Learning Issues
b. Pemeriksaan Neurologis
c. Pemeriksaan Radiologis
d. Pemeriksaan ENMG
2. Mekanisme Abnormalitas
Novetania Vira Ardiyani
04011281823150 – Gamma 2018
Kelompok G1
menggabungkan tinel sign dan uji trepman. Dengan membawa kaki di fleksi
plantar penuh, inversi dan menerapkan tekanan digital yang merata dan
konstan di atas saraf tibial posterior selama 30 detik . kompresi ganda pada
saraf terjadi dari fleksi platar dan inversi, dan bersamaan dengan maneuver
kompresi ketiga simlutan oleh tekanan digital langsung. Tanda-tanda dati
TTS akan terlihat dalam hitungan detik. Rasa nyeri akan terjadi dalam 10
detik dan mati rasa danalm 30 detik.
CMAP berbentuk gelombang bifasik, yang diawali oleh defleksi negatif (ke
arah atas dari garis dasar).
Istilah elektrofisiologis adalah (Poernomo et al, 2003)
1. Amplitudo (mV), diukur dari garis dasar sampai defleksi negatif
pertama, yang menggambarkan berapa banyak akson yang dapat
terangsang. Besar kecilnya amplitudo CMAP menunjukkan keadaan
akson sepanjang perjalanan dari motor neuron/kornu anterior sampai
saraf motorik. Amplitudo CMAP yang menurun pada lesi motor
neuron, lesi radiks, lesi plesus, dan lesi perifer.
2. Durasi (ms), diukur dari defleksi pertama sampa dengan titik dimana
gelombang tersebut memotong garis dasar kembali. Durasi
enunjukkan kemampuan suatu serabut saraf untuk menghantarkan
impuls dalam waktu yang relatif bersamaan.
3. Latensi (ms), diukur dari stimulus artefak sampai defleksi pertama
dari garis dasar. Latensi ini mengukur konduksi serabut motoris
tercepat. Latensi yang timbul oleh stimulasi pada tempat yang paling
distal dari ekstremitas disebut latensi distal.
Untuk pengukuran kecepatan hantar saraf (KHS) motoris, CMAP
direkam minimal pada dua lokasi sepanjang saraf.
Analisis Masalah
1. Tn. Rizki, 20 tahun, berobat ke poliklinik saraf karena nyeri pada tumit dan telapak kaki
kanan. Sejak 3 minggu yang lalu, dengan karakteristik yang tajam dan kadang seperti
ditusuk, nyeri hilang timbul, memberat saat berjalan atau berdiri lama, dan berkurang
saat istirahat. Nyeri tidak menjalar, intensitas nyeri ringan sampai sedang, sehingga
aktivitas penderita kerap terganggu. Terdapat gangguan sensibilitas berupa rasa baal
pada tumit dan telapak kaki kanan.
a. Bagaimana hubungan antara usia dan jenis kelamin pada kasus? 3
b. Bagaimana anatomi tumit dan telapak kaki? 1
c. Bagaimana fisiologi sistem sensorineural pada tumit dan telapak kaki? 1
d. Apa saja organ yang mungkin terganggu pada kasus? 1 2 3
e. Bagaimana mekanisme rasa baal pada tumit dan telapak kaki kanan? Bagaimana
hubungannya dengan nyeri pada kasus? 1 3
f. Apa saja etiologi dari nyeri pada kasus? 1 3
g. Bagaimana klasifikasi nyeri? 3
h. Mengapa nyeri hilang timbul dan memberat saat berjalan atau berdiri lama? 1 3
i. Mengapa nyeri dirasakan pada tumit dan telapak kaki kanan sejak 3 minggu
yang lalu? 3
j. Mengapa nyeri tidak menjalar? 3
2. Riwayat pekerjaan sebagai atlet lompat jauh sejak usia 16 tahun. Riwayat jatuh / terkilir
tidak ada. Riwayat kencing manis tidak ada. Riwayat tumor atau benjolan tidak ada.
Penyakit ini dialami untuk pertama kalinya.
a. Bagaimana hubungan pekerjaan dan pola hidup dengan penyakit pasien pada
kasus? 3
b. Apa makna klinis dari riwayat jatuh/terkilir tidak ada, riwayat kencing manis tidak
ada, riwayat tumor atau benjolan tidak ada dan penyakit ini dialami untuk pertama
kalinya? 3
3. Pemeriksaan Fisik:
Pemeriksaan Neurologis:
Pada pemeriksaan didapatkan:
- Tarsal tinel sign (+) kanan
- Pemeriksaan sensorik dengan uji raba halus dan uji nyeri pada telapak kaki kanan
didapatkan hipoesthesi pada tumit hingga telapak kaki.
Pemeriksaan ENMG
Motor Nerve Conduction:
Nerve and Site Latency Amplitude Conduction
Velocity
Right Tibial N.
Ankle 6.5 ms 3.0 mV
Poplitea fossea 7.0 ms 2.7 mV 35,5 m/s
Left Tibial N.
Ankle 3.8 ms 10.0 mV
Poplitea fossea 4.2 ms 8.2 mV 47 m/s
Velocity
Right Sural N.
Lower leg 3.2 ms 26 μV 41 m/s
Left Sural N.
Lower leg 2.8 ms 30 μV 44 m/s
Nilai Normal:
Motorik N. Tibialis :
- Distal latensi <4,5 ms
- Amplitudo >3,5 mV
- KHS >40 m/s
Sensorik N. Suralis:
- Distal latensi <3,5 ms
- Amplitudo >10 μV
- KHS >40 m/s
LI 2
a. Bagaimana interpretasi hasil pemeriksaan fisik pada kasus?
b. Bagaimana interpretasi hasil pemeriksaan neurologis pada kasus?
c. Bagaimana interpretasi hasil pemeriksaan rontgen pedis kanan pada kasus?
d. Bagaimana interpretasi hasil pemeriksaan ENMG pada kasus?
e. Jika terdapat abnormalitas, bagaimana mekanisme abnormalitas hasil
pemeriksaan pada kasus?
f. Bagaimana prosedur pemeriksaan neurologis pada kasus?
g. Apa saja pemeriksaan penunjang lain yang dapat dilakukan pada kasus?
Jawab:
1. Magnetic resonance imaging (MRI) dan ultrasonography dapat cukup
membantu yang berhubungan dengan kasus soft-tissue masses dan space-
occupying lesion lainnya pada tarsal tunnel. Sebagai tambahan, MRI
berguna dalam menilai suatu flexor tenosynovitis dan unossified subtalar
joint coalitions.
2. Plain radiography juga berguna untuk mengevaluasi pasien-pasien dengan
dasar kelainan struktur dari kaki, fraktur, bony masses, osteophytes, dan
subtalar joint coalition .
3. Tes Cuff juga dapat dilakukan dengan menggunakan pneumatic manset
untuk membuat tourniquet (bendungan) vena yang menyebabkan vena
Novetania Vira Ardiyani
04011281823150 – Gamma 2018
Kelompok G1
4. Pertanyaan tambahan: LI 3
Daftar Pustaka
Sapra, A., Malik, A., & Bhandari, P. (2020, May 23). Vital Sign Assesment. Retrieved
Oktober 5, 2020, from NCBI: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK553213/