Anda di halaman 1dari 121

Pengukuran dan Pemeriksaan Sistem

Neuromuskuler
Dosen Pengampu : Nafiah, S.Fis, M.Biomed

PROGRAM STUDI DIII FISIOTERAPI

POLITEKNIK UNGGULAN KALIMANTAN

2022
PENGUKURAN DAN Pendahulan
PEMERIKSAAN PADA Materi Pengantar Sistem Neuromuskular
SISTEM NEUROMUSKULER

Pemeriksaan Sensorik

Pemeriksaan Koordinasi dan Keseimbangan

Pemeriksaan Nervus dan Refleks

Pemeriksaan Nervus Cranialis

Pemeriksaan Nervus Vegetatif


PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
Sistem Neuromuskuler
Tiga komponen utama Neuromuskular
1. Neuron
2. Neuromuscular junction
3. Muscle
PENDAHULUAN
1. Nerve

Berfungsi menerima dan mengirimkan impuls saraf.

The Organization Of Nervous


System
PENDAHULUAN
2. Neuromuscular Junction

Merupakan proses bertemunya bagian akson


saraf motorik dengan efektor (otot) dalam upaya
transmisi sinyal dari otak yang memerintahkan
otot untuk berkontraksi atau berelaksasi.
PENDAHULUAN
3. Muscle

Muscle/Otot adalah sebuah jaringan


dalam tubuh manusia dan hewan yang
berfungsi sebagai alat gerak aktif yang
menggerakkan tulang.
PENDAHULUAN
Bagan Gerak Sadar

Bagan Gerak Refleks


PEMERIKSAAN DAN
PENGUKURAN SARAF SENSORIS
SENSORY NERVES SYSTEM
Saraf sensoris
Saraf sensorik
Saraf sensorik yang cukup
kompleks dan bertanggung
jawab untuk membawa
informasi sensorik dari organ
sensorik ke sistem saraf pusat.
SISTEM SARAF SENSORIK

Silverthorn, 6th ed.


Dermatom Area
Dermatom adalah area kulit yang
dipersarafi terutama oleh satu saraf spinalis.
Ada 8 saraf servikal, 12 saraf torakal, 5
saraf lumbal dan 5 saraf sakral. Masing
masing saraf menyampaikan rangsangan
dari kulit yang dipersarafinya ke otak.
Upper Extremity Neuron Lower Extremity Neuron
Tabel 8. Penyebab Lesi Sistem Saraf Sensorik

Lesi Penyebab
Lesi Saraf tunggal Neuropati akibat saraf terjepit.
(N. Medianus, N. Ulnaris, N. Radialis, dsb).
Lesi Multipel Saraf Tunggal Vaskulitis , Neuropati yg lebih difus.
Lesi Saraf perifer Spinalis DM, Defisiensi Vit. B1, GBS.
Lesi pada Medulla Spinalis Trauma, Kompresi medulla spinalis oleh tumor.
Lesi pada batang otak Stroke pada batang otak.
Gangguan thalamus dan kortikal Stroke, trauma, tumor otak.
Tabel 9. Tanda- Tanda & Efek Gangguan yang ditimbulkan dalam sistem saraf
Sensorik
Letak Lesi Tanda - Tanda
Lesi Kortikal (Lobus Parietal) 1. Stregnosis
2. Grafestia
3. Sensasi Posisi
4. Lokalisasi titik/inattention
Lesi Subkortical (Kapsula Interna, Ganglia 1. Gangguan Tusuk Jarum
Basalis, thalamus) 2. Gangguan Raba
Lesi Pada Batang Otak 1. Penurunan sensasi nyeri
2. Penurunan sensasi suhu,
3. Refleks kornea.
Tabel 9. Tanda- Tanda & Efek Gangguan yang ditimbulkan dalam sistem saraf
Sensorik

