Anda di halaman 1dari 8

JAWABAN

1. Sebutkan apa saja divisi dari lumut!


Divisi Bryophyta di bagi menjadi tiga kelas, yaitu lumut hati (Hepaticopsida), lumut
daun (Bryopsida), lumut tanduk (Anthocerotopsida) (Tjitrosomo, 1984).
1.1 Hepaticopsida
Sebagian besar dari lumut hati adalah tumbuhan darat, beberapa spesies hidup di air
sebagai akuatik sekunder, artinya mereka itu tumbuhan darat yang teradaptasi kembali
terhadap lingkungan air nenek moyangnya (Tjitrosomo, 1984). Berdasarkan bentuk talusnya,
lumut hati dibagi menjadi dua kelompok, yaitu lumut hati berdaun, dan lumut hati bertalus.
Klasifikasi dari kelas Hepaticopsida, salah satu contoh dari ordo jungermanniales
yaitu:
Kingdom : Bryophyta
Class : Hepaticae
Order : Jungermanniales
Family : Pseudolepicoleaceae
Genus : Blepharostoma
Species : Blepharostoma trichophyllum (Henry, 1979).
1.2 Anthocerotopsida
Anthocerotopsida (lumut tanduk) adalah sekelompok kecil dari lima genus dengan
kemiripan dari lumut hati dan lumut daun (Semple, 1999). Genus yang paling dikenal adalah
Anthoceros, dan spesies-spesiesnya agak umum dijumpai di tepi sungai atau danau dan
terkadang dapat ditemukan di selokan, tepi jalan yang basah atau lembab.
1.3 Bryopsida
Lumut daun memiliki 12.000 – 14.500 spesies dan 670 genus (Semple, 1999). Pada
umumnya lebih dikenal lumut daun dibanding lumut hati, karena tumbuhan tersebut tumbuh
pada tempat yang agak terbuka dan bentuknya lebih menarik. Perbedaan yang jelas
dibandingkan dengan lumut hati adalah adanya sumbu simetri radial, yaitu daunnya tumbuh
pada semua sisi sumbu utama.
2. Mana yang lebih primitif antara Marchantia, Spagnum, dan Anthoceros?
Marchantiales secara morfologi, merupakan tumbuhan bertalus (gametofit) dan
talusnya lebih terspesialisasi, terdapat organ betina yang muncul di atas talus yang bertangkai
disebut reseptakel (Tjitrosomo, 1984). Meski bentuk luar dan struktur beberapa spesies
terlihat sederhana, mekanisme internalnya lebih kompleks daripada apa yang ditemukan pada
talus Marchantiales yang lain, yang juga termasuk dalam pengelompokan ini (Bell, 1992).
Genus yang paling dikenal adalah Anthoceros (Gambar 3), dan spesies-spesiesnya
agak umum dijumpai di tepi sungai atau danau dan terkadang dapat ditemukan di selokan,
tepi jalan yang basah atau lembab. Tubuh utama adalah gametofit berwarna biru gelap,
berlekuk-lekuk dan bentuknya agak bulat. Sporofitnya biasanya kapsul berbentuk silinder
yang berbentuk bulir (Tjitrosomo, 1984). Spora yang dilepaskan dari ujung atas dari
sporangium.
Sphagnales ini merupakan ordo unik yang dihadirkan oleh genus tunggal Sphagnum
yang hanya tumbuh di lingkungan yang penuh dengan genangan air asam. Lapisan atas yang
berspon dari rawa-rawa sebagian besar dihasilkan oleh berbagai macam spesies Sphagnum
(Bell, 1992). Tumbuhan ini secara khas tumbuh di daerah rawa dengan pH-nya rendah,
kelembaban udara yng tinggi dan suhunya rendah (Tjitrosomo, 1984).
Yang lebih primitif adalah Anthoceros karena spesies dan genus dari lumut
tanduk hanya memiliki satu kloroplas di dalam tiap selnya sehingga dianggap sebagai lumut
primitif. Lumut daun disebut pula dengan lumut sejati. Struktur lumut daun (Bryopsida)
mirip akar, mirip batang, dan mirip daun. Contoh lumut daun adalah Spagnum dan
Polytrichum. Lumut hati memiliki struktur tubuh pipih tidak dapat dibedakan akar, batang
dan daun (talus).

