Anda di halaman 1dari 12

- Judul Bahan Kajian : Karakter Peduli Lingkungan dan Sosial, Anti Kuropsi

- Mata kuliah : PENDIDIKAN KARAKTER


- Program Studi : Program Studi pada STIK Bina Husada (PSMKM)
- Beban Studi : 3 (tiga) SKS
- Waktu : TM = (3x 50 menit), BM (3x170 menit), TT (3x170
menit)
- Dosen pengampu : Martawan Madari, SKM, MM

- Mhs penyusun bahan : Elisa Rosani. 22.13101.10.46. PSMKM1-RA1. 2023

PENDAHULUAN

Pendidikan karakter berperan strategis dalam mewujudkan sumber daya manusia yang
berkualitas berdasarkan nilai-nilai luhur Pancasila dan UndangUndang Dasar 1945. Dalam
upaya pembentukan karakter bangsa, Pemerintah Indonesia telah menetapkan berbagai
kebijakan dan program pengembangan pendidikan karakter. Landasan yuridis formal tentang
pendidikan karakter telah ditetapkan oleh pemerintah dalam Undang-Undang Nomor 20
Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Sosok karakter bangsa yang hendak
diwujudkan dalam undang-undang tersebut termuat pada pasal 1 dan pasal 3, yang
menyatakan: “pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa,
dan Negara” (pasal 1).

“Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak


serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,
bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman
dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,
mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab” (pasal 3) (UU
Nomor 20 Tahun 2003 Depdiknas, 2003).

Berdasarkan tujuan dan fungsi pendidikan nasional tersebut nampak jelas bahwa
pendidikan tidak seharusnya dijejeli materi pengetahuan dan keterampilan yang bersifat
hardskill seperti yang terjadi selama ini, melainkan harus juga mengupayakan pembentukan
1
karakter bangsa atau softskill secara seimbang. Dalam upaya mewujudkan ketercapaian
fungsi dan tujuan pendidikan nasional tersebut di atas, yang di dalamnya terkandung
pendidikan karakter, mulai tahun 2010 pemerintah melalui Kementerian Pendidikan Nasional
mencanangkan program “Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa” sebagai gerakan
nasional. Seiring dengan itu, tahun 2011 Kementerian Pendidikan Nasional juga
mengeluarkan buku panduan pelaksanaan pendidikan karakter untuk sekolah (Wage, 2020).

Peduli lingkungan merupakan sikap dan tindakan untuk mencegah kerusakan pada
lingkungan alam disekitarnya serta berupaya untuk memperbaiki kerusakan-kerusakan yang
sudah ada. Dengan tidak pedulinya seseorang terhadap lingkungan, dapat menimbulkan
permasalahan yang sering terjadi terhadap kelestarian lahan hijau yang banyak digunakan
untuk membangun pemukiman sehingga menyebabkan mudahnya terjadi banjir karena tidak
adanya resapan air ketika hujan turun. Ketidakpedulian tersebut dapat dilihat dari banyaknya
lahan hijau seperti perkebunan, hutan, dan sawah yang beralih fungsi menjadi perumahan,
perkantoran, tempat usaha, sarana rekreasi, dan sebagainya. Salah satu upaya untuk
mengatasi permasalahan lingkungan tersebut yaitu melalui pembentukan karakter yang
dimulai sejak usia dini. Pembentukan karakter ini dapat dilakukan melalui pembelajaran yang
berwawasan lingkungan hidup.

Dengan adanya pembelajaran sikap peduli lingkungan, diharapkan dapat


menyadarkan siswa agar memiliki kepedulian terhadap alam dan lingkungan disekitarnya.
Menanamkan sikap peduli lingkungan terhadap siswa dapat dimulai dari menjaga kebersihan
kelas dan sekolah dengan cara membuang sampah di tempatnya, melakukan piket kelas,
merawat tanaman, dan sebagainya. Selain itu, salah satu cara menumbuhkan karakter peduli
lingkungan pada siswa MI/SD yaitu dengan cara menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat.
Perilaku tersebut berperan sangat penting dalam menanamkan nilai karakter peduli
lingkungan (Harianti, 2017). Kebersihan di lingkungan sekolah bukan hanya tanggung jawab
siswa, akan tetapi juga menjadi tanggung jawab guru dan semua yang ada di sekolah. Namun
pada kenyataannya, masih banyak sekolah yang lingkungannya belum terjaga. Yang menjadi
penyebab tidak terjaganya lingkungan sekolah yaitu karena kurangnya kesadaran dalam
menjaga kebersihan lingkungan sekolah. Dalam lingkungan sekolah guru merupakan sosok
yang paling berpengaruh terhadap siswa, karena apapun yang guru lakukan siswa akan
mengikutinya. Oleh karena itu, guru harus mengajak dan memberi contoh perilaku yang baik