Letak Lesi Tanda-Tanda


Lesi pada Medulla Spinalis 1. Gangguan sensasi nyeri tusuk jarum,
2. Gangguan Rasa getar.
a. Lesi Transversal total.
Hyperestesi pada bagian atas dan hilang pada bagian bawah.
b. Separuh dari medulla spinalis,
Hilangnya posisi sendi dan getaran pada sisi yang sama
dengan lesi dan hilangnya rasa nyeri dan suhu pada sisi yang
berlawanan
Tabel 9. Tanda- Tanda & Efek Gangguan yang ditimbulkan dalam sistem saraf
Sensorik
Letak Lesi Tanda-Tanda
Lesi pada Medulla Spinalis c. Medulla spinalis sentral.
Hilangnya sensasi rasa sakit dan suhu pada tingkat lesi.
d. Columna posterior
Hilangnya posisi sendi dan getaran dengan modalitas nyeri
dan suhu yang masih utuh,
e. Sindrom spinalis anterior,
Hilangnya rasa nyeri dan suhu dibawah tingkat lesi, dengan
posisi sendi dan getaran yg masih normal.
Tes Sensoris
Sensasi

❑ Diseluruh bagian tes sensorik, pasien perlu kita ajari terlebih dahulu
mengenai tes yg akan dilakukan. Kemudian lakukan tes tersebut.

❑ Akhirnya cek apakah pasien telah mengerti dan melakukan tes


tersebut dengan semestinya.

❑ Untuk semua tes, mulailah dari daerah yang mengalami gangguan


sensorik ke daerah yang normal.
Tabel 10. Letak Pemeriksaan Sensoris
Regio Letak Tes
Ekstremitas Atas 1. N. Medianus,
2. N. Ulnaris,
3. N. Radialis,
4. N. Aksilaris.
Ekstremitas Bawah 1. Nervus kutaneus lateralis, (paha bag. Dpn dan samping).
2. Nervus peroneus communis (betis depan, samping, dan
sebagian belakang)
3. Nervus femoralis (paha depan bagian medial sampai ke
tungkai bawah.
4. Nervus ischiadicus (paha belakang bag. Tengah sampai ke
tungkai bawah).
Pemeriksaan Fungsi Sensorik
1. pemeriksaan nyeri superfasial
❑ Alat: benda yg berujung runcing, dan benda yg berujung tumpul
❑ Prosedur: beritahukan pada lansia perbedaan rangsangan “tajam” dan “tumpul”,
tutup mata, lakukan pengaplikasian secara acak pada daerah yg diperiksa.
Peragakan kepada pasien, kemudian Lakukan dengan mata pasien tertutup.
❑ Respons: lansia diminta menyatakan bentuk rangsangan yg diterima yaitu “tajam”
atau “tumpul”.
Pemeriksaan Fungsi Sensorik
2. Pemeriksaan temperatur
❑ Alat: 2 tabung reaksi msg2 berisi air dingin dan air hangat
❑ Prosedur: beritahukan pada lansia perbedaan rangsangan “panas” dan “dingin”, tutup
mata, lakukan pengaplikasian secara acak pada daerah yg diperiksa. Peragakan
kepada pasien, kemudian Lakukan dengan mata pasien tertutup.
❑ Respons: lansia diminta menyatakan bentuk rangsangan yang diterima yaitu “panas”
atau “dingin”.
Pemeriksaan Fungsi Sensorik
3. Pemeriksaan sentuhan Ringan
❑ Alat: benda kasar (sikat bulu) dan benda yg halus (kapas)
❑ Prosedur: beritahukan pada lansia perbedaan rangsangan “kasar” dan “halus”, tutup
mata, lakukan pengaplikasian secara acak pada daerah yg diperiksa. Peragakan
kepada pasien, kemudian Lakukan dengan mata pasien tertutup.
❑ Respons: lansia diminta menyatakan bentuk rangsangan yg diterima yaitu “kasar”
atau “halus”.
Pemeriksaan Fungsi Sensorik

