NIM : 0401181823048
A. Skenario
Tn. Rizki, 20 tahun berobat ke poliklinik saraf karena nyeri pada tumit
dan telapak kaki kanan. Sejak 3 minggu lalu penderita mengalami nyeri pada
tumit dan telapak kaki kanan. Nyeri dirasakan seperti tajam dan kadang seperti
ditusuk, nyeri hilang timbul, memberat saat berjalan atau berdiri lama, dan
berkurang saat istirahat. Nyeri tidak menjalar, intensitas nyeri ringan sampai
sedang, sehingga aktivitas penderita kerap terganggu. Terdapat gangguan
sensibilitas berupa rasa baal pada tumit dan telapak kaki kanan
Riwayat pekerjaan sebagai atlit lompat jauh sejak usia 16 tahun. Riwayat
jatuh / terkilir tidak ada. Riwayat kencing manis tidak ada. Riwayat tumor atau
benjolan tidak ada. Penyakit ini dialami untuk pertama kalinya
Pemeriksaan Fisik:
Pemeriksaan Neurologis:
- Pemeriksaan sensorik dengan uji raba halus dan uji nyeri pada telapak kaki kanan
didapatkan hipoesthesi pada tumit hingga telapak kaki.
1
HASIL PEMERIKSAAN ENMG
Nilai Normal:
Motorik N. Tibialis :
- Distal latensi <4,5 ms
- Amplitudo >3,5 mV
- KHS >40 m/s
Sensorik N. Suralis:
- Distal latensi <3,5 ms
- Amplitudo >10 µV
- KHS >40 m/s
2
di mana saja di sepanjang jalur saraf N. tibialis dan cabangnya (N. Plantaris
medialis dan N. Plantaris lateralis)→rasa baal di tumit dan telapak kaki.
a. Bagaimana prosedur pemeriksaan ENMG pada kasus?
Jawab:
1) Studi konduksi saraf motorik
Metode
Elektroda:
Pada stimulasi permukaan, elektroda stimulator biasanya terbuat dari baja
tahan karat dengan kedua probe berjarak 2-3 cm. Katoda (kutub negatif)
berwarna hitam dan anoda (kutub positif) berwarna merah.
Posisi elektroda:
Elektroda stimulator ditempatkan pada kulit dekat dengan saraf pada dua
lokasi atau lebih di sepanjang saraf tersebut. Elektroda perekam berada
pada permukaan otot yang diinervasi saraf.
1) Saraf Tibia
saraf tibialis adalah kelanjutan dari saraf skiatik
di bawah fossa poplitea. Di kaki, itu memasok kedua kepala
gastrocnemius dan soleus bersama dengan otot dalam
belakang kaki. Di pergelangan kaki, saraf lewat di bawah fleksor
retinakulum dan membelah menjadi saraf planter medial dan lateral
setelah memberikan cabang kalkaneal
Posisi: terlentang.
Elektroda aktif: ditempatkan di atas kaki medial, sedikit anterior dan
inferior dari tuberkulum tulang navicular di titik paling superior dari
lengkungan yang dibentuk oleh persimpangan kulit plantar dan kulit kaki
punggung.
3
Gambar 7: Penempatan elektroda untuk saraf tibialis kanan
Sumber : National Journal of Physiology, Pharmacy and Pharmacology, 2016
5
bagian distal
neuron motorik
akibat
demilienisasi
Amplitude Abnormal
(menurun)=
Kerusakan
3.0 mV > 3,5 mV myelin yang
parah dan/atau
degenerasi
axon
Conduction Abnormal
Velocity (melambat)
35,5 m/s > 40 m/s =
gangguan pada
selubung mielin
Right Tibial Nerve --- Poplitea fossa
Latency Abnormal
7.0 ms < 4,5 ms
(memanjang)
Amplitude Abnormal
2.7 mV > 3,5 mV
(menurun)
Conduction Abnormal
35,5 m/s > 40 m/s
Velocity (melambat)
Left Tibial Nerve --- Ankle
Latency 3.8 ms < 4,5 ms Normal
Amplitude 10.0 mV > 3,5 mV Normal
Conduction
47 m/s >40 m/s Normal
Velocity
Left Tibial Nerve --- Poplitea fossa
Latency 4.2 ms < 4,5 ms Normal
6
Amplitude 8.2 mV > 3,5 mV Normal
Conduction
47 m/s >40 m/s Normal
Velocity
Right Sural Nerve --- Lower Leg
Latency 3.2 ms <3,5 ms Normal
Amplitude 26 µV >10 µV Normal
Conduction
Sensoric 41 m/s >40 m/s Normal
Velocity
Nerve
Left Sural Nerve --- Lower Leg
Conduction
Latency 2,8 ms <3,5 ms Normal
Amplitude 30 µV >10 µV Normal
Conduction
44 m/s >40 m/s Normal
Velocity
10
2) USG
diperlukan untuk menyingkirkan lesi yang menempati ruang di dalam
terowongan tarsal, termasuk ganglion, lipoma, atau (jarang) otot aksesori.
