ABSTRAK
Karakter merupakan sesuatu yang ada pada tiap diri individu yang dibentuk dalam
lingkungan keluarga sejak kecil. Namun, karakter juga ada pada tiap diri individu sejak
lahir. Karakter yang baik dapat dibentuk melalui pendidikan, salah satunya melalui
pendidikan karakter di sekolah. Untuk mewujudkannya dapat dilakukan dengan
menanamkan nilai-nilai karakter terhadap peserta didik. Salah satu karakter yang harus
dibentuk sejak usia dini yaitu karakter peduli lingkungan. Pembentukan karakter peduli
lingkungan dapat dimulai dari lingkungan sekolah dengan menjaga kebersihan sekolah.
Dengan terbiasanya siswa menjaga lingkungan sekolah, maka siswa akan peduli
terhadap lingkungan di sekitarnya. Karakter merupakan sesuatu yang ada pada tiap diri
individu yang dibentuk dalam lingkungan keluarga sejak kecil. Namun, karakter juga
ada pada tiap diri individu sejak lahir. Karakter yang baik dapat dibentuk melalui
pendidikan, salah satunya melalui pendidikan karakter di sekolah. Pembentukan
karakter peduli lingkungan dapat dimulai dari lingkungan sekolah dengan menjaga
kebersihan sekolah. Dengan terbiasanya siswa menjaga lingkungan sekolah, maka
siswa akan peduli terhadap lingkungan di sekitarnya. Program yang biasa dilakukan
disekolah terdapat unsur K3 (kebersihan, keindahan, kerapian), meliputi piket bersama
di kelas dan lingkungan sekolah serta belajar merawat tumbuhan dan menjaganya.
Dengan program ini bertujuan untuk memperkuat dan meningkatkan aktivitas
kesadaran siswa di sekolah agar menjaga kebersihan lingkungan serta merawat
tumbuhan di sekitarnya. Karena dengan bersihnya lingkungan sekolah, maka akan
membuat siswa serta guru nyaman dalam melakukan kegiatan belajar mengajar.
Kondisi lingkungan global dewasa ini semakin memprihatinkan. Hal ini dipicu oleh
ulah manusia yang mengekploitasi sumberdaya alam dan lingkungan tanpa batas.
Berkaitan dengan perilaku manusia terhadap kondisi sumberdaya alam dan lingkungan
yang cenderung tidak peduli, maka mengubah perilaku menjadi prioritas utama dalam
mengatasi krisis lingkungan. Menurut Arne Naess, yang juga seorang ahli ekologi,
mengungkapkan bahwa krisis lingkungan dewasa ini hanya bisa diatasi dengan melakukan
perubahan cara pandang dan perilaku manusia terhadap alam yang fundamental dan
radikal (Sony Keraf, 2002). Salah satu cara dalam upaya mengubah perilaku adalah
melalui jalur pendidikan.
Sekolah merupakan salah satu komponen utama dalam kehidupan seorang anak selain
keluarga dan lingkungan sekitar mereka. Secara umum sekolah merupakan tempat dimana
seorang anak distimulasi untuk belajar di bawah pengawasan guru. Sekolah juga tempat
yang signifikan bagi siswa dalam tahap perkembangannya dan merupakan sebuah
lingkungan sosial yang berpengaruh bagi kehidupan mereka. Sehubungan dengan hal
tersebut, penanaman kepedulian terhadap kelestarian sumberdaya alam dan lingkungan
dilingkungan sekolah perlu dilakukan sejak dini agar terbentuk rasa menghargai, memiliki
dan memelihara sumberdaya alam pada diri siswa-siswi.