4. Pemeriksaan taktil/ tekanan


❑ Alat: menggunakan ibu jari
❑ Prosedur: beritahukan pada lansia perbedaan rangsangan “tekanan dalam” dan
“tekanan ringan”, tutup mata, lakukan pengaplikasian secara acak pada daerah yg
diperiksa. Peragakan kepada pasien, kemudian Lakukan dengan mata pasien
tertutup.
❑ Respons: lansia diminta menyatakan bentuk rangsangan yg diterima yaitu “tekanan
dalam” atau “tekanan ringan”.
Pemeriksaan Fungsi Sensorik
5. Pemeriksaan diskriminasi dua titik
❑ Alat: menggunakan 2 alat dengan luas penampang yg sama (2 buah pulpen)
❑ Prosedur: beritahukan pada lansia perbedaan rangsangan “1 titik” dan “2 titik”, tutup
mata, lakukan pengaplikasian dua rangasangan di bagian proksimal dan distal daerah
yg akan diperiksa dengan dua titik secara bertahap semakin didekatkan sampai
rangsangan diterima sebagai satu rangsangan. Peragakan kepada pasien, kemudian
Lakukan dengan mata pasien tertutup.
❑ Respons: lansia diminta menyatakan bentuk rangsangan yg diterima yaitu “1 titik” atau
“2 titik”. Jarak terkecil ketika penderita masih mampu membedakan dua titik rangsang
dicatat
Pemeriksaan Fungsi Sensorik
6. Pemeriksaan proprioseptif
❑ Prosedur: digunakan untuk menentukan kesadaran tentang perasaan posisi sendi.
Terapis menggerakkan anggota gerak dengan LGS tertentu. Peragakan kepada
pasien, kemudian Lakukan dengan mata pasien tertutup.
❑ Respons: lansia diminta untuk menirukan gerakan tersebut dg anggota gerak pd
samping yg lain atau scr verbal menjelaskan arah LGS nya.
Pemeriksaan Fungsi Sensorik
7. pemeriksaan Stregnosis
❑ Prosedur: digunakan obyek yang dikenali oleh pasien seperti uang logam, penjepit
kertas, kunci atau kancing baju. Obyek yg tidak kenali harus dihindari. Peragakan
kepada pasien, kemudian Lakukan dengan mata pasien tertutup.
❑ Respons: lansia menutup mata dan pemeriksa memberikan obyek ke tangan
pasien, selanjutnya pasien diminta untuk mengenali dan menyebutkan benda
tersebut.
Ketidakmampuan mengenal suatu obyek dinamai astereognois atau agnosia taktil.
Pemeriksaan Fungsi Sensorik
8. pemeriksaan Grafestesia
❑ Prosedur: Angka sekitar 1 cm tingginya digambarkan pada bantalan jari tangan
dengan menggunakan pensil. Peragakan kepada pasien, kemudian Lakukan dengan
mata pasien tertutup.
❑ Respons: Pasien dapat mengenali dan menyebutkan dengan benar angka yang
digambarkan.
Ketidakmampuan mengenal angka atau huruf yang dituliskan pada kulit dinamai
grafestesia. Kehilangan kemampuan membedakan angka atau huruf dikenal sebagai
grafenestesia.
9. Pemeriksaan Sensory Innattention
❑ Prosedur: Mintalah pasien untuk mengatakan kepada anda bagian mana yang anda
sentuh (baik dengan kapas ataupun dengan jarum). Sentuhlah pada bagian kanan dan
kemudian pada bagian kirinya. Jika pasien dapat membedakan masing-masing secara
terpisah, kemudian sentuhkan kedua bagian pada saat yg sama. Peragakan kepada
pasien, kemudian Lakukan dengan mata pasien tertutup.
❑ Respons: Pasien dapat mengatakan dengan benar bagian yang disentuh oleh pemeriksa.
PEMERIKSAAN DAN
PENGUKURAN
KOORDINASI
(COORDINATION)
KOORDINASI DAN KESEIMBANGAN
Fungsi sensomotorik yang faktor
terpenting adalah kemampuan
melakukan
koordinasi gerakan
dan keseimbangan
Gerakan dilakukan
harus halus dan
akurat dengan arah
gerakan, kecepatan,
keseimbangan, dan
ketegangan otot
harus tepat
faktor
kecepatan
untuk
membentuk
gerakan
Pemeriksaan Koordinasi
a) Pemeriksaan koordinasi b) Pemeriksaan
non-ekuilibrium koordinasi ekuilibrium