Gambar 4.
Gambar melintang dari saraf tibialis posterior di terowongan tarsal yang
menunjukkan pembesaran yang tidak merata dari fascicles saraf pada sisi
yang bergejala dibandingkan dengan sisi normal. Panah pendek menandai
margin epineural saraf.
Sumber : Neurology India, 2011
3) Rontgen
11
Gambar 6. Rontgen AP pedis normal
Prosedur :
12
2) KAKI PA OBLlK Tengkurap
Kecepatan kaset
Kaset dengan kombinasi layar-film, kecepatan nominal 50/ 100 di atas meja
Ukuran kaset
18x24 cm (8 xlO inci)
24x30 cm (lax 12 inci)
Gunakan penanda Right (Kanan) atau Left (Kiri) .
Prosedur
1. Pasien masuk ke kamar pemeriksaan, letakkan kaset kecil untuk kaki
yang kecil, kaset besar untuk kaki yang sangat besar, di atas meja.
Sejajarkan arah sinar terhadap susunan kaset tersebut.
2. Posisikan pasien, tengkurap di atas meja seperti pada gambar. Pusatkan
sinar dan sejajarkan lagi arah sinarnya.
3. Pajankan sinar X (Sandstrom, 2004)
13
3) KAKI LATERAL Berbaring pada satu sisi
Kecepatan kaset
Kaset dengan kombinasi layar-film, kecepatan
nominal 50/ 100 di atas meja.
Ukuran kaset
18x24 cm (8x 10 inci)
24x30 cm (10 x12 inci)
Gunakan penanda Right (Kanan) atau Left (Kiri).
1. Pasien masuk ke kamar pemeriksaan, letak-kan kaset kecil untuk kaki
yang kecil, kaset besar untuk kaki yang besar di atas meja. Sejajarkan
arah sinar terhadap susunan kaset tersebut
2. Posisikan pasien, berbaring pada 1 sisi yang akan diperiksa dengan lutut
ditekuk seperti pada gambar. Pusatkan sinar dan sejajarkan lagi arah
sinarnya
3. Pajankan sinar X.
14
4) KAKI AP OBLIK
Duduk di atas meja-sinar vertikal bersudut 15°
Kecepatan kaset
Kaset dengan kombinasi layar-film, kecepatan
nominal 50/ 100 di atas meja.
Ukuran kaset
lS x24 cm (7 x9 inci)
24x30 cm (9 X 12 inci)
Gunakan penanda Right (Kanan) atau Left (Kiri).
Prosedur :
1. Pasien masuk ke kamar pemeriksaan, letakkan kaset kecil untuk kaki
yang kecil, kaset besar untuk kaki yang sangat besar, di at as meja.
Sejajarkan arah sinar terhadap susunan kaset tersebut.
2. Posisikan pasien, tempatan kaki membentuk sudut seperti pada gambar.
Pusatkan sinar dan sejajarkan lagi arah sinarnya.
3. Pajankan sinar X.
B. ENMG
a. Definisi EMNG
Elektrodiagnostik, sebagai pemanjangan dari evaluasi neurologis,
membutuhkan prinsip anatomi yang sama untuk lokasi seperti pada
15
pemeriksaan klinis, mencari adanya bukti gangguan motorik dan sensorik.