Guru merupakan salah satu komponen dalam proses belajar mengajar, yang sangat
turut berperan dalam upaya pembentukan sumber daya manusia yang berpotensi dalam
bidang pembangunan, oleh karena itu, guru merupakan salah satu komponen dalam
bidang pendidikan yang harus berperan serta aktif dan menempatkan kedudukannya
sebagai tenaga professional, agar sesuai dengan tuntutan masyarakat yang semakin
berkembang. Dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan, peran guru sangatlah besar
dan merupakan peran yang pokok karena secara langsung berinteraksi dengan peserta
didik dan melaksanakan transfer ilmu pengetahuan. Sekolah merupakan salah satu
lembaga pendidikan yang bertanggung jawab terhadap pembentukan karakter siswa. Guru
mengembangkan nilai-nilai pendidikan karakter kepada siswa, karakter yang telah
ditanamkan lambat laun akan menjadi kebiasaan dan diimplementasikan dalam kehidupan
sehari-hari. Peduli terhadap lingkungan merupakan sikap dan tindakan yang berupaya
untuk mencegah kerusakan pada lingkungan alam di sekitarnya, dan juga berupaya untuk
memperbaiki kerusakankerusakan alam yang sudah terjadi. Karakter peduli lingkungan
dapat mencerminkan kepedulian dan kepekaan siswa terhadap lingkungannya. Penanaman
pendidikan karakter peduli lingkungan pada siswa MI/SD dapat dilaksanakan melalui
pengembangan sikap yang diintegrasikan dalam kurikulum pembelajaran (Kelas & Sd,
2019).
Dalam penelitian tindakan kelas (PTK) ini saya menggunakan pembelajaran seni
budaya untuk mengajak siswa mengumpulkan bahan dari barang-barang bekas untuk
membentuk kerajinan tangan yang akan dipajang dilingkungan sekolah. Sehingga dengan
mengimplementasi program adiwiyata ini dapat menumbuhkan kepedulian peserta didik
terhadap lingungannya baik dilingkungan sekolah maupun diluar sekolah karena dengan
mengajak siswa terjun langsung membentuk dan merangkai lingkungan sekitarnya dengan
hasil karyanya sendiri akan menjadikan peserta didik merasa memiliki atas apa hasil karya
atau kerjanya. Berdasarkan hasil latar belakang tersebut, penulis merumuskan judul
penelitian sebagai berikut “Upaya Menumbuhkan Karakter Peduli Siswa Menjaga
Lingkungan Sekolah Di SD Negeri 0411 Pasar Ujung Batu”.
E. TUJUAN PENELITIAN
Berdasarkan rumusan masalah diatas maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui upaya meningkatkan kepedulian siswa menjaga lingkungan sekolah di SD
Negeri 0411 Pasar Ujung Batu.
F. MANFAAT PENELITIAN
B. Metode
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas
(PTK) yang mengarah pada UPAYA MENUMBUHKAN KARAKTER PEDULI
SISWA MENJAGA LINGKUNGAN SEKOLAH DI SD NEGERI 0411 PASAR
UJUNG BATU TAHUN AJARAN 2022/2023.
Penelitian ini dilaksanakan di SDN 0411 Pasar Ujung Batu , Kecamatan Sosa
Kab.Padang Lawas, Sumatera Utara. Penelitian ini akan dilaksanakan dengan jangka
waktu 3 bulan yang akan dimulai pada bukan Agustus, September, Oktober 2023 pada
semester 1, tahun ajaran 2022/2023 dengan mata pelajaran Seni Budaya.
Subjek dalam penelitian tindakan kelas ini adalah siswa kelas V A SDN 0411 Pasar
Ujung
Batu yang berjumlah 40 siswa terdiri dari 20 siswa perempuan dan 20 siswa laki-laki.
Sedangkan objek penelitian ini adalah tindakan yang digunakan untuk meningkatkan
karakter kepedulian siswa terhadap lingkungan sekolah.
