Siti Fatimah1a , Ditta Kharisma Yolanda Putri a , Rizki Fitria Darmayanti sebuah,
sebuah
Abstrak. Indonesia merupakan salah satu negara penghasil minyak atsiri, minyak atsiri juga merupakan
komoditas yang dapat menghasilkan devisa bagi negara. Oleh karena itu, minyak atsiri mendapat perhatian
khusus dari pemerintah Indonesia. Indonesia menghasilkan 40-50 jenis tanaman penghasil minyak atsiri dan
diperdagangkan di dunia. Ekstraksi menggunakan gelombang mikro dengan mekanisme dasar pemanasan
gelombang mikro melibatkan pengadukan molekul atau ion polar yang berosilasi akibat pengaruh medan
listrik dan magnet yang disebut polarisasi dipolar. Dari hasil analisa fisik dapat diketahui bahwa minyak atsiri
serai wangi diperoleh dengan menggunakan Solvent Free
Metode Microwave Extraction (SFME) telah memenuhi standar dan mutu minyak serai wangi berdasarkan
SNI 06-3953-1995, menurut parameter warna, berat jenis, dan kelarutan dalam air. Etanol 80% menunjukkan
minyak serai wangi dengan kualitas yang baik. Hasil GC-MS (Gas
Analisis Kromatografi-Spektrometri Massa) pada ekstraksi minyak atsiri serai wangi menggunakan metode
Solvent Free Microwave Extraction (SFME) diperoleh 2 komponen yaitu
serai wangi dan geraniol, dengan persentase sitronelal sebesar 8,64% dan 7,53%. Kondisi operasi yang
optimal untuk ekstraksi minyak atsiri dari bahan baku serai wangi menggunakan Solvent
Metode Free Microwave Extraction (SFME).
1. pengantar
Indonesia merupakan negara penghasil minyak atsiri, minyak atsiri juga merupakan komoditas
yang dapat menghasilkan devisa negara. Dengan demikian, minyak esensial mendapat perhatian khusus
dari pemerintah Indonesia. Indonesia menghasilkan 40-50 jenis tanaman yang menghasilkan
minyak atsiri dan diperdagangkan di dunia. Sampai saat ini Indonesia baru memproduksi beberapa
minyak atsiri seperti: minyak atsiri cengkeh, minyak atsiri daun kenanga, minyak atsiri daun nilam,
minyak atsiri akar wangi, minyak atsiri pala, minyak atsiri kayu putih, minyak atsiri sereh dan
Fatimah dkk. Jurnal Bahan Kimia Berbasis Hayati (2022) 2:56-64 Halaman 57 dari 64
minyak esensial cendana. Di Indonesia, ada 6 jenis minyak atsiri yang paling menonjol
di antaranya adalah: minyak pala, minyak akar wangi, minyak nilam, minyak kayu putih, minyak cengkeh dan minyak sereh.
Serai (Cymbopogon nardus (L.)) merupakan salah satu tanaman penghasil minyak atsiri
dari famili Poaceae dan dikenal di Indonesia sebelum Perang Dunia II. Sereh mengandung
sekitar 1-2% minyak esensial secara kering dan komposisi minyak esensial tergantung pada
keragaman perlakuan, habitat, dan genetik tanaman [1]. Menurut minyak sereh adalah namanya
minyak atsiri serai wangi dalam dunia perdagangan. Minyak atsiri serai termasuk dalam salah satu
komoditas minyak atsiri yang memiliki prospek cukup besar diantara minyak atsiri lainnya [2].
Tanaman serai wangi memiliki aroma khas lemon karena kandungan utama
serai wangi, yaitu sitral. Citral adalah kombinasi dari isomer netral dan geranial, biasanya digunakan
sebagai bahan baku produk ionin, beta karoten, dan vitamin A. Minyak esensial serai
juga telah terbukti memiliki sifat anti-oksidan, anti-bakteri dan anti-jamur yang tinggi [3].
