde
dua. Dimana nantinya dapat diketahui model kinetika yang sesuai dengan hasil
eksperimen untuk ekstraksi minyak nilam dan minyak cendana dengan
menggunakan metode microwave hydrodistillation dan microwave air-
hydrodistillation.
2.9.1 Model Kinetika Orde Satu
Persamaan kinetika orde satu menurut Lagergren (Lagergren, 1898; Reddad et
al., 2002; Ho, 2004) dapat ditulis dalam bentuk diferensial sebagai berikut:
𝑑𝐶𝑡
= 𝑘1 (𝐶𝑆 − 𝐶𝑡 ) (1)
𝑑𝑡
dimana k1 (min-1) adalah konstanta laju ekstraksi untuk orde satu dan t (min)
adalah waktu ekstraksi.
Selanjutnya Persamaan (1) diintegrasikan dengan menggunakan kondisi batas
Ct = 0 pada t = 0 dan Ct = Ct pada t = t:
𝐶𝑠
ln = 𝑘1 𝑡 (2)
𝐶𝑠− 𝐶𝑡

Persamaan (2) yang telah diperoleh tersebut dapat diubah menjadi bentuk
linier sebagai berikut:
1 𝑘
log (𝐶𝑆 − 𝐶𝑡 ) = log(𝐶𝑠 ) − 2,303 𝑡 (3)

Kemudian dibuat plot antara log (CS – Ct) dengan t untuk mendapatkan slope
dan intercept yang nantinya dapat digunakan untuk menentukan nilai konstanta laju
ekstraksi untuk orde satu (k1) dan nilai kapasitas ekstraksi (C S).
2.9.2 Model Kinetika Orde Dua
Persamaan kinetika orde dua untuk laju ekstraksi menurut Ho et al. (2005)
dapat dituliskan sebagai berikut:

20
𝑑𝐶𝑡
= 𝑘2 (𝐶𝑆 − 𝐶𝑡 )2 (4)
𝑑𝑡
dimana k2 (L g-1 min-1) adalah konstanta laju ekstraksi untuk orde dua. Dengan
melakukan pengelompokan variabel pada Persamaan (4) didapatkan:
𝑑𝐶𝑡
(𝐶𝑠 −𝐶𝑡 )2
= 𝑘2𝑑𝑡 (5)

Selanjutnya Persamaan (8) dapat diperoleh dengan cara mengintegrasikan


Persamaan (5) menggunakan kondisi batas Ct = 0 pada t = 0 dan Ct = Ct pada t = t
dan dengan melakukan penataan ulang sebagai berikut:
1 1
(Cs
− C = k2t (6)
−C ) t s

𝐶𝑠
𝐶𝑡 = 𝐶𝑆 − (7)
1+𝐶𝑠 𝑘2 𝑡

Cs 2 k2 t
Ct = (8)
1+Cs k2 t

Persamaan (8) adalah hukum laju ekstraksi terintegrasi untuk orde dua dan
dapat diubah lagi menjadi bentuk linier sebagai berikut:
t 1 t
= + (9)
Ct k2 Cs 2 Cs

Laju ekstraksi (Ct/t) dapat diperoleh dari Persamaan (10) sebagai berikut:
Ct 1
= 2
(1⁄k2 Cs )+(t⁄Cs )
(10)
t

dan laju awal ekstraksi h, dengan Ct = t ketika t mendekati 0, dapat didefinisikan


sebagai:

h = k 2 Cs 2 (11)
Persamaan (8) dapat diubah lagi sehingga akhirnya didapatkan:
t t 1
= + (12)
Ct Cs h

Laju awal ekstraksi h, kapasitas ekstraksi Cs, dan konstanta laju ekstraksi untuk
orde dua k2 dapat ditentukan secara eksperimental dari slope dan intercept dengan
cara membuat plot antara t/Ct dengan t.

21
2.10 Penelitian Terdahulu

Bahan yang Kondiri Yield Referensi


diestrak Operasi yang
digunakan
Akar wangi T = 100oC, t = 6, Hydrodistillation = Adicahyo dan
(Vetiveria 8, 10 jam 0,2594-0,3411% Harry, 2010
zizanoides) Tekanan = Steam-hydrodistillation
dianggap konstan = 0,2354-0,3112%
F/S = 0,033 g/ml
Akar wangi t = 2 jam, Pw = Microwave hydro- Hanief dan
(Vetiveria 400 W, F/S = distillation = 0,55% Mushawwir,
zizanoides) 0,111 g/ml 2013
t = 2 jam, Pw = Microwave steam-hydro
499 W, F/S = distillation = 0,29 %
0,111 g/ml
Kayu manis Pw = 600 W, t = Microwave hydro- Adhiksana,
(Cinnamomum 120 menit, distillation = 0,90% 2014
verum) t = 4 jam, T = Hydrodistillation =
110oC 0,40%
Nilam Pw = 400 W, t = Microwave hydro- Kusuma, 2016
(Pogestemon 120 menit, distillation = 1,4075%
cablin Benth) Pw = 400 W, t = Microwave air-
120 menit, aliran hydrodistillation =
udara = 5,0 2,2561%
L/menit

22
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Rancangan Penelitian


Bahan yang digunakan adalah akar wangi (Vetiveria zizanoides) dan kayu
manis (Cinnamomum verum). Metode yang digunakan adalah microwave
hydrodistillation dan microwave air-hydrodistillation. Metode microwave
hydrodistillation merupakan kombinasi antara sistem penyulingan dengan air
(hydrodistillation) dan penggunaan microwave sebagai pemanas. Sedangkan pada
metode microwave air-hydrodistillation secara umum terdiri dari tiga bagian utama
yaitu kompresor yang berfungsi untuk menginjeksikan udara ke dalam distiller
yang berisi matriks (bagian tanaman yang akan diambil minyak atsirinya) dan
pelarut, microwave sebagai pemanas, dan kondensor sebagai sistem pendingin.
Pada ekstraksi dengan kedua metode tersebut digunakan pelarut akuades.
Dalam ekstraksi dengan metode microwave hydrodistillation dan microwave
air-hydrodistillation, uap yang dihasilkan kemudian dikondensasikan sehingga
menghasilkan destilat yang terdiri atas fase heksana dan fase air. Destilat yang
terdiri atas fase heksana dan fase air tersebut selanjutnya dipisahkan dengan
menggunakan corong pemisah. Setelah dipisahkan, campuran heksana dengan
minyak atsiri yang diperoleh kemudian diuapkan untuk menghilangkan heksana.
Minyak atsiri yang telah dipisahkan dari heksana tersebut lalu disimpan pada
temperatur 4oC sampai minyak dianalisa (Ferhat et al., 2006).
3.2 Bahan dan Alat
3.2.1 Bahan
1. Akar wangi (Vetiveria zizanoides)
Akar wangi yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari Jogja, dalam
kering, bentuknya serbuk dan cacah.
2. Kayu manis (Cinnamomum verum)
Kayu manis yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari Jogja dalam
keadaan kering dan bentuknya serbuk.
3. Akuades

23
Akuades dalam penelitian ini digunakan sebagai solvent untuk metode
microwave hydrodistillation dan microwave air-hydrodistillation. Sedangkan
air yang digunakan pada kondensor untuk proses pendinginan adalah air
PDAM.
4. Heksana
Spesifikasi n-heksana:
n-heksana yang digunakan pada penelitian ini bermerk FULLTIME dengan
kadar 95,0% (CAS No. 110-54-3)
3.2.2 Peralatan yang Digunakan
3.2.2.1 Peralatan untuk Metode Microwave Hydrodistillation

Gambar 3.1. Skema alat untuk ekstraksi minyak akar wangi dan minyak kayu
manis dengan menggunakan metode microwave hydrodistillation
Deskripsi peralatan:
Skema peralatan untuk metode microwave hydrodistillation dapat dilihat pada
Gambar 3.1. Peralatan utama terdiri dari microwave dan distiller yang terbuat dari
labu alas bulat leher dua Pyrex yang dilengkapi konektor three way, kondensor
liebig, adaptor, dan corong pemisah. Spesifikasi peralatan utama adalah sebagai
berikut:

24
o Distiller yang digunakan terbuat dari labu alas bulat leher dua Pyrex dengan
ukuran 1 liter
o Microwave yang digunakan Electrolux model EMM-2308X dengan spesifikasi
sebagai berikut:
• Daya maksimum : 800 W
• Tegangan 220 V, Daya 1250 W
• Frekuensi Magnetron 2450 MHz (2,45 GHz)
• Dimensi Microwave: Panjang = 48,5 cm, Lebar = 37,0 cm, dan Tinggi = 29,25
cm
3.2.2.2 Peralatan untuk Metode Microwave Air-Hydrodistillation

Gambar 3.2. Skema alat untuk ekstraksi minyak akar wangi dan minyak kayu
manis dengan menggunakan metode microwave air-hydrodistillation
Deskripsi peralatan:
Skema peralatan untuk metode microwave air-hydrodistillation dapat dilihat pada
Gambar 3.2. Peralatan utama terdiri dari microwave dan distiller yang terbuat dari
labu alas bulat leher tiga Pyrex yang dilengkapi konektor three way, kondensor
liebig, adaptor, corong pemisah, dan sparger yang berfungsi untuk mengalirkan
aliran udara dari kompresor yang lajunya diatur menggunakan flowmeter.
Spesifikasi peralatan utama adalah sebagai berikut:

25
o Distiller yang digunakan terbuat dari labu alas bulat leher tiga Pyrex dengan
ukuran 1 liter
o Microwave yang digunakan Electrolux model EMM-2308X dengan spesifikasi
sebagai berikut:
• Daya maksimum : 800 W
• Tegangan 220 V, Daya 1250 W
• Frekuensi Magnetron 2450 MHz (2,45 GHz)
• Dimensi Microwave: Panjang = 48,5 cm, Lebar = 37,0 cm, dan Tinggi =
29,25 cm
o Flowmeter yang digunakan memiliki rentang antara 0,1 L/min sampai 10
L/min
o Air compressor yang digunakan Melzer model AS06 dengan spesifikasi
sebagai berikut:
• Electric motor : 1/4HP 220 V – 240 V 50/60Hz
• Max. Pressure : 3,5 bar (50 psi)
• Total weight : 4,5 kg
• Dimensi air compressor: Panjang = 25,0, Lebar = 12,5 cm, dan Tinggi =
17,0 cm
3.3 Prosedur Penelitian
3.3.1 Metode Microwave Hydrodistillation
1. Menimbang bahan baku sesuai dengan rasio bahan baku terhadap solvent yang
telah ditentukan
2. Melakukan instalasi alat ekstraksi (Gambar 3.1)
3. Memasukkan bahan baku yang telah ditimbang pada distiller dan
menambahkan pelarut (akuades) sebanyak 200 mL
4. Mengalirkan air pada sistem pendingin (kondensor liebig)
5. Menyalakan microwave agar distiller yang telah terisi bahan baku dan pelarut
mendapatkan paparan radiasi microwave sesuai kondisi operasi dan variabel
penelitian
6. Menunggu sampai tetes pertama keluar dari adaptor
7. Menghitung waktu ekstraksi mulai tetes pertama keluar dari adaptor
8. Menghentikan proses ekstraksi setelah 2 jam

26
9. Memisahkan heksana dan minyak dari air dengan menggunakan corong
pemisah
10. Menguapakan heksana dari minyak
11. Menimbang minyak atsiri yang diperoleh dengan menggunakan neraca analitik
12. Menyimpan minyak atsiri dalam botol vial pada temperatur 4o C
13. Melakukan analisa terhadap minyak atsiri yang dihasilkan
3.3.2 Metode Microwave Air-Hydrodistillation
1. Menimbang bahan baku sesuai dengan rasio bahan baku terhadap solvent yang
telah ditentukan
2. Melakukan instalasi alat ekstraksi (Gambar 3.2)
3. Memasukkan bahan baku yang telah ditimbang pada distiller dan
menambahkan pelarut (akuades) sebanyak 200 mL
4. Mengalirkan air pada sistem pendingin (kondensor liebig)
5. Menyalakan kompresor untuk menambahkan aliran udara pada distiller yang
telah terisi bahan baku dan pelarut
6. Mengatur laju aliran udara sesuai dengan kondisi operasi dan variabel
penelitian yang telah ditentukan menggunakan flowmeter
7. Menyalakan microwave agar distiller yang telah terisi bahan baku dan pelarut
mendapatkan paparan radiasi microwave sesuai kondisi operasi dan variabel
penelitian
8. Menunggu sampai tetes pertama keluar dari adaptor
9. Menghitung waktu ekstraksi mulai tetes pertama keluar dari adaptor
10. Menghentikan proses ekstraksi setelah 2 jam
11. Memisahkan heksana dan minyak dari air dengan menggunakan corong
pemisah
12. Menguapkan heksana dari minyak
13. Menimbang minyak atsiri yang diperoleh dengan menggunakan neraca analitik
14. Menyimpan minyak atsiri dalam botol vial pada temperatur 4 oC
15. Melakukan analisa terhadap minyak atsiri yang dihasilkan

27
3.4 Diagram Prosedur Penelitian

Bahan baku

Pembersihan dan pemotongan

akar wangi dan kayu manis


dalam bentuk serbuk dan
Penimbangan
cacahan

Penyulingan Pelarut akuades

Air pendingin Air pendingin


Kondensasi
masuk keluar
Essential oil + heksana + air

Pemisahan Air

Essential oil + heksana

Penguapan Heksana

Minyak atsiri
(Essential oil)

Penyimpanan pada suhu 4oC

Analisa

Gambar 3.3. Diagram prosedur penelitian untuk ekstraksi minyak akar wangi dan
minyak kayu manis dengan menggunakan metode microwave hydrodistillation

28
Bahan baku

Pembersihan dan pemotongan

Akar wangi dan kayu manis


dalam bentuk serbuk dan
Penimbangan cacahan

Aliran udara Penyulingan Pelarut akuades


(air flow)

Air pendingin Air pendingin


Kondensasi
masuk keluar

Essential oil + heksana + air

Pemisahan Air

Essential oil + heksana

Penguapan Heksana

Minyak atsiri
(Essential oil)

Penyimpanan pada suhu 4oC

Analisa

Gambar 3.4. Diagram alir penelitian untuk ekstraksi minyak akar wangi dan
minyak kayu manis dengan menggunakan metode microwave air-hydrodistillation