D. DEFINISI OPERASIONAL
E. DESAIN PENELITIAN
Penelitian ini direncanakan akan dilakukan bulan Agustus sampai Oktober. Penelitian
ini akan dilakukan dalam 2 siklus. Setiap siklusnya dilakukan dalam 2 kali pertemuan
dengan tujuan agar siswa dan guru dapat beradaptasi dengan metode pembelajaran yang
digunakan. Rencana penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah PTK
(Penelitian Tindakan Kelas). PTK pertama kali diperkenalkan oleh Kurt Lewin yang
dinyatakan dalam satu siklus terdiri atas empat langkah, yaitu : Perencanaan ( Planning ),
Aksi atau tindakan (Acting), Observasi (Observing), Refleksi ( Reflecting). Ke-empat
Langkah ini dpat digambarkan sebagai berikut :
F. PROSEDUR PENELITIAN
Prosedur yang dilakukan dalam penelitian ini sesuai dengan pelaksanaan prosedur
penelitian tindakan kelas. Dimana kegiatan pelaksanaannya terdiri dari empat tahap,
adapun empat tahap tersebut, yaitu :
Perencanaan ( Planning )
Aksi (Tindakan)
Pelaksanaan Tindakan Kelas yang dilakukan sesuai dengan penelitian dalam hal ini
Meningkatkan karakter kepedulian siswa menjaga lingkungan sekolah adalah :
e) Guru mengajak siswa untuk belajar diluar kelas dan melihat langsung kondisi yang
ada dilingkungan sekolah.
f) Guru memberikan contoh serta arahan untuk merangsang siswa berkreasi dengan
bahan bekas yang sudah dipersiapkan siswa secara berkelompok
g) Siswa dipersilahkan berkerasi dan hasil kreasi akan dipajang dilingkungan sekolah
h) Pembelajaran ditutup menyimpulkan pembelajaran dan berdoa bersama.
Observasi ( observing )
Tahap observasi melibatkan teman sejawat sebagai observer. Observasi yang efektif
berlandaskan pada lima dasar, yaitu :
e) Observasi akan bermanfaat apabila ada umpan balik dari hasil observasi dan
segera dilaksanakan sesuai aturan.
Refleksi (Reflecting)
Refleksi adalah renungan atau mengingat kembali apa yang sudah dilakukan.
Berdasarkan hasil refleksi guru melakukan perencanaan tindak lanjut, yang dapat berupa
revisi dari rencana lama atau merubah pola yang lama dengan pola yang baru. Kegiatan
yang terangkum selama proses observasi dicatat, dan dianalisa. Dan apakah dengan
melakukan adiwiyata yaitu mengolah bahan bekas menjadi barang yang dapat dipajang
dan bermanfaat sudah dapat meningkatkan karakter kepedulian siswa menjaga lingkungan
sekolah. Data tersebutlah yang digunakan untuk menetukan kegiatan siklus lanjutan yang
akan dilakukan dalam siklus berikutnya. Data yang sudah dianalisis inilah yang digunakan
sebagai tolak ukur peningkatan siklus berikutnya.
Jenis data yang diyakini dan dibutuhkan penelitian dalam penelitian ini adalah data
yang diperoleh dengan dua cara yaitu observasi dan tes pada setiap akhir siklus.
a. Observasi
Keseluruhan data observasi yang didapat tertera dalam lembar observasi yang diisi
oleh observer sebagai data kuantitatif yang berbentuk angka hasil perhitungan yang dapat
diproses dengan cara dijumlahkan dan dibandingkan, sehingga dapat diperoleh persentase.
b. Tes
Guru membuat beberapa tes tertulis dengan berdasarkan materi yang diajarkan.
Pertanyaan yang dibuat adalah untuk mengetahui tingkat kemampuan siswa dalam
mengaplikasikan benda-benda bekas menjadi benda yang bermanfaat dan dapat digunakan
kembali.
Analisis data yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah analisis komparatif
pada dua variabel atau lebih dimana sampel-sampel yang dikomparatifkan tidak
berkorelasi adalah skor atau nilai dari kedua sampel diperoleh dari subjek yang berbeda.
Untuk menganalisa data aktivitas guru dan siswa yang telah terkumpul diolah dengan
Belajar adalah mencari informasi atau pengetahuan baru dari sesuatu yang sudah ada
di alam. Belajar akan membawa suatu perubahan pada individu-individu yang belajar.
Perubahan ini bukan hanya berkaitan dengan penambahan ilmu pengetahuan, tetapi juga
bentuk kecakapan, ketrampilan, sikap, pengertian, harga diri, minat, watak dan
penyesuaian diri. Hal ini juga sesuai dengan pernyataan menurut Ernest R. Hilgard dalam
(Sumardi Suryabrata, 1984:252) belajar merupakan proses pebuatan yang drilakukan
dengan sengaja, yang kemudian menimbulkan perubahan, yang keadaannya berbeda dari
perubahan yang ditimbulkan oleh lainnya. Sifat perubahannya relatif permanen, tidak akan
kembali kepada keadaan semula. Tidak bisa diterapkan pada perubahan akibat situasi
sesaat, seperti perubahan akibat kelelahan, sakit, mabuk, dan sebagainya.
