Anda di halaman 1dari 9

Machine Translated by Google

JURNAL KIMIA BERBASIS BIOBAS


Jilid 2, 2022, hal. 56 – 64

Beranda jurnal: http://journal.unej.ac.id/JOBC

Ekstraksi Minyak Atsiri dari Sereh (Cymbopogon nardus (L.))

Menggunakan Metode Ekstraksi Gelombang Mikro Bebas Pelarut (SFME)

Siti Fatimah1a , Ditta Kharisma Yolanda Putri a , Rizki Fitria Darmayanti sebuah,

sebuah

Department of Chemical Engineering, Universitas Jember, Indonesia 68121

(Diterima: 20 Januari 2022; Direvisi: 20 Maret 2022; Diterima: 18 Juli 2022)

Abstrak. Indonesia merupakan salah satu negara penghasil minyak atsiri, minyak atsiri juga merupakan
komoditas yang dapat menghasilkan devisa bagi negara. Oleh karena itu, minyak atsiri mendapat perhatian
khusus dari pemerintah Indonesia. Indonesia menghasilkan 40-50 jenis tanaman penghasil minyak atsiri dan
diperdagangkan di dunia. Ekstraksi menggunakan gelombang mikro dengan mekanisme dasar pemanasan
gelombang mikro melibatkan pengadukan molekul atau ion polar yang berosilasi akibat pengaruh medan
listrik dan magnet yang disebut polarisasi dipolar. Dari hasil analisa fisik dapat diketahui bahwa minyak atsiri
serai wangi diperoleh dengan menggunakan Solvent Free
Metode Microwave Extraction (SFME) telah memenuhi standar dan mutu minyak serai wangi berdasarkan
SNI 06-3953-1995, menurut parameter warna, berat jenis, dan kelarutan dalam air. Etanol 80% menunjukkan
minyak serai wangi dengan kualitas yang baik. Hasil GC-MS (Gas
Analisis Kromatografi-Spektrometri Massa) pada ekstraksi minyak atsiri serai wangi menggunakan metode
Solvent Free Microwave Extraction (SFME) diperoleh 2 komponen yaitu
serai wangi dan geraniol, dengan persentase sitronelal sebesar 8,64% dan 7,53%. Kondisi operasi yang
optimal untuk ekstraksi minyak atsiri dari bahan baku serai wangi menggunakan Solvent
Metode Free Microwave Extraction (SFME).

Kata kunci: Ekstraksi, Sereh, Microwave, GC-MS (Gas Chromatography-Massa


Spektrometri)

1. pengantar

Indonesia merupakan negara penghasil minyak atsiri, minyak atsiri juga merupakan komoditas

yang dapat menghasilkan devisa negara. Dengan demikian, minyak esensial mendapat perhatian khusus

dari pemerintah Indonesia. Indonesia menghasilkan 40-50 jenis tanaman yang menghasilkan

minyak atsiri dan diperdagangkan di dunia. Sampai saat ini Indonesia baru memproduksi beberapa

minyak atsiri seperti: minyak atsiri cengkeh, minyak atsiri daun kenanga, minyak atsiri daun nilam,

minyak atsiri akar wangi, minyak atsiri pala, minyak atsiri kayu putih, minyak atsiri sereh dan

penulis korespondensi: rfdarmayanti@unej.ac.id


Machine Translated by Google

Fatimah dkk. Jurnal Bahan Kimia Berbasis Hayati (2022) 2:56-64 Halaman 57 dari 64

minyak esensial cendana. Di Indonesia, ada 6 jenis minyak atsiri yang paling menonjol

di antaranya adalah: minyak pala, minyak akar wangi, minyak nilam, minyak kayu putih, minyak cengkeh dan minyak sereh.

Serai (Cymbopogon nardus (L.)) merupakan salah satu tanaman penghasil minyak atsiri

dari famili Poaceae dan dikenal di Indonesia sebelum Perang Dunia II. Sereh mengandung

sekitar 1-2% minyak esensial secara kering dan komposisi minyak esensial tergantung pada

keragaman perlakuan, habitat, dan genetik tanaman [1]. Menurut minyak sereh adalah namanya

minyak atsiri serai wangi dalam dunia perdagangan. Minyak atsiri serai termasuk dalam salah satu

komoditas minyak atsiri yang memiliki prospek cukup besar diantara minyak atsiri lainnya [2].