3. Tuliskan karakter lumut yang berasal dari alga hijau


Chlorophyceae atau alga hijau merupakan kelompok terbesar dari vegetasi alga. Alga
hijau termasuk dalam divisi Chlorophyta bersama Charophyta. Divisi ini berbeda dengan
divisi lainnya karena memiliki warna hijau yang jelas seperti pada tumbuhan tingkat tinggi
Chlorophyceae atau alga hijau merupakan kelompok terbesar dari vegetasi alga. Alga hijau
termasuk dalam divisi Chlorophyta bersama Charophyta. Divisi ini berbeda dengan divisi
lainnya karena memiliki warna hijau yang jelas seperti pada tumbuhan tingkat tinggi. Hasil
asimilisasi beberapa amilum, penyusunnya sama pula seperti pada tumbuhan tingkat tinggi
yaitu amilose dan amilopektin. Jenis alga pada kelas ini merupakan kelompok alga yang
paling beragam, karena ada yang bersel tungal, berkoloni, dan bersel banyak. Chlorella, salah
satu anggota dari Chlorophyceae memiliki nilai gizi yang sangat tinggi dibandingkan dengan
nilai jasad yang lainnya.
Dinding sel tersusun atas dua lapisan, lapisan bagian dalam tersusun oleh selulosa dan
lapisan luar adalah pektin. Kloroplas terbungkus oleh sistem membran rangkap. Pigmen yang
terdapat dalam kloroplas yaitu klorofil a dan klorofil b, beta-karoten serta berbagai macam
xantofil, luten, violaxanthin, zeaxanthin. Inti dari Chlorophyceae seperti pada tumbuhan
tingkat tinggi diselubungi membran inti dan terdapat nukleus dan kromatin.
Perkembangbiakan vegetatif dilakukan dengan fragmentasi tubuhnya dan juga
melakukan pembelahan sel. Perkembangbiakan vegetative dilakukan dengan fragmentasi
tubuhnya dan juga melakukan pembelahan sel (secara aseksual), dan secara seksual Isogami,
Anisogami, serta Oogami. Meiosis dapat terjadi pada zigot yang berkecambah atau pada
waktu pembentukan spora atau gamet.
Adanya banyak persamaan tumbuhan lumut dan alga menyebabkan keduanya
dianggap mempunyai hubungan kekerabatan yang dekat. Alga yang diduga mempunyai
hubungan filogenetik paling dekat dengan lumut ialah Chlorophyceae, karena famili ini dan
lumut menunjukkan suatu persamaan sifat yaitu mempunyai klorofil a dan b.
Selain dari masalah klorofil a dan b, antara alga (Chlorophyceae) mempunyai
beberapa kemiripan pada sifat-sifat, struktur dan cara hidupnya. Persamaan tumbuhan lumut
dan alga tersebut, diantaranya adalah sebagai berikut:
- Tubuh masih berupa talus.
- Bersifat autotrof.
- Pigmen dalam kloroplas berupa klorofil a dan b.
- Simpanan cadangan makanan berupa pati.
- Tidak ada jaringan pembuluh.
- Belum ada akar, batang dan daun sejati.
- Dinding sel terdiri atas selulose.
- Gametofit merupakan fase yang dominan dalam siklus hidupnya.
- Spermatozoid motil dan berflagel.
- Mempunyai flagel tipe cambuk.
- Selama fertilisasi memerlukan air.
- Pada perkembangan awal talus (protonema) mirip dengan alga.
Namun, demikian bahwasanya lumut secara filogenetik lebih tinggi tingkatnya dari
pada alga, hal ini dibuktikan pada sifat-sifat lumut seperti berikut:
- Sebagian besar tumbuhan lumut hidup di dataran yang lembab.
- Lumut yang berhabitus seperti tumbuhan tingkat tinggi (lumut daun) dalam batangnya
sudah ada sekelompok sel-sel memanjang sebagai buluh pengangkut.
- Sudah ada rizoid sebagai alat perekat.
- Gametofit hidup bebas, tetapi sporofit tergantung pada gametofit dalam penyediaan
hara.
- Gametangium dan sporangium multiselular serta mempunyai dinding yang terdiri atas
sel-sel steril.
- Setelah sel dibuahi oleh sel kelamin jantan, zigot yang terjadi terus berkembang
menjadi embrio dalam gametangium betina (arkegonium).

4. Mengapa alga hijau menjadi nenek moyang tumbuhan darat?


Menurut ilmuwan, alga sudah ada di bumi sejak lebih dari 2 milyar tahun yang lalu,
dan memiliki spesies yang sangat banyak jenisnya. Hal ini yang menyebabkan mengapa alga
hijau dikaitkan sebagai nenek moyang tumbuhan, karena sebagai organisme yang bersel
tunggal namun memiliki klorofil dan mampu melakukan fotosintesis. Adanya kemungkinan
alga bersel tunggal ini terus berevolusi sejak milyaran tahun yang lalu menjadi tumbuhan
yang lebih kompleks seperti yang kita temui saat ini.