2
seperti, membuang sampah pada tempatnya. Dengan begitu siswa akan mengikuti apa yang
gurunya lakukan.

Penanaman pengetahuan, kemampuan dan sikap pada pendidikan dasar merupakan


fondasi untuk membentuk kepribadian anak pada pembentukan kepribadian masyarakat di
masa yang akan datang. Penanaman kepribadian tersebut dapat diwujudkan dalam bentuk
pendidikan perilaku peduli lingkungan dan menjaga kebersihan. Salah satu yang menjadi
perhatian di lingkungan sekolah yaitu masalah sampah. Dengan adanya masalah sampah
tersebut sangat diperlukan adanya perhatian khusus terhadap lingkungan, selain itu juga
kesadaran dari diri setiap individu untuk selalu menjaga lingkungan. Maka dari itu gerakan
peduli lingkungan sangat dibutuhkan untuk menjaga lingkungan agar tetap bersih. Pendidikan
karakter memiliki peran yang sangat penting untuk memperkuat mental dan karakter generasi
penerus agar sejalan dengan tujuan pendidikan, yaitu membentuk karakter yang baik.
Gerakan peduli lingkungan termasuk ke dalam nilai karakter nasionalis. Yang dimaksud
dengan Nilai nasionalis yaitu bagaimana cara kita bersikap, berfikir dan berbuat yang
menunjukkan jiwa kesetiaan, penghargaan, dan kepedulian terhadap lingkungan, ekonomi,
sosial, budaya, politik, dan bangsa di atas kepentingan diri maupun kelompok. Nilai yang
terkandung di dalam karakter nasionalis di antaranya, menjaga lingkungan, menjaga
kekayaan alam, cinta tanah air, dan disiplin. Dalam pendidikan karakter melibatkan semua
kepentingan yang ada dalam pendidikan, baik pihak keluarga, sekolah, lingkungan sekolah,
dan juga masyarakat luas. Tidak akan berhasil dalam pembentukan dan pendidikan karakter
apabila tidak ada kesinambungan dan keharmonisan dengan lingkungan pendidikan (Chan et
al., 2019). Penanaman karakter peduli lingkungan juga dapat ditanamkan terhadap siswa
dengan membiasakan siswa untuk mencuci tangan pada saat jam istirahat, dan mencuci
tangan pada saat sebelum maupun sesudah makan. Seluruh siswa juga dibiasakan untuk
membuang sampah pada tempat yang sudah disediakan. Selain itu, siswa juga diajarkan
untuk memilah sampah, jadi sampah seperti botol plastik, gelas air mineral disimpan lalu jika
sudah banyak dapat dijual dan uang hasil penjualan tersebut untuk kas kelas (Kelas & Sd,
2019).