metode hidrodistilasi, penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa metode distilasi ini memakan waktu
lama dan juga membutuhkan banyak pelarut untuk mendapatkan hasil rendemen, hal ini kurang efisien dalam hal
waktu dan tenaga serta kurang ramah terhadap lingkungan [4]. Oleh karena itu, sebuah metode adalah
dikembangkan dalam proses ekstraksi minyak atsiri yaitu dengan menggunakan Microwave Assisted
Ekstraksi (MAE) metode. Metode Microwave Assisted Extraction (MAE) terdiri dari:
Metode Ekstraksi (SFME). Pada metode ini, proses ekstraksi dilakukan tanpa menggunakan
pelarut apapun dan juga memanfaatkan panas dari microwave [5]. Metode ini juga menggabungkan
pemanasan microwave dan distilasi dengan tekanan atmosfer. Prinsip dari metode ini adalah
sehingga tidak menggunakan air atau pelarut organik, sehingga proses ekstraksinya menggunakan air
kandungan yang terkandung di dalam tanaman, sehingga selama proses ekstraksi bahan baku menjadi
Berdasarkan uraian di atas, penelitian ini menggunakan serai wangi untuk mengekstrak minyak atsiri
menggunakan metode ekstraksi yaitu Solvent-Free Microwave Extraction (SFME) yang memiliki
belum pernah dilakukan sebelumnya, sehingga penelitian ini dilakukan dengan menggunakan Microwave Bebas Pelarut
Ekstraksi (SFME) dan menganalisis kualitas minyak atsiri serai wangi yang dihasilkan berdasarkan
Fatimah dkk. Jurnal Bahan Kimia Berbasis Hayati (2022) 2:56-64 Halaman 58 dari 64
2.1. Bahan:
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun serai wangi dengan kadar air 48-52%.
dan etanol 80%. Untuk skema alat dalam Ekstraksi Microwave Bebas Pelarut
metode, alat utama terdiri dari microwave. Spesifikasi peralatan penelitian ini
adalah Microwave, Gelas beaker 100 ml, Gelas beaker 250 ml, Botol Vial, Spatula, Analytical
timbangan, labu alas bulat 1000 ml, labu bulat 2 lebar 1000 ml, Oven, Klem, Statif,
(SEM).
Langkah pertama bahan baku berupa daun serai diambil segar dari
lapangan, kemudian daun serai dibersihkan dari kotoran yang menempel agar tidak mengganggu
proses ekstraksi, kemudian daun serai wangi dipotong menjadi ukuran 2-3 cm.
Proses ekstraksi dimulai dengan menimbang bahan baku sesuai dengan variabelnya
kemudian memasang alat ekstraksi kemudian memasukkan bahan baku serai wangi ke dalam destilasi
labu, untuk langkah selanjutnya mengalirkan air di sistem air pendingin kemudian masukkan labu ke dalam
microwave, setelah termos dimasukkan langkah selanjutnya adalah menyalakan microwave dan mengatur
daya gelombang mikro sesuai dengan variabel, kemudian catat waktu distilasi mulai dari
tetes pertama destilat keluar, kemudian hentikan proses ekstraksi setelah waktu yang ditentukan sesuai
untuk variabel dan untuk langkah terakhir menyimpan minyak atsiri dalam botol.
3. Hasil dan Diskusi
Penelitian ini menggunakan bahan baku serai wangi yang diperoleh dari Desa Kemuning Lor, Arjasa
Kecamatan, Kabupaten Jember dan telah ditentukan sesuai variabel yaitu segar
Fatimah dkk. Jurnal Bahan Kimia Berbasis Hayati (2022) 2:56-64 Halaman 59 dari 64
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah perbandingan antara massa bahan baku dengan volume
penyuling, daya gelombang mikro dan waktu ekstraksi. Rasio massa bahan baku dalam
penelitian ini adalah 0,05; 0,10 dan 0,15 g/ml dalam keadaan segar dan dimasukkan ke dalam labu destilasi dengan volume
1000 ml, ukuran pemotongan bahan panjang 2-3 cm karena daun serai wangi
dikelilingi oleh kelenjar minyak, kantong minyak dan pembuluh sehingga jika tidak dipotong akan menyebabkan minyak tidak
diekstraksi secara optimal. Pemilihan variabel rasio massa material ini bertujuan untuk memprediksi rendemen
hasil. Untuk daya gelombang mikro pada penelitian ini menggunakan daya 300 W, 450 W, dan 600 W
daya gelombang mikro dalam ekstraksi ini disebabkan oleh pengaruh jumlah energi panas yang
Ekstraksi minyak atsiri serai wangi dalam penelitian ini menggunakan Microwave Bebas Pelarut
Metode ekstraksi (SFME) dari bahan baku segar. Hasil yang dihasilkan dengan menggunakan metode ini adalah
besar karena pengaruh kadar air dalam bahan segar. Ini karena
ekstraksi dengan bahan baku segar memiliki jumlah air yang jauh lebih kecil di penyuling. kecil
jumlah air akan mempercepat peningkatan suhu dan dengan peningkatan yang cepat ini
suhu, itu akan mempercepat pembukaan kelenjar minyak dan menyebabkan tingkat peningkatan yang lebih cepat
dalam hasil.