29
3.5 Kondisi Operasi dan Variabel Penelitian
3.5.1 Kondisi Operasi
Metode microwave hydrodistillation dan microwave air-hydrodistillation
a. Tekanan atmosferik
b. Volume pelarut 200 mL
3.5.2 Variabel Penelitian
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Metode destilasi: microwave hydrodistillation dan microwave air-
hydrodistillation.
b. Daya microwave: 300 W, 450 W, 600 W, dan 800 W.
c. Rasio bahan baku terhadap solvent: 0,3; 0,4; 0,5; dan 0,6 g/mL.
d. Laju aliran udara: 0,6 dan 1,2 L/min.
e. Ukuran bahan baku: serbuk, 1 cm, 2 cm
f. Waktu ekstraksi untuk metode microwave hydrodistillation dan microwave
air-hydrodistillation: 1, 2, 3 jam.
3.6 Besaran yang Diukur dan Analisa terhadap Minyak Atsiri
Adapun beberapa besaran dan analisa yang dilakukan terhadap minyak akar wangi
dan minyak kayu manis yang diperoleh antara lain:
1. Pengukuran yield minyak atsiri
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑚𝑖𝑛𝑦𝑎𝑘 𝑎𝑡𝑠𝑖𝑟𝑖 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖ℎ𝑎𝑠𝑖𝑙𝑘𝑎𝑛
𝑌𝑖𝑒𝑙𝑑 = ×100%
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑏𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑏𝑎𝑘𝑢 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑔𝑢𝑛𝑎𝑘𝑎𝑛
2. Minyak akar wangi (Vetiveria zizanoides) dan kayu manis (Cinnamomum
verum) dianalisa komposisinya dengan menggunakan GC-MS.
3. Penetapan sifat fisik:
a. Analisa berat jenis dengan menggunakan piknometer
b. Analisa kelarutan dalam alkohol
4. Analisa morfologi permukaan dari sampel dengan menggunakan Scanning
Electron Microscopy (SEM)

30
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada penelitian ini dilakukan ekstraksi minyak akar wangi dan minyak kayu
manis dengan metode microwave hydrodistillation dan microwave air-
hydrodistillation. Pada penelitian ini juga dipelajari adanya pengaruh dari beberapa
parameter pada ekstraksi minyak akar wangi dan kayu manis dengan metode
microwave hydrodistillation dan microwave air-hydrodistillation. Dimana
parameter yang berpengaruh terhadap yield dan kualitas dari minyak atsiri (minyak
akar wangi dan minyak kayu manis) yang diperoleh menggunakan metode
microwave hydrodistillation dan microwave air-hydrodistillation, meliputi daya
microwave, rasio antara bahan baku yang akan diekstrak dengan pelarut (F/S), laju
aliran udara dan pengaruh ukuran bahan.
4.1 Mekanisme Pemanasan Dengan Gelombang Mikro (Microwave)
Proses pemanasan dengan gelombang mikro melibatkan molekul polar atau ion
yang bergetar di bawah pengaruh medan magnet atau listrik yang bergetar. Dalam
medan yang bergetar, partikel-partikel berusaha untuk mengorientasi diri agar
menjadi sefasa. Gerakan partikel-partikel dibatasi oleh gaya dalam partikel yang
menghasilkan gerakan acak hingga akhirnya menghasilkan panas.
Dalam proses konvensional, panas ditransfer melalui konveksi dan konduksi
sedangkan pada penyulingan dengan microwave, bahan yang akan diekstrak
ditempatkan di dalam labu yang terbuat dari gelas atau plastik dengan tujuan agar
dapat ditembus oleh radiasi microwave. Pelarut atau bahan kemudian akan
menyerap radiasi tersebut hingga mencapai kelenjar glandular bahan tanaman di
dalam dinding sel. Peristiwa ini menimbulkan panas sehingga dinding sel akan
pecah dan minyak atsiri di dalamnya dapat bebas keluar.
Adanya kandungan air di dalam bahan tanaman dan juga adanya panas akibat
menyerap energi elektromagnetik menyebabkan sebagian minyak atsiri akan larut
dalam air yang terdapat dalam kelenjar tanaman. Campuran minyak dalam air
kemudian akan berdifusi keluar dengan proses osmosis melalui selaput membran
hingga nantinya sampai di permukaan bahan untuk selanjutnya akan menguap.

31
Difusi minyak atsiri dan air yang melalui membran tanaman inilah yang disebut
proses hidrodifusi.
Perpindahan massa (mass transfer) adalah ekstraksi zat terlarut dari bahan
tanaman. Proses perpidahan massa meliputi:
1. Penetrasi pelarut ke dalam padatan
2. Proses pelarutan solute (zat terlarut) dari matriks
3. Difusi kepermukaan
4. Transfer eksternal ke pelarut.
4.2. Parameter yang Berpengaruh pada Ekstraksi Minyak Akar Wangi dan
Minyak Kayu Manis dengan Metode Microwave Hydrodistillation dan
Microwave Air-Hydrodistillation
4.2.1. Pengaruh Daya Microwave terhadap Yield Minyak Akar Wangi dan
Minyak Kayu Manis
Daya adalah banyaknya energi yang dihantarkan per satuan waktu
(Joule/sekon). Daya dalam proses ekstraksi memiliki pengaruh terhadap yield
minyak akar wangi dan kayu manis yang dihasilkan. Selain itu juga dapat diketahui
bahwa daya dalam ekstraksi menggunakan microwave akan mengontrol besarnya
energi yang akan diterima oleh bahan tanaman untuk dirubah menjadi energi panas.
Energi panas inilah yang membantu proses keluarnya minyak atsiri dari bahan
tanaman atau sample. Daya microwave yang digunakan dalam proses ekstraksi
menggunakan metode microwave hydrodistillation dan microwave air-
hydrodistillation sangat terkait dengan temperatur proses, dimana semakin besar
daya yang digunakan maka temperatur sistem pada proses ekstraksi akan semakin
cepat mencapai titik didih dari pelarut yang digunakan. Dengan semakin cepatnya
mencapai titik didih dari pelarut inilah yang akhirnya menyebabkan meningkatnya
perolehan yield minyak atsiri. Selain itu pada ekstraksi dengan metode microwave
hydrodistillation dan microwave air-hydrodistillation, daya microwave juga
berperan sebagai driving force untuk memecah struktur membran sel tanaman
sehingga minyak dapat terdifusi keluar dan larut dalam pelarut. Sehingga
penambahan daya microwave secara umum akan meningkatkan yield dan
mempercepat waktu ekstraksi (Liang et al., 2008).

32
Semakin besar daya microwave yang digunakan maka molekul-molekul
polar dalam bahan ketika terpapar radiasi microwave akan mengalami rotasi yang
semakin cepat (gerakan osilasi dan saling bertumbukan) dan menghasilkan energi
kalor (panas) yang terdeteksi dari peningkatan temperatur. Dimana dengan semakin
besarnya daya microwave yang digunakan maka energi yang dihasilkan juga akan
semakin besar. Hal ini dapat digambarkan menggunakan persamaan berikut:
𝐸
P = 𝑡 dimana E = Q = m.Cp.ΔT

Sehingga dapat dilihat bahwa P ≈ E ≈ ΔT (daya sebanding dengan energi dan


peningkatan temperatur). Untuk dapat lebih memahami hal tersebut, maka dapat
dilihat dari profil waktu-temperatur untuk masing-masing daya yang digunakan
dalam proses ekstraksi pada Gambar 4.1.

110
100
90
80
70
60 300 W
Suhu

50 450 W
40 600 W
30 800 W
20
10
0
0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30 32
Waktu (menit)

(a)

33
110
100
90
80
70
60 300 W
Suhu

50 450 W
40 600 W
30 800 W
20
10
0
0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30 32
Waktu (menit)

(b)
Gambar 4.1.Profil waktu-suhu untuk berbagai daya microwave dengan bahan
akar wangi kering berukuran 1 cm: (a) menggunakan metode microwave
hydrodistillation, dan rasio F/S 0,3 g/ml, (b) menggunakan metode microwave
air-hydrodistillation dan rasio F/S 0,3 g/ml

0.60

0.50

0.40
Yield (%)

0.30

0.20 0,4 g/mL


0,5 g/mL
0.10 0,6 g/mL

0.00
250 300 350 400 450 500 550 600 650
Daya (Watt)

(a)

34
1.40
MHD (0 L/min)
1.20 MAHD (0,6 L/min)
MAHD (1,2 L/min)
Yield (%) 1.00

0.80

0.60

0.40

0.20

0.00
300 450 600
Daya (Watt)

(b)
Gambar 4.2. Pengaruh daya microwave terhadap yield minyak akar wangi yang
diperoleh dengan metode: (a) microwave hydrodistillation, ukuran 2 cm, dan
waktu ekstraksi 1 jam, (b) metode microwave hydrodistillation dan microwave
air-hydrodistillation, ukuran serbuk, dan waktu ekstraksi 2 jam
Berdasarkan Gambar 4.2(a) secara umum dapat dilihat adanya peningkatan
yield minyak akar wangi yang diperoleh dengan metode microwave
hydrodistillation seiring dengan naiknya daya microwave yang diberikan. Dimana
semakin besar daya microwave yang diberikan, maka yield minyak akar wangi yang
dihasilkan juga semakin besar. Selain itu juga pada Gambar 4.2(a) dapat dilihat
bahwa daya microwave yang optimum untuk ekstraksi minyak akar wangi
menggunakan metode microwave hydrodistillation adalah 600 W. Fenomena yang
terjadi pada ekstraksi minyak akar wangi ini juga didukung oleh penelitian yang
telah dilakukan oleh Kusuma (2016). Dimana pada penelitian yang telah dilakukan
oleh Kusuma (2016) juga dapat dilihat bahwa daya optimum pada ekstraksi minyak
nilam dan cendana menggunakan metode microwave hydrodistillation dan
microwave air-hydrodistillation adalah 600 W. Selain itu pada penelitian tersebut
juga dapat dilihat bahwa apabila ekstraksi minyak cendana dan minyak nilam
dengan menggunakan metode microwave hydrodistillation dan microwave air-
hydrodistillation dilakukan menggunakan daya microwave sebesar 264 dan 400 W

35
diperoleh yield minyak nilam dan minyak cendana yang lebih sedikit apabila
dibandingkan dengan daya microwave sebesar 600 W.
Sedangkan pada gambar 4.2(b) secara umum dapat dilihat adanya peningkatan
yield minyak akar wangi yang diperoleh dengan metode microwave
hydrodistillation dan microwave air-hydrodistillation seiring dengan naiknya daya
microwave yang diberikan. Dimana semakin besar daya microwave yang diberikan,
maka yield minyak akar wangi yang dihasilkan juga semakin besar. Selain itu juga
pada Gambar 4.2(b) dapat dilihat bahwa daya microwave yang optimum untuk
ekstraksi minyak akar wangi menggunakan metode microwave hydrodistillation
dan microwave air-hydrodistillation adalah 600 W. Fenomena yang terjadi pada
ekstraksi akar wangi manis menggunakan metode microwave hydrodistillation dan
microwave air- hydrodistillation ini juga seperti yang ditunjukkan pada ekstraksi
minyak akar wangi menggunakan metode microwave hydrodistillation.

1.8000

1.6000

1.4000

1.2000
Yield (%)

1.0000

0.8000
0,3 g/mL
0.6000 0,4 g/mL
0.4000 0,5 g/mL
0.2000 0,6 g/mL

0.0000
200 250 300 350 400 450 500 550 600 650 700
Daya (Watt)

(a)

36
1.80

1.60

1.40
Yield (%)

1.20 MHD (0 L/min)


MAHD (0,6 L/min)
1.00
MAHD (1,2 L/min)

0.80

0.60
0 200 400 600 800
Daya Watt

(b)
Gambar 4.3. Pengaruh daya microwave terhadap yield minyak kayu manis yang
berukuran serbuk diperoleh dengan metode: (a) metode microwave
hydrodistillation, (b) microwave hydrodistillation dan microwave air-
hydrodistillation
Berdasarkan Gambar 4.3(a) dan 4.3(b) dapat dilihat bahwa ada kecenderungan
peningkatan yield minyak kayu manis yang diperoleh dengan metode microwave
hydrodistillation dan microwave air-hydrodistillation seiring dengan kenaikan
daya microwave yang diberikan. Akan tetapi pada Gambar 4.3(a) juga dapat dilihat
bahwa daya microwave yang optimum untuk ekstraksi minyak kayu manis
menggunakan metode microwave hydrodistillation adalah 450 W. Hal ini
mengingat bahwa pada ekstraksi minyak kayu manis menggunakan daya
microwave sebesar 600 W hanya terjadi peningkatan yield yang cukup signifikan
pada rasio bahan terhadap pelarut sebesar 0,5 g/mL. Sedangkan pada ekstraksi
minyak kayu manis menggunakan daya microwave sebesar 600 W dengan rasio
bahan terhadap pelarut sebesar 0,3; 0,4 dan 0,6 g/mL menunjukkan perolehan yield
yang cenderung lebih kecil apabila dibandingkan dengan daya microwave sebesar
450 W. Salah satu faktor yang mungkin dapat menyebabkan berkurangnya atau
menurunnya yield pada daya 600 W adalah terjadinya degradasi pada bahan dan
komponen minyak atsiri. Hal ini didukung oleh penelitian yang telah dilakukan
oleh Kusuma dan Mahfud (2016). Dimana pada penelitian yang telah dilakukan

37
oleh Kusuma dan Mahfud (2016) juga dapat dilihat bahwa daya optimum pada
ekstraksi minyak cendana menggunakan metode microwave hydrodistillation
adalah 600 W. Selain itu pada penelitian tersebut juga dapat dilihat bahwa apabila
ekstraksi minyak cendana dengan metode microwave hydrodistillation dilakukan
menggunakan daya microwave sebesar 800 W diperoleh yield minyak cendana
yang lebih sedikit apabila dibandingkan dengan daya microwave sebesar 600 W.
Sedangkan pada Gambar 4.3(b) juga dapat dilihat bahwa daya microwave yang
optimum untuk ekstraksi minyak kayu manis menggunakan metode microwave
hydrodistillation dan microwave air-hydrodistillation adalah 450 W. Hal ini
mengingat bahwa secara umum pada ekstraksi minyak kayu manis menggunakan
daya microwave sebesar 600 W hanya terjadi peningkatan yield yang sangat kecil
pada metode microwave hydrodistillation dengan aliran udara sebesar 0 L/min.
Sedangkan pada ekstraksi minyak kayu manis menggunakan daya microwave
sebesar 600 W dengan metode microwave air-hydrodistillation dan aliran udara
sebesar 0,6 dan 1,2 L/min menunjukkan perolehan yield yang cenderung lebih kecil
apabila dibandingkan dengan daya microwave sebesar 450 W. Fenomena yang
terjadi pada ekstraksi minyak kayu manis menggunakan metode microwave air-
hydrodistillation ini juga seperti yang ditunjukkan pada ekstraksi minyak kayu
manis menggunakan metode microwave hydrodistillation.
4.2.2. Pengaruh Rasio antara Bahan Baku dengan Pelarut terhadap Yield
Minyak Akar Wangi dan Minyak Kayu Manis
Pada ekstraksi minyak akar wangi dan minyak kayu manis dengan metode
microwave hydrodistillation dan microwave air-hydrodistillation digunakan
variabel rasio massa bahan terhadap pelarut sebesar 0,3; 0,4; 0,5; 0,6 g/mL untuk
kemudian ditempatkan di dalam distiller yang bervolume 1000 mL dengan pelarut
sebanyak 200 mL untuk akar wangi dan 50 mL untuk kayu manis. Adapun pengaruh
rasio massa bahan dengan pelarut terhadap yield untuk akar wangi dapat dilihat
pada Gambar 4.4 dan untuk kayu manis dapat dilihat pada Gambar 4.5.