Guru merupakan salah satu komponen dalam proses belajar mengajar, yang sangat
turut berperan dalam upaya pembentukan sumber daya manusia yang berpotensi dalam
bidang pembangunan, oleh karena itu, guru merupakan salah satu komponen dalam bidang
pendidikan yang harus berperan serta aktif dan menempatkan kedudukannya sebagai tenaga
3
professional, agar sesuai dengan tuntutan masyarakat yang semakin berkembang. Dalam
upaya meningkatkan mutu pendidikan, peran guru sangatlah besar dan merupakan peran yang
pokok karena secara langsung berinteraksi dengan peserta didik dan melaksanakan transfer
ilmu pengetahuan. Sekolah merupakan salah satu lembaga pendidikan yang bertanggung
jawab terhadap pembentukan karakter siswa. Guru mengembangkan nilai-nilai pendidikan
karakter kepada siswa, karakter yang telah ditanamkan lambat laun akan menjadi kebiasaan
dan diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari. Peduli terhadap lingkungan merupakan
sikap dan tindakan yang berupaya untuk mencegah kerusakan pada lingkungan alam di
sekitarnya, dan juga berupaya untuk memperbaiki kerusakankerusakan alam yang sudah
terjadi. Karakter peduli lingkungan dapat mencerminkan kepedulian dan kepekaan siswa
terhadap lingkungannya. Penanaman pendidikan karakter peduli lingkungan pada siswa
MI/SD dapat dilaksanakan melalui pengembangan sikap yang diintegrasikan dalam
kurikulum pembelajaran (Kelas & Sd, 2019). Pentingnya sikap peduli lingkungan menurut
pernyataan Akhmad Muhaimin Azzet (2013: 97) Ia mengatakan bahwa bumi semakin tua dan
kebutuhan manusia pada alam juga semakin besar, sehingga yang menjadi persoalan
lingkungan adalah hal yang sangat penting untuk diperhatikan. Begitu juga pernyataan Philip
Shabechoff (1999: xviii) Ia mengatakan bahwa bumi ini hanya satu dan sudah terasa sangat
kecil. Untuk itu, bumi perlu dijaga dan dirawat dengan kasih sayang. Dalam konteks inilah
nilai peduli lingkungan sebagai salah satu nilai dalam pendidikan karakter menjadi sangat
penting untuk ditanamkan pada anak usia dini, terutama siswa MI/SD (Afriyeni, 2018).
Untuk memberikan pemahaman yang baik tentang lingkungan banyak cara yang dapat
dilakukan bagi setiap individu, contohnya seperti penerangan, penyuluhan, bimbingan, dan
pendidikan (formal dan non formal mulai dari TK, SD, hingga perguruan tinggi). Hamzah
(2013: 43) menjelaskan bahwa kepedulian terhadap lingkungan merupakan wujud sikap
mental individu yang direfleksikan dalam perilakunya. Menurut Tadkiroatun Musfiroh dalam
Sulistyowati (2012: 20), sikap mental dan perilaku dapat disebut dengan karakter. Karakter
merupakan watak, tabiat, akhlak, dan kepribadian seseorang yang terbentuk dari hasil
internalisasi sebagai kebajikan (virtues) yang digunakan sebagai landasan cara pandang
berfikir, bersikap, dan bertindak. Syukri Hamzah (2013: 43) juga mengatakan bahwa karakter
peduli lingkungan sepenuhnya bukanlah talenta maupun instink bawaan, tetapi juga
merupakan hasil dari suatu proses pendidikan dalam arti yang luas. Salah didik atau salah
asuh terhadap seorang individu bisa jadi akan menghasilkan karakter yang kurang baik
terhadap lingkungan. Oleh karena itu, karakter yang baik haruslah dibentuk kepada setiap
4
individu, sehingga setiap individu dapat menjiwai setiap tindakan dan perilakunya (Alanwari,
n.d.). Pada tahun 2006 Kementrian Lingkungan Hidup mengembangkan program pendidikan
lingkungan hidup pada jenjang pendidikan dasar dan menengah melalui program Adiwiyata.
Program Adiwiyata merupakan salah satu program Kementrian Negara Lingkungan Hidup
dalam rangka mendorong terciptanya pengetahuan dan kesadaran bagi warga sekolah
sehingga menjadi karakter peduli lingkungan dalam upaya pelestarian lingkungan hidup.
Sekolah yang telah mendapatkan predikat Adiwiyata dianggap telah berhasil membentuk
karakter peduli terhadap lingkungan (Al-anwari, n.d.). Dalam pendidikan karakter
mempercayai adanya keberadaan moral absolute, yaitu moral yang perlu diajarkan kepada
generasi muda agar mereka paham betul mana yang baik dan benar. Selain itu, pendidikan
karakter juga mempunyai makna yang lebih tinggi daripada pendidikan moral, karena bukan
sekadar mengajarkan mana yang benar dan mana yang salah. Selain itu, pendidikan karakter
menanamkan kebiasaan (habituation) tentang mana yang benar dan mana yang salah, mampu
merasakan (dominan afektif) nilai yang baik dan bisa melakukannya (domain perilaku).
(Aqib,2012: 90). Jadi pendidikan karakter sangat erat kaitannya M. Jen Ismail 62 dengan
kebiasaan (habit) yang terus menerus dipraktikan atau dilakukan, dalam arti pendidikan
karakter diharapkan dapat menyentuh ketiga domain (kognitif, afektif, dan psikomotorik)
siswa sehingga siswa tidak hanya sekadar tahu, tetapi juga mau dan mampu melaksanakan
apa yang mereka ketahui kebenarannya.