Elektroneuografi (ENG) disebut juga sebagai pemeriksaan konduksi saraf, yang
mencakup pemeriksaan kecepatan hantar saraf (KHS) motoris, sensosris, dan
respon lambat. Elektromiografi (EMNG ) dalam arti sempit didefinisikan
sebagai pemeriksaan aktivitas listrik otot. Kadang – kadang istilah EMNG
disalah artikan sebagai pengganti ENMG yg juga mencakup pemeriksaan
konduksi saraf.
Pemeriksaan KHS dikerjakan dengan cara menstimulasi saraf perifer untuk
membangkitkan respon motoris maupun sensoris yang lazimnya direkam
menggunakan electrode permukaan (surface electrode). Abnormalitas dari KHS
dan cetus potensial (evoked potensial) dapat mengungkapkan patofisiologi yang
mendasari gangguan saraf tepi.
Pemeriksaan EMNG jarum berguna untuk menilai aktivitas listrik dari
electrode yang ditusukkan langsung ke dalam otot yang diperiksa. Dengan
pemeriksaan ini dapat diketahui adanya degenerasi aksonal, adanya reinervasi
maupun kelainan primer pada otot Pemeriksaan ENMG hanyalah sebagai
perluasan dari pemeriksaan klinis. Dengan pemeriksaan klinis yang baik,
pemeriksaan ENMG akan mempersempit diagnosis banding yang ada.
Pemeriksaan ini membantu menentukan diagnosis topis, patologis, dan
prognosis kelainan susunan saraf tepi (Poernomo et al, 2003)
16
Elektroneuromiografi digunakan untuk mendeteksi, melokalisasi, dan
menentukan gangguan saraf dan otot.
1) Electroneurography (ENG)
Berfungsi menyelidiki konduksi saraf di saraf perifer (tangan dan kaki). Saraf
dirangsang menggunakan elektroda permukaan. Secara bersamaan, pengukuran
diambil dari kecepatan yang digunakan saraf untuk mentransmisikan sinyal
listrik dan kekuatan stimulasi saraf di otot yang sesuai. ENG dapat, misalnya,
dilakukan dalam kasus polineuropati (kerusakan pada saraf tepi) atau untuk
melokalisasi dan menentukan tingkat kerusakan saat saraf terluka atau terjepit
(misalnya sindrom terowongan karpal).
2) Elektromiografi (EMG)
Digunakan untuk merekam aktivitas listrik di otot. Elektroda jarum tipis
dimasukkan langsung ke dalam otot pasien. Dengan demikian, aktivitas serat
otot individu dapat ditentukan. Metode pemeriksaan ini dapat, misalnya,
menentukan apakah kelemahan otot disebabkan oleh penyakit otot itu sendiri
atau apakah aliran informasi dari saraf ke otot terganggu. EMG juga dapat
menunjukkan kemungkinan pemulihan ketika otot menjadi lumpuh karena
kerusakan saraf atau peradangan saraf. Kerusakan saraf juga dapat dilokalisasi
melalui EMG (Hirslanden Private Hospital Group, 2020)
EMG jarum dilakukan pada hampir semua studi, antara lain conventional
needle EMG, macro EMG, surface EMG, dan single-fiber EMG. Studi lainnya
memasukkan respon kulit simpatetik dan uji khusus yang dibahas pada bagian
terpisah. Beberapa indikasi umum NCS dan EMG adalah kelemahan fokal atau
difus, baal fokal atau difus, dan keram otot. Setelah dilakukan NCS dan EMG,
17
diagnosis dapat berupa neuropati perifer, carpal turnel syndrome, neuropati
ulnaris, dan miopati (Rahyussalim, 2018).
Gambar 1. Elemen dari sistem saraf tepi. Neuron motorik primer berada
pada medulla spinalis, dimana neuron sensorik primer, dorsal root ganglion
berada di luar medulla spinalis. Dorsal root ganglion adalah sel bipolar.