38
0.80

0.70

0.60

0.50
Yield (%)

0.40

0.30
1 Jam
0.20
2 jam
0.10 3 jam
0.00
0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7
Rasio F/S (g/mL)

(a)

1.60

1.40

1.20
MHD (0 L/menit)
1.00
Yield (%)

MAHD (0,6 L/menit)


0.80
MAHD (1,2 L/menit)
0.60

0.40

0.20

0.00
0.3 0.4 0.5
Rasio F/S (g/mL)

(b)
Gambar 4.4. Pengaruh rasio antara bahan baku dengan pelarut terhadap yield
minyak akar wangi berukuran serbuk yang diperoleh dengan: (a) metode
microwave hydrodistillation dengan waktu ekstraksi 1, 2, dan 3 jam, (b) metode
microwave hydrodistillation dan microwave air-hydrodistillation dan waktu
ekstraksi 3 jam
Berdasarkan Gambar 4.4(a), secara umum dapat dilihat adanya penurunan yield
minyak akar wangi yang diperoleh dengan metode microwave hydrodistillation
seiring dengan bertambahnya rasio bahan terhadap pelarut (F/S) yang diberikan.

39
Dimana semakin besar rasio bahan terhadap pelarut (F/S) yang diberikan, maka
yield minyak akar wangi yang dihasilkan juga semakin kecil. Akan tetapi pada
Gambar 4.4(a) juga dapat dilihat bahwa rasio bahan terhadap pelarut yang optimum
untuk waktu ekstraksi 1, 2, 3 jam sebesar 0,3 g/mL. Fenomena ini dapat
dimungkinkan karena dengan rasio bahan terhadap pelarut (F/S) yang semakin
besar dapat menyebabkan terjadinya kepadatan bahan yang terlalu tinggi dan tidak
merata yang dapat menyebabkan terbentuknya jalur uap “rat holes” yang dapat
menurunkan yield dan mutu minyak atsiri (Guenther, 1987). Selain itu dengan
semakin besarnya kepadatan bahan juga mengakibatkan laju penyulingan atau
penguapan minyak atsiri akan menjadi semakin lambat.
Fenomena yang terjadi pada ekstraksi minyak akar wangi ini didukung oleh
penelitian yang telah dilakukan oleh Kusuma dan Mahfud (2016). Dimana pada
penelitian ekstraksi minyak kayu cendana dengan metode microwave
hydrodistillation yang telah dilakukan oleh Kusuma dan Mahfud (2016) dapat
dilihat bahwa semakin besar rasio bahan terhadap pelarut (F/S) yang digunakan
menyebabkan yield minyak cendana yang dihasilkan juga semakin kecil. Pada
ekstraksi minyak cendana dengan metode microwave hydrodistillation tersebut,
rasio bahan terhadap pelarut (F/S) yang optimum adalah 0,10 g/mL. Selain itu pada
penelitian tersebut juga dapat dilihat bahwa apabila ekstraksi minyak cendana
dengan metode microwave hydrodistillation dilakukan menggunakan rasio bahan
terhadap pelarut (F/S) yang lebih besar dari 0,10 g/mL (0,15 dan 0,20 g/mL) maka
yield minyak cendana yang diperoleh menjadi lebih sedikit apabila dibandingkan
dengan rasio bahan terhadap pelarut (F/S) sebesar 0,10 g/mL.
Sedangkan pada Gambar 4.4(b) secara umum dapat dilihat adanya penurunan
yield minyak akar wangi yang diperoleh dengan metode microwave
hydrodistillation dan microwave air-hydrodistillation seiring dengan
bertambahnya rasio bahan terhadap pelarut (F/S) yang diberikan. Dimana semakin
besar rasio bahan terhadap pelarut (F/S) yang diberikan, maka yield minyak akar
wangi yang dihasilkan juga semakin kecil. Akan tetapi pada Gambar 4.4(b) juga
dapat dilihat bahwa penurunan yield minyak akar wangi yang diperoleh
menggunakan metode microwave hydrodistillation dengan aliran udara 0 L/min dan
metode microwave air-hydrodistillation dengan aliran udara 0,6 dan 1,2 L/min

40
tidak signifikan. Maksud dari tidak signifikan ini adalah ekstraksi dengan metode
microwave hydrodistillation dan microwave air-hydrodistillation dengan rasio
sebesar 0,4 dan 0,5 g/mL seharusnya memiliki yield yang lebih kecil 2 kali lipat
dibandingkan dengan rasio 0,3 g/mL.

1.7
1.6
1.5
1.4
1.3
Yield (%)

1.2
1.1
300 W
1
450 W
0.9
0.8 600 W
0.7
0.6
0.5
0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7
F/S ratio (g/mL)

(a)
1.8

1.6

1.4
Yield (%)

1.2 MHD (0 L/min)


MAHD (0,6 L/min)
1
MAHD (1,2 L/min)

0.8

0.6
0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7
F/S ratio (g/mL)

(b)
Gambar 4.5. Pengaruh rasio antara bahan baku dengan pelarut terhadap yield
minyak kayu manis berukuran serbuk yang diperoleh dengan: (a) metode

41
microwave hydrodistillation, (b) microwave hydrodistillation dan microwave air-
hydrodistillation
Berdasarkan Gambar 4.5(a) dapat dilihat bahwa ada kecenderungan
peningkatan yield minyak kayu manis yang diperoleh dengan metode microwave
hydrodistillation seiring dengan bertambahnya rasio bahan terhadap pelarut (F/S)
yang diberikan. Selain itu pada gambar 4.5(a) juga dapat dilihat bahwa rasio bahan
terhadap pelarut (F/S) yang optimum untuk ekstraksi minyak kayu manis
menggunakan metode microwave hydrodistillation adalah 0,6 g/mL. Fenomena
yang terjadi pada ekstraksi minyak kayu manis ini dimungkinkan karena kondisi
bahan baku yang dimasukkan dalam labu destilasi (distiller) tidak terlalu padat
sehingga pelarut masih bisa mengekstrak bahan secara sempurna.
Sedangkan berdasarkan gambar 4.5(b) juga dapat dilihat bahwa ada
kecenderungan peningkatan yield minyak kayu manis yang diperoleh dengan
metode microwave hydrodistillation (0 L/min) dan microwave air-hydrodistillation
(0,6 dan 1,2 L/min) seiring dengan bertambahnya rasio bahan terhadap pelarut (F/S)
yang diberikan. Akan tetapi pada Gambar 4.5(b) juga dapat dilihat bahwa pada
ekstraksi minyak kayu manis menggunakan rasio 0,6 g/mL dengan metode
microwave air-hydrodistillation, aliran udara sebesar 0,6 dan 1,2 L/min
menunjukkan perolehan yield yang cenderung lebih kecil apabila dibandingkan
dengan rasio bahan terhadap pelarut (F/S) sebesar 0,5 g/mL. Fenomena yang terjadi
pada ekstraksi minyak kayu manis menggunakan metode microwave
hydrodistillation dan microwave air- hydrodistillation ini juga seperti yang
ditunjukkan pada ekstraksi minyak akar wangi menggunakan metode microwave
hydrodistillation.
4.2.3. Pengaruh Penambahan Aliran Udara pada Metode Microwave Air-
Hydrodistillation terhadap Yield Minyak Akar Wangi dan Minyak Kayu Manis
Dalam penelitian ini digunakan metode microwave hydrodistillation dan
microwave air-hydrodistillation yang bertujuan untuk membandingkan yield dan
mutu minyak atsiri (minyak akar wangi dan kayu manis) yang diperoleh dan
mempelajari pengaruh penambahan aliran udara pada metode microwave air-
hydrodistillation. Untuk dapat membandingkan yield minyak akar wangi dan minyak
kayu manis yang diperoleh dengan metode microwave hydrodistillation dan

42
microwave air-hydrodistillation, maka pada penelitian ini digunakan data ekstraksi
minyak akar wangi dan minyak kayu manis pada rasio antara bahan terhadap pelarut
(F/S) tertentu untuk berbagai daya microwave.
A. Pengaruh Penambahan Aliran Udara pada Metode Microwave Air-
Hydrodistillation terhadap Yield Minyak Akar Wangi
Pada ekstraksi minyak akar wangi, secara umum dapat dilihat bahwa yield
minyak akar wangi yang diperoleh dengan menggunakan metode microwave air-
hydrodistillation (0,6 dan 1,2 L/min) lebih tinggi apabila dibandingkan dengan
menggunakan metode microwave hydrodistillation (0 L/min). Perbandingan yield
minyak akar wangi yang diperoleh menggunakan metode microwave
hydrodistillation dan microwave air-hydrodistillation pada berbagai daya
microwave dapat dilihat pada Gambar 4.6(a) dan 4.6(b). Berdasarkan Gambar
4.6(a) dan 4.6(b) dapat dilihat bahwa dengan semakin bertambahnya laju aliran
udara yang digunakan, maka yield minyak akar wangi yang diperoleh juga akan
semakin meningkat.
1.20

1.00

0.80
Yield (%)

0.60

0.40 300 W
450 W
0.20 600 W

0.00
0.00 0.20 0.40 0.60 0.80 1.00 1.20 1.40
Aliran udara (L/min)

(a)

43
1.20

1.00

0.80
Yield (%)

0,3 g/mL
0.60
0,4 g/mL

0.40 0,5 g/mL


0,6 g/mL
0.20

0.00
0.00 0.20 0.40 0.60 0.80 1.00 1.20 1.40
Aliran udara (L/min)

(b)
Gambar 4.6. Pengaruh laju aliran udara terhadap yield minyak akar wangi
berukuran 1cm : (a) waktu ekstraksi 2 jam, (b) waktu ekstraksi 1 jam.
B. Pengaruh Penambahan Aliran Udara pada Metode Microwave Air-
Hydrodistillation terhadap Yield Minyak Kayu Manis
Pada ekstraksi minyak kayu manis secara umum dapat dilihat bahwa yield
minyak kayu manis yang diperoleh dengan menggunakan metode microwave air-
hydrodistillation (0,6 dan 1,2 L/min) juga lebih tinggi apabila dibandingkan dengan
menggunakan metode microwave hydrodistillation (0 L/min). Perbandingan yield
minyak kayu manis yang diperoleh menggunakan metode microwave
hydrodistillation dan microwave air-hydrodistillation pada berbagai daya
microwave dan berbagai rasio dapat dilihat pada Gambar 4.7(a) dan 4.7(b).
Akan tetapi pada gambar 4.7(a) secara umum dapat dilihat bahwa yield minyak
kayu manis yang diperoleh dengan menggunakan metode microwave air-
hydrodistillation (0,6 dan 1,2 L/min ) juga lebih tinggi apabila dibandingkan dengan
menggunakan metode microwave hydrodistillation (0 L/min). Namun pada daya
microwave 600 W dengan aliran udara sebesar 0,6 dan 1,2 L/min menunjukkan
perolehan yield yang lebih kecil apabila dibandingkan dengan daya microwave 450
W. Hal ini dapat dimungkinkan karena dengan daya microwave yang semakin besar
dapat menyebabkan terjadinya penguapan pelarut yang semakin cepat sehingga
pelarut tidak bisa mengekstrak bahan secara sempurna dan menyebabkan perolehan

44
minyak atsiri semakin sedikit. Adanya penambahan aliran udara juga berpengaruh
terhadap yield minyak kayu manis. Dimana adanya penambahan aliran udara pada
penelitian ini tidak hanya dapat memberikan yield minyak kayu manis yang lebih
tinggi akan tetapi juga diduga menyebabkan penguapan pelarut yang semakin cepat
sehingga pelarut tidak bisa mengekstrak bahan secara sempurna hal ini
menyebabkan perolehan minyak kayu manis semakin sedikit.
Sedangkan pada Gambar 4.7(b) dapat dilihat bahwa ada kecenderungan
peningkatan yield minyak kayu manis yang diperoleh dengan metode microwave
hydrodistillation (0 L/min) dan microwave air-hydrodistillation (0,6 dan 1,2
L/min) seiring dengan bertambahnya aliran udara yang diberikan. Selain itu pada
Gambar 4.7(b) menunjukkan bahwa rasio sebesar 0,5 g/mL dengan aliran udara
sebesar 0,6 dan 1,2 L/min menunjukkan perolehan yield yang cenderung lebih kecil
apabila dibandingkan dengan rasio bahan terhadap pelarut (F/S) sebesar 0,4 g/mL.
Fenomena yang terjadi pada ekstraksi minyak kayu manis ini dimungkinkan karena
kondisi bahan baku yang dimasukkan dalam labu destilasi (distiller) terlalu padat
sehingga pelarut tidak bisa mengekstrak bahan secara sempurna.
1.8
1.7
1.6
1.5
1.4
Yield(%)

1.3 300 W
1.2 450 W
1.1 600 W
1
0.9
0.8
0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2 1.4
Laju aliran udra L/min

(a)