Tes untuk menilai Tes untuk menilai


komponen statis dan komponen statis dan
dinamis dari gerakan dinamis dari postur dan
ketika tubuh tidak pada keseimbangan ketika
posisi tegak, meliputi tubuh dalam posisi
gerakan motorik kasar dan berdiri, meliputi gerakan
halus. motorik kasar dan
observasi tubuh.
Pemeriksaan Koordinasi Non-Ekuilibrium
A) Jari ke Hidung
Sendi bahu abduksi 90⁰ dengan sendi siku ekstensi. Lansia diminta
menyentuhkan ujung jari telunjuk ke ujung hidungnya dengan mata tertutup
B) Jari Lansia Ke Jari Terapis
lansia dan terapis duduk berhadapan, jari telunjuk terapis diluruskan
menunjuk ke atas di hadapan lansia. Lansia diminta menyentuhkan ujung jari
telinjuknya ke ujung jari jari telunjuk terapis. Posisi terapis perlu diubah-ubah
untuk memeriksa kemampuan mengubah jarak, arah, atau kekuatan gerakan.
C) Jari Ke Jari Tangan Yang Lain
kedua sendi bahu abduksi 90⁰ ⁰ dan sendi siku ekstensi. Lansia diminta
menggerakkan kedua lengannya ke horizontal abduksi dan menyentuhkan
kedua ujung jari telunjuknya satu terhadap yang lain.
D) Menyentuh Hidung Dan Jari-jari Tangan bergantian. Lansia secara
bergantian menyentuh ujung hidung dan ujung jarinya dengan
menggunakan jari telunjuk yang satunya.
E) Gerak Oposisi Jari Tangan
lansia menyentuhkan ujung ibu jarinya ke ujung jari-jari lainnya secara berutun.
Kecepatannya ditingkatkan secara bertahap.
F) Menggenggam
Lansia menggenggam dan membuka jari-jari bergantian. Kecepatan
ditingkatkan secara bertahap.
G) Pronasi-Supinasi
Kedua sendi siku fleksi 90⁰ dan merapat ke tubuh. Lansia diminta memutar
kedua lengan bawahnya sehingga telapak tangannya menghadap ke atas dan
ke bawah bergantian.
H) Rebound Test
Sendi siku fleksi, terapis memberikan tahanan manual untuk menimbulkan
kontraksi isometric otot biseps kemudian dengan tiba-tiba tahanan dihilangkan.
Respon normal adalah otot antagonis (otot triseps) yang akan berkontraksi dan
mencegah gerakan siku ke fleksi.
I) Tepuk Tangan
Lansia diminta untuk mengetukkan tapak tangannya ke meja tanpa
mengangkat pergelangan tangan.
J) Tepuk Kaki
Lansia diminta mengetukkan tapak kakinya ke lantai, tanpa mengangkat lutut
dan tumit tetap menyentuh lantai.
K) Menunjuk
Lansia dan terapis berhadap, posisi duduk atau berdiri. Lansia dan
terapis memposisikan kedua lengannya horizontal ke depan (fleksi
sendi bahu 90⁰) sehingga kedua jari telunjuk lansia dan terapis
saling bersentuhan. Lansia diminta mengangkat satu atau dua
lengannya ke atas sehingga jari telunjuk menunjuk ke atas, kembali
ke posisi semula sehingga kedua jari telunjuk saling bersentuhan.
Respons normal adalah jari-jari lansia tepat kembali pada posisi
awalnya.
L) Tumit Ke Lutut Dan Tumit Ke Jari-jari Kaki Bergantian
Posisi terlentang lansia diminta untuk menyentuh lutut
dan ibu jari kaki bergantian menggunakan tumit kaki
yang lain.
M) Jari-jari Kaki Menyentuh Jari Tangan Terapis
Lansia terlentang, diminta menyentuhkan ibu jari kakinya
ke jari tangan terapis.
N) Tumit Menyentuh Bawah Lutut
Dalam posisi telentang, lansia menggeserkan satu tumitnya naik turun pada
tulang kering tungkai lainnya.
O) Menggambar Lingkaran Dengan Tangan
Lansia menggambar lingkaran imajinasi di udara, di meja, atau di lantai
menggunakan anggota gerak atas.
P) Menggambar Lingkaran Dengan Kaki
Lansia menggambar lingkaran imajinasi di udara atau di lantai menggunakan
anggota gerak bawah.
Q) Mempertahankan Posisi Anggota Gerak Bawah
Lansia mempertahankan kedua lututnya ekstensi.
R) Mempertahankan Posisi Anggota Gerak Atas
Lansia mempertahankan kedua lengan horizontal di depan tubuh.
Kriteria Penilaian
Tes Koordinasi Non-Ekuilibrium
pada anggota gerak kanan dan kiri