Prosesus proksimalnya membentuk radiks saraf sensoris, prosesus distalnya
menjadi serabut sensoris perifer (Shapiro, 2013)
18
Kontraksi berhenti apabila ion kalsium ini masuk kembali ke dalam
retikulum sarkoplasma untuk digunakan kembali pada periode kontraksi
selanjutnya. Mengingat satu neuron motorik memiliki beberapa cabang
terminal akson yang masing-masing mempersarafi satu sel otot, aktivasi
neuron motorik menyebabkan semua sel otot yang diinervasinya turut
berkontraksi (unit motorik). Sel otot terdiri atas serat intrafusal (terkait
muscle spindle - gelendong otot) dan serat ekstrafusal (terkait kekuatan
kontaksi), yang keduanya diinervasi oleh akson neuron motorik yang berbeda.
Fungsi sensorik
Aktivasi neuron sensorik terjadi melalui beragam hal mengingat
variasinya yang bermacam-macam mulai dari ujung saraf bebas hingga sel
yang bentuk terspesialisasi. Depolarisasi pada saraf sensorik perifer memicu
terbentuknya aksi potensial yang mejalar proksimal menuju medulla spinalis
dan otak.
Stimulus listrik pada saraf sensorik akan mengaktifkan semua akson
aferen tanpa memerhatikan modalitas sensorik itu sendiri. Oleh karena itu,
neuron sensorik berdiameter besar memiliki batas ambang terendah
dibandingkan akson tidak termielinasi dan akson kecil termielinasi. NCS
sensorik menggunakan stimulasi maksimal sehingga dapat menstimulasi
seluruh neuron sensorik. Akan tetapi, saraf dengan perambatan cepat
(berdiameter besar dan termielinasi) berkontribusi dalam aksi potensial
neuron sensorik (SNAP)/Sensory Nerve Action Potential. Dengan demikian,
NCS sensorik cenderung mengukur konduksi saraf tercepat (Rahyussalim,
2018).
Prinsip Kerja
Istilah elektrofisiologis yang penting untuk diketahui adalah (Poernomo et al, 2003)
1. Amplitude (mv) diukur dari garis dasar sampai defleksi negatif pertama, yang
menggambarkan berapa banyak akson yang dapat terangsang. Besar kecilnya
amplitude CMAP menunjukkan keadaan akson sepanjang perjalanan dari motor
neuron/ kornu anterior sampai saraf motorik. Amplitudo CMAP yang menurun
pada lesi motor neuron, lesi radiks, lesi plesus, dan lesi perifer
2. Durasi (mdet), diukur dari defleksi pertama sampai dengan titik dimana
gelombang tersebut memotong garis dasar kembali. Durasi menunjukkan
kemampuan suatu serabut saraf untuk menghantarkan impuls dalam waktu yang
relative bersamaan
3. Latensi (mdet) , diukur dari stimulus artefak sampai defleksi pertama dari garis
dasar. Latensi ini mengukur konduksi serabut motoris tercepat. Latensi yang
timbul oleh stimulasi pada tempat yang paling disatal dari ekstrimitas disebut
latensi distal Untuk pengukuran kecepatan hantar saraf (KHS) motoris, CMAP
direkam minimal pada dua lokasi sepanjang saraf
20
Gambar 3. Sensory Nerve Action Potential (SNAP) (Shapiro, 2013)
PERALATAN
1. komputer dengan kartu antarmuka untuk akuisisi sinyal dan kontrol
stimulator.
2. Stimulator :generator gelombang yang dikendalikan oleh modul
pengontrol di komputer.
3. Peralatan akuisisi : penguat (amplifier) dan wideband filte, berada di luar
komputer. Keluaran dari alat akuisisi akan terhubung ke modul konversi
analog ke digital di komputer.
23
Titik rangsangan (S1): Katoda ditempatkan 8 cm
proksimal ke elektroda aktif (diukur dalam garis lurus
dengan pergelangan kaki di posisi tengah) dan sedikit di posterior
maleolus medial. Anoda di proksimal.
Titik rangsangan (S2): Katoda ditempatkan di bagian midpoplitea
fossa atau sedikit medial atau lateral dari garis tengah. anoda di
proksimal.
Serat saraf yang diuji: akar saraf S1 dan S2 melalui anterior
divisi pleksus lumbosakral dan saraf skiatik.