45
1.8000

1.6000

1.4000
yield (%)

1.2000 0,3 g/mL


0,4 g/mL
1.0000
0,5 g/mL

0.8000

0.6000
0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2 1.4
Laju aliran udara L/min

(b)
Gambar 4.7. Pengaruh laju aliran udara terhadap yield minyak kayu manis
berukuran serbuk yang diekstraksi pada :(a) dengan berbagai daya microwave, (b)
berbagai rasio antara akar wangi dengan akuades (F/S)
Fenomena yang terjadi pada ekstraksi minyak akar wangi dan minyak kayu
manis ini juga seperti yang ditunjukkan pada ekstraksi minyak nilam dengan
metode microwave hydrodistillation dan microwave air-hydrodistillation yang
telah dilakukan oleh Kusuma dan Mahfud (2017). Dimana pada penelitian yang
telah dilakukan oleh Kusuma dan Mahfud (2017) tersebut secara umum dapat
dilihat bahwa yield minyak nilam yang diperoleh menggunakan metode microwave
air-hydrodistillation akan semakin meningkat seiring dengan semakin besarnya
laju udara yang diberikan. Selain itu dari penelitian tersebut juga dapat dilihat
adanya laju aliran udara yang optimum. Dimana laju aliran udara sebesar 1,5 L/min
pada ekstraksi minyak nilam menggunakan metode microwave air-
hydrodistillation menunjukkan kenaikan yield yang signifikan apabila
dibandingkan dengan metode microwave hydrodistillation. Hal inilah yang
kemudian menyebabkan pada penelitian ini digunakan laju aliran udara sebesar 0,6
dan 1,2 L/min untuk ekstraksi minyak akar wangi dan minyak kayu manis.
Metode microwave air-hydrodistillation menghasilkan yield minyak akar
wangi dan minyak kayu manis yang lebih tinggi apabila dibandingkan dengan
metode microwave hydrodistillation, karena adanya aliran udara akan membantu

46
mengoptimalkan proses pengadukan pada saat ekstraksi. Dimana proses
pengadukan ini berpengaruh secara langsung terhadap proses perpindahan massa
pada fase pelarut. Hal inilah yang kemudian menyebabkan kesetimbangan antara
fase cairan dan uap pada ekstraksi minyak nilam dan minyak cendana yang
diperoleh dengan menggunakan metode microwave air-hydrodistillation dapat
tercapai lebih cepat apabila dibandingkan dengan yang diperoleh menggunakan
metode microwave hydrodistillation (Chemat dan Cravotto, 2013).
Selain itu, adanya aliran udara diduga juga berperan dalam membantu
membawa komponen minyak penting yang berada di dalam membran sel atau
jaringan tanaman yang sulit terdifusi keluar. Hal ini disebabkan karena minyak akar
wangi dan minyak kayu manis termasuk minyak berat yang dimana terdapat
beberapa komponen fraksi berat yang sulit terekstrak tanpa adanya penambahan
aliran udara. Sehingga adanya aliran udara pada metode microwave air-
hydrodistillation juga dapat dikatakan berfungsi sebagai medium perpindahan bagi
komponen minyak atsiri yang terdapat dalam bahan untuk menguap. Dimana hal
tersebut berdampak pada peningkatan yield minyak akar wangi dan minyak kayu
manis yang diperoleh.

4.2.4. Pengaruh Ukuran Bahan terhadap Yield Minyak Akar Wangi


Pada penelitian ini ukuran bahan (akar wangi) yang digunakan adalah serbuk,
±1 cm, dan ±2 cm. Adapun pengaruh ukuran bahan terhadap yield minyak akar
wangi yang diperoleh dengan metode microwave hydrodistillation dan microwave
air-hydrodistillation dapat dilihat pada Gambar 4.7.

47
3.00

2.50

2.00
Yield (%)

1.50
MHD

1.00 MAHD (1.2 L/min)

0.50

0.00
Serbuk 1 cm 2 cm
Material size

Gambar 4.8. Pengaruh ukuran bahan terhadap yield minyak akar wangi yang
diekstraksi pada daya 300 W, rasio antara akar wangi dengan akuades (F/S)
sebesar 0,3 g/mL dan waktu ekstraksi selama 3 jam
Berdasarkan Gambar 4.7 secara umum dapat dilihat bahwa yield minyak akar
wangi yang diperoleh dengan metode microwave hydrodistillation dan microwave
air-hydrodistillation untuk ukuran serbuk lebih tinggi apabila dibandingkan dengan
yang berukuran ±1 cm dan ±2 cm. Hal ini dapat disebabkan karena semakin kecil
ukuran dari bahan yang diekstrak dapat menyebabkan penetrasi dari gelombang
mikro (microwave) menjadi lebih efektif. Dimana dengan semakin efektifnya
penetrasi dari gelombang mikro (microwave) pada bahan yang berukuran semakin
kecil inilah yang kemudian menyebabkan efisiensi ekstraksi menjadi meningkat
(Huie, 2002). Sehingga pada penelitian ini dapat dikatakan bahwa ukuran optimum
untuk esktraksi minyak akar wangi dengan metode microwave hydrodistillation dan
microwave air-hydrodistillation adalah akar wangi yang berbentuk serbuk.

4.3. Hasil Recovery pada Ekstraksi Minyak Akar Wangi dan Minyak Kayu
Mnis dengan Metode Microwave Hydrodistillation dan Microwave Air-
Hydrodistillation
Dalam penelitian ini dilakukan perhitungan recovery untuk mengetahui
seberapa besar pengaruh penggunaan aliran udara pada metode microwave air-
hydrodistillation dalam mengekstrak sejumlah besar kandungan minyak atsiri yang

48
terdapat dalam akar wangi dan kayu manis apabila dibandingkan dengan metode
microwave hydrodistillation. Nilai akumulasi recovery dapat diperoleh dengan cara
membandingkan yield minyak atsiri (minyak akar wangi dan minyak kayu manis)
yang didapatkan dari masing-masing metode yang digunakan dengan yield minyak
atsiri (minyak akar wangi dan minyak kayu manis) yang didapatkan dari metode
Soxhlet. Untuk yield minyak akar wangi ukuran serbuk dan 1 cm yang diperoleh
dengan menggunakan metode Soxhlet memiliki nilai sebesar 0,8569% dan 0,9460.
Sedangkan yield minyak kayu manis yang diperoleh dengan menggunakan metode
Soxhlet memiliki nilai sebesar 1,0940%.
100
90
80
70
Recovery (%)

60
50
MHD (0 L/min)
40
MAHD (0,6 L/min)
30
20
10
0
200 300 400 500 600 700
Daya (Watt)

Gambar 4.9. Akumulasi recovery dari minyak akar wangi ukuran serbuk yang
diperoleh dengan metode microwave hydrodistillation dan microwave air-
hydrodistillation dengan laju aliran udara 0,6 L/min dan 1,2 L/min (rasio antara
daun nilam dengan akuades sebesar 0,3 g/mL)

49
100
90
80
70
Recovery (%)

60
50
MHD (0 L/min)
40
MAHD (0,6 L/min)
30
20
10
0
200 300 400 500 600 700
Daya (Watt)

Gambar 4.10. Akumulasi recovery dari minyak akar wangi ukuran 1 cm yang
diperoleh dengan metode microwave hydrodistillation dan microwave air-
hydrodistillation dengan laju aliran udara 0,6 L/min (rasio antara daun nilam
dengan akuades sebesar 0,3 g/mL)
Ekstraksi minyak akar wangi dengan menggunakan metode microwave
hydrodistillation dan microwave air-hydrodistillation menghasilkan akumulasi
recovery minyak atsiri (ukuran serbuk dan 1 cm) yang hampir sama (Gambar 4.9
dan 4.10). Nilai akumulasi recovery untuk ekstraksi akar wangi dengan
menggunakan metode microwave hydrodistillation dan microwave air-
hydrodistillation dapat dilihat pada Lampiran B. Dari Lampiran B dapat dilihat
bahwa akumulasi recovery tertinggi untuk ekstraksi minyak akar wangi ukuran
serbuk dan 1 cm dengan menggunakan metode microwave hydrodistillation adalah
sebesar 78,1116% dan 45,0597%. Nilai akumulasi recovery tertinggi untuk metode
microwave hydrodistillation tersebut diperoleh ketika ekstraksi minyak akar wangi
dilakukan menggunakan daya 600 W dan rasio antara akar wangi dengan akuades
sebesar 0,3 g/mL. Sedangkan nilai akumulasi recovery tertinggi untuk minyak akar
wangi ukuran serbuk dan 1 cm yang diperoleh dengan metode microwave air-
hydrodistillation adalah sebesar 98,9186% dan 91,8315%. Dimana nilai akumulasi
recovery tertinggi untuk metode microwave air-hydrodistillation tersebut diperoleh
ketika ekstraksi minyak nilam dilakukan menggunakan daya 600 W, rasio antara

50
daun nilam dengan akuades sebesar 0,3 g/mL, dan dengan laju aliran udara 1,2
L/min.

120

100

80
Recovery (%)

60
MHD (0 L/min)

40 MAHD (0,6 L/min)

20

0
200 300 400 500 600 700
Daya (Watt)

Gambar 4.11. Akumulasi recovery dari minyak kayu manis yang diperoleh
dengan metode microwave hydrodistillation dan microwave air-hydrodistillation
dengan laju aliran udara 0,6 L/min (rasio antara daun nilam dengan akuades
sebesar 0,3 g/mL)

Ekstraksi minyak kayu manis dengan menggunakan metode microwave


hydrodistillation dan microwave air-hydrodistillation menghasilkan akumulasi
recovery minyak atsiri yang hampir sama (Gambar 4.11). Nilai akumulasi recovery
untuk ekstraksi kayu manis dengan menggunakan metode microwave
hydrodistillation dan microwave air-hydrodistillation dapat dilihat pada Lampiran
B. Dari Lampiran B dapat dilihat bahwa akumulasi recovery tertinggi untuk
ekstraksi minyak kayu manis dengan menggunakan metode microwave
hydrodistillation adalah sebesar 75,0254%. Nilai akumulasi recovery tertinggi
untuk metode microwave hydrodistillation tersebut diperoleh ketika ekstraksi
minyak akar wangi dilakukan menggunakan daya 600 W dan rasio antara kayu
manis dengan akuades sebesar 0,3 g/mL. Sedangkan nilai akumulasi recovery
tertinggi yang diperoleh dengan metode microwave air-hydrodistillation adalah
sebesar 96,3620%. Dimana nilai akumulasi recovery tertinggi untuk metode

51
microwave air-hydrodistillation tersebut diperoleh ketika ekstraksi minyak akar
wangi dilakukan menggunakan daya 600 W, rasio antara daun nilam dengan
akuades sebesar 0,3 g/mL, dan dengan laju aliran udara 1,2 L/min.
4.4. Pemodelan Kinetika pada Ekstraksi Minyak Akar Wangi dan Minyak
Kayu Manis dengan Metode Microwave Hydrodistillation dan Microwave Air-
Hydrodistillation
A. Pemodelan Kinetika pada Ekstraksi Minyak Akar Wangi dengan Metode
Microwave Hydrodistillation dan Microwave Air-Hydrodistillation.
Pada ekstraksi minyak akar wangi menggunakan metode microwave
hydrodistillation dan microwave air-hydrodistillation, dapat dilihat bahwa yield
minyak akar wangi yang diperoleh akan meningkat secara cepat di awal dan
kemudian akan semakin menurun seiring dengan semakin lamanya waktu ekstraksi.
Perubahan yield minyak akar wangi yang diperoleh dapat ditunjukkan dengan cara
membuat plot antara yield dengan waktu ekstraksi. Hal ini selanjutnya digunakan
untuk mengetahui serta mempelajari model kinetika pada ekstraksi minyak akar
wangi menggunakan metode microwave hydrodistillation dan microwave air-
hydrodistillation.
Untuk mempelajari model kinetika orde satu pada ekstraksi minyak akar wangi
yang menggunakan metode microwave hydrodistillation dan microwave air-
hydrodistillation dengan laju aliran udara 1,2 L/min, maka dapat dilakukan dengan
cara membuat plot antara log (CS – Ct) dengan t. Selanjutnya dilakukan linierisasi
terhadap plot tersebut untuk mendapatkan slope dan intercept yang nantinya dapat
digunakan untuk menentukan nilai k1, CS, dan koefisien determinasi (R2). Secara
umum dari Tabel 4.1 dapat dilihat bahwa pada model kinetika orde satu untuk
ekstraksi minyak akar wangi menggunakan metode microwave hydrodistillation
dan microwave air-hydrodistillation dengan laju aliran udara 1,2 L/min memiliki
nilai koefisien determinasi (R2) yang lebih rendah dibandingkan orde dua. Sehingga
dapat dikatakan bahwa model kinetika orde satu kurang dapat merepresentasikan
secara baik hasil eksperimen dari ekstraksi minyak akar wangi yang menggunakan
metode microwave hydrodistillation dan microwave air-hydrodistillation. Hal ini
juga didukung oleh Ho dan Mckay (1999) yang menyatakan bahwa tidak semua
proses dapat dijelaskan secara baik dengan model kinetika orde satu. Selain itu

52
Covelo et al. (2004) juga menyatakan bahwa model kinetika orde satu hanya dapat
merepresentasikan secara baik proses yang hanya mempunyai satu mekanisme.
Tabel 4.1. Linierisasi model kinetika orde satu dari ekstraksi minyak akar wangi
yang diperoleh dengan metode microwave hydrodistillation dan microwave air-
hydrodistillation dengan laju aliran udara 1,2 L/min (daya microwave 450 W;
rasio antara daun akar wangi dengan akuades sebesar 0,4 g/mL)

Metode K CS
Metode Minyak Intercep 2
perhitun Slope* -1 -1 R*
ekstraksi atsiri min t* gL
gan

Minyak akar
Regresi -0,011 k1 =
wangi(orde 0,1193 1,3161 0,8348
linier 0,0253
Microwave 1)
air-
hydrodistill
ation Minyak akar
Regresi k2 =
wangi(orde 0,6529 13,56 1,5316 0,9868
linier 0,0314
2)

Minyak akar
Regresi k1 =
wangi(orde -0,009 0,0149 1,0349 0,9157
linier 0,0207
1)
Microwave
hydro-
distillation
Minyak akar
Regresi 0,7941 k2 = 32,542
wangi(orde 1,2593 0,9938
linier 0,0194
2)