Metode Ekstraksi Microwave Bebas Pelarut adalah metode ekstraksi tanpa menggunakan
pelarut dengan memanfaatkan gelombang mikro sebagai pemanas. proses ekstraksi Solvent Free
Metode Microwave Extraction terjadi sinergi antara perpindahan massa dan perpindahan panas dari
dalam dan luar karena internal overheating sehingga proses ekstraksi lebih cepat. Di dalam
metode, air yang terkandung dalam bahan direfluks ke dalam labu destilasi menggunakan clenjer.
Fatimah dkk. Jurnal Bahan Kimia Berbasis Hayati (2022) 2:56-64 Halaman 60 dari 64
Gambar 2. Grafik pengaruh daya gelombang mikro terhadap rendemen minyak daun serai wangi
Daya adalah jumlah energi yang diberikan per satuan waktu. Dalam proses ekstraksi, daya
berpengaruh besar terhadap rendemen minyak serai wangi yang akan dihasilkan. Daya gelombang mikro adalah
erat kaitannya dengan temperatur proses, dimana semakin besar daya yang digunakan maka sistem
temperatur pada proses ekstraksi akan meningkat lebih cepat [7]. Efek power on
suhu terletak pada kenaikan suhu. Semakin besar daya, semakin cepat suhu
Berdasarkan Gambar 2 terlihat bahwa rendemen tertinggi pada 450 watt dengan perbandingan massa
0,10 g/ml. Mirip dengan penelitian [9] tentang ekstraksi akar wangi, diperoleh nilai rendemen tertinggi
ketika daya 450 watt dalam kondisi bahan baku segar. Ini karena kekuatannya adalah
stabil (daya tidak terlalu rendah dan tinggi, sehingga jika daya rendah menyebabkan perpindahan panas terhambat dan
sulit untuk masuk ke dalam bahan, sedangkan untuk daya tinggi dapat menyebabkan bahan cepat terbakar
karena perpindahan panas yang tinggi dan merusak kelenjar minyak), maka dengan daya yang stabil dapat mengakibatkan
bahan dapat diekstraksi dengan baik. Pada parameter ini terlihat bahwa semakin besar
daya gelombang mikro yang digunakan, molekul polar dalam bahan saat terkena gelombang mikro
radiasi akan mengalami rotasi yang lebih cepat (gerak osilasi dan saling bertabrakan) dan
menghasilkan energi panas (heat) sehingga molekul target dapat terekstraksi. keluar dari bahan.
Penurunan hasil terjadi pada 300, 450 dan 600 watt dengan perbandingan massa 0,05 g/mL. Penyebab dari
penurunan rendemen disebabkan oleh kecilnya massa bahan baku yang digunakan, sedangkan daya yang kecil juga
mempengaruhi kecilnya transfer energi dalam sampel dan menyebabkan rendemen tidak optimal karena
degradasi bahan. Didukung oleh penelitian yaitu ekstraksi kulit jeruk bali menggunakan
Fatimah dkk. Jurnal Bahan Kimia Berbasis Hayati (2022) 2:56-64 Halaman 61 dari 64
Metode SFME pada daya 300 watt dan 450 watt hasil penurunan sebesar 5,3% karena kerusakan
ke kelenjar minyak pada daya gelombang mikro yang lebih tinggi. Daya yang terlalu tinggi juga dapat menyebabkan bahan baku
agar lebih cepat kering. Menurut [7] kandungan air pada tanaman juga berpengaruh, sehingga semakin tinggi
daya yang digunakan, semakin cepat titik didihnya. Pada penelitian ini, rendemen optimum diperoleh pada suhu 300
watt daya dan daya 450 watt dengan perbandingan massa 0,10 g/ml. Kandungan air dalam
tanaman juga berpengaruh, jadi semakin tinggi daya yang digunakan, semakin cepat titik didihnya. Dalam studi ini,
rendemen optimum diperoleh pada daya 300 watt dan daya 450 watt dengan perbandingan massa
0,10 g/ml. 2008) kandungan air dalam tanaman juga berpengaruh, jadi semakin tinggi dayanya
digunakan, semakin cepat titik didihnya. Pada penelitian ini didapatkan rendemen optimum pada tegangan 300 watt
daya dan daya 450 watt dengan perbandingan massa 0,10 g/ml.