Pembangunan karakter bangsa dapat dilakukan melalui pendidikan, pembelajaran, dan


fasilitasi. Melalui pendidikan, pembangunan karakter dilakukan dalam konteks makro dan
mikro. Dalam konteks makro, penyelenggaraan pendidikan karakter mencakup keseluruhan
kegiatan perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan (implementasi) dan pengendalian mutu,
yang melibatkan seluruh unit utama di lingkungan pemangku kepentingan pendidikan
nasional. Sedangkan dalam konteks mikro merupakan penyelenggaraan pendidikan karakter
pada tingkat sekolah (Sulistyowati, 2012: 11). Penyelenggaraan pendidikan pada konteks
mikro berfokus kepada implementasi pendidikan karakter di sekolah. Pendidikan menjadi
garda depan dalam upaya pembentukan karakter manusia Indonesia yang sesungguhnya dan
sekolah merupakan sektor utama yang secara optimal memanfaatkan dan memperdayakan
semua lingkungan belajar yang ada untuk menginisiasi, memperbaiki, menguatkan, dan
menyempurnakan secara terus menerus melalui proses pendidikan karakter di sekolah
(Sulistyowati, 2012: 12).

5
Kebijakan Anti Korupsi
Nilai-nilai anti korupsi berjumlah 9 buah, yaitu :

1. Kejujuran
Kejujuran berasal dari kata jujur yang dapat di definisikan sebagai sebuah tindakan maupun
ucapan yang lurus, tidak berbohong dan tidak curang. Dalam berbagai buku juga disebutkan
bahwa jujur memiliki makna satunya kata dan perbuatan. Jujur ilah merupakan salah satu
nilai yang paling utama dalam anti korupsi, karena tanpa kejujuran seseorang tidak akan
mendapat kepercayaan dalam berbagai hal, termasuk dalam kehidupan sosial. Bagi seorang
mahasiswa kejujuran sangat penting dan dapat diwujudkan dalam bentuk tidak melakukan
kecurangan akademik, misalnya tidak mencontek, tidak melakukan plagiarisme dan tidak
memalsukan nilai. Lebih luas, contoh kejujuran secara umum dimasyarakat ialah dengan
selalu berkata jujur, jujur dalam menunaikan tugas dan kewajiban, misalnya sebagai seorang
aparat penegak hukum ataupun sebagai masyarakat umum dengan membaya pajak.

2. Kepedulian
Arti kata peduli adalah mengindahkan, memperhatikan dan menghiraukan. Rasa kepedulian
dapat dilakukan terhadap lingkungan sekitar dan berbagai hal yang berkembang
didalamnya.Nilai kepedulian sebagai mahasiswa dapat diwujudkan dengan berusaha
memantau jalannya proses pembelajaran, memantau sistem pengelolaan sumber daya
dikampus serta memantau kondisi infrastruktur di kampus. Selain itu, secara umum sebagai
masyarakat dapat diwujudkan dengan peduli terhadap sesama seperti dengan turut membantu
jika terjadi bencana alam, serta turut membantu meningkatkan lingkungan sekitar tempat
tinggal maupun di lingkungan tempat bekerja baik dari sisi lingkungan alam maupun sosial
terhadap individu dan kelompok lain.

3. Kemandirian
Di dalam beberapa buku pembelajaran, dikatakan bahwa mandiri berarti dapat berdiri diatas
kaki sendiri, artinya tidak banyak bergantung kepada orang lain dalam berbagai hal.
Kemandirian dianggap sebagai suatu hal yang penting harus dimiliki oleh seorang pemimpin,
karena tampa kemandirian seseorang tidak akan mampu memimpin orang lain.