Tanaman serai wangi memiliki aroma khas lemon karena kandungan utama

serai wangi, yaitu sitral. Citral adalah kombinasi dari isomer netral dan geranial, biasanya digunakan

sebagai bahan baku produk ionin, beta karoten, dan vitamin A. Minyak esensial serai

juga telah terbukti memiliki sifat anti-oksidan, anti-bakteri dan anti-jamur yang tinggi [3].

Proses ekstraksi minyak atsiri biasanya menggunakan cara konvensional, yaitu:

metode hidrodistilasi, penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa metode distilasi ini memakan waktu

lama dan juga membutuhkan banyak pelarut untuk mendapatkan hasil rendemen, hal ini kurang efisien dalam hal

waktu dan tenaga serta kurang ramah terhadap lingkungan [4]. Oleh karena itu, sebuah metode adalah

dikembangkan dalam proses ekstraksi minyak atsiri yaitu dengan menggunakan Microwave Assisted

Ekstraksi (MAE) metode. Metode Microwave Assisted Extraction (MAE) terdiri dari:

Microwave Assisted Hydrodistillation (MAHD), Microwave Steam Distillation (MSD),

Microwave Steam Diffusion (MSDf), dan lain-lain.

Berdasarkan metode di atas, pengembangan lebih lanjut dari Microwave berikutnya

Metode Hidrodistilasi (MHD) yang dilakukan yaitu Microwave Bebas Pelarut

Metode Ekstraksi (SFME). Pada metode ini, proses ekstraksi dilakukan tanpa menggunakan

pelarut apapun dan juga memanfaatkan panas dari microwave [5]. Metode ini juga menggabungkan

pemanasan microwave dan distilasi dengan tekanan atmosfer. Prinsip dari metode ini adalah

sehingga tidak menggunakan air atau pelarut organik, sehingga proses ekstraksinya menggunakan air

kandungan yang terkandung di dalam tanaman, sehingga selama proses ekstraksi bahan baku menjadi

diekstraksi tidak akan bersentuhan dengan bahan kimia [4].

Berdasarkan uraian di atas, penelitian ini menggunakan serai wangi untuk mengekstrak minyak atsiri

menggunakan metode ekstraksi yaitu Solvent-Free Microwave Extraction (SFME) yang memiliki

belum pernah dilakukan sebelumnya, sehingga penelitian ini dilakukan dengan menggunakan Microwave Bebas Pelarut

Ekstraksi (SFME) dan menganalisis kualitas minyak atsiri serai wangi yang dihasilkan berdasarkan

e-ISSN: 2746-2544, p-ISSN: 2746-3257


Machine Translated by Google

Fatimah dkk. Jurnal Bahan Kimia Berbasis Hayati (2022) 2:56-64 Halaman 58 dari 64

standar SNI 06-2386-2006.

2. Bahan dan metode

2.1. Bahan:

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun serai wangi dengan kadar air 48-52%.
dan etanol 80%. Untuk skema alat dalam Ekstraksi Microwave Bebas Pelarut

metode, alat utama terdiri dari microwave. Spesifikasi peralatan penelitian ini

adalah Microwave, Gelas beaker 100 ml, Gelas beaker 250 ml, Botol Vial, Spatula, Analytical

timbangan, labu alas bulat 1000 ml, labu bulat 2 lebar 1000 ml, Oven, Klem, Statif,

Kromatografi Gas-Spektrometri Massa (GC-MS) dan Mikroskop Elektron Pemindaian

(SEM).

Penelitian dilakukan di Laboratorium Kimia Dasar dan Bioproses

Laboratorium Program Studi Teknik/Teknik Kimia, Jurusan

Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Jember. Kegiatan penelitian adalah

dilaksanakan sekitar bulan November 2020 hingga Januari 2021.

2.2. Persiapan bahan

Langkah pertama bahan baku berupa daun serai diambil segar dari

lapangan, kemudian daun serai dibersihkan dari kotoran yang menempel agar tidak mengganggu

proses ekstraksi, kemudian daun serai wangi dipotong menjadi ukuran 2-3 cm.