Gambar 3. Grafik pengaruh perbandingan antara massa bahan baku dengan volume penyuling (f/d) terhadap rendemen serai wangi
minyak
Ekstraksi minyak serai wangi dengan metode ekstraksi microwave bebas pelarut menggunakan massa
rasio 0,05; 0,10; 0,15 g/mL dan untuk masing-masing variabel akan ditempatkan dalam labu destilasi dengan a
volumenya 1000ml. Pengaruh massa bahan per volume penyuling (F/D) pada hasil dapat dilihat
pada Gambar 3.
Berdasarkan Gambar 3, rasio optimum ditemukan pada 0,10 g/mL. Hal ini didukung oleh
penelitian ekstraksi minyak atsiri daun kayu putih dengan menggunakan Solvent Free
Metode Microwave Extraction (SFME) dalam kondisi segar, rendemen optimum diperoleh pada
perbandingan massa 0,10 g/ml. Selanjutnya, pada ekstraksi minyak atsiri serai wangi, terjadi
peningkatan hasil dari rasio 0,05 gr/ml menjadi 0,10 gr/ml pada daya 450 watt. Namun, ada
Fatimah dkk. Jurnal Bahan Kimia Berbasis Hayati (2022) 2:56-64 Halaman 62 dari 64
terjadi penurunan rendemen pada perbandingan 0,15gr/ml. Hal ini didukung oleh penelitian tentang ekstraksi
minyak esensial dari batang, daun, dan kulit jeruk nipis dengan Microwave Bebas Pelarut
Metode ekstraksi pada efek rasio antara massa bahan baku dan volume
penyuling terhadap rendemen minyak daun jeruk purut segar. optimal pada 0,25 g/ml, Secara garis besar,
rendemen meningkat dari rasio 0,05 gr/ml menjadi 0,25 gr/ml, namun pada rasio 0,3 gr/ml menurun
dan disebabkan oleh beberapa faktor seperti jumlah bahan dalam labu destilasi,
densitas material dapat menyebabkan terbentuknya jalur. uap "lubang tikus" yang akan mempengaruhi
rendemen minyak atsiri, baik meningkatkan rendemen maupun mengurangi rendemen minyak atsiri. Itu
faktor kerapatan bahan adalah perbandingan antara massa bahan dan kapasitas volume
labu penyuling. Hal ini dapat menyebabkan uap yang dihasilkan oleh panas gelombang mikro menjadi sulit untuk
menembus bahan untuk membawa molekul minyak yang terdifusi keluar dari bahan [6]. Sebagai tambahan,
rasio yang digunakan berkaitan dengan seberapa padat (jumlah) bahan baku yang dimasukkan ke dalam labu destilasi,
hal ini menyebabkan rendemen minyak serai wangi menurun. Untuk hasil terendah, berdasarkan Gambar 2, yang
adalah 0,7181 pada daya 300 watt, bahan 150 gram, dan waktu 60 menit.
Gambar 4. menunjukkan hubungan antara waktu ekstraksi dan rendemen minyak serai wangi. Itu
ekstraksi minyak serai wangi menggunakan metode Solvent Free Microwave Extraction selama 30 dan 60
menit yaitu pada 300 watt 450 watt menghasilkan rendemen yang cenderung meningkat terus menerus dengan
meningkatkan waktu ekstraksi. Namun, pada 600 watt hasil menurun karena panas tinggi
dilepaskan menyebabkan bahan baku cepat kering. Hasil terendah adalah pada 90 menit 600 watt
massa 100 gram dengan hasil 0,8259, ini karena daya tinggi dan penyebab lama
Fatimah dkk. Jurnal Bahan Kimia Berbasis Hayati (2022) 2:56-64 Halaman 63 dari 64
bahan baku dikeringkan hingga hangus. Sesuai dengan waktu ekstraksi yang lebih lama, peningkatan
dalam hasil yang diperoleh menjadi lebih kecil atau lebih kecil.