53
1.20

1.00

0.80
Yield (%)

0.60

0.40 Exp
First-order
0.20 Second-order

0.00
0 50 100 150 200
Time (min)

(a)

1.60

1.40

1.20

1.00
Yield (%)

0.80

0.60 Exp
0.40 First-order

0.20 Second-order

0.00
0 50 100 150 200
Time (min)

(b)
Gambar 4.12. Perbandingan antara model kinetika orde satu dan orde dua dengan
hasil eksperimen pada ekstraksi minyak akar wangi yang diperoleh dengan
metode: (a) microwave hydrodistillation dan (b) microwave air-hydrodistillation
dengan laju aliran udara 1,2 L/min (daya microwave 450 W dan rasio antara daun
nilam dengan akuades sebesar 0,4 g/mL)

54
B. Pemodelan Kinetika pada Ekstraksi Minyak kayu manis dengan Metode
Microwave Hydrodistillation dan Microwave Air-Hydrodistillation.
Pada ekstraksi minyak kayu manis menggunakan metode microwave
hydrodistillation dan microwave air-hydrodistillation, dapat dilihat bahwa yield
minyak kayu manis yang diperoleh akan meningkat secara cepat di awal dan
kemudian akan semakin menurun seiring dengan semakin lamanya waktu ekstraksi.
Perubahan yield minyak kayu manis yang diperoleh dapat ditunjukkan dengan cara
membuat plot antara yield dengan waktu ekstraksi. Hal ini selanjutnya digunakan
untuk mengetahui serta mempelajari model kinetika pada ekstraksi minyak akar
wangi menggunakan metode microwave hydrodistillation dan microwave air-
hydrodistillation.
Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya untuk mempelajari model kinetika
orde satu pada ekstraksi minyak kayu manis yang menggunakan metode
microwave hydrodistillation dan microwave air-hydrodistillation dengan laju aliran
udara 1,2 L/min, maka dapat dilakukan dengan cara membuat plot antara log (CS –
Ct) dengan t. Selanjutnya dilakukan linierisasi terhadap plot tersebut untuk
mendapatkan slope dan intercept yang nantinya dapat digunakan untuk menentukan
nilai k1, CS, dan koefisien determinasi (R2). Secara umum dari Tabel 4.1 dapat
dilihat bahwa pada model kinetika orde satu untuk ekstraksi minyak akar wangi
menggunakan metode microwave hydrodistillation dan microwave air-
hydrodistillation dengan laju aliran udara 1,2 L/min memiliki nilai koefisien
determinasi (R2) yang lebih rendah dibandingkan orde dua. Sehingga dapat
dikatakan bahwa model kinetika orde satu kurang dapat merepresentasikan secara
baik hasil eksperimen dari ekstraksi minyak akar wangi yang menggunakan metode
microwave hydrodistillation dan microwave air-hydrodistillation.

55
Tabel 4.2. Linierisasi model kinetika orde satu dari ekstraksi minyak kayu manis
yang diperoleh dengan metode microwave hydrodistillation dan microwave air-
hydrodistillation dengan laju aliran udara 1,2 L/min (daya microwave 450 W;
rasio antara daun akar wangi dengan akuades sebesar 0,4 g/mL)

Metode Minyak Metode K CS


Slope* -1
Intercept* R2*
ekstraksi atsiri perhitungan min g L-1

Minyak
kayu
Regresi linier -0,0132 k1= 0,0304 -0,3848 0,4123 0,9545
manis
Microwave (orde 1)
hydrodistillation Minyak
kayu
Regresi linier 1,1474 k2= 0,1827 7,2061 0,8715 0,9999
manis
(orde 2)

Minyak
kayu
Regresi linier -0,0083 k1= 0,0191 -0,1472 0,7125 0,931
manis
Microwave Air- (orde 1)
hydrodistillation Minyak
kayu 10,816
Regresi linier 0,7659 k2= 0,0542 1,3057 0,9989
manis
(orde 2)

0.90
0.80
0.70
0.60
Yield (%)

0.50
0.40
0.30 Exp
First-order
0.20
Second-order
0.10
0.00
0 50 100 150 200
Time (min)

(a)

56
1.40

1.20

1.00
Yield (%)

0.80

0.60
Exp
0.40
First-order
0.20 Second-order

0.00
0 50 100 150 200
Time (min)

(b)
Gambar 4.13. Perbandingan antara model kinetika orde satu dan orde dua dengan
hasil eksperimen pada ekstraksi minyak kayu manis yang diperoleh dengan
metode: (a) microwave hydrodistillation dan (b) microwave air-hydrodistillation
dengan laju aliran udara 1,2 L/min (daya microwave 450 W dan rasio antara daun
nilam dengan akuades sebesar 0,4 g/mL)

4.5. Hasil Analisa Properti Fisik dan Kimia Minyak Atsiri Akar Wangi dan
Kayu manis
Dalam penentuan kualitas dari minyak atsiri akar wangi dan kayu manis yang
diperoleh dengan menggunakan metode microwave hydrodistillation dan microwave
air-hydrodistillation, maka perlu dilakukan pengujian terhadap sifat fisik dan kimia
dari minyak atsiri yang telah diperoleh tersebut. Pengujian terhadap sifat fisik dari
minyak akar wangi dan kayu manis yang diperoleh dengan menggunakan metode
microwave hydrodistillation dan microwave air-hydrodistillation dapat dilakukan
dengan cara menentukan berat jenis dan kelarutannya. Sedangkan pengujian
terhadap sifat kimia dari minyak akar wangi dan kayu manis dapat dilakukan
dengan cara mengidentifikasi komposisi senyawa yang terdapat pada minyak atsiri
menggunakan GC-MS yang akan dibahas lebih lanjut di Sub-bab 4.3. Selain dapat
digunakan untuk memperoleh gambaran tentang kemurnian dan kualitas dari
minyak atsiri, dengan cara membandingkan hasil analisa sifat fisik dan kimia
dengan data standar mutu ini juga dapat digunakan untuk mengetahui ada atau
tidaknya pemalsuan terhadap minyak atsiri (Guenther, 1990).

57
Berdasarkan hasil analisa sifat fisik dari minyak akar wangi yang diperoleh
dengan menggunakan metode microwave hydrodistillation dan microwave air-
hydrodistillation yang dapat dilihat pada Tabel 4.1, maka secara umum dapat dapat
dikatakan bahwa kelarutan dari minyak akar wangi yang diperoleh tersebut telah
sesuai dengan SNI 06-2386-2006 dan ISO 4716:2002.Minyak akar wangi larut
dalam ethanol 95%. Sedangkan berat jenisnya masih belum memenuhi standart SNI
06-2386-2006 namun sudah memenuhi standart ISO 4716:2002.
Tabel 4.3 Hasil Analisa Properti Fisik Minyak Atsiri Akar Wangi
Property SNI 06-2386- ISO Hasil Ekstraksi
Fisik 2006 4716:2002 MHD MAHD
Kelarutan Maks 1 : 2 1 : 1 (alkohol 95%)
1:1 1 : 1 (alkohol 95%)
dalam (alkohol 80%) 1 : 1 (alkohol 80%)
(alkohol 95%) 1 : 2 (alkohol 80%)
alkohol
Berat Jenis
1,019
pada suhu 0,980 – 1,003 0,980-1,020
(Campuran MHD dan MAHD)
20oC

Berdasarkan hasil analisa sifat fisik dari minyak kayu manis yang diperoleh
dengan menggunakan metode microwave hydrodistillation dan microwave air-
hydrodistillation yang dapat dilihat pada Tabel 4.2, maka secara umum dapat dapat
dikatakan bahwa kelarutan dari minyak kayu manis yang diperoleh tersebut telah
sesuai dengan SNI 06-3734-2006.Minyak kayu manis larut dalam ethanol 70%.
Sedangkan berat jenisnya masih sudah memenuhi standart SNI 06-2386-2006.
Tabel 4.4 Hasil Analisa Properti Fisik Minyak Atsiri Kayu Manis
Hasil Ekstraksi
Property Fisik SNI 06-2386-2006
MHD MAHD
Kelarutan 1:3 1 : 3 (alkohol 70%) 1 : 3 (alkohol 70%)
dalam alkohol (alkohol 70%)
Berat Jenis pada 1,03
1,008 – 1,030
suhu 20oC (Campuran MHD dan MAHD)

58
4.6. Hasil Analisa SEM Akar Wangi dan Kayu Manis
A. Hasil Analisa SEM Akar Wangi
Scanning Electron Microscopy (SEM) merupakan suatu uji yang digunakan
untuk menganalisa struktur permukaan bahan. Dalam hal ini bahan yang dianalisa
adalah daun nilam kering sebelum dan daun nilam segar dan kering setelah
diekstrak dengan metode microwave hydrodistillation dan microwave air-
hydrodistillation. Berikut adalah penampakan struktur permukaan bahan akar
wangi dan kayu manis:

(a) (b)

Gambar 4.14 Hasil SEM Akar Wangi Sebelum Ekstraksi: (a) akar wangi ukuran
±1 cm (perbesaran 2500 kali), (b) akar wangi ukuran serbuk (perbesaran 10000
kali)

(a) (b)

59
(c) (d)

Gambar 4.15 Hasil SEM Akar Wangi dengan Perbesaran 2.500 kali Ukuran ± 1
cm . Sesudah Ekstraksi: (a) Sesudah Ekstraksi MHD Dengan Daya Microwave 450
W, (b) Sesudah Ekstraksi MAHD Dengan Daya Microwave 450 W, (c) Sesudah
Ekstraksi MAHD Dengan Daya Microwave 800 W, (d) Sesudah Ekstraksi MAHD
Bahan Kering Ukuran Serbuk Dengan Daya Microwave 800 W (perbesaran 10.000
kali).
Berdasarkan Gambar 4.11(a) terlihat bahwa morfologi permukaan bahan
akar wangi sebelum diekstrak terlihat masih teratur dengan bentuk jaringan yang
masih sempurna. Namun setelah proses ekstraksi permukaan bahan akar wangi
mengalami perubahan yang berbeda-beda sesuai dengan treatment yang diberikan
selama proses ekstraksi. Gambar 4.12 (a) dan (b) memperlihatkan morfologi bahan
setelah dilakukan proses ekstraksi microwave hydrodistillation. Keduanya
mengalami perubahan morfologi permukaan bahan menjadi rusak, namun tingkat
kerusakannya berbeda antara (a) dan (b). hal ini dimungkinkan karena faktor
perbedaan metode yang dipakai dimana Gambar 4.12 (a) menggunakan metode
microwave hydrodistillation (450 Watt) dan Gambar 4.12 (b) menggunakan metode
microwave air-hydrodistillation (450 Watt). Pada akar wangi yang menggunakan
metode microwave air-hydrodistillation (800 Watt) mengalami kerusakan bahan
yang sama dengan menggunakan metode microwave air-hydrodistillation (450
Watt).
Sedangkan pada Gambar 4.11(b) terlihat bahwa terdapat beberapa kelenjar
minyak yang masih utuh (bentuk sempurna) pada penampang akar wangi sebelum
diekstrak. Namun setelah proses ekstraksi permukaan bahan akar wangi pada
Gambar 4.9(d) menjadi rusak.

60
B. Hasil Analisa SEM Kayu Manis

Gambar 4.16 Hasil SEM Kayu Manis Sebelum Ekstraksi ukuran serbuk
(perbesaran 10.000 kali)

(a) (b)

(c) (d)
Gambar 4.17 Hasil SEM Kayu Manis dengan Perbesaran 10.000 Kali Ukuran
Serbuk. Sesudah Ekstraksi: (a) Sesudah Ekstraksi MHD Dengan Daya Microwave
450 W, (b) Sesudah Ekstraksi MHD Dengan Daya Microwave 800 W, (c)
Sesudah Ekstraksi MAHD Daya Microwave 450 W, (d) Sesudah Ekstraksi
MAHD Dengan Daya Microwave 800 W.
Berdasarkan Gambar 4.13 terlihat bahwa kelenjar minyak kayu manis yang
masih utuh (bentuk sempurna) pada penampang kayu manis sebelum diekstrak.
Berdasarkan Gambar 4.14(a) dan 4.14(b) terlihat bahwa pada kayu manis setelah
diekstak dengan metode microwave hydrodistillation, kelenjar minyak telah

61
terbuka semua dan memiliki kerusakan jaringan yang sama pada gambar yang
menggunakan metode microwave hydrodistillation dengan daya sebesar 450 W dan
microwave hydrodistillation dengan daya sebesar 800 W. Sedangkan pada Gambar
4.14(c) dan 4.14(d) terlihat bahwa pada kayu manis setelah diekstak dengan metode
microwave air-hydrodistillation mengalami kerusakan jaringan yang tidak jauh
beda dengan metode microwave hydrodistillation.

4.7 . Hasil Analisa GC-MS Minyak Akar Wangi


Untuk mengetahui komponen-komoponen yang terkandung dalam suatu
minyak atsiri, dilakukan analisa GC-MS (Gas Chromatography–Mass
Spectrometry). Melalui analisa ini, kadar untuk setiap komponennya juga dapat
diketahui. Hasil analisa GC-MS minyak akar wangi dan kayu manis yang diekstrak
menggunakan metode MHD dan MAHD dapat dilihat pada Tabel 4.5 dan 4.6.