5 Kemampuan normal

4 Keterbatasan minimal, dapat


menyelesaikan aktivitas dengan
kecepatan dan kemampuan lebih
lambat sedikit dibanding normal

3 Keterbatasan sedang, dapat


menyelesaikan aktivitas, tetapi
koordinasi tampak menurun dengan
jelas, gerakan lambat, kaku, dan tidak
stabil

2 Keterbatasan berat, hanya dapat


mengawali aktivitas, tetapi tidak
lengkap

1 Tidak mampu melakukan aktivitas


Sumber: Pudjiastuti, Sri Surini, Budi Utomo. 2003. Fisioterapi Pada Lansia. Jakarta: EGC
Pemeriksaan Koordinasi Ekuilibrium
1. Berdiri Dengan Postur Normal.
2. Berdiri Dengan Postur Normal, Mata Tertutup.

• Positif bermasalah pasien terayun berlebihan, melangkah kaki, atau


terjatuh
3. Berdiri Dengan Kaki Rapat.
4. Berdiri Pada Satu Kaki.
5. Berdiri, Fleksi Trunk Dan Kembali Ke Posisi Netral.
6. Berdiri, Lateral Fleksi Trunk.
7. Berjalan, Letakkan Tumit Salah Satu Kaki Di Depan Jari Kaki Yang Lain.
8. Berjalan Pada Garis Lurus.
9. Berjalan Mengikuti Tanda Yang Digambar Pada Lantai.
10. Berjalan Menyamping.
11. Berjalan Mundur.
12. Berjalan Pada Lingkaran.
13. Berjalan Dengan Tumit.
14. Berjalan Dengan Ujung Kaki.
Kriteria Penilaian
Tes Koordinasi Ekuilibrium
pada anggota gerak kanan dan kiri

4 Mampu melakukan aktivitas


dengan lengkap

3 Mampu melakukan aktivitas


dengan sedikit bantuan untuk
mempertahankan keseimbangan

2 Mampu melakukan aktivitas


dengan bantuan sedang sampai
maksimal untuk mempertahankan
keseimbangan

1 Tidak mampu melakukan aktivitas

Sumber: Pudjiastuti, Sri Surini, Budi Utomo. 2003. Fisioterapi Pada Lansia. Jakarta: EGC
PEMERIKSAAN NERVES &
REFLEKS
PEMERIKSAAN NERVES
Pemeriksaan Nerves dilakukan untuk mengetahui rangsangan yang timbul
akibat peradangan pada selaput otak (meningitis) atau adanya benda asing
pada ruang suarachnoid (darah), zat kimia (kontras) dan invasi neoplasma
(meningitis carcinoma).