2.3. Ekstraksi menggunakan metode Solvent Free Microwave Extraction (SFME)

Proses ekstraksi dimulai dengan menimbang bahan baku sesuai dengan variabelnya

kemudian memasang alat ekstraksi kemudian memasukkan bahan baku serai wangi ke dalam destilasi

labu, untuk langkah selanjutnya mengalirkan air di sistem air pendingin kemudian masukkan labu ke dalam

microwave, setelah termos dimasukkan langkah selanjutnya adalah menyalakan microwave dan mengatur

daya gelombang mikro sesuai dengan variabel, kemudian catat waktu distilasi mulai dari

tetes pertama destilat keluar, kemudian hentikan proses ekstraksi setelah waktu yang ditentukan sesuai

untuk variabel dan untuk langkah terakhir menyimpan minyak atsiri dalam botol.
3. Hasil dan Diskusi

Penelitian ini menggunakan bahan baku serai wangi yang diperoleh dari Desa Kemuning Lor, Arjasa

Kecamatan, Kabupaten Jember dan telah ditentukan sesuai variabel yaitu segar

kondisi. Di sini seperti yang terlihat pada Gambar di bawah ini:

e-ISSN: 2746-2544, p-ISSN: 2746-3257


Machine Translated by Google

Fatimah dkk. Jurnal Bahan Kimia Berbasis Hayati (2022) 2:56-64 Halaman 59 dari 64

Gambar 1. Tanaman serai wangi segar

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah perbandingan antara massa bahan baku dengan volume

penyuling, daya gelombang mikro dan waktu ekstraksi. Rasio massa bahan baku dalam

penelitian ini adalah 0,05; 0,10 dan 0,15 g/ml dalam keadaan segar dan dimasukkan ke dalam labu destilasi dengan volume

1000 ml, ukuran pemotongan bahan panjang 2-3 cm karena daun serai wangi

dikelilingi oleh kelenjar minyak, kantong minyak dan pembuluh sehingga jika tidak dipotong akan menyebabkan minyak tidak

diekstraksi secara optimal. Pemilihan variabel rasio massa material ini bertujuan untuk memprediksi rendemen

hasil. Untuk daya gelombang mikro pada penelitian ini menggunakan daya 300 W, 450 W, dan 600 W

daya gelombang mikro dalam ekstraksi ini disebabkan oleh pengaruh jumlah energi panas yang

akan diterima oleh bahan baku [7].

Ekstraksi minyak atsiri serai wangi dalam penelitian ini menggunakan Microwave Bebas Pelarut

Metode ekstraksi (SFME) dari bahan baku segar. Hasil yang dihasilkan dengan menggunakan metode ini adalah

besar karena pengaruh kadar air dalam bahan segar. Ini karena

ekstraksi dengan bahan baku segar memiliki jumlah air yang jauh lebih kecil di penyuling. kecil

jumlah air akan mempercepat peningkatan suhu dan dengan peningkatan yang cepat ini

suhu, itu akan mempercepat pembukaan kelenjar minyak dan menyebabkan tingkat peningkatan yang lebih cepat

dalam hasil.

Metode Ekstraksi Microwave Bebas Pelarut adalah metode ekstraksi tanpa menggunakan

pelarut dengan memanfaatkan gelombang mikro sebagai pemanas. proses ekstraksi Solvent Free

Metode Microwave Extraction terjadi sinergi antara perpindahan massa dan perpindahan panas dari

dalam dan luar karena internal overheating sehingga proses ekstraksi lebih cepat. Di dalam

metode, air yang terkandung dalam bahan direfluks ke dalam labu destilasi menggunakan clenjer.

e-ISSN: 2746-2544, p-ISSN: 2746-3257


Machine Translated by Google

Fatimah dkk. Jurnal Bahan Kimia Berbasis Hayati (2022) 2:56-64 Halaman 60 dari 64

Gambar 2. Grafik pengaruh daya gelombang mikro terhadap rendemen minyak daun serai wangi

Daya adalah jumlah energi yang diberikan per satuan waktu. Dalam proses ekstraksi, daya

berpengaruh besar terhadap rendemen minyak serai wangi yang akan dihasilkan. Daya gelombang mikro adalah

erat kaitannya dengan temperatur proses, dimana semakin besar daya yang digunakan maka sistem

temperatur pada proses ekstraksi akan meningkat lebih cepat [7]. Efek power on

suhu terletak pada kenaikan suhu. Semakin besar daya, semakin cepat suhu

kenaikan yang terjadi pada proses ekstraksi.