4. Kedisiplinan

6
Definisi dari kata disiplin ialah ketaatan atau kepatuhan kepada peraturan. Sebaliknya untuk
mengatur kehidupan manusia memerlukan hidup yang disiplin. Manfaat dari disiplin ialah
seseorang dapat mencpai tujuan dengan waktu yang lebih efisien. Kedisiplinan memiliki
dampak yang sama dngan nilai-nilai antikorupsi lainnya yaitu dapat menumbuhkan
kepercayaan dari orang lain dalam berbagai hal. Kedisiplinan dapat diwujudkan antara lain
dalam bentuk kemampuan mengatur waktu dengan baik, kepatuhan kepada seluruh peraturan
dan ketentuan yang berlaku, mengerjakan segala sesuatu dengan tepat waktu, dan fokus pada
pekerjaan.

5. Tanggung Jawab
Kata tanggung jawab adalah keadaan wajib menanggung segala sesuatunya (kalau terjadi
apa-apa boleh dituntut, dipersalahkan dan diperkarakan). Seseorang yang memiliki tanggung
jawab akan memiliki kecenderungan menyelesaikan tugas dengan lebih baik. Seseorang yang
dapat menunaikan tanggung jawabnya sekecil apa-pun itu dengan baik akan mendapatkan
kepercayaan dari orang lain. Penerapan nilai tanggung jawab antara lain dapat diwujudkan
dalam bentuk belajar dengan sungguh-sungguh, lulus tepat waktu dengan nilai baik,
mengerjakan tugas akademik dengan baik, menjaga amanah dan kepercayaan yang diberikan.

6. Kerja Keras
Kerja keras didasari dengan adanya kemauan. Di dalam kemauan terkandung ketekadan,
ketekunan, daya tahan, daya kerja, pendirian keberanian, ketabahan, keteguhan dan pantang
mundur. Bekerja keras merupakan hal yang penting guna tercapainya hasil yang sesuai
dengan target. Akan tetapi bekerja keras akan menjadi tidak berguna jika tanpa adanya
pengetahuan.

7. Kesederhanaan
Gaya hidup merupakan suatu hal yang sangat penting bagi interaksi dengan masyarakat
disekitar. Dengan gaya hidup yang sederhana manusia dibiasakan untuk tidak hidup boros,
tidak sesuai dengan kemampuannya. Dengan gaya hidup yang sederhana, seseorang juga
dibina untuk memprioritaskan kebutuhan diatas keinginannya.

8. Keberanian

7
Keberanian dapat diwujudkan dalam bentuk berani mengatakan dan membela kebenaran,
berani mengakui kesalahan, berani bertanggung jawab, dan sebagainya. Keberanian sangat
diperlukan untuk mencapai kesuksesan dan keberanian akan semakin matang jika diiringi
dengan keyakinan, serta keyakinan akan semakin kuat jika pengetahuannya juga kuat.

9. Keadilan
Berdasarkan arti katanya, adil adalah sama berat, tidak berat sebelah dan tidak memihak.
Keadilan dari sudut pandang bangsa Indonesia disebut juga keadilan sosial, secara jelas
dicantumkan dalam pancasila sila ke-2 dan ke-5, serta UUD 1945. Keadilan adalah penilaian
dengan memberikan kepada siapapun sesuai dengan apa yang menjadi haknya, yakni dengan
bertindak proposional dan tidak melanggar hukum. Keadilan berkaitan erat dengan hak,
dalam konsepsi bangsa Indonesia hak tidak dapat dipisahkan dengan kewajiban. Dalam
konteks pembangunan bangsa Indonesia keadilan tidak bersifat sektoral tetapi meliputi
ideologi. Untuk menciptakan masyarakat yang adil dan makmur. Adil dalam kemakmuran
dan makmur dalam keadilan.

Sedangkan Kebijakan/Prinsip anti korupsi, yaitu :

1. Akuntabilitas

Akuntabilitas adalah kesesuaian antara aturan dan pelaksanaan kerja. Semua lembaga
mempertanggung jawabkan kinerjanya sesuai aturan main baik dalam bentuk konvensi (de
facto) maupun konstitusi (de jure), baik pada level budaya (individu dengan individu)
maupun pada level lembaga. Akuntabilitas publik secara tradisional dipahami sebagai alat
yang digunakan untuk mengawasi dan mengarahkan perilaku administrasi dengan cara
memberikan kewajiban untuk dapat memberikan jawaban kepada sejumlah otoritas
eksternal .