Pengaturan mesin: Sensitivitas - 10 mv / divisi, frekuensi rendah
filter - 20 Hz, filter frekuensi tinggi = 3 kHz, dan sapuan
kecepatan - 10 ms / divisi.
Stimulasi pergelangan kaki harus kira-kira setengah jalan antara
maleolus medial dan tendon Achilles. Perhatian harus diberikan untuk
tidak menstimulasi saraf peroneal secara bersamaan di lutut. Stimulasi
harus dekat dengan garis tengah fossa poplitea, tetapi stimulator
mungkin perlu digerakkan sedikit atau ke lateral untuk mendapatkan
respon yang optimal mengawasi arah gerakan kaki pada stimulasi
yang akan membantu memastikan bahwa saraf yang tepat telah
distimulasi.
Interpretasi : Terjepitnya saraf tibialis menyebabkan sindrom
terowongan tarsal.
Interpretasi
24
Jenis abnormalitas:
25
Tabel 1. Hasil normal NCS motorik
Sumber : Intra-Operative Nerve Monitoring dalam Praktik Klinis, 2018
Metode
Elektroda: Pada dasarnya elektroda yang digunakan sama dengan elektroda
untuk NCV motorik. Namun, pada NCV sensorik dapat menggunakan
elektroda berbentuk cincin pada jari untuk stimulasi atau perekaman.
Peletakan elektroda tanah di antara lokasi stimulasi dengan perekaman
dapat mengurangi artefak. Penting pula memberitahu pasien untuk
merelaksasikan ekstremitasnya ketika dilakukan pengujian.
26
Perata-rataan: Hampir semua peralatan terkini mampu merata-ratakan
hasil dari beberapa stimulasi. Fitur ini berguna pada NCS sensorik karena
signal-to-noise rasio lebih rendah dan tegangan kerja besarnya satu atau dua
urutan lebih rendah daripada NCS motorik. Dengan merata-ratakannya akan
didapatkan amplitudo aksi potensial saraf sensorik yang rendah.
Interpretasi
Pengukuran: Pengukuran yang dihasilkan adalah:
• Latensi menuju mula potensial
• Latensi menuju puncak potensial
• Amplitudo potensial
• Jarak antara katoda stimulator dengan elektroda perekam aktif NCV
sensorik kemudian dihitung dengan rumus berikut ini:
27
Faktor nonpatologis yang memengaruhi hasil
• Usia: Kecepatan NCS pada neonatus lahir cukup bulan biasanya hanya
setengah dari dewasa.
• Suhu tubuh: Suhu >37°C tidak memengaruhi NCS secara signifikan.
DAFTAR PUSTAKA
Huynh, W., & Kiernan, M. C. (2011). Nerve Conduction Studies. Reprinted from
Australian Family Physician Vol. 40, No. 9, .
Kumar, A. and Prasad, A., 2016. Nerve conduction velocity in median nerve and
tibial nerve of healthy adult population with respect to gender. National
Journal of Physiology, Pharmacy and Pharmacology, 6(5), p.368.
Hirslanden.ch. 2020. Electroneuromyography (SGKN). [online] Available at:
<https://www.hirslanden.ch/en/corporate/specialities/electroneuromyography.h
tml> [Accessed 5 October 2020]. Kinoshita M, Okuda R, Yasuda T, Abe M.
Tarsal tunnel syndrome in athletes. Am J Sports Med. 2006 Aug;34(8):1307-12.
doi: 10.1177/0363546506286344. Epub 2006 Mar 27. PMID: 16567455.
28
Mallik, A., 2005. Nerve conduction studies: essentials and pitfalls in practice.
Journal of Neurology, Neurosurgery & Psychiatry, 76(suppl_2), pp.ii23-ii31
Rahyussalim. (2018). Intra Operative Nerve Monitoring dalam Praktek Klinis Edisi
Pertama. Depok: Media Aesculapius.
Therimadasamy, A., Seet, R., Kagda, T. and Wilder-Smith, E., 2011. Combination of
ultrasound and nerve conduction studies in the diagnosis of tarsal tunnel
syndrome. Neurology India, 59(2), p.296.
29