Demikian juga menurut Moh. Surya (1981:32), definisi belajar adalah suatu proses
usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru
keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksinya dengan
lingkungan. Menurut Winkel, Belajar adalah semua aktivitas mental atau psikis yang
berlangsung dalam interaksi aktif dalam lingkungan, yang menghasilkan perubahan-
perubahan dalam pengelolaan pemahaman. W. S. Wrinkel W. S. Wrinkel dalam bukunya
Psikologi Pengajaran juga berpendapat bahwa belajar adalah suatu aktivitas mental atau
psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan pengetahuan, pemahaman,
ketrampilan dan nilai- nilai sikap.(W. S. Wrinkle, Psikologi Pengajaran, (Jakarta :
Grasindo, 1996), hlm. 53).
Berdasarkan pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa belajar belajar itu bukan
hanya sebatas kegiatan membaca, mendengarkan, menulis, mengerjakan tugas dan
ulangan saja tapi adanya perubahan tingkah laku dari hasil kegiatan proses belajar,dimana
didalam proses belajar itu ada interaksi aktif dengan lingkungan dan perubahan tersebut
bersifat permanen.
B. CIRI-CIRI BELAJAR
Kegiatan pendidikan merupakan kegiatan yang tidak dapat dipisahkan dengan proses
pembelajaran. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk memberikan bimbingan
atau pertolongan dalam mengembangkan potensi jasmani dan rohani yang diberikan oleh
orang dewasa kepada peserta didik untuk mencapai kedewasaanya serta mencapai tujuan
agar peserta didik mampu melaksanakan tugas hidupnya secara mandiri. Tujuan
Pendidikan Nasional adalah mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan
manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan
Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan,
kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung
jawab kemasyarakatan dan kebangsaan. Sehingga dengan demikian dala proses belajarnya
siswa juga memiliki ciri-ciri khusu yang menandakan bahwa seorang individu itu sedang
atau sudah belajar.
Ciri-ciri belajar adalah sebagai berikut : Adanya kemampuan baru atau perubahan.
Perubahan tingkah laku bersifat pengetahuan (kognitif), keterampilan (psikomotorik),
maupun nilai dan sikap (afektif), Perubahan itu tidak berlangsung sesaat saja melainkan
menetap atau dapat disimpan, Perubahan itu tidak terjadi begitu saja melainkan harus
dengan usaha. Perubahan terjadi akibat interaksi dengan lingkungan, Perubahan tidak
sematamata disebabkan oleh pertumbuhan fisik/ kedewasaan, tidak karena kelelahan,
penyakit atau pengaruh obat- obatan.
Menurut Gagne (Whandi: 2009) terdapat tiga atribut pokok atau ciri utama belajar,
yaitu: proses, perilaku, dan pengalaman, dengan pengertian sebagai berikut : 1) Proses
Belajar adalah proses mental dan emosional atau proses berpikir dan merasakan.
Seseorang dikatakan belajar apabila pikiran dan perasaannya aktif. Aktifitas pikiran dan
perasaan itu sendiri tidak dapat diamati orang lain, akan tetapi terasa oleh yang
bersangkutan yang dapat diamati guru adalah manifestasinya, yaitu kegiatan siswa sebagai
akibat dari adanya aktifitas pikiran dan perasaan pada diri siswa tersebut. 2) Perubahan
Perilaku Hasil belajar berupa perubahan perilaku atau tingkah laku seseorang yang belajar
akan berubah atau bertambah perilakunya, baik yang berupa pengetahuan, ketrampilan,
atau penguasaan nilai-nilai sikap. 3) Pengalaman Belajar adalah mengalami, dalam arti
belajar terjadi di dalam interaksi antara individu dengan lingkungannya, baik lingkungan
fisik maupun sosial.