62
Tabel 4.5 Hasil GC-MS Minyak Akar Wangi
MAHD MHD
Senyawa Kering 1 cm Kering, 1 cm
% %
R.T R.T
Area Area
Sesquiterpene (C15H24)
(+)-Aromadendrene - - 17,38 0,72
-Muurolene - - 15,85 0,85
17,77 4,05 15,92 2,29
-Gurjunene
18,64 0,96 - -
-Gurjunene - - 18,17 30,12
- - 18,65 1,03
-Patchoulene
- - 19,94 5,73
llo-Aromadendrene - - 17,25 0,75
16,54 0,54 16,36 1,73
Valencene
17,38 1,35 - -
-Selinene - - 17,71 7,27

- -
α-Amorphene 14,98 0,33
Bicyclo [4.4.0] dec-1-ene,2-isopropyl -5- - -
methyl-9-methylene 15,10 0,33
Naphtalene, 1, 2, 4a, 5, 6, 8a-hexahydro-4, 7-
- -
dimethyl-1-(1-methylethyl)-, (1.α., 4a., 8a. α) 15,84 1,18
δ-Cadinene 16,17 0,74 - -
Isolongifolene 18,16 7,14 - -
6s-2, 3, 8, 8-tetramethyltricyclo [5.2.2.0 (1,6)] - -
undec-2-ene 18,39 1,27

- -
(-)-Caryophyllene-(I1) 18,5 0,35
Azulene, 3, 3a, 4, 5, 8, 8a-hexahydro-1,4-
dimethyl-7-(1-methylethyl)-, [3aS-(3a.α., 4β., - -
8a.α)] 15,35 0,2

- -
(-)-5-Epiprezizaene 15,43 0,74

Azulene, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8-octahydro-1, 4- - -
dimethyl-7-(1-methylethylidene) 16,36 1,47

- -
Longifolene 18,87 0,79

63
Thujopsene 19,72 2,32 - -
β-Panasinsene 19,83 6,45 - -
Oxygeneted Sesquiterpene (C15H24O)
Acorenone 17,97 2,06 - -
Other Compound (CxHy)
15,98 3,67 16,77 1,25
Aristolediene
16,77 1,96 16,87 0,59
16,87 0.83 - -
Cyclohexane - - 1,58 0,40
Methylcyclopentane - - 1,45 1,36
1-Hexena 1,34 17,08 - -
Methylcyclopentane 1,45 0,56 - -
Benzene, 1-(1,1-dimethylethyl)-3-ethyl-5-
- -
methyl 15,22 3,11
Cis-tricyclo [7.5.0.0(2,8)] tetradeca-7, 9-diene 14,34 0,32 - -

1H-3a, 6-methanoazulene, octahydro-7, 7- - -


dimethyl-8-methylene-, (3a. Α., 6.β., 8a.β.)-
(.+-.) 14,55 0,37
(3E)-2, 6-Dimethyl-5-isopropyliden-1, 3, 6, 9- - -
decatetraene 16,29 0,69
1-(2'-Hydroxy-3' , 4'-dimethylphenyl) ethanone 17,02 2,35 - -
3-carene, 4-isopropenyl 19,09 0,64 - -

1, 2-Dimethyl [2.2] paracyclophan-1-ene 19,25 0.33 - -

[3S-(3.α., 3.α., 6.α., 8.α.)] -4, 5, 6, 7, 8, 8a-


Hexahydro-3, 7, 7-trimethyl-8-methylene-3H- - -
3a,6-methanoazulene 19,50 1,1
4, 8, 8-trimethylspiro[2.6] non-4, 6-diene 17,31 1,29 - -
trans-Calamene 20,21 1,16 - -
4-tert-Butylanisole - - 17,06 3,94
11, 12, 13-tri-nor-trans-Eudesm-5-en-7-one - - 16,62 1,08
β-Dihydroagarofuran - - 16,13 1,63
Chavicol - - 15,50 1,27
2, 3, 4, 4a, 5, 6, 7, 8-octahydro-4a-methyl-3-
- - 15,69 1,66
oxo-1H-benzocycloheptene

Other Oxygenated Compound (CxHyOz)

64
4-tert-Butylanisole - - 17,06 3,94
11, 12, 13-tri-nor-trans-Eudesm-5-en-7-one 16,62 1,07 16,62 1,08
-Vetivone 20,11 9,30 20,13 20,12
-Dihydroagarofuran - - 16,13 1,63
Chavicol - - 15,50 1,27

2, 3, 4, 4a, 5, 6, 7, 8-octahydro-4a-methyl-3- 15,68 1,50 15,69 1,66


oxo-1H-benzocycloheptene
2-Allylphenol 15,50 1,53 - -

1(2H)-Naphthalenone, 7-(1, 1-dimethylethyl)- - -


3, 4-dihydro 16,45 0,63
methyleugenol 17,54 0,41 - -
1-Propanol, 2-amino- 1,09 5,54 - -
Others - - - -
DL-2-Amino-1-propanol - - 1,09 2,69
4-(1-cyclohexenyl)-2-trimethylsilymethyl-1-
- - 19,84 13,52
buten-3-yne
Subtotal % Area % Area
Monoterpene - -
Sesquiterpene 30,21 50,50
Oxygenated Sesquiterpene 2,06 -
Other Compound 35,46 3,59
Other Oxygenated Compound 19,98 -
Others - 16,21

65
Tabel 4.6 Hasil GC-MS Minyak kayu manis

MHD MAHD
Kayu manis Kayu manis
Senyawa serbuk serbuk
% %
R.T R.T
Area Area
Monoterpene (C10H16)
β-Terpinene 11,89 0,31 - -
Cyclofenchene - - 11,88 0,15
Oxygenated Monoterpenes (C10H16O)
(-)-Camphor 10,90 0,14 - -
Bornylene 14,10 0,12 - -
Sesquiterpene (C15H24)
α-Copaene 14,47 0,20 - -
α-Muurolene 16,10 0,27 - -
ϒ-Cadinene 16,28 0,18 - -
(+-)-Seychellene 17,60 0,09 - -
Naphthalene, 1, 2, 3, 4, 4a, 7-hexahydro-1, 6-
dimethyl-4-(1-methylethyl)- 17,73 0,12 - -
(+)-Aromadendrene - - 17,83 0,09
Cadina-1, 4-diene(= cubenene) - - 18,07 0,38
Oxygeneted Sesquiterpene (C15H24O)
Naphthalene, 1, 2, 3, 4, 5, 8-hexahydro-6-
methoxy-7-methyl-1-(1-methylethyl)-, (.+-.)- 16,98 0,17 - -
Caryophyllene oxide 17,16 0,32 - -
BHT 19,44 0.17 - -
cis-α-copaene-8-ol - - 16,98 0,1
9-Isopropyl-1-methyl-2-methylene-5-
oxatricyclo [5.4.0 (3,8)] undecane - - 19,23 0.09
Other Compound (CxHy)
Calamenene 16,40 0,51 16,39 0,08
[E]-5-Eicosene 17,39 0,13 - -
9,10-dehydro-isolongifolene 18,54 0,11 - -
1, 2, 3, 4, 5, 6-Hexahydrochrysene 23,61 0,49 - -
3-Methylpentane - - 1,35 6,86
Methylcyclopentane - - 1,45 0,27
5, 6, 8, 9, 10, 11-Hexahydrobenz[A] anthracene - - 23,61 0,33
2,4-Dimethylquinoline - - 24,55 0,1

66
Other Oxygenated Compound (CxHyOz)
Benzaldehyde 6,96 0,65 6,96 0,51
Phenylacetaldehyde 8,98 0,23 8,98 0,18
3-Phenylpropanal 11,26 0,16 11,25 0,1
Benzoic acid 12,12 0,16 12,04 0,32
12,20 0,52 12,19 0,32
Cinnamaldehyde
13,33 87,78 13,26 76,04
cis-Cinnamic acid 14,69 0,15 - -
Coumarin 15,36 0,86 15,35 1,2
trans-Cinnamic acid 15,80 3,02 - -
Ƭ-Muurolol 18,07 0,76 - -
Hexadecanoic acid 21,33 0,78 - -
1,4-butanedione, 1,4-diphehyl- 23,50 0,09 23,49 0,2
1-Propanol, 2-amino-, 1,09 1,08 - -
Acetic acid, trifluoro-, [2, 3, 3a, 9a-tetrahydro-
6-oxo-3-[(trifluoroacetyl) oxy]-6H-furo [2, 3, :
4, 5] oxazolo[3, 2-a] pyrimidin-2-yl] methyl
ester, [2R-(2.α., 3.β., 3a.β., 9a.β.)]- 22,84 0,09 - -
2-Chloro-m, p-dimethoxybiphenyl 24,55 0,14 -
DL-2 aminopropan-1-ol - - 1,09 1,85
- - 14,64 0,12
Cinnamic acid
- - 15,82 9,86
Caryophyllene oxide - - 17,16 0,13
Ƭ-Muurolol - - 18,17 0,25
oxireno[g] benzofuran, 1a, 2, 3, 5, 6a, 6b-
hexahydro-3, 3, 6a-trimethyl-5-(1-
methylethenyl)-, (1a. α .,5.β.,6a.α., 6b.α.)- - - 19,42 0,09
Hexadecanoic acid - - 21,28 0,25
1-pentyn-3-ol, 1,4-diphenyl - - 25,83 0,13
Quinoline, 2,4-dimethyl-1-o-Methoxybenzyl-
naphthalene - - 24,55 0,1
Subtotal % Area % Area
Monoterpene 0,31 0,15
Sesquiterpene 0,86 0,47
Oxygenated Sesquiterpene 0,66 0,19
Other Compound 1,24 7,64
Other Oxygenated Compound 96,47 91,65

67
BAB 5
KESIMPULAN

5.1. Kesimpulan
Dari hasil penelitian ini, dapat ditarik kesimpulan sementara sebagai berikut:
1. Ekstraksi minyak akar wangi dan minyak kayu manis menggunakan metode
microwave air-hydrodistillation menghasilkan yield yang lebih tinggi apabila
dibandingkan dengan metode microwave hydrodistillation.
2. Kondisi operasi yang optimal untuk ekstraksi minyak akar wangi dan minyak
kayu manis dengan menggunakan metode microwave hydrodistillation dan
microwave air-hydrodistillation:
a. Untuk ekstraksi minyak akar wangi menggunakan metode microwave
hydrodistillation, kondisi operasi yang optimal diperoleh ketika
menggunakan daya microwave 600 W dan rasio antara akar wangi dengan
akuades sebesar 0,3 g/mL.
b. Untuk ekstraksi minyak akar wangi menggunakan metode microwave air-
hydrodistillation, kondisi operasi yang optimal diperoleh ketika
menggunakan daya microwave 600 W dan rasio antara akar wangi dengan
akuades sebesar 0,3 g/mL, dan laju aliran udara sebesar 1,2 L/min.
c. Sedangkan untuk ekstraksi minyak kayu manis menggunakan metode
microwave hydrodistillation, kondisi operasi yang optimal diperoleh ketika
menggunakan daya microwave 450 W dan rasio antara kayu manis dengan
akuades sebesar 0,6 g/mL.
d. Untuk ekstraksi minyak kayu manis menggunakan metode microwave air-
hydrodistillation, kondisi operasi yang optimal diperoleh ketika
menggunakan daya microwave 450 W dan rasio antara kayu manis dengan
akuades sebesar 0,4 g mL, dan laju aliran udara sebesar 1,2 L/min.
3. Adanya penambahan aliran udara pada metode microwave air-
hydrodistillation mampu meningkatkan yield minyak akar wangi dan minyak
kayu manis yang diperoleh. Dimana dengan semakin besar laju aliran udara
yang diberikan, maka yield minyak akar wangi dan minyak kayu manis yang

68
diperoleh juga menjadi semakin meningkat. Sehingga berdasarkan yield yang
telah diperoleh, dapat dikatakan bahwa adanya penambahan aliran udara pada
metode microwave air-hydrodistillation mampu mengekstrak lebih banyak
minyak atsiri (minyak akar wangi dan minyak kayu manis) yang terdapat dalam
bahan (akar wangi dan kayu manis) apabila dibandingkan dengan metode
microwave hydrodistillation.
4. Ukuran optimum untuk esktraksi minyak akar wangi dengan metode
microwave hydrodistillation dan microwave air-hydrodistillation adalah akar
wangi yang berbentuk serbuk.
5. a. Akumulasi recovery yang tertinggi diperoleh dari ekstraksi minyak akar
wangi ukuran serbuk dan 1 cm dengan menggunakan metode microwave
hydrodistillation adalah sebesar 78,1116% dan 45,0597%. Sedangkan nilai
akumulasi yang tertinggi diperoleh dari ekstraksi minyak akar wangi ukuran
serbuk dan 1 cm dengan menggunakan metode microwave air-
hydrodistillation adalah sebesar 98,9186% dan 91,8315%.
b. Akumulasi recovery yang tertinggi diperoleh dari ekstraksi minyak kayu
manis dengan menggunakan metode microwave hydrodistillation adalah
sebesar 75,0254%. Sedangkan nilai akumulasi yang tertinggi diperoleh dari
ekstraksi minyak kayu manis dengan menggunakan metode microwave air-
hydrodistillation adalah sebesar 98,9186%.
6. Model kinetika orde dua lebih dapat merepresentasikan secara baik hasil
eksperimen dari ekstraksi minyak akar wangi dan minyak kayu manis yang
menggunakan metode microwave hydrodistillation dan microwave air-
hydrodistillation apabila dibandingkan dengan model kinetika orde satu.

69
DAFTAR PUSTAKA

Adhiksana, A., (2014), Ekstraksi Minyak Atsiri Dari Kayu Manis dan Cengkeh
Menggunakan Microwave, Tesis, Jurusan Teknik Kimia FTI-ITS,
Surabaya.

Adicahyo, R., & Harry,S.A., (2010), Pengambilan Minyak Akar Wangi Dari
Tanaman Akar Wangi Menggunakan Metode Hydro Distillation dan Steam-
Hydro Distillation, Skripsi, Jurusan Teknik Kimia FTI-ITS, Surabaya.

Al Hanief, M.M., & Al Mushawwir,H (2013) , Ekstraksi Minyak Atsiri Dari Akar
Wangi Menggunakan Metode Steam-Hydro Distillation dan Hydro
Distillation dengan Pemanasan Microwave, Skripsi, Jurusan Teknik Kimia
FTI-ITS, Surabaya.

Armando, R. (2009), Memproduksi 15 Jenis Minyak Atsiri Berkualitas, Penebar


Swadaya, Jakarta.

Chemat, F. dan Cravotto, G. (2013), Microwave-assisted Extraction for Bioactive


Compounds: Theory and Practice, Springer, New York.

Emmyzar, Ferry, Y., Daswir. (2003), “Prospek Pengembangan Tanaman Akar


Wangi”, Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik.

Ferhat, M.A., Chemat, F., Meklati, B.Y., dan Smadja, J. (2006), “An Improved
Microwave Clevenger Apparatus for Distillation of Essential Oils from
Orange Peel”, Journal of Chromatography A, Vol. 1112, hal. 121-126.

Fitriyeni, I., (2016), “ Kajian Pengembangan Industri Pengolahan Kulit Kayu Manis
di Sumatera Barat”, Tesis, Jurusan Teknologi Industri Pangan IPB, Bogor.