Manifestasi subyektif adalah sakit kepala, kuduk kaku, fotofobia dll. Yang perlu
diperhatikan adalah timbulnya gejala yang disebut meningismus, yaitu pada
pemeriksaan fisik terdapat rangsangan selaput otak, tetapi tidak ada proses
patologis di daerah selaput otak tersebut melainkan di luar kranium (misalnya
mastoiditis)


PEMERIKSAAN REFLEKS
Refleks adalah gerakan yang dilakukan tanpa sadar dan
merupakan respon segera setelah adanya rangsang.
1. Refleks Fisiologis
Refleks yang muncul pada orang normal disebut sebagai Nama lain Refleks Fisiologis, yaitu :
refleks fisiologis. ✔ Refleks Regang Otot (Muscle
Stretch Reflex)
✔ Refleks Tendon
Pemeriksaan reflek fisiologis terutama dilakukan pada ✔ Refleks Periosteal
✔ Refleks Miotatik
kasus-kasus :
✔ Refleks Fisiologis.
Mudah lelah, sulit berjalan, kelemahan/kelumpuhan,
kesemutan, nyeri otot anggota gerak dan sebagainya
Interpretasi
(negatif) : tidak ada refleks sama sekali
+1 : Refleks Menurun
+2 : Normal
+3 : Refleks Meningkat
+4 : Hyperfleksia tanpa klonus
+5 : Hyperfleksia disertai klonus

Hyperflexia terdapat kelainan Upper Motor Neuron (UMN)