Menurut Nurjhani dan Widodo sebagaimana yang dikutip oleh Landriany (2014)
menyatakan pendidikan lingkungan dibutuhkan dan harus diberikan kepada anak sejak
dini agar mereka mengerti dan tidak merusak lingkungan. Lebih lanjut Musthofa dkk
(2016) menyatakan pendidikan lingkungan memiliki definisi sebagai suatu proses yang
bertujuan untuk membentuk nilai, perilaku dan kebiasaan untuk menghargai lingkungan.
Pendidikan lingkungan akan lebih bermakna apabila di sekitar lingkungan pembelajar
dekat dengan kondisi yang sebenarnya, yaitu lingkungan yang seharusnya dijaga
kelestarian dan keberlangsungannya. Pendidikan lingkungan seharusnya berdasarkan pada
pengalaman langsung dengan alam sekitar sehingga nantinya diharapkan bahwa
pengalaman langsung tersebut dapat membentuk perilaku, nilai, dan kebiasaan untuk
menghargai lingkungan hidup yang ada di sekitar. Oleh karena itu, pembelajar atau siswa
diharapkan dapat hidup langsung dan berinteraksi langsung dengan lingkungan, menjaga
dan turut berpartisipasi menjaga kelestarian lingkungan. upaya yang diperlukan untuk
mencapai level tersebut, maka pengenalan pendidikan lingkungan secara langsung,
dengan mengajak pembelajar turut memberi peran aktif menjaga lingkungan dimulai dari
usia dini menjadi sangat urgen dan mendesak untuk dilaksanakan.
Sehingga dapat disimpulkan berdasarkan pendapat ahli diatas bahwa Karakter peduli
lingkungan merupakan sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan
pada lingkungan alam di sekitarnya dan mengembangkan upaya-upaya untuk
memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi. Sikap dan tindakan peduli lingkungan
bisa dilakukan dengan cara: membuang sampah pada tempatnya, melakukan penghijauan,
tidak menebang pohon sembarangan, meminimalisir penggunaan kantong plastik,
mengolah limbah agar tidak mencemari lingkungan dan sebagainya.
Dengan pendidik dapat memahami dan mengenal peserta didik, tenaga pendidik dapat
memberikan Pendidikan dan pembelajaran secara tepat. Dalam praktek Pendidikan
disekolah sering dijumpai system pembelajaran maupun Tindakan guru yang tidak sesuai
dengan situasi dan kondisi serta kebutuhan anak. Piaget dalam Sunarto & Hartono (2013,
h. 24) memberikan pendapat bahwa dalam dunia pendidikan terutama Sekolah Dasar (SD)
memiliki masa keserasian yang terbagi menjadi dua fase, yaitu: a) Masa kelas rendah
dasar. Usia sekitar 6 tahun sampai dengan usia sekitar 8 tahun. Jadi, kelas 1 sampai kelas 3
termasuk dalam kategori kelas rendah; b) Masa kelas tinggi sekolah dasar, yaitu kira-kira
usia 9 tahun sampai kira-kira 12 tahun. Jadi, kelas 4 sampai kelas 6 termasuk kategori
kelas tinggi.
Menurut Dirman & Juarsih (2014, h. 60) bahwa ciri-ciri sifat anak pada masa kelas
tinggi disekolah dasar yaitu: a) Adanya kecenderungan minat terhadap kehidupan praktis
sehari-hari yang konkret, hal ini menimbulkan adanya kecenderungan untuk
membandingkan pekerjaan- pekerjaan yang praktis atau mudah dengan yang sulit
dikerjakan; b) Amat realistic, ingin tahu dan ingin belajar tentang suatu hal; c) Menjelang
akhir masa ini ada minat terhadap guru atau hal-hal tertentu atau mata pelajaran khusus; d)
Anak membutuhkan guru atau orang dewasa lainnya untuk menyelesaikan tugasnya,
setelah kira-kira umur 11 tahun pada umumnya anak mulai mandiri menghadapi tugas-
tugasnya dan berusaha menyelesaikan sendiri; e) Pada masa ini anak memandang nilai
(angka rapor) sebagai ukuran sebaik baiknya mengenai prestasi belajar; f) Anak-anak pada
masa ini gemar membentuk kelompok sebaya, biasanya untuk dapat bermain bersama-
sama; g) Peran idola sangat penting, umumnya orang tua dan kakak- kakaknya dianggap
sebagai idola yang sempurna, karena itu guru sering sekali dianggap sebagai manusia
yang serba tahu
Tenaga pendidik diharapkan dapat menolong dan membantu peserta didik dalam
meningkatkan kemampuan berpikirnya, dengan melibatkan langsung dan mengajak siswa
untuk merasakan langsung proses pembelajaran dengan aktif dan benda-benda yang
kongkret akan menjadikan siswa menjadi lebih tertarik dan menumbuhkan kreativitas
siswa dalam proses pembelajaran.