Guenther, E. (1987), Minyak Atsiri Jilid 1, Penerjemah Ketaren S., Universitas


Indonesia Press. Jakarta.

Gusmailina., Zulnely., Kusmiati, E., & Kulsum,U., (2014), “ Minyak Atsiri Daun
Kayu Manis (Cinnamomum Burmannii Blume) Serta Eksploitasi Potensi
Pemanfaatannya.” Badan Litbang Kehutanan, Bogor.

Ho, Y.-S. (2004), “Citation Review of Lagergren Kinetic Rate Equation on


Adsorption Reactions”, Scientometrics, Vol. 59, No. 1, hal. 171–177.

70
Ho, Y.-S., Adamou, H.-O.H., Fauduet, H., dan Porte, C. (2005), “Kinetics and
Model Building of Leaching of Water-Soluble Compounds of Tilia
Sapwood”, Separation and Purification Technology, Vol. 45, hal. 169–173.

Huie, C.W., 2002, A Review of Modern Sample-Preparation Techniques for the


Extraction and Analysis of Medicinal Plants, Analytical and Bioanalytical
Chemistry, 373, 23-30.

Huie, C.W., 2002, A Review of Modern Sample-Preparation Techniques for the


Extraction and Analysis of Medicinal Plants, Analytical and Bioanalytical
Chemistry, 373, 23-30

Kardinan, A, Ir., (2005),“Tanaman Penghasil Minyak Atsiri”, Agromedia Pustaka.

Kingston, R.S. (1997), “Solvent-Free Accelerated Organic Synthesis using


Microwaves”, Pure and Applied Chemistry, Vol. 73, hal. 193-198.

Kusuma, H.S., 2016, Ekstraksi Minyak Atsiri Dari Kayu Cendana (Santalum
album) Dan Daun Nilam (Pogostemon cablin Benth) Dengan Menggunakan
Metode Microwave Hydrodistillation Dan Microwave Air-
Hydrodistillation, Tesis, Jurusan Teknik Kimia FTI-ITS, Surabaya.

Kusuma, H.S., Mahfud, M., 2016, Response Surface Methodology for Optimization
Studies of Microwave-assisted Extraction of Sandalwood Oil, Journal of
Materials and Environmental Science, 7(6), 1958-1971.

Kusuma, H.S., Mahfud, M., 2017, Comparison of conventional and microwave-


assisted distillation ofessential oil from Pogostemon cablin leaves: Analysis
and modelling ofheat and mass transfer, Journal of Applied Research on
Medicinal and Aromatic Plants, 4 (2017) 55–65.

Kusuma, H.S., Mahfud, M., 2017, Kinetic studies on extraction of essential oil from
sandalwood (Santalum album) by microwave air-hydrodistillation method,
Alexandria Engineering Journal (2017).

Kusuma, H.S., Mahfud, M., 2017, The Extraction of Essential Oils from Patchouli
Leaves (Pogostemon cablin Benth) using a Microwave Air-
Hydrodistillation Method as a New Green Technique, RSC Advances, 7,
1336-1347.

Lagergren, S. (1898), “About the Theory of So-called Adsorption of Soluble


Substances”, Kungliga Svenska Vetenskapsakademiens Handlingar, Vol.
24, No. 4, hal. 1–39.

71
Liang, H., Hu, Z., dan Cai, M. (2008), “Desirability Function Approach for the
Optimization of Microwave-assisted Extraction of Saikosaponins from 105
Radix bupleuri”, Separation and Purification Technology, Vol. 61, No. 3,
hal. 266-275.
Reddad, Z., Gerente, C., Andres, Y., dan Le Cloirec, P. (2002), “Adsorption of
Several Metal Ions onto a Low-Cost Biosorbent: Kinetic and Equilibrium
Studies”, Environmental Science Technology, Vol. 36, hal. 2067–2073.

Sastrohamidjojo, H. (2004), Kimia Minyak Atsiri, Gadjah Mada University Press,


Yogyakarta.

Utami, Prapti., dr. (2008),” Buku Pintar Tanaman Obat”, PT. Agromedia Pustaka,
Jakarta Selatan.

72
LAMPIRAN A
PROSEDUR ANALISA
Besaran yang diukur dan analisa yang dilakukan:
A. Perhitungan yield minyak atsiri
B. Analisa berat jenis
C. Perhitungan recovery minyak atsiri
Prosedur Analisa:
A. Perhitungan Yield Minyak Atsiri
1. Menimbang botol kosong yang dinotasikan sebagai A (gram)
2. Menimbang botol yang telah diisi minyak atsiri yang dinotasikan sebagai
B (gram)
3. Menghitung berat minyak atsiri (gram) = B – A
4. Menghitung yield minyak atsiri dengan menggunakan persamaan:
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑚𝑖𝑛𝑦𝑎𝑘 𝑎𝑡𝑠𝑟𝑖 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖ℎ𝑎𝑠𝑖𝑙𝑘𝑎𝑛
𝑌𝑖𝑒𝑙𝑑 = ×100%
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑏𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑏𝑎𝑘𝑢 𝑘𝑒𝑟𝑖𝑛𝑔 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑔𝑢𝑛𝑎𝑘𝑎𝑛
Contoh perhitungan:
Berat botol kosong = 11,4001 gram
Berat botol kosong yang berisi minyak atsiri = 11,6446 gram
Massa bahan = 120 gram
Berat minyak atsiri = 11,6446 gram - 11,4001 gram
= 0,2445 gram
0,2445
𝑌𝑖𝑒𝑙𝑑 = ×100% = 0,2037%
120
B. Analisa Berat Jenis Minyak Atsiri
1. Menimbang piknometer kosong ukuran 5 mL dan mencatat beratnya (A
gram)
2. Menimbang piknometer yang telah diisi minyak atsiri (B gram) dan
mencatat temperatur pengukuran
3. Menghitung berat minyak atsiri (gram) = B – A
4. Menentukan berat jenis minyak atsiri dengan menggukan persamaan:
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑚𝑖𝑛𝑦𝑎𝑘 𝑎𝑡𝑠𝑖𝑟𝑖 (𝑔𝑟𝑎𝑚)
𝜌 𝑚𝑖𝑛𝑦𝑎𝑘 𝑎𝑡𝑠𝑖𝑟𝑖 =
𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑚𝑖𝑛𝑦𝑎𝑘 𝑎𝑟𝑠𝑖𝑟𝑖 (𝑚𝐿)

73
Contoh perhitungan:
Berat piknometer kosong = 10,4590 gram
Volume piknometer = 5 mL
Berat piknometer yang berisi minyak atsiri = 15,6207 gram (pengukuran
pada temperature 28oC)
Berat minyak atsiri = 15,6207 gram - 10,4590 gram = 5,1617 gram
5,1617 𝑔𝑟𝑎𝑚
𝜌 𝑚𝑖𝑛𝑦𝑎𝑘 𝑎𝑡𝑠𝑖𝑟𝑖 = = 1,03 g/mL
5 𝑚𝐿

C. Perhitungan Recovery Minyak Atsiri


1. Melakukan ekstraksi dengan metode soxhletasi untuk massa bahan 60 gram
serbuk akar wangi, akar wangi yang telah dicacah ± 1 cm dan serbuk kayu manis.
2. Ekstraksi dilakukan dengan 500 mL pelarut n-heksana pada temperature 70-80
o
C sebanyak 20 siklus
3. Hasil ekstraksi dengan metode soxhletasi yang berupa campuran minyak atsiri
dan pelarut n-heksana selanjutnya dipisahkan dengan menggunakan penangas
air
4. Menimbang berat minyak atsiri yang diperoleh
5. Menghitung yield minyak atsiri hasil dari ekstraksi dengan metode soxhletasi
menggunakan persamaan:
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑚𝑖𝑛𝑦𝑎𝑘 𝑎𝑡𝑠𝑖𝑟𝑖 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖ℎ𝑎𝑠𝑖𝑙𝑘𝑎𝑛
𝑌𝑖𝑒𝑙𝑑 = ×100%
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑏𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑏𝑎𝑘𝑢 𝑘𝑒𝑟𝑖𝑛𝑔 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑔𝑢𝑛𝑎𝑘𝑎𝑛
6. Menghitung recovery minyak atsiri dengan menggunakan persamaan:
𝑦𝑖𝑒𝑙𝑑 𝑚𝑖𝑛𝑦𝑎𝑘 𝑎𝑡𝑠𝑖𝑟𝑖 ℎ𝑎𝑠𝑖𝑙 𝑒𝑘𝑠𝑡𝑟𝑎𝑘𝑠𝑖
𝑅𝑒𝑐𝑜𝑣𝑒𝑟𝑦 = ×100%
𝑦𝑖𝑒𝑙𝑑 𝑚𝑖𝑛𝑦𝑎𝑘 𝑎𝑡𝑠𝑖𝑟𝑖 ℎ𝑎𝑠𝑖𝑙 𝑠𝑜𝑥ℎ𝑙𝑒𝑡𝑎𝑠𝑖

74
LAMPIRAN B
DATA HASIL BESARAN YANG DIUKUR PADA EKSTRAKSI
MINYAK AKAR WANGI
YIELD MINYAK AKAR WANGI
Waktu Aliran Daya
Ukuran Ekstraksi Udara Microwave
Bahan (Jam) (L/min) (W) Rasio (F/S) Yield
Serbuk 0,3 0,4205
Serbuk 0,4 0,3440
Serbuk 300 0,5 0,3143
Serbuk 0,6 0,3315
Serbuk 0,3 0,4032
Serbuk 0,4 0,3518
Serbuk 0 450 0,5 0,3472
Serbuk 0,6 0,3895
Serbuk 0,3 0,4307
Serbuk 0,4 0,4043
Serbuk 600 0,5 0,4249
Serbuk 0,6 0,4922
Serbuk 0,3 0,3003
Serbuk 0,4 0,2349
Serbuk 300 0,5 0,2163
Serbuk 0,6 0,2445
Serbuk
Serbuk
1 0,3
0,4
0,3503
0,3100
Serbuk 0,6 450 0,5 0,3165
Serbuk 0,6 0,3699
Serbuk 0,3 0,4451
Serbuk 0,4 0,4299
Serbuk 600 0,5 0,4615
Serbuk 0,6 0,5400
Serbuk 0,3 0,5261
Serbuk 0,4 0,4718
Serbuk 300 0,5 0,4643
Serbuk 0,6 0,5036
Serbuk
Serbuk
1,2 0,3
0,4
0,6434
0,6142
Serbuk 450 0,5 0,6319
Serbuk 0,6 0,6963
Serbuk 0,3 0,8056

75
Waktu Aliran Daya
Ukuran Ekstraksi Udara Microwave
Bahan (Jam) (L/min) (W) Rasio (F/S) Yield
Serbuk 0,4 0,8015
Serbuk
Serbuk
600 0,5
0,6
0,8442
0,9338
Serbuk 0,3 0,3038
Serbuk 0,4 0,2252
Serbuk 300 0,5 0,1936
Serbuk 0,6 0,2087
Serbuk 0,3 0,2687
Serbuk 0,4 0,2152
Serbuk 0 450 0,5 0,2087
Serbuk 0,6 0,2489
Serbuk 0,3 0,2784
Serbuk 0,4 0,2501
Serbuk 600 0,5 0,2686
Serbuk 0,6 0,3339
Serbuk 0,3 0,4028
Serbuk 0,4 0,3354
Serbuk 300 0,5 0,3148
Serbuk 0,6 0,3410
Serbuk 0,3 0,4351
Serbuk
Serbuk
Serbuk
2 0,6 450 0,4
0,5
0,6
0,3927
0,3972
0,4486
Serbuk 0,3 0,5121
Serbuk 0,4 0,4949
Serbuk 600 0,5 0,5245
Serbuk 0,6 0,6009
Serbuk 0,3 0,8479
Serbuk 0,4 0,7916
Serbuk 300 0,5 0,7821
Serbuk 0,6 0,8194
Serbuk 0,3 0,9475
Serbuk 0,4 0,9163
Serbuk 1,2 450 0,5 0,9319
Serbuk 0,6 0,9943
Serbuk 0,3 1,0919
Serbuk 0,4 1,0858
Serbuk 600 0,5 1,1265
Serbuk 0,6 1,2140

76
Waktu Aliran Daya
Ukuran Ekstraksi Udara Microwave
Bahan (Jam) (L/min) (W) Rasio (F/S) Yield
Serbuk 0,3 0,3367
Serbuk 0,4 0,2562
Serbuk 300 0,5 0,2225
Serbuk 0,6 0,2356
Serbuk 0,3 0,2839
Serbuk 0,4 0,2284
Serbuk 0 450 0,5 0,2198
Serbuk 0,6 0,2580
Serbuk 0,3 0,2758
Serbuk 0,4 0,2455
Serbuk 600 0,5 0,2620
Serbuk 0,6 0,3253
Serbuk 0,3 0,6550
Serbuk 0,4 0,5856
Serbuk 300 0,5 0,5630
Serbuk 0,6 0,5872
Serbuk 0,3 0,6695
Serbuk
Serbuk
Serbuk
3 0,6 450 0,4
0,5
0,6
0,6252
0,6277
0,6770
Serbuk 0,3 0,7289
Serbuk 0,4 0,7096
Serbuk 600 0,5 0,7372
Serbuk 0,6 0,8116
Serbuk 0,3 1,3194
Serbuk 0,4 1,2611
Serbuk 300 0,5 1,2496
Serbuk 0,6 1,2849
Serbuk 0,3 1,4013
Serbuk 0,4 1,3680
Serbuk 1,2 450 0,5 1,3816
Serbuk 0,6 1,4420
Serbuk 0,3 1,5280
Serbuk 0,4 1,5198
Serbuk 600 0,5 1,5585
Serbuk 0,6 1,6440