Berdasarkan Gambar 2 terlihat bahwa rendemen tertinggi pada 450 watt dengan perbandingan massa

0,10 g/ml. Mirip dengan penelitian [9] tentang ekstraksi akar wangi, diperoleh nilai rendemen tertinggi

ketika daya 450 watt dalam kondisi bahan baku segar. Ini karena kekuatannya adalah

stabil (daya tidak terlalu rendah dan tinggi, sehingga jika daya rendah menyebabkan perpindahan panas terhambat dan

sulit untuk masuk ke dalam bahan, sedangkan untuk daya tinggi dapat menyebabkan bahan cepat terbakar

karena perpindahan panas yang tinggi dan merusak kelenjar minyak), maka dengan daya yang stabil dapat mengakibatkan

bahan dapat diekstraksi dengan baik. Pada parameter ini terlihat bahwa semakin besar

daya gelombang mikro yang digunakan, molekul polar dalam bahan saat terkena gelombang mikro

radiasi akan mengalami rotasi yang lebih cepat (gerak osilasi dan saling bertabrakan) dan

menghasilkan energi panas (heat) sehingga molekul target dapat terekstraksi. keluar dari bahan.

Penurunan hasil terjadi pada 300, 450 dan 600 watt dengan perbandingan massa 0,05 g/mL. Penyebab dari

penurunan rendemen disebabkan oleh kecilnya massa bahan baku yang digunakan, sedangkan daya yang kecil juga

mempengaruhi kecilnya transfer energi dalam sampel dan menyebabkan rendemen tidak optimal karena

degradasi bahan. Didukung oleh penelitian yaitu ekstraksi kulit jeruk bali menggunakan

e-ISSN: 2746-2544, p-ISSN: 2746-3257


Machine Translated by Google

Fatimah dkk. Jurnal Bahan Kimia Berbasis Hayati (2022) 2:56-64 Halaman 61 dari 64

Metode SFME pada daya 300 watt dan 450 watt hasil penurunan sebesar 5,3% karena kerusakan

ke kelenjar minyak pada daya gelombang mikro yang lebih tinggi. Daya yang terlalu tinggi juga dapat menyebabkan bahan baku

agar lebih cepat kering. Menurut [7] kandungan air pada tanaman juga berpengaruh, sehingga semakin tinggi

daya yang digunakan, semakin cepat titik didihnya. Pada penelitian ini, rendemen optimum diperoleh pada suhu 300

watt daya dan daya 450 watt dengan perbandingan massa 0,10 g/ml. Kandungan air dalam

tanaman juga berpengaruh, jadi semakin tinggi daya yang digunakan, semakin cepat titik didihnya. Dalam studi ini,

rendemen optimum diperoleh pada daya 300 watt dan daya 450 watt dengan perbandingan massa

0,10 g/ml. 2008) kandungan air dalam tanaman juga berpengaruh, jadi semakin tinggi dayanya

digunakan, semakin cepat titik didihnya. Pada penelitian ini didapatkan rendemen optimum pada tegangan 300 watt

daya dan daya 450 watt dengan perbandingan massa 0,10 g/ml.

Gambar 3. Grafik pengaruh perbandingan antara massa bahan baku dengan volume penyuling (f/d) terhadap rendemen serai wangi
minyak

Ekstraksi minyak serai wangi dengan metode ekstraksi microwave bebas pelarut menggunakan massa

rasio 0,05; 0,10; 0,15 g/mL dan untuk masing-masing variabel akan ditempatkan dalam labu destilasi dengan a

volumenya 1000ml. Pengaruh massa bahan per volume penyuling (F/D) pada hasil dapat dilihat

pada Gambar 3.

Berdasarkan Gambar 3, rasio optimum ditemukan pada 0,10 g/mL. Hal ini didukung oleh

penelitian ekstraksi minyak atsiri daun kayu putih dengan menggunakan Solvent Free

Metode Microwave Extraction (SFME) dalam kondisi segar, rendemen optimum diperoleh pada

perbandingan massa 0,10 g/ml. Selanjutnya, pada ekstraksi minyak atsiri serai wangi, terjadi

peningkatan hasil dari rasio 0,05 gr/ml menjadi 0,10 gr/ml pada daya 450 watt. Namun, ada

e-ISSN: 2746-2544, p-ISSN: 2746-3257


Machine Translated by Google

Fatimah dkk. Jurnal Bahan Kimia Berbasis Hayati (2022) 2:56-64 Halaman 62 dari 64

terjadi penurunan rendemen pada perbandingan 0,15gr/ml. Hal ini didukung oleh penelitian tentang ekstraksi

minyak esensial dari batang, daun, dan kulit jeruk nipis dengan Microwave Bebas Pelarut