Hyporeflexia/Areflexia terdapat kelainan Lower Motor Neuron (LMN)
Refleks Biseps
Stimulus ketokan pada jari pemeriksa yang ditempatkan pada tendon m. biseps brachii, posisi lengan
setengah ditekuk pada sendi siku.
Respon fleksi lengan pada sendi siku.
Afferent n. musculucutaneus (C5-6)
Efferent n. musculucutaneus (C5-6)
Refleks Triceps
Stimulus ketukan pada tendon otot triseps brachii, posisi lengan fleksi pada sendi siku dan sedikit
pronasi.
Respon extensi lengan bawah disendi siku
Afferent n. radialis (C 6-7-8)
Efferent n. radialis (C 6-7-8)
Knee Pes Reflex (KPR)
Stimulus ketukan pada tendon patella
Respon ekstensi tungkai bawah karena kontraksi m. quadriceps emoris.
Afferent n. femoralis (L 2-3-4)
Efferent n. femoralis (L 2-3-4)
Achilles Pes Reflex (ACR)
Stimulus ketukan pada tendon achilles
Respon plantar fleksi kaki karena kontraksi m. gastrocnemius
Afferent n. tibialis ( L. 5-S, 1-2 )
Efferent n. tibialis ( L. 5-S, 1-2 )
1. Refleks Patologis
Refleks patologis merupakan respon yang tidak umum
dijumpai pada individu normal. Refleks patologis pada
ekstemitas bawah lebih konstan, lebih mudah muncul,
lebih reliable dan lebih mempunyai korelasi secara klinis
dibandingkan pada ekstremitas atas.
Pemeriksaan reflek patologis terutama dilakukan pada
kasus-kasus :
Mudah lelah, sulit berjalan, kelemahan/kelumpuhan,
kesemutan, nyeri otot anggota gerak dan sebagainya
Babinsky
Stimulus penggoresan telapak kaki bagian lateral dari posterior ke anterior.
Respon ekstensi ibu jari kaki dan pengembangan (fanning) jari – jari kaki.
Oppenheim
Stimulus Dilakukan Penggoresan denga tekanan keras padatibia dari atas ke bawah
Respon ekstensi ibu jari kaki dan pengembangan (fanning) jari – jari kaki.
Gordon
Stimulus Dilakukan Pemijatan secara mendadak pada betis pasien
Respon ekstensi ibu jari kaki dan pengembangan (fanning) jari – jari kaki.
Chaddok
Stimulus Dilakukan Penggoresan pada bagian belakang malleolus lateralis dari atas ke bawah
Respon ekstensi ibu jari kaki dan pengembangan (fanning) jari – jari kaki.
Schaeffer
Stimulus Dilakukan Pemijatan pada tendon Achilles
Respon ekstensi ibu jari kaki dan pengembangan (fanning) jari – jari kaki.
Hoffman dan Trommer
Stimulus Dilakukan dengan menggores/menekan kuku jari telunjuk atau jari tengah tangan
Respon Fleksi dan adduksi jari-jari tangan
PEMERIKSAAN NERVES
CRANIALIS
PEMERIKSAAN NERVES CRANIALIS
Saraf kranial merupakan semua saraf yang keluar dari
permukaan dorsal otak
Pemeriksaan saraf kranial
Nervus I (Olfaktorius)
-Fungsi utama :
Penghidu – anosmia
-Test : tutup mata dan tutup satu hidung
pembaunan bau spesifik
N.I
Nervus II (Optikus)
-Fungsi utama : penglihatan
-Test 1. Ketajaman penglihatan
2. Lapangan pandang
3. Funduskopi
4. Refleks cahaya
N. II
Nervus II (Optikus)
N. III, IV, VI
Nervi III, IV dan VI = Nervi Okulares
N. V
N. V
Nervus V (Trigeminus)
N.VII
Nervus VII (Fasialis)
Central 7th palsy Peripheral 7th palsy
N. VIII
Nervus VIII (Oktavus)
N.IX
N.X
Nervus IX, X
N.XI
Nervus XI (Asesorius)
N. XII
Nervus XII (Hipoglosus)
PEMERIKSAAN DAN
PENGUKURAN
Nervus Vegetatif
Nervus Vegetatif (susunan saraf otonom)
Merupakan sistem saraf
yang bekerja dibawah
kendali otak sesuai respon
tubuh
Sistem saraf Simpatis

Sistem Saraf Parasimpatis


1. Refleks Miksi

Sherwood, Lauralee. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem.Edisi 6. Jakarta:


EGC; 2012
Gangguan Miksi (Buang Air Kecil)
Retentio Urinae
Urine tidak dapat dikeluarkan dan tertimbun di dalam vesica urinaria akibat m. spincter
urethra internum mengalami spasme (retention urinae akibat urethra terjepit oleh prostat
yang membesar/ hipertrofi bukan bersifat neurogeneik, tetapi mekanik.

Berbeda dengan retention urinanae, Anuria adalah suatu keadaan penderita tidak
mampu memproduksi urine, dalam hal ini tentu saja vesica urinaria kosong.
Gangguan Miksi (Buang Air Kecil)
Inconentia urinae
Suatu keadaan penderita tidak mampu menahan kencing,
sehingga penderita sering ngompol

Aromaic bladder
Suatu keadaan bila vesica urinaria penuh, maka urine secara
otomatis akan dikeluarkan

Atonic bladder
Suatu keadaan penderita tidak mampu mendorong urine keluar
akibat m. detrusor vesicae lemah
2. Refleks Defekasi

Defekasi adalah pengeluaran feses dari anus dan


rektum. Hal ini juga disebut bowel Movement. Terjadi
karena distensi dinding rectum oleh feses.
Gangguan Defekasi
1. Retentio alvi : tidak dapat berak
2. Incontinentia alvi: tidak dapat menahan berak
Thank You

Anda mungkin juga menyukai