77
Ukuran Waktu Aliran Daya
Bahan Ekstraksi Udara Microwave
(Cm) (Jam) (L/min) (W) Rasio (F/S) Yield
1 0,3 0,4027
1 0,4 0,3327
1 300 0,5 0,3096
1 0,6 0,3332
1 0,3 0,3921
1 0,4 0,3472
1 0 450 0,5 0,3491
1 0,6 0,3979
1 0,3 0,4263
1 0,4 0,4064
1 600 0,5 0,4335
1 0,6 0,5073
1 0,3 0,3022
1 0,4 0,2433
1 300 0,5 0,2312
1 0,6 0,2659
1 0,3 0,3589
1 0,4 0,3251
1 1 0,6 450 0,5 0,3381
1 0,6 0,3979
1 0,3 0,4604
1 0,4 0,4517
1 600 0,5 0,4898
1 0,6 0,5747
1 0,3 0,5477
1 0,4 0,4998
1 300 0,5 0,4989
1 0,6 0,5447
1 0,3 0,6717
1 0,4 0,6490
1 1,2 450 0,5 0,6731
1 0,6 0,7441
1 0,3 0,8406
1 0,4 0,8430
1 600 0,5 0,8922
1 0,6 0,9882
1 0,3 0,2852
1
1
2 0 300 0,4
0,5
0,2132
0,1880

78
Ukuran Waktu Aliran Daya
Bahan Ekstraksi Udara Microwave
(Cm) (Jam) (L/min) (W) Rasio (F/S) Yield
1 0,6 0,2097
1 0,3 0,2568
1 0,4 0,2099
1 450 0,5 0,2098
1 0,6 0,2565
1 0,3 0,2733
1 0,4 0,2514
1 600 0,5 0,2764
1 0,6 0,3482
1 0,3 0,4040
1 0,4 0,3430
1 300 0,5 0,3289
1 0,6 0,3617
1 0,3 0,4429
1 0,4 0,4071
1 0,6 450 0,5 0,4181
1 0,6 0,4759
1 0,3 0,5267
1 0,4 0,5159
1 600 0,5 0,5520
1 0,6 0,6350
1 0,3 0,8687
1 0,4 0,8189
1 300 0,5 0,8159
1 0,6 0,8597
1 0,3 0,9750
1 0,4 0,9503
1 1,2 450 0,5 0,9724
1 0,6 1,0413
1 0,3 1,1261
1 0,4 1,1265
1 600 0,5 1,1737
1 0,6 1,2677
1 0,3 0,3174
1 0,4 0,2434
1 300 0,5 0,2162
1 3 0 0,6 0,2358
1 0,3 0,2713
1 0,4 0,2223

79
Ukuran Waktu Aliran Daya
Bahan Ekstraksi Udara Microwave
(Cm) (Jam) (L/min) (W) Rasio (F/S) Yield
1 0,5 0,2202
1 450 0,6 0,2649
1 0,3 0,2699
1 0,4 0,2461
1 600 0,5 0,2691
1 0,6 0,3389
1 0,3 0,6554
1 0,4 0,5925
1 300 0,5 0,5764
1 0,6 0,6071
1 0,3 0,6766
1 0,4 0,6388
1 0,6 450 0,5 0,6478
1 0,6 0,7036
1 0,3 0,7426
1 0,4 0,7299
1 600 0,5 0,7640
1 0,6 0,8449
1 0,3 1,3395
1 0,4 1,2876
1 300 0,5 1,2826
1 0,6 1,3244
1 0,3 1,4281
1 0,4 1,4013
1 1,2 450 0,5 1,4214
1 0,6 1,4883
1 0,3 1,5614
1 0,4 1,5597
1 600 0,5 1,6049
1 0,6 1,6969

Ukuran Waktu Aliran Daya


Bahan Ekstraksi Udara Microwave Rasio (F/S) Yield
(Cm) (Jam) (L/min) (W)
2 0,3857
0,3
2 0,3222
1 0 300 0,4
2 0,3055
0,5

80
Ukuran Waktu Aliran Daya
Bahan Ekstraksi Udara Microwave Rasio (F/S) Yield
(Cm) (Jam) (L/min) (W)
2 0,3357
0,6
2 0,3818
0,3
2 0,3433
0,4
2 450 0,5 0,3518

2 0,4070
0,6
2 0,4226
0,3
2 0,4093
0,4
2 600 0,5 0,4428

2 0,5231
0,6
2 0,3048
0,3
2 0,2524
0,4
2 300 0,5
0,2468

2 0,2881
0,6
2 0,3682
0,3
2 0,3409
0,4
2 0,6 450 0,5 0,3604

2 0,4267
0,6
2 0,4764
0,3
2 0,4742
0,4
2 600 0,5
0,5188

2 0,6102
0,6
2 0,3 0,5700

2 1,2 300 0,4 0,5286

81
Ukuran Waktu Aliran Daya
Bahan Ekstraksi Udara Microwave Rasio (F/S) Yield
(Cm) (Jam) (L/min) (W)
2 0,5342
0,5
2 0,5865
0,6
2 0,7007
0,3
2 0,6845
0,4
2 450 0,5 0,7151

2 0,7925
0,6
2 0,8763
0,3
2 0,4 0,8851

2 600 0,5 0,9408

2 1,0434
0,6
2 0,2675
0,3
2 0,2019
0,4
2 300 0,5
0,1832

2 0,2113
0,6
2 0,2458
0,3
2 0,2053
0,4
0 450
2

2
2 0,5

0,6
0,2117

0,2649

2 0,2688
0,3
2 0,2535
0,4
2 600 0,5 0,2850

2 0,6 0,3633

2 0,4058
0,3

82
Ukuran Waktu Aliran Daya
Bahan Ekstraksi Udara Microwave Rasio (F/S) Yield
(Cm) (Jam) (L/min) (W)
2 0,3514
0,4
2 0,3438
300 0,5
2 0,3830
0,6
2 0,4515
0,3
2 0,4221
0,4
2
0,6 450 0,5
0,4396

2 0,5040
0,6
2 0,3 0,5419

2 0,5377
0,4
2 600 0,5 0,5803

2 0,6697
0,6
2 0,8903
0,3
2 0,8469
0,4
2 300 0,5 0,8504

2 0,9008
0,6
2 1,0033
0,3
2 0,9850
0,4
2 1,2 450 0,5 1,0136

2 1,0891
0,6
2 1,1611
0,3
2 1,1679
0,4
2 600 0,5 1,2216

2 1,3221
0,6

83
Ukuran Waktu Aliran Daya
Bahan Ekstraksi Udara Microwave Rasio (F/S) Yield
(Cm) (Jam) (L/min) (W)
2 0,2989
0,3
2 0,2313
0,4
2 300 0,5 0,2106

2 0,2367
0,6
2 0,2594
0,3
2 0,2170
0,4
2 0 450 0,5 0,2213

2 0,6 0,2726

2 0,2648
0,3
2 0,2474
0,4
2 600 0,5 0,2769

2 0,3532
3 0,6
2 0,6566
0,3
2 0,6001
0,4
2 300 0,5 0,5905

2 0,6277
0,6
2 0,6845
0,3
2 0,6531
0,6 450 0,4
2 0,6686
0,5
2 0,7309
0,6
2 0,7572
0,3
2 0,7509
600 0,4
2 0,7915
0,5

84
Ukuran Waktu Aliran Daya
Bahan Ekstraksi Udara Microwave Rasio (F/S) Yield
(Cm) (Jam) (L/min) (W)
2 0,8789
0,6
2 1,3603
0,3
2 1,3149
0,4
2 300 0,5 1,3164

2 1,3647
0,6
2 1,4556
0,3
2 1,4353
0,4
2 1,2 450 0,5 1,4619

2 1,5353
0,6
2 1,5956
0,3
2 1,6004
0,4
2 600 0,5
1,6521

2 1,7506
0,6

YIELD MINYAK KAYU MANIS


Daya microwave (W) Laju aliran udara Rasio bahan terhadap Yield minyak kayu
(L/menit) pelarut (g/mL) manis (%)

0 0,3 0,6246

0,6 0,3 1,0550

1,2 0,3 1,4065


300 0 0,4 1,0761

0,6 0,4 1,3467

1,2 0,4 1,5196

85
0 0,5 1,3747

0,6 0,5 1,4361

1,2 0,5 1,4300

0 0,6 1,4284

0,6 0,6 1,3221

1,2 0,6 1,1951

0 0,3 0,8409

0,6 0,3 1,2523

1,2 0,3 1,5846

0 0,4 1,2490

0,6 0,4 1,5358

1,2 0,4 1,7041


450 0 0,5 1,5627

0,6 0,5 1,6337

1,2 0,5 1,6297

0 0,6 1,6389

0,6 0,6 1,5520

1,2 0,6 1,4173

0 0,3 0,8214

0,6 0,3 1,2136

1,2 0,3 1,5269


600 0 0,4 1,2753

0,6 0,4 1,5233

1,2 0,4 1,6424

86
0 0,5 1,5607

0,6 0,5 1,5995

1,2 0,5 1,5397

0 0,6 1,6323

0,6 0,6 1,5034

1,2 0,6 1,3227

RECOVERY MINYAK AKAR WANGI

Waktu Aliran Daya


Ukuran Ekstraksi Udara Microwave
Bahan (Jam) (L/min) (W) Rasio (F/S) Recovery
Serbuk 300 0,3 39,2810
Serbuk
Serbuk
0 450
600
0,3
0,3
33,1167
32,1790
Serbuk 3 300 0,3 76,4183
Serbuk
Serbuk
0,6 450
600
0,3
0,3
78,1116
85,0314

Waktu Aliran Daya


Ukuran
Ekstraksi Udara Microwave Rasio (F/S) Recovery
Bahan
(Jam) (L/min) (W)
1 300 0,3 33,5546
1
1
0 450
600
0,3
0,3
28,6764
28,5339
1 3 300 0,3 69,2844
1
1
0,6 450
600
0,3
0,3
71,5259
78,5031

87
RECOVERY MINYAK KAYU MANIS

Aliran
Massa
Udara Daya Microwave (W) Rasio (F/S) Recovery
bahan
(L/min)
300 0,3 60 57,0471
0 450
600
0,3
0,3
60
60
76,8076
75,0254
300 0,3 60 96,3620
0,6 450
600
0,3
0,3
60
60
114,3785
110,8523

88
LAMPIRAN C
PERHITUNGAN KINETIKA PADA EKSTRAKSI MINYAK
AKAR WANGI

0.20
0.00
0 20 40 60 80 100 120 140 160 180
-0.20
-0.40
-0.60
Log (Cs-Ct)

-0.80
-1.00
y = -0.009x + 0.0149
-1.20
R² = 0.9157
-1.40
-1.60
-1.80
-2.00
Time (min)

Perhitungan kinetika orde satu pada ekstraksi minyak akar wangi yang diperoleh
dengan metode (microwave hydrodistillation) (rasio antara akar wangi dengan
akuades sebesar 0,4 g/mL)

200.00 y = 0.7941x + 32.542


R² = 0.9938
180.00
160.00
140.00
120.00
t/Ct

100.00
80.00
60.00
40.00
20.00
0.00
0 50 100 150 200
Time (min)

Perhitungan kinetika orde dua pada ekstraksi minyak akar wangi yang diperoleh
dengan metode (microwave hydrodistillation) (rasio antara akar wangi dengan
akuades sebesar 0,4 g/mL)

89
0.50

0.00
0 20 40 60 80 100 120 140 160 180

-0.50
Log (Cs-Ct)

-1.00
y = -0.011x + 0.1193
-1.50 R² = 0.8346

-2.00

-2.50
Time (min)

Perhitungan kinetika orde satu pada ekstraksi minyak akar wangi yang diperoleh
dengan metode (microwave air-hydrodistillation) (rasio antara akar wangi dengan
akuades sebesar 0,4 g/mL) (aliran udara 1,2 Lmin)

140.00 y = 0.6529x + 13.56


R² = 0.9868
120.00

100.00

80.00
t/Ct

60.00

40.00

20.00

0.00
0 50 100 150 200
Time (min)

Perhitungan kinetika orde dua pada ekstraksi minyak akar wangi yang diperoleh
dengan metode (microwave air-hydrodistillation) (rasio antara akar wangi dengan
akuades sebesar 0,4 g/mL) (aliran udara 1,2 Lmin)

90
0.00
0 20 40 60 80 100 120 140 160 180

-0.50

-1.00
Log (Cs-Ct)

-1.50

-2.00
y = -0.0132x - 0.3848
R² = 0.9545
-2.50

-3.00
Time (min)

Perhitungan kinetika orde satu pada ekstraksi minyak kayu manis yang diperoleh
dengan metode (microwave hydrodistillation) (rasio antara akar wangi dengan
akuades sebesar 0,4 g/mL)

250.00

200.00
y = 1.1474x + 7.2061
R² = 0.9999
150.00
t/Ct

100.00

50.00

0.00
0 50 100 150 200
Time (min)

Perhitungan kinetika orde dua pada ekstraksi minyak kayu manis yang diperoleh
dengan metode (microwave hydrodistillation) (rasio antara akar wangi dengan
akuades sebesar 0,4 g/mL)

91
0.20

0.00
0 20 40 60 80 100 120 140 160 180
-0.20

-0.40
Log (Cs-Ct)

-0.60

-0.80

-1.00

-1.20 y = -0.0083x - 0.1472


R² = 0.931
-1.40

-1.60
Time (min)

Perhitungan kinetika orde satu pada ekstraksi minyak kayu manis yang diperoleh
dengan metode (microwave air-hydrodistillation) (rasio antara akar wangi dengan
akuades sebesar 0,4 g/mL)

160.00

140.00
y = 0.7659x + 10.816
120.00 R² = 0.9989
100.00
t/Ct

80.00

60.00

40.00

20.00

0.00
0 50 100 150 200
Time (min)

Perhitungan kinetika orde dua pada ekstraksi minyak kayu manis yang diperoleh
dengan metode (microwave air-hydrodistillation) (rasio antara akar wangi dengan
akuades sebesar 0,4 g/mL)

92
LAMPIRAN D
HASIL ANALISA GC-MS MINYAK AKAR WANGI
Kromatogram GC-MS dari minyak akar wangi yang diperoleh dengan
metode
microwave hydrodistillation (daya microwave 450 W dan rasio antara daun
nilam dengan akuades sebesar 0,5 g/mL)

Kromatogram GC-MS dari minyak akar wangi yang diperoleh dengan


metode
microwave air-hydrodistillation (daya microwave 450 W dan rasio antara daun
nilam dengan akuades sebesar 0,5 g/mL)

93
Kromatogram GC-MS dari minyak kayu manis yang diperoleh dengan
metode
microwave hydrodistillation (daya microwave 450 W)

94
Kromatogram GC-MS dari minyak kayu manis yang diperoleh dengan
metode microwave air-hydrodistillation (daya microwave 450 W)

95
96
Kondisi Operasi GC-MS

97
98

Anda mungkin juga menyukai