Metode ekstraksi pada efek rasio antara massa bahan baku dan volume

penyuling terhadap rendemen minyak daun jeruk purut segar. optimal pada 0,25 g/ml, Secara garis besar,

rendemen meningkat dari rasio 0,05 gr/ml menjadi 0,25 gr/ml, namun pada rasio 0,3 gr/ml menurun

dan disebabkan oleh beberapa faktor seperti jumlah bahan dalam labu destilasi,

densitas material dapat menyebabkan terbentuknya jalur. uap "lubang tikus" yang akan mempengaruhi

rendemen minyak atsiri, baik meningkatkan rendemen maupun mengurangi rendemen minyak atsiri. Itu

faktor kerapatan bahan adalah perbandingan antara massa bahan dan kapasitas volume

labu penyuling. Hal ini dapat menyebabkan uap yang dihasilkan oleh panas gelombang mikro menjadi sulit untuk

menembus bahan untuk membawa molekul minyak yang terdifusi keluar dari bahan [6]. Sebagai tambahan,

rasio yang digunakan berkaitan dengan seberapa padat (jumlah) bahan baku yang dimasukkan ke dalam labu destilasi,

hal ini menyebabkan rendemen minyak serai wangi menurun. Untuk hasil terendah, berdasarkan Gambar 2, yang

adalah 0,7181 pada daya 300 watt, bahan 150 gram, dan waktu 60 menit.

Gambar 4. Grafik pengaruh waktu terhadap rendemen minyak serai

Gambar 4. menunjukkan hubungan antara waktu ekstraksi dan rendemen minyak serai wangi. Itu

ekstraksi minyak serai wangi menggunakan metode Solvent Free Microwave Extraction selama 30 dan 60

menit yaitu pada 300 watt 450 watt menghasilkan rendemen yang cenderung meningkat terus menerus dengan

meningkatkan waktu ekstraksi. Namun, pada 600 watt hasil menurun karena panas tinggi

dilepaskan menyebabkan bahan baku cepat kering. Hasil terendah adalah pada 90 menit 600 watt

massa 100 gram dengan hasil 0,8259, ini karena daya tinggi dan penyebab lama

e-ISSN: 2746-2544, p-ISSN: 2746-3257


Machine Translated by Google

Fatimah dkk. Jurnal Bahan Kimia Berbasis Hayati (2022) 2:56-64 Halaman 63 dari 64

bahan baku dikeringkan hingga hangus. Sesuai dengan waktu ekstraksi yang lebih lama, peningkatan

dalam hasil yang diperoleh menjadi lebih kecil atau lebih kecil.

Kualitas minyak atsiri dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti bahan baku, pasca

penanganan panen, proses produksi dan penyimpanan. Berdasarkan hasil penelitian ini adalah

diketahui bahwa kualitas minyak atsiri serai wangi dipengaruhi oleh salah satu faktor yaitu mentah

bahan, bahan baku dalam penelitian ini berada dalam kondisi yang berbeda, seperti perbedaan

kondisi bahan dari pasca panen hingga proses ekstraksi, kondisi bahan dari segar

hingga agak layu. dan ini menyebabkan kandungan minyak atsirinya berbeda. Dari hasil

dari uji Gas Chromatography-Mass Spectroscopy (GC-MS), terdapat 84 komponen

terkandung dalam minyak atsiri serai wangi. Ada dua senyawa dengan % luas tertinggi,

yaitu 6-oktenal,3,7-dimetil dan geraniol, 6- oktenal,3,7-dimetil adalah nama lain dari

sitronelal dengan rendemen 8,64% dengan berat molekul 154 dan termasuk dalam golongan

monoterpen teroksidasi. Senyawa tertinggi kedua adalah geraniol dengan rendemen 7,53%, a

berat molekul 154 dan termasuk dalam kelas monoterpen teroksidasi.