E. KERANGKA BERFIKIR
Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu
perubahan tingkah laku yang baru keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu
sendiri dalam interaksinya dengan lingkungan. Tujuan dan hasil belajar adalah aspek yang
penting dalam sebuah pembelajaran, dengan demikian untuk menetapkan tujuan
pembelajaran guru harus mampu merencanakan pola pembelajaran yang dapat mengubah
cara pandang dan tingkah laku siswanya sesuai dengan tujuan yang diharapkan.
Dalam proses pembelajaran tidak terlepas dari kunci utamanya yaitu karakter, karakter
siswa yang diharapkan pada tuntutan zaman dimasa sekarang adalah karakter peduli akan
lingkungannya, dengan menetapkan karakter ini akan menjadikan siswa menjadi lebih
peduli, empati dan menghargai apa yang ada disekitarnya. Program adiwiyata yang
dirangkum dalam mata pelajaran seni pada dasarnya mengajarkan siswa untuk merawat
dan menjaga lingkungan adalah salah satu jalan yang dapat menumbuhkan karakter
kepedulian siswa akan lingkungan sekitarnya yaitu lingkungan sekolah.
Dengan program ini, guru bersama siswa dapat mengolah bahan-bahan yang tidak
digunakan dan tidak layak pakai menjadi barang yang bermanfaat dan menimbulkan
inovasi serta kreasi pada guru maupun siswa. Pada proses ini siswa akan belajar kreatif
dan belajar lebih menghargai atas apa yang diolahnya maupun apa yang ada
dilingkungannya.
MATA
PELAJARAN
SENIBUDAYA
Meningkatnya
karakter peduli Minimnyakarakter
lingkungandan peduli lingkungan
menghargai siswa
lingkungan dalam
diri siswa
Mengajaksiswa
mengolahbahan
bekas menjadi ProgramAdiwiyata
bahanyang kreatif
dan dapatdigunakan
atau dipajang
4. Kesimpulan
mengemukakan sikap peduli lingkungan merupakan salah satu karakter yang harus
dikembangkan di sekolah. Peduli lingkungan adalah sikap dan tindakan yang selalu
berupaya mencegah kerusakan pada lingkungan alam di sekitarnya, dan
mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam.Karakter peduli
lingkungan merupakan sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan
pada lingkungan alam di sekitarnya dan mengembangkan upaya-upaya untuk
memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi. Sikap dan tindakan peduli lingkungan
bisa dilakukan dengan cara: membuang sampah pada tempatnya, melakukan
penghijauan, tidak menebang pohon sembarangan, meminimalisir penggunaan kantong
plastik, mengolah limbah agar tidak mencemari lingkungan dan sebagainya.
DAFTAR PUSTAKA
Dr. Rahmat Hidayat, MA, Dr. Abdillah, S.Ag., M.Pd, 2019, Ilmu Pendidikan, Konsep,
Teori, dan Aplikasinya, Medan : Lembaga Peduli Pengembangan Pendidikan Indonesia
(LPPPI).
Jufri, J., La Fua, J., & Nurlila, R. U. (2019). Pendidikan Lingkungan Di Sekolah Dasar
Negeri 1 Baruga Kota Kendari. Al-TA'DIB: Jurnal Kajian Ilmu Kependidikan, 164-181.
Pane, A., & Dasopang, M. D. (2017). Belajar dan pembelajaran. Fitrah: Jurnal Kajian
Ilmu- Ilmu Keislaman, 3(2), 333-352.