Selain itu akuntabilitas publik dalam arti yang lebih fundamental merujuk kepada
kemampuan seseorang terkait dengan kinerja yang diharapkan. Seseorang yang diberikan
jawaban ini haruslah seseorang yang memiliki legitimasi untuk melakukan pengawasan dan
mengharapkan kinerja . Akuntabilitas publik memiliki pola-pola tertentu dalam
mekanismenya, antara lain adalah akuntabilitas program, akuntablitas proses, akuntailitas

8
keuangan, akuntabilitas outcome, akuntabilitas hukum, dan akuntabilitas politik . Dalam
pelaksanaannya, akuntabilitas harus dapat diukur dan dipertanggungjawabkan melalui
mekanisme pelaporan dan pertanggungjawaban atas semua kegiatan yang dilakukan. Evaluasi
atas kinerja administrasi, proses pelaksanaan, dampak dan manfaat yang diperoleh
masyarakat baik secara langsung maupun manfaat jangka panjang dari sebuah kegiatan.

2. Transparansi
Prinsip transparansi penting karena pemberantasan korupsi dimulai dari transparansi dan
mengharuskan semua proses kebijakan dilakukan secara terbuka, sehingga segala bentuk
penyimpangan dapat diketahui oleh publik. Transparansi menjadi pintu masuk sekaligus
kontrol bagi seluruh proses dinamika struktural kelembagaan. Dalam bentuk yang paling
sederhana, transparansi mengacu pada keterbukaan dan kejujuran untuk saling menjunjung
tinggi kepercayaan karena kepercayaan, keterbukaan, dan kejujuran ini merupakan modal
awal yang sangat berharga bagi semua orang untuk melanjutkan hidupnya di masa
mendatang. Dalam prosesnya transparansi dibagi menjadi lima, yaitu :

1. Proses penganggaran,

2. Proses penyusunan kegiatan,

3. Proses pembahasan,

4. Proses pengawasan, dan

5. Proses evaluasi.

Proses penganggaran bersifat bottom up, mulai dari perencanaan, implementasi, laporan
pertanggungjawaban dan penilaian (evaluasi) terhadap kinerja anggaran.

Di dalam proses penyusunan kegiatan atau proyek pembangunan terkait dengan proses
pembahasan tentang sumber-sumber pendanaan (anggaran pendapatan) dan alokasi anggaran
(anggaran belanja). Proses pembahasan membahas tentang pembutan rancangan peraturan
yang berkaitan dengan strategi penggalangan (pemungutan dana), mekanisme pengelolaan
proyek mulai dari pelaksanaan tender, pengerjaan teknis, pelaporan finansial dan
9
pertanggungjawaban secara teknis. Proses pengawasan dalam pelksnaaan program dan
proyek pembangunan berkaitan dengan kepentingan publik dan lebih khusus lagi adalah
proyek-proyek yang diusulkan oleh masyarakat sendiri. Proses evaluasi ini berlaku terhadap
penyelenggaraan proyek dijalankan secara terbuka dan bukan hanya pertanggungjawaban
secara administratif, tapi juga secara teknis dan fisik dari setiap output kerja-kerja
pembangunan.