Pada penelitian sebelumnya untuk hasil minyak atsiri geraniol dan sitonellal citronella menggunakan

metanol sebagai pelarut, yaitu masing-masing 20,07% dan 36,11%. Hasil ini berbeda

karena beberapa faktor seperti metode yang digunakan dan juga daerah asal bahan baku,

seperti faktor cuaca dan kondisi tanah selama proses penanaman serai wangi. GC-MS

uji analisis dalam penelitian ini menggunakan sampel acak.

(sebuah) (b)

Gambar 5. Hasil SEM daun serai wangi dengan perbesaran 1000 kali (a) sebelum ekstraksi (b) setelah ekstraksi

4. Kesimpulan

Pengaruh daya gelombang mikro, rasio massa bahan baku dengan volume

penyuling F/D dan waktu ekstraksi yang dihasilkan serta kesesuaian ekstraksi

e-ISSN: 2746-2544, p-ISSN: 2746-3257


Machine Translated by Google

Fatimah dkk. Jurnal Bahan Kimia Berbasis Hayati (2022) 2:56-64 Halaman 64 dari 64

hasil ke SNI yaitu kenaikan rendemen terjadi pada daya 300 - 450 watt, namun menurun

pada 600 watt dengan rasio bahan baku 0,10 g /ml, jumlah bahan baku yang terkandung dalam

labu destilasi menyebabkan peningkatan jumlah rendemen yaitu pada perbandingan 0,05 g/ml

– 0,10 g/ml, tetapi ada penurunan rasio 0,15 g/ml karena kepadatan bahan baku,

waktu ekstraksi cenderung meningkat pada variabel 30-60 menit, namun terjadi penurunan pada

waktu ekstraksi 90 menit, hasil analisis GC-MS menunjukkan bahwa ada 2

komponen minyak atsiri serai wangi yaitu serai wangi dan geraniol dengan jumlah yang melimpah

persentase 8,64% dan 7,53%, analisis sifat fisik serai wangi

minyak memiliki kualitas yang baik karena memenuhi Standar Nasional Indonesia yaitu parameter

warna, berat jenis, dan kelarutan alkohol 80%. Kondisi optimal untuk mengekstraksi

minyak atsiri serai wangi menggunakan metode Solvent Free Microwave Extraction (SFME) adalah sebagai

berikut daya optimal yang didapat saat menggunakan daya 450 watt dengan rendemen 1,096%,

perbandingan antara serai wangi dan penyuling (F/D) diperoleh kondisi optimum pada massa

rasio 0,10 gr/ml, dengan rendemen 1,0969%, waktu optimal untuk proses ekstraksi adalah 60

menit, dengan rendemen 1,0873%.

UCAPAN TERIMA KASIH

Penelitian ini didukung dan difasilitasi oleh Desa Kemuning Lor, Kecamatan Arjasa, Jember

Regency and Chemical Engineering Department of Universitas Jember.

REFERENSI

[1] Ranitha, M., AH Nour, ZA Sulaiman, AH Nour, dan ST Raj. Studi perbandingan minyak atsiri sereh
(Cymbopogon citratus) yang diekstraksi dengan Metode Microwave-Assisted Hydrodistillation (MAHD)
dan Conventional Hydrodstillation (HD).
Jurnal internasional teknik kimia dan aplikasi 5(2) (2014).
[2] Sulaswatty, A., MS Rusli, H. Abimanyu, dan S. Tursiloadi. Quo vadis minyak serai dan
produk turunannya. Jakarta: LIPI Press2019.
[3] Ranade, SS dan P. Thiagarajan. Serai. Jurnal internasional farmasi
kajian dan penelitian sains 35(2) (2015) 162-167.
[4] Lucchesi, ME, Chemat, F. & Smadja, J. Ekstraksi gelombang mikro bebas pelarut: alat inovatif untuk
ekstraksi cepat minyak esensial dari bumbu dan rempah-rempah aromatik. Jurnal kekuatan
gelombang mikro dan energi elektromagnetik, 39(3-4) (2004) 135-139.
[5] Li, Y., Fabiano-Tixier, AS, Vian, MA & Chemat, F. Ekstraksi gelombang mikro bebas pelarut dari
senyawa bioaktif menyediakan alat untuk kimia analitik hijau. Tren TrAC dalam kimia analitik, 47(6)
(2013) 1-11.
[6] Guenther, E, Minyak atsiri, Baru: Van Nostrand Company Inc IV.1950.

e-ISSN: 2746-2544, p-ISSN: 2746-3257

Anda mungkin juga menyukai