5. Daur Hidup Marchantia


Lumut hati dapat berkembang biak secara aseksual dengan pembentukan kuncup atau
gemma dan secara seksual dengan pembentukan anteridium penghasil sperma dan
pembentukan arkegonium penghasil ovum. Lumut hati bersifat dioecious jantan dan betina
terpisah pada individu yang berbeda (berumah dua).
Berbeda dengan perkembang biakan aseksual yang terjadi melalui pembelahan
mitosis, perkembangbiakan seksual
melibatkan peranan gamet yang
dibentuk melalui pembelahan miosis
gamet-gamet pada tumbuhan lumut
dihasilkan oleh struktur khusus.
Gamet jantan dibentuk dalam
anteridium (jamak: anteridia),
sedangkan gamet betina dihasilkan
oleh struktur menyerupai botol yang
disebut arkegonium (jamak: arkegonia). Beberapa anteridia didukung oleh bangunan seperti
payung yang disebut anteridiofor, sedangkan kumpulan arkegonia terdapat pada suatu
pendukung yang disebut arkegoniofor. Bentuk arkegoniofor sangat mirip dengan anteridiofor,
namun pada bagian atap payung terdapat belahan-belahan yang dalam. Marchantia termasuk
tumbuhan berumah dua; talus tertentu hanya membentuk anteridiofor, sedangkan
arkegoniofor terdapat pada talus yang berbeda. Pada saat masak setiap arkegonium
menghasilkan sebuah sel telur, sedangkan anteridium membentuk sel sperma berflagela
dalam jumlah sangat banyak. Percikan air hujan membantu melepaskan sel sperma dari
anteridium. Air hujan juga merupakan medium yang memungkinkan sel sperma berenang
menuju sel telur dalam arkegonium. Dengan bantuan air hujan sel sperma dapat menempuh
jarak sampai 0.5 m dari tempat asalnya. Setelah sel sperma mencapai arkegonium masak
serta bertemu dengan sel telur terjadi proses fertilisasi. Zigot hasil fertilisasi selanjutnya akan
berkembang membentuk embrio multiseluler yang merupakan sporofit. Gametofit
menyediakan seluruh makanan serta air yang diperlukan dalam tahap awal perkembangan
sporofit muda tersebut. Pada tahap berikutnya sel-sel sporofit mengalami deferensiasi. Suatu
struktur menyerupai kenop pintu menancapkan sporofit pada jaringan arkegoniofor. Struktur
tersebut disebut kaki. Sporofit memiliki semacam tangkai pendek tebal yang disebut seta.
Bagian utama sporofit adalah suatu kapsul yang merupakan tempat perkembangan spora.
Selapis sel pada bagian paling luar kapsul membentuk jaket pelindung yang merupakan
jaringan steril. Lapisan terluar tersebut menyelubungi sel-sel di sebelah dalam yang akan
membentuk spora. Mula-mula sel-sel di bagian dalam ini membelah secara mitosis hingga
membentuk massa sel padat, sel-sel ini dikenal dengan sporosit. Setiap sporosit selanjutnya
mengalami pembelahan meiosis menghasilkan empat sel haploid yang akan berkembang
menjadi spora. Selain sporosit, di dalam kapsul dijumpai pula sel-sel yang tidak mengalami
meiosis sehingga tetap bersifat diploid. Sel-sel ini kemudian tumbuh memanjang serta
mengalami penebalan berbentuk spiral. Struktur ini dikenal dengan elatera. Elatera bersifat
sensitif terhadap kelembaban udara. Perubahan tingkat kelembaban udara menyebabkan
elatera tergulung atau terurai menanjang dengan cepat. Perubahan bentuk elatera secara tiba-
tiba ini berperan dalam penyebaran spora. Selama masa perkembangnnya sporofit dilindungi
oleh kaliptra, yaitu suatu jaringan menyerupai lembaran yang muncul dari gametofit. Pada
saat sporofit masak, terjadi robekan pada dinding kapsul sehingga spora tersebar dengan
bantuan angin. Pada kondisi yang sesuai spora berkecambah membentuk gametofit. Dalam
kehidupan tumbuhan lumut generasi sprorofit yang bersifat diploid akan dilanjutkan dengan
generasi gametofit yang bersifat hapliod. Hal ini biasa dikenal dengan pergiliran keturunan.
Marchantia polymorpha adalah salah satu jenis lumut, tepatnya lumut hati. Dalam
siklus hidupnya, lumut mengalami metagenesis. Metagenesis adalah pergiliran keturunan
antara generasi gametofit dan generasi sporofit. Pada lumut, fase yang dominan adalah
gametofit.
Metagenesis lumut
Spora -> Protonema -> Tumbuhan lumut -> Anteridium dan Arkegonium -> Sperma dan
Ovum -> Zigot -> Sporogonium -> Sporangium

FOTO TUMBUHAN LUMUT DI SEKITAR:


Lumut Daun

Lumut Hati

Anda mungkin juga menyukai