3. Kewajaran
Prinsip fairness atau kewajaran ini ditunjukkan untuk mencegah terjadinya manipulasi
(ketidakwajaran) dalam penganggaran, baik dalam bentuk mark up maupun ketidakwajaran
dalam bentuk lainnya. Sifat-sifat prinsip ketidakwajaran ini terdiri dari lima hal penting
komperehensif dan disiplin, fleksibilitas, terprediksi, kejujuran dan informatif.
Komperehensif dan disiplin berarti mempertimbangkan keseluruhan aspek,
berkesinambungan, taat asas, prinsip pembebanan, pengeluaran dan tidak melampaui batas
(off budget). Fleksibilitas artinya adalah adanya kebijakan tertentu untuk mencapai efisiensi
dan efektifitas. Terprediksi berarti adanya ketetapan dlam perencanaan atas dasar asas value
for money untuk menghindari defisit dalam tahun anggaran berjalan. Anggaran yang
terprediksi merupakan cerminan dari adanya prinsip fairness di dalam proses perencanaan
pembangunan. Kejujuran mengandung arti tidak adanya bias perkiraan penerimaan maupun
pengeluaran yang disengaja yang berasal dari pertimbangan teknis maupun politis. Kejujuran
merupakan bagian pokok dari prinsip fairness. Penerapan sifat informatif agar dapat
tercapainya sistem informasi pelaporan yang teratur dan informatif. Sistem informatif ini
dijadikan sebagai dasar penilaian kinerja, kejujuran dan proses pengambilan keputusan selain
itu sifat ini merupakan ciri khas dari kejujuran.

4. Kebijakan
Kebijakan ini berperan untuk mengatur tata interaksi agar tidak terjadi penyimpangan yang
dapat merugikan negara dan masyarakat. Kebijakan anti korupsi ini tidak selalu identik
dengan undang-undang anti korupsi, namun bisa berupa undang-undang kebebasan
mengakses informasi, undang-undang desentralisasi, undang-undang anti-monopoli, maupun
lainnya yang dapat memudahkan masyarakat mengetahui sekaligus mengontrol terhadap
kinerja dan penggunaan anggaran negara oleh para pejabat negara. Aspek-aspek kebijakan
terdiri dari isi kebijakan, pembuat kebijakan, pelaksana kebijakan, kultur kebijakan.

10
Kebijakan anti korupsi akan efektif apabila didalamnya terkandung unsur-unsur yang terkait
dengan persoalan korupsi dan kualitas dari isi kebijakan tergantung pada kualitas dan
integritas pembuatnya. Kebijakan yang telah dibuat dapat berfungsi apabila didukung oleh
aktor-aktor penegak kebijakan yaitu kepolisian, kejaksaan, pengadilan, pengacara, dan
lembaga pemasyarakatan. Eksistensi sebuah kebijakan tersebut terkait dengan nilai-nilai,
pemahaman, sikap, persepsi dan kesadaran masyarakat terhadap hukum atau undang-undang
anti korupsi. Lebih jauh lagi kultur kebijakan ini akan menentukan tingkat partisipasi
masyarakat dalam pemberantasan korupsi.

5. Kontrol Kebijakan
Kontrol kebijakan merupakan upaya agar kebijakan yang dibuat betul-betul efektif dan
mengeliminasi semua bentuk korupsi. Bentuk kontrol kebijakan berupa partisipasi, evolusi
dan reformasi. Kontrol kebijakan partisipasi yaitu melakukan kontrol terhadap kebijakan
dengan ikut serta dalam penyusunan dan pelaksanaannya. Kontrol kebijakan evolusi yaitu
dengan menawarkan alternatif kebijakan baru yang dianggap lebih layak. Kontrol kebijakan
reformasi yaitu mengontrol dengan mengganti kebijakan yang dianggap tidak sesuai.

11
DAFTAR PUSTAKA

Bulach, Cletus R. 2002. “Implementing a Character Education Curriculum and Assessing Its
Impact on Student Behavior”. In The Clearing House: Proquest Education Journals. Nov/ Dec
2002; 76; 2;

Depdiknas. 2011. Pembelajaran Bahasa Indonesia Berwawasan Pendidikan Katrakter.


Jakarta: Tim Bridging Course Direktorat PSMP. Dimerman, Sara. 2009. Character is The
Key. Canada: Wiley. Ditjen

Dikdasmen. 2001. Pedoman Umum dan Nilai Budi Pekerti untuk Pendidikan Dasar dan
Menengah. Jakarta:

Ditjen Dikmenum. Hill, T.A., 2005. Character First! Kimray Inc., http:/ /
www.charactercities.org/ downloads/ publications/ Whatischaracter.pdf.

Kemdiknas. 2011. “Ikrar Pendidikan Karakter Komitmen Bersama Membentuk Generasi


Penerus” dalam Asah Asuh Edisi, 7/ Th II, Juli 2011. Jakarta: Kemdikas.

12

Anda mungkin juga menyukai