Kualitas minyak atsiri dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti bahan baku, pasca
penanganan panen, proses produksi dan penyimpanan. Berdasarkan hasil penelitian ini adalah
diketahui bahwa kualitas minyak atsiri serai wangi dipengaruhi oleh salah satu faktor yaitu mentah
bahan, bahan baku dalam penelitian ini berada dalam kondisi yang berbeda, seperti perbedaan
kondisi bahan dari pasca panen hingga proses ekstraksi, kondisi bahan dari segar
hingga agak layu. dan ini menyebabkan kandungan minyak atsirinya berbeda. Dari hasil
terkandung dalam minyak atsiri serai wangi. Ada dua senyawa dengan % luas tertinggi,
sitronelal dengan rendemen 8,64% dengan berat molekul 154 dan termasuk dalam golongan
monoterpen teroksidasi. Senyawa tertinggi kedua adalah geraniol dengan rendemen 7,53%, a
Pada penelitian sebelumnya untuk hasil minyak atsiri geraniol dan sitonellal citronella menggunakan
metanol sebagai pelarut, yaitu masing-masing 20,07% dan 36,11%. Hasil ini berbeda
karena beberapa faktor seperti metode yang digunakan dan juga daerah asal bahan baku,
seperti faktor cuaca dan kondisi tanah selama proses penanaman serai wangi. GC-MS
(sebuah) (b)
Gambar 5. Hasil SEM daun serai wangi dengan perbesaran 1000 kali (a) sebelum ekstraksi (b) setelah ekstraksi
4. Kesimpulan
Pengaruh daya gelombang mikro, rasio massa bahan baku dengan volume
penyuling F/D dan waktu ekstraksi yang dihasilkan serta kesesuaian ekstraksi
Fatimah dkk. Jurnal Bahan Kimia Berbasis Hayati (2022) 2:56-64 Halaman 64 dari 64
hasil ke SNI yaitu kenaikan rendemen terjadi pada daya 300 - 450 watt, namun menurun
pada 600 watt dengan rasio bahan baku 0,10 g /ml, jumlah bahan baku yang terkandung dalam
labu destilasi menyebabkan peningkatan jumlah rendemen yaitu pada perbandingan 0,05 g/ml
– 0,10 g/ml, tetapi ada penurunan rasio 0,15 g/ml karena kepadatan bahan baku,
waktu ekstraksi cenderung meningkat pada variabel 30-60 menit, namun terjadi penurunan pada
komponen minyak atsiri serai wangi yaitu serai wangi dan geraniol dengan jumlah yang melimpah
minyak memiliki kualitas yang baik karena memenuhi Standar Nasional Indonesia yaitu parameter
warna, berat jenis, dan kelarutan alkohol 80%. Kondisi optimal untuk mengekstraksi
minyak atsiri serai wangi menggunakan metode Solvent Free Microwave Extraction (SFME) adalah sebagai
berikut daya optimal yang didapat saat menggunakan daya 450 watt dengan rendemen 1,096%,
perbandingan antara serai wangi dan penyuling (F/D) diperoleh kondisi optimum pada massa
rasio 0,10 gr/ml, dengan rendemen 1,0969%, waktu optimal untuk proses ekstraksi adalah 60
Penelitian ini didukung dan difasilitasi oleh Desa Kemuning Lor, Kecamatan Arjasa, Jember
REFERENSI
[1] Ranitha, M., AH Nour, ZA Sulaiman, AH Nour, dan ST Raj. Studi perbandingan minyak atsiri sereh
(Cymbopogon citratus) yang diekstraksi dengan Metode Microwave-Assisted Hydrodistillation (MAHD)
dan Conventional Hydrodstillation (HD).
Jurnal internasional teknik kimia dan aplikasi 5(2) (2014).
[2] Sulaswatty, A., MS Rusli, H. Abimanyu, dan S. Tursiloadi. Quo vadis minyak serai dan
produk turunannya. Jakarta: LIPI Press2019.
[3] Ranade, SS dan P. Thiagarajan. Serai. Jurnal internasional farmasi
kajian dan penelitian sains 35(2) (2015) 162-167.
[4] Lucchesi, ME, Chemat, F. & Smadja, J. Ekstraksi gelombang mikro bebas pelarut: alat inovatif untuk
ekstraksi cepat minyak esensial dari bumbu dan rempah-rempah aromatik. Jurnal kekuatan
gelombang mikro dan energi elektromagnetik, 39(3-4) (2004) 135-139.
[5] Li, Y., Fabiano-Tixier, AS, Vian, MA & Chemat, F. Ekstraksi gelombang mikro bebas pelarut dari
senyawa bioaktif menyediakan alat untuk kimia analitik hijau. Tren TrAC dalam kimia analitik, 47(6)
(2013) 1-11.
[6] Guenther, E, Minyak atsiri, Baru: Van Nostrand Company Inc IV.1950.